Anda di halaman 1dari 16

DIAGNOSA TINGKAH LAKU ABNORMAL

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Klinis
Dosen Pengampu :
Nur Aziz Afandi, S. Psi.m M.Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan serta kekuatan dalam menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan
salam kami curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam sekarang ini.
Makalah Psikologi Klinis dengan pembahasan “Diagnosa Tingkah Laku Abnormal”
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah psikologi klinis yaitu Bapak Nur Aziz Afandi S.Psi.m Psi. Saya juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Menulis makalah ini adalah salah satu kesempatan yang baik buat kami, karena kami
percaya tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca.
Pembahasan dalam makalah ini mengenai diagnosa perilaku abnormal.
Diagnosa perilaku abnormal berdasarkan DSM-IV-TR diidentifikasi melalui analisis
perilaku individu yang tampak aneh atau tidak wajar. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa gejala yang diamati benar-benar merupakan perilaku abnormal dan bukan sekedar
gejala yang biasa terjadi pada individu tersebut.
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku
abnormal; gejala yang diamati muncul secara tidak wajar dan aneh, gejala tersebut
mempengaruhi kualitas hidup individu dan keluarganya, gejala tersebut berlangsung selama
minimal 6 bulan, gejala tersebut tidak terjadi akibat penyakit fisik atau psikis yang lain, dan
gejala tersebut dapat diobservasi oleh orang lain.
Gejala tingkah laku abnormal tidak dapat di diagnosa sendiri, harus melalui
identifikasi ahli hingga kemuadian perlu dibuat diagnosis yang tepat. Dengan memahami
diagnosa perilaku abnormal, kita dapat memahami lebih baik perilaku aneh yang dialami oleh
seseorang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah ini. oleh karena itu, saya berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
agar kami dapat menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Kediri, 28 Februari 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. Definisi Tingkah Laku Abnormal...........................................................................................6
3. Karakteristik Perilaku Abnormal..........................................................................................9
4. Diagnosaa Psikologi Abnormal.............................................................................................10
A. Gangguan Kecemasan.......................................................................................................10
B. Gangguan Afektif...............................................................................................................12
5. Penyembuhan Perilaku Abnormal.......................................................................................14
A. Kemoterapi (Chemotheraphy)..........................................................................................14
B. Terapi Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive Therapy )..................................................14
C. Psychosurgery....................................................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN......................................................................................................................15
B. SARAN...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa
patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang
lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal,
neurologi, kimia dan kedokteran umum. Tingkah laku abnormal merupakan perilaku yang
tidak sesuai dengan norma dan kode etik yang berlaku di masyarakat. Perilaku ini dapat
menyebabkan kerugian baik bagi individu maupun masyarakat.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi
otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau
tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu
memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana
kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk
mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat
kimia yang disebut tressansmitter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang
mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari
patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku
abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.
Terdapat beberapa jenis diagnose perilaku abnormal, diantaranya :
a. Gangguan Sosial
Gangguan sosial ini adalah gangguan yang bersinggungan langsung dengan
interaksi sosial. Individu yang menderita gangguan ini perilakunya tidak sesuai
dengan norma dan kode etik yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku mereka
cenderung mudah marah, tidak mau bekerja sama, dan sulit untuk dikendalikan.
b. Gangguan Emosional
Jika gangguan sosial berhungan dengan interaksi sosial, maka gangguan
emosional ini juga berhubungan langsung dengan emosi individu tersebut.
Individu yang menderita gangguan ini cenderung memiliki perilaku yang tidak
sesuai dengan norma dan kode etik yang berlaku di masyarakat. Contohnya,
individu yang menderita gangguan emosional cenderung mudah tertekan, mudah
menangis, dan mudah merasa cemburu.
c. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan gangguan perilaku yang berhubungan dengan
kepribadian. Individu yang menderita gangguan ini cenderung memiliki perilaku
yang tidak sesuai dengan norma dan kode etik yang berlaku di masyarakat.
Contohnya, individu yang menderita gangguan kepribadian cenderung mudah
emosional, mudah marah, dan mudah frustrasi.
d. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa merupakan gangguan perilaku yang berhubungan dengan jiwa.
Individu yang menderita gangguan ini cenderung memiliki perilaku yang tidak
sesuai dengan norma dan kode etik yang berlaku di masyarakat. Contohnya,

II
individu yang menderita gangguan jiwa cenderung mudah depresi, mudah
mengalami kebingungan, dan mudah terobsesi.
e. Gangguan Psikomatik
Gangguan psikosomatik merupakan gangguan perilaku yang berhubungan dengan
psikosomatik. Individu yang menderita gangguan ini cenderung memiliki perilaku
yang tidak sesuai dengan norma dan kode etik yang berlaku di masyarakat.
Contohnya, individu yang menderita gangguan psikosomatik cenderung mudah
sakit, mudah tres, dan mudah merasa tress.
f. Gangguan Aktifitas
Gangguan aktifitas merupakan gangguan perilaku yang berhubungan dengan
aktifitas. Individu yang menderita gangguan ini cenderung memiliki perilaku yang
tidak sesuai dengan norma dan kode etik yang berlaku di masyarakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Tingkah Laku Abnormal

Psikologi abnormal dikatakan sebagai disfungsi dalam diri individu yang


terkait dengan distress dan sebuah respon yang tidak diterima secara kultural (Duran
& Barlow, 2006). Disfungsi psikologis mengacu pada terganggunya fungsi kognitif,
emosional atau perilaku. Contohnya : saat berkencan, seharusnya kencan itu hal yang
menyenangkan, namun apabila setiap kencan merasa takut dan ingin cepat pulang
meskipun sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, bisa pertanda memiliki
masalah psikologis.1Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga psikopatologi.
Dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology.
Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu
cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas
jiwa. Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau
psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau
hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.
Berkenaan dengan definisi psikologi abnormal, pada Ensiklopedia Bebas
Wikipedia (2009), dinyatakan “Abnormal psychology is an academic and applied
subfield of psychology involving the scientific study of abnormal experience and
behavior (as in neuroses, psychoses and mental retardation) or with certain
incompletely understood states (as dreams and hypnosis) in order to understand and
change abnormal patterns of functioning”. Definisi psikologi abnormal juga dapat
dijumpai di Merriem-Webster OnLine (2009). Pada kamus online tersebut
dinyatakan : “Abnornal psychology : : a branch of psychology concerned with mental
and emotional disorders (as neuroses, psychoses, and mental retardation) and with
certain incompletely understood normal phenomena (as dreams and hypnosis)”
Dari empat definisi yang dinyatakan dengan kalimat yang berbeda tersebut
dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian psikologi abnormal sebagai berikut :
a. Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi atau
psikologi khusus.
b. Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan
atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang
mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab,
manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).
Perbedaan antara normal dan abnormal tidak sama dengan baik atau buruk.
Banyak orang menganggap dirinya pemalu dan pemalas, ini bukan berarti mereka
abnormal. Tetapi jika sebegitu pemalunya sehingga merasa tidak bisa berkencan atau
bahkan sekedar berinteraksi dengan orang lain, berusaha keras menghindari interaksi,
maka ini jelas mengalami abnormalitas sosial. Namun, ada orang yang memiliki
reaksi tersebut tetapi tidak terlalu berat tidak dapat dikategorikan abnormal.

1
A. Brown Timothy, Abnormal Psychology, Wadsworth Publising, 2006.

II
Perbedaan normal atau tidak, pada gangguan psikologis/perilaku abnormal adalah
ekspresi ekstrem dari emosi, perilaku, dan psikologi kognitif yang dirasakan.
Dapat dikatakan normal bila mengalami stres yang amat sangat, misalnya
ketika orang terdekat meninggal dunia, itu merupakan bagian kehidupan manusia dan
manusiawi jika mengalami stress yang amat sangat. Namun pada gangguan
psikologis/abnormal kondisi menderita atau stres yang amat sangat itu tidak ada.
Kadang-kadang sesuatu dianggap abnormal karena sangat jarang terjadi, menyimpang
dari keadaan yang biasa.
Semakin besar penyimpangan semakin dianggap abnormal. Banyak orang
yang menyimpang, tapi hanya sedikit yang dianggap memiliki gangguan perilaku.
contoh seseorang yang sangat berbakat atau eksentrik. Hal ini menyimpang dari rata-
rata tapi bukan gangguan psikologis.
Dalam mempelajari gangguan psikologis, diperlukan deskripsi klinis,
menentukan penyebab, melakukan penanganan. Tidak bisa sesuka hati menentukan
jenis gangguan psikolois, karena setiap individu berbeda kasusnya dan perlu ditelaah
lebih dalam. Di bidang ini terdapat istilah prognosis yakni prediksi mengenai masa
depan gangguan dari waktu ke waktu. Jadi, jika prognosisnya baik maka
kemungkinan untuk sembuh, namun jika prognosisnya buruk maka hasilnya tidak
begitu baik.

2. Penyebab Abnormalitas

Penyebab psikologi abnormal tidak hanya memiliki satu penyebab saja, tetapi
memiliki banyak penyebab dan saling berkaitan. Penyebab gangguan psikologis
sangatlah kompleks diantaranya dari faktor nature (biologis) atau nurture
(lingkungan). Beberapa pertimbangan dalam menentukan penyebab gangguan yakni
(Duran & Barlow, 2006):2
1. Kontribusi Genetik
a. Model Diatesis stress
Dalam pembahasan mengenai kontribusi gen terdapat istilah diathesis-
stress model yang artinya individu mewarisi banyak gen, berbagai
kecenderungan untuk mengekspresikan sifat atau perilaku tertentu yang dapat
diaktifkan melalui kondisi stress.
Diatesis sendiri memiliki makna yakni kondisi yang membuat
seseorang rentan untuk mengembangkan gangguan tertentu. Misalnya seorang
anak memiliki orang tua yang ketika stres cenderung untuk marah-marah
maka sang anak bisa memiliki kecenderungan yang sama dengan orang
tuanya.
b. Model Gen Lingkungan Resiprokal
Model ini berarti bahwa orang memiliki kecenderungan genetik
untuk menciptakan faktor risiko lingkungan yang meningkatkan kemungkinan

2
Ibid

7
timbulnya gangguan itu. Tienari et al (1994) menemukan bahwa anak dari
orangtua yang menderita skizofrenia yang diadopsi waktu bayi ada
kecenderungan mengembangkan gangguan psikiatrik termasuk skizofrenia jika
diadopsi oleh keluarga disfungsional. Namun jika keluarga fungsional dan
pola asuh baik maka tidak mengembangkan gangguan itu.
Catatan penting : Interaksi antara gen dan lingkungan berperan penting
dalam gangguan psikologis.

2. Peran Sistem Saraf


Pakar psikopatologi merumuskan teori mengenai peran aktivitas
neurotransmitter yang mempengaruhi kepribadian. Contoh : orang yang
impulsive mungkin memiliki aktivitas serotonin rendah. Perlu diketahui
bahwa serotonin berfungsi untuk mengatur perilaku, mood, dan proses
berpikir.

3. Proses Perilaku dan Kognitif


a. Learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari)
Teori Seligman menyebutkan bahwa orang menjadi gelisah dan
depresi ketika mereka membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki
control atas stress yang terjadi dalam hidupnya (baik yang mereka
lakukan maupun tidak).
b. Modelling
Belajar melalui observasi dan imitasi(meniru) perilaku orang
lain. Eskperimen bandura mengenai bobo doll eskperimen menemukan
bahwa anak yang diperlihatkan perilaku agresif dari model maka
cenderung merespon dengan Tindakan agresif pula.

4. Pengaruh Emosional
Terdapat istilah fight or flight response adalah reaksi biologis terhadap
stres yang mengancam yang mengarahkan sumber daya pada tubuh (aliran
darah, pernafasan) untuk melawan (fight) atau menjauhi (flight) ancaman.
Misalnya ketika sedang dimarahi oleh orang lain, kita punya pilihan untuk
memarahi orang tersebut juga (fight) atau mendiamkan orang tersebut
(flight).
Catatan penting: mood dan emosi berbeda, mood (suasana perasaan)
adalah periode emosi yang bertahan lama, sedangkan emosi adalah
keadaan perasaan dan Tindakan yang dipicu oleh kejadian yang disertai
dengan respon fisiologis.

5. Pengaruh Sosial dan Interpersonal


Grant, Patterson dan yager (1988) menemukan bahwa orang lansia
yang memiliki dukungan sosial kecil dari keluarga menunjukkan tingkat
depresi tinggi dan kualitas hidup yang kurang memuaskan. Pentingnya
dukungan sosial bagi kesejahteraan mental seseorang. Mencari dan
memilih didalam lingkungan yang baik akan membuatmu lebih bahagia.
6. Faktor Perkembangan

II
Dalam perjalanan hidup terdapat banyak fase perkembangan dari bayi,
anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Setiap perubahan menuju
dari fase berikutnya tentunya mengalami pergejolakan. Ada banyak masa-
masa krisis kehidupan selama kita hidup dan tentunya jika kita mampu
menghadapinya dan mampu melewatinya kita akan menjadi manusia yang
bertumbuh. Namun, jika kita tidak mampu menetapkan pilihan yang bijak
selama fase kehidupan kita, maka ada kerentanan gangguan psikologis.

3. Karakteristik Perilaku Abnormal


A. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan
karakteristik perilaku yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari
rata –rata. Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang
individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem
kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan
ke dalam perilaku abnormal. Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku
tersebut jarang ditemukan. Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang
dianggap normal adalah orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata – rata
pola trait atau perilaku tertentu.

B. Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma – norma yang berlaku di masyarakat,
ekspektasi kultural tentang benar – salah suatu tindakan, yang bersumber dari
ajaran agama maupun kebiasaan – kebiasaan dalam masyarakat, misalkan dalam
berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang
individu kerap kali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak
tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal. Perilaku tersebut
melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang
mengamatinya

C. Personal Distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan
distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa
menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan
atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena
disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar
tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

D. Disabilitas atau Disfungsi Perilaku


Disabilitas yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting
dalam hidup (seperti hubungan kerja atau pribadi), karena abnormalitas.

9
E. Yang Tidak Diharapkan (Unexpectedness)
Tidak semua distress atau diabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal.
Distress seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons yang
tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang
jarang ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang
mengalaminya, yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk hidup
normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan. Oleh karena
itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai dengan
kriteria diatas. Dimana harus terdapat semua kriteria yang sesuai agar dapat
digolongkan sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal
yang sesuai dengan satu kriteria, juga akan sesuai untuk kriteria yang lainnya.
3

4. Diagnosaa Psikologi Abnormal


Dalam mendiagnosis psikologi abnormal, terdapat istilah klasifikasi.
Klasifikasi adalah usaha untuk mengelompokkan/mengkategorikan dan memasukkan
objek atau orang ke dalam kategori tersebut berdasarkan atribut dan hubungan yang
sama.
Jika dibidang kedokteran terdapat international Classification of Diseases
(ICD) maka di bidang psikologi terdapat Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM). DSM terbaru yakni terbit pada tahun 2013 edisi ke 5 yang
diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). DSM adalah buku panduan
di bidang kejiwaan yang pengkategoriannya berdasarkan penemuan empirik untuk
mengidentifikasi kriteria masing-masing diagnosis.4
Terdapat beberapa jenis perilaku abnormal, diantaranya :
A. Gangguan Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang
mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap
stress. Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh
kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup
sekelompok gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama(kecemasan
merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami bila individu berupaya
mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya ( fobia dan obsesi kompulsif ).
1. Kecemasan Merata (Generalized anxiety)
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang
berlebihan pada stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan.
Terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin
terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan mengambil keputusan. Keluhan
fisik yang lazim antara lain tidak dapat tenang, tidur terganggu, kelelahan,
macam – macam sakit kepala ,kepeningan, jantung berdebar – debar.

3
Raskin D. Jonathan, Abnormal Psychology : Contrasting Perspectives, Bloomsbury Publishing.
4
Maslim,Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta 2013.

II
2. Gangguan Panik (Panic Attacks)
Keadaan tiba – tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut
yang meluap – luap. Pada saat serangan panik individu merasa yakin
bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan
gejala seperti jantung berdebar – debar, kehabisan nafas, berkeringat, otot
– otot bergetar, kepusingan, dan rasa muak. Semua ini akibat dari aktifnya
bagian simpatetik sistem saraf otonomik.
3. Fobia
Berbeda dengan gangguan kecemasn merata, gangguan fobia
mengandung ketakutan yang spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan
ketakutan yang amat sangat terhadap suatu stimulus atau situasi yang
menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya, disebut orang yang
fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak
rasional tapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa serba salah
yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan
menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya
tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak
sangat mengganggu kehidupan sehari – hari individu tersebut. Bagaimana
fobia dapat berkembang, yaitu:
a) Teori Belajar
Beberapa fobia mungkin disebabkan oleh pengalaman yang
menakutkan. Contoh: mengembangkan rasa takut naik pesawat setelah
mengalami musibah udara atau takut anjing setelah perah digigit
anjing)

b) Pengamatan
Seorang anak yang mengamati orang tuanya yang bereaksi
pada situasi tertentu dengan rasa takut dapat menghayati reaksi
tersebut sebagai reaksi yang normal. Para orang tua yang penakut
cenderung akan menghasilkan anak – anak yang penakut pula karena
orang tua yang penakut menjadi model untuk ditiru anak – anak.

c) Diberi Imbalan
Fobia yang terjadi karena pada saat – saat tentu seseorang tidak
mau kehilangan/berpisah dengan orang terdekatnya (orang tua)
sehingga selalu mencari alasan untuk tetap dekat dengan orang yang
disayanginya. Dan alasanya selalu diterima sehingga dia mendapat
imbalan yaitu bisa tetap dekat dengan orang-orang tersayangnya

d) Teori Psikoanalisis
Fobia berkembang sebagai pertahanan melawan impuls yang
dirasa individu dapat berbahaya. Misalnya individu yang mengalami
kecemasan karena memiliki dorongan homoseksualitas menghindari
timbulnya impuls homoseksualitas dengan tetap tinggal
dirumahnya,menjauhi teman laki –laki, dan tidak menggunakan wc
umum.

11
4. Gangguan Obsesi Kompulsif
Orang yang mengalami gangguan obsesi kompulsi merasa terpaksa
berpikir tentang hal – hal tidak mereka inginkan.
Obsesi: gangguan terus menerus dari pikiran/bayangan yang tidak
diinginkan. Kompulsif: desakan yang tak tertahankan untuk melaksanakan
tindakan/ritual rutin tertentu. Pikiran obsesi dapat dikaitkan dengan
tindakan kompulsif (misalnya, pikiran tentang kuman penyakit yang
dihubungkan dengan kompulsi untuk mencuci alat - alat makan berkali -
kali sebelum dipakai). Individu yang mengalami gangguan obsesi
kompulsif, pikiran dan desakan ini sangat mengganggu tetapi merasa tak
berdaya mengendalikannya.

B. Gangguan Afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood).
Orang yang terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang
tidak wajar) yang parah atau dapat berganti – ganti antara saat – saat.
Perubahan suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu
tersebu tperlu dirumah sakitkan.

1. Episode Manik
a. Episode manik ringan (hipomania)
Orangnya penuh energi ,antusias dan percaya diri. Terus
berbicara, berpindah – pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur
yang cukup, dan membuat rencana – rencana besar tetapi tidak
diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat mendesak
dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada
kegembiraan.
b. Episode Manik berat (depresi)
Orangnya merasa sedih, putus asa, atau mudah tersinggung
hampir sepanjang waktu. Mereka kurang energi, kesulitan konsentrasi
dan mengingat sesuatu. Selain itu mereka juga kehilangan minat dalam
aktivitas sehari-hari, perasaan hampa atau tidak berharga, perasaan
bersalah dan putus asa bahkan hingga merasa pesimis tentang
segalanya.

2. Skizofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya, Kekacauan kepribadian,
Distorsi realita dan Ketidak mampuan untuk berfungsi dalam kehidupan
sehari – hari. Biasanya muncul pada umur sangat muda; puncaknya antara
umur 25 th-35 th. Kadang - kadang berkembang secara lamban sebagai
proses yang sedikit demi sedikit. Meningkat pada perilaku mengasingkan
diri dan perilaku yang tidak wajar.

II
Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi secara tiba – tiba, ditandai
dengan kerancuan yang intens dan kekacauan emosi. Kasus ini timbul
dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang
memiliki gaya hidup yang: Cenderung menyendiri, Suka bekerja sendiri
dan Merasa tidak aman.
Ciri-ciri Skisofrenia :
a. Kekacauan pikiran dan perhatian
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan.
Individu tersebut menanggapi begitu banyak stimulus yang
bersamaan dan sulit mengambil makna.Pembicaraan para penderita
ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.

b. Kekacauan persepsi
Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia
tampak lain bagi penderita tersebut. Ketidakmampuan memahami
sesuatu sebagai suatu keseluruhan.

c. Kekacauan afektif
Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan
normal. Namun ekspresi emosi yang datar ini/tumpul ini dapat
menyembunyikan kekacauan dalam hatinya dan dapat tiba-tiba
sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan perasan
yang tidak relevan dengan situasi/pikiran yang diungkapkan

d. Delusi dan halusinasi


Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi
yang menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi. Delusi
yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan eksternal
mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.
Macam-macam delusi yaitu :
i. Delusi penganiayaan = Paranoid.
ii. Delusi kehebatan = Orang tersebut kuat dan penting.
iii. Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian
dari keyakinan.
iv. Halusinasi Auditorik = Suara – suara.
v. Halusinasi Visual = Melihat mahluk – mahluk aneh,
malaikat
vi. HalusinasiSensorik = Bau busuk, rasa racun, perasaan
disentuh

A. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku mal adaptif yang sudah
kuno. Sebelumnya kita telah menjabarkan sifat-sifat kepriadian sebagai cara-cara

13
yang tetap dalam menghayati atau berhubungan dengan lingkungan atau berpikir
tentang dirinya sendiri. Bila sifat-sifat kepribadian menjadi tidak luwes dan
bersifat maladaptif, sehingga mengganggu kemampuan individu berfungsi, maka
sifat-sifat tersebut merupakan gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian
merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi stress
atau memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa remaja
dan dapat berlangsung sepanjang hidup. Berbeda dengan orang yang mengalami
gangguan afektif dan kecemasan yang juga berperilaku maladaptif, orang yang
menderita gangguan kepribadian biasanya tidak merasa sangat terganggu atau
cemas dan tidak punya motivasi untuk mengubah perilakunya. Mereka tidak
kehilangan kontak dengan realita atau tidak menunjukkan kekacauan perilaku
yang mencolok seperti orang yang menderita skisofrenik.5

5. Penyembuhan Perilaku Abnormal


Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat
bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi
atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal
meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan.

A. Kemoterapi (Chemotheraphy)
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan
sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-
penyakit mental. Adapun penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-
an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan
sejumlah obat – obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
B. Terapi Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive Therapy )
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh
psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal
electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan
ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada
saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana
pasien tidak merespon pada terapi otak.
C. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan
serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode
yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal,
diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan
pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan
terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau
dengan area hipotalamus tertentu. Terapi ini digunakan untuk mengurangi

5
AA Gea. Journal Psychological Disorder Perilaku Abnormal : Mitos dan Kenyataan, Vol.4 No.1 April
Humaniora Binus University 2013

II
simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas,
disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal adalah
ilmu jiwa yang mempelajari tentang tingkah laku atau perilaku maladatif seseorang.
Jika seseorang mengalami psikologi yang abnormal maka orang tersebut akan
cenderung memperlihatkan perilaku-perilaku yang abnormal sehingga akan orang
tersebut melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku dalam kehidupannya.
Untuk menangani penyimpangan-penyimpangan, maka dilakukan berbagai
pendekatan, yang lebih berfokus pada pendekatan biologis yang memberikan terapi-
terapi obat dan pendekatan psikologis yang memfokuskan pada terapi konseling
keseorang psikolog, psikiater dan para pekerja kesehatan lainnya untuk meningkatkan
kesejahteraan serta ketenangan kehidupan perasaan penderita gangguan-gangguan
psikologi tersebut.

B. SARAN
Bagi para Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami dengan baik konsep-
konsep dan teori, karateristik serta tipe-tipe abnormalitas, sehingga dapat
membedakan antara perilaku abnormal dan normal, mahasiswa juga diharapkan untuk
dapat mengontrol diri agar senantiasa berperilaku sehat dan normal baik secara mental
maupun fisik dalam kehidupan sehari-hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Brown Timothy, Abnormal Psychology, Wadsworth Publising, 2006.

Raskin D. Jonathan, Abnormal Psychology : Contrasting Perspectives, Bloomsbury


Publishing.

Maslim,Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta 2013.

AA Gea. Journal Psychological Disorder Perilaku Abnormal : Mitos dan Kenyataan, Vol.4
No.1 April Humaniora Binus University 2013

II

Anda mungkin juga menyukai