Oleh :
Adityani Kalalo 20507063
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, yang telah melimahkan rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Teori Belajar Sosial
Dari Para Ahli” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya makalah ini tak lupa
penyusun menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu,
menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembelajaran selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami pengertian belajar sosial.
1.2.2 Memahami teori belajar sosial.
1.2.3 Mengetahui eksperimen Albert Bandura.
1.2.4 Memahami jenis-jenis dari permodelan.
1.2.5 Memahami karektistik-karektistik model yang efektif.
1.2.6 Memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar social Bandura.
1.2.7 Memahami implikasi teori belajar sosial dalam pendidikan.
1
1.4.4 Apa jenis-jenis dari permodelan?
1.4.5 Bagaimana karektistik-karektistik model yang efektif?
1.4.6 Apa kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura?
1.4.7 Bagaimana implikasinya dalam pendidikan dari teori belajar sosial?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antar etnis atau antar
kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat sosial.
Gambar 2.1: Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan Lingkungan
belajar (Learning environment) menurut Bandura.
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi
lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang.
Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil
4
belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain
yang menjadi model.
Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan
tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru beberapa
perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya
atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational
learning" atau pembelajaran melalui pengamatan.
Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba melakukan tingkah laku
yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi sebagai sumber informasi bagi
seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang
melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan
terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai
lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling
(peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model tetapi
modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru
(modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap
model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut
memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk, anggun,
berkuasa dan sifat-sifat lain.
Dalam hubungan ini Bandura memberikan contoh mengenai pengaruh televisi
dengan model-modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia
anak-anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat
pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah
tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan
seseorang tidak tertarik perhatiannya.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak
memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan proses
retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia lihat
5
dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang
sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain
bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain
untuk disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir
sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan
pengamatan visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol verbal yang
nantinya bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud. Pada anak-anak yang
kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan meniru hanya terbatas pada
kemampuan mensimbolisasikan melalui pengamatan visual.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa
memperlihatkan kemampuan –kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga
meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di
ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah
cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang
nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk
memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan
melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk
memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan –
penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan
pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka dapat
lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak
sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
6
disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat
memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul,
menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.
KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra dengan
patung besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan
Rumusan:
Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.
Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B dan C tidak
menunjukkan tingkah laku agresif.
RUMUSAN:
Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.
7
manakala dalam kumpulan kawalan, subjek melihat model-model yang sama tidak
melakukan apa-apa pun terhadap patung plastik. Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-
kanak dalam kumpulan eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan
bersama patung plastik berkenaan.
8
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya
ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika
gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis
dalam buku panduan.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai
serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar
behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah
laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam
iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai
masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai
kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat
dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan,
dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang
meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model
yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung
imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara
ciri model dengan observernya.
9
Jadi, selain sendiri mencontohkan perilaku yang diharapkan sebaiknya memajan (expose)
siswa dengan berbagai model yang mungkin mereka anggap kompeten dan berprestise.
3. Perilaku “Sesuai-Jender”: Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang
mereka anggap sesuai dengan jender mereka. Individu yang berbeda, tentu saja, bias
mendefinisikan yang sesuai jender dengan agak berbeda. Sebagai contoh, beberapa anak
perempuan mungkin menjauhkan diri dari berkarir di bidang matematika, yang mereka rasa
terlalu maskulin.
4. Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri: pembelajar paling mungkin
mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka.
Sebagai contoh, seseorag siswa sekolah menengah lebih mungkin meniru cara berpakaian
teman-teman sekelasnya yang popular jika dia berpikir dia dapat menjadi popular dengan
mengenakan pakaian semacam itu.
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai dampak model pada tiga area:
keterampilan akademis (academic skilss), agresi (aggression), dan perilaku intrapersonal
(interpersonal behaviors).
1. Keterampilan Akademis (academic skills): siswa mempelajari banyak keterampilan
akademis, setidaknya sebagian, dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Misalnya,
mereka mungkin belajar bagaimana memecahkan soal pembagian yang panjang atau menulis
karangan yang kohesif sebagian dengan mengamati bagaimana guru dan teman mereka
melakukan hal tersebut. Pemodelan keterampilan akademik secara khusus dapat efektif ketika
model memperagakan tidak hanya bagaimana melakukan suatu tugas, tapi juga bagaimana
memikirkan tugas tersebut.
2. Agresi (aggression): banyak kajian penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak
menjadi lebih agresif ketika mereka mengamati model yang agresif atau berperilaku kasar.
Anak-anak mempelajari agresi tidak hanya dari model hidup (live models), tapi juga dari
model simbolik (symbolic models) yang mereka lihat di film, televise, atau video game.
3. Perilaku Interpersonal: dengan mengamati dan meniru orang lain, pembelajar
mendapatkan banyak keterampilan interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil
dengan teman-teman kelas, anak-anak bias mengadopsi strategi satu sama lain untuk
melakukan diskusi mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimana meminta pendapat
satu sama lain (“Bagaimana menurutmu, Jalisha?”), mengepresikan persetujuan atau
ketidaksetujuan (“aku setuju dengan kordel karena …… “), dan membenarkan suatu sudut
pandang (“aku pikir hal itu sebaiknya tidak diperbolehkan, karena ……”).
10
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura
2.6.1 Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif
orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas
stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social lebih
ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ).
Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
2.6.2 Kelemahan
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu
yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative ,
termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
11
berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, melanggar norma-norma
masyarakat dan undang-undang, bersifat eksploitasi dan manipulasi dan sebagainya.
Kedua, kita sebagai guru perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran
sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku. Perkara seperti memberi insentif,
pengukuhan dan sokongan moral seharusnya diberi kepada murid-murid secara terus menerus
bagi menggalakkan berlakunya tingkahlaku yang baik dalam kalangan murid-murid pada
masa kini.
Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat
menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapat dijadikan model untuk
diikuti oleh mereka.
Guru mestilah senantiasa mahir dalam komunikasi agar setiap kali sesi demonstrasi
pembelajaran di dalam kelas jelas,dapat dipahami dan dapat diikuti oleh murid dengan mudah
dan tepat. Contohnya, jika guru mengajar cara-cara untuk menghasilkan lukisan, guru
mestilah menerangkan dahulu langkah-langkahnya agar ia dapat diikuti oleh murid secara
mudah.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008) yang membagi-bagi implikasi teori belajar sosial
ke dalam 5 bagian berdasarkan asumsi-asumsi dasar teori kognitif sosial yaitu:
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dipetik dari Makalah ini adalah:
1. Belajar sosial adalah suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan
meniru suatu pola perilaku orang lain (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
2. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan.
3. Ada lima jenis-jenis teori permodelan alber bandura yaitu Peniruan Langsung
Peniruan Tak Langsung, Peniruan Gabungan, Peniruan Sesaat / seketika. Dan Peniruan
Berkelanjutan.
4. Beberapa karakteristik dari model yang efektif untuk ditiru adalah Kompetensi,
Prestise dan kekuasaan, Perilaku “Sesuai-Jender”, dan Perilaku yang relevan dengan situasi
pembelajar sendiri. Mungkin dari orang yang anda tiru, ada ciri-ciri seperti diatas.
5. Kekurangan dari teori pembelajaran sosial yaitu adakalanya cara peniruan tersebut
memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Sedangkan kelebihan dari
teori ini adalah lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan
bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang
tersebut.
6. Implikasi Teori belajar sosial dalam pendidikan adalah hendaklah memastikan bahwa
kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan
kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, sebagai guru
perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar
modeling boleh berlaku, dan Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya
tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapatdijadikan
model untuk diikuti oleh mereka.
13
DAFTAR PUSTAKA
14