Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI BELAJAR SOSIAL


untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang dibina oleh dosen:
Dr. Tommy Palapa, M.Pd
Dr. Mariana Rengkuan, M.Pd
Jimmy Mamahit, S.Pd, M.Pd

Oleh :
Adityani Kalalo 20507063

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN BIOLOGI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, yang telah melimahkan rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Teori Belajar Sosial
Dari Para Ahli” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya makalah ini tak lupa
penyusun menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu,
menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembelajaran selanjutnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Belajar Sosial ................................................................................................ 3
2.2 Teori Belajar Sosial......................................................................................................... 4
2.3 Eksperimen Albert Bandura ............................................................................................ 6
2.4 Jenis-jenis Permodelan.................................................................................................... 8
2.5 Karakteristik Model yang Efektif ................................................................................... 9
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura ............................................. 11
2.7 Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan ......................................................... 11
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru. Menghadapi
tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap perubahan tersebut tidak
ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi perubahan tersebut. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan belajar. Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia agar dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam
kehidupan. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu psikolog yang terkenal
dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura.
Teori Bandura yang sangat terkenal adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social
Learning Theory) yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman,
dan evaluasi. Dan berdasarkan teori inilah, kami membuat makalah ini sebagai
pembelajaran bagaimana teori belajar sosial itu dan pengimplikasiaannya dalam
pendidikan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami pengertian belajar sosial.
1.2.2 Memahami teori belajar sosial.
1.2.3 Mengetahui eksperimen Albert Bandura.
1.2.4 Memahami jenis-jenis dari permodelan.
1.2.5 Memahami karektistik-karektistik model yang efektif.
1.2.6 Memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar social Bandura.
1.2.7 Memahami implikasi teori belajar sosial dalam pendidikan.

1.3 Rumusan Masalah


1.4.1 Apakah yang dimaksud dengan Belajar sosial?
1.4.2 Bagaimanakah teori belajar sosial itu?
1.4.3 Bagaimana eksperimen Albert Bandura?

1
1.4.4 Apa jenis-jenis dari permodelan?
1.4.5 Bagaimana karektistik-karektistik model yang efektif?
1.4.6 Apa kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura?
1.4.7 Bagaimana implikasinya dalam pendidikan dari teori belajar sosial?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar Sosial


2.1.1 Belajar
Hamalik berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku berkat pelatihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan
semata-mata hasil yang hendak dicapai.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia ditulis bahwa “ belajar: “berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu” Dari arti atau defenisi maka belajar merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas.
Menurut Wikipedia bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya
terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,
tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan definisi diatas maka belajar adalah suatu proses tingkah laku yang
dari awalnya tidak tahu menjadi tahu.
2.1.2 Sosial
Menurut Lewis sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan
dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya.
Menurut Peter Herman Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu
perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.
Jadi sosial arti sempitnya berarti kemasyarakatan, dimana sosial adalah keadaan
dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda
rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang
meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga
ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet.
2.1.3 Belajar Sosial
Berdasarkan kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial adalah suatu proses
tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang
lain (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Alex Sobur (2003) sendiri Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan
memperoleh ketrampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian
terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar

3
memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antar etnis atau antar
kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat sosial.

2.2 Teori Belajar Sosial


Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan
teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif
dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih
keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif social. Meourut Bandura ketika
siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka
secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari
tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku
mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person
Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan
temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan
kecerdasan.

Gambar 2.1: Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan Lingkungan
belajar (Learning environment) menurut Bandura.
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi
lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang.
Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil

4
belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain
yang menjadi model.
Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan
tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru beberapa
perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya
atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational
learning" atau pembelajaran melalui pengamatan.
Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba melakukan tingkah laku
yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi sebagai sumber informasi bagi
seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang
melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan
terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai
lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling
(peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model tetapi
modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru
(modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap
model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut
memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk, anggun,
berkuasa dan sifat-sifat lain.
Dalam hubungan ini Bandura memberikan contoh mengenai pengaruh televisi
dengan model-modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia
anak-anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat
pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah
tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan
seseorang tidak tertarik perhatiannya.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak
memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan proses
retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia lihat

5
dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang
sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain
bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain
untuk disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir
sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan
pengamatan visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol verbal yang
nantinya bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud. Pada anak-anak yang
kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan meniru hanya terbatas pada
kemampuan mensimbolisasikan melalui pengamatan visual.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa
memperlihatkan kemampuan –kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga
meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di
ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah
cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang
nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk
memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan
melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk
memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan –
penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan
pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka dapat
lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak
sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.

2.3 Eksperimen Albert Bandura


Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak
– anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan
“permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang

6
disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat
memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul,
menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.
KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra dengan
patung besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan
Rumusan:
Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.
Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B dan C tidak
menunjukkan tingkah laku agresif.
RUMUSAN:
Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.

Gambar 2.3 : GAMBAR PEMODELAN ALBERT BANDURA


Subjek terdiri daripada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam kumpulan
eksperimental didedahkan kepada model manusia sebenar, kartun atau model dalam filem
yang terlibat dengan tingkahlaku agresif terhadap patung (doll) plastik yang besar. Subjek-
subjek itu mungkin memukul dengan kayu, menendang atau menumbuk patung plasktik itu.

7
manakala dalam kumpulan kawalan, subjek melihat model-model yang sama tidak
melakukan apa-apa pun terhadap patung plastik. Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-
kanak dalam kumpulan eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan
bersama patung plastik berkenaan.

2.4 Jenis-jenis Permodelan


Jenis – jenis permodelan:
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert
Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana
seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana
suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung


Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru
mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan
yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya
melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip –
prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan
sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses
mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata,
tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari

8
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya
ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika
gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis
dalam buku panduan.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai
serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar
behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah
laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam
iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai
masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai
kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat
dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan,
dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang
meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model
yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung
imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara
ciri model dengan observernya.

2.5 Karakteristik Model yang Efektif


Menurut Jeanne Ellis ormrod (2008) ada 4 karakteristik dari beberapa model yaitu:
1. Kompetensi: pembelajar biasanya meniru orang-orang yang melakukan sesuatu
dengan baik, bukan sebaliknya. Mereka akan mencoba meniru keterampilan bermain bola
dari seorang pemain bola professional yang sudah punya skill. Pembelajar mendapatkan
manfaat tidak hanya dari mengamati apa yang dilakukan oleh model kompeten, melainkan
juga dari melihat hasil dari hasil akhir yang telah diciptakan oleh model yang kompeten
tersebut.
2. Prestise dan kekuasaan: Anak-anak remaja sering meniru orang yang terkenal atau
orang yang berkuasa. Beberapa model yang efektif, pemimpin dunia, atlet terkenal, bintang
rock popular adalah orang-orang yang terkenal di tingkat nasional maupun internasional.

9
Jadi, selain sendiri mencontohkan perilaku yang diharapkan sebaiknya memajan (expose)
siswa dengan berbagai model yang mungkin mereka anggap kompeten dan berprestise.
3. Perilaku “Sesuai-Jender”: Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang
mereka anggap sesuai dengan jender mereka. Individu yang berbeda, tentu saja, bias
mendefinisikan yang sesuai jender dengan agak berbeda. Sebagai contoh, beberapa anak
perempuan mungkin menjauhkan diri dari berkarir di bidang matematika, yang mereka rasa
terlalu maskulin.
4. Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri: pembelajar paling mungkin
mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka.
Sebagai contoh, seseorag siswa sekolah menengah lebih mungkin meniru cara berpakaian
teman-teman sekelasnya yang popular jika dia berpikir dia dapat menjadi popular dengan
mengenakan pakaian semacam itu.
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai dampak model pada tiga area:
keterampilan akademis (academic skilss), agresi (aggression), dan perilaku intrapersonal
(interpersonal behaviors).
1. Keterampilan Akademis (academic skills): siswa mempelajari banyak keterampilan
akademis, setidaknya sebagian, dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Misalnya,
mereka mungkin belajar bagaimana memecahkan soal pembagian yang panjang atau menulis
karangan yang kohesif sebagian dengan mengamati bagaimana guru dan teman mereka
melakukan hal tersebut. Pemodelan keterampilan akademik secara khusus dapat efektif ketika
model memperagakan tidak hanya bagaimana melakukan suatu tugas, tapi juga bagaimana
memikirkan tugas tersebut.
2. Agresi (aggression): banyak kajian penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak
menjadi lebih agresif ketika mereka mengamati model yang agresif atau berperilaku kasar.
Anak-anak mempelajari agresi tidak hanya dari model hidup (live models), tapi juga dari
model simbolik (symbolic models) yang mereka lihat di film, televise, atau video game.
3. Perilaku Interpersonal: dengan mengamati dan meniru orang lain, pembelajar
mendapatkan banyak keterampilan interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil
dengan teman-teman kelas, anak-anak bias mengadopsi strategi satu sama lain untuk
melakukan diskusi mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimana meminta pendapat
satu sama lain (“Bagaimana menurutmu, Jalisha?”), mengepresikan persetujuan atau
ketidaksetujuan (“aku setuju dengan kordel karena …… “), dan membenarkan suatu sudut
pandang (“aku pikir hal itu sebaiknya tidak diperbolehkan, karena ……”).

10
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura
2.6.1 Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif
orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas
stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social lebih
ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ).
Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
2.6.2 Kelemahan
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu
yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative ,
termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

2.7 Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan


Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura, pemerhati
akan meniru setiap tingkah laku 'model' sekiranya tingkah laku model tersebut mempunyai
ciri-ciri seperti bakat, kecerdasan, kuasa, kecantikan atau pun populariti yang diminati oleh
pemerhati.
Sudah tentu, sebagai seorang guru, kita sewajarnya turut mempunyai sedikit/sebanyak
mengenai ciri-ciri yang disebutkan di atas. Ia secara tidak langsung amat berkait rapat
terhadap proses pengajaran dan pembelajaran.
Antara implikasi yang berkait rapat dengan Teori Pembelajaran Sosial terhadap
pengajaran dan pembelajaran yang pertama ialah sebagai seorang guru, amat penting bagi
kita memberi setiap orang murid peluang untuk memerhati dan mencontohi berbagai jenis
model yang menunjukkan tingkah laku yang diingini.
Oleh yang demikian, kita hendaklah memastikan bahawa kita sendiri boleh
menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan kepada anak murid

11
berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, melanggar norma-norma
masyarakat dan undang-undang, bersifat eksploitasi dan manipulasi dan sebagainya.
Kedua, kita sebagai guru perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran
sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku. Perkara seperti memberi insentif,
pengukuhan dan sokongan moral seharusnya diberi kepada murid-murid secara terus menerus
bagi menggalakkan berlakunya tingkahlaku yang baik dalam kalangan murid-murid pada
masa kini.
Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat
menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapat dijadikan model untuk
diikuti oleh mereka.
Guru mestilah senantiasa mahir dalam komunikasi agar setiap kali sesi demonstrasi
pembelajaran di dalam kelas jelas,dapat dipahami dan dapat diikuti oleh murid dengan mudah
dan tepat. Contohnya, jika guru mengajar cara-cara untuk menghasilkan lukisan, guru
mestilah menerangkan dahulu langkah-langkahnya agar ia dapat diikuti oleh murid secara
mudah.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008) yang membagi-bagi implikasi teori belajar sosial
ke dalam 5 bagian berdasarkan asumsi-asumsi dasar teori kognitif sosial yaitu:

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dipetik dari Makalah ini adalah:
1. Belajar sosial adalah suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan
meniru suatu pola perilaku orang lain (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
2. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan.
3. Ada lima jenis-jenis teori permodelan alber bandura yaitu Peniruan Langsung
Peniruan Tak Langsung, Peniruan Gabungan, Peniruan Sesaat / seketika. Dan Peniruan
Berkelanjutan.
4. Beberapa karakteristik dari model yang efektif untuk ditiru adalah Kompetensi,
Prestise dan kekuasaan, Perilaku “Sesuai-Jender”, dan Perilaku yang relevan dengan situasi
pembelajar sendiri. Mungkin dari orang yang anda tiru, ada ciri-ciri seperti diatas.
5. Kekurangan dari teori pembelajaran sosial yaitu adakalanya cara peniruan tersebut
memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Sedangkan kelebihan dari
teori ini adalah lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan
bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang
tersebut.
6. Implikasi Teori belajar sosial dalam pendidikan adalah hendaklah memastikan bahwa
kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan
kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, sebagai guru
perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar
modeling boleh berlaku, dan Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya
tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapatdijadikan
model untuk diikuti oleh mereka.

13
DAFTAR PUSTAKA

1) Ormrod, Jeanne. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh


Berkembang. Jakarta: Erlangga
2) Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
3) http://mayakabbaro.wordpress.com/2012/03/09/teori-pembelajaran-sosial-bandura/
4) (http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/yang-perlu-diketahui-tentang.html)
5) (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/)
6) (http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar)
7) http://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-belajar-sosial-albert-bandura/

14

Anda mungkin juga menyukai