Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI DIFUSI INOVASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi

Dosen Pengampu: Abdul Mugni, S.Sos.I., M.A.

Di Susun Oleh: Kelompok 4

Mhd Rudi Syahputra (202131031)

Nurcantika Syahputri (202131034)

Nurhayati (202131035)

T Zuheiry Lutfi (202131023)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

2022 / 1444 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil `alamin, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sholawat berbingkai kan salam semoga tetap tercurah
kepada baginda nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayah nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “ TEORI DIFUSI INOVASI “.

Kami berterima kasih kepada bapak Abdul Mugni, S.Sos.I., M.A. selaku dosen mata
kuliah TEORI KOMUNIKASI. Dan kami mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman
sekalian yang telah ikut membantu kami dalam menyelesaikan maklah ini.

Dengan selesainya makalah yang kami buat diharapkan dapat memberikan masukan yang
menambah wawasan serta pengetahuan pembaca, semoga pembaca dapat memanfaatkan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Dan dikarenakan makalah ini jauh dari kata sempurna kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuyk memperbaiki penyusunan makalah berikutnya. Akhirnya kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Lhokseumawe, 22 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

A. LATAR BELAKANG MASALAH .......................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
A. Pengertian Difusi Inovasi .......................................................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi ....................................................... 4
C. Proses Difusi Inovasi ................................................................................. 5
1. Sistem difusi tersentralisasi ................................................................. 5
2. Sistem difusi desentralisasi .................................................................. 5
a. Tahap pengetahuan (Knowledge) .................................................. 5
b. Tahap bujukan (Persuasion) .......................................................... 5
c. Tahap keputusan (Decision) .......................................................... 6
d. Tahap implementasi (Implementation) .......................................... 6
e. Tahap konfirmasi (Confirmation) .................................................. 6
D. Elemen-elemen Difusi Inovasi .................................................................. 6
1. Inovasi ................................................................................................. 6
2. Penggunaan dengan saluran tertentu ................................................... 7
3. Waktu .................................................................................................. 8
a. Proses keputusan inovasi ............................................................... 8
b. Kepekaan seorang terhadap inovasi ............................................... 8
c. Kecepatan penerimaan inovasi ...................................................... 9
4. Sistem sosial ........................................................................................ 9
E. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Difusi Inovasi .......................... 10
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
A. KESIMPULAN ............................................................................................... 12

ii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugrah Tuhan
dengan kemampuannya menciptakan berbagai macam sarana yang dapat digunakan
untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya untuk
kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Pada mulanya ada tiga hal yang menjadi dasar kebangkitan kemajuan kehidupan
umat manusia yaitu diciptakannya bahasa tulis kira-kira lima atau enam ribu tahun
yang lalu, disusul dengan kemampuan mengoperasikan hitungan sederhana kira-kira
seribu tahun kemudian dan diciptakannya mesin cetak sekitar lima ratus tahun yang
lalu.
Media merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi
dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak
pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya.
Efek Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan
unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru,
serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada massa lampau. Tanpa sadar
media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang baru dan
mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat.
Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai
teori yang membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation
(DOI), Rogers (1983) menawarkan konsep difusi inovasi berikut kecepatan sebuah
sistem sosial menerima ide-ide baru yang ditawarkan sebuah inovasi.
Teori Rogers ini hingga kini banyak dirujuk para peneliti khususnya saat
membahas soal difusi inovasi. Saverin-Tankard Jr (2005) mengatakan riset difusi
inovasi karya Rogers paling terkenal dan dihormati secara luas. Rogers mengkaji

1
hampir 4.000 publikasi difusi untuk merevisi teori tentang proses keputusan inovasi
sebelumnya. Peningkatan yang sangat besar dalam riset difusi saat itu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari makalah difusi inovasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari difusi inovasi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan difusi inovasi ?
3. Bagaimana proses difusi inovasi ?
4. Apa saja elemen-elemen difusi inovasi ?
5. Bagaimana tahapan dan proses pengambilan keputusan difusi dan inovasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari difusi inovasi
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan difusi inovasi
3. Untuk mengetahui bagaimana proses difusi inovasi
4. Untuk mengetahui apa saja elemen-elemen difusi inovasi
5. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan proses pengambilan keputusan difusi
dan inovasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Difusi Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers
(1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu
sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain
channels overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga
dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.1
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh
individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu
ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang
lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok
terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka Difusi Inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu
masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain,
dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke
bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem
sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
sampai kepada masyarakat.

B. Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi


Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun
1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi

1
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 187-188.

3
berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan
bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari
dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu
menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi
waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan
kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan,
Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations
have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat
difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross,
mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di
Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan
tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan
Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation
followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di
mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih
kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah
muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya
besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers
menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai
Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).

C. Proses Difusi Inovasi


Proses Difusi Inovasi Difusi inovasi didefinisikan sebagai suatu proses
dikomunikasikannya inovasi kepada petani dalam suatu sistem sosial tertentu, melalui
saluran tertentu, dalam suatu dimensi waktu tertentu pula. Difusi inovasi merupakan
salah satu bentuk proses komunikasi antara pihak pengirim dan penerima informasi,
sehingga dicapai pengertian yang sama mengenai informasi yang

4
dikomunikasikan. Dalam hal difusi inovasi informasi yang dikomunikasikan mengacu
kepada adanya pemikiran baru yaitu inovasi sendiri.
Proses difusi dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk perubahan
sosial, apabila suatu ide baru ditemukan , didifusikan, diterima/ditolak oleh petani,
mengakibatkan munculnya akibat-akibat tertentu, maka dapat dikatakan bahwa telah
terjadi perubahan sosial pada sistem sosial ditempat tinggal petani.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit yang
pada dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : Invensi, difusi, dan
konsekuensi-konsekuensi Wayne Romable (1984) menyatakan bahwa difusi inovasi
dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus.  Pada difusi inovasi, sumber
pesan dapat berupa penemu penyuluh pertanian dan pemimpin.
Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku,
faktor yang mendorong dan menghambat perubahan. Perolehan sesuai pendapat
Leagans (1971) tertera pada gambar berikut :
Dari segi pengambil keputusan proses difusi, dikenal dua sistem difusi :
1. Sistem difusi tersentralisasi.
Keputusan mengenai dilakukannya proses difusi, siapa yang harus melalukan
evaluasi proses difusi, serta saluran apa yang digunakan, dilakukan sekelompok orang
yang merupakan bagian dari pihak atau instansi yang menghendaki adanya
perubahan.
2.Sistem difusi desentralisasi
   Keputusan-keputsan tersebut diambil oleh para petani. Pilihan sistem mana yang
akan diambil tergantung pada tujuan difusi, ciri inovasi yang akan didifusikan, serta
tingkat kemampuan petani dalam mengambil keputusan
Menurut Rogers, proses difusi inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu:
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge), tahap ini berlangsung, bila seseorang atau
unit pengambil keputusan yang lain, membuka diri terhadap adanya suatu inovasi
serta ingin mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.
b. Tahap Bujukan (Persuasion), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak
menyenangi terhadap inovasi.

5
c. Tahap Keputusan (Decision), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, melakukan aktivitas yang mengarah kepenetapan
untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi.
d. Tahap Implementasi (Implementation), tahap ini berlangsung ketika seseorang
atau unit pengambil keputusan yang lain, menerapkan atau menggunakan inovasi.
e. Tahap Konfirmasi (Confirmation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau
unit pengambil keputusan yang lain, mencari penguatan terhadap keputusan inovasi
yang telah dibuatnya. Pengambil keputusan dapat menarik kembali keputusannya jika
ternyata diperoleh informasi tentang inovasi yang bertentangan dengan informasi
yang diterima terdahulu.

D. Elemen-elemen Difusi Inovasi


Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60) terdapat 4 elemen pokok difusi inovasi yaitu:
1. Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil discovery maupun
invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru, kata  Baru disini
mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung
berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang
mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan tersebut,
karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
Contoh : inovasi KB, maka orang yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru,
berarti KB bagi orang itu masih serba tidak tentu. Dengan memperoleh informasi
tentang KB, maka informasi tersebut mengurangi ketidaktentuan bagi orang
tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya
perubahan (re-invention) atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan
berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi
merupakan salah satu elemen yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses difusi
inovasi.  

6
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar
warga masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama lain. Komunikasi
dengan tipe khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal baru (inovasi)
sebagai bahan informasi. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencangkup :
a. Suatu inovasi;
b. Individu atau kelompok yang telah mengetahui dna berpengalaman dengan
inovasi
c. Individu atau kelompok yang belum mengenal inovasi
d. Saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah
mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut
(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan
dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran
komunikasi tertentu.
Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan dari
satu orang ke orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau
penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah
pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan
saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa seperti televise, radio, surat
kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari
seseorang kepada sekelompok orang tertentu. 2 Sedangkan saluran interpersonal
(antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga
agar menerima inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah
kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu
kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang
berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau mempengaruhi seseorang
untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil kajian dalam proses

2
Tamburaka, Op. Cit., hlm. 39-75

7
difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan kajian
ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan informasi yang
diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi.
Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily).
Perlawanan-perlawanan antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty
yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan
dirinya) sama dengan orang lain.
3. Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi, karena waktu
adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari Setiap
kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :
a. Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia
memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam
proses keputusan inovasi, yaitu : pengetahuan tentang inovasi, bujukan atau
himbauan, penetapan atau keputusan, penerapan (implementasi), konfirmasi
(confirmation). Dimana peranan elemen waktu tampak dengan adanya urutan
waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas. Periode waktu keputusan inovasi ialah
lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung,
melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak semunya terlalui, karena
mungkin terjadi perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan menerima inovasi
tanpa melalui tahap himbauan.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima
inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu,
artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu
secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih
akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan
terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori

8
penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : inovator, pemula,
mayoritas awal, mayoritas akhir, dan terlambat (tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk
ideal, berdasarkan observasi dari kenyataan dan didesain sebagai bahan
perbandingan antar warga masyarakat (anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk
ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga
dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil penelitian.
c. Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya
inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga
masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif
berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk
kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65). Bagan tersebut menunjukkan bahwa
pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap periode
waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah innovator.
Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak
orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi
mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses
difusi selesai, artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang
diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat
yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi
cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh
keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara individual.
Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan
penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan
kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi
sistem sosial tertentu.
4. Sistem social

9
System social adalah hubungan (interaksi) anatr individu atau unit dengan
bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan. anggota system
social dapat individu, organisasi, kelompok, dan sub system lainya yang saling
pengertian dan memberi hubungan timbale balik. Misalnya : petani di desa, para
dosen dan karyawan di perguruan tinggi, dan sebagainya. Individu akan
terpengaruh oleh system social dalam menghadapi sebuah difusi inovasi.

E. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Difusi Inovasi


Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat
seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses
pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu
berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu
sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima,
melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Pada
awalnya Rogers (1983) menerangkan bahwa dalam upaya perubahan seseorang untuk
mengadopsi suatu perilaku yang baru, terjadi berbagai tahapan pada seseorang
tersebut, yaitu:
1. Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat
suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
2. Tahap Interest (Keinginan), yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang
membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai
tertarik pada hal tersebut.
3. Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia
menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai
mengevaluasi.
4. Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah
dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
5. Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap seseorang memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku
baru tersebut.

10
Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera setelah
suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari
pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983) merevisi
kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Knowledge (pengetahuan),
Persuasion (persuasi), Decision (keputusan), Implementation (pelaksanaan), dan
Confirmation (konfirmasi).
1. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai
saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media cetak, maupun
komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Karakteristik sosial-
ekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola komunikasi.
2. Tahap persuasi.
Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail
mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran
calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi itu
sendiri, seperti: (1) Kelebihan inovasi, (2) Tingkat keserasian, (3) Kompleksitas, ( 4)
Dapat dicoba dan (5) Dapat dilihat.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang
keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan
mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap implementasi.
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda
tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi
dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.
5. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran
atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah
keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi kemajuan dan perubahan ini
terkadang banyak orang yang masih belum mau menerima apalagi
melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru
itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan
atau menerapkannya.
Dari permasalahan ini ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan
mau menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut.
Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara
untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran
penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi
menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara
mendalam.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://achmad 42.wordpress.com/2008/06/17 teori disfusi inovasi

http://www.scipd.com/doc/56138197/teori-disfusi-inovasi

Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),


hlm. 187-188.

Roger, Evertt M. (1964) Diffusion of innovations. Glenceo Free Press Available on:
http://books.google.com/books?id=ZW0-AAAAIAAI

Roger, Evertt M. (2003) Diffusion innovations( 5 th ed).New York: Free Press


Available on: http://wsnulyan.wordpress.com/2009/010250 teori difusi
inovasi

Tamburaka, Op. Cit., hlm. 39-75

13

Anda mungkin juga menyukai