Anda di halaman 1dari 11

Opinion leader bukanlah manusia yang serba tau akan segala hal, tetapi

kelebihannya adalah bahwa mereka diangap orang yang lebih peka dan in group
serta tahu adat, kebiasaan masyarakat.Kata Opinion Leader awalnya sering dikenal
oleh masyarakat pada suatu desa.
Di desa ada suatu kecenderungan dalam masyarakat, dimana warga masyarakat
akan lebih sering berkomunikasi sesama mereka dengan memilih tingkat pendidikan
yang tidak terlalu tinggi. Misalnya mereka akan lebih tertarik dengan individu yang
hanya lulusan SD dan SMP dibanding dengan lulusan universitas. Sebagaimana
yang dikatakan Everett M. Roger dan Shoemaker bahwa orang orang yang paling
tinggi status sosialnya dalam sisitem sosial jarang sekali untuk berinteraksi langsung
dengan orang-orang yang paling rendah status sosialnya.
Dalam penelitian Van de Ban (1963) di Belanda menemuan fakta bahwa apa yang
dilakukan oleh pemuka pendapat cenderung diikuti oleh masyarakat. Pemuka
pendapat mempunyai gradasi homofili yang lebih baik dibanding dengan pihak
lain.Homofili artinya suatu tingkat dimana pasanga individu yang berinteraksi
sepadan dalam hal tertentu, seperti suatu kepercayaan, nilai-nilai, pendidikan dan
status sosial.Homofili kebalikan kata dari heterofili. Jika homofili dalam sistem sosial
itu tinggi, maka komunikasi akan sangat mudah untuk dilakukan, tapi heterofili suatu
interaksi dalam berkomunikasi yang belum mempunyai dasar dalam bentuk
kepercayaan untuk melakukan hal tersebut.
Pada komunikasi massa, opinion leader secara langsung akan diduduki oleh pelaku
komunikasi oganisasi, demikian juga komunikasi organisasi memiliki opinion leader
dari level- level dibawahnya. Hal yang mendasar yaitu bahwa opinion leader memiliki
posisi yang cukup kuat untuk mempengaruhi khalayak.Kekuatan itu dapat berasal
dari factor budaya, agama atau pengalaman.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud opinion leaders?
2. Apa itu teori Two step Flow?
3. Bagaimana cara mengetahui seorang Opinion leaders?
4. Bagaimana karakteristik seorang opinion leaders?
5. Apa yang dimaksud Monomorfik dan Polimorfik Opinion Leader?

6. Apa kelebihan dan kekurangan Opinion Leaders?


7. Apa saja contoh-contoh penerapan opinion leaders?
Tujuan
1. Menjelaskan sejarah dan definisi dari opinion leaders
2. Menjelaskan apa itu teori Two step Flow
3. Menjelaskan cara mengetahui seorang opinion leaders
4. Menjelaskan maksud dari monoformik dan poliformik opinion leader
5. Menjelaskan karakteristik seorang opinion leaders
6. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teori opinion leader
7. Memberikan contoh-contoh penerapan opinion leaders

D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang sejarah dan pengertian
opinion leader
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang model arus komunikasi
dan penerapannya terhadap opinion leader
3. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang karakteristik seorang
opinion leader beserta kelebihan dan kekurangannya

E. Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka, selain
dengan menggunakan buku cetak sebagai referensi, penulis juga melakukan studi
pustaka dengan menggunakan media internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah
kajian tentang opinion leader awalnya muncul di Amerika pada tahun 1950-1960an ,seperti yang ditunjukkan oleh Paul Lazarefeld dan kawan-kawan. Oleh karena itu
model-model arus informasi yang mendekati pembahasan pemimpin opini ini adalah
model two step flow. Artinya media massa tidak langsung mengenai audiencenya
tetapi melalui pemimpin opininya. Kemudian informasi yang didapatkan tadi
disampaikan kepada para pengikutnya.
Sebelumnya, penyebutan opinion leader sering menggunakan kata-kata influentials,
influencers atau tastemakers. Kemudian kata opinion leader lebih sering dikenal
dimasyarakat pedesaan, sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta
pendidikan yang belum maju.
Ada dua pengelompokan opinion leader :
Opinion Leader Aktif (Opinion Giving)
Disini para opinion leader tersebut sengaja mencari penerima atau followers untuk
mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi. Contoh : saat adanya
program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan mengendalikan pertumbuhan
penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini masih terlalu baru dan mereka belum
mengenal apa itu KB sebenarnya, maka disini peranan opinion leader tersebut
dituntun untuk menyampaikan informasi bahwa program KB ini bertujuan penting
bagi kelangsungan masyarakat dipedesaan.
Opinion Leader Pasif (Opinion Seeking)
Dalam hal ini followers lebih aktif mencari sumber informasinya kepada opinion
leader, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi seperti halnya contoh
diatas tersebut.

B. Model Dua Tahap (Two Steps Flow)

Merupakan mode penyampaian pesan yang dikemukakan oleh Paul Lazarfeld,


Bernard Barelson, dan H. Gaudet dalam People Choice (1944). Dalam penelitiannya
ia mengajukan pendapat tentang komunikasi dua tahap dan konsep pemuka
pendapat. Temuan mereka bahwa pesan media massa sangat kecil dalam
mempengaruhi calon presiden yang dipiih oleh masyarakat. Mereka lebih banyak
dipengaruhi oleh pemimpin opini, sedangkan pemimpin opini memengaruhi
pendapat pengikutnya yang bersifat antarpribadi. (Joseph A. Devito , 1977 dalam
buku Pengantar Komunikasi Massa 2007 : 142)
Pada model ini dijelaskan bahwa media massa tidak langsung mempengaruhi
audience namun melalui pihak lain. Pihak lain yang dimaksud adalah Opinion
Leader atau pemuka pendapat. Model ini didasari bukti bahwa efek media massa
terbatas, bahwa masyarakat menerima terpaan media massa secara tidak langsung
atau melalui perantaraan. Pengaruh ke audience tidak disebabkan oleh terpaan
media massa namun melalui pihak lain. Jadi pemimpin opini disini berfungsi sebagai
penerus pesan- pesan media massa. Bahkan pesan-pesan yang yang disampaikan
berasal dari media massa atau sumber. Adapun model dari Komunikasi Dua Tahap
atau Two Step Flow Model sebagai berikut :

SUMBER PEMIMPIN OPINI AUDIENCE

(Sumber: Joseph A. Devito, 1997)


Model Komunikasi Two Step Flow

Teori dan penelitian penelitian-penelitian komunikasi dua tahap memiliki asumsiasumsi sebagai berikut :
1. Individu Tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari
kelompok - kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Respons dan reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung
dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan
sosial tersebut.

3. Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai penerimaan dan
perhatian dan yang kedua berkaitan dengan respons dalam bentuk persetujuan atau
penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau penyampaian informasi.
4. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/ kampanye media melainkan
memiliki berbagai peran yang berbeeda dalam proses komunikasi dan khususnya,
dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/
menyebarkan gagasan dari media, dan mereka yang semata-matahanya
mengandalkan hubungan personal dengan orang lain sebagai panutannya.
5. Individu-Individu yang berperan aktif (Opinion Leader) ditandai oleh penggunaan
media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa
dirinya berpengaruh terhadap orang-orang lain dan memiliki peran sebagai sumber
informasi panutan.
C. Cara Mengetahui Opinion Leader.
Menurut Everett M. Rogers (1973) ada tiga cara mengukur dan mengetahui adanya
opinion leader yaitu :
Metode Sosiometrik
Dalam metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa mereka meminta nasihat atau
mencari informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang dihadapinya. Misalnya
masalah itu mengenai difusi inovasi, kepada masyarakat diajukan pertanyaan: dari
mana anda memperoleh informasi tentang difusi inovasi? jadi orang yang paling
banyak mengetahui dan dimintai nasihat tentang masalah tersebut dialah yang
disebut sebagai opinion leader.
Informast Ratting
Metode ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada orang /responden yang
dianggap sebagai key informants dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap
masyarakat sebagai pemimpin mereka. Jadi dalam hal ini responden tersebut
haruslah jeli dalam mimilih siapa yang benar-benar harus memimpin dalam
masyarakat tersebut.Dari segi kepribadian, pendidikan, serta tindakan yang
dilakukannya terhadap masyarakat tersebut.
Self Designing Method.
Metode ini mengajukan pertanyaan kepada responden dan meminta tendensi orang
lain untuk menunjuk siapa yang mempunyai pengaruh. Misalnya.Apakah seseorang
yang memerlukan suatu informasi perlu meminta keterangan kepada ibu /bapak.Jika
jawabannya tidak maka hal tersebut belum menunjukkan siapa yang sering dimintai

keterangan.Hal ini sangat bergantung kepada ketepatan (akurasi) responden untuk


mengindentifikasi dirinya sebagai pemimpin.
D. Monomorfik dan Polimorfik Opinion Leader.
Monomorfik adalah seorang pemuka pendapat hanya dapat menguasai satu pokok
permasalah saja. Artinya pemimpin ini hanya bisa memecahkan dan menyelesaikan
satu pokok permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Polimorfik adalah seorang pemuka pendapat menguasai lebih dari satu pokok
permasalahan yang ada. Artinya pemimpin ini dapat memecahkan serta mengatasi
berbagai macam permasalahan yang ada dalam masyarakat.
E. Karakteristik Opinion Leader.
Opinion leader adalah orang yang mempunyai keungulan dari masyarakat
kebanyakan. Adapun karakteristik tersebut adalah :
1. Lebih tinggi pendidikan formalnya dibanding dengan anggota masyarakat lainnya.
2. lebih tinggi status sosial ekonominya. (SSE)
3. lebih inovatif dalam menerima dan mengambil ide baru
4. Lebih tinggi pengenalan medianya (media exposure)
5. Kemampuan empatinya lebih besar
6. Partisipasinya lebih besar.
7. Lebih Kosmopolit (mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas).
Floyd Ruch juga mengatakan syarat seorang pemimipin (termasuk pemimpin opini)
1. social perception, artinya seorang pemimpin harus dapat memiliki ketajaman
dalam menghadapi situasi.
2. Ability in abstrac thinking, artinya pemimpin harus memiliki kecakapan secara
abstrak terhadap masalah yang dihadapi.

3. Emotional stability, artinya pemimpin harus memiliki perasaan stabil, tidak mudah
terkena pengaruh dari luar ( yang tidak dinyakini dan bertolak belakang dengan
kenyakinan masyarakat). (Slamet Santoso, 1992).
Pada umumnya ciri-ciri yang melekat pada opinion leader tidak bisa dilekatkan
secara tajam pada para pemimpin desa.Sebab adakalanya batasan yang melekat
tersebut sangat tipis sekali antara opinion leader dengan followersnya.Dengan
demikian tidak bisa dikatakan bahwa ciri-ciri itu melekat pada opinion leader.
Sedangkan masyarakat tidak mempunyai ciri-ciri tersebut, salah satu keunggulan
opinion leader dibanding dengan masyarakat kebanyakan adalah opinion leader itu
lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih
tahu memelihara norma yang ada. Menurut Homas (1961), Seorang yang memiliki
status sosial yang tinggi (pemimin pendapat) akan senantiasa memelihara nilai-nilai
serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal mempertahankan statusnya.
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Penelitian komunikasi pada lima dasawarsa terakhir banyak memperoleh manfaat
dari pemakaian teori aliran dua tahap ini, meskipun pada saat yang bersamaan
penelitian dengan teori ini juga memperlihatkan kekurangan-kekurangan. Kelebihan
dan kekurangannya akan disebutkan sebagai berikut :
Kelebihan Teori
a) Membantu kita dalam memusatkan perhatian atas adanya hubungan yang
komplementer atau hubungan saling melengkapi antara komunikasi massa dan
komunikasi antarpribadi, atau antara saluran media massa dan saluran antarpribadi.
Massa dalam teori komunikasi dua langkah ini terdiri dari individu-individu yang
saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain. Seseorang yang memperoleh
suatu gagasan baru dari media massa atau dari saluran-saluran antarpribadi akan
terjalin dalam suatu interaksi dengan orang-orang lainnya.
b) Adanya peranan aktif dari pemuka-pemuka pendapat atau pemimpin opini dan
cara-cara berkomunikasi tatap muka yang dipandang mempunyai peranan penting
dalam setiap situasi komunikasi, khususnya bagi masyarakat-masyarakat yang
sedang membangun.
c) Memberikan kerangka kerja (kemudahan) yang secara konseptual dapat dipakai
guna meneliti gejala komunikasi massa yang amat kompleks.

d) Mendorong dilakukannya studi-studi yang lebih mendalam, sehingga berhasil


merangsang timbulnya teori-teori lain tentang komunikasi massa, contohnya saja
seperti teori komunikasi satu tahap (one step-flow theory) dan komunikasi banyak
tahap (multi step-flow) sebagai bentuk-bentuk penyempurnaan dari teori-teori
sebelumnya.
Kekurangan Teori
a) Memberikan kesan bahwa yang aktif dalam mencari dan menyebarkan pesanpesan media adalah pemimpin opini. Sebaliknya, khalayak (mass audience) pada
umumnya tidak lebih hanya sebagai sekumpulan individu-individu yang pasif.
Anggapan ini dapat dipahami karena teori ini muncul pada suatu periode ketika
konsep tentang audiens yang pasif sudah diterima secara luas dalam riset
komunikasi (Raymond A. Bauer, The initative of The Audience Jurnal of Advertising
Research Volume 3 Number 1, 1963).
b) Keaktifan para pemimpin opini ini dintroduksikan dengan maksud untuk
memberikan dorongan utama dimulainya tahap kumunikasi. Kenyataannya
pemimpin opini dapat aktif atau pasif. Mereka ada yang aktif mencari khalayak dan
ada yang tidak mencari khalayak Passive(Verling C. Troldahl, et.al., Public Affairs
Information-Seeking from Institutionalized Source. Hiyrbakusm Quarterly 42, 1965,
dan Everett M. Rogers with Lynne Svenning, modernation among Peasant: The
Impact of Communication.New York: Holt, Rinehart & Winston, 1969).
c) Terlampau menekankan peranan pemimpin opini sebagai penyalur pesan-pesan
media massa sehingga seakan-akan mereka sangat bergantung pada media massa
untuk pesan-pesan yang akan diteruskan lebih lanjut. Sebaliknya, penelitian
komunikasi yang lebih baru menunjukkan, mereka juga memperoleh pesan-pesan
dari saluran lain dan bukan semata-mata dari media massa. Contohnya para
pemimpin opini desa di negara-negara sedang berkembang, ketika sedikit sekali
atau tidak sama sekali ada media massa, komunikasi massa belum sepenuhnya
menjangkau daerah-daerah pedesaan. Dalam situasi yang demikian itu saluransaluran seperti perjalan perorangan ke kota-kota, percakapan dengan agen-agen
atau para penyuluh pembangunan, dan lain-lain dapat merupakan the initiating
force. (Everett M. Rogers with Lunne Svenning, Modernization Among Peasants. op
cit).
d) Pada tahun terciptanya teori ini 1940 tidak memperhitungkan perlakuan yang
berbeda-beda atas saluran oleh para penerima. Penelitian terbaru yaitu tentang teori
difusi dan inovasi menunjukkan, orang-orang yang pertama mengenal atau
menerima ide-ide baru (early knowers or early adopters) ternyata orang-orang yang

lebih banyak memanfaatkan jasa media dibandingkan dengan mereka yang


mengenal atau mengadopsi ide-ide baru itu belakangan (laters knowers or laters
adopters).Dapat dikatakan bahwa pemimpin opini bisa dibilang sebagai early
adopters

G. contoh-contoh penerapan opinion leaders


1. Politik
Contoh Megawati dan Gus Dur ditempatkan sebagai pemimpin opini dalam
politik.Karena keduanya mampu menentukan sikap dan perilaku pengikutnya.
Megawati bisa memaksa pengikutnya untuk memilih PDI-P, apa pun yang terjadi
pada partai tersebut, begitu juga Gus Dur bisa menentukan pengikutnya untuk terus
mendukung dirinya pada tanda gambar PKB.
Mengapa Megawati dan Gus Dur dianggap sebagai pemimpin opini.
1. Megawati dan Gus Dur menjadi panutan pengikutnya, panutan tersebut
tidakberdasarkan ketundukan rasional tetapi ketundukan irasional. Kata lainnya apa
pun yang dilakukan kedua pemimpin tersebut baik dan buruk lebih cenderung diikuti
pengikutnya.
2. Mereka menentukan apa yang harus dilakukan pengikutnya. Contoh, jika
keduanya bilang massa bergerak ke kiri, mereka akan bergerak ke kiri.
3. Peran keduanya juga mengukuhkan bahwa media massa punya pengaruh yang
kecil dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakatnya. Artinya meskipun
media massa tersebut menolak ide kedua orang tersebut, tetapi masyarakat tak
jarang mencari informasi yang benar untuk mendukung dan mematuhi pendapat
pemimpin opininya.
2. Sosial
Di Indonesia, pemimpin opini ikut menentukan apakah program keluarga berencana
(KB) yang dikampayekan pemerintah pada tahun 70-an sukses atau tidak. Secara
terang-terangan di sebuah kantor Kepala Desa di Patala, Jetis, Bantul Yogyakarta
ditulis bahwa para Kiai dan tokoh masyarakat lain mendukung gerakan program KB
tersebut, bahkan KB dianggap halal dan sah. Kampaye lewat tulisan ini penting agar
masyarakat yang semula ragu terhadap program KB tidak sangsi untuk memakai

alat kontrasepsi. Bisa dibanyangkan bagaimana jika program KB ini tidak mendapat
dukungan dari para pemimpin opini, sekuat apa pun keinginan pemerintah atau
dipaksa dengan cara apa pun masyarakat tentu tidak akan menganggap KB sebagai
program baru yang justru membatasi anak. Padahal filsapat hidup yang pernah
berkembang di desa adalah banyak anak banyak rezeki.
3. Geografis
Melalui media massa yang saai ini sudah semakin banyak berkembang dengan
segementasi- segmentasi yang semakin sempit, masyarakat mulai dihadapkan pada
kondisi untuk memilih. Dengan demikian arus efek media bisa langsung sampai
pada audiens
. Sebagai contoh, saat kasus beberapa aliran sesat marak terjadi di Indonesia,
secara legal dalam undang- undang sudah diatur ketentuan suatu aliran dikatakan
sesat atau tidaknya.Resminya, aturan Negara berada di atas segalanya tetapi pada
praktiknya ada hal yang dianggap paling final apabila sebuah fatwa dikeluarkan oleh
Majelis Alim Ulama Indonesia (MUI).Mengapa justru yang dijadikan pedoman justru
keputusan dari MUI?Hal itu kembali pada mayoritas orang Indonesia yang selain
faktor geografis yang berpengaruh terhadap terbentuknya opinion leader, faktor
agama juga dapat berpengaruh.Islam menjadi agama mayoritas penduduk
Indonesia.
Dalam ruang lingkup umat Islam, filter informasi akan kembali kepada organisasi
yang menaunginya. Jadi pada kasus ini, opinion leader diduduki oleh pelaku
komunikasi organisasi yang menyandang posisi mayoritas.Dari komunikasi
organisasi yang dimaksud di atas sesungguhnya masih bisa diturunkan ke dalam
kelas interpersonal yaitu berupa figur KH. Abdurrahman Wahid, Amin Rais, dan
ulama- ulama lainnya.

Anda mungkin juga menyukai