Anda di halaman 1dari 21

TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA &

PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PIAGET

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
Yang Dibimbing Oleh Bapak Dr. Edy Bambang Irawan, M.Pd

Oleh:
Indah Yulianti (160311800305)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
September 2016

0
TEORI PERKEMBANGAN

Selama 18 tahun pertama dalam kehidupannya, anak-anak mengalami


perubahan yang menakjubkan. Sebagian perubahan tersebut terlihat sangat jelas,
seperti anak tumbuh lebih besar, lebih pandai, lebih terampil bersosialisasi, dan
sebagainya. Namun, banyak aspek perkembangan yang tidak tampak nyata. Cara
dan laju perkembangan setiap anak berbeda, dipengaruhi oleh budaya, pola asuh,
pendidikan, dan faktor-faktor lain. Setiap guru perlu memahami bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat memahami cara belajar anak dan
bagaimana cara terbaik untuk mengajar mereka, seperti ilustrasi berikut ini.
Pada minggu pertama masuk sekolah, Pak Jones mencoba mengajar siswa
kelas 1. Dia berkata, Ketika saya mengajukan pertanyaan, angkat tangan
kanan kalian dan akan saya panggil namanya. Dapatkah kalian mengangkat
tangan kanan kanan seperti yang saya lakukan?. Dua anak mengangkat
tangan. Semuanya tangan kiri.
Karena siswanya lalai dalam mengerjakan pekerjaan rumah, Ibu Lewis
memutuskan untuk menerapkan aturan bagi siswa kelas empat, Setiap anak
yang tidak mengerjakan seluruh pekerjaan rumahnya minggu ini, tidak
diperbolehkan mengikuti perjalanan lapangan. Salah satu ibu dari siswa
perempuan Bu Lewis sakit dan harus dibawa ke rumah sakit minggu ini.
Karena kebingungan dan kekhawatirannya terhadap keluarga, anak itu tidak
mengerjakan satu soal dari tugas rumahnya. Ibu Lewis menjelaskan kepada
seluruh siswa di kelas bahwa dia harus membuat pengecualian karena ibunya
sakit, tetapi siswa di kelas tidak mau mendengar alasan ini. Mereka berkata,
Aturan adalah aturan. Dia tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, jadi dia
tidak bisa pergi.
Suatu hari Ibu Quintera memulai pembelajaran kelas delapan dengan suatu
pengumuman: Anak-anak, saya ingin bercerita kepada kalian bahwa kita
memiliki seorang penyair di tengah-tengah kita. Frank menuliskan sebuah
puisi luar biasa yang akan saya bacakan untuk kalian. Ibu Quintera membaca
puisi Frank yang sangat bagus. Tetapi, dia mendeteksi bahwa Frank
menggunakan tinta warna merah terang dan dengan jelas tampak kurang
nyaman. Beberapa siswa tertawa mengejek. Kemudian, Ibu Quintera bertanya

1
kepada Frank apakah dia bersedia menulis puisi lain untuk lomba puisi di
kotanya. Tetapi dia menolak, karena dia berpikir bahwa dia tidak sebagus itu.
Selain itu, dia tidak memiliki waktu untuk menulisnya.

APA SAJA PANDANGAN TENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA?


Kata perkembangan bermakna bagaimana manusia tumbuh, beradaptasi,
dan mengubah pembelajaran dalam kehidupan mereka, melalui perkembangan
fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan emosi sosial, perkembangan
kognitif (pola pikir), dan perkembangan bahasa. Pada tulisan ini akan dijelaskan
teori perkembangan kognitif dan moral Jean Piaget manusia yang telah diterima
secara luas.

Aspek Perkembangan
Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Mereka berfikir berbeda,
mereka melihat dunia dengan cara yang berbeda, dan mereka hidup dengan
prinsip moral dan etika yang berbeda dari orang dewasa. Tiga skenario yang
disajikan mengilustrasikan beberapa aspek dari banyak aspek pola pikir anak yang
berbeda dengan orang dewasa. Ketika Pak Jones mengangkat tangan kanannya,
anak-anak kelas 1 menirukan gerakannya tanpa memperhatikan arah Pak Jones
menghadap, Pak Jones tidak menyadari bahwa jika dia menghadap anak-anak,
tangan kanannya akan menjadi tangan kiri bagi anak-anak. Situasi kelas Ibu Lewis
mengilustrasikan perkembangan moral anak dimana aturan adalah aturan dan
meringankan suatu kondisi tidak dalam hitungan. Pujian Ibu Quintera terhadap
puisi Frank memberikan efek yang berkebalikan dengan yang dia kehendaki,
tetapi dia berhenti untuk memikirkan situasinya, dia mungkin menyadari bahwa
menyoroti prestasi Frank dapat menjadikannya peran anak kesayangan guru,
peran yang dilawan banyak siswa pada usia remaja awal.
Salah satu dari kebutuhan utama dalam pengajaran efektif adalah guru
memahami bagaimana siswa berfikir dan bagaimana cara mereka melihat dunia.
Strategi pengajaran efektif harus memperhitungkan umur siswa dan tahapan
perkembangannya. Siswa kelas empat yang pandai mungkin dapat belajar
berbagai macam ilmu matematika tetapi faktanya mereka tidak memiliki

2
kematangan kognitif untuk berfikir abstrak seperti aljabar. Begitupun, apresiasi
publik Ibu Quintera terhadap puisi Frank mungkin sangat cocok jika Frank lebih
muda tiga tahun atau lebih tua tiga tahun.

Permasalahan Perkembangan
Dua permasalahan utama tentang perkembangan psikologi telah
diperdebatkan selama beberapa decade. Permasalahan pertama berkaitan dengan
tingkatan perkembangan mana yang dipengaruhi oleh pengalaman dan yang kedua
adalah pertanyaan apakah perkembangan berlangsung secara bertahap.

Kontroversi Nature-Nurture (Takdir-Pola asuh)


Apakah perkembangan ditentukan sebelum kelahiran, oleh hereditas dan
faktor biologis? Saat ini, sebagian besar psikolog perkembangan (sebagai contoh
Berk, 2003; Berk, Bee, & Boyd, 2003; Cook&Cook, 2005; Fabes & Martin, 2000)
percaya bahwa kombinasi takdir dan pola asuh mempengaruhi perkembangan.
Faktor biologis berpengaruh besar terhadap beberapa aspek seperti perkembangan
fisik, dan faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap aspek yang lain seperti
perkembangan moral.

Teori Kontinu dan Diskontinu


Permasalahan kedua berkisar pada gagasan bagaimana perubahan terjadi.
Teori perkembangan kontinu mengasumsikan bahwa perkembangan
berlangsung secara perlahan sebagai perkembangan skil (keahlian) dan
pengalaman diberikan oleh orang tua dan lingkungan. Teori kontinu menekankan
lingkungan lebih penting daripada hereditas dalam menentukan perkembangan.
Perspektif kedua berasumsi bahwa perkembangan anak melalui
serangkaian tahapan perkembangan yang dapat diprediksi dan sama. Pada kasus
ini, perubahan menjadi respon yang wajar atas kemajuan anak pada tahap
perkembangan baru. Semua anak dipercaya untuk memperoleh skil pada urutan
yang sama, meskipun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda. Kemampuan
yang diperoleh anak pada setiap tahap perkembangan berbeda. Pada setiap tahap,
anak membangun pemahaman, kemampuan, dan kepercayaan yang berbeda

3
secara kualitas. Melompati tahapan perkembangan adalah sesuatu yang mustahil,
meskipun pada beberapa hal anak menunjukkan ciri-ciri tingkah laku dari lebih
satu tahapan (Zigler & Gilman, 1998). Berbeda dengan teori kontinu, teori
perkembangan diskontinu lebih fokus pada faktor kelahiran daripada pengaruh
lingkungan untuk menjelaskan perubahan setiap waktu. Kondisi lingkungan
mungkin berpengaruh pada kecepatan perkembangan, tetapi urutan tahap
perkembangan pada hakikatnya salah.
Piaget, Vygotsky, Erikson, dan Kohlberg fokus pada perbedaan aspek
perkembangan. Namun, semua tentang teori tahapan perkembangan, karena
mereka berbagi kepercayaan bahwa perbedaan tahap perkembangan dapat
diidentifikasi dan didiskripsikan. Ini bukanlah persetujuan, tetapi memperluas
spesifikasi teori mereka. Masing-masing teori memiliki jumlah tahapan dan detail
yang berbeda secara signifikan. Juga, masing-masing teori fokus pada aspek
perkembangan yang berbeda (seperti kognitif, sosioemosional, kepribadian, dan
moral).
Saat ini, sebagian besar pakar perkembangan mengakui peran hereditas
dan pengalaman dalam menjelaskan tingkah laku anak (lihat Bronfenbrenner &
Morris, 1998; Cook & Cook, 2005). Teori Vygotsky yang bertumpu pada interaksi
sosial merupakan tahapan pertumbuhan terprediksi untuk menjelaskan
perkembangan.

Teori perkembangan kontinu


Teori yang berdasarkan pada kepercayaan bahwa perkembangan manusia
berjalan secara perlahan dan halus dari masa bayi sampai dewasa.

Teori perkembangan diskontinu


Teori yang mendiskripsikan perkembangan manusia sebagai perkembangan
yang berlangsung melalui urutan yang berbeda, prediksi tahapan perkembangan
dikuasai oleh faktor kelahiran.

BAGAIMANAKAH PANDANGAN PIAGET TENTANG


PERKEMBANGAN KOGNITIF?

4
Jean Piaget, lahir di Switzerland pada tahun 1896 adalah psikolog
perkembangan yang paling berpengaruh dalam sejarah psikologi (lihat Flavell,
1996). Setelah mendapatkan gelar doctor di bidang biologi, dia menjadi lebih
tertarik dengan psikologi, berdasarkan pada teori awalnya saat mengamati ketiga
anaknya dengan hati-hati. Piaget menggunakan prinsip dan metode biologis untuk
mempelajari perkembangan manusia, dan banyak istilah yang dia kenalkan pada
psikologi yang digambarkan secara langsung dari biologi.
Piaget menjelaskan mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah
sepanjang waktu. Untuk Piaget, sebagian besar perkembangan bergantung pada
manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget,
pengetahuan berasal dari tindakan (lihat Langer & Killen, 1998; Wadsworth,
1996). Teori perkembangan kognitif Piaget mengajukan bahwa intelektul anak,
atau kemampuan kognitif, berkembang melalui empat tahapan berbeda. Setiap
tahapan ditandai dengan munculnya kemampuan baru dan cara untuk memproses
informasi. Banyak rincian teori Piaget yang diubah pada penelitian selanjutnya.
Khususnya, banyak terjadi perubahan pada tindakan kognitif yang dia
diskripsikan diketahui terjadi pada tahapan perkembangan sebelumnya, dibawah
kondisi tertentu. Walaupun begitu, Piaget bekerja dari dasar yang harus ada untuk
memahami perkembangan anak.

Perkembangan kognitif
Gradual, perubahan secara teratur dimana proses mental menjadi lebih
kompleks dan canggih.

Skema
Piaget percaya bahwa semua anak lahir dengan naluri untuk berinteraksi
dan mengenali lingkungannya. Dia menyebut cara dasar untuk mengelola dan
memproses informasi sebagai stuktur kognitif. Anak-anak menunjukkan pola
dalam berpikir, disebut skema, anak yang lebih tua dan orang dewasa juga
menggunakannya dalam mengenali benda di dunia. Kita menggunakan skema
untuk menyelidiki dn bertindak di dunia; masing-masing skema memperlakukan
semua benda dan kejadian dengan cara yang sama. Sebagai contoh kebanyakan

5
bayi akan menemukan suatu benda ketika mereka memukulkannya dengan keras.
Ketika bayi melakukan ini, benda tersebut menimbulkan suara, dan mereka
melihat benda dengan memukulkan permukaannya. Pengamatan mereka
menceritakan sesuatu tentang benda tersebut kepadanya. Bayi juga belajar tentang
suatu benda dengan menggigit, menghisap, dan melemparkannya. Setiap
pendekatan untuk berinteraksi dengan benda adalah skema. Ketika bayi
menemukan benda baru, bagaimana mereka mengethaui keseluruhan benda?
Menurut Piaget, mereka akan menggunakan skema yang telah mereka bangun dan
akan menemukan apakah benda tersebut menimbulkan suara yang lebih keras atau
lebih pelan ketika dipukulkan.
Bagaimana Perkembangan Terjadi

rkan dengan keras


Asimilasi
adalah(pembauran)
skema favorit
terjadi
bayi ketika
untuk
Akomodasi
mereka
mengeksplorasi
terjadi
memasukkan
ketika
dunianya.
benda
benda
baru
baru
tidak
ke dalam
sesuaiskema.
dengan skem

Gambar 1. Schemes. Pola tingkah laku bayi untuk belajar tentang dunia mereka.

Asimilasi dan Akomodasi


Menurut Piaget, adaptasi adalah proses menyelaraskan skema sebagai
respon pada lingkungan yang berarti asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses memahami benda atau kejadian baru dari skema yang ada. Jika kamu
memberikan benda kecil pada bayi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya
tetapi mirip dengan benda yang telah dia kenal, mereka suka menggenggam,
menggigit, dan memukulkannya. Dengan kata lain, mereka mencoba

6
menggunakan skema yang sudah ada untuk mempelajari sesuatu yang belum
mereka ketahui (lihat Gambar 1.b). Begitupun, siswa sekolah menengah atas
mungkin mempelajari skema tentang meletakkan informasi pada kartu dan
mengingat isi dari kartu. Dia mungkin mencoba menggunakan skema ini untuk
mempelajari konsep yang lebih sulit seperti ekonomi, dimana pendekatan ini
mungkin tidak efektif.

Skema
Pola mental yang memandu tingkah laku.

Adaptasi
proses menyelaraskan skema sebagai respon pada lingkungan yang berarti asimilasi dan akomoda

Asimilasi
Memahami pengalaman baru dari skema yang ada.

Terkadang, ketika cara lama mengenali lingkungan secara sederhana tidak


bekerja, anak akan memodifikasi skema yang ada dengan informasi atau
pengalaman baru, proses ini disebut akomodasi. Sebagai contoh, jika Anda
memberika telur pada bayi yang memiliki skema memukulkan benda kecil, apa
yang terjadi pada telur (telur pecah) membuat bayi bingung (Gambar 1c). Sedikit
bingung adalah hal yang akan terjadi pada bayi dengan skema memukulkan
benda. Karena akibat takterduga dari memukulkan telur, bayi mungkin mengubah
skemanya. Di masa depan, bayi akan memukulkan beberapa benda dengan keras
dan memukulkan benda yang lain dengan pelan. Siswa sekolah menengah atas
yang hanya belajar dengan mengingat mungkin akan menggunakan strategi yang
berbeda untuk belajar ekonomi, seperti mendiskusikan konsep yang sulit dengan
temannya.
Bayi yang memukulkan telur dan siswa yang mencoba mengingat dengan
lebih komprehensif telah mengenali situasi yang tidak dapat diatasi oleh skema
yang ada. Teori Piaget menamakannya disequilibrium (ketidakseimbangan), atau

7
ketidakseimbangan antara pemahaman dan yang dijumpai. Secara natural,
manusia akan memperkecil ketidakseimbangan dengan fokus pada stimulus yang
menyebabkan disequilibrium dan membangun skema baru atau mengadaptasi
sesuatu yang lama hingga equilibrium (keseimbangan) kembali. Proses
mengembalikan keseimbangan disebut equilibrasi. Menurut Piaget, belajar
berdasarkan pada proses ini. Ketika equilibrium kacau, anak memiliki kesempatan
untuk tumbuh dan berkembang. Akhirnya, kualitas cara pikir baru tentang dunia
muncul, dan anak maju pada tahap perkembangan yang baru. Piaget percaya
bahwa eksperimen fisik dan manipulasi lingkungan sangat penting dalam
membangun perubahan. Tetapi, dia juga percaya bahwa interaksi sosial, lebih
khusus berpendapat dan diskusi, membantu menjernihkan pemikiran dan
membuatnya lebih logis. Penelitian telah menekankan pada pentingnya
menghadapkan siswa pada pengalaman atau data yang tidak sesuai dengan teori
saat ini untuk meningkatkan perkembangan kognitif mereka (Chinn & Brewer,
1993).
Teori perkembangan Piaget merepresentasikan konstruktivisme,
memandang perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif
membangun sistem pemaknaan dan pemahaman dunia nyata berdasarkan pada
pengalaman dan interaksi mereka (Berk, 2003; Cook & Cook, 2005). Dalam
pandangan ini, anak secara aktif membangun pengetahuan dengan mengasimilasi
dan mengakomodasi pengetahuan baru secara berkesinambungan.

komodasi
Konstruktivisme
emodifikasi
Pandangan perkembangan
skema yang sudah
kognitif
ada yang
untukmenekankan
menyesuaikannya
pada peran
pada situasai
aktif pembelajar
baru. dalam membang

brasi
mengembalikan keseimbangan antara pemahaman saat ini dan pengalaman baru
Tahapan Perkembangan Piaget

Piaget membagi perkembangan anak dan remaja menjadi empat tahap:


sensorimotoris, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Dia
percaya bahwa semua anak mengalami tahapan-tahapan ini secara berurutan dan
tidak ada anak yang dapat melompati masing-masing fase, meskipun setiap anak

8
melalui tahapan dengan laju yang berbeda (lihat de Ribaupierre & Rieben, 1995).
Individu yang sama mungkin dapat mengerjakan tugas dari tahap perkembangan
berbeda pada waktu yang sama, khususnya pada saat transisi kedalam tahap baru.
Tabel 1 meringkas perkiraan umur dimana anak dan remaja melalui empat tahap
perkembangan Piaget. Tabel tersebut juga menunjukkan capaian utama pada
setiap tahapan.
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Jean Piaget, nanusia mengalami empat tahap perkembangan kognitif
mulai mereka lahir hingga dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru yang memungkinkan manusia untuk memahami
dunia dengan cara yang lebih kompleks.
Tahapan Perkiraan Capaian Utama
Umur
Sensorimotori Lahir Penyusunan konsep benda permanen dan
s hingga 2 kemajuan bertahap dari tingkah laku refleksif
tahun (reaksi otomatis) ke tingkah laku tujuan terarah
(goal-directed behavior).
Praoperasional 2 hingga 7 Membangun kemampuan menggunakan simbol
tahun untuk merepresentasikan benda di dunia. Pemikiran
masih egosentris dan memusat.
Operasional 7 hingga Peningkatan kemampuan berpikir logis.
konkrit 11 tahun Kemampuan baru mencakup penggunaan operasi
yang reversibel (dapat dibalikkan). Pemikiran tidak
terpusat, dan penyelesaian masalah sedikit dibatasi
oleh egosentris. Pemikiran abstrak tidak mungkin.
Operasional 11 tahun Memungkinkan berpikir abstrak dan simbolik
Formal hingga murni. Permasalahan dapat diselesaikan
dewasa menggunakan percobaan sistematis.
Tahap Sensorimotoris (Lahir hingga umur 2 tahun)
Tahapan yang pertama disebut tahap sensorimotoris, karena selama tahap
ini bayi dan anak-anak mengeksplorasi dunia mereka menggunakan intra dan
kemampuan motorik.
Piaget percaya bahwa semua anak lahir dengan naluri untuk berinteraksi
dan mengenali lingkungannya. Perubahan dramatis terjadi sebagai perkembangan

9
masa bayi ke periode sensorimotoris. Awalnya, semua bayi memiliki tingkah laku
bawaan lahir disebut refleksif. Sentuh bibir bayi baru lahir, maka bayi tersebut
akan mulai menghisap; letakkan jarimu di telapak tangan bayi, maka bayi akan
menggenggam. Kebiasaan ini dan kebiasaan lain terkandung dan dibangun dalam
kotak pertama skema bayi.

Tahap Sensorimotoris
Tahap semasa bayi belajar tentang sekitar mereka
menggunakan indra dan kemampuan motoris mereka.
Refleksif
Faktor kelahiran, respon otomatis pada stimulus (seperti
mengedipkan mata adalah respon untuk sinar yang terang)

Bayi segera belajar menggunakan refleks ini untuk menghasilkan pola


tingkah laku yang lebih menarik dan intensional (disengaja). Awalnya
pembelajaran ini terjadi secara tidak disengaja kemudian menjadi upaya coba-
coba intensional. Menurut Piaget, pada akhir tahap sensomotoris, anak memiliki
perkembangan dari pendekatan coba-coba mereka menjadi pendekatan
penyelesaian masalah yang lebih terencana. Untu pertama kalinya, mereka dapat
merepresentasikan benda dan kejadian. Sebagian besar dari kita menyebutnya
pemikiran muncul saat ini. Hal ini adalah kemajuan utama, karena berarti anak
dapat memikirkan seluruh dan rencana tingkah laku. Sebagai contoh, misalnya
anak berumur dua tahun berada di dapur melihat ibunya menyiapkan makan
malam. Jika anak tahu dimana bangku anak tangga disimpan, dia mungkin
meminta untuk meletakkan bangku anak tangga tersebut di tempat dia bisa
melihat dan memiliki kesempatan mencicipi makanan dengan lebih baik. Anak
tidak meminta solusi ini dengan tiba-tiba. Dia memikirkan masalah,
menggambarkan solusi yang mungkin adalah menggunakan bangku anak tangga,
mencoba solusi dalam pikirannya, dan kemudian mencoba mempraktekkan solusi
tersebut.
Ciri lain dari tahap sensomotorik adalah pengembangan untuk memahami
objek permanen. Piaget berpendapat bahwa anak harus belajar bahwa suatu
objek bentuknya tetap dan ada meskipun ketika objek tersebut tidak terdapat
dalam indra anak. Contohnya, ketika kamu menutupi botol bayi dengan handuk,

10
anak tidak akan memindahkannya karena anak percaya bahwa botol tersebut tidak
ada lagi. Bagi anak usia dua tahun, mereka memahami bahwa suatu objek masih
tetap ada meskipun tidak terlihat. Ketika anak membangun gagasan tentang objek
permanen ini, mereka berfikir satu tahap lebih tinggi. Sekali mereka menyadari
bahwa benda ada diluar pandangan mereka, mereka akan memulai menggunakan
simbol untuk merepresentasikan benda tersebut di pikirannya sehingga mereka
dapat berpikir tentang benda tersebut (Cohen & Cashon, 2003).

Objek Permanen
Fakta bahwa suatu objek ada meskipun tidak terlihat.

Tahap Praoperasional (Usia 2 hingga 7 tahun)


Pada tahap ini bayi dapat belajar tentang dunia dan memahaminya dengan
manipulasi objek secara fisik, anak prasekolah memiliki kemampuan lebih untuk
berpikir tentang benda dan dapat menggunakan simbol untuk merepresentasikan
benda secara simbolis. Selama tahap praoperasional, kemampuan bahasa anak
dan pengembangan konsep berkembang luar biasa. Salah satu penemuan pertama
dan paling penting dari Piaget adalah anak kecil kurang memiliki pemahaman
tentang konservasi. Sebagai contoh jika kamu menuangkan susu ke dalam
mangkok yang lebih lebar dari gelas, anak akan tetap percaya bahwa susu dalam
gelas lebih banyak daripada susu dalam mangkok karena susu dalam gelas lebih
tinggi daripada susu dalam mangkok.

Konservasi
Tahap Praoperasional
Kosep tentang sifat yang pasti dari suatu
Tahap dimana anak belajar untuk
benda (seperti berat) tetaplah sama
merepresentasikan sesuatu di dalam
meskipun sifat lainnya berubah (seperti
pikirannya.
panjang).

11
Gambar 2. Cara untuk Membelajarkan Konservasi

Anak hanya fokus pada satu aspek saja (yaitu tinggi susu), mengabaikan seluruh
aspek lain, dan tidak yakin bahwa banyak susunya sama. Sama halnya, anak pada
tahap praoperasional percaya bahwa sandwich yang dipotong menjadi empat
bagian lebih banyak dibandingkan dengan sandwich utuh atau balok yang disusun
dengan jarak berjauhan lebih banyak dibandingkan balok yang disusun
berdekatan, meskipun sudah ditunjukkan bahwa jumlah balok sama.

12
Beberapa aspek pada tahap praoperasional membantu menjelaskan
kesalahan pada konservasi. Salah satu aspek tersebut adalah sentrasi: hanya
memperhatikan satu aspek dari situasi. Pada Gambar 2, anak berpendapat bahwa
susu menjadi lebih sedikit setelah dituang, karena fokus mereka terpusat pada
tinggi susu. Pada Gambar 3, anak fokus pada panjang garis yang dibentuk oleh
balok tetapi mengabaikan banyak balok sebenarnya.

Gambar 3. Sentrasi

Pemikiran anak sebelum usia sekolah juga dapat dikategorikan sebagai


irreversibel. Reversibilitas merupakan aspek berpikir yang sangat penting
menurut Piaget. Sederhananya, reversibilitas merupakan kemampuan untuk
merubah arah suatu pemikiran sehingga bisa kembali ke titik awal. Contohnya,

sebagai orang dewasa, kita tahu bahwa jika 7+5=12 , maka 125=7. Jika

kita menambahkan 5 benda kepada 7 benda dan mengambil kembali 5 benda,


benda yang ada tinggal 7. Jika anak pada tahap praoperasional dapat berpikir
seperti ini, maka mereka dapat mengembalikan proses menuang susu dan
menyadari bahwa jika susu dituang kembali ke dalam gelas, jumlahnya tidak akan
berubah.
Karakteristik berpikir lain pada tahap praoperasional adalah fokus pada
keadaan. Pada kasus menuang susu, susu telah dituang dari satu wadah ke wadah

13
lainnya. Anak prasekolah mengabaikan proses menuang dan hanya fokus pada
keadaan awal (susu dalam gelas) dan keadaan akhir (susu dalam mangkok). Kita
dapat memahami bagaimana terlalu fokus pada keadaan dapat mempengaruhi
pemikiran anak dengan berimajinasi misalkan kita dihadapkan pada permasalahan
susu dan diminta untuk menutup mata ketika susu dituang. Kurangnya
pengetahuan tentang apa yang berubah, hanya meninggalkan persepsi tentang
susu di wadah yang lebar dan susu di wadah yang tinggi. Tidak seperti orang
dewasa, konsep anak tentang definisi dari satu situasi ke situasi lain sangat
beragam dan tidak selalu logis.
Terakhir, anak tahap praoperasional berpikir secara egosentris. Pada tahap
ini, anak percaya bahwa setiap orang melihat dunia dengan cara yang sama
dengan mereka. Sebagai contoh, Piaget dan Inhelder (1956) meminta anak duduk
di salah satu sisi tempat yang bisa melihat pemandangan dari tiga gunung dan
meminta mereka untuk mendeskripsikan bagaimana pemandangan tersebut
terlihat oleh boneka yang duduk di sisi lain. Anak usia dibawah 6 atau 7 tahun
mendiskripsikan pandangan boneka sama persis dengan pandangan mereka,
meskipun sangat jelas bagi orang dewasa bahwa hal ini tidak mungkin terjadi.
Anak usia praoperasional tidak mampu melihat dari sudut pandang orang lain,
seringkali mereka menginterpretasikan kejadian dari sisi mereka seluruhnya.

Egosentris
Percaya bahwa setiap orang melihat
dunia dengan cara seperti yang kamu Reversibilitas
lakukan. Kemampuan untuk merubah arah
suatu pemikiran sehingga bisa
Sentrasi
kembali ke titik awal.
Hanya memperhatikan satu aspek dari
suatu benda atau kejadian.

Tahap Operasional Konkrit (Umur 7-11 tahun)


Meskipun kemampuan mental anak sekolah dasar pada tahap operasional
konkrit sangat berbeda dengan anak prasekolah dengan tahap pemikiran
praoperasional, namun anak tidak dapat berpikir seperti orang dewasa. Mereka

14
sangat banyak menggali dunia dengan cara ini dan memiliki kesulitan berpikir
abstrak. Pada tahap ini, anak dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan
menyelesaikan permasalahan, tetapi hanya terbatas pada benda dan situasi yang
telah mereka ketahui.
Selama usia sekolah dasar, kemampuan kognitif anak mengalami
perubahan yang sangat besar. Anak usia sekolah dasar tidak lagi memiliki
kesulitan pada permasalahan konservasi. Sebagai contoh, misalkan susu dalam
gelas dituang seluruhnya ke dalam mangkok, anak tahu bahwa banyak susu dalam
gelas dan dalam mangkok sama, meskipun tingginya berbeda. Karena, jika susu
dituang kembali ke dalam gelas, tinggi susu dalam gelas akan sama dengan
sebelumnya. Anak dapat berimajinasi jika susu ditung kembali dan dapat mngerti
akibatnya (kemampuan yang tidak dimiliki anak pada tahap praoperasional).
Perbedaan mendasar lain dari anak tahap praoperasional dengan tahap
operasional konkrit yaitu anak praoperasional mempersepsikan hal yang muncul,
sedangkan anak tahap operasional konkrit mampu menduga kenyataan. Flavell
(1986) menunjukkan konsep ini dengan menunjukkan mobil berwarna merah
kepada anak. Ketika mereka masih melihat, dia menutupi mobil menggunakan
penutup warna hitam. Ketika ditanya tentang warna mobil, anak usia 3 tahun
menjawab hitam dan anak usia 6 tahun menjawab merah. Anak tahap
operasional konkrit mampu untuk menduga kenyataan, melihat sesuatu pada
komteks makna yang lain; anak prasekolah melihat apa yang dia lihat, dengan
sedikit kemampuan menduga makna dibalik yang mereka lihat.
Satu tugas penting yang harus dipelajari anak selama tahap operasional
konkrit adalah seriasi, atau menyusun sesuatu dalam deret logis. Sebagai contoh,
membuat barisan tongkat dari kecil ke besar. Untuk melakukan ini, anak harus
mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan beberapa kriteria atau dimensi,
pada kasus ini berupa panjang. Sekali kemampun ini diperoleh, anak dapat
menguasai kemampuan terkait lain yang diketahui sebagai transitivitas,
kemampuan untuk menduga hubungan antara dua objek atas dasar pengetahuan
terhadap hubungan individual mereka dengan objek ketiga. Sebagai contoh, jika
bercerita kepada anak tahap praoperasional bahwa Tom lebih tinggi dari Becky
dan Becky lebih tinggi dari Fred, mereka tidak akan melihat bahwa Tom lebih

15
Tinggi dari Fred. Logika seperti ini tidak akan dimiliki anka hingga mereka
berada pada tahap operasional konkrit. Selama sekolah, anak membangun
kemampuan untuk membuat dua transformasi pemikiran terkait berpikir

reversibel. Pertama adalah inversi ( + A saling berlawanan dengan A )

dan kedua adalah resiprokalitas (kebalikan) ( A < B berkebalikan dengan

B> A ). Pada akhir tahap operasional konkrit, anak memiliki kemampuan untuk

belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.


Anak usia sekolah dasar juga mengubah pemikiran egosentris ke
pemikiran decentered atau pemikiran objektif. Peikiran decentered
memungkinkan anak melihat bahwa orng lain dapat memiliki persepsi berbeda
dengan mereka. Kemampuan terakhir yang diperoleh anak selama tahap
operasional konkrit adalah class inclusion (pencakupan tingkatan). Class
inclusion merupakan suatu kemampuan yang dipelajari selama tahap operasional
konkrit pada perkembangan kognitif dimana anak dapat berpikir secara simultan
(serempak) tentang tingkatan yang utuh dari suatu objek dan tentang hubungan
antara tingkatan-tingkatan yang lebih rendah.

Tahap Operasional Formal (Usia 11 tahun hingga dewasa)


Selama masa remaja, kemampuan berpikir anak mulai berkembang
menjadi karakteristik pemikiran dewasa. Remaj mulai dapat berpikir abstrak dan
melihat kemungkinan masa depan. Kemampuan ini terus berkembang hingga
dewasa. Pada tahap operasional formal, anak memiliki kemampuan untuk
menyetujui potensi dan kemungkinan situasi.
Pada tahap ini anak mulai dapat berpikir abstrak dan melihat berbagai
kemungkinan. Menghasilkan hubungan abstrak dari informasi yang tersedia
kemudian saling membandingkan hubungan abstrak tersebut satu sama lain
merupakan kompetensi yang harus dimiliki remaja pada tahap operasional formal.
Kemampuan lain yang harus dimiliki remaja yaitu kemampuan untuk memberikan
alasan tentang situasi dan kondisi yang belum mereka alami.

Tahap Operasional Formal


Tahap dimana seseorang dapat menyetujui kemungkinan situasi secara
abstrak dan dapat memberikan alasan secara logis.
16
Kemungkinan Kondisi
Remaja dapat menerima diskusi atau argument tentang kondisi yang tidak
diketahui ada atau kejadian yang diketahui akan berkebalikan dengan kenyataan.
Remaja tidak dibatasi dengan pengalaman mereka pada dunia nyata, sehingga
mereka dapat menggunakan logika untuk situasi yang diberikan. Salah satu
ilustrasi kemampuan untuk memberikan alasan tentang kemungkinan situasi
ditemukan pada debat formal, dimana partisipan harus siap untuk
mempertahankan sisi lain dari suatu permasalahan. Kemapuan yang membentuk
pemikiran operasional formal (berpikir abstrak, menguji hipotesis, dan
membentuk konsep yang bebas dari realitas fisik) sangat penting dalam
mempelajari kemampuan tingkat tinggi. Sebagai contoh, belajar aljabar dan
geometri abstrak yang membutuhkan pemikiran operasional formal, juga
diperlukan ketika memahami konsep yang sulit pada mata pelajaran sains, sosial,
atau mata pelajaran lain.

BAGAIMANAKAH PANDANGAN TENTANG TEORI PIAGET SAAT INI?


Teori Piaget merevolusi dan masih mendominasi kajian tentang
perkembangan manusia. Tetapi, beberapa prinsip utama dipertanyakan oleh
penelitian selanjutnya, dan deskripsi perkembangan modern telah merevisi banyak
pandangan dari teori ini (lihat Feldman, 2003).

Kritik dan Revisi terhadap Teori Piaget


Salah satu prinsip penting Piaget adalah perkembangan mengawali
pembelajaran. Piaget berpegang teguh bahwa tahap perkembangan sebagian besar
tetap dan beberapa konsep seperti konservasi tidak dapat diajarkan. Tetapi,
penelitian menunjukkan beberapa kasus dimana tugas perkembangan Piaget dapat
diajarkan kepada anak pada tahap perkembangan sebelumnya. Sebagai contoh,
beberapa peneliti menemukan bahwa anak kecil mampu menyelesaikan bentuk
sederhana dari tugas perkembangan Piaget yang membutuhkan kemampuan yang

17
sama (Gelman, 2000; Larivee, Normandeau, & Parent, 2000; Siegler, 1998).
Gelman (1979) menemukan bahwa anak kecil dapat menyelesaikan permasalahan
konservasi tentang banyak balok pada suatu baris ketika tugas tersebut disajikan
dengan cara dan bahasa yang lebih sederhana. Boden (1980) menemukan bahwa
tugas operasional formal yang sama menunjukkan persentase kelulusan mulai dari
19 hingga 98 persen, bergantung pada kompleksitas dari petunjuk (lihat juga Nagy
& Griffiths, 1982).
Penelitian yang sama juga mengasses ulang pemikiran egosentris anak.
Pada konteks praktis sederhana, anak menunjukkan kemampuan mereka untuk
mempertimbangkan pendangan orang lain (Siegler, 1998). Selain itu, bayi telah
menunjukkan aspek objek permanen lebih cepat dari prediksi Piget. Hasil
penelitian ini menujukkan bahwa anak lebih kompeten dibandingkan dengan
pemikiran Piaget, khususnya ketika pengethuan praktis mereka diasses (dinilai).
Hal lain yang dikritisi adalah tahap perkembangan Piaget. Banyak
peneliti saat ini ragu bahwa tingkatan tahapan perkembangan mempengaruhi tugas
kognitif. Sebagai gantinya, mereka berpendapat bahwa kemampuan anak
dibangun melalui cara yang berbeda untuk setiap tugas yang berbeda dan
pengalaman mereka (termasuk pengajaran langsung di sekolah) dapat
memberikan pengaruh kuat pada kecepatan perkembangan (lihat Gelman, 2000;
Overton, 1998).

Implikasi Teori Piaget pada Bidang Pendidikan


Teori Piaget telah berdampak penting terhadap teori dan praktik
pendidikan (Case, 1998). Pertama, perhatian teori ini fokus pada gagasan
membangun pendidikan yang sesuai (pendidikan dengan lingkungan, kurikulum,
materi, dan pengajaran yang sesuai untuk anak (sesuai dengan kemampuan fisik
dan kognitif serta kemampuan sosial dan emosi mereka yang dibutuhkan). Teori
perkembangan Piaget mempengaruhi model pembelajaran konstruktivis. Berk
(2001) merangkum implikasi pengajaran utama yang digambarkan dari teori
Piaget sebagai berikut.
1. Fokus pengajaran terletak pada proses berpikir anak, tidak hanya fokus
pada hasil.

18
2. Penghargaan terhadap peran penting dari inisiatif pribadi anak, terlibat
aktif pada kegiatan pembelajaran.
3. Tidak menekankan terhadap praktik yang bertujuan untuk membuat anak
berpikir seperti orang dewasa.
Piaget percaya bahwa pengajaran sebelum saatnya lebih berbahaya
daripada tidak diajar sama sekali, karena hal ini lebih menempatkan
penerimaan sepintas dari formulasi orang dewasa dibandingkan dengan
pemahaman kognitif yang benar (May & Kundert, 1997).
4. Menerima perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan. Piaget
berasumsi bahwa semua anak megalami urutan perkembangan yang sama,
namun dengan kecepatan perkembangan yang berbeda-beda.

Pandangan Perkembangan Neo-Piagetian dan Informasi-Proses


Teori Neo-Piagetian adalah modifikasi dari teori Piaget untuk mengatasi
kritik terhadap kekurangan dan permasalahan teori Piaget. Ahli neo-Piagetian
telah menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk menjalankan tahap khusus
bergantung pada tujuan utama pada tugas spesifik yang dilibatkan (Gelman &
Brenneman, 1994); yaitu pelatihan dan pengalaman, termasuk interaksi sosial,
dapat mempercepat perkembangan anak. Salah satu kerja contoh neo-Piagetian
pada perkembangan kognitif disarankan oleh Case (1998) yang percaya bahwa
kemampuan anak berkembang melalui tahap perkembangan. Tahap ini
merefleksikan bagaimana macam-macam representasi mental anak dapat
terbentuk dan bagaimana informasi diproses. Tahap yang disarankan oleh Case
berbeda dengan yang didiskripsikan oleh Piaget yaitu pada segi pemrosesan
informasi menjadi lebih kompleks tetapi tidak cukup berbeda. Tidak seperti
Piaget, Case percaya bahwa perubahan perkembangan berdasarkan pada kapasitas
anak untuk memproses dan mengingat informasi. Menurut Case, ingatan jangka
pendek berkembang naik tidak hanya karena kematangan otak secara fisik tetapi
juga menjadi lebih efisien dengn praktik dan pengajaran. Penelitian tentang ini
menempatkan konsep baru tentang perkembangan kognitif berlangsung dengan
kecepatan berbeda untuk masing-masing tugas perkembangan yang berbeda (lihat
Flevall dkk., 1993; Gelman & Brenneman, 1994, Siegler, 1998).

19
Alternatif pandangan untuk tahap perkembangan kognitif Piaget
mencakup pendekatan informasi-proses (Sieglar 1991), berdasarkan gagasan
bahwa manusia memproses informasi dengan cara yang sama seperti komputer.
Teori informasi-proses cenderung setuju dengan deskripsi kognitif Piaget, tetapi
percaya bahwa kemampuan berpikir dan diajarkan secara langsung. Sebagai
contoh, Siegler (1998) mengamati bahwa anak dapat menaikkan peran atau
prosedur pemecahan masalah, dapat distimulasi untuk menemukan kekurangan
logika mereka, juga dapat menerapkan prinsip logis baru. Dengan kata lain,
mereka dapat melihat peran dan mengevaluasi aplikasi mereka. Dengan cara ini,
anak membangun kapasitas berpikir abstrak yang lebih besar. Implikasi dari
pendekatan peran-assessmen untuk pendidikan yaitu mendorong metode
pengajaran baru yang secara nyata mampu memperbesar kemampuan berpikir
anak.

20

Anda mungkin juga menyukai