Ada dua macam sifat stress, yaitu stress yang bersifat negatif disebut sebagai
distress, misalnya oleh karena merasa kehilangan jabatan setelah pension, maka ia
merasa tidak berdaya, minder, dan mengakibatkan muncul rasa segan untuk bertemu
dengan teman-temannya. Stress yang bersifat positif disebut eustress. Dalam hal ini
dapat dicontohkan adanya upaya-upaya untuk mengantisipasi kehidupan setelah
nanti. Melakukan penyesuaian-penyesuaian yang positif seperti mencari aktivitas
pengganti atau mulai menyesuaikan gaya hidup.
Namun demikian, pengertian stress yang berkembang di masyarakat hanya
semata-mata stress yang negatif saja, sedangkan stress yang positif tidak
diperhitungkan. Oleh karenanya, orang menolak bila dikatakan stress walaupun reaksi
stresnya bersifat positif.
Adapun reaksi-reaksi yang bersifat negatif adalah sebagai berikut:
a. Reaksi psikologis biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi seperti mudah
marah, sedih, ataupun mudah tersinggung.
b. Reaksi fisiologis biasanya muncul dalam keluhan-keluhan fisik, seperti
pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit,
ataupun rambut rontok.
c. Reaksi proses berpikir (kognisi),biasanya tampak dalam gejala sulit
berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun sulit mengambil keputusan.
d. Reaksi perilaku. Pada remaja tampak dari perilaku-perilaku yang menyimpang
seperti mabuk, ngepil, frekuensi merokok meningkat, ataupun menghindar
bertemu temannya. Sedangkan pada karyawan yang akan purna karya tampak
pada perilaku yang malas untuk bertemu dengan teman sekantor karena
merasa rendah diri.
Reaksi terhadap stress oleh Chevalier dkk., dikemukakan atas beberapa aspek,
yakni (Chevalier et.al., 2011):
a. Aspek Biologis
Terdapat reaksi tubuh berupa fight-or-flight respone karena respons fisiologis
mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang
mengancam terseut. Fight-or-flight respone menyeebabkan individu dapat
berespons dengan cepat terhadap situasi yang mengancam.
Stress dapat mempengaruhi sistem simpatik tubuh, yakni berhubungan dengan
kelenjar pituitary anterior. Dapat dikatakan bahwa indicator adanya stress
pada seseorang ditandai dengan peningkatan-peningkatan aktivitas kelenjar
pituitary tersebut ditandai dengan meningkatnya konsentrasi ACTH dalam
plasma darah manusia.
Dalam penelitiannya, Chevalier dkk., juga mempelajari akibat yang diperoleh
bila stressor terus meerus muncul. Ia kemudian mengemukakan istilah
general adaption syndrome (GAS) yang tediri dari rangkaian taapan reaksi
fisiologis terhadap stressor:
1) Alarm reaction
Tahapan pertama ini mirip dengan fighft-or-flight respone. Pada tahap ini
araousal yang terjadi pada tubuh organisme berada di bawah yang untuk
selanjutna meningkat di atas normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh
melindungi organisme terhadap stressor. Tetapi, tubuh tidak dapat
mempertahankan intensitas araousal dari alarm reaction dalam waktu
yang sangat lama.
2) Stage of resistance
Araousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk melawan dan
beradaptasi dengan stressor. Respons fisiologis menurun, tetapi masih
tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
3) Stage of exhaustion
Respons fisiologis masih terus berlangsug. Hal ini dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan menguras energy tubuh sehingga terjadi
kardiovaskular, pencernaan dan respirasi. Rute kedua yaitu hypothalamicpituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua struktur ini. Tindakan
ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang
cepat pada hipotalamus. Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin
releasing hormone (CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk
menyekresikan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini
merangsang korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid, termasuk
kortisol.
Sekresi
kortisol
mengarahkan
sumber
energi
tubuh,
meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk energi sel. Kortisol
juga sebagai antiinflamasi yang memberikan perlawanan alami selama
respon fight or flight, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009).
Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Respon Stres
Salah satu teori stress adalah model psikologis dari Lazarus (dalam
Baron, 1994), yang menekankan pentingnya interpretasi dari stressor.
Untuk sampai pada proses stress, haruslah dimulai dari penilaian kognitif.
Ada dua macam penilaian kognitif, yaitu penilaian primer dan penilaian
sekunder. Yang dimaksud penilaian primer adalah penilaian atau evaluasi
terhadap situasi apakah yang dirasakan sebagai sesuatu yang mengancam
ataukah menantang. Jika sesuatu dipersepsikan sebagai suatu tantangan,
maka orang akan berusaha mengatasi situasi tersebut. Jika situasi tertentu
dipersepsikan sebagai suatu hal yang mengancam, maka orang akan
menghindar. Yang dimaksud dengan penilaian sekunder adalah penilaian
terhadap sumber daya yang dimiliki baik yang berbentuk fisik, psikis,
social, maupun materi. Proses penilaian primer dan sekunder terjadi
bersama-sama dalam membentuk makna setiap peristiwa yang dihadapi
sehingga akan menentukan perilaku pengatasan.
Perilaku pengatasan bersifat dinamis artinya perilaku pengatasan yang
digunakan tergantung situasi yang dihadapi dan sumber daya yang
dimiliki. Oleh karena itu, ada berbagai macam perilaku pengatasan stress,
5) Menyalahkan lingkungan
b. Dampak tingkah laku
1) Selalu terburu-buru
2) Pelupa
3) Alkoholik, perokok berat
4) Tidak bersemangat, malas
5) Makan berlebih/kurang
c. Dampak kognitif
1) Sulit memutuskan
2) Kurang konsentrasi
3) Kurang kreatif
4) Peka terhadap kritik
d. Dampak fisiologis
1) Kadar gula meningkat
2) Keringat berlebihan
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut jantung meningkat
5) Sakit kepala
6) Tidak nafsu makan
7) Rambut rontok
e. Dampak stress terhadap organisasi
1) Tingkat absensi meningkat
2) Produktifitas menurun
3) Ketidak puasan kerja
Dampak dari Stres Sesuai Tahapan Perkembangan
Bagaimana efek dari pemaparan stress yang kronis atau berulang
(pemaparan tunggal stress yang berat) pada tahapan yang berbeda dari
kehidupan, tergantung pada area otak yang berkembang atau berkurang
pada saat pemaparan. Stress pada periode prenatal mempengaruhi
perkembangan berbagai region otak yang terlibat dalam pengaturan aksis
HPA,
yaitu
pemrograman).
hipokampus,
korkteks
strstressstnatal
frontal,
mempunyai
dan
efek
amigdala
yang
(efek
bervariasi: