Anda di halaman 1dari 21

TEORI BELAJAR SOSIAL-HUMANISTIK DAN

IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. M. Fadlillah, S.Pd,i., M.Pd

Disusun Oleh :

1. Achmad Habibur Rohman (220611100025)


2. Diana Susilowati (220611100026)
3. Andini Wulan Cahyani (220611100027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat
dan hidayahnya. Kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang Teori Belajar
Sosial Humanistik Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
Selain itu, penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menginformasikan kepada pembaca
dan membantu kita semua mendapatkan lebih banyak wawasan dan menambah
pengetahuan kita.

Bangkalan 9 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TEORI BELAJAR SOSIAL-HUMANISTIK DAN IMPLEMENTASINYA


DALAM PEMBELAJARAN ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Teori Sosial Humanistik .............................................................. 3

2.2 Tokoh-tokoh Teori Humanistik ..................................................................... 5

2.2.1 Teori Perkembangan Humanistik Abraham Maslow.............................. 5

2.2.2 Teori Perkembangan Humanistik Arthur Combs (1912-1999) .............. 8

2.2.3 Teori Perkembangan HumanistikCarl Rogers ...................................... 10

2.2.4 Teori Perkembangan Humanistik Kolb, Honey dan Humford, Hebernas


....................................................................................................................... 12

2.3 Implementasi Teori Sosial Humanistik Dalam Kegiatan Pembelajaran ..... 13

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik ............................... 15

BAB 3 PENUTUP............................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17

3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan
proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk
pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan,
belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh
seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau
menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk
itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan
maksimal.
Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang
dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan
azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain
itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini pendidik
diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan
kaedah dan teknik yang akan digunakan.
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai “Teori Belajar Sosial Humanistik”. Teori Humanistik adalah teori yang
memanusiakan manusia. Menurut Teori Belajar Humanistik siswa dikatakan
belajar bila memahami dirinya dan lingkungan disekitarnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian teori sosial-humanistik?
2. Siapa tokoh yang mengembangkan teori social humanistik dan bagimana
pengembangannya?
3. Bagaimana Implementasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teori sosial humanistic?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari teori sosial humanistik
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh dalam teori sosial humanistic
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi teori humanistik dalam
pembelajaran
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori sosial
humanistic

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Sosial Humanistik


Belajar adalah salah satu kebutuhan manusia yang penting dalam upaya
mempertahankan disup dan mengembangkan diri. Dari belajar seorang individu
dapat memahami suatu konsep baru, atau mengalami suatu perubahan tingkah lagu,
keterampilan dan sikap. Melvih H. Marx mendukung pernyataan diatasbahwa
“Belajar adalah perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku
yang dasarnya merupakan fungsi dari tingkah laku sebelumnya. Dalam hal ini
sering disebut praktik atau latihan” dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa
belajar membutuhkan dan melalui suatu proses perubahan tingkah lagu serta pola
pikirsesorang.

Teori belajar merupakan teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi
saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar itu berlangsung (Thobroni,
2015: 14). Melalui teori belajar kita dapat tahu apa yang sebenarnya terjadi
dan membantu memahami bagaimana proses pembelajaran. Jadi, teori belajar
merupakan landasan untuk menghasilkan pengajaran yang baik, manjemen yang
baik dengan menggunakan teori belajar yang relevan, sesuai dan disukai sehingga
tujuan belajar yang diinginkan bisa tercapai.

Teori belajar sosial adalah suatu teori pembelajaran yang mengedepankan


tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya
dengan situasi sosial. Bandura menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang
berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi
atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama orang yang dianggap
mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar
sosial adalah modeling (peniruan).Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi
tanpa reinforcement yang nyata. Bandura yakin bahwa dengan mengamati akan
memberika ruang bagi untuk belajara tanpa berbuat apapun. Dalam penelitiannya,
ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain,
bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model

3
yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar
melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman
langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga
banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menerapkan teori belajar sosial
Albert Bandura dalam proses belajar mengajar adalah : 1) Mengaitkan pelajaran
dengan pengalaman atau kehidupan siswa 2) Menggunakan alat pemusat perhatian
seperti peta konsep, gambar, bagan, dan media-media pembelajaran visual lainnya.
3) Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topik
yang sudah dipelajari. 4) Menggunakan musik. 5) Menciptakan suasana riang. 6)
Teknik penyajian materi bervariasi. 7) Mengurangi bahan/materi yang tidak
relevan.

Teori belajar humanistik juga berbicara teori pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia dan peserta didik bisa
mengembangkan potensi dirinya. Dalam teori belajar humanistik proses belajar
harus berpusat pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara
tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Artinya
teori ini lebih terarah pada ide belajar, bentuk yang paling ideal dari pada belajar
itu apa adanya, apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” atau mencapai
aktualisasi diri tercapai.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar dianggap berhasil jika siswa
telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Artinya siswa mampu
mencapai aktualisasi diri dengan optimal. Peserta didik dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar seperti ini berusaha memahami perilaku belajar berdasarkan
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (Uno, 2006: 13)

4
Dalam pandangan teori humanistik pusat belajar berada pada peserta didik
dan pendidik berperan sebagai fasilitator artinya tujuan utama para pendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sepesial, dalam diri setiap
orang memiliki potensi dan motivasi dalam pengembangan diri maupun perilaku
maka dari itu setiap individu adalah merdeka dalam upya pengembangan diri serta
pengaktualisasinya.
Berikut ini adalah para tokoh dalam teori belajar social-humanistik, yaitu
John Dewey, Herbert Thelen, Gordon W. Allport, Kurt Lewin dan Carl R. Rogers.

2.2 Tokoh-tokoh Teori Humanistik

2.2.1 Teori Perkembangan Humanistik Abraham Maslow


Abraham Maslow adalah seorang psikolog yag yang digelari dengan
sebutan bapak psikologi humanistic. Abraham Maslow lahir di New York
pada tahun 1980, keppopuleran Abraham Maslow berkat teori hirarki
kebutuhan yang dicetuskannya. Teori kebutuhan adalah pemikiran
kesehatan rohani berdasarkan pemenuhan kebutuhan alami manusia guna
pengaktualisasian diri. Dalam perspektif humanistic menuntut potensi
peserta didik dalam proses tumbuh kembang, kebebasan menemukan jalan
hidupnya. Humanistik menganggap peserta didik sebagai subjek yang
merdega guna menetapkan tujuan hidup dirinya. Peserta didik dituntut
untuk memiliki sifat tanggung jawb terhadap kehidupannya dan
orangdisekitarnya.
Teori humanistic menurut Maslow ia yakin bahwa manusia
berperilaku guna mengenal dan mengapresiasi dirinya sebaik-baiknya.
Teori yang termasyhur hingga saat ini yaitu teori hirarki kebutuhan.
Menurutnya manusia terdorong guna mencukupi kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan itu mempunyai level, dari yang paling dasar

5
hingga level tertinggi. Dalam teori psikologinya yaitu semakin besar
kebutuhan maka pencapaian yang dipunyai oleh individu semakin
sungguh-sungguh menggeluti sesuatu.
Prespektif ini kemudian diasosiasikan secara dekat dengan
keyakinan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar detiap individu harus
dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut
hirarki kebutuhan, pemuasan kebutuhan seorang individu dimulai dari yang
terendah yakni kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan rasa memiliki,
harga diri, hingga kemudian di puncak yakni keutuhan aktualisasi diri.

1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)


Kebutuhan fisiologi terdiri dari kebutuhan pokok yang bersifat
mendasar. Kebutuhan tersebut biasanya paling kuat dan memaksa untuk
dicukupi sehingga harus dicukupi terlebih dahuluuntuk bersifat sehari-hari.
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)
Jika sesudah kebutuhan fisiologis terpenuhi maka akan timbul
kebutuhan akan rasa aman. Manusia yang beranggapan tidak berada
dalam keamanan membutuhkan keseimbangan dan aturan yang baik
serta berupaya menjauhi hal-hal yang tidak dikenal dan tidak
diinginkan. Kebutuhan rasa aman menggambarkan kemauan
mendapatkan keamanan akan upah-upah yang ia peroleh dan guna
menjauhkan dirinya dari ancaman, kecelakaan, kebangkrutan, sakit serta
marabahaya.

6
3) Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)
Sesudah kebutuhan fisiologikal dan rasa aman tercukupi, maka
fokus individu mengarah pada kemauan akan mempunyai teman, rasa
cinta dan rasa diterima. Sebagai makhluk social, seseorang bahagia bila
mereka disukai serta berupaya mencukupi kebutuhan bersosialisasi saat
di lingkungan kerja, dengan cara meringankan beban kelompok formal
atau kelompok non formal, dan mereka bergotong royong bersama
teman setu tim mereka di tempat kerja serta mereka berpartisipasi
dalam aktifitas yang dilaksanakan oleh perusahaan dimana mereka
bekerja
4) Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem Needs)
Pada tingkat selanjutnya dalam teori hierarki kebutuhan,
Nampak kebutuhan untuk dihargai, disebut juga kebutuhan “ego”.
Kebutuhan tersebut berkaitan dengan keinginan guna mempunyai kesan
positif serta mendapat rasa diperhatikan, diakui serta penghargaan
dari sesamamanusia. Pada pengorganisasian kebutuhan akan
penghargaan memperlihatkan dorongan akan pengakuan, responsibilitas
tinggi, status tinggi dan rasa akan diakui atas sumbangsih terhadap
kelompok.
5) Kebutuhan Aktualisasi-Diri (Self Actualization)
Kebutuhan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan akan
pemenuhan diri pribadi, termasuk level kebutuhan teratas. Kebutuhan
tersebut diantaranya yaitu kebutuhan akan perkembangan bakat dan potensi
yang ada pada diri sendiri, memaksimalkan kecakapan diri serta menjadi
insan yang unggul. Kebutuhan akan pengaktualisasian diri pribadi oleh
kelompok mampu dicukupi denganmemberikan peluang untuk
berkembang, tumbuh, berkreasi serta memperoleh pelatihan guna
memperoleh tugas yang sesuai dan mendapat keberhasilan.
Menurut Abraham Maslow kebutuhan aktualisasi diri adalah
kecenderungan seseorang untuk mengerahkan semua kemampuan atau
keinginannya secara terus menerus dalam menjadi pribadi yang lebih baik.

7
Dalam pembelajran terori Maslow dapat membangun motivasi sumber
daya manusia (SDM) dalam dunia pendidikan. Moditvasi dalam pembelajaran
akan mendorong siswa agar mengembangkan potensi yang ada dalam diri
mereka secara maksimal. Sehingga untuk membangun motivasi dalam hal ini
membutuhkan kerangka teori yang membahas kebutuhan manusia secara
menyeluruh.

2.2.2 Teori Perkembangan Humanistik Arthur Combs (1912-1999)


Arthur Wright Combs, lahir pada tanggal 3 Juni 1912 di Newark,
New Jersey dan meninggal 21 Maret 1999. Arthur Combs merupakan salah
satu tokoh aliran humanistik yang menyumbangkan pemikirannya
berkaitan tentang dunia pendidikan. Arthur Combs bersama dengan
Donald Snygg mengemukakan konsep meaning (makna atau arti) dalam
proses belajar
Arthur Combs mengemukakan konsep meaning (makna atau arti)
artinya dalam proses belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu
tersebut. Maksud dari pernyataan tersebut ialah guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan individu (peserta didik). Contohnya jika siswa tidak menguasai
matematika atau sejarah, itu bukan karena siswa itu bodoh, tetapi karena
dia tidak mau dan terpaksa, serta merasa bahwa sebenarnya tidak ada
alasan penting baginya untuk mempelajari pelajaran tersebut. Dengan kata
lain siswa merasa bahwa materi pelajaran itu tidak punya makna
(meaning) bagi dirinya. Karenanya Combs berpendapat bahwa suatu hal
yang sangat penting bagi seorang guru adalah bagaimana caranya
menjadikan bahan pelajaran yang diajarkannya memiliki arti dan makna
bagi pribadi siswa dan siswa dapat menghubungkannya dengan kehidupan.
Selanjutnya menurut Combs agar guru dapat memahami perilaku
siswa maka guru harus mengerti presepsi (pandangan dunianya). Dalam
teori humanistic presepsi berkaitan dengan perilaku-perilaku batiniah
(tingkh laku inner) seperti perasaan, kepercayaan, dan keyakinan yng
menjadi pembeda antara siswa satu dengan lainnya. Combs melukiskan

8
persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran yang memiliki satu
titik pusat: lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran
besar adalah persepsi dunia. Makin jauh persitiwa-peristiwa dari persepsi
diri, maka makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya (artinya
sulit untuk terjadi proses personalisasi). Jadi, hal-hal yang mempunyai
sedikit hubungan dengan diri, makin sulit dipahami dan semakin mudah
dilupakan. Jadi jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid
segera dilupakan karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
Menurut Combs mengubah perilaku sama dengan mengubah
presepsi maka dari itu jika ingin mengubah perilaku seseorang maka kita
harus mengubah presepsi, keyakinan atau pandangan orang itu. Cara untuk
mengubah presepsi siwa berkaitan dengan kemampuan sorang guru dalam
menjelaskan pentingnya sesuatu sehingga membuatnya bermakna bagi
siswa, serta membuatnya berhubungan atau berkaitan dengan kehidupan
siswa. Kemampuan tersebut juga berhubungan erat dengan kemampuan
memotivasi, atau mendorong siswa untuk melakukan sesuatu secara
intrinsik (dengan kesadaran dari dalam diri sendiri). Kesediaan siswa untuk
melakukan sesuatu (belajar) dengan penuh kesadaran dari dalam dirinya
akan menyebabkan orientasi belajarnya tidak hanya sekadar mendapatkan
skor (nilai) melainkan pada manfaat dari ilmu pengetahuan yang
diperolehnya. Selanjutnya Combs mengatakan bahwa sitiap manusia
memiliki potendi diri yang sangat penting untuk dikembangkan

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Arthur Combs


1 Kelebihannya, antara lain sebagai berikut.
a) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial.
b) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

9
c) Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
analisis terhadap fenomenasosial..
d) Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
e) Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa.
f) Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
g) Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai
aktualisai diri dengansebaik-baiknya.
1. Kekurangannya, antara lain sebagai berikut.
a. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan
dalam proses belajar. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya
akan ketinggalan dalam proses belajar
b. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan
lingkungan yang mendukung
c. Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
d. Siswa kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada
pada diri mereka
e. Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar
f. Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian
siswa menjadi berkurang
g. Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu
sendiri.

2.2.3 Teori Perkembangan Humanistik Carl Rogers


Teori yang dikemukakan oleh Rogers merupakan salah satu teori
holistik, namun yang membuatnya unik adalah sifat humanistik yang
dikandungnya. Teori kemanusiaan Rogers memiliki berbagai nama,
termasuk: teori yang berpusat pada pribadi (person centered)
nondirective, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid
(student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan (person to person). Asumsi dasar teori Rogers adalah:
a. Kecenderungan Formatif

10
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil.

b. Kecenderungan Aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke
ke-sempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempu-nyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
Namun, istilah yang berpusat pada individu sering digunakan
dalam teori Rogers. Rogers menyebut teorinya kemanusiaan,
menolak pesimis-me dan pesimisme psikoanalisis yang pesimistis
dan menentang teori behavioris yang melihat manusia sebagai
robot. Teori humanisme Rogers lebih berharap dan optimis tentang
orang-orang karena mereka memiliki potensi yang sehat untuk
maju. Landasan teori ini sejalan dengan pemahaman humanisme
pada umumnya, yaitu suatu ajaran, sikap, dan pandangan hidup
yang berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan dan menekankan
kehormatan, harga diri, dan kemampuan untuk memenuhi. tujuan
spesifik.
Kesimpulan Teori Humanisme Carl Rogers:
a. Teori Rogers disebut humanisme karena percaya bahwa semua
individu adalah positif dan menolak teori Freud dan
behaviorisme.
b. Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan desain dan
realisasi.
c. Diri terbentuk dari pengalaman sejak masa kanak-kanak, dan
diri terdiri dari dua subsistem: konsep diri dan diri ideal.
d. Ada empat kebutuhan pribadi; (1)Perbaikan diri;
(2)Pemeliharaan; (3)Perhatian positif (penilaian positif); dan
(4)Harga diri positif.

11
e. Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan
konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya
adalah pertahanan: -(1)Distorsi dan (2)Penolakan-penolakan
untuk menghindarinya ketika terjadi karena pengalaman non-
seksual atau konsep diri. Tidak menggunakan pertahanan ini
menghancurkan konsep diri dan menyebabkan psikosis.
f. Dalam terapi, terapis hanya membantu dan membimbing
klien, klienlah yang membuat perubahan.
2.2.4 Teori Perkembangan Humanistik Kolb, Honey dan Humford,
Hebernas
Menurut Kolb, belajar dapat dibagi menjadi empat tahap:
pengalaman konkret, pengalaman reflektif dan kreatif,
konseptualisasi, dan eksperimen aktif. Fase-fase tersebut berjalan
terus menerus dan tidak secara langsung diperhatikan oleh siswa
(Nurjan, 2016). Pengalaman konkret adalah pengala-man yang
dimiliki siswa secara langsung. Namun, para siswa masih belum
tahu alasan untuk pengalaman ini. Kita dapat mengatakan bahwa
ini adalah tahap awal dari proses pembelajaran. Selain itu, refleksi
dan kreativitas merupakan tahapan yang menunjukkan bahwa
siswa mulai terlibat dan memahami kegiatan observasional dalam
proses pembelajaran.
Konseptualisasi, pada gilirannya, adalah kegiatan yang
dilakukan siswa dalam bentuk membuat abstraksi dan teori. Hal ini
dilakukan oleh siswa dengan menghadirkan pengaturan aturan
utama yang digeneralisasi un-tuk berbagai fenomena yang terjadi.
Terakhir, eksperimen aktif adalah tahap siswa menerapkan aturan
umum yang dapat diterima dalam situasi baru atau masa depan
sehingga mereka dapat memecahkan masalah yang mereka alami
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam proses pembelajaran
(Yuberti 2011).

12
Berdasarkan empat teori yang digagas oleh Kolb, Honey,
dan Hum-ford: Activist, Reflector, Theorist, Pragmatist (Nurjan,
2016). Tipe Aktivis adalah tipe siswa yang senang dengan hal-hal
baru dan pengalaman baru yang mendorong pikiran terbuka. Dalam
gaya ini, siswa senang berinteraksi dan berinteraksi dengan orang-
orang di sekitarnya. Tipe reflektor, di sisi lain, adalah tipe siswa
yang cenderung skeptis dalam melakukan sesuatu. Kemudi-an, ahli
teori adalah tipe mahasiswa yang selalu tertarik pada fenomena
kritis, yang dalam analisis selalu tertarik pada fenomena objektif,
dan yang tidak menyukai subjektivitas sesuatu. Terakhir, pragmatis
adalah mahasiswa yang selalu mementingkan fenomena praktis.
Mereka tidak suka pembicaraan panjang, teoretis, filosofis tentang
berbagai hal. Mereka lebih memilih untuk dapat
mempraktekkannya secara langsung (Yuberti, 2014).
Di sisi lain, menurut Hebermas, proses belajar dipengaruhi
oleh interaksi yang dialami siswa baik di lingkungan alam maupun
lingkungan masyarakat. Hebermas mengklasifikasikan
pembelajaran menjadi tiga jenis: pembelajaran teknis,
pembelajaran langsung dan pembelajaran liberal (Nurjan, 2016).
Tipe Pembelajar Teknologi adalah untuk siswa yang senang
berinteraksi dengan lingkungan alam. Mereka cenderung
memperoleh pengetahuan yang sudah diketahui siswa tersebut.
Jenis pembelajaran hands-on adalah untuk siswa yang menyukai
interaksi langsung dengan siswa lain. Mereka percaya bahwa
interaksi dengan orang-orang lebih relevan daripada pengetahuan
yang diperoleh sebelumnya. Akhirnya, metode pembelajaran
liberal adalah metode pembelajaran yang coba dipelajari siswa.

2.3 Implementasi Teori Sosial Humanistik Dalam Kegiatan Pembelajaran


Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya
pendidik menuntun peserta didik berpikir induktif, mengutamakan

13
praktik serta menekankan pentingnya partisipasi pesertadidik dalam
pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi
sehingga peserta didik mampu mengungkapkan pemikiran mereka
di hadapan audiens. Pendidik mempersilakan peserta didik menanyakan
materi pelajaran yang kurang dimengerti. Proses belajar menurut
pandangan humanistic bersifat pengembangan kepribadian, kerohanian,
perkembangan tingkah laku serta mampu memahami fenomena di
masyarakat. Tanda kesuksesan penerapan tersebut yaitu peserta didik
merasa nyaman dan bersemangat dalam proses pembelajaran serta
adanya perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta pengendalian
diri. langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan.
Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1)Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.Menentukan
materi pelajaran.
2)Mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior)
3)Mengidentifikasi topic-topik pembelajaran yang
memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami
dalam belajar.
4)Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran.
5)Membimbing siswa belajar secara aktif.
6)Membimbing siswa untuk memahami hakikat,
makna, dari pengalaman belajarnya
7)Membimbing siswa membuat konseptualisasi
pengalaman belajarnya.
8)Membimbing siswa dalam mengaplikasikan
komponen-komponen baru ke situasi nyata.
9)Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

14
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
1. Kelebihan teori humanistik
Asri Budiningsih mengemukakan pendapatnya mengenai kelebihan teori
humanistic sebagai berikut (Budiningsih, 2005):

a. Teori ini pantas untuk diimplementasikan dalam materi pembelajaran


yang bertujuan untuk membentuk kepribadian, perubahan tingkah laku,
hati nurani dan pandangan terhadap fakta sosial.
b. Menurut aliran humanisme: seseorang lebih mempunyai keinginan atau
kesanggupan untuk
mengembangkan potensi dirinya dan percaya pada takdir biologis dan
ciri lingkungan
c. Keberhasilan dari menerapkan teori belajar humanistik adalah peserta
didik merasa dirinya bergembira sehingga ada gairah atau inisiatif dalam
belajar serta terjadinya perubahan dalam daya pikir, sikap dan tingkah
laku atas keinginan diri sendiri.
d. Berharap peserta didik menjadi manusia yang leluasa, sehingga tidak
terbelenggu dengan pandangan orang lain dan dapat mengelola
individualitas diri sendiri secara bertanggung jawab dengan tidak
mengambil hak - hak orang lain, serta tidak melanggar aturan hukum,
norma, maupun etika yang berlaku.
e. Aliran humanisme menolak sifat tidak percaya diri, dengan kata lain
aliran humanism mengarahkan individu untuk memiliki sifat percaya diri
f. Teori Humanistik sangat menolong pendidik dalam mengetahui arah
belajar pada aspek yang lebih besar, sehingga terwujudnya hal-hal yang
ingin dicapai serta membantu pendidik untuk memahami dan
mengetahui hakikat dari jiwa manusia.

2. Kekurangan teori humanistic

Asri Budiningsih mengemukakan pendapatnya mengenai kekurangan teori


humanistic sebagai berikut (Budiningsih, 2005):

15
1) Peserta didik yang tidak ada keinginan untuk memahami potensi dirinya
akan tertinggal dalam proses belajar

2) Peserta didik terlalu diberi kebebasan


3) Teori humanisme sangat percaya diri secara alamiah dan tidak berhasil
memberikan pengetahuan pada bagian buruk dari sifat asli manusia

4) Teori humanisme tidak dapat diuji dengan mudah

5) Dalam psikologi humanisme terdapat banyak konsep yang masih buram


dan subjektif seperti pada aktualisasi diri

6) Beberapa kritikus menolak bahwa konsep ini menggambarkan idealisme


dan nilai dari Maslow.

7) Psikologi humanisme mendapati adanya penyimpangan terhadap nilai


individualistis

8) Teori humanisme dikritik karena jarang dipakai dalam konteks yang lebih
mudah. Sehingga

16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan beberapa poin mengenai Teori
Belajar Sosial Humanistik serta penerapannya dalam pembelajaran sebagai
berikut :
 Teori belajar sosial adalah suatu teori pembelajaran yang mengedepankan
tentang pengalaman
 Teori belajar humanistik juga berbicara teori pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia dan peserta didik bisa
mengembangkan potensi dirinya
 Dalam terori humanistic siswa sebagai subjek pembelajaran dimana belajar
dikatakan berhasis jika siswa dapat memahami dirinya dan lingkungannya
 Tujuan dari teori belajar humanistic yakni memanusiakan manusia
 Dalam Implementasi teori belajar humanistic pendidik menuntun peserta
didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta menekankan
pentingnya partisipasi pesertadidik dalam pembelajaran dapat
diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik mampu
mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audiens.
 Kekurangan dan kelebihan dari teori humanistic tergantung pada
pengamplikasiannya pada mata pelajaran apa dan kondisi siswa karena pada
dasarnya setiap teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangannya.

3.2 Saran
Dari makalah yang kami buat mengenai materi “Teori Belajar Sosial
Humanistik dan Implementasinya Dalam Pembelajaran” kami menyadari
banyak kekurangan dalam makalah kami, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun kami perlukan. Namun kami harap makalah ini dapat memberi kita
pengetahuan dan wawasan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. L. B. E. R. T., & Doll, E. B. (2005). Teori Belajar Sosial. Buku


Perkuliahan, 101.

Perni, N. N. (2018). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. Adi


Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105-113.

Sumantri, B. A., & Ahmad, N. (2019). Teori Belajar humanistik dan Implikasinya
terhadap pembelajaran pendidikan agama islam. Fondatia, 3(2), 1-18.

Lesilolo, H. J. (2018). Penerapan teori belajar sosial albert bandura dalam proses
belajar mengajar di sekolah. KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi, 4(2),
186-202.

18

Anda mungkin juga menyukai