Anda di halaman 1dari 16

B.

Urgensi Fisika dalam Perspektif Islam, Tinjauan Ayat-ayat Al-Quran

1. Fisika dalam Perspektif Islam

Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala


alam dan karakteristik benda-benda fisik. Pemahaman terhadap Fisika merupakan
salah satu upaya yang wajib dilaksanakan untuk menanamkan kepercayaan
terhadap kekuasaan dan Keagungan Tuhan.

Dengan demikian pemahaman terhadap Fisika dapat menjadi penguat pondasi


keimanan umat Islam, karena dengan mengetahui rahasia-rahasia alam, manusia
akan semakin mengagungkan Allah yang telah menciptakan semua keajaiban
yang ada di alam semesta ini, yang tak ada satupun makhluk yang dapat
melakukan hal itu.

Dalam beberapa ayat al-Quran Allah SWT senantiasa menegaskan mengenai


pentingnya nazar (memperhatikan) untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah SWT. Demikian pula megenai pentingnya belajar dan mencari
ilmu. Dalam ayat yang pertama kali turun telah ditegasakan perintah membaca
bagi umat manusia, yaitu membaca ayat-ayat Allah, baik yang ada dalam al-
Quran (firman-firman Allah), maupun yang ada di alam (al-Kaun).

Menurut Al-Quran, mempelajari kitab alam akan mengungkapkan rahasia-


rahasianya kepada manusia dan menampakkan koherensi (keterpaduan),
konsistensi, dan aturan di dalamnya.[9] Ini akan memungkinkan manusia untuk
menggunakan ilmu pengetahuannya sebagai alat untuk menggali kekayaan-
kekayaan dan sumber-sumber yang tersembunyi di alam dan mencapai
kesejahteraan material lewat penemuan-penemuan ilmiahnya.

Allah telah menunjuk manusia sebagai wakil di muka bumi dan diberi-Nya
kesempatan-kesempatan yang tidak terbatas untuk menggali mengelola dan
memanfaatkan segala isinya. Untuk itu ia harus mengenal potensi-potensi
dirinya, menggunakan kesempatan itu, dan memperoleh kekuatan dan
kebijaksanaan yang sesuai dengan peranannya sebagai seorang wakil Allah.

Pendidikan Islam menjadi bidang yang dapat diselenggarakan dengan tujuan


pembentukan kepribadian muslim, dan pendidikan yang melingkupi ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai tempat yang strategis dalam pendidikan
Islam.[10] Dengan begitu umat Islam akan menjadi umat yang kuat, bukan hanya
kuat dalam persaingan dengan umat yang lain dalam iptek, akan tetapi juga kuat
dalam hal keimanan terhadap Allah SWT.

Kita lihat misalnya pendidikan modern yang mengarahkan bahwa pendidikan


yang dilaksanakan secara berlanjut dan terus menerus. Hal yang demikian telah
dicanangkan oleh Rasulullah SAW, dengan sabda beliau;Tuntutlah ilmu sejak
dari buaian sampai keliang lahat.[11] Hadis tersebut memberikan dorongan
pada umat Islam untuk tidak pernah berhenti dalam menggali ilmu pengetahuan
dan mengembangkan peradaban. Az-Zuhaili mengatakan bahwa jika peradaban
itu mengandung banyak manfaat, maka Islam menyeru umatnya untuk
mengusungnya sekaligus menggalinya dan melestarikannya.[12] Dalam hal ini
ilmu Fisika termasuk didalamnya, karena manfaat fisika sudah tidak dapat
diragukan lagi, baik dalam pengembangan teknologi maupun dalam upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan Pencipta alam semesta.

Pemahaman Fisika dalam Islam merupakan suatu upaya untuk menjalankan


perintah Allah di dalam al-Quran untuk melakukan nazar terhadap segala ciptaan
Allah yang berada di alam ini baik yang di langit maupun di bumi, yang nantinya
akan memberikan implikasi positif, bagi mereka berupa kesadaran akan kebesaran
Allah dengan segala kekuasaan-Nya.

Umat Islam harus menghapus dikotomi terhadap ilmu pengetahuan yang dapat
membawa mereka mundur kearah kejahilan, yang akan dapat menyesatkan
mereka kembali. Kebutaan terhadap pengetahuan alam merupakan tanda dari
ketidaktahuan terhadap tanda-tanda Kebesaran Allah yang ditunjukkan dengan
keajaiban ciptaan-Nya.

Fisika akan membawa umat Islam kearah kemajuan dan menambah keyakinan
atas Kemahakuasaan Allah. Manusia tidak akan mendapatkan keraguan lagi,
karena keyakinan mereka telah dikuatkan dengan bukti konkrit yang sangat
banyak yang terdapat di sekitar mereka.

Dalam memahami Fisika ini harus senantiasa berlandaskan pada akidah Islam dan
petunjuk Allah di dalam Al-Quran maupun melalui petunjuk utusan-Nya. Dengan
demikian umat Islam akan dapat menghadapi perubahan dan kemajuan zaman
tanpa harus meninggalkan akidah yang menjadi ruh dalam kehidupannya.

2. Urgensi Fisika Untuk Mempertahankan Eksistensi Islam

Telah dijelaskan dalam pembahasan di atas bahwa Fisika merupakan penguat


pondasi keimanan, untuk itu Fisika harus mendapatkan perhatian yang cukup
besar dalam dunia pendidikan Islam. Untuk membentuk generasi yang bertaqwa,
Fisika diperlukan sebagai sarana untuk melihat bukti Keagungan Tuhan.

Penemuan, pembaruan dan pengembangan serta penerapan fungsional sains dan


teknologi untuk kepentingan umat manusia dan pelestarian alam diterima sebagai
kesadaran dan kemampuan manusia untuk menggunakannya sebagai rahmat, alat
dan perlengkapan dalam mencapai suatu kehidupan yang lebih baik di akhirat.[13]
Al-Quran berlimpah dengan ayat-ayat yang meminta manusia untuk berpikir dan
menggunakan akal mereka untuk mengungkap rahasia alam semesta. Dengan cara
inilah mereka dapat mempunyai keyakinan teguh terhadap pencipta-Nya.[14]
Umat Islam harus benar-benar memikirkan arti penting Fisika atau sains secara
umum, dalam rangka membangkitkan kembali semangat keilmuan kaum muslim
setelah sekian lama tenggelam, dan berpindah ke Barat. Untuk dapat merebut
kembali kejayaan Islam dalam dunia ilmu pengetahuan, maka penguasaan
terhadap Fisika merupakan salah satu hal penting yang harus mendapat perhatian
dari umat Islam, jika ingin meraih sukses dalam kebangkitan sains ini.

Umat Islam pada masa sekarang ini harus mau untuk membuka wawasan dan
pandangan keilmuan. Mereka harus meminimalisir atau bahkan menghilangkan
anggapan bahwa hanya ilmu agama sajalah yang dapat membawa mereka pada
keridlaan Allah, karena harus disadari bahwa pemahaman terhadap Fisika
merupakan implementasi dari ayat-ayat al-Quran, yang memberikan bukti-bukti
atau tanda-tanda Kekuasaan Allah.

Iptek yang dikembangkan oleh manusia berfungsi sebagai alat untuk beribadah
dan melakukan penghambaan diri kepada Allah SWT. Dengan iptek yang
merupakan produk dari ilmu Fisika manusia dapat memahami karakter alam dan
dapat mengelolanya sesuai dengan karakter yang dimilikinya tersebut, sehingga
terhindar dari kerusakan. Disamping itu manusia akan mengenal lebih dalam akan
Keagungan Tuhan Sang Pencipta.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, umat Islam harus
menyadari keadaan bahwa dia akan jauh tertinggal dan bahkan tertindas apabila
dia membiarkan teknologi hanya dikuasai oleh umat non-muslim. Dengan
kenyataan seperti itu, usaha untuk menguasai Fisika guna mencapai kemajuan
umat dalam sains dan teknologi dapat dikatakan sebagai upaya untuk jihad,
karena secara langsung ataupun tidak, hal itu merupakan upaya untuk
mengantisipasi dan mempertahankan diri dari serangan kaum atau bangsa lain.

BJ Habibi dalam bukunya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pembangunan


Bangsa mengatakan bahwa Ilmu pengetahuan dan taknologi memberikan tiga
landasan penting di dalam kehidupan masyarakat. Pertama iptek memberikan
landasan hidup berupa penyediaan akses dasar bagi para anggota masyarakat
kesehatan dan harapan hidup, pendidikan serta lingkungan hidup. Kedua, iptek
memungkinkan dikembangkannya sistem informasi dan komunikasi, evaluasi dan
analisis yang lengkap, makro dan mikro, dan mencakup seluruh anggota
masyarakat, sehingga ia dapat secara merata memberikan informasi di bidang apa
saja yang diperlukan bagi kehidupan dan kebutuhan suatu bangsa. Ketiga,
manusia yang sehat, sejahtera, dan yang kaya akan informasi akan dengan cepat
dapat memanfaatkan dan mengembangkan semua iptek yang diperlukan untuk
memperbaiki nasibnya dan meningkatkan mutu kehidupnya.[15]

Dengan demikian perkembangan iptek dapat secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan maupum
keilmuan. Pengembangan dalam bidang ini akan memberikan peluang bagi
manusia untuk meningkatkan kesehatan dan menata kehidupan ekonominya serta
memperluas wawasan dengan teknologi informasi yang berkembang dengan
sangat pesat. Namun demikian menurut BJ Habibie masih ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan iptek tersebut yaitu;

Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa tidak dapat dikuasai
dan dikembangkan begitu saja. Untuk menjamin tercapainya hasil, dan daya guna
suatu proses pengalihan, penerapan dan pengembangan IPTEK seperti yang
diharapkan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Pertama, perlunya
penyelenggararaan pendidikan dan latihan di segala bidang iptek yang relevan
dengan pembangunan. Kedua, ada konsep yang jelas realistis dan dapat
dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin dibangun dimasa
depan serta teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Ketiga, bahwa
teknologi hanya dapat dialihkan, diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut jika ia
benar-benar diterapkan secara langsung pada pemecahan masalah kongkrit.
Keempat, bangsa yang ingin mengembangkan teknologi harus bertekad untuk
berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya. Terakhir, pada awal
tranformasi dirinya menjadi suatu bangsa berteknolgi maju, setiap negara harus
memberikan perlindungan terhadap teknologi yang dikembangkannya sebelum
siap bersaing secara internasional.[16]

Prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi besar apabila benar-benar


diperhatikan dan diterapkan. Kemudian agar hasil yang diperoleh tidak
menimbulkan kerusakan alam atau kecemasan masyarakat karena tangan-tangan
yang tidak bertangguang jawab, maka perlu adanya landasan keimanan dalam
pengembangan iptek. Ini sangat penting sebagai pegangan bagi para ilmuwan dan
teknisi yang akan melaksanakan tugasnya sehingga ia akan secara cermat
meminimalisir kemungkinan penyalahgunaan produk iptek yang ia buat.

Fisika sebagai cabang ilmu yang menghasilkan produk berupa kemajuan


teknologi, sudah seyogyanya menjadi salah satu kajian umat Islam. Agar umat
Islam dapat tetap eksis dalam persaingan di zaman sekarang ini mereka harus
mampu menyerap berbagai informasi tentang iptek dan mereka harus mampu
berperan aktif dalam pengembangan iptek tersebut.

Penguasan Fisika untuk mempertahankan kejayaan Islam, bukan hanya untuk satu
generasi saja, akan tetapi terus barlanjut dari generasi-kegenerasi. Untuk itulah,
Fisika harus dijadikan sebagai salah satu materi yang harus disampaikan dalam
kegiatan pendidikan Islam. Dengan demikian, maka akan didapatkan generasi
yang kuat dan maju dalam hal iptek dan mantap dalam keimanan dan Ketakwaan
terhadap Allah SWT.

Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang membentuk kapaistas optimal
seseorang sebagai individu yang kompetitif: fii ahsani t-taqwim (pengembangan
sumberdaya manusia).[17]
Di era globalisasi sekarang ini, dunia telah dikuasai oleh teknologi yang semakin
lama semakin mutakhir. Namun sayangnya penguasaan teknologi saat ini lebih
banyak dikuasai oleh orang-orang non-muslim dan umat Islam masih menjadi
konsumen hasil-hasil teknologi, dan bahkan beberapa golongan umat Islam justru
menganggap kemajuan teknologi sebagai bidah yang buruk dan harus dihindari.
Kenyataan seperti ini dapat menghancurkan umat Islam sendiri dan setidaknya
tugas-tugas kekhalifahannya di muka bumi terabaikan.

Teknologi mutakhir yang dikuasai oleh orang-orang yang tidak beriman bisa
menjadi bumerang, karena teknologi tersebut dapat menjadi sumber bencana dan
menimbulkaan kerusakan di muka bumi. Untuk mencegah hal tersebut maka umat
Islam harus menguasai teknologi tersebut dan menggunakannya untuk
kemaslahatan umat dan kelestarian alam semesta.

Penguasaan teknologi ini harus ditanamkan kapada siswa (generasi muda) selama
mereka belajar di sekolah, yaitu dengan memberikan pelajaran Fisika, Kimia,
Biologi dan memperkenalkan produk-produk teknologi kepada siswa, sehingga
penyalahgunaan produk teknologi tersebut dapat dihindari.

Memasukkan mata pelajaran eksakta dalam kurikulum pendidikan Islam


merupakan langkah yang tepat untuk memberikan bekal kepada siswa dalam
meneruskan perjuangan umat Islam terdahulu. Dengan pemberian bekal semacam
itu umat Islam telah membuat benteng dalam mempertahankan eksistensi Islam
dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk dalam sains dan teknologi.

3. Relevansi Fisika dengan Ajaran Islam

Islam mendorong manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam penemuan-
penemuan, serta menjanjikan ganjaran yang besar, dan upaya-upaya ini dianggap
bagian dari pengabdian kepada Allah.[18]

Al-Quran sebagai pedoman umat Islam, yang merupakan himpunan dari Firman-
firman Allah banyak sekali menyebutkan tentang pentingnya memperhatikan dan
memikirkan alam semesta. Di dalam beberapa ayat Allah telah menegaskan
kepada manusia untuk melakukan pemeriksaan terhadap ciptaan-ciptaan-Nya.

Pemahaman terhadap Fisika adalah salah satu usaha untuk melaksanakan perintah
Allah yang disyariatkan di dalam al-Quran. Bagaimanapun seseorang tidak
boleh lupa bahwa al-Quran bukan buku teks sains eksperimental. Jika ia
menerangkan beberapa fenomena alam, itu dikarenakan beberapa alasan di bawah
ini:

Studi fenomena alam dan keajaiban-keajaiban penciptaan akan


memperkuat keimanan manusia kepada Tuhan.[19]
Dengan keakraban terhadap kesempatan-kesempatan yang telah
dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dia lebih dapat mengenal Allah dan
dengan mendapatkan manfaat-manfaat darinya, dia dapat bersyukur
kepada-Nya.[20]

Dari dua alasan tersebut dapat dipahami bahwasanya Fisika merupakan salah satu
jalan bagi manusia untuk menjadi umat yang bertaqwa kepada Allah. Di samping
itu Fisika menghindarkan generasi umat Islam dari kebiasaan taklid buta
(mengikuti sesuatu tanpa tahu alasannya). Mereka akan memeluk Islam dan
berpegang teguh pada keimanan tersebut bukan sebagai agama turun-temurun
akan tetapi karena mereka benar-benar menyadari akan kebenaran ajaran-
ajarannya, yang telah mereka buktikan sendiri dari pemahaman terhadap alam
semesta.

Kita melihat bahwa pencarian para ilmuwan muslim terhadap fenomena alam
disebabkan oleh fakta bahwa mereka menganggap masalah studi ini merupakan
salah satu cara terbaik untuk mendekati Allah. Mereka yakin bahwa dengan
mempelajari tanda-tanda Allah dalam ciptaan-Nya di alam semesta, seseorang
akan dapat menyingkap kesaling hubungan seluruh bagian alam semesta dan
kesatuan yang tersembunyi di belakang dunia yang penuh keragaman ini, yang
pada gilirannya akan membimbing kepada Sang Pencipta.

Sekarang segala sesuatu berputar di sekitar poros sains dan teknologi. Oleh
karenanya, agar menjadi merdeka dan mandiri, kebijaksanaan Islam harus
meliputi seluruh kemampuan keilmuan dan teknologi yang penting bagi
kemandirian dan kemenangannya.[21]

Pergulatan Islam adalah pergulatan sistem nilai sosial yang ada. Islam diharapkan
dapat berperan sebagai pengendali sistem dan sekaligus pengontrol prilaku sistem
itu. Umat Islam bukan hanya harus cermat mengawasi prilaku sistem, melainkan
juga harus mampu dan cakap untuk terlibat di dalamnya. [22]

Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang melengkapi orang perorang
untuk melaksanakan ibadah ritual kepada Tuhan (sebagai pertanggungjawaban
pribadi).[23] Penguasaan Fisika diperlukan bukan hanya untuk menghasilkan
produk berupa teknologi, akan tetapi juga sangat diperlukan untuk kepentingan
ibadah, dan menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.

Untuk melaksanakan perintah Islam untuk naik haji, menguasai dan mengambil
isi bumi untuk kesejahteraan umat manusia, untuk menentukan saat dimulainya
puasa Ramadhan dan mengakhirinya (idul Fitri) dan sebagainya hanya akan
sempurna apabila ditopang oleh iptek, baik dari tingkat rendah maupun tingkat
tinggi (HiTech).[24]
Penerapan Fisika dalam menunjang kegiatan ibadah wajib umat Islam antara lain
sebagai berikut:

1. Penentuan awal dan akhir waktu shalat.

Shalat merupakan kewajiban bagi setiap individu yang menyatakan dirinya


sebagai ummat Islam, sehari semalam lima kali. Shalat merupakan salah satu
rukun yang harus dan wajib dilaksanakan bagi setiap pemeluk agama Islam.

Adapun dalam pelaksanaan shalat ini, orang harus memenuhi syarat dan rukun
shalat, apabila ada salah satu dari syarat sah atau rukun shalat yang tidak
terpenuhi maka shalatnya akan rusak atau tidak sah. Apabila shalat seseorang
tidak sah, maka itu berarti bahwa orang tersebut tercatat belum melaksanakan
shalat.

Syarat sah shalat telah diatur dalam fikih;

Suci badannya dari najis dan hadas

Menutup aurat dengan kain yang suci

Berada di tempat yang suci

Telah masuk waktunya

Menghadap Kiblat.[25]

Salah satu syarat sah shalat adalah telah masuk waktu shalat, artinya pelaksanaan
shalat ini harus benar-benar pada waktunya, dan tidak sah shalat seseorang apabila
belum masuk waktu shalat.

Allah SWT berfirman:

(103: )

Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman[26](Qs, an-Nisa 103).

Dengan demikian untuk melaksanakan kewajiban umat Islam tersebut, seorang


muslim harus tahu jatuhnya waktu shalat. Untuk itulah diperlukan suatu ilmu
yang dapat digunakan untuk mengetahui jatuhnya awal waktu shalat, agar dalam
pelaksanaan kewajiban shalat bagi setiap muslim tidak ada kekeliruan atau
kekurangan dalam pemenuhan syarat sahnya yang dapat mempengaruhi kesahan
shalatnya.
Dalam hal ini Fisika memegang peranan yang sangat penting, karena penentuan
awal waktu shalat dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu Fisika.
Permasalahan penentuan awal waktu shalat ini dapat dipecahkan dengan materi
Fisika, pokok bahasan energi matahari.

Penentuan awal waktu shalat dalam perspektif ilmu fisika terkait dengan
kedudukan matahari yang diukur dengan sudut datang sinar matahari (angle of
incidence)dengan perumusan sebagai berikut:

diamana;

= Lintang (atitude) yaitu lokasi sudut setelah utara atau selatan ekuator. Sebelah
utara positif, sebelah selatan negatif.

= Deklinasi; yaitu sudut antara sinar matahari yang sampai bumi dengan bidang
ekuator.[27] Bidang ekuator adalah bidang (datar) yang melalui pusat bumi dan
tegak lurus pada porosnya.[28]

= Sudut datang sinar matahari (angle of incidence), yaitu sudut antara sinar
matahari dengan normal bidang kolektor.[29] adalah sudut jam (hour Angle),
yaitu pergeseran sudut matahari sebelah barat atau timur meridian setempat oleh
perputaran bumi sekeliling sumbunya. Pagi negatif, sore positif.[30]

Sudut deklinasi dicari dari persamaan Cooper;

= 23,45o Sin [360o ], nilai n di cari dengan table.

AST = 12.00 + jam

MST =AST- E; MST adalah Mean Sun Time

E= 9,87 Sin 2B-7,53 Cos B 1,5 Sin B

B = ; 1n365 atau 1n366 (kabisat)

E = persamaan waktu dalam menit

LST =WIB = MST- (s-) 4 menit, LST menunjukkan waktu shalat.

Untuk daerah Yogya; s= 105 = 110,35 dan = -7,8 Ls

Dengan demikian jelaslah behwa fisika merupakan jalan pemecahan bagi


permasalahan penentuan awal waktu shalat yang menjadi kebutuhan yang sangat
penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Di sini dapat dibuat jadwal waktu shalat
untuk tiap-tiap daerah sesuai dengan posisi daerah tersebut, sehingga umat Islam
dapat melaksanakan shalat dengan tenang dan tepat waktu.

1. Penentuan awal Ramadlan dan 1 Syawal

Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Puasa ini wajib dilakasanakan oleh
setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat, sebagai mana telah dinashkan
dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya;

Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu termasuk orang-
orang yang bertaqwa.[31]

Penetapan awal bulan Ramadlan sangat berpengaruh untuk memulai ibadah puasa
Ramadlan itu sendiri. Oleh karena itu orang sangat berhati-hati untuk menetapkan
awalnya dan tidak mustahil akan terjadi perbedaan pendapat.[32]

Tahun Hijriyah adalah perhitungan yang dipakai oleh umat Islam sedunia yang
berdasarkan kepada peredaran dan kedudukan Bulan sekitar bumi dan di
sekeliling matahari.[33] Umat Islam diwajibkan berpuasa pada saat pertama kali
meliahat bulan pada awal bulan Ramadlan, dan kemudian menyudahi berpuasa
pada saat melihat bulan muda pada penghujung Ramadlan (melihat hilal) yang
berarti telah masuk bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda:

( )

Puasalah kamu dengan melihat bulan dan berbukalah kamu dengan melihat
bulan, jika atas kamu udara kelam (mendung), maka cukupkanlah bilangan-
bilangan (bulan) Syaban tiga puluh hari. (HR. Bukhari dan Muslim).[34]

Dalam sahih Bukhari juga dijelaskan mengenai awal dan akhir bulan Ramadlan;

Artinya: Dari Abdullah ra. Berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut


bulan Ramadlan lalu beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa hingga kamu
melihat hilal, dam jangan lah kamu berbuka (berhari raya) sehingga kamu
melihatnya, dan jika tertutup atasmu adakanlah perhitungannya.[35] (HR
Buchari)

Kedua hadis tersebut memberikan penjelasan mengenai waktu pelaksanaan puasa


di bulan Ramadlan, dimana waktu untuk memulai berpuasa ditentukan saat hilal
terlihat kemudian untuk menyudahi berpuasa dan berhari raya juga dengan
melihat hilal (bulan sabit). Untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam
terutama mereka yang awam tentang hal ini, maka Islam memiliki kalender
sendiri yaitu kalender Hijriyah.

Kalender hijriyah adalah sistem kalender Qamariyah (Bulan). Kalender Hijriyah


menggunakan siklus visibilitas hilal, bulan sabit terkecil yang dapat diamati
dengan mata telanjang.[36] Rata-rata siklus visibilitas hilal dapat didekati dengan
siklus sinodik bulan.[37] Dalam hal ini nampak jelas peranan penting Fisika,
karena Fisika membahas siklus peredaran bulan, yang merupakan bagian dari
pokok bahasan tata surya.

3. Ibadah Haji

Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan wajib untuk melaksanakannya satu kali dalam seumur hidup. Adapun
pelaksanaan ibadah haji ini hanya dapat dilakukan di Baitullah yaitu di Mekkah,
Arab Saudi. Ibadah Haji diwajibkan bagi mereka yang mampu melakukan
perjalanan ke sana.

Bagi penduduk muslim di luar Arab Saudi, perjalanan ke Baitullah adalah sesuatu
yang cukup sulit karena perjalanan yang harus dilakukan sangat jauh, apalagi jika
harus dilakukan dengan berjalan kaki atau dengan kuda. Di samping perjalanan
akan memakan waktu yang sangat lama juga banyak mengandung bahaya.

Penerapan Fisika dalam teknologi memberikan kemudahan bagi umat Islam untuk
menunaikan Ibadah haji yaitu dengan diciptakannya pesawat terbang sebagai
sarana transportasi, sebagai alat yang dapat digunakan untuk melakukan
perjalanan ke Baitullah dengan lebih cepat dan lebih aman.

Teknologi pembuatan kapal terbang ini merupakan penerapan dari efek bernoulli
yaitu hubungan antara tekanan dengan kecepatan pada fluida yang mengalir
secara tunak, kecepatan fluida akan berkurang bila tekanan fluida bertambah.
Dalam pembuatan pesawat prinsip ini dipakai untuk menghitung besarnya daya
angkat pesawat terbang.

Hukum bernoulli secara matematis dinyatakan dengan:

p + V2 + p = konstan[38]

p = beda tekanan yang disebabkan oleh aliran

P = tekanan Fluida

V = kecepatan Fluida

= massa jenis fluida


Karena begitu lekatnya keterlibatan teknologi dalam kehidupaan kita sehari-hari,
maka teknologi dapat berfungsi ganda. Selain membantu untuk kebutuhan dasar,
teknologi sesungguhnya bisa kian menyadarkan kita tentang kebesaran Allah,
Sang Maha Pencipta.[39] Kemajuan teknologi dapat mempertebal iman dan takwa
kita, asal saja kita berangkat dari asumsi dasar bahwa teknologi adalah bagian dari
nikmat Allah bagi manusia.

Dari uraian di atas nampak jelas bahwa Fisika merupakan ilmu yang sangat urgen
dan memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan umat
Islam, baik dalam hubungannya dengan Penciptanya maupun dengan sesama
makhluk. Dengan demikian pendidikan Fisika sebagai upaya untuk pengalihan
kemampuan kepada generasi penerus juga merupakan kegiatan yang sangat urgen
berdasarkan perintah di dalam al-Quran dan kebutuhan umat Islam sendiri atas
ilmu fisika tersebut.

C. Urgensi Fisika dalam Tinjauan Ayat-Ayat Al-Quran

Al-Quran telah banyak memberi gambaran dan contoh mengenai sumber-sumber


yang dapat digali dalam upaaya penguasaan Fisika. Di dalam al-Quran banyak
sekali disebutkan mengenai arti pentingnya memikirkan gejala-gejala yang terjadi
di alam ciptaan Allah ini sebagai cara untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran
dan kekuasaan Allah.

Dalam beberapa ayat di dalam al-Quran berulang kali disebutkan bahwa hanya
orang yang mau memikirkan dan memperhatikan mengenai alam Ciptaan Allah-
lah yang akan dapat melihat tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran Allah. Hal itu
seharusnya membuka pandangan umat Islam mengenai apa saja yang dapat
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga umat Islam tidak
akan terjerumus dalam kejumudan.

Pemahaman terhadap al-Quran bukan hanya sekedar mambaca secara lafziyah,


akan tetapi harus benar-benar dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan,
sehingga keajaiban dan keutamaan al-Quran dapat benar-benar dirasakan dan
membawa umat Islam ke arah kemajuan dan kemaslahatan.

Al-Quran telah memberikan contoh kepada manusia mengenai penguasaan


Fisika, yaitu dengan beberapa ayat yang menyebutkan gejala- gejala alam disertai
dengan penjelasan mengenai beberapa manfaat yang akan dapat diambil oleh
manusia dari gejala-gejala tersebut. Contohnya adalah mengenai peredaran
matahari dan bulan sebagai patokan untuk perhitungan waktu.

(2: )

Menurut Al-Maraghi tafsir dari ayat ini adalah; Dia menundukkan matahari dan
bulan, serta menjadikan keduanya taat pada kehendak-Nya untuk memberikan
manfaat kepada makhluk-Nya. Masing-masing dari keduanya berjalan pada
orbitnya untuk waktu tertentu.[40] Peredaran dari keduanya tidak pernah
menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, sehingga manusia dapat
menggunakannya sebagai patokan dalam membuat perhitungan waktu.

,
,

(5:)

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya; dan


ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
meniptakan yang demikian itu melainkan dengan hak; Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.[41](QS. Yunus:5)

Kemudian dalam Surat Al-Anbiya ayat 30. Allah memberi pengetahuan kepada
manusia tentang asal mula jagad raya;

, ,
(30:)

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?[42](QS. Al-Anbiya:30)

Surat al-Anbiya tersebut merupakan salah satu petunjuk Allah berkaitan dengan
ilmu Fisika untuk dikembangkan manusia. Ayat tersebut memberikan gambaran
kepada manusia bahwa langit dan bumi dunia ini dahulu adalah satu kemudian
terpisah terbentuklah bumi dan langit sebagai tempat hidup manusia. Didalam
Fisika hal itu dikenal teori big bang sebagai asal mula terjadinya kehidupan di
muka bumi.

Dari petunjuk al-Quran ini kemudian manusia harus berusaha


mengembangkannya menjadi ilmu yang mudah dipahami dan dibuktikan dengan
eksperimen. Penelitian terhadap alam untuk melihat realita alam yang
digambarkan di dalam al-Quran ini sangat penting, karena hal itu untuk
menfungsikan akal dalam penguasaan ilmu pengetahuan.

Gambaran dalam Al-Quran tersebut hanya merupakan gambaran umum sebuah


pengetahuan dan untuk mengetahui secara lebih detail manusia harus mengadakan
survai di lapangan dengan melakukan eksperimen. Dari sinilah kemudian muncul
ilmu Fisika sebagai hasil kolaborasi antara petunjuk al-Quran dan kecerdasan
akal manusia.
Jika manusia tidak mau memperhatikan dan melakukan penelitian yang untuk
kemudian disampaikan kepada para generasi berikutnya, maka manusia dapat
terjebak oleh kepercayaan-kepercayaan yang menyesatkan dan membekukan pola
pikir, yaitu mitos-mitos tentang kejadian-kejadian alam.

Hal tersebut telah terjadi pada zaman peradaban yunani kuno. Mereka mencari
jawaban atas pertanyaan yang mengganggu mereka tentang kejadian-kejadian
alam ini, namun mereka tidak menemukan jawaban akhirnya mereka mengambil
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan takhayul, seperti jika gunung meletus itu
karena penguasa gunung marah, dan lain sebagainya. Mitos-mitos tersebut bukan
lah jawaban yang ilmiah atas sebuah pertanyaan, dan hal itu dapat menyesatkan
manusia dimana manusia sering mengadakan sesaji-sesaji di gunung, bukit dan
pohon besar agar penghuninya tidak marah. Padahal semua itu merupakan
perbuatan yang di kutuk, karena termasuk syirik.

Contoh tersebut telah menunjukkan akan arti sebuah ilmu pengetahuan tentang
gejala-gejala alam (Fisika), karena hal itu berkaitan dengan pondasi keimanan
yang kuat dan untuk menjaga generasi (keturunan), diperlukan pendidikan tentang
ilmu tersebut.

Di dalam al-Quran telah disebutkan dalam surat al-Radu ayat 1-4 telah
menggambarkan hal tersebut, dijelaskan di dalam tafsir al-Maraghi tentang
pengertian ayat-ayat tersebut. Dalam ayat-ayat ini, Dia mengetengahkan beberapa
dalil atas tauhid dan tempat kembalinya makhluk. Maka, dengan mengemukakan
tentang keadaan langit, keadaan matahari dan bulan serta keadaan bumi dangan
gunung-gunung, sungai-sungai, bunga, buah kurma, anggur, berbagai buah-
buahan, dan bermacam-macam hasil buahnya, Allah membuktikan adanya Tuhan
yang Maha Kuasa lagi Perkasa, Berkuasa untuk menciptakan dan mengatur segala
urusan, untuk mendatangkan kemudaratan dan manfaat, untuk menghidupkan dan
mematikan, serta untuk melakukan segala hal.[43] Dengan demikian jelas bahwa
bukti kekuasaan Allah ditunjukkan dengan berbagai gejala alam yang dapat
diamati oleh manusia.

[1] Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995), Cet ke-3, Hal.289

[2] Ibid, hal. 291

[3] Ibid, hal.292

[4] Al-Quran Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.286

[5] Al-Quran Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.1058

[6] Ibid., hal.11


[7] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah Tentang Iptek,(Jakarta:
Gema Insani Press, 1997), hal.79

[8] M, Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan transendensi,(Bandung: Mizan,


1994), hlm.34

[9] Mahdi Ghulsyani, Filsafa-Sains menurut Al-Quran, (Bandung:Mizan,1990),


hal. 54

[10] D. Qonita, Peranan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dalam


Pembentukan Mental Kaum Muslim,(Skripsi, fak Tarbiyah IAIN SUKA, 1995),
hal.70

[11] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek,
(Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.224

[12] Wahbah az-Zuhaili, Al-Quran Menjawab Tantangan Zaman (Jakarta :


Muttaqim, 2002), hal.135

[13] Abdul Majid dkk, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.85

[14] Ahmad Muhammad Sulaiman, Tuhan dan Sains, (Jakarta: Serambi Ilmu
semesta,2001), hal.30

[15] BJ Habibi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi & pembangunan Bangsa,(Jakarta:


CIDES, 1995), hal 18

[16] Ibid., hal 22

[17] Abdul Majid dkk, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.79

[18] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, Jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.72

[19] Mahdi Ghulsyani, Filsafat-sains menurut Al-Quran, (Bandung: Mizan,


1990), hal. 66

[20] Mahdi Ghulsyani, Filsafat-sains menurut Al-Quran, (Bandung: Mizan,


1990), hal. 66

[21] Mahdi Ghulsyani, Filsafat-sains menurut Al-Quran, (Bandung: Mizan,


1990), hal.70
[22] Sukanto MM, Al-Quraan Sumber Inspirasi, (Surabaya:Risalah Gusti, 1994),
hal.15

[23] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang Iptek, Jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.79

[24] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek,
(Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.64

[25] M.Rifai (dkk), Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, (Semarang: Toha


Putra, 1978), hlm.59

[26] Al-Quran Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.176

[27] Rini Sulistyawati, penentuan awal waktu Sahalat Mnurut Departeman


Agama RI dalam Perspektif Ilmu Fisika,Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta:
IAIN Sunan Kalijaga, 2003, hal.18

[28] Ibid., hal 10

[29] Ibid., hal 19

[30] Ibid., hal.20

[31] Al-Quran Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.53

[32] M. Noor Matdawam, Ibadah Puasa dan Amalan-amalan Bulan Ramadlan,


(Yogyakarta: Yayasan Bina Karier,1989), hlm.15

[33] Tim Penulis, Tahun Baru Hijriah, (Yogyakarta: lembaga pembinaan


keagamaan UII,1979), hlm.2

[34] M. Noor Matdawam, Ibadah Puasa dan Amalan-amalan Bulan Ramadlan,


(Yogyakarta: Yayasan Bina Karier,1989), hlm.15

[35] Zainuddin Hamidy, Terjemah Hadis Sahih Bukhari, (Jakarta;Wijaya, 1961),


hal.260

[36] Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiah/Masehi, (Bandung:


ITB,2001), hal.48

[37] Ibid., hal.49

[38] Taswa dan Abu Ahmadi, Kamus Lengkap Fisika, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hal.32
[39] M. Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan Transendensi, (Bandung:
Mizan, 1994),hlm.35

[40] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 13,


(Semarang: Toha Putra, 1993), Cet. Ke-2, hal. 114

[41] Al-Quran Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.396

[42] Al-Quran Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.627

[43]Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 13,


(Semarang: Toha Putra, 1993) Cet.ke.2, hal.112

Anda mungkin juga menyukai