Allah telah menunjuk manusia sebagai wakil di muka bumi dan diberi-Nya
kesempatan-kesempatan yang tidak terbatas untuk menggali mengelola dan
memanfaatkan segala isinya. Untuk itu ia harus mengenal potensi-potensi
dirinya, menggunakan kesempatan itu, dan memperoleh kekuatan dan
kebijaksanaan yang sesuai dengan peranannya sebagai seorang wakil Allah.
Umat Islam harus menghapus dikotomi terhadap ilmu pengetahuan yang dapat
membawa mereka mundur kearah kejahilan, yang akan dapat menyesatkan
mereka kembali. Kebutaan terhadap pengetahuan alam merupakan tanda dari
ketidaktahuan terhadap tanda-tanda Kebesaran Allah yang ditunjukkan dengan
keajaiban ciptaan-Nya.
Fisika akan membawa umat Islam kearah kemajuan dan menambah keyakinan
atas Kemahakuasaan Allah. Manusia tidak akan mendapatkan keraguan lagi,
karena keyakinan mereka telah dikuatkan dengan bukti konkrit yang sangat
banyak yang terdapat di sekitar mereka.
Dalam memahami Fisika ini harus senantiasa berlandaskan pada akidah Islam dan
petunjuk Allah di dalam Al-Quran maupun melalui petunjuk utusan-Nya. Dengan
demikian umat Islam akan dapat menghadapi perubahan dan kemajuan zaman
tanpa harus meninggalkan akidah yang menjadi ruh dalam kehidupannya.
Umat Islam pada masa sekarang ini harus mau untuk membuka wawasan dan
pandangan keilmuan. Mereka harus meminimalisir atau bahkan menghilangkan
anggapan bahwa hanya ilmu agama sajalah yang dapat membawa mereka pada
keridlaan Allah, karena harus disadari bahwa pemahaman terhadap Fisika
merupakan implementasi dari ayat-ayat al-Quran, yang memberikan bukti-bukti
atau tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Iptek yang dikembangkan oleh manusia berfungsi sebagai alat untuk beribadah
dan melakukan penghambaan diri kepada Allah SWT. Dengan iptek yang
merupakan produk dari ilmu Fisika manusia dapat memahami karakter alam dan
dapat mengelolanya sesuai dengan karakter yang dimilikinya tersebut, sehingga
terhindar dari kerusakan. Disamping itu manusia akan mengenal lebih dalam akan
Keagungan Tuhan Sang Pencipta.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, umat Islam harus
menyadari keadaan bahwa dia akan jauh tertinggal dan bahkan tertindas apabila
dia membiarkan teknologi hanya dikuasai oleh umat non-muslim. Dengan
kenyataan seperti itu, usaha untuk menguasai Fisika guna mencapai kemajuan
umat dalam sains dan teknologi dapat dikatakan sebagai upaya untuk jihad,
karena secara langsung ataupun tidak, hal itu merupakan upaya untuk
mengantisipasi dan mempertahankan diri dari serangan kaum atau bangsa lain.
Dengan demikian perkembangan iptek dapat secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan maupum
keilmuan. Pengembangan dalam bidang ini akan memberikan peluang bagi
manusia untuk meningkatkan kesehatan dan menata kehidupan ekonominya serta
memperluas wawasan dengan teknologi informasi yang berkembang dengan
sangat pesat. Namun demikian menurut BJ Habibie masih ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan iptek tersebut yaitu;
Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa tidak dapat dikuasai
dan dikembangkan begitu saja. Untuk menjamin tercapainya hasil, dan daya guna
suatu proses pengalihan, penerapan dan pengembangan IPTEK seperti yang
diharapkan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Pertama, perlunya
penyelenggararaan pendidikan dan latihan di segala bidang iptek yang relevan
dengan pembangunan. Kedua, ada konsep yang jelas realistis dan dapat
dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin dibangun dimasa
depan serta teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Ketiga, bahwa
teknologi hanya dapat dialihkan, diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut jika ia
benar-benar diterapkan secara langsung pada pemecahan masalah kongkrit.
Keempat, bangsa yang ingin mengembangkan teknologi harus bertekad untuk
berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya. Terakhir, pada awal
tranformasi dirinya menjadi suatu bangsa berteknolgi maju, setiap negara harus
memberikan perlindungan terhadap teknologi yang dikembangkannya sebelum
siap bersaing secara internasional.[16]
Penguasan Fisika untuk mempertahankan kejayaan Islam, bukan hanya untuk satu
generasi saja, akan tetapi terus barlanjut dari generasi-kegenerasi. Untuk itulah,
Fisika harus dijadikan sebagai salah satu materi yang harus disampaikan dalam
kegiatan pendidikan Islam. Dengan demikian, maka akan didapatkan generasi
yang kuat dan maju dalam hal iptek dan mantap dalam keimanan dan Ketakwaan
terhadap Allah SWT.
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang membentuk kapaistas optimal
seseorang sebagai individu yang kompetitif: fii ahsani t-taqwim (pengembangan
sumberdaya manusia).[17]
Di era globalisasi sekarang ini, dunia telah dikuasai oleh teknologi yang semakin
lama semakin mutakhir. Namun sayangnya penguasaan teknologi saat ini lebih
banyak dikuasai oleh orang-orang non-muslim dan umat Islam masih menjadi
konsumen hasil-hasil teknologi, dan bahkan beberapa golongan umat Islam justru
menganggap kemajuan teknologi sebagai bidah yang buruk dan harus dihindari.
Kenyataan seperti ini dapat menghancurkan umat Islam sendiri dan setidaknya
tugas-tugas kekhalifahannya di muka bumi terabaikan.
Teknologi mutakhir yang dikuasai oleh orang-orang yang tidak beriman bisa
menjadi bumerang, karena teknologi tersebut dapat menjadi sumber bencana dan
menimbulkaan kerusakan di muka bumi. Untuk mencegah hal tersebut maka umat
Islam harus menguasai teknologi tersebut dan menggunakannya untuk
kemaslahatan umat dan kelestarian alam semesta.
Penguasaan teknologi ini harus ditanamkan kapada siswa (generasi muda) selama
mereka belajar di sekolah, yaitu dengan memberikan pelajaran Fisika, Kimia,
Biologi dan memperkenalkan produk-produk teknologi kepada siswa, sehingga
penyalahgunaan produk teknologi tersebut dapat dihindari.
Islam mendorong manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam penemuan-
penemuan, serta menjanjikan ganjaran yang besar, dan upaya-upaya ini dianggap
bagian dari pengabdian kepada Allah.[18]
Al-Quran sebagai pedoman umat Islam, yang merupakan himpunan dari Firman-
firman Allah banyak sekali menyebutkan tentang pentingnya memperhatikan dan
memikirkan alam semesta. Di dalam beberapa ayat Allah telah menegaskan
kepada manusia untuk melakukan pemeriksaan terhadap ciptaan-ciptaan-Nya.
Pemahaman terhadap Fisika adalah salah satu usaha untuk melaksanakan perintah
Allah yang disyariatkan di dalam al-Quran. Bagaimanapun seseorang tidak
boleh lupa bahwa al-Quran bukan buku teks sains eksperimental. Jika ia
menerangkan beberapa fenomena alam, itu dikarenakan beberapa alasan di bawah
ini:
Dari dua alasan tersebut dapat dipahami bahwasanya Fisika merupakan salah satu
jalan bagi manusia untuk menjadi umat yang bertaqwa kepada Allah. Di samping
itu Fisika menghindarkan generasi umat Islam dari kebiasaan taklid buta
(mengikuti sesuatu tanpa tahu alasannya). Mereka akan memeluk Islam dan
berpegang teguh pada keimanan tersebut bukan sebagai agama turun-temurun
akan tetapi karena mereka benar-benar menyadari akan kebenaran ajaran-
ajarannya, yang telah mereka buktikan sendiri dari pemahaman terhadap alam
semesta.
Kita melihat bahwa pencarian para ilmuwan muslim terhadap fenomena alam
disebabkan oleh fakta bahwa mereka menganggap masalah studi ini merupakan
salah satu cara terbaik untuk mendekati Allah. Mereka yakin bahwa dengan
mempelajari tanda-tanda Allah dalam ciptaan-Nya di alam semesta, seseorang
akan dapat menyingkap kesaling hubungan seluruh bagian alam semesta dan
kesatuan yang tersembunyi di belakang dunia yang penuh keragaman ini, yang
pada gilirannya akan membimbing kepada Sang Pencipta.
Sekarang segala sesuatu berputar di sekitar poros sains dan teknologi. Oleh
karenanya, agar menjadi merdeka dan mandiri, kebijaksanaan Islam harus
meliputi seluruh kemampuan keilmuan dan teknologi yang penting bagi
kemandirian dan kemenangannya.[21]
Pergulatan Islam adalah pergulatan sistem nilai sosial yang ada. Islam diharapkan
dapat berperan sebagai pengendali sistem dan sekaligus pengontrol prilaku sistem
itu. Umat Islam bukan hanya harus cermat mengawasi prilaku sistem, melainkan
juga harus mampu dan cakap untuk terlibat di dalamnya. [22]
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang melengkapi orang perorang
untuk melaksanakan ibadah ritual kepada Tuhan (sebagai pertanggungjawaban
pribadi).[23] Penguasaan Fisika diperlukan bukan hanya untuk menghasilkan
produk berupa teknologi, akan tetapi juga sangat diperlukan untuk kepentingan
ibadah, dan menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
Untuk melaksanakan perintah Islam untuk naik haji, menguasai dan mengambil
isi bumi untuk kesejahteraan umat manusia, untuk menentukan saat dimulainya
puasa Ramadhan dan mengakhirinya (idul Fitri) dan sebagainya hanya akan
sempurna apabila ditopang oleh iptek, baik dari tingkat rendah maupun tingkat
tinggi (HiTech).[24]
Penerapan Fisika dalam menunjang kegiatan ibadah wajib umat Islam antara lain
sebagai berikut:
Adapun dalam pelaksanaan shalat ini, orang harus memenuhi syarat dan rukun
shalat, apabila ada salah satu dari syarat sah atau rukun shalat yang tidak
terpenuhi maka shalatnya akan rusak atau tidak sah. Apabila shalat seseorang
tidak sah, maka itu berarti bahwa orang tersebut tercatat belum melaksanakan
shalat.
Menghadap Kiblat.[25]
Salah satu syarat sah shalat adalah telah masuk waktu shalat, artinya pelaksanaan
shalat ini harus benar-benar pada waktunya, dan tidak sah shalat seseorang apabila
belum masuk waktu shalat.
(103: )
Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman[26](Qs, an-Nisa 103).
Penentuan awal waktu shalat dalam perspektif ilmu fisika terkait dengan
kedudukan matahari yang diukur dengan sudut datang sinar matahari (angle of
incidence)dengan perumusan sebagai berikut:
diamana;
= Lintang (atitude) yaitu lokasi sudut setelah utara atau selatan ekuator. Sebelah
utara positif, sebelah selatan negatif.
= Deklinasi; yaitu sudut antara sinar matahari yang sampai bumi dengan bidang
ekuator.[27] Bidang ekuator adalah bidang (datar) yang melalui pusat bumi dan
tegak lurus pada porosnya.[28]
= Sudut datang sinar matahari (angle of incidence), yaitu sudut antara sinar
matahari dengan normal bidang kolektor.[29] adalah sudut jam (hour Angle),
yaitu pergeseran sudut matahari sebelah barat atau timur meridian setempat oleh
perputaran bumi sekeliling sumbunya. Pagi negatif, sore positif.[30]
Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Puasa ini wajib dilakasanakan oleh
setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat, sebagai mana telah dinashkan
dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya;
Penetapan awal bulan Ramadlan sangat berpengaruh untuk memulai ibadah puasa
Ramadlan itu sendiri. Oleh karena itu orang sangat berhati-hati untuk menetapkan
awalnya dan tidak mustahil akan terjadi perbedaan pendapat.[32]
Tahun Hijriyah adalah perhitungan yang dipakai oleh umat Islam sedunia yang
berdasarkan kepada peredaran dan kedudukan Bulan sekitar bumi dan di
sekeliling matahari.[33] Umat Islam diwajibkan berpuasa pada saat pertama kali
meliahat bulan pada awal bulan Ramadlan, dan kemudian menyudahi berpuasa
pada saat melihat bulan muda pada penghujung Ramadlan (melihat hilal) yang
berarti telah masuk bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda:
( )
Puasalah kamu dengan melihat bulan dan berbukalah kamu dengan melihat
bulan, jika atas kamu udara kelam (mendung), maka cukupkanlah bilangan-
bilangan (bulan) Syaban tiga puluh hari. (HR. Bukhari dan Muslim).[34]
Dalam sahih Bukhari juga dijelaskan mengenai awal dan akhir bulan Ramadlan;
3. Ibadah Haji
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan wajib untuk melaksanakannya satu kali dalam seumur hidup. Adapun
pelaksanaan ibadah haji ini hanya dapat dilakukan di Baitullah yaitu di Mekkah,
Arab Saudi. Ibadah Haji diwajibkan bagi mereka yang mampu melakukan
perjalanan ke sana.
Bagi penduduk muslim di luar Arab Saudi, perjalanan ke Baitullah adalah sesuatu
yang cukup sulit karena perjalanan yang harus dilakukan sangat jauh, apalagi jika
harus dilakukan dengan berjalan kaki atau dengan kuda. Di samping perjalanan
akan memakan waktu yang sangat lama juga banyak mengandung bahaya.
Penerapan Fisika dalam teknologi memberikan kemudahan bagi umat Islam untuk
menunaikan Ibadah haji yaitu dengan diciptakannya pesawat terbang sebagai
sarana transportasi, sebagai alat yang dapat digunakan untuk melakukan
perjalanan ke Baitullah dengan lebih cepat dan lebih aman.
Teknologi pembuatan kapal terbang ini merupakan penerapan dari efek bernoulli
yaitu hubungan antara tekanan dengan kecepatan pada fluida yang mengalir
secara tunak, kecepatan fluida akan berkurang bila tekanan fluida bertambah.
Dalam pembuatan pesawat prinsip ini dipakai untuk menghitung besarnya daya
angkat pesawat terbang.
p + V2 + p = konstan[38]
P = tekanan Fluida
V = kecepatan Fluida
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa Fisika merupakan ilmu yang sangat urgen
dan memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan umat
Islam, baik dalam hubungannya dengan Penciptanya maupun dengan sesama
makhluk. Dengan demikian pendidikan Fisika sebagai upaya untuk pengalihan
kemampuan kepada generasi penerus juga merupakan kegiatan yang sangat urgen
berdasarkan perintah di dalam al-Quran dan kebutuhan umat Islam sendiri atas
ilmu fisika tersebut.
Dalam beberapa ayat di dalam al-Quran berulang kali disebutkan bahwa hanya
orang yang mau memikirkan dan memperhatikan mengenai alam Ciptaan Allah-
lah yang akan dapat melihat tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran Allah. Hal itu
seharusnya membuka pandangan umat Islam mengenai apa saja yang dapat
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga umat Islam tidak
akan terjerumus dalam kejumudan.
(2: )
Menurut Al-Maraghi tafsir dari ayat ini adalah; Dia menundukkan matahari dan
bulan, serta menjadikan keduanya taat pada kehendak-Nya untuk memberikan
manfaat kepada makhluk-Nya. Masing-masing dari keduanya berjalan pada
orbitnya untuk waktu tertentu.[40] Peredaran dari keduanya tidak pernah
menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, sehingga manusia dapat
menggunakannya sebagai patokan dalam membuat perhitungan waktu.
,
,
(5:)
Kemudian dalam Surat Al-Anbiya ayat 30. Allah memberi pengetahuan kepada
manusia tentang asal mula jagad raya;
, ,
(30:)
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?[42](QS. Al-Anbiya:30)
Surat al-Anbiya tersebut merupakan salah satu petunjuk Allah berkaitan dengan
ilmu Fisika untuk dikembangkan manusia. Ayat tersebut memberikan gambaran
kepada manusia bahwa langit dan bumi dunia ini dahulu adalah satu kemudian
terpisah terbentuklah bumi dan langit sebagai tempat hidup manusia. Didalam
Fisika hal itu dikenal teori big bang sebagai asal mula terjadinya kehidupan di
muka bumi.
Hal tersebut telah terjadi pada zaman peradaban yunani kuno. Mereka mencari
jawaban atas pertanyaan yang mengganggu mereka tentang kejadian-kejadian
alam ini, namun mereka tidak menemukan jawaban akhirnya mereka mengambil
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan takhayul, seperti jika gunung meletus itu
karena penguasa gunung marah, dan lain sebagainya. Mitos-mitos tersebut bukan
lah jawaban yang ilmiah atas sebuah pertanyaan, dan hal itu dapat menyesatkan
manusia dimana manusia sering mengadakan sesaji-sesaji di gunung, bukit dan
pohon besar agar penghuninya tidak marah. Padahal semua itu merupakan
perbuatan yang di kutuk, karena termasuk syirik.
Contoh tersebut telah menunjukkan akan arti sebuah ilmu pengetahuan tentang
gejala-gejala alam (Fisika), karena hal itu berkaitan dengan pondasi keimanan
yang kuat dan untuk menjaga generasi (keturunan), diperlukan pendidikan tentang
ilmu tersebut.
Di dalam al-Quran telah disebutkan dalam surat al-Radu ayat 1-4 telah
menggambarkan hal tersebut, dijelaskan di dalam tafsir al-Maraghi tentang
pengertian ayat-ayat tersebut. Dalam ayat-ayat ini, Dia mengetengahkan beberapa
dalil atas tauhid dan tempat kembalinya makhluk. Maka, dengan mengemukakan
tentang keadaan langit, keadaan matahari dan bulan serta keadaan bumi dangan
gunung-gunung, sungai-sungai, bunga, buah kurma, anggur, berbagai buah-
buahan, dan bermacam-macam hasil buahnya, Allah membuktikan adanya Tuhan
yang Maha Kuasa lagi Perkasa, Berkuasa untuk menciptakan dan mengatur segala
urusan, untuk mendatangkan kemudaratan dan manfaat, untuk menghidupkan dan
mematikan, serta untuk melakukan segala hal.[43] Dengan demikian jelas bahwa
bukti kekuasaan Allah ditunjukkan dengan berbagai gejala alam yang dapat
diamati oleh manusia.
[1] Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995), Cet ke-3, Hal.289
[11] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek,
(Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.224
[13] Abdul Majid dkk, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.85
[14] Ahmad Muhammad Sulaiman, Tuhan dan Sains, (Jakarta: Serambi Ilmu
semesta,2001), hal.30
[17] Abdul Majid dkk, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.79
[18] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, Jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.72
[23] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, Jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.79
[24] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek,
(Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.64
[38] Taswa dan Abu Ahmadi, Kamus Lengkap Fisika, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hal.32
[39] M. Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan Transendensi, (Bandung:
Mizan, 1994),hlm.35