Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BAB 8 JARINGAN DIFUSI


(Disusun dari Buku DIFFUSION OF INOVATIONS karya Rogers Everrett M. 1983)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah difusi inovasi

Dosen Pengampu : Dr. Farida Febriati

Disusun oleh :

ANDI MUH. FAHRI HUFAINI

201052401010

PROGRAM PASCASARJANA

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat kesempatan, nikmat kesehatan, sehingga  kami bisa
menyelesaikan tugas Tugas Makalah tentang “Jaringan Difusi ” ini.
Dengan tugas ini, kami merasa bersyukur karena pandangan kami,  dengan
tugas ini bisa memberikan dorongan kepada kami untuk menambah pengetahuan
di bidang desain instruksional dan media pembelajaran sehingga secara tidak
langsung wawasan kami tentang Teknologi Pendidikan semakin bertambah.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait
atau ikut memberikan kontribusi dengan baik sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Difusi Inovasi Dr. Farida Febriati yang telah mengarahkan kami dalam
pembuatan tugas ini.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan tidak lupa kami
mengucapkan permohonan maaf apabila dalam pembuatan tugas ini terdapat
kesalahan maupun kekurangan dalam hal-hal tertentu. Kami berharap nantinya
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Terimakasih.

Makassar, 12 April 2021

Andi Muh. Fahri Hufaini

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Kepemimpinan Opini dan Pemimpin Opini..................................................3

2.2 Model Alur Komunikasi dalam Jaringan Difusi...........................................3

2.3 Homophily vs Heterophily...............................................................................5

2.4 Karakter Pemimpin Opini..............................................................................7

2.5 Monomorphic vs Polymorphic......................................................................10

2.6 Teori Pembelajaran Sosial............................................................................11

2.7 Masa Kritis Difusi..........................................................................................12

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP.............................................................................................................14

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Difusi inovasi merupakan langkah cerdas pemanfaatan jaringan sosial di
masyarakat untuk selanjutnya terjadi adopsi inovasi sebagaimana yang
dikehendaki oleh inovator. Inovasi dan perubahan merupakan dua kata yang tak
terpisahkan. Dalam setiap inovasi terjadi perubahan, namun tidak semua
perubahan disebut inovasi. Rogers (1983) menjelaskan, inovasi adalah suatu
gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau
kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang
baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama
tahu.
Dalam prakteknya difusi inovasi tidak semudah memahami teorinya,sebab
dalam difusi perlu adanya jaringan difusi yang membantu dalam menyebarkan
sebuah inovasi. Jaringan difusi merupakan salah satu aspek yang dibutuhkan
dalam sebuah inovasi dikarenakan tanpa adanya jariangan maka inovasi tersebut
tidak akan berhasil sehingga dampaknya inovasi tersebut tidak berkembang.
Inovasi akan bermakna jika diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut
tidak diterapkan atau diadopsi maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi
yang tidak berguna. Dalam upaya adopsi dikenal strategi sentralisasi dan strategi
desentralisasi yang merupakan bagian dari jaringan difusi.
Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari saling
membutuhkan dan karenanya terjadi komunikasi, saling mempengaruhi. Kualitas
informasi ditentukan oleh konten dan cara menyampaikannya serta kecocokannya
dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jaringan ini tumbuh dan menjadi
1
sistem sosial di masyarakat yang sangat bermanfaat untuk melakukan disfusi
inovasi. Perubahan akan terus terjadi, namun perubahan yang diharapkan adalah
yang sesuai dengan inovasi terutama di bidang pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kepemimpinan opini dan pemimpin opini?

2. Bagaimana model alur komunikasi dalam jaringan difusi?

3. Apa perbedaan homophily dengan heterophily?

4. Bagaimana karakter pemimpin opini?

5. Apa perbedaan monomorphic dengan polymorphic?

6. Apa pengertian teori pembelajaran sosial?

7. Bagaimana masa kritis difusi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1. Pengertian kepemimpinan opini dan pemimpin opini.

2. Model alur komunikasi dalam jaringan difusi.

2
3. Perbedaan homophily dengan heterophily.

4. Karakter pemimpin opini.

5. Perbedaan monomorphic dengan polymorphic.

6. Pengertian teori pembelajaran sosial.

7. Masa kritis difusi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan Opini dan Pemimpin Opini


Kepemimpinan opini, sejauh mana seorang individu mampu secara
informal mempengaruhi sikap individu lain atau perilaku terbuka dengan
cara yang diinginkan dengan frekuensi relatif. Pemimpin opini adalah
individu yang memimpin dalam mempengaruhi opini orang lain. Perilaku
para pemimpin opini penting dalam menentukan tingkat adopsi suatu inovasi
dalam suatu sistem. Faktanya, kurva difusi berbentuk S karena begitu
pemimpin opini mengadopsi dan mulai memberi tahu orang lain tentang
sebuah inovasi, jumlah pengadopsi per unit waktu meningkat dalam kurva
eksponensial.

2.2 Model Alur Komunikasi dalam Jaringan Difusi

3
Alur model komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi
dua macam:
a. The hypodermic Needle Model,
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang
homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan
pada mereka akan selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu
komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle
Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh
dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek
yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif terhadap pesan
media yang disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan teori peluru, bila
komunikator dalam hal ini media massa menembakan peluru yakni pesan
kepada khalayak, dengan mudah khalayak menerima pesan yang disampaikan
media.
Model ‘jarum hipodermik’ di mana secara postulat, media massa
mempunyai pengaruh langsung, segera dan kuat pada individu-individu yang
terkait dengan media massa, tapi tidak terkait satu dengan lainnya. Media
masa di tahun 1940 dan 1950 dipersepsikan memiliki pegaruh yang kuat untuk
merubah tingkah laku (behavior). Kedahsyatan media digambarkan sebagai
pembawa pesan untuk mengurai masa dari para individu (Katz and
lazarsfeld). Kesimpulan tentang kekuatan media masa digambarkan dari
beberapa peristiwa.
Teori ini makin powerfull ketika siaran radio Orson Welles (1938)
menyiarkan tentang invansi makhluk dari planet mars menyebabkan ribuan
orang di Amerika Serikat panik. Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930
hingga 1940an. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media
massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience.
Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle
(teori jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru) transmition belt theory (teori
sabuk transmisi). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu
4
makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai
efek yang sangat kuat terhadap komunikan.
b. The two-step Flow Model
Pesan mengalir dari sumber via media massa ke pemimpin opini yang
pada gilirannya menyampaikannya pada para pengikutnya. The first step, from
media sources to opinion leaders, is mainly transfer of information, whereas
the second step from opinion leaders to their followers, also involves the
spread of interpersonal influence.
Menurut teori Granovetter, individu cenderung terkait dengan orang yang
secara fisik dekat dan menurut atribut-atribut seperti kepercayaan, pendidikan
dan status sosial relatif sama (homofili; kontras dengan heterofili di mana
atribut-atribut tersebut relatif beda). Duff dan Liu (1975) menyatakan bahwa
dalam satu network komunikasi, pertukaran informasi dari satu clique (yang
ditandai dengan promiximitas komunikasi tinggi) ke clique lain dijembatani
oleh proximitas komunikasi rendah yang heterofili (misal, dari clique berstatus
sosial tinggi ke clique berstatus sosial lebih rendah).
Model komunikasi dua tahap (two step flow of communication)
Sumber - Komunikasi - Pesan - Media Massa - Opinion Leader - komunikan.
Dalam model, ketika pesan disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi
proses komunikasi massa. Tapi ternyata tidak semua orang memahami isi
pesan yang disampaikan dan mempunyai akses ke media massa. Dalam model
ini kemudian dikenal adanya opinion leader atau pemuka pendapat. Pemuka
pendapat adalah orang yang memahami lebih isi pesan media massa, atau
orang yang mempunyai akses yang lebih besar ke media massa dibandingkan
dengan individu lain. Proses pertama, seperti yang dijelaskan sebelumnya,
adalah proses komunikasi massa dan proses kedua dari opinion leader ke
khalayak umum adalah proses komunikasi interpersonal.
Beberapa temuan lainnya ialah (a) Dalam network heterofili, pengikut
cenderung mencari pemimpin opini yang mempunyai status sosial,
pendidikan, ekspose ke media massa, tingkat keinovatifan, tingkat
5
kekosmopolitan dan tingkat kontak dengan agen perubahan lebih tinggi, (b)
pemimpin opini lebih sejalan dengan norma sistem dibanding dengan
pengikutnya, (c) pemimpin opini dapat dibedakan menjadi polimorfis
(mempunyai opini dalam banyak bidang) atau monomorfis (mempunyai opini
hanya dalam satu bidang), dan (d) network personal radial (dari satu ke
banyak orang) lebih penting untuk inovasi dibanding dengan network
interlocking di mana individu saling berinteraksi.

2.3 Homophily vs Heterophily

Prinsip dasar komunikasi manusia adalah bahwa pertukaran ide paling

sering terjadi antara individu yang serupa, atau homofil. Homofili adalah

sejauh mana kemiripan sepasang individu yang berkomunikasi. Kesamaan

tersebut mungkin terdapat pada atribut tertentu, seperti keyakinan, pendidikan,

status sosial ekonomi, dan sejenisnya.


Heterophily adalah sejauh mana pasangan individu yang berinteraksi
berbeda dalam atribut tertentu. Heterophily adalah kebalikan dari homophily.
Homofili sering terjadi karena komunikasi lebih efektif ketika sumber dan
penerima homofil. Ketika dua individu memiliki arti, keyakinan, dan
pemahaman yang sama, komunikasi di antara mereka akan lebih efektif.
Individu menikmati kenyamanan berinteraksi dengan orang lain yang serupa.
Berbicara dengan mereka yang sangat berbeda membutuhkan lebih banyak
upaya untuk membuat komunikasi menjadi efektif. Komunikasi
heterophilous antara individu yang berbeda dapat menyebabkan disonansi
kognitif karena seseorang dihadapkan pada pesan yang tidak sesuai dengan
keyakinan yang ada, keadaan psikologis yang tidak nyaman.
Homofili dan komunikasi yang efektif berkembang biak satu sama lain.
Semakin banyak komunikasi di antara individu-individu dalam sebuah
angka dua, semakin besar kemungkinan mereka menjadi homofil. Semakin
homofili dua individu, semakin besar kemungkinan komunikasi mereka akan
efektif. Individu yang menyimpang dari prinsip homofili dan berusaha untuk
6
berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda sering menghadapi frustrasi
komunikasi yang tidak efektif. Perbedaan kompetensi teknis, status sosial
ekonomi, kepercayaan, dan bahasa seringkali menimbulkan kesalahan tafsir,
sehingga menyebabkan pesan tidak diperhatikan.
Jadi, komunikasi homofil mungkin sering dan mudah, tetapi mungkin
tidak sepenting komunikasi heterofilia yang lebih jarang dalam
menyebarkan inovasi. Homofili mempercepat proses difusi, tetapi
membatasi penyebaran inovasi ke individu-individu yang terhubung dalam
jaringan yang erat. Pada akhirnya, proses difusi hanya dapat terjadi melalui
tautan komunikasi yang setidaknya heterofil.

Homofili dapat bertindak sebagai penghalang tak terlihat bagi aliran


inovasi dalam suatu sistem. Ide-ide baru biasanya memasuki sistem melalui
status yang lebih tinggi dan anggota yang lebih inovatif. Tingkat homofili
yang tinggi berarti bahwa individu elit ini berinteraksi terutama satu sama
lain, dan dengan demikian inovasi tidak akan mengalir ke nonelite. Pola
difusi homofilik menyebabkan ide-ide baru menyebar secara horizontal,
bukan secara vertikal, dalam suatu sistem. Oleh karena itu, homofili dapat
bertindak untuk memperlambat laju difusi dalam suatu sistem. Jika homofili
merupakan penghalang difusi, agen perubahan harus bekerja dengan
beberapa kelompok pemimpin opini yang berbeda dalam suatu sistem. Jika
jaringan antarpribadi dalam suatu sistem dicirikan oleh tingkat heterofili
yang tinggi, agen perubahan dapat memusatkan perhatian hanya pada
beberapa pemimpin opini yang dekat dengan puncak dalam status sosial
ekonomi dan inovasi (namun, ini jarang terjadi).

2.4 Karakter Pemimpin Opini

Ada 7 karakteristik pemimpin opini yaitu:

a. Komunikasi Eksternal

7
1.) Pemimpin opini memiliki eksposur yang lebih besar ke media massa

daripada pengikut mereka

2.) Pemimpin opini lebih kosmopolit daripada pengikut mereka.

3.) Pemimpin opini memiliki kontak yang lebih besar dengan agen

perubahan daripada pengikut mereka

b. Aksesibilitas

Agar para pemimpin opini dapat menyebarkan pesan tentang suatu

inovasi, mereka harus memiliki hubungan jaringan antarpribadi yang

luas dengan pengikut mereka. Pemimpin opini harus dapat diakses

secara sosial. Salah satu indikator aksesibilitas tersebut adalah

partisipasi sosial. Komunikasi tatap muka tentang ide-ide baru dapat

terjadi pada pertemuan organisasi formal dan melalui diskusi informal.

c. Status Sosial Ekonomi

Kami mengharapkan bahwa pengikut biasanya mencari pemimpin opini

dari status sosial ekonomi yang agak lebih tinggi

d. Inovasi
Jika pemimpin opini ingin diakui oleh rekan-rekan mereka sebagai ahli
yang kompeten dan dapat dipercaya tentang inovasi, pemimpin opini
harus mengadopsi ide-ide baru sebelum pengikut mereka. Ada
dukungan empiris yang kuat untuk Pemimpin opini lebih inovatif
daripada pengikut mereka. Namun, pemimpin opini belum tentu
inovator. Terkadang memang demikian, tetapi biasanya tidak. Apa
yang menjelaskan temuan yang tampaknya kontradiktif ini? Kita harus
mempertimbangkan pengaruh norma sistem terhadap inovasi
pemimpin opini, karena sejauh mana pemimpin opini inovatif sebagian
besar bergantung pada pengikut mereka.
e. Inovasi, Kepemimpinan Opini dan Norma Sistem

8
Bagaimana pemimpin opini menyesuaikan diri dengan norma
sistem dan pada saat yang sama memimpin dalam adopsi ide-ide baru?
Jawabannya Ketika norma sistem sosial mendukung perubahan,
pemimpin opini lebih inovatif, tetapi ketika norma sistem tidak
mendukung perubahan, pemimpin opini tidak terlalu inovatif.

Empat metode utama untuk mengukur kepemimpinan opini dan hubungan

jaringan difusi telah digunakan di masa lalu: a. teknik sosiometri, b.peringkat

informan, c. teknik penunjukan diri, dan d. observasi.

1. Sociometric

Metode terdiri dari meminta responden yang mereka dicari untuk

informasi atau nasihat tentang suatu topic tertentu, seperti inovasi

tertentu. Pemimpin opini adalah anggota sistem yang menerima jumlah

pilihan sosiometrik terbesar. Tidak diragukan lagi teknik sosiometrik

adalah ukuran yang sangat valid dari kepemimpinan opini, karena

diukur melalui persepsi pengikut. Namun, perlu dilakukan

pemeriksaan terhadap sejumlah besar responden untuk menemukan

sejumlah kecil pemimpin opini. Metode sosiometrik paling dapat

diterapkan ketika semua (atau sebagain besar) anggota sistem sosial

memberikan data jaringan, daripada ketika sampel kecil dari totoal

populasi dihubungi.
Sebuah alternatif untuk menggunakan sosiometri untuk
mengidentifikasi pemimpin opini adalah dengan bertanya kepada
informan kunci yang memiliki pengetahuan khusus tentang jaringan
dalam suatu sistem. Seringkali beberapa informan dapat
mengidentifikasi pemimpin opini dalam suatu sistem dengan presisi
yang hampir seakurat teknik sosiometrik, terutama ketika sistem
tersebut kecil dan informan memiliki informasi yang baik. Teknik

9
informan kunci berusaha menjembatani kesenjangan digital dengan
merekrut pemimpin opini untuk belajar bagaimana menggunakan
komputer dan Internet. Para pemimpin opini kemudian merekrut
orang lain untuk mempelajari keterampilan ini. Para pemimpin opini
diidentifikasi dengan meminta informan kunci (pemimpin agama,
pejabat kota, administrator sekolah, dan penduduk lama lainnya)
untuk mencalonkan individu yang dicari orang lain untuk
mendapatkan informasi dan nasihat. Opini pemimpin adalah individu
yang dinominasikan oleh dua atau lebih informan kunci.
2. self-menunjuk
Teknik meminta responden untuk menunjukkan sejauh mana
orang lain dalam sistem menganggap mereka sebagai berpengaruh.
“Individu memilih diri mereka sendiri untuk menjadi pemimpin
sebaya”. Pertanyaan yang menunjuk diri sendiri adalah "Menurut
Anda, apakah orang lebih sering datang kepada Anda untuk meminta
informasi atau nasihat daripada orang lain?" Metode penunjukan
sendiri bergantung pada keakuratan responden dalam
mengidentifikasi dan melaporkan gambar mereka. Ukuran
kepemimpinan opini ini sangat tepat ketika menginterogasi sampel
acak responden dalam suatu sistem, desain pengambilan sampel yang
menghalangi penggunaan metode sosiometrik yang efektif.
3. Kepemimpinan opini dapat diukur dengan observasi,
Di mana penyidik mengidentifikasi dan mencatat perilaku
komunikasi dalam suatu sistem. Salah satu keuntungan dari observasi
adalah bahwa data biasanya memiliki tingkat keabsahan yang tinggi.
Jika tautan jaringan diamati dengan tepat, tidak ada keraguan tentang
apakah itu terjadi atau tidak. Pengamatan bekerja paling baik dalam
sistem yang sangat kecil, di mana pengamat benar-benar dapat
melihat dan merekam interaksi antarpribadi saat terjadi. Sayangnya,
dalam sistem sekecil itu, observasi mungkin merupakan teknik
10
pengumpulan data yang sangat mengganggu. Karena anggota sistem
tahu bahwa mereka sedang diamati, mereka mungkin bertindak
berbeda. Lebih lanjut, seorang pengamat mungkin perlu sangat sabar
jika perilaku jaringan difusi yang dia ingin amati jarang terjadi.

2.5 Monomorphic vs Polymorphic

Apakah ada satu set pemimpin opini serba guna dalam suatu sistem, atau

adakah pemimpin opini yang berbeda untuk masalah yang berbeda?

Polimorfisme adalah sejauh mana seseorang bertindak sebagai pemimpin

opini untuk berbagai topik. Kebalikannya, monomorfisme, adalah sejauh

mana seseorang bertindak sebagai pemimpin opini hanya untuk satu topik.

Derajat kepemimpinan opini polimorfik dalam sistem sosial tertentu

tampaknya bervariasi dengan faktor-faktor seperti keragaman topik yang

menjadi dasar pengukuran kepemimpinan opini, apakah norma-norma sistem

itu inovatif atau tidak, dan sebagainya. Analisis kepemimpinan opini di antara

ibu rumah tangga di Decatur, Illinois, untuk empat topik berbeda (mode, film,

urusan publik, dan produk konsumen) oleh Katz dan Lazarsfeld (1955)

menemukan bahwa sepertiga dari pemimpin opini menggunakan pengaruhnya

di lebih dari satu dari empat area. Penelitian lain melaporkan lebih banyak,

atau lebih sedikit, polimorfisme. Misalnya, pemimpin desa di negara

berkembang sering menjadi pemimpin opini untuk kesehatan, pertanian, dan

gagasan pendidikan, serta masalah politik dan moral.

2.6 Teori Pembelajaran Sosial

Cita-cita utama teori pembelajaran sosial adalah bahwa satu individu

belajar dari orang lain melalui pemodelan observasi. Artinya, seseorang

mengamati perilaku orang lain dan kemudian melakukan sesuatu yang serupa.

11
Perilaku pengamat tidak persis sama dengan model, yaitu imitasi sederhana

atau mimikri buta. Sebaliknya, dalam pemodelan sosial, pengamat

mengekstrak elemen penting dari pola perilaku yang diamati untuk

melakukan perilaku serupa. Pemodelan memungkinkan pelajar untuk

menyesuaikan perilaku yang diamati (seperti penemuan kembali inovasi).

Perspektif dasar teori pembelajaran sosial adalah bahwa individu dapat

belajar dari pengamatan terhadap aktivitas orang lain, sehingga individu tidak

serta merta harus mengalami pertukaran informasi secara verbal agar perilaku

individu dapat dipengaruhi oleh model (walaupun tentunya komunikasi

antarpribadi menyertai pemodelan nonverbal dalam banyak kasus). Dengan

demikian, komunikasi nonverbal (seperti halnya komunikasi verbal) menjadi

penting dalam perubahan perilaku. Karena teori pembelajaran sosial

mengakui faktor-faktor eksternal pada individu sebagai hal yang penting

dalam perubahan perilaku, itu pada dasarnya adalah “sosial” karena

memandang komunikasi sebagai penyebab perubahan perilaku. Individu

dapat mempelajari perilaku baru dengan mengamati individu lain secara

langsung atau melalui media massa (terutama media visual seperti televisi

dan film). Pemodelan sosial sering terjadi melalui jaringan antarpribadi, tetapi

juga dapat terjadi melalui tampilan publik oleh seseorang yang tidak

mengenalnya (seperti dalam program televisi). Idealnya, seorang individu

belajar lebih banyak dari model sosial jika model tersebut dihargai secara

positif, daripada dihukum, untuk perilaku yang ditampilkan.

12
Pembelajaran sosial dan difusi inovasi memiliki banyak kesamaan: Kedua

teori berusaha menjelaskan bagaimana individu mengubah perilaku terbuka

mereka sebagai hasil dari komunikasi dengan individu lain. Kedua teori

menekankan pertukaran informasi sebagai hal penting untuk perubahan

perilaku dan melihat tautan jaringan sebagai penjelasan utama tentang

bagaimana individu mengubah perilaku mereka.

2.7 Masa Kritis Difusi

Massa kritis terjadi pada titik di mana cukup individu dalam suatu sistem

telah mengadopsi sebuah inovasi sehingga tingkat lanjut inovasi ini

adopsimenjadi mandiri. Massa kritis sangat penting dalam penyebaran inovasi

interaktif seperti email, di mana setiap pengadopsi tambahan meningkatkan

kegunaan pengadopsian inovasi untuk semua pengadopsi. Interaktivitas adalah

sejauh mana peserta dalam proses komunikasi dapat bertukar peran, dan

memiliki kendali atas, wacana timbal balik mereka. Karena semakin banyak

individu dalam suatu sistem yang mengadopsi inovasi non-interaktif, hal itu

dianggap semakin bermanfaat bagi pengadopsi masa depan (ini adalah

berurutan efek saling ketergantunganpada pengadopsi selanjutnya). Namun,

dalam kasus inovasi interaktif, manfaat dari setiap adopsi tambahan meningkat

tidak hanya untuk semua pengguna di masa mendatang, tetapi juga untuk

setiap pengguna sebelumnya (ini adalah salingtimbal balik ketergantungan).

Ambang batas adalah jumlah individu lain yang harus terlibat dalam kegiatan

sebelum individu tertentu akan bergabung kegiatan itu. Seorang inovator

memiliki ambang batas resistensi yang rendah untuk mengadopsi ide baru, dan

hanya sedikit (atau tidak ada) pengaruh jaringan interpersonal yang diperlukan

13
untuk adopsi. Sebaliknya, individu mayoritas akhir memiliki ambang batas

yang jauh lebih tinggi yang harus diatasi oleh pengaruh jaringan teman dekat

untuk mengatasi penolakan terhadap inovasi. Ambang batas bertindak untuk

individu dengan cara yang agak paralel dengan massa kritis pada tingkat

sistem. Seorang individu lebih cenderung mengadopsi suatu inovasi jika lebih

banyak individu lain dalam jaringan pribadinya mengadopsi sebelumnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

14
Adapun kesimpulan dari pembahasan ini adalah

Pada jaringan difusi metode utama yang dapat digunakan untuk

meneliti jaringan sosial yang ada di masyarakat atau sistem sosial, yaitu

dengan metode sosiometri dan dengan metode observasi. Alur model

komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi dua

macam yaitu : Hypodermic Needle Model yaitu Teori ini menganggap

media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi

seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada

masyarakat. Khalayak dianggap pasif terhadap pesan media yang

disampaikan. The two-step Flow Model yaitu model komunikasi dua tahap

(two step flow of communication) Sumber - Komunikasi - Pesan - Media

Massa - Opinion Leader - komunikan. Dalam model, ketika pesan

disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi proses komunikasi

massa.

Massa kritis sangat penting dalam penyebaran inovasi interaktif

seperti email, di mana setiap pengadopsi tambahan meningkatkan

kegunaan pengadopsian inovasi untuk semua pengadopsi

15
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto (2000), Difusi inovasi , Jakarta :STIA LAN
Udin , Syaefudin Sa’ud2011) Inovasi Pendidikan Bandung : Alfabeta CV

Rogers, Everet M. 1983. Diffusion of Innovations 3th ed.  New York: The Free

Press, Macmillan Publishing Co., Inc.

Sumber http://saputradavid.blogspot.com/2013/05/jaringan-difusi-inovasi-

pendidikan.html

16

Anda mungkin juga menyukai