Oleh:
Indah Yulianti (160311800305)
0
TEORI PERKEMBANGAN
1
kepada Frank apakah dia bersedia menulis puisi lain untuk lomba puisi di
kotanya. Tetapi dia menolak, karena dia berpikir bahwa dia tidak sebagus itu.
Selain itu, dia tidak memiliki waktu untuk menulisnya.
Aspek Perkembangan
Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Mereka berfikir berbeda,
mereka melihat dunia dengan cara yang berbeda, dan mereka hidup dengan
prinsip moral dan etika yang berbeda dari orang dewasa. Tiga skenario yang
disajikan mengilustrasikan beberapa aspek dari banyak aspek pola pikir anak yang
berbeda dengan orang dewasa. Ketika Pak Jones mengangkat tangan kanannya,
anak-anak kelas 1 menirukan gerakannya tanpa memperhatikan arah Pak Jones
menghadap, Pak Jones tidak menyadari bahwa jika dia menghadap anak-anak,
tangan kanannya akan menjadi tangan kiri bagi anak-anak. Situasi kelas Ibu Lewis
mengilustrasikan perkembangan moral anak dimana aturan adalah aturan dan
meringankan suatu kondisi tidak dalam hitungan. Pujian Ibu Quintera terhadap
puisi Frank memberikan efek yang berkebalikan dengan yang dia kehendaki,
tetapi dia berhenti untuk memikirkan situasinya, dia mungkin menyadari bahwa
menyoroti prestasi Frank dapat menjadikannya peran anak kesayangan guru,
peran yang dilawan banyak siswa pada usia remaja awal.
Salah satu dari kebutuhan utama dalam pengajaran efektif adalah guru
memahami bagaimana siswa berfikir dan bagaimana cara mereka melihat dunia.
Strategi pengajaran efektif harus memperhitungkan umur siswa dan tahapan
perkembangannya. Siswa kelas empat yang pandai mungkin dapat belajar
berbagai macam ilmu matematika tetapi faktanya mereka tidak memiliki
2
kematangan kognitif untuk berfikir abstrak seperti aljabar. Begitupun, apresiasi
publik Ibu Quintera terhadap puisi Frank mungkin sangat cocok jika Frank lebih
muda tiga tahun atau lebih tua tiga tahun.
Permasalahan Perkembangan
Dua permasalahan utama tentang perkembangan psikologi telah
diperdebatkan selama beberapa decade. Permasalahan pertama berkaitan dengan
tingkatan perkembangan mana yang dipengaruhi oleh pengalaman dan yang kedua
adalah pertanyaan apakah perkembangan berlangsung secara bertahap.
3
secara kualitas. Melompati tahapan perkembangan adalah sesuatu yang mustahil,
meskipun pada beberapa hal anak menunjukkan ciri-ciri tingkah laku dari lebih
satu tahapan (Zigler & Gilman, 1998). Berbeda dengan teori kontinu, teori
perkembangan diskontinu lebih fokus pada faktor kelahiran daripada pengaruh
lingkungan untuk menjelaskan perubahan setiap waktu. Kondisi lingkungan
mungkin berpengaruh pada kecepatan perkembangan, tetapi urutan tahap
perkembangan pada hakikatnya salah.
Piaget, Vygotsky, Erikson, dan Kohlberg fokus pada perbedaan aspek
perkembangan. Namun, semua tentang teori tahapan perkembangan, karena
mereka berbagi kepercayaan bahwa perbedaan tahap perkembangan dapat
diidentifikasi dan didiskripsikan. Ini bukanlah persetujuan, tetapi memperluas
spesifikasi teori mereka. Masing-masing teori memiliki jumlah tahapan dan detail
yang berbeda secara signifikan. Juga, masing-masing teori fokus pada aspek
perkembangan yang berbeda (seperti kognitif, sosioemosional, kepribadian, dan
moral).
Saat ini, sebagian besar pakar perkembangan mengakui peran hereditas
dan pengalaman dalam menjelaskan tingkah laku anak (lihat Bronfenbrenner &
Morris, 1998; Cook & Cook, 2005). Teori Vygotsky yang bertumpu pada interaksi
sosial merupakan tahapan pertumbuhan terprediksi untuk menjelaskan
perkembangan.
4
Jean Piaget, lahir di Switzerland pada tahun 1896 adalah psikolog
perkembangan yang paling berpengaruh dalam sejarah psikologi (lihat Flavell,
1996). Setelah mendapatkan gelar doctor di bidang biologi, dia menjadi lebih
tertarik dengan psikologi, berdasarkan pada teori awalnya saat mengamati ketiga
anaknya dengan hati-hati. Piaget menggunakan prinsip dan metode biologis untuk
mempelajari perkembangan manusia, dan banyak istilah yang dia kenalkan pada
psikologi yang digambarkan secara langsung dari biologi.
Piaget menjelaskan mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah
sepanjang waktu. Untuk Piaget, sebagian besar perkembangan bergantung pada
manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget,
pengetahuan berasal dari tindakan (lihat Langer & Killen, 1998; Wadsworth,
1996). Teori perkembangan kognitif Piaget mengajukan bahwa intelektul anak,
atau kemampuan kognitif, berkembang melalui empat tahapan berbeda. Setiap
tahapan ditandai dengan munculnya kemampuan baru dan cara untuk memproses
informasi. Banyak rincian teori Piaget yang diubah pada penelitian selanjutnya.
Khususnya, banyak terjadi perubahan pada tindakan kognitif yang dia
diskripsikan diketahui terjadi pada tahapan perkembangan sebelumnya, dibawah
kondisi tertentu. Walaupun begitu, Piaget bekerja dari dasar yang harus ada untuk
memahami perkembangan anak.
Perkembangan kognitif
Gradual, perubahan secara teratur dimana proses mental menjadi lebih
kompleks dan canggih.
Skema
Piaget percaya bahwa semua anak lahir dengan naluri untuk berinteraksi
dan mengenali lingkungannya. Dia menyebut cara dasar untuk mengelola dan
memproses informasi sebagai stuktur kognitif. Anak-anak menunjukkan pola
dalam berpikir, disebut skema, anak yang lebih tua dan orang dewasa juga
menggunakannya dalam mengenali benda di dunia. Kita menggunakan skema
untuk menyelidiki dn bertindak di dunia; masing-masing skema memperlakukan
semua benda dan kejadian dengan cara yang sama. Sebagai contoh kebanyakan
5
bayi akan menemukan suatu benda ketika mereka memukulkannya dengan keras.
Ketika bayi melakukan ini, benda tersebut menimbulkan suara, dan mereka
melihat benda dengan memukulkan permukaannya. Pengamatan mereka
menceritakan sesuatu tentang benda tersebut kepadanya. Bayi juga belajar tentang
suatu benda dengan menggigit, menghisap, dan melemparkannya. Setiap
pendekatan untuk berinteraksi dengan benda adalah skema. Ketika bayi
menemukan benda baru, bagaimana mereka mengethaui keseluruhan benda?
Menurut Piaget, mereka akan menggunakan skema yang telah mereka bangun dan
akan menemukan apakah benda tersebut menimbulkan suara yang lebih keras atau
lebih pelan ketika dipukulkan.
Bagaimana Perkembangan Terjadi
Gambar 1. Schemes. Pola tingkah laku bayi untuk belajar tentang dunia mereka.
6
menggunakan skema yang sudah ada untuk mempelajari sesuatu yang belum
mereka ketahui (lihat Gambar 1.b). Begitupun, siswa sekolah menengah atas
mungkin mempelajari skema tentang meletakkan informasi pada kartu dan
mengingat isi dari kartu. Dia mungkin mencoba menggunakan skema ini untuk
mempelajari konsep yang lebih sulit seperti ekonomi, dimana pendekatan ini
mungkin tidak efektif.
Skema
Pola mental yang memandu tingkah laku.
Adaptasi
proses menyelaraskan skema sebagai respon pada lingkungan yang berarti asimilasi dan akomoda
Asimilasi
Memahami pengalaman baru dari skema yang ada.
7
ketidakseimbangan antara pemahaman dan yang dijumpai. Secara natural,
manusia akan memperkecil ketidakseimbangan dengan fokus pada stimulus yang
menyebabkan disequilibrium dan membangun skema baru atau mengadaptasi
sesuatu yang lama hingga equilibrium (keseimbangan) kembali. Proses
mengembalikan keseimbangan disebut equilibrasi. Menurut Piaget, belajar
berdasarkan pada proses ini. Ketika equilibrium kacau, anak memiliki kesempatan
untuk tumbuh dan berkembang. Akhirnya, kualitas cara pikir baru tentang dunia
muncul, dan anak maju pada tahap perkembangan yang baru. Piaget percaya
bahwa eksperimen fisik dan manipulasi lingkungan sangat penting dalam
membangun perubahan. Tetapi, dia juga percaya bahwa interaksi sosial, lebih
khusus berpendapat dan diskusi, membantu menjernihkan pemikiran dan
membuatnya lebih logis. Penelitian telah menekankan pada pentingnya
menghadapkan siswa pada pengalaman atau data yang tidak sesuai dengan teori
saat ini untuk meningkatkan perkembangan kognitif mereka (Chinn & Brewer,
1993).
Teori perkembangan Piaget merepresentasikan konstruktivisme,
memandang perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif
membangun sistem pemaknaan dan pemahaman dunia nyata berdasarkan pada
pengalaman dan interaksi mereka (Berk, 2003; Cook & Cook, 2005). Dalam
pandangan ini, anak secara aktif membangun pengetahuan dengan mengasimilasi
dan mengakomodasi pengetahuan baru secara berkesinambungan.
komodasi
Konstruktivisme
emodifikasi
Pandangan perkembangan
skema yang sudah
kognitif
ada yang
untukmenekankan
menyesuaikannya
pada peran
pada situasai
aktif pembelajar
baru. dalam membang
brasi
mengembalikan keseimbangan antara pemahaman saat ini dan pengalaman baru
Tahapan Perkembangan Piaget
8
melalui tahapan dengan laju yang berbeda (lihat de Ribaupierre & Rieben, 1995).
Individu yang sama mungkin dapat mengerjakan tugas dari tahap perkembangan
berbeda pada waktu yang sama, khususnya pada saat transisi kedalam tahap baru.
Tabel 1 meringkas perkiraan umur dimana anak dan remaja melalui empat tahap
perkembangan Piaget. Tabel tersebut juga menunjukkan capaian utama pada
setiap tahapan.
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Jean Piaget, nanusia mengalami empat tahap perkembangan kognitif
mulai mereka lahir hingga dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru yang memungkinkan manusia untuk memahami
dunia dengan cara yang lebih kompleks.
Tahapan Perkiraan Capaian Utama
Umur
Sensorimotori Lahir Penyusunan konsep benda permanen dan
s hingga 2 kemajuan bertahap dari tingkah laku refleksif
tahun (reaksi otomatis) ke tingkah laku tujuan terarah
(goal-directed behavior).
Praoperasional 2 hingga 7 Membangun kemampuan menggunakan simbol
tahun untuk merepresentasikan benda di dunia. Pemikiran
masih egosentris dan memusat.
Operasional 7 hingga Peningkatan kemampuan berpikir logis.
konkrit 11 tahun Kemampuan baru mencakup penggunaan operasi
yang reversibel (dapat dibalikkan). Pemikiran tidak
terpusat, dan penyelesaian masalah sedikit dibatasi
oleh egosentris. Pemikiran abstrak tidak mungkin.
Operasional 11 tahun Memungkinkan berpikir abstrak dan simbolik
Formal hingga murni. Permasalahan dapat diselesaikan
dewasa menggunakan percobaan sistematis.
Tahap Sensorimotoris (Lahir hingga umur 2 tahun)
Tahapan yang pertama disebut tahap sensorimotoris, karena selama tahap
ini bayi dan anak-anak mengeksplorasi dunia mereka menggunakan intra dan
kemampuan motorik.
Piaget percaya bahwa semua anak lahir dengan naluri untuk berinteraksi
dan mengenali lingkungannya. Perubahan dramatis terjadi sebagai perkembangan
9
masa bayi ke periode sensorimotoris. Awalnya, semua bayi memiliki tingkah laku
bawaan lahir disebut refleksif. Sentuh bibir bayi baru lahir, maka bayi tersebut
akan mulai menghisap; letakkan jarimu di telapak tangan bayi, maka bayi akan
menggenggam. Kebiasaan ini dan kebiasaan lain terkandung dan dibangun dalam
kotak pertama skema bayi.
Tahap Sensorimotoris
Tahap semasa bayi belajar tentang sekitar mereka
menggunakan indra dan kemampuan motoris mereka.
Refleksif
Faktor kelahiran, respon otomatis pada stimulus (seperti
mengedipkan mata adalah respon untuk sinar yang terang)
10
anak tidak akan memindahkannya karena anak percaya bahwa botol tersebut tidak
ada lagi. Bagi anak usia dua tahun, mereka memahami bahwa suatu objek masih
tetap ada meskipun tidak terlihat. Ketika anak membangun gagasan tentang objek
permanen ini, mereka berfikir satu tahap lebih tinggi. Sekali mereka menyadari
bahwa benda ada diluar pandangan mereka, mereka akan memulai menggunakan
simbol untuk merepresentasikan benda tersebut di pikirannya sehingga mereka
dapat berpikir tentang benda tersebut (Cohen & Cashon, 2003).
Objek Permanen
Fakta bahwa suatu objek ada meskipun tidak terlihat.
Konservasi
Tahap Praoperasional
Kosep tentang sifat yang pasti dari suatu
Tahap dimana anak belajar untuk
benda (seperti berat) tetaplah sama
merepresentasikan sesuatu di dalam
meskipun sifat lainnya berubah (seperti
pikirannya.
panjang).
11
Gambar 2. Cara untuk Membelajarkan Konservasi
Anak hanya fokus pada satu aspek saja (yaitu tinggi susu), mengabaikan seluruh
aspek lain, dan tidak yakin bahwa banyak susunya sama. Sama halnya, anak pada
tahap praoperasional percaya bahwa sandwich yang dipotong menjadi empat
bagian lebih banyak dibandingkan dengan sandwich utuh atau balok yang disusun
dengan jarak berjauhan lebih banyak dibandingkan balok yang disusun
berdekatan, meskipun sudah ditunjukkan bahwa jumlah balok sama.
12
Beberapa aspek pada tahap praoperasional membantu menjelaskan
kesalahan pada konservasi. Salah satu aspek tersebut adalah sentrasi: hanya
memperhatikan satu aspek dari situasi. Pada Gambar 2, anak berpendapat bahwa
susu menjadi lebih sedikit setelah dituang, karena fokus mereka terpusat pada
tinggi susu. Pada Gambar 3, anak fokus pada panjang garis yang dibentuk oleh
balok tetapi mengabaikan banyak balok sebenarnya.
Gambar 3. Sentrasi
sebagai orang dewasa, kita tahu bahwa jika 7+5=12 , maka 125=7. Jika
13
lainnya. Anak prasekolah mengabaikan proses menuang dan hanya fokus pada
keadaan awal (susu dalam gelas) dan keadaan akhir (susu dalam mangkok). Kita
dapat memahami bagaimana terlalu fokus pada keadaan dapat mempengaruhi
pemikiran anak dengan berimajinasi misalkan kita dihadapkan pada permasalahan
susu dan diminta untuk menutup mata ketika susu dituang. Kurangnya
pengetahuan tentang apa yang berubah, hanya meninggalkan persepsi tentang
susu di wadah yang lebar dan susu di wadah yang tinggi. Tidak seperti orang
dewasa, konsep anak tentang definisi dari satu situasi ke situasi lain sangat
beragam dan tidak selalu logis.
Terakhir, anak tahap praoperasional berpikir secara egosentris. Pada tahap
ini, anak percaya bahwa setiap orang melihat dunia dengan cara yang sama
dengan mereka. Sebagai contoh, Piaget dan Inhelder (1956) meminta anak duduk
di salah satu sisi tempat yang bisa melihat pemandangan dari tiga gunung dan
meminta mereka untuk mendeskripsikan bagaimana pemandangan tersebut
terlihat oleh boneka yang duduk di sisi lain. Anak usia dibawah 6 atau 7 tahun
mendiskripsikan pandangan boneka sama persis dengan pandangan mereka,
meskipun sangat jelas bagi orang dewasa bahwa hal ini tidak mungkin terjadi.
Anak usia praoperasional tidak mampu melihat dari sudut pandang orang lain,
seringkali mereka menginterpretasikan kejadian dari sisi mereka seluruhnya.
Egosentris
Percaya bahwa setiap orang melihat
dunia dengan cara seperti yang kamu Reversibilitas
lakukan. Kemampuan untuk merubah arah
suatu pemikiran sehingga bisa
Sentrasi
kembali ke titik awal.
Hanya memperhatikan satu aspek dari
suatu benda atau kejadian.
14
sangat banyak menggali dunia dengan cara ini dan memiliki kesulitan berpikir
abstrak. Pada tahap ini, anak dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan
menyelesaikan permasalahan, tetapi hanya terbatas pada benda dan situasi yang
telah mereka ketahui.
Selama usia sekolah dasar, kemampuan kognitif anak mengalami
perubahan yang sangat besar. Anak usia sekolah dasar tidak lagi memiliki
kesulitan pada permasalahan konservasi. Sebagai contoh, misalkan susu dalam
gelas dituang seluruhnya ke dalam mangkok, anak tahu bahwa banyak susu dalam
gelas dan dalam mangkok sama, meskipun tingginya berbeda. Karena, jika susu
dituang kembali ke dalam gelas, tinggi susu dalam gelas akan sama dengan
sebelumnya. Anak dapat berimajinasi jika susu ditung kembali dan dapat mngerti
akibatnya (kemampuan yang tidak dimiliki anak pada tahap praoperasional).
Perbedaan mendasar lain dari anak tahap praoperasional dengan tahap
operasional konkrit yaitu anak praoperasional mempersepsikan hal yang muncul,
sedangkan anak tahap operasional konkrit mampu menduga kenyataan. Flavell
(1986) menunjukkan konsep ini dengan menunjukkan mobil berwarna merah
kepada anak. Ketika mereka masih melihat, dia menutupi mobil menggunakan
penutup warna hitam. Ketika ditanya tentang warna mobil, anak usia 3 tahun
menjawab hitam dan anak usia 6 tahun menjawab merah. Anak tahap
operasional konkrit mampu untuk menduga kenyataan, melihat sesuatu pada
komteks makna yang lain; anak prasekolah melihat apa yang dia lihat, dengan
sedikit kemampuan menduga makna dibalik yang mereka lihat.
Satu tugas penting yang harus dipelajari anak selama tahap operasional
konkrit adalah seriasi, atau menyusun sesuatu dalam deret logis. Sebagai contoh,
membuat barisan tongkat dari kecil ke besar. Untuk melakukan ini, anak harus
mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan beberapa kriteria atau dimensi,
pada kasus ini berupa panjang. Sekali kemampun ini diperoleh, anak dapat
menguasai kemampuan terkait lain yang diketahui sebagai transitivitas,
kemampuan untuk menduga hubungan antara dua objek atas dasar pengetahuan
terhadap hubungan individual mereka dengan objek ketiga. Sebagai contoh, jika
bercerita kepada anak tahap praoperasional bahwa Tom lebih tinggi dari Becky
dan Becky lebih tinggi dari Fred, mereka tidak akan melihat bahwa Tom lebih
15
Tinggi dari Fred. Logika seperti ini tidak akan dimiliki anka hingga mereka
berada pada tahap operasional konkrit. Selama sekolah, anak membangun
kemampuan untuk membuat dua transformasi pemikiran terkait berpikir
B> A ). Pada akhir tahap operasional konkrit, anak memiliki kemampuan untuk
17
sama (Gelman, 2000; Larivee, Normandeau, & Parent, 2000; Siegler, 1998).
Gelman (1979) menemukan bahwa anak kecil dapat menyelesaikan permasalahan
konservasi tentang banyak balok pada suatu baris ketika tugas tersebut disajikan
dengan cara dan bahasa yang lebih sederhana. Boden (1980) menemukan bahwa
tugas operasional formal yang sama menunjukkan persentase kelulusan mulai dari
19 hingga 98 persen, bergantung pada kompleksitas dari petunjuk (lihat juga Nagy
& Griffiths, 1982).
Penelitian yang sama juga mengasses ulang pemikiran egosentris anak.
Pada konteks praktis sederhana, anak menunjukkan kemampuan mereka untuk
mempertimbangkan pendangan orang lain (Siegler, 1998). Selain itu, bayi telah
menunjukkan aspek objek permanen lebih cepat dari prediksi Piget. Hasil
penelitian ini menujukkan bahwa anak lebih kompeten dibandingkan dengan
pemikiran Piaget, khususnya ketika pengethuan praktis mereka diasses (dinilai).
Hal lain yang dikritisi adalah tahap perkembangan Piaget. Banyak
peneliti saat ini ragu bahwa tingkatan tahapan perkembangan mempengaruhi tugas
kognitif. Sebagai gantinya, mereka berpendapat bahwa kemampuan anak
dibangun melalui cara yang berbeda untuk setiap tugas yang berbeda dan
pengalaman mereka (termasuk pengajaran langsung di sekolah) dapat
memberikan pengaruh kuat pada kecepatan perkembangan (lihat Gelman, 2000;
Overton, 1998).
18
2. Penghargaan terhadap peran penting dari inisiatif pribadi anak, terlibat
aktif pada kegiatan pembelajaran.
3. Tidak menekankan terhadap praktik yang bertujuan untuk membuat anak
berpikir seperti orang dewasa.
Piaget percaya bahwa pengajaran sebelum saatnya lebih berbahaya
daripada tidak diajar sama sekali, karena hal ini lebih menempatkan
penerimaan sepintas dari formulasi orang dewasa dibandingkan dengan
pemahaman kognitif yang benar (May & Kundert, 1997).
4. Menerima perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan. Piaget
berasumsi bahwa semua anak megalami urutan perkembangan yang sama,
namun dengan kecepatan perkembangan yang berbeda-beda.
19
Alternatif pandangan untuk tahap perkembangan kognitif Piaget
mencakup pendekatan informasi-proses (Sieglar 1991), berdasarkan gagasan
bahwa manusia memproses informasi dengan cara yang sama seperti komputer.
Teori informasi-proses cenderung setuju dengan deskripsi kognitif Piaget, tetapi
percaya bahwa kemampuan berpikir dan diajarkan secara langsung. Sebagai
contoh, Siegler (1998) mengamati bahwa anak dapat menaikkan peran atau
prosedur pemecahan masalah, dapat distimulasi untuk menemukan kekurangan
logika mereka, juga dapat menerapkan prinsip logis baru. Dengan kata lain,
mereka dapat melihat peran dan mengevaluasi aplikasi mereka. Dengan cara ini,
anak membangun kapasitas berpikir abstrak yang lebih besar. Implikasi dari
pendekatan peran-assessmen untuk pendidikan yaitu mendorong metode
pengajaran baru yang secara nyata mampu memperbesar kemampuan berpikir
anak.
20