Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugrah


Tuhan dengan kemampuannya menciptakan berbagai macam sarana yang dapat
digunakan untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya
untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Pada mulanya ada tiga hal yang menjadi dasar kebangkitan kemajuan
kehidupan umat manusia yaitu diciptakannya bahasa tulis kira-kira lima atau
enam ribu tahun yang lalu, disusul dengan kemampuan mengoperasikan hitungan
sederhana kira-kira seribu tahun kemudian dan diciptakannya mesin cetak sekitar
lima ratus tahun yang lalu.
Media merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang
informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap
individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat
yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan
perbedaan budaya.
Efek Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk
meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada
pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada
massa lampau. Tanpa sadar media massa telah membawa masyarakat masuk
kepada pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku
masyarakat.
Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi kemajuan dan perubahan ini
terkadang banyak orang yang masih belum mau menerima apalagi
melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru
itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan
atau menerapkannya.
Dari permasalahan ini ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan
mau menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut.
Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara
untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran
penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi
menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara
mendalam.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dari makalah difusi inovasi adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari difusi inovasi
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan difusi inovasi
3. Untuk mengetahui bagaimana proses difusi inovasi
4. Untuk mengetahui apa saja elemen-elemen difusi inovasi
5. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan proses pengambilan keputusan
difusi dan inovasi

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan tujuan diatas, rumusan masalah dari difusi inovasi adalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian dari difusi inovasi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan difusi inovasi ?
3. Bagaimana proses difusi inovasi ?
4. Apa saja elemen-elemen difusi inovasi ?
5. Bagaimana tahapan dan proses pengambilan keputusan difusi dan
inovasi ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Difusi Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi.
Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is
communicated through certain channels overtime among the members of a social
system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan
sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh
individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap
suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian
yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau
kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

Dari kedua padanan kata di atas, maka Difusi Inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah
suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat
yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang
tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem
sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
sampai kepada masyarakat.

2.1 Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya
tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan
Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya
menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok
orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu
yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya
menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan
kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983)
mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because
“most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat
adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-
penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross,
mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di
Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan
tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan
Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation
followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over
time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di
mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang
lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di
sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan
karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang
bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural
Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion:
A New Perpective (1981).

2.3 Proses Difusi Inovasi

Proses Difusi Inovasi

Difusi inovasi didefinisikan sebagai suatu proses dikomunikasikannya


inovasi kepada petani dalam suatu sistem sosial tertentu, melalui saluran tertentu,
dalam suatu dimensi waktu tertentu pula. Difusi inovasi merupakan salah satu
bentuk proses komunikasi antara pihak pengirim dan penerima informasi,
sehingga dicapai pengertian yang sama mengenai informasi yang
dikomunikasikan. Dalam hal difusi inovasi informasi yang dikomunikasikan
mengacu kepada adanya pemikiran baru yaitu inovasi sendiri.

Proses difusi dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk perubahan


sosial, apabila suatu ide baru ditemukan , didifusikan, diterima/ditolak oleh petani,
mengakibatkan munculnya akibat-akibat tertentu, maka dapat dikatakan bahwa
telah terjadi perubahan sosial pada sistem sosial ditempat tinggal petani.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit
yang pada dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : Invensi, difusi,
dan konsekuensi-konsekuensi Wayne Romable (1984) menyatakan bahwa difusi
inovasi dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi,
sumber pesan dapat berupa penemu penyuluh pertanian dan pemimpin.

Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan


prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat perubahan. Perolehan sesuai
pendapat Leagans (1971) tertera pada gambar berikut :

Pengambilan Keputusan Difusi

Dari segi pengambil keputusan proses difusi, dikenal dua sistem difusi :

1. Sistem difusi tersentralisasi.

Keputusan mengenai dilakukannya proses difusi, siapa yang harus melalukan


evaluasi proses difusi, serta saluran apa yang digunakan, dilakukan sekelompok
orang yang merupakan bagian dari pihak atau instansi yang menghendaki adanya
perubahan.

2.Sistem difusi desentralisasi

Keputusan-keputsan tersebut diambil oleh para petani. Pilihan sistem mana yang
akan diambil tergantung pada tujuan difusi, ciri inovasi yang akan didifusikan,
serta tingkat kemampuan petani dalam mengambil keputusan

Menurut Rogers, proses difusi inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu:

1. Tahap Pengetahuan (Knowledge), tahap ini berlangsung, bila seseorang


atau unit pengambil keputusan yang lain, membuka diri terhadap adanya
suatu inovasi serta ingin mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.
2. Tahap Bujukan (Persuasion), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau
unit pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi
atau tidak menyenangi terhadap inovasi.
3. Tahap Keputusan (Decision), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau
unit pengambil keputusan yang lain, melakukan aktivitas yang mengarah
kepenetapan untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi.
4. Tahap Implementasi (Implementation), tahap ini berlangsung ketika
seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain, menerapkan atau
menggunakan inovasi.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation), tahap ini berlangsung ketika seseorang
atau unit pengambil keputusan yang lain, mencari penguatan terhadap
keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Pengambil keputusan dapat
menarik kembali keputusannya jika ternyata diperoleh informasi tentang
inovasi yang bertentangan dengan informasi yang diterima terdahulu.

2.4 Elemen Elemen Difusi Inovasi

Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60 ) terdapat 4 elemen pokok difusi


inovasi, yaitu :
1. Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil discovery maupun
invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru, kata Baru disini
mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung
berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang
mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan tersebut,
karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
Contoh : inovasi KB, maka orang yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru,
berarti KB bagi orang itu masih serba tidaktentu. Dengan memperoleh informasi
tentang KB, maka informasi tersebut mengurangi ketidaktentuan bagi orang
tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya
perubahan (re-invention) atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan
berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi
merupakan salah satu elemen yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses difusi
inovasi.
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar
warga masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama lain. Komunikasi
dengan tipe khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal baru (inovasi)
sebagai bahan informasi. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencangkup :
a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang telah mengetahui dna
berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok yang belum mengenal
inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak
tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah
mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut
(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan
dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran
komunikasi tertentu.
Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan dari
satu orang ke orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau
penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah
pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan
saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa seperti televise, radio, surat
kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari
seseorang kepada sekelompok orang tertentu. Sedangkan saluran interpersonal
(antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga
agar menerima inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah
kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu
kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang
berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau mempengaruhi seseorang
untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil kajian dalam proses
difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan kajian
ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan informasi yang
diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi.
Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily).
Perlawanan-perlawanan antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty
yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan
dirinya) sama dengan orang lain.
3. Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi, karena waktu
adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari Setiap
kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :
a. Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia
memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam
proses keputusan inovasi, yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan atau
himbauan; iii) penetapan atau keputusan; iv) penerapan (implementasi); v)
konfirmasi (confirmation). Dimana peranan elemen waktu tampak dengan adanya
urutan waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas. Periode waktu keputusan inovasi
ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi
berlangsung, melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak semunya
terlalui, karena mungkin terjadi perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan
menerima inovasi tanpa melalui tahap himbauan.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima
inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu,
artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu
secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih
akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan
terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori
penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b)
pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas akhir, dan (e) terlambat (tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk
ideal, berdasarkan observasi dari kenyataan dan didesain sebagai bahan
perbandingan antar warga masyarakat (anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk
ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga
dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil penelitian.
c. Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya
inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga
masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif
berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk
kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65). Bagan tersebut menunjukkan bahwa
pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap periode
waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah innovator.
Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak
orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi mendatar,
menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi selesai,
artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang
diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat
yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi
cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh
keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara individual.
Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan
penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan
kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi
sistem sosial tertentu.
4. Sistem Sosial
System social adalah hubungan (interaksi) anatr individu atau unit dengan
bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan. anggota system
social dapat individu, organisasi, kelompok, dan sub system lainya yang saling
pengertian dan memberi hubungan timbale balik. Misalnya : petani di desa, para
dosen dan karyawan di perguruan tinggi, dan sebagainya. Individu akan
terpengaruh oleh system social dalam menghadapi sebuah difusi inovasi.

2.5 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Difusi Inovasi

Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat


seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses
pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu
berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk
suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima,
melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Pada
awalnya Rogers (1983) menerangkan bahwa dalam upaya perubahan seseorang
untuk mengadopsi suatu perilaku yang baru, terjadi berbagai tahapan pada
seseorang tersebut, yaitu:
1. Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada
terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal
tersebut.
2. Tahap Interest (Keinginan), yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau
sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut
sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
3. Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia
menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai
mengevaluasi.
4. Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang
telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
5. Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap seseorang memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi
perilaku baru tersebut.
Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera
setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai
akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983)
merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Knowledge
(pengetahuan), Persuasion (persuasi), Decision (keputusan), Implementation
(pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi).
1. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui
berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media
cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga
dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Karakteristik sosial-ekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola
komunikasi.
2. Tahap persuasi.

Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail
mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat
pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan
karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1) Kelebihan inovasi, (2) Tingkat
keserasian, (3) Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan (5) Dapat dilihat.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang
keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan
mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap implementasi.
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda
tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari
inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.
5. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang
kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi
setelah melakukan evaluasi.

Daftar pustakanya

https://www.academia.edu/36416804/Difusi_inovasi_bab

Anda mungkin juga menyukai