Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat
dan hidayahnya. Kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang Teori Belajar
Sosial Humanistik Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
Selain itu, penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menginformasikan kepada pembaca
dan membantu kita semua mendapatkan lebih banyak wawasan dan menambah
pengetahuan kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP............................................................................................... 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan
proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk
pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan,
belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh
seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau
menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk
itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan
maksimal.
Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang
dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan
azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain
itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini pendidik
diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan
kaedah dan teknik yang akan digunakan.
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai “Teori Belajar Sosial Humanistik”. Teori Humanistik adalah teori yang
memanusiakan manusia. Menurut Teori Belajar Humanistik siswa dikatakan
belajar bila memahami dirinya dan lingkungan disekitarnya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian teori sosial-humanistik?
2. Siapa tokoh yang mengembangkan teori social humanistik dan bagimana
pengembangannya?
3. Bagaimana Implementasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teori sosial humanistic?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari teori sosial humanistik
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh dalam teori sosial humanistic
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi teori humanistik dalam
pembelajaran
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori sosial
humanistic
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Teori belajar merupakan teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi
saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar itu berlangsung (Thobroni,
2015: 14). Melalui teori belajar kita dapat tahu apa yang sebenarnya terjadi
dan membantu memahami bagaimana proses pembelajaran. Jadi, teori belajar
merupakan landasan untuk menghasilkan pengajaran yang baik, manjemen yang
baik dengan menggunakan teori belajar yang relevan, sesuai dan disukai sehingga
tujuan belajar yang diinginkan bisa tercapai.
3
yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar
melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman
langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga
banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menerapkan teori belajar sosial
Albert Bandura dalam proses belajar mengajar adalah : 1) Mengaitkan pelajaran
dengan pengalaman atau kehidupan siswa 2) Menggunakan alat pemusat perhatian
seperti peta konsep, gambar, bagan, dan media-media pembelajaran visual lainnya.
3) Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topik
yang sudah dipelajari. 4) Menggunakan musik. 5) Menciptakan suasana riang. 6)
Teknik penyajian materi bervariasi. 7) Mengurangi bahan/materi yang tidak
relevan.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar dianggap berhasil jika siswa
telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Artinya siswa mampu
mencapai aktualisasi diri dengan optimal. Peserta didik dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar seperti ini berusaha memahami perilaku belajar berdasarkan
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (Uno, 2006: 13)
4
Dalam pandangan teori humanistik pusat belajar berada pada peserta didik
dan pendidik berperan sebagai fasilitator artinya tujuan utama para pendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sepesial, dalam diri setiap
orang memiliki potensi dan motivasi dalam pengembangan diri maupun perilaku
maka dari itu setiap individu adalah merdeka dalam upya pengembangan diri serta
pengaktualisasinya.
Berikut ini adalah para tokoh dalam teori belajar social-humanistik, yaitu
John Dewey, Herbert Thelen, Gordon W. Allport, Kurt Lewin dan Carl R. Rogers.
5
hingga level tertinggi. Dalam teori psikologinya yaitu semakin besar
kebutuhan maka pencapaian yang dipunyai oleh individu semakin
sungguh-sungguh menggeluti sesuatu.
Prespektif ini kemudian diasosiasikan secara dekat dengan
keyakinan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar detiap individu harus
dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut
hirarki kebutuhan, pemuasan kebutuhan seorang individu dimulai dari yang
terendah yakni kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan rasa memiliki,
harga diri, hingga kemudian di puncak yakni keutuhan aktualisasi diri.
6
3) Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)
Sesudah kebutuhan fisiologikal dan rasa aman tercukupi, maka
fokus individu mengarah pada kemauan akan mempunyai teman, rasa
cinta dan rasa diterima. Sebagai makhluk social, seseorang bahagia bila
mereka disukai serta berupaya mencukupi kebutuhan bersosialisasi saat
di lingkungan kerja, dengan cara meringankan beban kelompok formal
atau kelompok non formal, dan mereka bergotong royong bersama
teman setu tim mereka di tempat kerja serta mereka berpartisipasi
dalam aktifitas yang dilaksanakan oleh perusahaan dimana mereka
bekerja
4) Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem Needs)
Pada tingkat selanjutnya dalam teori hierarki kebutuhan,
Nampak kebutuhan untuk dihargai, disebut juga kebutuhan “ego”.
Kebutuhan tersebut berkaitan dengan keinginan guna mempunyai kesan
positif serta mendapat rasa diperhatikan, diakui serta penghargaan
dari sesamamanusia. Pada pengorganisasian kebutuhan akan
penghargaan memperlihatkan dorongan akan pengakuan, responsibilitas
tinggi, status tinggi dan rasa akan diakui atas sumbangsih terhadap
kelompok.
5) Kebutuhan Aktualisasi-Diri (Self Actualization)
Kebutuhan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan akan
pemenuhan diri pribadi, termasuk level kebutuhan teratas. Kebutuhan
tersebut diantaranya yaitu kebutuhan akan perkembangan bakat dan potensi
yang ada pada diri sendiri, memaksimalkan kecakapan diri serta menjadi
insan yang unggul. Kebutuhan akan pengaktualisasian diri pribadi oleh
kelompok mampu dicukupi denganmemberikan peluang untuk
berkembang, tumbuh, berkreasi serta memperoleh pelatihan guna
memperoleh tugas yang sesuai dan mendapat keberhasilan.
Menurut Abraham Maslow kebutuhan aktualisasi diri adalah
kecenderungan seseorang untuk mengerahkan semua kemampuan atau
keinginannya secara terus menerus dalam menjadi pribadi yang lebih baik.
7
Dalam pembelajran terori Maslow dapat membangun motivasi sumber
daya manusia (SDM) dalam dunia pendidikan. Moditvasi dalam pembelajaran
akan mendorong siswa agar mengembangkan potensi yang ada dalam diri
mereka secara maksimal. Sehingga untuk membangun motivasi dalam hal ini
membutuhkan kerangka teori yang membahas kebutuhan manusia secara
menyeluruh.
8
persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran yang memiliki satu
titik pusat: lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran
besar adalah persepsi dunia. Makin jauh persitiwa-peristiwa dari persepsi
diri, maka makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya (artinya
sulit untuk terjadi proses personalisasi). Jadi, hal-hal yang mempunyai
sedikit hubungan dengan diri, makin sulit dipahami dan semakin mudah
dilupakan. Jadi jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid
segera dilupakan karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
Menurut Combs mengubah perilaku sama dengan mengubah
presepsi maka dari itu jika ingin mengubah perilaku seseorang maka kita
harus mengubah presepsi, keyakinan atau pandangan orang itu. Cara untuk
mengubah presepsi siwa berkaitan dengan kemampuan sorang guru dalam
menjelaskan pentingnya sesuatu sehingga membuatnya bermakna bagi
siswa, serta membuatnya berhubungan atau berkaitan dengan kehidupan
siswa. Kemampuan tersebut juga berhubungan erat dengan kemampuan
memotivasi, atau mendorong siswa untuk melakukan sesuatu secara
intrinsik (dengan kesadaran dari dalam diri sendiri). Kesediaan siswa untuk
melakukan sesuatu (belajar) dengan penuh kesadaran dari dalam dirinya
akan menyebabkan orientasi belajarnya tidak hanya sekadar mendapatkan
skor (nilai) melainkan pada manfaat dari ilmu pengetahuan yang
diperolehnya. Selanjutnya Combs mengatakan bahwa sitiap manusia
memiliki potendi diri yang sangat penting untuk dikembangkan
9
c) Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
analisis terhadap fenomenasosial..
d) Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
e) Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa.
f) Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
g) Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai
aktualisai diri dengansebaik-baiknya.
1. Kekurangannya, antara lain sebagai berikut.
a. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan
dalam proses belajar. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya
akan ketinggalan dalam proses belajar
b. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan
lingkungan yang mendukung
c. Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
d. Siswa kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada
pada diri mereka
e. Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar
f. Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian
siswa menjadi berkurang
g. Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu
sendiri.
10
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan Aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke
ke-sempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempu-nyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
Namun, istilah yang berpusat pada individu sering digunakan
dalam teori Rogers. Rogers menyebut teorinya kemanusiaan,
menolak pesimis-me dan pesimisme psikoanalisis yang pesimistis
dan menentang teori behavioris yang melihat manusia sebagai
robot. Teori humanisme Rogers lebih berharap dan optimis tentang
orang-orang karena mereka memiliki potensi yang sehat untuk
maju. Landasan teori ini sejalan dengan pemahaman humanisme
pada umumnya, yaitu suatu ajaran, sikap, dan pandangan hidup
yang berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan dan menekankan
kehormatan, harga diri, dan kemampuan untuk memenuhi. tujuan
spesifik.
Kesimpulan Teori Humanisme Carl Rogers:
a. Teori Rogers disebut humanisme karena percaya bahwa semua
individu adalah positif dan menolak teori Freud dan
behaviorisme.
b. Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan desain dan
realisasi.
c. Diri terbentuk dari pengalaman sejak masa kanak-kanak, dan
diri terdiri dari dua subsistem: konsep diri dan diri ideal.
d. Ada empat kebutuhan pribadi; (1)Perbaikan diri;
(2)Pemeliharaan; (3)Perhatian positif (penilaian positif); dan
(4)Harga diri positif.
11
e. Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan
konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya
adalah pertahanan: -(1)Distorsi dan (2)Penolakan-penolakan
untuk menghindarinya ketika terjadi karena pengalaman non-
seksual atau konsep diri. Tidak menggunakan pertahanan ini
menghancurkan konsep diri dan menyebabkan psikosis.
f. Dalam terapi, terapis hanya membantu dan membimbing
klien, klienlah yang membuat perubahan.
2.2.4 Teori Perkembangan Humanistik Kolb, Honey dan Humford,
Hebernas
Menurut Kolb, belajar dapat dibagi menjadi empat tahap:
pengalaman konkret, pengalaman reflektif dan kreatif,
konseptualisasi, dan eksperimen aktif. Fase-fase tersebut berjalan
terus menerus dan tidak secara langsung diperhatikan oleh siswa
(Nurjan, 2016). Pengalaman konkret adalah pengala-man yang
dimiliki siswa secara langsung. Namun, para siswa masih belum
tahu alasan untuk pengalaman ini. Kita dapat mengatakan bahwa
ini adalah tahap awal dari proses pembelajaran. Selain itu, refleksi
dan kreativitas merupakan tahapan yang menunjukkan bahwa
siswa mulai terlibat dan memahami kegiatan observasional dalam
proses pembelajaran.
Konseptualisasi, pada gilirannya, adalah kegiatan yang
dilakukan siswa dalam bentuk membuat abstraksi dan teori. Hal ini
dilakukan oleh siswa dengan menghadirkan pengaturan aturan
utama yang digeneralisasi un-tuk berbagai fenomena yang terjadi.
Terakhir, eksperimen aktif adalah tahap siswa menerapkan aturan
umum yang dapat diterima dalam situasi baru atau masa depan
sehingga mereka dapat memecahkan masalah yang mereka alami
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam proses pembelajaran
(Yuberti 2011).
12
Berdasarkan empat teori yang digagas oleh Kolb, Honey,
dan Hum-ford: Activist, Reflector, Theorist, Pragmatist (Nurjan,
2016). Tipe Aktivis adalah tipe siswa yang senang dengan hal-hal
baru dan pengalaman baru yang mendorong pikiran terbuka. Dalam
gaya ini, siswa senang berinteraksi dan berinteraksi dengan orang-
orang di sekitarnya. Tipe reflektor, di sisi lain, adalah tipe siswa
yang cenderung skeptis dalam melakukan sesuatu. Kemudi-an, ahli
teori adalah tipe mahasiswa yang selalu tertarik pada fenomena
kritis, yang dalam analisis selalu tertarik pada fenomena objektif,
dan yang tidak menyukai subjektivitas sesuatu. Terakhir, pragmatis
adalah mahasiswa yang selalu mementingkan fenomena praktis.
Mereka tidak suka pembicaraan panjang, teoretis, filosofis tentang
berbagai hal. Mereka lebih memilih untuk dapat
mempraktekkannya secara langsung (Yuberti, 2014).
Di sisi lain, menurut Hebermas, proses belajar dipengaruhi
oleh interaksi yang dialami siswa baik di lingkungan alam maupun
lingkungan masyarakat. Hebermas mengklasifikasikan
pembelajaran menjadi tiga jenis: pembelajaran teknis,
pembelajaran langsung dan pembelajaran liberal (Nurjan, 2016).
Tipe Pembelajar Teknologi adalah untuk siswa yang senang
berinteraksi dengan lingkungan alam. Mereka cenderung
memperoleh pengetahuan yang sudah diketahui siswa tersebut.
Jenis pembelajaran hands-on adalah untuk siswa yang menyukai
interaksi langsung dengan siswa lain. Mereka percaya bahwa
interaksi dengan orang-orang lebih relevan daripada pengetahuan
yang diperoleh sebelumnya. Akhirnya, metode pembelajaran
liberal adalah metode pembelajaran yang coba dipelajari siswa.
13
praktik serta menekankan pentingnya partisipasi pesertadidik dalam
pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi
sehingga peserta didik mampu mengungkapkan pemikiran mereka
di hadapan audiens. Pendidik mempersilakan peserta didik menanyakan
materi pelajaran yang kurang dimengerti. Proses belajar menurut
pandangan humanistic bersifat pengembangan kepribadian, kerohanian,
perkembangan tingkah laku serta mampu memahami fenomena di
masyarakat. Tanda kesuksesan penerapan tersebut yaitu peserta didik
merasa nyaman dan bersemangat dalam proses pembelajaran serta
adanya perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta pengendalian
diri. langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan.
Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1)Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.Menentukan
materi pelajaran.
2)Mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior)
3)Mengidentifikasi topic-topik pembelajaran yang
memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami
dalam belajar.
4)Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran.
5)Membimbing siswa belajar secara aktif.
6)Membimbing siswa untuk memahami hakikat,
makna, dari pengalaman belajarnya
7)Membimbing siswa membuat konseptualisasi
pengalaman belajarnya.
8)Membimbing siswa dalam mengaplikasikan
komponen-komponen baru ke situasi nyata.
9)Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
14
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
1. Kelebihan teori humanistik
Asri Budiningsih mengemukakan pendapatnya mengenai kelebihan teori
humanistic sebagai berikut (Budiningsih, 2005):
15
1) Peserta didik yang tidak ada keinginan untuk memahami potensi dirinya
akan tertinggal dalam proses belajar
8) Teori humanisme dikritik karena jarang dipakai dalam konteks yang lebih
mudah. Sehingga
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan beberapa poin mengenai Teori
Belajar Sosial Humanistik serta penerapannya dalam pembelajaran sebagai
berikut :
Teori belajar sosial adalah suatu teori pembelajaran yang mengedepankan
tentang pengalaman
Teori belajar humanistik juga berbicara teori pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia dan peserta didik bisa
mengembangkan potensi dirinya
Dalam terori humanistic siswa sebagai subjek pembelajaran dimana belajar
dikatakan berhasis jika siswa dapat memahami dirinya dan lingkungannya
Tujuan dari teori belajar humanistic yakni memanusiakan manusia
Dalam Implementasi teori belajar humanistic pendidik menuntun peserta
didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta menekankan
pentingnya partisipasi pesertadidik dalam pembelajaran dapat
diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik mampu
mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audiens.
Kekurangan dan kelebihan dari teori humanistic tergantung pada
pengamplikasiannya pada mata pelajaran apa dan kondisi siswa karena pada
dasarnya setiap teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangannya.
3.2 Saran
Dari makalah yang kami buat mengenai materi “Teori Belajar Sosial
Humanistik dan Implementasinya Dalam Pembelajaran” kami menyadari
banyak kekurangan dalam makalah kami, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun kami perlukan. Namun kami harap makalah ini dapat memberi kita
pengetahuan dan wawasan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, B. A., & Ahmad, N. (2019). Teori Belajar humanistik dan Implikasinya
terhadap pembelajaran pendidikan agama islam. Fondatia, 3(2), 1-18.
Lesilolo, H. J. (2018). Penerapan teori belajar sosial albert bandura dalam proses
belajar mengajar di sekolah. KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi, 4(2),
186-202.
18