Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PROSES KEPUTUSAN INOVASI”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah difusi dan inofasi

Yang diampu oleh bapak Ali Nurhadi

Oleh Kelompok 1:

IRWAN MAULANA (19381051015)

LAUFIL FAIZI (19381051065)

MOH TAUFIQURRAHMAN (19381051082)

AINUR RAHMAN (19381051086)

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas Rahman
dan Rahim-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PROSES
KEPUTUSAN INOVASI”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan
pada Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membawa manusia dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang menderang (Islam).

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada Bapak Syaiful ALI NURHADI. Selaku dosen mata kuliah
difusi dan inovasi, serta teman-teman yang ikut membantu sehingga penulisan makalah
ini bisa selesai.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan masukan yang bersifat membangun dari pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Pamekasan, 5 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan masalah ...............................................................................................1
C. Tujuan masalah...................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Pengertian difusi dan inovasi..............................................................................2


B. Proses keputusan inovasi dan difusi..................................................................2
C. Tahap keputusan inovasi....................................................................................5

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................9

A. Saran.....................................................................................................................9
B. Kesimpulan...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek


kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk
menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan pembaharuan-
pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas.
Kata inovasi sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan
kadang kadang juga dipakai untuk menyatakan peneluan, karena hal yang baru itu
penemuan. Timbulnya inovasi dalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan
tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif.
Pada hakikatnya yang menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi adalah
individu atau pribadi sebagai sistem sosial (warga masyarakat). Pemahaman tentang
proses inovasi yang berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami
proses dalam organisasi. Salah satu elemen difusi yang dikemukan rogers adalah
“waktu”. Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian difusi dan inovasi?
2. Apa proses kepututsam inovasi ?
3. Seperti apa tahap keputusan inovasi?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian difusi dan inovasi
2. Untuk mengetahui proses keputusan inovasi dan difusi
3. Untuk mengetahui tahap keputusan inovasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DIFUSI DAN INOVASI.

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru
tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada
tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan
difusi sebagai proses di mana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran
dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau
unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh
masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi
sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa
kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi
inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu
dikatakan exploded atau meledak.1
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori pada abad ke 19 dari seorang
ilmuwan Prancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation”
(1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya
komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion
leadership, yakni ide yang menjadi penting di antara para peneliti efek media beberapa
dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu
merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal
teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini
dinilai bisa memengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.2

B. PROSES KEPUTUSAN INOVASI

Inovasi dapat ditolak atau diterima oleh seseorang sebagai anggota sistem sosial,
atau oleh keseluruhan anggota sisitem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi

1
Hermuttaqi, B, Proses Keputusan Inovasi, (2012)
2
Martina, N. Dkk, Proses Keputusan Inovasi (2012)

2
berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan. Dengan dasar kenyataan
tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi :3
1. Keputusan Inovasi Opsional
Yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang
ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan
anggota sisitem sosial yang lain.
2. Keputusan inovasi kolektif
Ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan
yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota sistem sosial.
Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dibuatnya.
Misalnya atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang
sambahdisungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu wilayah
RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang
telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yag
masih berkeberatan.
3. Keputusan inovasi otoritas
Ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan
yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status,
wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu
sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam
membuat inovasi.para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah
diputuskan oleh unit pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahaan
memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus memakai seragam biru
putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus tinggal
melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.
Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan (continuum) dari
keputusan opsional (individu dengan penuh tanggungjawab secara mandiri mengambil
keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian
wewenang untuk mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak
digunakan dalam organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi,

3
Altus Baruati, Proses Keputusan Inovasi (2013)

3
organisasi pemerintahan dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering
digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen atau inovasi yang
sasarannya anggota masyarakat sebagai indivi Biasanya yang paling cepat diterimanya
inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung pada
bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan
keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari
keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antar
anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung
pada berbagai faktor.
Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga
berubah dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali
pengaman bagi pengendara mobil (automobil seat belts). Pada mulanya pemasangan
seatbelt di mobil diserahkan kepada pemilik kendaraan yang mampu membiayai
pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun
berikutnya peraturan pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi
dengan tali pengaman. Jadi keputusan inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara
kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini, sehingga pemerintah kembali
kepada peraturan lama keputusan menggunakan tali pengaman diserahkan kepada tiap
individu (tipe keputusan opsional).
4. Keputusan inovasi kontingensi (contingent)
Yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan
hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya disebuah perguruan
tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakaki
komputer sebelum didahului oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan
fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah
digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu
difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional,
kolektif, otoritas.
Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif,
otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan
inovasi opsional.

4
C. TAHAP KEPUTUSAN INOVASI.
Keputusan inovasi adalah dengan adanya ketidak tentuan tengtang suatu inovasi,
proses pengambilan keputusan mau tidak mau menggunakan sesuatu yang mungkin
lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya. Untuk sampai
pada keputusan yang tepat menerima atau menolak suatu inovasi perlu informasi, dengan
kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan.4

Model Proses Keputusan Inovasi.

Model proses keputusan inovasi secara konseptual digambarkan terdiri dari lima
tahap:5
1. Tahap pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan)
dihadapkan pada keberadaan inovasi dan menyadari atau membuka diri untuk
menegtahui inovasi (bagaimana fungsi inovasi tersebut).
2. Tahap persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya)
membentuk sikap yang menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi.
3. Tahap keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat
dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak
inovasi.
4. Tahap implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya)
menggunakan inovasi.
5. Tahap konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya)
mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat
membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada informasi yang bertentangan
mengenai informasi semula.

4
Udin Syaefudin, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) hlm. 35
5
Jajang Bayu Kelana, Proses Keputusan Inovasi (2013)

5
Adapun penjelasannya sebagai berikut :6
1. Tahap Pengetahuan ( knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi
tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri
untuk mengetahui inovasi.
Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan
secara aktif bukan secara pasif. Misalnya seorang anak melihat ada buku baru tentang
ilmu alam yang lengkap kemudian anak tersebut tertarik untuk membelinya, maka anak
tersebut sudah mulai melakukan proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan,
sedangkan anak yang lainnya walau mengetahui ada buku baru tersebut dia tidak
memiliki keingintahuan untuk mempelajarinya, maka pada anak tersebut belum terjadi
proses keputusan inovasi.
Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan
pengamatan tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga
kepercayaannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan seseorang yang merasa
butuh, tetapi juga mungkin terjadi karena seseorang butuh sesuatu maka untuk
memenuhinya diadakan inovasi.
2. Tahap Bujukan ( Persuation)
Pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi, individu membentuk sikap
yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. Pada tahap persuasi individu
menjadi secara lebih psikologi terlibat dengan inovasi; dia secara aktif mencari informasi
mengenai gagasan baru. Persepsi selektif penting untuk menentukan prilaku individu
pada tahap persuasi, dimana persepsi umum inovasi pada tahap ini dikembangkan. Sifat-
sifat yang ditanggapi dari suatu inovasi sebagai manfaat relatifnya, kekompakannya, dan
kekomplekannya terutama penting pada tahap ini . Pada tahap persuasi, individu secara
khusus termotivasi untuk mencari informasi inovasi-evaluasi, yang merupakan
pengurangan dalam ketidakpastian mengenai konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan
dari inovasi. Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi
atau tidak menyenangi inovasi.

6
Sulistyo, dkk, Kamus langkap bahasa Indonesia. (Surakarta: ITA, 2005)

6
Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau
dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan
menerapkan inovasi.. Namun perlu dieketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan
aktivitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi.
Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan.
Misalnya seorang anak tahu cara memakai motor tetapi ia tidak pernah
menggunakan motornya karena beberapa hal : ia takut akan keramaian jalan, ia takut
mengalami kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu perlu adanya bantuan pemecahan
masalah.
3. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dalam proses keputusan-inovasi terjadi ketika individu (atau unit
pembuatan keputusan lainnya) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada
pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi. Adopsi/pengambilan adalah keputusan
untuk menggunakan penuh inovasi sebagai rangkaian terbaik tindakan. Penolakan adalah
keputusan untuk tidak mengambil inovasi. Penting untuk diingat bahwa proses
keputusan-inovasi dapat secara logis menuntun pada keputusan penolakan seperti juga
keputusan untuk mengambil. Kenyataannya, setiap tahap dalam proses adalah titik
penolakan potensial. Dua jenis penolakan yang berbeda dapat dibedakan (Eveland, 1979):
1. Penolakan aktif, yaitu mempertimbangkan pengambilan inovasi (termasuk
percobaannya) kemudian memutuskan untuk tidak mengambilnya.
2. Penolakan pasif (juga disebut non-adopsi), yaitu benar-benar tidak pernah
mempertimbangkan penggunaan inovasi.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara : pengetahaun, persuasi, dan keputusan
inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Bahkan untuk
jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan : pengetahuan -
keputusan inovasi - baru persuasi.
4. Tahap Implementasi (Implementasi)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi akan terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi itu sendiri. Pada tahap ini berlangsung keaktifan, baik secara mental
maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik.
Pada umumnya implementasi mengikuti hasil keputusan inovasi, namun bisa juga terjadi

7
karena sesuatu hal sudah memutuskan untuk menerima inovasi tanpa diikuti
implementasi. Hal ini biasanya terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Tahap implementasi bisa berlangsung sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu
sendiri. Pada umumnya suatu tanda bahwa taraf implementasi akan berakhir jika
penerapan inovasi itu sendiri sudah menjadi sesuatu yang bersifat rutin, dengan kata lain
sudah bukan sesuatu yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invesi
antara inovasi yang sangat kompleks dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang
dapat memahami inovasi karena sukar untuk menerima agen pembaharu, inovasi yang
memungkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk
memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu
daerah tertentu juga dapat menimbulkan reinvesi.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan
yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang
diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau
menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam
konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonasi paling tidak berusaha
menguranginya.

BAB III
PENUTUP

8
A. Kesimpulan
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit
pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima
atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi
yang telah diambilnya.
Menurut Roger, proses keptusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap
pengetahuan, tahapan bujukan, tahapan keputusan, tahap implementasi dan tahap
konfirmasi.
Tipe keputusan inovasi ada empat yaitu : keputusan inovasi opsional, keputusan
inovasi kolektif, keputusan inovasi otoritas, keputusan inovasi kontingensi (contingent).

B. Saran
Akhirnya selesailah makalah kami yang membahas tentang proses dan
pengambilan keputusan inovasi pendidikan. Sungguh, masih banyak kekurangan yang
harus kami perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan
kami mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan kami tunggu. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

9
Syaefudin, Udin, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011)

Kelana, Jajang Bayu, Proses Keputusan Inovasi (2013)

Baruati, Altus, Proses Keputusan Inovasi (2013)

Sulistyo, dkk, Kamus langkap bahasa Indonesia. (Surakarta: ITA, 2005)

Martina, N. Dkk, Proses Keputusan Inovasi (2012)

Hermuttaqi, B, Proses Keputusan Inovasi, (2012)

10

Anda mungkin juga menyukai