Disusun oleh:
Agung Pambudi
(12650004)
(12650043)
(12650064)
(12650091)
(12650097)
2015
{53}
Dan Dia yang menjadikan dua laut, yang satu asin dan pahit rasanya, dan
yang lain tawar manis rasanya. Dan dijadikan-Nya dinding pemisah antara
keduanya. (Q.S. Al Furqan 25: 53)
Bila kita naik mobil dari Bandara King Abdul Aziz menuju pusat kota
Jeddah, kira-kira di setengah perjalanan di sebelah kanan tepi Laut Merah
akan tampak pipa-pipa menjulang tinggi mengeluarkan asap. Itu merupakan
pabrik instalasi penyulingan air laut untuk memasok kebutuhan air tawar
sejumlah 38 ribu m3 per hari bagi penduduk kota Jeddah.
Dalam Arab News, 11 Juli 2004, ada ulasan tentang instalasi
penyulingan air laut tadi. Para insinyur khawatir kalau terjadi sabotase atau
serangan teroris terhadap instalasi ini berarti bencana kehausan bagi Jeddah.
Seorang wanita ahli teknik bernama Dr. Amalal al Iraqi di Saudi Arabia, yang
menjabat direktur perusahaan Nafia Water, mengusulkan alternatif yang
sesuai dengan isyarat dalam Al Quran Surat Al Furqan (25) ayat 53, yakni
mengambil air dari sumber mata air tawar di dasar laut.
Dalam penelitiannya bersama para ahli Prancis dari Nymphaca Water,
di sepanjang dasar Laut Merah yang asin terdapat beribu-ribu titik sumber
mata air tawar. Sumber-sumber air tawar ini mengeluarkan air terusmenerus dan tidak bercampur dengan air laut di sekitarnya yang asin,
seolah-olah ada dinding selubung yang membatasinya. Tepat seperti yang
disebut dalam Al Quran. Subhanallah. Nabi Muhammad saw tidak pernah
menyelam di Laut Merah. Bagaimana beliau bisa tahu? Hal tak terbantahkan
ini merupakan bukti mukjizat Al Quran. Masihkah manusia mengingkari?
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang masih kamu dustakan?
(Q.S. Ar-Rahman 55: 13)
Pada zaman purbakala, mata air tawar ini berada di daratan. Karena
gerakan geologis, daratan tadi terbenam, atau sebaliknya permukaan air laut
yang naik, kini daratan tadi berada di dasar laut. Tetapi tenggelamnya tidak
menghentikan pancaran mata air itu. Mereka tetap mengalirkan air tawar
dengan tingkat keasinan (salinitas) kurang dari 1,4 gram per liter dan
temperatur 170C. Debitnya di musim panas 80 liter per detik dan di musim
lain 120-150 liter per detik. Dengan teknologi khusus, air tadi tinggal
dialirkan melalui pipa untuk memenuhi kebutuhan kota-kota di sepanjang
pantai Laut Merah, atau bisa juga dikemas dalam botol. Teknologinya
sederhana, tidak merusak ekosistem, dan biaya hanyas seperempat biaya
instalasi penyulingan air laut model sekarang. Juga lebih aman karena
sangat sulit dijadikan sasaran bom. Pierre Becker dan Thierry Carlin, penemu
sistem teknologi tadi, pertama kali melakukan uji coba di mata air dasar laut
di perbatasan Prancis-Italia. Menurut mereka, sumber-sumber mata air tawar
terdapat di seluruh dasar laut di dunia. Allahu Akbar.
Menurut Edgren (1993), 50%-70% penduduk dunia, atau 5,3 miliar
manusia bertempat tinggal di kawasan pesisir. Sedangkan menurut Cicin
Sain dan Knecht (1998), dua per tiga kota besar di dunia berada di pesisir.
Dengan pertambahan penduduk dan industri yang pesat, sumberair tawar
daratan akan segera terkuras habis. Tetapi Al Quran mengisyaratkan bahawa
manusia bisa menggali sumber mata air dasar laut untuk mengatasinya.
Maha benar Allah.
}
{ 2}
{ 1}
{3
{ 5}
{ 4}
{6}
Demi bukit Tur. Demi Kitab yang tertulis. Dalam lembaran terbuka. Demi
Baitul Makmur. Demi atap yang terbuka. Demi Laut dengan api di dalamnya.
(Q.S. Ath-Thuur 52: 1 - 6)
Dalam Al Quran, Allah bersumpah dengan berbagai hal. Kita yakin
bahwa Allah sengaja memilih hal itu supaya kita tafakuri urgensinya. Para
ahli tafsir dengan susah payah berusaha menyingkap makna dari surat aththuur (52) ayat 6, tentang laut yang mengandung api. Sebagian besar
menafsirkan bahwa ayat itu bercerita tentang kejadian di hari kiamat. Di hari
itu, lautan akan dipanaskan menggelegak sesuai dengan surat at-Takwir (81)
ayat 6 dan apabila laut dipanaskan.
Imam ibnu jarirat-Thabrani menuliskan satu tafsir yang agak lain
tentang surat ath-thuur ayat 6 tadi. Penjelasan ini berasal dari Abdullah bin
umar, yang dimaksud adalah lautan berapi yang berada di langit berada di
arasy. Tetapi Imam az-Zamakhsyari dalam tafsir Al Kassyaf mengaitkannya
kepada dialog Ali bin Abi Thalib dengan seorang Yahudi, Ali bertanya,
dimana letak neraka? Si Yahudi menjawab, di laut Ali berkata, Aku
melihat bahwa dia adalah benar.
Walhasil, ada tiga tafsiran: (1) lautan berapi kelak di hari kiamat; (2)
lautan berapi itu sekarag sudah ada, tapi di langit; dan (3) lautan berapi
memang ada sekarang. Semua tafsir tadi adalah pendekatan akal, dan
mungkin saja semua benar dan bermanfaat. Poin pertama mengingatkan kita
akan kedahsyatan hari kiamat supaya bertaubat, poin kedua merangsang
penjelajahan ke ruang angkasa untuk menemukan gugusan benda langit
berapi, dan poinn ketiga mengisyaratkan bahwa lautan mengandung daya
energi sepanas neraka yang belum tergali.
{14}
Dan Dialah yang menundukkan lautan, agar dapat kamu makan daging
segar daripadanya, dan dapat kamu keluarkan perhiasan daripadanya untuk
dipakai, dan kamu lihat kapal berlayar di atasnya, dan agar dapat kamu cari
lagi kelebihannya, dan agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl 16: 14)
Ancaman serangan Amerika Serikat ke Iran dan serangan sebelumnya
ke Irak dan Afganistan, tidak lain untuk menguasai sumber-sumber energi
minyak dan gas bumi di wilayah Timur Tengah. Selama manusia terfokus
pada bahan bakar minyak, yakni sumber energi yang tak terbaharui,
perebutan akan selalu terjadi, dan perang demi perang akan berlangsung.
Padahal,
kalau
manusia
mau
mencari
energi
alternatif,
Allah
telah
dalam
kitab
tafsir
Al
Quran
bahwa
fungsi
lautan
adalah
{13}
Maka nikmat Tuhanu yang mana lagi yang masih kamu dustakan? (Q.S. ArRahman 55: 13)
}
{ 19}
{20
Dan Dia jadikan dua laut bertemu. Di antara keduanya ada baas yang tidak
tertembus. (Q.S. Ar-Rahman 55: 19-20).
Barangkali,
batas
(membaran)
itu
adalah
isyarat
Allah
untuk
mau menafakuri Al Quran, kita pasti akan memperoleh isyarat untuk sumber
energi alternatif. Tak usah ada perang rebutan ladang minyak. Wallahu alam.
REFERENSI
Pranggono, Bambang. 2006. Mukjizat Sains dalam Al Quran:
Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami.
Muhammad Kamil Abdushamad. 2002. Mukjizat Ilmiah dalam al
Quran. Jakarta: Akbar.
Baiquny. 1994.
Achmad
Al
Quran,
Ilmu
Pengetahuan
dan