Anda di halaman 1dari 150

UNIVERSITAS INDONESIA

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


PELAYANAN TERPADU (SIMYANDU) TERINTEGRASI DI
BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA
TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

FARAH HARDINATI NINGRUM

1106018846

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK

JULI 2015

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


PELAYANAN TERPADU (SIMYANDU) TERINTEGRASI DI
BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA
TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi Negara

FARAH HARDINATI NINGRUM

1106018846

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK

JULI 2015

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


ii

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


iii

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. Atas izin serta limpahan berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi
Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) Terintegrasi Di
Badan Pelayanan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Poltik Universitas Indonesia
2. Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc, Sc. Selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi FISIP UI.
3. Dr. Lina Miftahul Jannah S.Sos,. M.Si selaku Ketua Program Sarjana
Reguler Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
4. Teguh Kurniawan, S.Sos., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Adminitrasi
Negara Departemen Ilmu Adminisrasi FISIP UI, dan juga selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktu, arahan dan bimbingan
selama proses penyusunan skripsi.
5. Zuliansyah Putra Zulkarnain, S.Sos, M.Si, selaku Penguji Ahli Sidang
Skripsi
6. Drs. Muh. Azis Muslim, M.Si, selaku Ketua Sidang Skripsi
7. Nidaan Khafian, S.Sos, M.A, selaku Sekretaris Sidang Skripsi
8. Dra. Sri Susilih M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama masa perkuliahan
9. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Administrasi, yang telah
memberikan banyak ilmu selama belajar di FISIP UI
10. Orang tua tercinta sebagai motivasi terbesar, Bapak Marsidi dan Ibu
Latipah atas segala dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada henti

iv

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


dicurahkan kepada peneliti, serta adik-adikku Harnum Fatmaya dan Hasna
Nabilah dan juga seluruh keluarga besar.
11. Seluruh pegawai BP2T Kota Tangerang Selatan, Bapak Asep (Kepala
Seksi Pengembangan TIK), Bapak Nurhasan, para pegawai di bidang
Pengembangan TIK dan sistem pelaporan yaitu Mas Agianto, Mas
Abdilah, Mas Aulia, Mas Yusuf dan Mas Ibnu, Bapak Ari Ridwan (Staf
bidang wasdal), Bapak Sapto Pratolo dan Bapak Herman Susilo atas
kesediaan waktu dan data yang diberikan dam juga Bapak Prof. Zainal
Hasibuan selaku dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
12. Teruntuk Yanuar Permadi, yang selalu ada di saat-saat tersulit dan telah
memberikan motivasi, dukungan, serta bantuan yang sangat berarti dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat Genggo tersayang Rida, Isti, Oka, Olly, Dini, Widya,
Selly, Dinda, Klara, Herischa dan Achilles yang selalu saling menguatkan
dalam proses pengerjaan skripsi dan telah mewarnai selama masa
perkuliahan serta teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara
Reguler 2011.
14. Sahabat-sahabat terbaik Nurul, Depede, Ditta, Diandra, Woro, Risya,
Yudho, Opal, Dewa, Mamat dan Bali.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam


penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Depok, Juli 2015

Penulis

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


vi

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


ABSTRAK

Nama : Farah Hardinati Ningrum


Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Implementasi Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu
(SIMYANDU) Terintegrasi Di Badan Pelayanan Terpadu
(BP2T) Kota Tangerang Selatan

Skripsi ini membahas mengenai implementasi sistem informasi manajemen


pelayanan terpadu (SIMYANDU) terintegrasi di Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan, sebagai salah satu upaya pemanfaatan
teknologi informasi dalam meningkatkan penyelenggaraan layanan perizinan.
Namun dalam implementasinya, sistem ini dianggap masih belum baik yang dapat
dilihat dari terdapat beberapa permasalahan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Post Positivist yang didasarkan pada teori
Implementasi Sistem Informasi oleh James Wetherbe (1989, dalam Whitten dkk)
dengan desain deskriptif dan teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu melalui
wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan
Simyandu terintegrasi ini masih ditemui beberapa kendala dari sisi efisiensi output
yang tidak paperless, masih maraknya pratik calo, adanya ketidaksinkronan dalam
proses mutasi berkas serta kurangnya sosialisasi layanan SMS Centre dan Website
kepada masyarakat yang termasuk ke dalam Aplikasi Simyandu untuk mengecek
status perizinan.

Kata Kunci: Implementasi, Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu.


Pelayanan Perizinan

vii Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


ABSTRACT

Name : Farah Hardinati Ningrum


Study Program : Public Administration
Judul : Implementation of Integrated Sistem Informasi Manajemen
Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) at Badan Pelayanan Terpadu
(BP2T) of South Tangerang City.

This thesis discusses about Implementation of Application Integrated Sistem


Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) at Badan Pelayanan
Terpadu (BP2T) of South Tangerang. The Application is one of the effort to use
Information Technology (IT) in order to increase the services. However, the
application of this system is not good enough, considering the number of problem
that came up in the process. This research used the Post-Positivist approach,
which based on James Wetherbe (1989 in Jeffrey Whiten, 2001) theory of
information system implementation, with descriptive designed text and qualitative
method through in-depth interview. The result shows that the application of
integrated Simyandu still facing several problems, such as output efficiency,
numerous case of calo, the in-synchronizes data digitalization, and also lack of
publication of Sms Centre and Web service available in Simyandu Application.

Keywords: Implementation, Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu,


License Services

viii Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Pokok Permasalahan ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.4 Signifikansi Penelitian .............................................................................. 9
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................... 11
2.2 Kerangka Teori ...................................................................................... 19
2.2.1 Electronic Government .................................................................... 19
2.2.2 Sistem Informasi Manajemen ........................................................... 23
2.2.3 Implementasi Sistem ....................................................................... 27
2.3 Operasionalisasi Konsep ........................................................................ 36

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................ 39
3.2 Jenis Penelitian ....................................................................................... 40
3.2.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian ............................. 40
3.2.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian ........................... 40
3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu ................................ 40
3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data ................ 41
3.3 Teknik Analisis Data ............................................................................. 42
3.4 Narasumber Penelitian............................................................................ 43
3.5 Site Penelitian ........................................................................................ 45
3.6 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 45

BAB 4 GAMBARAN UMUM


4.1 Sejarah BP2T Kota Tangerang Selatan .................................................. 46
4.2 Visi dan Misi BP2T Kota Tangerang Selatan ......................................... 47
4.3 Struktur Organisasi BP2T Kota Tangerang Selatan ................................ 47
4.4 Jenis Perijinan ....................................................................................... 50
4.5 Jenis Sistem Berbasis Teknologi Informasi yang Dikembangkan ............ 50

ix Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


4.6 Sistem Informasi Manajamenen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU)
Terintegrasi ........................................................................................... 52

BAB 5 ANALISIS IMPLEMENTASI (SIMYANDU) TERINTEGRASI DI


BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA
TANGERANG SELATAN
5.1 Implementasi Simyandu Terintegrasi di BP2T Kota Tangerang Selatan . 59
5.1.1 Performance Analysis ................................................................... 59
5.1.2 Information and Data Analysis....................................................... 70
5.1.2.1 Analisis Terhadap Output ....................................................... 70
5.1.2.1.1 Pengecekan Terhadap Kelengkapan Data ........................ 70
5.1.2.1.2 Shared Output No Longer Needed .................................... 73
5.1.2.1.3 Automatic System Data Entry ......................................... 75
5.1.2.2 Analisis Terhadap Input ........................................................ 77
5.1.2.3 Analisis Terhadap Stored Data .............................................. 79
5.1.3 Economic Analysis ........................................................................ 82
5.1.4 Control and Security Analysis......................................................... 85
5.1.5 Efficiency Analysis......................................................................... 91
5.1.5.1 Efisiensi Tenaga Kerja .......................................................... 92
5.1.5.2 Efisiensi Waktu ..................................................................... 93
5.1.6 Services Analysis............................................................................ 96
5.1.6.1 Reliability of the System ....................................................... 97
5.1.6.2 Ease of Use ........................................................................... 99
5.1.6.4 Flexibility ........................................................................... 101
5.1.6.5 Coordination ....................................................................... 105
5.1.7 Personnel Specification ................................................................. 107
5.1.8 Procedure Specification ................................................................ 110
5.2 Kendala yang Dihadapi dalam Implementasi Simyandu Terintegrasi ..... 113
5.3 Ringkasan Analisis Implementasi Simyandu Terintegrasi ..................... 117

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN


6.1 Simpulan ............................................................................................. 120
6.2 Saran .................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 122

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

x Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Antar Penelitian dalam Tinjauan Pustaka ..................... 16


Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep ..................................................................... 37
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Perizinan yang dikelola BP2T .......................................... 50
Tabel 4.2 Daftar Pegawai Beserta Jobdesk di Bidang Pengmbangan TIK .......... 58
Tabel 5.1 Jumlah Perizinan di BP2T Tangsel tahun 2014 per bulan .................... 62
Tabel 5.2 Matriks Analisis Implementasi Simyandu Terintegrasi ..................... 118

xi Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Tren Jumlah Perizinan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 ............... 4

xii Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BP2T Tangerang Selatan ................................ 47


Gambar 4.2 Skema Proses Perizinan ................................................................. 53
Gambar 4.3 Tampilan Login Aplikasi Simyandu ............................................... 55
Gambar 4.4 Halaman Utama Menu Aplikasi ..................................................... 56
Gambar 5.1 Tampilan Menu Isian Data Pemohon Modul Front Office .............. 63
Gambar 5.2 Tampilan Data Entri Isian Lokasi Izin ........................................... 64
Gambar 5.3 Tampilan Daftar Permohonan Izin ................................................ 65
Gambar 5.4 Tampilan Entri Tinjauan Lapangan ................................................ 68
Gambar 5.5 Input BAP Tinjauan Lapangan ...................................................... 68
Gambar 5.6 Tampilan Menu Cek Informasi pada Website BP2T ...................... 81
Gambar 5.7 Tampilan Daftar Pengguna ............................................................ 86
Gambar 5.8 Tampilan Form Edit Nama dan Password ..................................... 86
Gambar 5.9 Tampilan Edit Peran Pengguna ...................................................... 87
Gambar 5.10 Tampilan Website BP2T Tangerang Selatan .............................. 114

xiii Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam


Lampiran 2 Transkrip Wawancara Mendalam

xiv Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan gambaran umum penelitian yang terdiri
dari latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, signifikansi
penelitian serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah


Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik salah satunya tercermin
pada kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Pemberian
layanan yang baik kepada masyarakat akan memberi nilai positif dalam
menciptakan dukungan terhadap kinerja pemerintah. Apabila aparat pemerintah
melalui bentuk-bentuk pelayanannya mampu menciptakan suasana yang kondusif
dengan masyarakat, maka kondisi semacam itu dapat dikategorikan sebagai
keadaan yang mengarah pada terselenggaranya asas-asas good governance
(Masthuri et al, 2002 dalam Sitoresmi, 2013:1). Pelayanan pemerintah dalam
kerangka utama pelayanan publik merupakan suatu kegiatan perwujudan dari
salah satu fungsi pemerintah yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat
(Hardiyansyah, 2011:94). Kegiatan tersebut diwujudkan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat atas pengadaan barang dan jasa yang
diperlukan masyarakat dan akan sangat menentukan kelangsungan sistem
pemerintahan (Harsono, 2009:1).
Di Indonesia, sudah menjadi rahasia umum bahwa pelayanan publik yang
diberikan baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah masih belum maksimal
dan dapat dikatakan masih jauh dari harapan. Fenomena birokrasi yang berbelit-
belit dan korupsi masih terjadi pada banyak pelayanan yang diselenggarakan
birokrasi pemerintah. Menurut hasil survei yang dilakukan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) pada tahun 2012, Indeks Integritas Nasional (IIN) pelayanan
publik di Indonesia baru mencapai nilai 6,37 dari skala 10, dengan perincian nilai
rata-rata di tingkat pusat sebesar 6,86 nilai rata-rata integritas sektor publik di
tingkat instansi vertikal sebesar 6,34, dan nilai rata-rata integritas di tingkat
daerah 6,32. Bila dibandingkan, nilai integritas daerah relatif lebih rendah
dibanding nilai integritas instansi di tingkat pusat maupun instansi vertikal

1 Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


2

(kpk.go.id, 2012). Pelayanan publik yang buruk ini lantas ikut menyuburkan
praktik calo dan pungutan liar. Inilah yang kelak juga memunculkan iklim
investasi di daerah kurang kompetitif karena kerap kali memunculkan ekonomi
biaya tinggi, yang ujung-ujungnya masyarakat dan dunia usaha banyak dirugikan.
(Siswadi, 2012:162)
Realitas tersebut menunjukkan bahwa layanan publik sebagai bagian yang
sangat penting dari peran Negara dalam tatanan demokrasi belum dapat
dioptimalkan. Padahal layanan publik menjadi indikator utama sejauh mana suatu
pemerintahan telah menjalankan mandat yang diberikan rakyat kepada
penyelenggara Negara (Hardiyansyah, 2011:87). Pada dasarnya, pelayanan publik
mencakup tiga aspek, yaitu pelayanan barang, jasa dan administratif. Wujud
pelayanan administratif adalah layanan berbagai perizinan, baik yang bersifat
perizinan maupun non perizinan. Perizinan merupakan salah satu aspek penting
dalam pelayanan publik, demikian juga dengan perizinan yang terkait dengan
kegiatan usaha. Pelaksanaan otonomi daerah dalam hal ini telah memberikan
ruang yang cukup besar bagi daerah untuk mengatur dan mengurus pelayanan
publiknya, termasuk dalam hal perizinan (Reski, 2012:2). Kemudahan layanan
perizinan di lingkup pemerintah daerah menjadi suatu hal yang mutlak. Hal ini
dikarenakan pelayanan perizinan penting dalam upaya meningkatkan iklim usaha
dan mendorong investasi swasta baik domestik maupun asing, yang pada
gilirannya dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
daerah (Aprilia, 2012).
Terselenggaranya pelayanan perizinan yang baik tentunya akan menjadi
driving force bagi kemajuan ekonomi daerah. Momentum otonomi daerah juga
harus dimanfaatkan sebaik mungkin dalam rangka mereformasi lembaga di
tingkat daerah untuk menciptakan layanan perizinan yang berkualitas (Mustafa,
2012:42). Tentunya dengan semakin baiknya layanan perizinan yang diciptakan,
maka akan berimplikasi pada kemajuan ekonomi sebagai hasil dari daya saing dan
investasi yang semakin tinggi. Di kota-kota besar khususnya, urgensi
penyelenggaraan layanan perizinan yang berkualitas semakin dibutuhkan, seperti
halnya di DKI Jakarta serta daerah penyangga Ibukota seperti Kota Depok, Bogor,
Tangerang, Tangerang Selatan dan Bekasi.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


3

Dalam hal ini, Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu daerah
otonom yang sejak resmi dimekarkan dari Kabupaten Tangerang pada 2008 lalu,
telah mengalami perkembangan pesat. Perkembangan terjadi hampir di semua
sektor, terutama perekonomian yang ditunjang oleh sektor permukiman,
komersial, perhotelan, jasa, perdagangan dan industri. Pesatnya perkembangan
ekonomi ini tentunya tidak terlepas dari minat investor yang tertarik menanamkan
modalnya. Tingginya minat investor disebabkan potensi yang dimiliki Kota
Tangerang Selatan, juga didukung dari segi pembangunan transportasi yang
dilintasi oleh ruas Tol Ulujami-Serpong sepanjang 12,5 kilometer yang
menghubungkan beberapa kawasan di kota ini, sehingga membuat mobilitas
masyarakat semakin mudah. Potensi ini yang sudah dan akan dimanfaatkan oleh
beberapa investor melalui pengembangan-pengembangan yang dilakukan dalam
skala besar (properti.kompas.com, 2013).
Adapun kemajuan ekonomi yang ditunjukan dengan tingginya laju
pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011 yang
mencapai 8,5 persen diatas target nasional yang hanya 6,4 persen, dan kemudian
meningkat menjadi 8,7 persen pada tahun 2012. Sementara laju pertumbuhan
ekonomi (LPE) pada tahun 2012 di beberapa kota besar sekitar Ibukota DKI
Jakarta, seperti halnya Kota Bogor yaitu sekitar 6,15 persen, Kota Bekasi 7,08
persen, Kota Depok 7,0 persen, Kota Tangerang 7,32 persen dan DKI Jakarta
yang hanya mencapai 6,32 persen. Tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang
bahkan melampaui target nasional ini, juga menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi di Kota Tangerang Selatan dibandingkan dengan di kota-kota lainnya
dapat dikatakan lebih unggul.
Laju pertumbuhan ekonomi ini dikatakan oleh Eutik Suarta, Pejabat
Walikota Tangerang Selatan, diperkirakan akan mengalami lonjakan jika
didukung berbagai aspek tatanan yang dapat memancing para investor untuk
mengelola usahanya, yakni dengan meningkatkan pelayanan terutama yang
menyangkut perizinan bagi pelaku usaha. Karena bagaimanapun, kehadiran para
investor dan pelaku usaha telah memberikan dampak positif bagi kemajuan
ekonomi Tangerang Selatan, sehingga pemerintah daerah harus menciptakan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


4

layanan perizinan yang mengutamakan kemudahan bagi para investor dan


masyarakat (banten.antaranews.com, 2011).
Pelayanan perizinan di Kota Tangerang Selatan penting dalam menunjang
kelancaran kegiatan para pelaku usaha dan investor. Kesadaran para investor
untuk mengurus izin juga perlu ditumbuhkan dan didukung dengan sistem
perizinan yang menawarkan kemudahan baik dari segi waktu dan biaya.
Meskipun demikian, jumlah perizinan yang masuk ke Tangsel setiap bulannya
sudah cukup banyak, yang membuktikan bahwa pelaku usaha dan masyarakat
sudah cukup memiliki kesadaran mengurus izin. Hal ini ditunjukkan dalam data
tren jumlah perizinan dari semua jenis izin di Kota Tangerang Selatan pada tahun
2014 yang dihimpun dari BP2T Kota Tangerang Selatan:

Jumlah Perizinan Tahun 2014


2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

Grafik 1.1 Tren Jumlah Perizinan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan, 2014 (telah diolah kembali)

Berbicara pelayanan perizinan di Kota Tangerang Selatan, tidak terlepas


dari peran Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan.
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan telah diberi
kewenangan untuk melaksanakan pelayanan administrasi perizinan sesuai dengan
Peraturan Walikota Nomor 23 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata
Kerja yang memiliki tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengarahkan,
mengawasi serta mengendalikan kegiatan di bidang perizinan sesuai kebijakan
pemerintah daerah. Adapun masalah-masalah terkait lemahnya kebijakan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


5

perizinan telah menjadi persoalan pelik bagi pelaku usaha di seluruh Indonesia,
sehingga membuat mereka lebih memilih tetap tidak berizin bahkan mengurus
izin dengan biaya tinggi (asiafoundation.org, 2014).
Salah satu upaya yang dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan
tersebut adalah dengan pemanfaatan sistem informasi sebagai langkah kebijakan
yang ditempuh dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik (Bappenas,
2010:6). Hal ini sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang
menyebabkan kemajuan teknologi informasi merupakan solusi dalam memenuhi
aspek transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat. Keterpaduan sistem
penyelenggaraan pemerintahan melalui jaringan informasi online perlu terus
dikembangkan terutama dalam penyelenggaraan pelayanan sehingga
memungkinkan tersedianya data dan informasi pada instansi Pemerintah
(Surjadi,2009:8). Untuk itu, dibutuhkan pemanfaatan teknologi dalam upaya
mengelola informasi sehingga dibentuk sistem informasi manajemen dalam
organisasi publik, khususnya dalam melaksanakan tugas pemerintah sebagai
penyedia layanan perizinan.
Sehubungan dengan itu, Kepala BP2T Kota Tangerang Selatan, Dadang
Sofyan mengatakan telah menggunakan metode teknologi informasi dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan. Teknologi modern berbasis internet yang bisa
diakses melalui telepon pintar (smartphone) ini semakin memudahkan masyarakat
mendapatkan informasi perizinan. Teknologi ini diterapkan sesuai slogan yang
dicetuskan oleh BP2T Kota Tangerang Selatan yakni ‘Tidak Mempermudah dan
Tidak Mempersulit Perizinan’. Melalui pemanfaatan sistem informasi ini, BP2T
Kota Tangerang Selatan telah memiliki delapan sistem teknologi terbaru yang
dikembangkan yang terdiri dari Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu
(SIMYANDU), Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu Satu Atap (Sim
PTSA), Digital Arsip, Dashboard Sistem, Web Portal, Sistem Informasi Surat
Masuk dan Keluar (Sisumaker), Sistem Pengawasan dan Pengendalian
(Siswaspada) dan SMS Gateway (Kabar6.com, 2014).
Salah satu teknologi yang dikembangkan dalam rangka menciptakan
pelayanan perizinan yang efektif dan efisien adalah Sistem Informasi Manajemen
Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) Terintegrasi. Sistem informasi manajemen

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


6

dalam menunjang pemberian layanan publik di bidang perizinan ini secara umum
telah dikembangkan di sejumlah daerah dengan nama yang berbeda-beda. Sistem
informasi berbasis komputer dalam pelayanan perizinan ini dinilai lebih unggul
dibandingkan dengan sistem informasi dalam penyelenggaraan pelayanan di
daerah lain. Hal ini karena SIMYANDU merupakan salah satu program terpilih
dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia sebagai apresiasi terhadap
pelaksanaan Gerakan One Agency One Innovation melalui pelaksanaan Kompetisi
Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2014 yang bekerja sama dengan Kementerian
PAN dan Reformasi Birokrasi, Yayasan Rajawali serta Transformasi (Center for
Public Policy Transformation) (rajawalifoundation.org, 2014).
SIMYANDU terintegrasi yang mulai dikembangkan sejak tahun 2013 ini
merupakan salah satu sistem yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
beberapa sistem menjadi satu kesatuan dalam rangka melayani masyarakat dalam
satu tempat sebagai dasar penerapan Pelayanan Terpadu di BP2T Kota Tangerang
Selatan. Melalui sistem ini, dapat memungkinkan untuk berbagi data antara BP2T
dan Dinas Teknis penerbit rekomendasi, sehingga dengan adanya sistem ini
perizinan dapat diproses dengan lebih cepat (rajawalifoundation.org, 2014).
Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) Terintegrasi ini
merupakan sebuah inovasi pelayanan yang memanfaatkan program komputerisasi
sebagai alat bantu dalam proses perizinan yang meliputi proses pendaftaran,
pendataan, entri data, pemeriksaan lapangan, verifikasi, penetapan, pencetakan
SK hingga pada penyerahan secara terintegrasi.
Alur pelaksanaan dalam sistem ini utamanya adalah dapat memberikan
informasi kepada masyarakat pemohon izin tentang tahap-tahap perizinan. Jadi
melalui sistem ini, pemohon dapat langsung mendapat SMS yang dikirim melalui
sistem tentang posisi berkas permohonannya. Selain itu, sistem ini juga berfungsi
sebagai laporan perizinan secara langsung kepada pimpinan manakala terdapat
petugas pendaftaran melakukan input data pemohon izin, maka pimpinan dapat
langsung mendapatkan informasi tersebut (inovasi.lan.go.id, tanpa tahun). Dalam
sistem ini, pimpinan akan mendapat informasi berapa lama waktu yang
dibutuhkan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya sehingga dengan sistem
tersebut pimpinan dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja pegawai dan apakah

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


7

proses perizinan yang berjalan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku. Tidak hanya itu, sistem ini juga akan mengirim secara
langsung kepada pemohon berapa retribusi yang harus dibayar dan dengan sistem
ini juga pemohon akan mendapat informasi kapan berkas perizinan selesai dan
dapat diambil oleh masyarakat pemohon izin. (rajawalifoundation.org, 2014)
Adapun fitur yang terdapat dalam Sistem Informasi Manajemen Pelayanan
Terpadu (SIMYANDU) terintegrasi ini diantaranya adalah perizinan tunggal atau
paralel, perizinan dengan survey, perizinan tanpa survey, perizinan berbayar
(dengan retribusi), dan perizinan gratis (tanpa retribusi). Syarat berkas yang
diterima saat pemohon ingin mendaftar adalah berkas yang memenuhi
persyaratan. Sistem ini diterapkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan melalui proses perizinan yang lebih cepat, akurat, transparan
serta memberikan kepastian baik dari segi biaya dan waktu. Pelayanan perizinan
yang mudah dan cepat tentunya tidak hanya dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah sebagai pemberi layanan, tetapi juga dapat
meningkatkan iklim investasi yang kondusif di tingkat pemerintah daerah.
Dalam pelaksanaannya, sistem informasi manajemen pelayanan terpadu
(SIMYANDU) terintegrasi ini juga perlu didukung oleh beberapa aspek seperti
sumber daya yang memadai, sistem keamanan dan media penyimpanan yang baik,
kemudahan dan fleksibilitas sistem serta koordinasi yang dilakukan agar sistem
ini dapat mencapai tujuan utama yakni memberikan kemudahan dalam pelayanan
perizinan. Namun dalam pelaksanaannya, SIMYANDU terintegrasi ini
menghadapi beberapa kendala. Sistem informasi yang dikelola secara
terkomputerisasi ini nyatanya masih menimbulkan keluhan dari pengguna layanan
yang akan mengurus perizinan di BP2T Kota Tangerang Selatan. Keluhan
dikemukakan oleh salah seorang warga yang mengatakan pola kerja PNS di Kota
Tangerang Selatan khususnya BP2T dinilai lambat dalam menjalankan tugas
(klikbangsa.com, 2014). Buruknya perilaku pegawai menjadi faktor terkendalanya
tujuan dari penerapan SIMYANDU dalam hal perwujudan pelayanan, yakni
masih maraknya praktik calo yang terdapat di BP2T, seperti yang dikemukakan
salah satu pegawai berikut:
“Banyak.. jujur nih, banyakan iya, jadi dari orang-orang BP2T ya ikut
ngebantu pemohon atau masyarakat.. ya ga bisa dipungkiri ya,

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


8

masyarakat butuh minta tolong ya kita ikut ngebantu, jadilah kaya gitu..”
(wawancara dengan pegawai X, 28 Mei 2015)

Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan SIMYANDU sebagai


pendukung pelayanan terpadu dalam mengurus perizinan ini tidak menjamin
permohonan perizinan dilakukan tepat waktu dan dengan biaya murah, melainkan
harus melalui prosedur yang berbelit serta banyaknya pintu yang harus disinggahi
yang pada akhirnya berkas akan ditahan atau sulit diurus. Kemudian, kendala
lainnya yang dihadapi dalam penerapan SIMYANDU terintegrasi ini adalah tidak
menimbulkan efisiensi dalam hal output, dalam artian berkas permohonan dalam
bentuk hardcopy masih diperlukan untuk pengarsipan. Hal ini dikarenakan
SIMYANDU terintegrasi belum mendukung adanya digitalisasi berkas ke dalam
sistem. Selain itu, kendala lain yang dihadapi terletak pada segi sumber daya
manusia, yang mana ketika awal diterapkan kerap menimbulkan resistensi.
Sumber daya manusia ini penting dalam penerapan sistem, karena SDM memiliki
peran penting dalam memastikan validitas dan akurasi data yang dihasilkan oleh
SIMYANDU terintegrasi. Atas dasar pemaparan masalah dan pentingnya
pemanfaatan SIMYANDU dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan terpadu
di BP2T Kota Tangerang Selatan, maka implementasi sistem ini menarik untuk
diteliti lebih lanjut.

1.2 Pokok Permasalahan


Sebagai salah satu inovasi dalam penyelenggaraan layanan publik
khususnya layanan perizinan, penerapan sistem informasi manajemen yang
terkomputerisasi penting sebagai upaya menciptakan suatu proses perizinan yang
cepat, akurat, transparan dan memberikan kepastian baik waktu maupun biaya
kepada masyarakat sebagai pengguna layanan. Sistem informasi manajemen
terpadu (SIMYANDU) yang telah diterapkan sejak awal tahun 2013 oleh Badan
Pelayanan Perizinan (BP2T) Kota Tangerang Selatan telah banyak memberi
manfaat diantaranya yang utama adalah mempermudah alur mutasi pemrosesan
berkas antar bidang perizinan, mempermudah pengguna layanan dalam memantau
status dan posisi izin yang diajukan, serta mempermudah sistem pelaporan
internal organisasi dan evaluasi kinerja bawahan oleh para pimpinan BP2T Kota
Tangerang Selatan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


9

Namun dibalik manfaat dan kemudahan yang diperoleh, dalam


pelaksanannya SIMYANDU terintegrasi di BP2T Kota Tangerang Selatan ini
menemui beberapa permasalahan diantaranya meliputi belum masih maraknya
praktik calo yang mengakibatkan tujuan dari pemanfaatan teknologi informasi
sebagai upaya menciptakan layanan perizinan yang efektif dan efisien menjadi
terhambat. Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah dijabarkan,
maka pertanyaan penelitian yang dapat ditarik adalah:

 Bagaimana Implementasi Sistem Informasi Pelayanan Terpadu


(SIMYANDU) Terintegrasi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BP2T) Kota Tangerang Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis implementasi atau pelaksanaan dari Sistem Informasi
Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) Terintegrasi di Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Tangerang Selatan.

1.4 Signifikansi Penelitian


Signifikansi penelitian yang diharapkan dapat tercapai, diantaranya:
1. Signifikansi Praktis: Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu
evaluasi dan masukan positif dalam pelayanan perizinan bagi Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tangerang Selatan, Pemerintah Kota
Tangerang Selatan serta masyarakat sebagai penerima layanan terhadap
implementasi Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu serta faktor-
faktor terkait dalam pelaksaannya agar kedepannya sistem ini dapat menjadi
lebih baik.
2. Signifikansi Akademis: Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi,
menjadi salah satu literatur bagi penelitian selanjutnya serta turut
memperkaya kajian dalam Ilmu Administrasi Negara

1.5 Sistematika Penelitian

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


10

Untuk mempermudah penulisan serta pemahaman pembaca, maka


sistematika penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bagian pembahasan
dengan sistematika penyajian sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang pengambilan tema penelitian,
pokok permasalahan yang menjadi pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,
signifikansi penelitian baik bagi praktis maupun bagi kalangan akademis, serta
sistematika penulisan penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka terhadap penelitian yang dilakukan
terdahulu dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori tersebut
diperoleh dari sejumlah literatur yang relevan dengan penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjabaran mengenai metode penelitian yang terdiri dari
pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, site penelitian, narasumber serta keterbatasan penelitian
BAB 4 GAMBARAN UMUM
Bab ini memaparkan mengenai Kota Tangerang Selatan, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan sebagai subjek penelitian dan
Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) Terintegrasi.
BAB 5 ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PELAYANAN TERPADU (SIMYANDU) TERINEGRASI OLEH BADAN
PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA TANGERANG
SELATAN
Bab ini menguraikan tentang deskripsi topik serta analisis penulis terhadap
bagaimana implementasi dari Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu
(SIMYANDU) Terintegrasi oleh BP2T Kota Tangerang Selatan dalam upaya
penyelenggaraan pelayanan perizinan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
BAB 6 PENUTUP
Bab ini berisi mengenai simpulan dari seluruh pembahasan yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, serta rekomendasi sehubungan dengan pembahasan
yang telah dilakukan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab 2 ini menjelaskan mengenai literatur ilmiah yang dijadikan tinjauan pustaka
dan teori yang terkait dengan “Implementasi Sistem Informasi Manajemen
Pelayanan Terpadu (SIMYANDU) Terintegrasi di Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan”

1.1 Tinjauan Pustaka


Dalam melaksanakan penelitian ini, dilakukan peninjauan terhadap
beberapa karya ilmiah terdahulu berupa skripsi dan tesis yang berhubungan
dengan tema penelitian. Dalam hal ini, digunakan tiga hasil penelitian terdahulu
yang dapat dijadikan pembanding dalam penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian pertama yang dijadikan tinjauan pustaka diperoleh dari skripsi berjudul
“Penerapan Sistem Informasi Manajemen Investasi Terpadu (SIMIT) di
Badan Koordinasi Penanaman Modal” oleh Achmad Muslihan pada tahun
2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana sistem
informasi manajemen investasi terpadu diterapkan di Badan Koordinasi
Penanaman Modal dan juga untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam
rangka penerapan sistem informasi manajemen investasi terpadu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif guna mendapatkan wawasan dan pengertian yang lebih mendalam
mengenai penerapan sistem informasi manajemen investasi terpadu di Badan
Koordinasi Penanaman modal. Kemudian, jenis penelitian berdasarkan tujuan
penelitian, termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yakni dalam memperoleh data primer, dilakukan melalui
wawancara mendalam dengan informan penelitian dengan menggunakan pedoman
wawancara terstruktur, sedangkan dalam memperoleh data sekunder, peneliti
melakukan studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian Achmad Muslihan ini diperoleh beberapa fakta antara
lain: 1) Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam mengembangkan Sistem
Informasi Manajemen Investasi Terpadu (SIMIT) terdiri dari beberapa user yakni
para investor, calon investor dan masyarakat umum. 2) SIMIT terkait dengan tiga

11 Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


12

hal yakni Aplikasi, Teknologi Informasi, dan Sumber Daya Manusia yang saling
terkait dan mempengaruhi penerapan SIMIT di BKPM. 3) Kendala yang dihadapi
meliputi tiga aspek tersebut, kendala pada aplikasi terjadi akibat nilai konversi
Dollar ke Rupiah yang selalu berbeda serta bahasa pengantar dalam website
promosi yang tidak ada terjemahannya, kemudian kendala pada Teknologi
Informasi terjadi akibat koneksi internet yang terkadang terhambat serta
keterbatasan anggaran, sedangkan kendala pada SDM terjadi akibat kualitas
beberapa karyawan yang masih rendah dan kuantitas pengelola yang terbatas.
Penelitian yang dilakukan Achmad memiliki beberapa persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti, yakni mengambil objek penelitian mengenai
penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam penyelenggaraan
pelayanan. Namun, terdapat perbedaan dalam fokus dan site penelitian, yakni
penelitian Achmad mengambil fokus terhadap penerapan SIM dalam penanaman
modal dan investasi di Badan Koordinasi Penanaman Modal, sedangkan peneliti
mengambil fokus terhadap penerapan SIM dalam penyelenggaraan pelayanan
terpadu di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tangerang Selatan.
Penelitian kedua yaitu penelitian yang diperoleh dari Skripsi Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Indonesia yang berjudul Operasionalisasi
Aplikasi Komunikasi dan Manajemen Data Nasional (KOMANDAN) Sistem
Informasi Keuangan Daerah Oleh Subdirektorat Data Keuangan Daerah
Kementerian Keuangan yang ditulis oleh Firmanda Aritonang pada tahun
2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan operasionalisasi sistem
Aplikasi Komunikasi dan Manajemen Data Nasional (KOMANDAN) Sistem
Informasi Keuangan Daerah Oleh Subdirektorat Data Keuangan Daerah
Kementerian Keuangan, sehingga diharapkan akan diketahui apakah implementasi
tersebut dapat mencapai tujuan dari aplikasi yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivis karena penelitian ini
menggunakan teori dalam proses analisis datanya agar hasil temuan analisis data
dapat lebih terstruktur. Adapun teori utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori implementasi sistem informasi yang dikemukakan oleh Whitten,
Bentley and Dittman (2002). Jenis penelitian berdasarkan tujuan penelitian
termasuk ke dalam penelitian deskriptif, berdasarkan dimensi waktu termasuk ke

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


13

dalam penelitian cross-sectional, sedangkan berdasarkan manfaat penelitian


adalah penelitian murni.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan memperoleh data
primer melalui wawancara mendalam terhadap beberapa informan seperti Kepala
Seksi Data Keuangan Daerah III, tiga belas pemerintah daerah dari berbagai
provinsi, kabupaten dan kota serta pihak akademisi. Sedangkan data sekinder
diperoleh melalui studi literatur dengan melakukan studi terhadap bahan-bahan
kepustakaan seperti buku, koran, internet dan dokumen-dokumen yang terkait
dengan topik penelitian. Setelah semua data terkumpul, peneliti kemudian
melakukan analisis data dengan metode analisis data kualitatif, yakni menganalisa
data secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Data kemudian di
interpretasi dan dilakukan proses reduksi untuk selanjutnya dilakukan coding
untuk memudahkan proses identifikasi informasi.
Hasil dari penelitian Firmanda Aritonang ini menunjukkan bahwa
operasionalisasi Sistem Komunikasi dan Manajemen Data Nasional
(KOMANDAN) ini tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan bahwa
antara Kementerian Keuangan sebagai pihak pengelola pusat dari KOMANDAN
dengan Pemerintah Daerah sebagai pengguna terdapat ketidak kompakkan dalam
penerapan sistem informasi yang ada yakni KOMANDAN. Hal lain yang juga
berpengaruh yakni terdapat permasalahan dalam aspek ekonomi dan aspek
efisiensi yang terdapat dalam kerangka teori analisis penelitian ini.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti karena meneliti objek mengenai penerapan atau kondisi operasional dalam
sistem informasi yakni aplikasi yang digunakan dalam menciptakan kemudahan
dalam terselenggaranya kegiatan pemerintah. Namun terdapat sedikit perubahan
dimana dalam penelitian Firmanda, fokus penelitian yang diambil adalah
mengenai penerapan sistem informasi sebagai media penyampaian informasi
keuangan daerah kepada DJPK dalam upaya menciptakan good governance
khususnya transparansi anggaran, sementara peneliti dalam hal ini lebih fokus
kepada bagaimana implementasi sistem informasi manajemen dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan perizinan yang efisien dan efektif pada Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) di Kota Tangerang Selatan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


14

Penelitian ketiga yang dijadikan tinjauan pustaka adalah skripsi berjudul


Implementasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di Badan
Kepegawaian Daerah Surakarta, oleh Agusniar Rizka Luthfia dari Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Sebelas Maret, yang ditulis pada tahun
2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi sistem
informasi manajemen kepegawaian (SIMPEG) dalam menunjang fungsi
manajemen kepegawaian yang ada di Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta
serta untuk mengetahui hambatan yang muncul dalam implementasi SIMPEG di
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Surakarta.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dan jenis penelitian berdasarkan tujuan penelitian, termasuk
dalam jenis penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan, penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan dan memahami bagaimana pelaksanaan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian di BKD Surakarta serta hambatan yang muncul dalam
pelaksanaannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan
melakukan telaah dokumen yang digunakan untuk memperoleh data yang relevan,
serta melalui wawancara mendalam dalam memperoleh data yang lebih dalam dan
dianggap penting melalui panduan wawancara yang terstruktur. Selain itu, peneliti
juga melakukan observasi sebagai upaya untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman. Dalam hal ini
observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi langsung tak berperan, dimana
peneliti sama sekali tidak berperan sebagai pelaku dari objek penelitian dan hanya
bertindak sebagai pengamat saja.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Agustiar ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan sistem informasi manajemen kepegawaian ini telah mengalami
banyak perubahan, baik dari sisi teknologi maupun kualitas data. Pengembangan
dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan yang ada.
Dalam konteks pelaksanaan sistem, dari segi SDM sebenarnya kualifikasi yang
dimiliki oleh pegawai BKD Surakarta cukup baik, namun dalam praktiknya tugas-
tugas yang diberikan belum sesuai dari spesialis sistem informasi, kemudian
dalam hal pelatihan, masih kurang jika dilihat dari kuantitas peserta maupun
penyelenggaraan, serta masih terbatas dalam ranah praktis yakni hanya pada cara

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


15

pemakaian program SIMPEG dan ditujukan untuk pemakaian rutin. Dari sisi
prosedur, belum terdapat prosedur kerja tertulis dan hanya merupakan
kesepakatan antara BKD dengan SKPD mengenai pelaporan perubahan data, dan
ada ketidaksinkronan peraturan. Lalu masih terdapat ketimpangan kondisi
perangkat keras di beberapa bidang, input data yang masih manual serta data
output pegawai yang masih tidak dapat dimunculkan.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yakni sama-sama membahas mengenai implementasi dalam hal sistem
informasi. Namun, terdapat sedikit perbedaan pada jenis sistem informasi yang
menjadi objek penelitian dimana peneliti membahas mengenai sistem informasi
manajemen dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu, sedangkan
penelitian oleh Agustiar membahas mengenai Sistem Informasi Manajemen yang
fokus terhadap sistem manajemen kepegawaian. Adapun perbandingan tinjauan
pustaka yang telah dijabarkan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terangkum dalam tabel sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


16

Tabel 2.1
Perbandingan Antar Penelitian dalam Tinjauan Pustaka
Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3 Penelitian 4
Peneliti Achmad Muslihan Firmanda Aritonang Agustiar Rizka Luthfia Farah Hardinati
Judul Penerapan Sistem Operasionalisasi Aplikasi Implementasi Sistem Implementasi Sistem
Penelitian Informasi Manajemen Komunikasi dan Informasi Manajemen Informasi Manajemen
Investasi Terpadu Manajemen Data Nasional Kepegawaian di Badan Pelayanan Terpadu
(SIMIT) di Badan (KOMANDAN) Sistem Kepegawaian Daerah (SIMYANDU)
Koordinasi Penanaman Informasi Keuangan Surakarta Terintegrasi di Badan
Modal Daerah Oleh Pelayanan Perizinan
Subdirektorat Data Terpadu (BP2T) Kota
Keuangan Daerah Tangerang Selatan
Kementerian Keuangan
Tahun 2007 2013 2009 2015
Tujuan 1.Untuk mendeskripsikan 1.Untuk menjelaskan 1. Untuk mengetahui 1. Untuk menganalisis
Penelitian bagaimana sistem operasionalisasi sistem implementasi sistem bagaimana implementasi
informasi manajemen Aplikasi Komunikasi informasi manajemen atau pelaksanaan dari
investasi terpadu dan Manajemen Data kepegawaian (SIMPEG) Sistem Informasi
diterapkan di Badan Nasional dalam menunjang fungsi Manajemen Pelayanan
Koordinasi Penanaman (KOMANDAN) Sistem manajemen kepegawaian Terpadu (SIMYANDU)
Modal Informasi Keuangan yang ada di Badan Terintegrasi di Badan
2.Untuk mengetahui Daerah Oleh Kepegawaian Daerah Pelayanan Perizinan
kendala yang dihadapi Subdirektorat Data Kota Surakarta Terpadu Kota Tangerang
dalam rangka penerapan Keuangan Daerah 2. Untuk mengetahui Selatan serta faktor-faktor
sistem informasi Kementerian Keuangan, hambatan yang muncul apa saja yang menjadi
manajemen investasi sehingga diharapkan dalam implementasi kendala dalam

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


17

terpadu diketahui apakah SIMPEG di Badan implementasinya.


implementasi tersebut Kepegawaian Daerah
dapat mencapai tujuan Kota Surakarta.
yang telah ditetapkan.
Pendekatan Kualitatif Positivist Kualitatif Post-Positivist
Penelitian

Jenis Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif


Penelitian
Teknik Wawancara Mendalam Wawancara mendalam Wawancara mendalam, Wawancara mendalam dan
Pengumpulan dan Studi Kepustakaan dan Studi Literatur Telaah dokumen dan studi kepustakaan
Data observasi
Hasil 1. Badan Koordinasi 1. Operasionalisasi Sistem 1. Pelaksanaan sistem 1. Implementasi sistem
penelitian Penanaman Modal dalam Komunikasi dan informasi manajemen informasi manajemen
mengembangkan Sistem Manajemen Data kepegawaian ini telah pelayanan terpadu
Informasi Manajemen Nasional mengalami banyak (SIMYANDU)
Investasi Terpadu (KOMANDAN) ini perubahan, dari sisi terintegrasi secara garis
(SIMIT) terdiri dari tidak berjalan dengan teknologi dan kualitas besar belum cukup baik.
beberapa user yakni para baik, karena antara data Hal ini karena dalam
investor, calon investor Kementerian Keuangan 2. Dalam pelaksanaan pemaparan kerangka
dan masyarakat umum. sebagai pihak pengelola sistem, dari segi SDM teori, ditemukan
2. SIMIT terkait dengan pusat dari KOMANDAN kualifikasi pegawai BKD beberapa hambatan yang
tiga hal yakni Aplikasi, dengan Pemerintah Surakarta cukup baik, mempengaruhi
Teknologi Informasi, Daerah sebagai namun tugas-tugas yang penerapan sistem dalam
dan Sumber Daya pengguna terdapat diberikan belum sesuai upaya penyelenggaraan
Manusia yang saling ketidak kompakkan 3. Dalam pelatihan, masih layanan perizinan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


18

terkait dan dalam penerapan sistem. kurang dari segi kuantitas 2. Faktor penghambat yang
mempengaruhi 2.Hal lain yang juga peserta dan perlu dicermati: masih
penerapan SIMIT di berpengaruh yakni penyelenggaraan, serta kurang berjalannya
BKPM. terdapat permasalahan masih terbatas dalam menu website BP2T dan
3.Kendala pada aplikasi dalam aspek ekonomi ranah praktis yakni hanya SMS Centre dalam
terjadi akibat nilai dan aspek efisiensi yang pada cara pemakaian SIMYANDU karena
konversi Dollar ke terdapat dalam kerangka program SIMPEG dan kurangnya sosialisasi
Rupiah yang selalu teori analisis penelitian ditujukan untuk kepada masyarakat
berbeda serta bahasa tersebut. pemakaian rutin sehingga aspek interaksi
pengantar dalam website 4. Belum terdapat prosedur G to C menjadi
promosi yang tidak ada kerja tertulis dan hanya terhambat, terjadi
terjemahannya, kendala merupakan kesepakatan ketidaksinkronan dalam
pada Teknologi antara BKD dengan proses mutasi berkas
Informasi terjadi akibat SKPD mengenai dalam sistem maupun
koneksi internet yang pelaporan perubahan hardcopy, penerapan
terkadang terhambat data, dan ada sistem yang tidak
serta keterbatasan ketidaksinkronan menimbulkan efisiensi
anggaran, sedangkan peraturan, ketimpangan dalam pengurangan
kendala pada SDM kondisi perangkat keras berkas (no paperless)
terjadi akibat kualitas di beberapa bidang, input dan masih maraknya
beberapa karyawan yang data yang masih manual praktik calo di
masih rendah dan serta data output pegawai lingkungan BP2T Kota
kuantitas pengelola yang yang masih tidak dapat Tangerang Selatan.
terbatas dimunculkan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2015

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


19

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Electronic Government


Dalam suatu Negara, salah satu kewajiban pemerintah sebagai penyedia
layanan publik kepada seluruh warga Negara tanpa terkecuali semakin
dibutuhkan. Untuk itu dibutuhkan beberapa upaya dalam rangka memperbaiki
pelayanannya, utamanya dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan
teknologi informasi disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang diharapkan
mampu mengelola data secara efisien dan efektif sehingga mampu menghasilkan
layanan publik yang lebih baik melalui pemanfaatan data. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah mengembangkan pelayanan berbasis
elektronik yang disebut electronic government atau e-government. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah menawarkan solusi dalam
meningkatkan kinerja pelayanan publik yang lebih berbasis good governance.
Karena melalui pemanfaatan e-government, diharapkan dapat menjadi alternatif
bagi reformasi birokrasi menuju pelayanan yang lebih baik. Dalam hal ini, untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai konsep e-government, maka akan dijabarkan
mengenai definisi-definisi yang terkait dengan e-government.
Pada dasarnya pengertian mengenai e-government telah banyak
dikemukakan para praktisi maupun akademisi sehingga definisi yang ada
mengandung penekanan yang berbeda-beda. Menurut World Bank (2001 dalam
Wibawa, 2009:113) E-government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi
informasi oleh instansi pemerintah (seperti Wide Area Network/WAN, Internet,
mobile computing) yang dapat digunakan untuk membangun hubungan dengan
masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah lainnya. Sedangkan definisi lain
dikemukakan pula oleh Samudra Wibawa (2009:113) dalam bukunya yang
mengatakan bahwa e-government merupakan penggunaan teknologi informasi
untuk membuka pemerintah dan informasi pemerintah untuk memungkinkan
dinas-dinas pemerintah untuk berbagi informasi demi kemanfaatan publik yang
memungkinkan tejadinya transaksi secara online dan untuk mendorong
pelaksanaan demokrasi.
Selanjutnya menurut Clay G. Wescott (Indrajit, 2002:4) memberikan
definisinya yang menyatakan bahwa “E-government is the use of information and

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


20

communication technology (ICT) to promote more efficient and cost-effective


government, facilitate more convenient government services, allow greater public
access to information, and make government more accountable to citizens”. Lain
halnya dengan UNDP atau United Nation Development Programme yang
mendefinisikan e-government kedalam suatu konsep yang lebih sederhana yakni
“E-government is the application of Information and Communication Technology
(ICT) by government agency” atau dengan kata lain penggunaan teknologi
informasi oleh agensi pemerintah (Indrajit, 2002:2).
Electronic government (E-gov) adalah salah satu cara untuk menjalankan
fungsi pemerintah dengan memanfaatkan berbagai perangkat TIK, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Ari-Veikko Anttiroiko (2008:43) bahwa “Electronic
government refers to all political-administrative structure and processes of
government in which information and communication technologies (ICTs) are
utilized”. Electronic government merupakan salah satu elemen penting dalam
agenda reformasi sektor publik saat ini, sehingga e-government dapat dikatakan
sebagai salah satu kekuatan transformatif yang dapat mengubah pemerintah atau
sektor publik. Dalam upaya mewujudkannya, organisasi publik diharuskan untuk
merancang ulang struktur dan proses administrasi, serta memperkuat kapasitas
para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam memanfaatkan layanan e-
government. Apabila tranformasi operasi serta hubungan interaktif pemerintah
dengan para pemangku kepentingan tidak dilakukan, maka e-government hanya
akan menjadi suatu aplikasi tambahan atau „add-on‟ dalam pemerintahan
konvensional (Anttiroiko, 2008:43)
Penggunaan e-gov ini setidaknya mampu mengubah pola interaksi antar
masyarakat. Hal ini karena, melalui e-gov telah mengubah pelayanan yang semula
berorientasi pada antrian (in line) di depan meja Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
tergantung pada jam kerja, berubah menjadi layanan online yang dapat mengakses
website pemerintah melalui komputer yang terhubung ke internet, selama 24 jam
sehari, sehingga muncul istilah “Don‟t Stay Inline Get Online” (Holmes, 2000
dalam Wibawa, 2009:124). Richard Heeks (2006:4) mengemukakan bahwa dalam
memahami e-government, juga diperlukan pemahaman mengenai Teknologi
Informasi (IT), dimana IT digunakan untuk memproses data sehingga dapat

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


21

menghasilkan informasi. E-government dapat dikatakan sebagai suatu sistem


apabila terdapat kumpulan elemen yang bekerja dan memiliki tujuan. Jadi, untuk
memahami e-government yang bekerja secara sistem informasi utamanya
membutuhkan teknologi, informasi, serta sekumpulan orang yang memberikan
tujuan dan makna dari sistem dan proses kerja yang dilakukan.
Berdasarkan definisi-definisi yang dijabarkan diatas, maka poin utama dari
definisi e-government yakni merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern)
antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain (stakeholder) yang
berkepentingan dimana melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama
internet) dengan tujuan memperbaiki kualitas pelayanan publik. Tujuan utama
dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan publik dimana pelayanan publik
diharapkan dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif sebagai cerminan
mekanisme kerja pemerintah yang bersih dan transparan Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, pemerintah melakukan banyak pengembangan dalam penerapan e-
government. Tahap-tahap perkembangan pemanfaatan teknologi informasi
melalui e-government dalam organisasi publik dapat berbeda-beda mengikuti
kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Hal tersebut dikemukakan oleh
Wibawa (2009:99) yang mengungkapkan bahwa secara umum, tahap
pengembangan e-government dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Tahap Informatif: Memiliki pengertian bahwa pembukaan situs web oleh


organisasi pemerintah sebatas digunakan sebagai sarana penyampaian informasi
tentang kegiatan pemerintah di luar media elektronik maupun non-elektronik yang
selama ini ada
2. Tahap Interaktif: Mengandung pengertian bahwa penggunaan teknologi
internet memungkinkan kontak antara pemerintah dan masyarakat melalui situs
web dapat dilakukan secara online sehingga mwmungkinkan interaksi yang lebih
intensif dan terbuka
3. Tahap Transaktif: Sedangkan tahap ini merupakan tahap dimana
penggunaan teknologi internet yang memungkinkan transaksi pelayanan publik
meelalui situs web, misalnya kemungkinan melalui website dapat dilakukan
pembayaran pajak, melakukan permintaan formulir, atau transaksi lainnya melalui
internet.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


22

Adapun tahap pengembangan e-government tersebut masing-masing


memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dari instansi pemerintah
yang mengembangkan. Melalui pengembangan e-government tersebut, maka akan
tercipta suatu bentuk ubungan atau relasi antara pemerintah sebagai pihak yang
mengelola dengan para stakeholder atau pemangku kepentingan. Hal tersebut
didukung oleh pemaparan Indrajit (2002) bahwa penggunaan teknologi informasi
ini kemudian akan menghasilkan suatu bentuk interaksi antara pemerintah dengan
pihak-pihak terkait. Dalam hal ini, Indrajit (2002:41) membagi interaksi tersebut
kedalam beberapa bentuk yakni sebagai berikut:
a. Government to Citizens (G2C)
Tipe G2C ini merupakan aplikasi e-government yang paling umum,
dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai kerangka teknologi
informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki huungan interaksi dengan
masyarakat. Jadi, tujuan utama dibangunnya aplikasi e-government tipe G-to-C
adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal
akses yang beragam, supaya masyarakat dapat lebih mudah menjangkau
pemeritahnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.
b. Government to Business (G2B)
Salah satu tugas utama daru sebuah pemerintahan adalah membentuk
sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah Negara
dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya,
entitas bisnis seperti perusahaan swasta membutuhkan banyak data dan informasi
yang dimiiliki pemerintah serta harus berinteraksi dengan berbagai lembaga
Negara berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai entitas yang
berorientasi pada profit. Maka dari itu, diperlukan relasi yang baik antara
pemerintah dengan kalangan bisnis, yang tidak hanya untuk melancarkan pebisnis
dalam menjalankan usahanya, tetapi lebih kepada banyak hal yang dapat
menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi yang baik dan efektif dengan
industri swasta
c. Government to Government (G2G)
Pada era globalisasi ini, muncul adanya kebutuhan bagi negara-negara
untuk saling beerkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari yang

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


23

interaksinya tidak hanya seputar pada hal-hal yang berhubungan dengan diplomasi
saja, namun lebih jauh lagi yakni untuk memperlancar kerjasama antar Negara
dan antar entitas-entitas Negara (masyarakat, industri, perusahaan, dll) dalam
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses
politik, hubungan sosial budaya dan lain sebagainya.
d. Government to Employee (G2E)
Pada akhirnya, aplikasi e-government juga diperuntukkan dalam upaya
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan
pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat
(public servant).

2.2.2 Sistem Informasi Manajemen


Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini, terutama di bidang
komputer dan komunikasi, sangat berpengaruh terhadap kemajuan pekerjaan
dalam organisasi pemerintah, swasta dan kemasyarakatan. Untuk mencapai
tujuannya tiap organisasi memerlukan manajemen yang tepat dan dapat
dilaksanakan sesuai kebutuhan, di mana dalam setiap kegiatan manajemen ini
memerlukan dukungan informasi. Semakin berkembang pesatnya teknologi alat
pengolah data komputer dan teknologi peralatan komunikasi, maka pekerjaan
manajemen dan pelayanan masyarakat yang memerlukan dukungan data dan
informasi juga mengalami kemajuan pesat. Informasi dalam hal ini merupakan
fakta atau kesimpulan yang memiliki konteks makna, dan data kemudian
dimanipulasi melalui tabulasi, analisis statistik dan proses lainnya yang mengarah
pada suatu pemahaman atau informasi (Oz, 2009:9). Melalui perkembangan
teknologi alat pengolah data sampai kepada komputer, maka data dapat diolah
menjadi informasi sesuai keperluan yang dibutuhkan.
Informasi diperlukan bukan hanya oleh individu dan berbagai kelompok
dalam masyarakat, akan tetapi juga oleh semua jenis organisasi, termasuk
organisasi bisnis, sosial, politik, serta birokrasi pemerintahan yang tegasnya,
informasi diperlukan sebagai pendukung proses pengambilan keputusan. Adapun
informasi yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan adalah yang
memenuhi paling sedikit lima persyaratan, yaitu lengkap, mutakhir, akurat, dapat
dipercaya dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri untuk

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


24

digunakan (Siagian, 2005:75). Maka dari itu, pemanfaatan sistem informasi


merupakan hal yang sangat krusial dalam setiap aktivitas suatu organisasi.
Definisi Sistem Informasi Manajemen lahir dari istilah Electronic
Government atau E-Government. Secara umum pengertian E-Government adalah
sistem manajemen informasi dan layanan masyarakat berbasis internet. Layanan
ini diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Dengan memanfaatkan internet,
maka akan muncul sangat banyak pengembangan modus layanan dari pemerintah
kepada masyarakat yang memungkinkan peran aktif masyarakat dimana
diharapkan masyarakat dapat secara mandiri melakukan registrasi perizinan,
memantau proses penyelesaian, melakukan secara langsung untuk setiap perizinan
dan layanan publik lainnya. Semua hal tersebut, dengan bantuan teknologi internet
akan dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja (Abidin dalam Hardiyansyah,
2003:108).
Gagasan sebuah sistem informasi untuk mendukung manajemen dan
pengambilan keputusan telah ada sebelum dipakainya komputer, yang
memperluas kemampuan keorganisasian untuk menerapkan sistem semacam itu.
Perluasan kemampuan tersebut sedemikian menyolok sehingga SIM dianggap
sebagai sesuatu yang baru karena baru kini dapat dipakai (Davis, 1999:7). Sistem
informasi manajemen adalah sebuah sistem informasi yang selain melakukan
pengolahan transaksi yang sangat berguna untuk kepentingan organisasi, juga
banyak memberikan dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi
manajemen dalam pengambilan keputusan. Kemudian secara umum sistem
informasi manajemen dapat dikatakan sebagai sebuah sistem manusia dan mesin
yang terintegrasi dalam menyediakan informasi guna mendukung fungsi operasi
manajemen dan penentuan alternatif tindakan dalam sebuah organisasi sistem
tersebut (Gaol, 2008:15).
Marimin & Prabowo (2006:23) mengemukakan konsep Sistem Informasi
Manajemen merupakan sebuah sistem yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi yang mendukung fungsi operasi, manajemen, dan
pengambilan keputusan dalam organisasi yang menggunakan hardware, software,
prosedur manual, model manajemen dan keputusan. Hal tersebut sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Parker (1989:86 dalam Kumorotomo dan Margono,

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


25

1998:16) bahwa suatu sistem informasi manajemen yang berbasis komputer


(computer-based management information sistem) terdiri dari manusia, perangkat
keras (hardware), perangkat lunak (software), data, dan prosedur-prosedur
organisasi yang saling berinteraksi untuk menyediakan data dan informasi yang
tepat pada waktunya kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar organisasi yang
berkompeten.
Adapun biasanya, permasalahan utama dalam penggunaan sistem
informasi terkait dengan optimalisasi informasi yang diberikan dapat mendukung
setiap unit kerja dan level manajemen yang ada. Permasalahan ini terletak pada
bagaimana mengelola data dan informasi yang tersimpan dalam organisasi secara
efisien dan aman serta menciptakan prosedur cari-ambil (retrieval) yang cepat dan
mudah. Oleh karena itu, penggunaan database yang lengkap serta kemampuan
yang dimiliki oleh database tersebut dalam menampilkan data-data dengan cepat
dan mudah terhadap data-data yang diperlukan perlu diperhatikan pada
perancangan suatu sistem informasi. Selain itu, dalam banyak hal kinerja dan
efisiensi organisasi publik akan ditentukan oleh keandalan manajemen database
yang dilaksanakan dalam organisasi, karena kecenderungan dalam organisasi
modern mengarah ke penggunaan komputer secara intensif, kualitas manajemen
database juga akan tergantung pada keandalan manajerial dalam penanganan
database dengan komputer yang berbeda dengan sistem database manual
(Kumorotomo & Margono, 1998:324)
Terkait dengan pengembangan sistem informasi yang spesifik, sistem
informasi dikategorikan kedalam beberapa kelompok berdasarkan tujuannya,
sebagai berikut (Sutanta, 2003:80) :

1. Untuk efisiensi operasional organisasi: digunakannya Transaction


Processing Sistem (TPS) yaitu SIM mengerjakan pekerjaan rutin secara
lebih cepat dan mudah. Contoh: sistem penggajian, sistem akuntansi, sistem
personalia, dan lainnya
2. Untuk efektivitas operasional organisasi: digunakannya Decission Support
Sistem (DSS) yaitu memberikan informasi-informasi khusus yang tersaring
dan model-model untuk simulasi

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


26

3. Untuk memberikan pelayanan atau service yang lebih baik: digunakannya


SIM yang dapat memberikan kemudahan dalam informasi, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan
4. Untuk meningkatkan kreasi/improvisasi terhadap produk yang dihasilkan:
penggunaan SIM ini dimungkinkan karena SIM akan mengintegrasikan
informasi dalam organisasi sehingga dapat membantu pengembangan usaha
melalui kreasi produk.
5. Untuk meningkatkan usaha organisasi: SIM yang baik akan mampu
meningkatkan pangsa pasar terhadap produk yang dihasilkan.

Sehubungan dengan beberapa tujuan yang telah dikemukakan oleh Sutanta


(2003:80),peran sistem informasi manajemen dalam mendukung tujuan organisasi
khususnya organisasi publik dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
semakin dibutuhkan. Pesatnya perkembangan organisasi publik yang ada saat ini,
jika ditinjau dari segi Administrasi Negara, membuat usaha untuk merumuskan
kerangka kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) pada organisasi publik
merupakan kebutuhan yang mendesak (Sutabri, 2005:54 dalam Harsono 2009:18).
Selain itu, salah satu dorongan utama dalam penerapan sistem komputasi di sektor
publik adalah untuk mengintegrasikan sistem komputer yang ada ke dalam
instansi-instansi sehingga dapat mendukung untuk berbagi data dan informasi
(Bellamy & Taylor, 1996 dalam Salmela & Turunen, 2003:9). Organisasi publik
utamanya harus tanggap terhadap dinamika ekonomi dan sosial masyarakat yang
berubah cepat dimana sektor publik juga dibutuhkan dalam mendorong kegiatan
di sektor swasta melalui sistem layanan umum yang cepat dan efisien. Oleh sebab
itu, upaya untuk mengefisienkan bentuk-bentuk layanan umum yang salah satunya
melalui pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) yang merupakan
prasyarat penting untuk menjawab tantangan di masa depan (Kumorotomo &
Margono, 1998:451).
Sistem informasi manajemen (SIM) merupakan salah satu konsep yang
penting dalam Ilmu Administrasi Negara. Organisasi publik sebagai fokus dalam
ilmu administrasi Negara selalu mengaitkan segala sumber daya dalam upaya
mencapai tujuannya. Salah satu sumber daya yang paling penting afalah
informasi, yang sudah dianggap sebagai darah dalam organisasi. Dalam upaya

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


27

membuat framework SIM, hal utama yang dilihat adalah permasalahan yang
dihadapi dalam penerapan SIM. Adapun komponen-komponen yang terdapat
dalam penerapan sistem informasi dalam organisasi atau manajemen publik
diantaranya: (Sutabri, 2005:114-115)

a. Sistem informal: meliputi sistem diskursus dan interaksi antara individu


dan kelompok kerja organisasi. Karakteristik yang menonjol adalah perlunya
memperhitungkan sifat politik dan budaya dalam organisasi yang termanifestasi
dalam negosiasi. Penilaian yang bersifat subjektif menjadi bagian yang penting
dalam organisasi dan proses ini sangat kompleks khususnya yang menyangkut
analisis kebijakan karena tanpa hal ini organisasi tidak akan berjalan.
b. Sistem formal: meliputi sistem aturan, batasan organisasi, dan batasan
wewenang. Hal ini biasanya diorganisasian secara hirerarkis yang meliputi aturan
organisasi dan metode kerja yang dikaitkan dengan berbagai macam profesi yang
ada di dalam organisasi.
c. Sistem komputer formal: meliputi aktivitas organisasi melalui formalisasi
dan pemrograman. Ssitem komputer merupakan sistem yang berinterasi dengan
faktor manusia (dalam konteks formal) dan dengan aturan kerja. Prinsip yang
diterapkan adalah bebas nilai, tetapi pada prakteknya SIM dan organisasi sangat
diwarnai dengan nilai-nilai dari merea yang mendesain sistem. Efektifitasnya
tergantung pada kecepatan, realibilitas, ketepatan, efisiensi dan prediksi.
d. Sistem komputer informal: dikaitkan dengan penanganan komputer secara
personal dan penggunaan sistem formal serta jaringan komputer sebagai sarana
penyatuan informasi yang tidak terstruktur dan informasi informal.
e. Sistem eksternal, formal dan informal: tidak ada organisasi yang hidup
dalam isolasi dan keterkaitan antara organisasi dengan lingkungan eksternal harus
terjadi.

2.2.3 Implementasi Sistem


Untuk mengetahui gambaran implementasi SIMYANDU, pembahasan
teori akan difokuskan pada teori implementasi sistem. Implementasi merupakan
satu bagian dari proses dalam membuat pola pada sistem dan sebuah komponen
perubahan, dimana implementasi disini mengacu pada desain strategi kelompok

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


28

dan tindakan untuk melihat apakah sebuah sistem telah berhasil dan bermanfaat
bagi organisasi. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Henry C.
Lucas (2000:520) bahwa “Implementation is part of the procsess of designing a
sistem and is component of change. Implementation refers to the design team‟s
strategy and actions for seeing that a sistem is successful and makes a
contribution to the organization”.
Pemaparan tersebut juga didukung oleh Tata Sutabri (2005:289) yang
mengemukakan bahwa implementasi atau penerapan merupakan kegiatan
memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual sehingga
menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Kemudian, lain halnya dengan yang
dikemukakan George M. Scott dalam bukunya Prinsip-Prinsip Sistem Informasi
Manajemen, bahwa penerapan atau implementasi sistem adalah proses
pemasangan sistem yang baru dirancang, termasuk semua perlengkapan dan
perangkat lunak yang dibeli. Selain itu, implementasi sistem sangat bergantung
pada keterampilan teknis dan biasanya merupakan kegiatan yang sangat
terstruktur (Scott, 1995:558).
Berdasarkan pemaparan beberapa teori tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa dalam implementasi sistem informasi tidak hanya membutuhkan perangkat
dalam unsur teknologi komputer, tetapi juga diperlukan unsur manusia yang
mengelola sehingga implementas dapat dikatakan sebagai kegiatan
mengintegrasikan sumber daya fisik serta unsur konseptual sehingga sistem dapat
bekerja dan memberikan manfaat bagi organisasi. Hal tersebut turut pula
didukung oleh pernyataan Andrea Caldelli dan Parmigiani dalam Jurnalnya yang
berjudul Management Information Sistem-A Tool for Corporate Sustainability
bahwa dalam menganalisis sistem informasi manajemen, diperlukan alat untuk
mengontrol dimana dalam menerapkannya juga diperlukan bagaimana tindakan
dapat diambil melalui adanya prosedur dan tugas-tugas yang dijalankan sehingga
dapat dijadikan landasan dalam mencapai tujuan organisasi (Caldelli &
Parmigiani, 2004:160)
Keberhasilan implementasi dari suatu sistem hendaknya dapat dikaji
berdasarkan beberapa aspek, yang diharapkan dari hasil kajian ini tentunya akan
membantu dalam menganalisis sistem yang diterapkan. Hasil analisis yang

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


29

dilakukan akan dapat ditemukan suatu kesempatan untuk melakukan perbaikan


atau tindakan terkait kemungkinan ditemukannya permasalahan dalam penerapan
sistem. Keberadaan masalah, kesempatan serta tindakan yang akan dilakukan
dalam penerapan sistem ini dapat diidentifikasi melalui beberapa aspek. Dalam
hal ini, James Wetherbe dan Nicholas Vitalari (1994:196) dalam Buku System
Analysis and Design Methods yang ditulis oleh Jeffrey Whitten, Lonnie D.
Bentley dan Victor M. Barlow (1990:141-146) mengemukakan kerangka dasar
yang disebut sebagai PIECES, yang meliputi Performance, Information and Data,
Economic (Costs), Control and Security, Efficiency, Service. Kerangka PIECES
ini merupakan metode yang digunakan untuk membantu mengklasifikasikan
masalah yang terjadi serta peluang yang terdapat dalam penerapan sistem
informasi (Parson & Oja, 2013:569). Kerangka PIECES ini dapat digunakan
untuk menganalisis sistem dan aplikasi baik jenis manual maupun yang telah
terkomputerisasi. Kerangka PIECES tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut
(Whitten et al, 1990:141-146)

1. Performance Analysis
Performance analysis atau analisis kinerja umumnya diaplikasikan pada
jenis transaksi yang dimasukkan ke dalam sistem, atau input sistem. Untuk
melihat kinerja dari sebuah transaksi, maka perlu diketahui baik throughput dan
response time. Throughput adalah jumlah pekerjaan yang dilakukan dalam kurun
waktu tertentu, sementara response time adalah lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk merespon atau memproses transaksi atau pekerjaan. Meskipun baik
throughput maupun response time diklasifikasikan secara terpisah, namun kedua
aspek ini harus tetap dipertimbangkan bersama.

2. Information and Data Analysis


Informasi merupakan sumber daya utama yang paling penting bagi para
pengguna sistem informasi untuk dapat dimanfaatkan. Kemampuan sistem
informasi untuk menghasilkan suatu output berupa informasi yang berguna agar
dapat dilakukan evaluasi apabila kemungkinan timbul permasalahan serta peluang
yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja sistem dalam menghasilkan jumlah
output dalam skala besar. Analisis data dan informasi dalam hal ini berbicara

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


30

mengenai output yang dihasilkan dari sebuah sistem, termasuk didalamnya berupa
laporan. Analisis informasi mulanya mengidentifikasi output yang dihasilkan oleh
sistem, dan untuk sistem itu sendiri, sedangkan analisis data didasarkan pada
aspek-aspek output, input dan media penyimpanan (storage data) Pada analisis
terdadap aspek output dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Users should review computer output for completeness and accuracy:
yaitu mengenai bagaimana operator atau pengguna melakukan pengecekan
untuk memastikan kelengkapan dan akurasi data yang dihasilkan oleh
proses dalam sistem.
b. Shared output no longer needed: yaitu mengenai bagaimana tindakan yang
dilakukan atas output yang tidak dibutuhkan lagi, misalnya terhadap
berkas atau lembaran kertas yang tidak dipergunakan lagi.
c. Automatic system data entri: yaitu bagaimana sebuah hasil data dientri
atau dimasukkan dalam sistem

3. Economic Analysis
Analisis ekonomi dalam hal ini bertujuan untuk melihat permasalahan
yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan dari pengembangan atau
penggunaan sistem, dimana biaya yang dikeluarkan secara berlebihan. Aspek ini
digunakan untuk mengetahui apabila terjadi permasalahan dalam anggaran.

4. Control and Security Analysis


Pengawasan dan keamanan dalam suatu sistem informasi penting
diperhatikan dalam upaya meningkatkan kinerja sistem dan mencegah atau
mendeteksi adanya penyalahgunaan sistem. Karena, kekhawatiran terbesar dalam
upaya menerapkan sistem informasi adalah dari sisi privacy dan keamanan data
dan informasi. Untuk itu diperlukan upaya untuk menjamin keamanan data, serta
peralatan sebagai bagian penting dalam sistem informasi agar terhindar dari
kehilangan maupun hal-hal yang tidak terduga. Dalam hal ini, Analisis kontrol
melihat bagaimana sistem memastikan bahwa semua komponen dapat beroperasi
dan berjalan dengan tepat. Analisis ini berkaitan dengan keamanan fasilitas dan
keamanan data yang dalam hal ini hanya dapat dilakukan oleh pihak berwenang.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


31

Sistem ini jua dilihat dari kemungkinan permasalahan dalam pengawasan yang
akan berdampak terhadap kinerja dari sistem ini

5. Efficiency Analysis
Efisiensi dalam hal ini seringkali bersinggungan dengan analisis ekonomi.
Namun, ekonomi lebih berkaitan dengan jumlah atau kuantitas dari sumber daya
yang digunakan, sedangkan efisiensi fokus terhadap bagaimana sumber daya
dapat digunakan dengan pengeluaran seminim mungkin. Oleh kaena itu, analisis
efisiensi untuk melihat sistem dari sisi masalah dan peluang yang berkaitan
dengan bagaimana sumber daya baik manusia, fasilitas dan sebagainya, digunakan
untuk mendukung pengoperasian sistem, sehingga pada akhirnya terdapat suatu
upaya meminimalisir pengeluaran dari sumber daya tersebut. Masalah dan
peluang yang timbul dalam efisiensi ini akan berdampak pada sumber daya agar
dapat dipergunakan dengan lebih baik, efisien dan efektif.

6. Services Analysis
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai situasi terkait dengan pelayanan
yang disediakan oleh sistem informasi yang diterapkan. Salah satu tujuan dalam
menerapkan sistem informasi adalah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Untuk itu, perlu dikaji hal-hal apa saja yang menentukan pencapaian
tujuan dari penyelenggaraan layanan berbasis sistem ini (Eccles et al, 2000:272).
Dalam analisis pelayanan ini akan didasarkan pada aspek-aspek berikut
diantaranya (Whitten et al, 1990:141-146)
a. Reliability and Accuracy of the system: aspek realibility ini dimaksudkan
untuk melihat apakah aktivitas yang dilakukan dalam memproses data
dalam sistem sehingga dapat menghasilkan output yang konsisten, akurat
dan dapat dipercaya.
b. Ease of use: seringkali disebut sebagai user friendliness yang berkaitan
dengan kemudahan penggunaan sistem. Sistem informasi biasanya
diciptakan untuk mempermudah pekerjaan yang sebelumnya dilakukan
manual yang kerapkali lebih rumit. Untuk itu, aspek ease of use sangat
penting untuk dilihat apakah sistem dapat dipergunakan dan dipelajari

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


32

dengan mudah oleh para pengguna dan operator sistem, sehingga akan
menghasilkan pekerjaan yang lebih efisien dengah hasil yang akurat
c. Flexibility: aspek ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat
situasi atau kondisi berupa permasalahan dimana sistem tidak mampu
mengatasinya. Dalam hal ini, sistem diharapkan memiliki kemampuan
untuk bersifat fleksible yakni dapat mengikuti perkembangan teknologi
yang ada, sehingga sistem yang ada dapat lebih mudah menghadapi situasi
maupun kondisi dengan teknologi yang lebih terbaru.
d. Coordination: aspek ini dibutuhkan untuk mengetahui apakah orang-orang
yang terlibat dalam sistem sudah berkoordinasi dalam melakukan
aktivitasnya. Hal lain yang turut berpengaruh adalah apakah terjadi
permasalahan atau kontradiksi dalam mengambil keputusan, serta apakah
orang-orang yang terlibat mengerti bagaimana rekan kerjanya berinteraksi
dengan pekerjaannya.

Selanjutnya, Charles S. Parker (1989:622) dalam bukunya yang berjudul


Management Information System: Strategy and Action juga mengemukakan
bahwa dalam melihat aktivitas dari pelaksanaan sistem informasi manajemen,
dapat ditelah dengan memeriksa lima lingkup upaya dalam desain sistem yang
disebut sebagai Step in the Sistem Design Process yang meliputi Personnel
Specification, Procedure Specification, Input, Process dan Output. Namun dalam
pembahasan lebih lanjut, hanya akan dibahas mengenai personnel dan procedure
specification karena aspek input, proses dan output telah terangkum dalam analisis
teori James Wetherbe yakni pada aspek Information and Data Analysis, berikut
penjabaran yang dikemukakan Charles Parker (1989):

1 Personnel Specification (Unsur Pegawai)


Pegawai atau sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling
berharga dalam pengoperasian sistem. Setiap sistem berbasis komputer harus
memperhatikan unsur manusia supaya sistem yang diciptakan dapat berjalan dan
memberikan manfaat. Pegawai/manusia juga yang akan memanfaatkan informasi
yang dihasilkan oleh SIM (Kumorotomo & Margono 1998:18). Unsur pegawai
atau manusia dalam hal ini terdiri dari orang-orang yang menggunakan sistem

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


33

informasi, dan para ahli sistem informasi seperti analis sistem, pemrogram, serta
pelaksana komputer (O’Brien, 1999:45 dalam Gaol, 2008:38). Parker (1989:657)
menjelaskan bahwa untuk melihat sumber daya manusia yang menjalankan
sebuah sistem, dapat dilihat dari pembagian kerja pegawai (work), kualifikasi
pegawai (qualification) dan pelatihan kerja (training), yang untuk lebih jelasnya
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pembagian Kerja Pegawai
Parker (1989:657) mengungkapkan bahwa pembagian kerja pegawai penting
dalam melihat spesifikasi pekerjaan meliputi tugas-tugas yang diberikan
dengan mengingat kemampuan baik mental maupun fisik pegawai. Selain
itu, Mcleod (1998:20) menambahkan bahwa dalam pelaksanaan sistem
informasi, terdapat pegawai yang bertanggungjawab dalam mengembangkan
data dan memelihara sistem berbasis komputer yang disebut spesialis
informasi. Spesialis informasi tersebut diantaranya adalah analis sistem,
pengelola database, administrator jaringan, programmer, dan operator
komputer.
b. Kualifikasi Pegawai
Keberhasilan dari pelaksanaan operasional sistem informasi merupakan
fungsi dari kualitas pegawai yang dipekerjakan untuk mengelola sistem
tersebut. Tanpa adanya seleksi atau pemilihan dan pelatihan pegawai yang
cukup memadai, maka akan ditemui kesulitan dalam pengembangan sistem
informasi yang juga memadai. Untuk itu perlu dipilih pegawai yang capable
dan menugasi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah
ditentukan, memantau kinerja serta membuat program pelatihan untuk
karyawan baru.
c. Pelatihan Kerja
Sebenarnya, inti dari diadakannya pelatihan adalah untuk memberikan
keterampilan dasar bagi pegawai dalam memanfaatkan aplikasi perangkat
lunak yang umum digunakan dalam memberikan pelayanan. (Anttiroiko,
2005:40). Kemudian, Lubitz dan Wickramasinghe (2007:136)
menambahkan bahwa dalam pengaplikasian sistem informasi berbasis ICT
memerlukan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


34

pelatihan yang harus terus diperbaharui mengikuti perkembangan


sebagaimana inovasi dan praktik baru yang semakin cepat bermunculan.

2. Procedure Specification (Unsur Prosedur)


Prosedur adalah peraturan-peraturan yang menentukan operasi sistem komputer.
Misalnya, peraturan bahwa setiap permintaan belanja barang di sautu instansi
harus tercatat di dalam basis komputer atau peraturan bahwa setiap akses operator
komputer pada pengolah induk harus dilaporkan waktu dan otoritasnya
(Kumorotomo & Margono 1998:18). Parker membagi prosedur kedalam dua
kategori yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Prosedur Kerja
Prosedur kerja menurut Parker (1989:655) merupakan sejumlah peraturan
mengenai bagaimana pekerjaan akan dilakukan. Prosedur kerja umumnya
diuraikan secara tertulis dan diketahui setiap pegawai dan pengguna,
sehingga tanggung jawab setiap orang dalam sistem dibuat secara jelas.
Prosedur kerja dimaksudkan agar seluruh kegiatan dalam melaksanakan
kerja dan fungsi menjadi jelas, efektif, dan efisien.
b. Prosedur Kontrol
Prosedur kontrol adalah prosedur yang menjabarkan mengenai bagaimana
sesuatu dapat dikontrol. Dalam sistem komputer, sejumlah kontrol harus
dilakukan untuk memastikan keamanan, ketepatan dan privasi suatu data.
Parker (1989:655). Kegiatan sistem yang paling utama adalah kontrol dari
kinerjanya, dimana sebuah sistem seharusnya menghasilkan umpan balik
tentang input, proses, output dan penyimpanan. Umpan balik ini yang harus
dimonitor dan dievaluasi untuk menetapkan bahwa sistem menemukan
standar kinerja yang dibangun.

3. Input (Masukan)
Input atau masukan meliputi upaya untuk menangkap dan menghimpun elemen
yang dibutuhkan suatu sistem untuk kemudian dapat diproses, misalnya, data,
energi maupun tenaga manusia yang diatur sedemikian rupa agar dapat diproses
(O’Brien, 1997:18). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa input merupakan
unsur masukan seperti data yang akan dimasukkan ke dalam sistem informasi agar

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


35

dapat diproses menjadi output. Input biasanya merupakan kegiatan memasukkan


berkas sebagai entri data seperti merekam dan mengedit.

4. Processing (Proses)
Setelah masukan diperhitungkan, maka selanjutnya adalah masuk kedalam tahap
proses, dimana tahap ini meliputi proses transformasi yang mengkonversikan
bentuk input menjadi output (O’Brien, 1997:18). Parker membagi komponen
dalam tahap proses, diantaranya (Kumorotomo & Margono 1998:18):
a. Basis Data: Seperti telah diuraikan sebelumnya, data adalah fakta-fakta
yang akan dibuat menjadi informasi yang bermanfaat. Data inilah yang
akan dipilahkan, dimodifikasi, atau diperbarui oleh program-program
supaya dapat menjadi informasi tersebut. Sebagaimana halnya program-
program komputer, data biasanya berupa bentuk yang dapat dibaca oleh
mesin sehingga setiap saat mesin komputer dapat mengolahnya
b. Perangkat Lunak (Software): Istilah perangkat lunak merujuk pada
program-program komputer beserta petunjuk-petunjuk (manual)
pendukungnya. Yang disebut program komputer adalah instruksi-instruksi
yang dibaca oleh mesin yang memerintahkan bagian-bagian dari perangkat
keras SIM berbasis komputer untuk berfungsi sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersedia
c. Perangkat Keras (hardware): Istilah perangkat keras merujuk kepada
perkakas mesin. Oleh karena itu, perangkat keras terdiri dari komputer itu
sendiri yang biasanya disebut sebagai cenral processing unit (CPU)
beserta semua perangkat pendukungnya. Perangkat pendukung yang
dimaksud adalah perkakas keluaran (output devices), perkakas
penyimpanan (memory), dan perkakas komunikasi.

5. Output (Keluaran)
Output atau keluaran merupakan hasil dari pemrosesan input dalam sistem
informasi, dimana dalam output ini meliputi unsur mentransfer komponen yang
telah dihasilkan oleh proses transformasi menjadi tujuan akhir dari sistem itu
sendiri. Bentuk yang ada pada output mengacu pada bentuk yang dihadirkan
kepada pengguna

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


36

2.3 Operasionalisasi Konsep


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan gabungan beberapa teori dalam
menggali informasi lebih mendalam mengenai implementasi sistem informasi
manajemen pelayanan terpadu di BP2T Kota Tangerang Selatan. Teori tersebut
adalab teori kerangka dasar PIECES yang dikemukakan oleh Jeffey Whitten et al
(1990:141-146) serta personnel dan procedure specification oleh Charles Parker
(1989) yang dijabarkan dalam tabel operasionalisasi konsep sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


37

Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep

Konsep Variabel Dimensi Indikator


Implementasi Implementasi - Jumlah data yang dapat diproses oleh sistem dalam kurun waktu
Sistem Informasi Sistem Informasi tertentu
Performance Analysis
Manajemen Manajemen - Upaya yang dilakukan ketika terdapat kendala dalam
sistem/sistem berjalan lambat
Information and Data - Kesesuaian format informasi dalam output yang dihasilkan
Analysis - Pengguna melakukan pengecekan kelengkapan dan akurasi data
- Kualitas dan jenis data input yang akan diproses dalam sistem
- Kesesuaian format informasi dalam data input
Economic Analysis - Perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan
keuntungan/manfaat yang didapat
Control and Security - Adanya kontrol/pengawasan dari sistem
Analysis - Sistem dapat menjamin keamanan data
Eficiency Analysis - Adanya efisiensi terhadap sumber daya manusia
- Adanya efisiensi terhadap waktu
Services Analysis - Sistem dapat memproduksi data secara tepat
- Adanya kemudahan dalam penggunaan sistem
- Sistem dapat mengatasi kendala atau permasalahan yang
timbul/fleksibilitas sistem
- Adanya koordinasi dalam pengoperasian sistem
- Masing-masing pegawai memiliki jobdesk/uraian pekerjaan yang
jelas dan tertulis
Personnel Specification
- Terdapat pelatihan bagi pegawai
- Pegawai memiliki keterampilan dan kompetensi

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


38

Procedure - Terdapat prosedur kerja atau Standar Operating Procedure (SOP)


Specification yang tertulis secara jelas dan mudah dipahami
- Standar Operating Procedure (SOP) dijadikan sebagai acuan para
pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
Sumber: Jeffrey L. Whitten et al (2001:85) dan Charles Parker (1989)

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam


penelitian yang dilakukan. Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan
data dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan
pengertian atas topik, gejala atau isu tertentu (Raco, 2010:2-3). Metode penelitian
yang digunakan mencakup pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan lokasi penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian merupakan metode ilmiah yang memberikan
tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan
sebagai sarana analisis (Prasetyo dan Jannah, 2011:26). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan paradigma post-positivist dikarenakan dalam melakukan
penelitian, peneliti berangkat dari sebuah teori disertai pengamatan dalam
melakukan penelitian terkait implementasi SIMYANDU di BP2T Kota Tangerang
Selatan. Dalam melakukan analisis, peneliti juga berpedoman pada dimensi-
dimensi dalam teori implementasi sistem yang dikemukakan oleh James Wetherbe
dalam Jeffrey Whitten et al (1990) dan Charles S. Parker (1989).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada faktor atau gejala yang
dianggap penting untuk menjawab permasalahan yang ada. Untuk itu, penelitian
ini bersifat nomotetik yaitu dalam melihat keterkaitan antara suatu gejala sosial
dengan gejala sosial lainnya, hanya difokuskan pada beberapa faktor atau gejala
yang krusial saja (Prasetyo dan Jannah, 2011 31-32). Peneliti dalam hal ini
menentukan hal-hal yang penting atau krusial yang dituangkan dalam dimensi
implementasi sistem informasi beserta indikator yang dikemukakan oleh James
Wetherbe (1989, dalam Jeffrey Whiten et al, 1990) dan Charles Parker (1989).
Indikator yang terangkum dalam operasionalisasi konsep sudah penelti tetapkan
sebagai dasar untuk menganalisis serta menggambarkan fakta sosial terkait

39 Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


40

dengan pokok permasalahan yang diangkat yaitu implementasi SIMYANDU di


BP2T Kota Tangerang Selatan.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan penelitian,
manfaat peneliian, dimensi waktu penelitian dan teknik pengumpulan data.
(Prasetyo dan Jannah, 2011:37). Berdasarkan empat klasifikasi tersebut, jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.2.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran
yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah menggambarkan mekanisme sebuah proses dan menciptakan
seperangkat kategori dan pola (Prasetyo dan Jannah, 2011:43). Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa dalam pembahasan skripsi ini tujuan yang ingin dicapai
adalah untuk memberikan gambaran mengenai keadaaan di lapangan terkait
implementasi SIMYANDU terintegrasi di Kota Tangerang Selatan, serta kendala
yang ditemui.

3.2.2 Jenis Penelitian berdasarkan Manfaat Penelitian


Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian murni. Penelitian murni memiliki karakteristik yaitu penggunaan
konsep-konsep yang abstrak dan dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu
pengetahuan. Hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan
pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan yang dapat
diaplikasikan dalam penelitian selanjutnya (Prasetyo dan Jannah, 2011:38). Dalam
penelitian mengenai implementasi SIMYANDU terintegrasi di Kota Tangerang
Selatan, dilakukan sebagai upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan hasilnya
dapat diaplikasikan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya.

3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu

Jika dilihat berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk ke dalam


jenis penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional menurut Prasetyo dan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


41

Jannah (2011:45) merupakan penelitian yang hanya digunakan dalam waktu


tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk
diperbandingkan. Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian cross sectional
karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu waktu tertentu dan hanya
dilakukan dalam sekali waktu saja hingga peneliti menemukan jawaban dari
pertanyaan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2015

1.2.4 Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data kualitatif. Instrumen yang dilakukan dalam teknik
pengumpulan data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan studi
kepustakaan. Data yang didapatkan saat penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder
1. Data primer
Data primer merupakan informasi atau data yang diperoleh dari sumber
informasi secara langsung. Data primer diperoleh melalui wawancara.
Wawancara adalah percakapan merupakan percakapan antara dua orang yang
salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk
suatu tujuan tertentu (Gorden, dalam Herdiansyah, 2011:118). Peneliti
melakukan wawancara kepada para informan yang berhubungan dan
menguasai tema dan permasalahan terkait dengan implementasi sistem
informasi manajemen pelayanan terpadu. Peneliti menggunakan pedoman
wawancara yang difungsikan untuk mengarahkan peneliti dalam melakukan
wawancara dengan narasumber terkait. Pedoman wawancara yang dibuat oleh
peneliti menggunakan sistem pertanyaan terbuka, dalam hal ini peneliti
memberikan beberapa pertanyaan dan narasumber memberikan jawaban tanpa
disertai batasan-batasan jawaban.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data olahan yang diperoleh dari pihak lain. Metode
pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
literatur. Studi literatur dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan dan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


42

mempelajari data seperti peraturan-peraturan, buku, jurnal, karya ilmiah,


artikel dan sebagainya. Data-data diperoleh melalui berbagai sumber yakni
dari internet, studi pustaka maupun dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
dan Kantor Pemerintah Kota Tangerang Selatan serta tulisan-tulisan yang
terkait dengan permasalahan atau topik yang diangkat dalam penelitian ini.

1.3 Teknik Analisis Data


Setelah data primer maupun data sekunder terkumpul, selanjutnya hal
yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan analisis data. Analisis data yang
digunakan adalah analisis data kualitatif. Data yang telah diperoleh direduksi ke
dalam pola-pola tertentu, kemudian melakukan kategorisasi tema (memilah-milah
dan menyatukan tema yang memiliki kesamaan), kemudian melakukan
interpretasi kategori itu berdasarkan skema-skema yang didapat yang kemudian
diberikan kode tertentu. Proses pemberian kode berdasarkan kategori atau tema
tertentu disebut dengan pengkodean (coding) (Creswell, 1994 dalam Herdiansyah,
2011:162).
Menurut Neuman (2007:331-332) terdapat tiga tahap dalam teknik analisis
data yang menggunakan coding, yaitu open coding, axial coding dan selective
coding. Open coding merupakan tahap pertama dari coding. Peneliti mulanya
menentukan kode atau label pada data yakni transkrip wawancara ke dalam
sebuah kategori. Tahap selanjutnya yakni axial coding, dimana pada tahap ini
peneliti mengorganisir data yang nantinya berdasarkan pada dimensi yang ada
dalam konsep impleentasi sistem informasi. Selain itu peneliti juga melakukan
peninjauan serta pengujian terhadap data-data yang ada. Tahap terakhir yakni
selective coding. Peneliti pada tahap ini menyaring data-data mana saja yang akan
dipakai, dengan melakukan eliminasi dari informasi yang telah diorganisir melalui
dimensi dan memiliki indikator yang ada pada operasionalisasi konsep yang
digunakan.
Setelah melakukan coding, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti
adalah melakukan analisis data. Peneliti menggunakan teknik analisis data metode
ilustratif. Neuman (2007:469) menyebutkan bahwa dalam strategi analisis
ilustratif peneliti memasukkan teori kedalam kondisi historis nyata, dimana data
diorganisir terhadap teori yang ada. Teori yang ada dianggap sebagai empty boxes

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


43

dimana nantinya hasil temuan di lapangan berupa data-data kualitatif akan


mengisi setiap boxes tersebut. Dalam menjawab pertanyaan penelitian, peneliti
mengacu pada konsep implementasi sistem informasi manajemen, dimana hasil
temuan lapangan yang peneliti temukan akan dijadikan bahan analisis yang telah
diorganisasikan ke dalam indikator-indikator yang terdapat dalam konsep yang
setelah itu dianalisis. Data yang akan disajikan berupa hasil wawancara yang yang
kemudian diinterpretasi dan ditarik kesimpulan guna menjawab pertanyaan
penelitian yang dipaparkan sebelumnya.

3.4 Narasumber Penelitian


Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihimpun dengan
menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif yakni melalui wawancara
mendalam dan studi kepustakaan. Wawancara mendalam dilakukan kepada
narasumber yang merupakan orang yang menjadi sumber informasi yang
dibutuhkan peneliti di lapangan serta memiliki pengetahuan tentang topik
permasalahan yang diteliti, narasumber tersebut diantaranya:

1. Tubagus Asep Nurdin S.Kom, M.Kom, selaku Kepala Seksi Data,


Pengembangan TIK dan Sistem Pelaporan BP2T Kota Tangerang
Selatan, yang bertugas melakukan pengelolaan data, koordinasi sistem
informasi dan manajemen perizinan, dalam memperoleh informasi
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SIMYANDU
2. Sapto Pratolo S.E, M.Si, selaku Kepala Seksi Verifikasi dan Penetapan
Perizinan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat, yang juga sebagai
salah satu pengguna SIMYANDU yang terkait langsung dengan entri
data melalui SIMYANDU dan mengetahui kendala pengoperasian
SIMYANDU dalam bidang pelayanan perizinan
3. Isep Cuarsa S.T, M.T (Kini bekerja di Bappeda Kota Tangerang
Selatan), selaku mantan Kepala Seksi Data, Pengembangan TIK dan
Sistem Pelaporan BP2T Kota Tangerang Selatan dan juga sebagai
penggagas yang mengetahui benar informasi mengenai awal proses
pembentukan SIMYANDU terintegrasi di BP2T Kota Tangerang Selatan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


44

4. Ari Ridwan, sebagai staf pelaksana SIMYANDU di Bidang Pengawasan


dan Pengendalian (Wasdal) BP2T Kota Tangerang Selatan, yang juga
sebagai pengguna SIMYANDU di bidang Pengawasan dan Pengendalian
serta mengetahui kendala dan informasi mengenai SIMYANDU
5. Agianto Syamhalim S.Kom, sebagai staf Pengembangan Tik dan Sistem
Pelaporan yang bertugas mengelola SIMYANDU yang mengetahui
segala aspek terkait pengoperasian SIMYANDU serta faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapannya
6. Aulia Ikhwanudin, sebagai sebagai staf Pengembangan Tik dan Sistem
Pelaporan yang bertugas mengelola SIMYANDU yang mengetahui
segala aspek terkait pengoperasian SIMYANDU serta faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapannya
7. M. Yusuf, sebagai staf Pengembangan Tik dan Sistem Pelaporan yang
bertugas mengelola SIMYANDU yang mengetahui segala aspek terkait
pengoperasian SIMYANDU serta faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapannya
8. Prof. Ir. Zainal Arifin Hasibuan, MLS, PhD, Selaku Dosen Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia sebagai akademisi yang menguasai
bidang sistem informasi manajemen dan e-government
9. Bapak Taufik dan Ibu Novi Nur Asih, perwakilan dari masyarakat
pemohon izin yang pernah mengurus perizinan jenis IMB di BP2T Kota
Tangerang Selatan, informasi yang diperoleh terkait pengetahuan dalam
mengakses Website BP2T dan SMS Center sebagai salah satu layanan
SIMYANDU Terintegrasi

Terdapat tiga tipe wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti


yakni face to face interview, telephone interview dan email interview. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan face to face interview dengan 8 narasumber
yakni para pegawai BP2T dan akademisi dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia. Sementara telephone interview dilakukan kepada narasumber Bapak
Taufik dan email interview dilakukan kepada Ibu Novi Nur Asih sebagai
perwakilan dari masyarakat pemohon izin di BP2T Kota Tangerang Selatan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


45

3.5 Site Penelitian


Penelitian Implementasi Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu
(SIMYANDU) Terintegrasi ini mengambil site penelitian di Kota Tangerang
Selatan, khususnya di Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota
Tangerang Selatan selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memiliki
kewenangan dalam memberikan pelayanan di bidang perizinan maupun non
perizinan yang telah mengaplikasikan SIMYANDU Terintegrasi.

3.6 Keterbatasan Penelitian


Dalam memperoleh data mengenai penerapan SIMYANDU terintegrasi,
peneliti menemui beberapa keterbatasan diantaranya adalah yakni keterbatasan
informasi mengenai data anggaran atau besaran biaya yang dikeluarkan dalam
penerapkan SIMYANDU, hal ini dikarenakan Kepala Seksi Pengembangan TIK,
yang mengatakan bahwa data tersebut tidak dapat dikeluarkan. Kemudian, karena
keterbatasan waktu dan informasi, narasumber dari pihak masyarakat sebagai
pemohon izin hanya diperoleh dua orang. Hal ini karena jarang sekali masyarakat
pemohon yang tahu dan mengakses layanan SMS Centre maupun website BP2T
untuk mengecek status perizinan, karena mereka lebih memilih menanyakannya
langsung kepada petugas BP2T Kota Tangerang Selatan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


BAB 4

GAMBARAN UMUM

Pada bagian ini, akan dijelaskan gambaran umm dari Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan mencakup sejarah, visi misi, struktur
organisasi, jenis perizinan yang dikelola, jenis teknologi informasi yang
dikembangkan serta mengenai gambaran umum SIMYANDU terintegrasi

4.1 Sejarah BP2T Kota Tangerang Selatan


Setelah Kota Tangerang Selatan secara resmi dibentuk dengan Undang-
Undang Nomor 51 tahun 2008, selanjutnya dibentuk perangkat organisasi daerah
yang salah satunya adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T)
berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Pembentukan BP2T dilatarbelakangi oleh kebutuhan
percepatan pelayanan perizinan di Kota Tangerang Selatan. Pelayanan perizinan
merupakan pelayanan publik yang sangat strategis dalam upaya percepatan
pembangunan dan menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah. Melalui pelayanan
perizinan yang handal, akan menjadi daya tarik investasi sehingga dapat
meningkatkan daya saing daerah. Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan
sangat menyambut baik investor yang ingin berinvestasi di Kota ini. Untuk itu,
BP2T Kota Tangerang Selatan akan sepenuhnya membantu proses pembuatan izin
suaha yang diperlukan, sesuai dengan motto BP2T Kota Tangerang Selatan yakni
“Kepastian Perizinan dengan Tidak Mempermudah dan Tidak Mempersulit”
Kota Tangerang Selatan menawarkan banyak peluang investasi yang
menjanjikan, selain perumahan dan pariwisata, perdagangan barang juga
merupakan bidikan para investor untuk dapat menginvestasikan modal usahanya
di Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, sekitar lebih dari 300 izin usaha tiap
bulannya yang didaftarkan ke BP2T menjadi indikator betapa usaha perdagangan
merupakan primadona di Kota Tangerang Selatan. Banyaknya masyarakat yang
memohon izin kepada BP2T, baik pada bidang perizinan ataupun bidang non
perizinan dan tercapainya target retribusi tahun 2009 merupakan titik awal
kepercayaan masyarakat kepada BP2T sekaligus hasil kerja keras seluruh staf
BP2T yang telah berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

46
Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


47

4.2 Visi dan Misi BP2T Kota Tangerang Selatan


Visi yang dimiliki oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Tangerang Selatan adalah “Terwujudnya Pelayanan Prima Tahun 2016”. Untuk
mewujudkan visi tersebut, tentunya diperlukan misi yang disusun sebagai upaya
mencapai pelayanan prima pada tahun 2015. Misi tersebut diantaranya adalah: (1)
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance); (2)
Mengembangkan Sistem dan Mekanisme Pelayanan Yang Partisipatif dan
Terintegrasi; (3) Ketersediaan Data/Informasi dan Dokumen Pelayanan Yang
Komprehensif Serta Akurat.

4.3 Struktur Organisasi BP2T Kota Tangerang Selatan

Kepala Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu

Sekretaris

Jabatan
Fungsional Sek. Bagian Sek. Bagian Sek. Bagian
Program, evaluasi Umum dan Keuangan
& pelaporan Kepegawaian

Bidang Data, Bidang Pelayanan, Bidang Pelayanan Bidang Pengawasan,


Informasi & Regulasi Perizinan & Perizinan Ekonomi & Pengendalian &
Pembangunan Kesejahteraan Rakyat Pengaduan

Seksi Pengembangan Seksi Pelayanan Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan,


Teknologi, Informasi, Perizinan Bid. Perizinan Ekonomi Pengendalian dan
Komunikasi dan Pembangunan dan Kesejahteraan Pengaduan Bidang
sistem pelaporan Rakyat Pembangunan
Seksi Verifikasi &
Seksi Regulasi & Penetapan Seksi Verifikasi & Seksi Pengawasan,
Dokumentasi Perizinan Bid. Penetapan Perizinan Pengendalian dan
Pembangunan Bidang Pengaduan Bidang
Kesejahteraan Kesejahteraan Rakyat
Rakyat
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BP2T Kota Tangerang Selatan
Sumber: bp2t.tangerangselatankota.go.id

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


48

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) mempunyai tugas pokok


merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan
kegiatan dibidang Pelayanan Perizinan Terpadu sesuai kebijakan Pemerintah
Daerah. Berikut struktur organisasi dari BP2T Kota Tangerang Selatan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6 Tahun 2010
tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan:

1. Kepala Badan, memiliki tugas membina, memimpin, memfasilitasi,


menyelenggarakan, mengawasi, mengevaluasi dan mengendalikan tugas dan
fungsi Badan serta mengkoordinasikan kegiatan Staf, Pelaksana dan
Kelompok Jabatan Fungsional. Kepala Badan dalam menjalankan tugasnya
juga bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah
2. Sekretariat, memiliki tugas pokok merencanakan, melaksanakan, membina
dan mengkoordinasikan serta melakukan pengendalian urusan umum,
keuangan serta program, evaluasi dan pelaporan. Sekretariat dibagi lagi
kedalam tiga bagian yang terdiri dari
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan serta pengawasan dan
pengendalian surat menyurat, kearsipan, urusan perlengkapan, pengelolaan
administrasi dan kepegawaian.
b) Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian program, evaluasi dan pelaporan.
c) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian
penyusunan rencana anggaran dan belanja Badan
3. Kepala Bidang Data Informasi dan Regulasi, mempunyai Tugas Pokok
pengelolaan data, dokumentasi dan sistem informasi perizinan, serta
menyusun persiapan regulasi. Bidang ini sekaligus membawahi:
a) Seksi Pengembangan TIK dan Sistem Pelaporan, mempunyai Tugas
Pokok membangun, mengembangkan Sistem Informasi Manajemen dan
penyusunan data untuk meningkatkan pelayanan perizinan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


49

b) Seksi Regulasi dan Dokumentasi, mempunyai Tugas Pokok menyiapkan


prosedur, mekanisme dan regulasi untuk meningkatkan pelayanan
perizinan.
4. Kepala Bidang Pelayanan Pembangunan dan Lingkungan, Pembangunan
mempunyai Tugas Pokok memberikan pelayanan dan pengelolaan perizinan
Bidang Pembangunan. Bidang ini membawahi bagian sebagai berikut:
a) Seksi Pelayanan Bidang Pembangunan dan Lingkungan, mempunyai tugas
pokok memberikan pelayanan dan penelitian berkas pengajuan perizinan
b) Seksi Verifikasi dan Penetapan Bidang Pembangunan dan Lingkungan,
mempunyai Tugas Pokok melaksanakan verifikasi berkas pengajuan
perizinan dan menetapkan retribusi daerah pelayanan perizinan
5. Bidang Ekonomi Dan Kesejahteraan Rakyat, mempunyai Tugas Pokok
memberikan pelayanan dan pengelolaan perizinan bidang Ekonomi dan
Kesejahteraan Rakyat. Bidang ini membawahi diantaranya:
a) Seksi Pelayanan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat, mempunyai
Tugas Pokok memberikan pelayanan dan penelitian berkas pengajuan
perizinan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
b) Seksi Verifikasi dan Penetapan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan
Rakyat, mempunyai Tugas Pokok melaksanakan verifikasi berkas
pengajuan perizinan dan menetapkan retribusi daerah pelayanan perizinan
6. Bidang Pengawasan Pengendalian dan Pengaduan, mempunyai Tugas Pokok
melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pengaduan perizinan. Bidang
ini membawahi diantaranya:
a) Seksi Pengawasan, Pengendalian Bidang Pembangunan, mempunyai
Tugas Pokok mengelola data, menginventarisir, melaksanakan
pengawasan serta penanganan pengaduan perizinan Bidang Pembangunan
b) Seksi Pengawasan, Pengendalian Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan
Rakyat, mempunyai Tugas Pokok mengelola data, menginventari,
melaksanakan pengawasan serta penanganan pengaduan perizinan Bidang
Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
7. Kelompok Jabatan Fungsional

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


50

4.4 Jenis Perizinan


Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan
merupakan SKPD tunggal penyelenggara izin di Tangerang Selatan, dimana
seluruh masyarakat baik yang berdomisili di Kota Tangerang Selatan maupun
yang ingin mengurus izin atau menyelenggarakan usahanya harus mengurus izin
di BP2T Kota Tangerang Selatan. Adapun melalui penyelenggaraan otonomi
daerah, maka perizinan di daerah diatur oleh kebijakan atau peraturan daerah
masing-masing, dimana segala hal yang berhubungan dengan perizinan seperti
jenis izin, dasar hukum, sistem serta mekanisme/prosedur penyelesaian izin tiap
daerah tentunya berbeda-beda. Beberapa contoh perizinan yang banyak
dibutuhkan baik oleh masyarakat maupun pengusaha adalah Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), Izin Gangguan, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda
Daftar Perusahaan (TDP) dan lain-lainnya yang terangkum dalam tabel 4.1
berikut jenis izin yang dikelola oleh BP2T:

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Perizinan yang Dikelola BP2T

Bidang Pembangunan Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat


dan Lingkungan
1. Izin Mendirikan 1. Tanda Daftar 8. Izin Usaha Waralaba
Bangunan (IMB) Perusahaan (TDP)
2. Izin Pemanfaatan 2. Izin usaha 9. Izin Operasional
Ruang (IPR) Perdagangan (IUP) Perusahaan Penyediaan
Jasa Pekerja/Buruh
3. Pengesahan Rencana 3. Izin Usaha Industri 10. Penerbitan Izin
Tapak (Site Plan) (IUI) Lembaga Bursa Kerja
4. Sertifikasi Layak 4. Izin Reklame 11. Izin Usaha Jasa
Fungsi Konstruksi (IUJK)
5. Izin Gangguan (HO) 5. Izin 12. Izin Usaha Pengelolaan
Penyelenggaraan Pasar Tradisional, Izin
Kursus dan Usaha Pusat
Kelembagaan Pembelanjaan dan Izin
Usaha Toko Modern
6. Izin Lokasi 6. Izin Gudang (IG)
7. Upaya Pemantauan 7. Izin Tanda Daftar
Lingkungan/Upaya Usaha Pariwisata
Kelola Lingkungan (TDUP)
(UPL/UKL)
Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan, 2015

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


51

4.5 Jenis Sistem Berbasis Teknologi Informasi yang Dikembangkan


Dalam rangka mewujudkan pelayanan prima pada tahun 2015 serta
menciptakan pelayanan perizinan yang efisien dan efektif, maka BP2T Kota
Tangerang Selatan telah mengembangkan delapan sistem tekonolgi terbaru yang
telah diciptakan, diantaranya adalah:

1. Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU):


merupakan sistem yang digunakan untuk melakukan pemrosesan perizinan dan
proses pendaftaran, pendataan, verifikasi,pengecekan lapangan, proses
persetujuan izin, pencetakan SK, penandatanganan, perhitungan biaya retribusi
dan penomoran
2. Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu Satu Atap (SIMPTSA)
adalah, sistem yang digunakan untuk melakukan proses rekomendasi dari SKPD
teknis penerbit rekomendasi. Semua hasil rekomendasi SKPD langsung otomatis
terekam di server induk BP2T.
3. Digitalisasi Arsip: Digunakan sebagai penyimpanan arsip digital. Saat
hendak mencari arsip berkas perizinan bisa dilakukan dengan cara cepat
menggunakan perangkat komputer yang terkoneksi ke server BP2T
4. Dashboard Sistem: Digunakan untuk pemantauan proses pendaftaran
perizinan secara realtime. Jadi pada saat diperlukan pimpinan atau yang
berkepentingan dapat memantau perkembangan jumlah pendaftaran perizinan saat
itu juga. Lantaran semua fase proses ditandai dengan barcode dan bisa dicek
menggunakan telepon genggam.
5. Sistem Informasi Surat Masuk dan Keluar (SISUMAKER): Merupakan
aplikasi yang dikembangkan di BP2T untuk menangani permasalahan surat
masuk, pendisposisian surat dan surat keluar. Kelebihan sistem ini diantaranya
yaitu, kepala atau pimpinan SKPD dimanapun dan kapanpun dapat melakukan
disposisi surat dan bagi penerima disposisi dapat menerima langsung.
6. SISWASPADA (Sistem Pengawasan dan Pengendalian): Sistem ini
dipergunakan untuk melakukan penyimpanan, pemrosesan tentang pengawasan
dan pengendalian obyek yang berizin dan tidak berizin. Selain itu sistem ini
dipergunakan sebagai database penyimpanan laporan dari masyarakat dan
tindaklanjut dari laporan tersebut.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


52

7. Web Portal: Fungsi web berisi tentang informasi, yang dapat digunakan
oleh masyarakat untuk mengecek status berkas atau posisi perizinan, melihat alur
perizinan, melakukan simulasi perhitungan retribusi, pengecekan keaslian SK,
mengetahui jumlah pendaftar dan masyarakat dapat mengetahui daftar perizinan
yang disetujui atau dikeluarkan oleh BP2T Kota Tangsel. Dua alamat situs yang
telah dioperasikan yakni, www.bp2t.tangerangselatankota.go.id dan
bp2t@tangerangselatankota.go.id
8. SMS Gateway atau SMS Centre: adalah aplikasi SMS yang bersifat dua
arah (two-way SMS) yang dapat membantu masyarakat/pemohon izin dalam
menjalin interaksi dengan BP2T. Melalui SMS Centre, masyarakat pemohon juga
dapat mengetahui status berkas perizinan, besaran retribusi perizinan yang harus
dibayarkan dan alur perizinan melalui SMS dengan mengirimkan SMS dengan
format: Info (spasi) Nomor Pendaftaran lalu kirim ke nomor 085779641800
9. Sistem Informasi Manajemen Perizinan Online (SIMPONIE): sistem yang
baru diluncurkan pada 10 April 2015 lalu yang berfungsi sebagai alat untuk
memproses perizinan jenis Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda
Daftar Perusahaan (TDP) secara online. Melalui Simponie proses paraf sampai
dengan penandatanganan berkas perizinan cukup melalui gadget yang terhubung
dengan sistem melalui jaringan internet. Jadi dimanapun dan kapanpun pimpinan
dapat melakukan proses paraf dan penandatanganan izin, sehingga dengan sistem
proses perizinan dapat diselesaikan dalam beberapa jam saja

4.6 Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu (SIMYANDU)


Terintegrasi
SIMYANDU terintegrasi adalah salah satu sistem yang dikembangkan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang Selatan yang
mengintegrasikan beberapa sistem menjadi satu kesatuan dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Sistem ini dikembangkan pada
awal tahun 2013 dalam rangka melayani masyarakat dalam satu tempat dan
merupakan program komputerisasi sistem pelayanan perizinan, yang merupakan
alat bantu dalam pemrosesan perizinan yang meliputi proses pendaftaran,
pendataan, entri data, pemeriksaan lapangan, verifikasi, penetapan, cetak SK
hingga kepada penyerahan secara terintegrasi. Melalui penerapan SIMYANDU

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


53

terintegrasi ini, telah membawa manfaat yang cukup signifikan diantaranya adalah
(1) Dapat melakukan sharing informasi antar unit internal terkait data permohonan
perizinan, sehingga menjadi lebih mudah untuk diakses; (2) Masyarakat dapat
mengakses website dan SMS Centre yang terintegrasi dalam SIMYANDU untuk
memastikan bahwa permohonannya diproses bahkan dapat mengetahui setiap
tahapan yang telah dilalui dalam proses pelayanan melalui notifikasi SMS, sampai
pada berkas permohonannya selesai diproses; (3) Sebagai media pelaporan yang
dapat diawasi atau dimonitor oleh pimpinan secara langsung
Melalui sistem ini pula, dimungkinkan untuk berbagi data antara BP2T
dan Dinas Teknis penerbit rekomendasi, sehingga dengan adanya sistem ini
pemrosesan perizinan dapat lebih cepat. Sistem ini disebut terintegrasi karena
sistem tidak berdiri sendiri, melainkan sudah terintegrasi dengan website BP2T
yang dapat diakses melalaui bp2t.tangerangselatankota.go.id, dimana masyarakat
pemohon izin dapat mengetahui informasi mengenai tahap-tahap perizinan baik
melalui website maupun melalui SMS Centre yang dikirim melalui sistem tentang
posisi berkas permohonannya. Dengan kata lain, SIMYANDU terintegrasi ini
memiliki fitur utama yang juga mengintegrasikan dua sistem berbasis teknologi
yakni sistem SMS Gateway/SMS Centre dan Website Portal BP2T yang dapat
diakses oleh masyarakat pemohon izin dalam mencari informasi mengenai berkas
perizinan yang diajukan. Adapun alur mekanisme layanan proses perizinan yang
akan dilalui oleh masyarakat pemohon akan dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 4.2 Skema Proses Perizinan


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


54

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa masyarakat pemohon izin


mulanya tetap mendatangi Kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan datang
ke Bagian verifikasi dan pemeriksaan berkas yang akan memeriksa kelengkapan
berkas terkait persyaratan izin yang bersangkutan, kemudian petugas bagian
tersebut melakukan verifikasi dan masyarakat pemohon diminta menunggu proses
perizinan. Lamanya proses atau tahapan perizinan bergantung pada jenis perizinan
yang telah diinformasikan sebelumnys sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang berlaku. Kemudian masyarakat pemohon dapat memperoleh
informasi terkait perizinan yang telah diajukan melalui website BP2T dan juga
melalui petugas pelayanan.
Apabila izin atau Surat Keputusan (SK) yang dimohonkan susdah selesai
diproses, masyarakat pemohon dapat menerima pemberitahuan melalui pesan
singkat atau SMS Centre yang dikirimkan oleh sistem atau melalui Website BP2T
dengan memasukkan nomor pendaftaran dalam fitur cek status perizinan yang
tersedia. Setelah itu, jika ada besaran retribusi dari jenis perizinan yang diajukan,
maka pemohon berkewajiban melakukan pembayaran retribusi tersebut di loket
pembayaran. Dengan membawa bukti pembayaran retribusi tersebut, maka izin
atau SK yang dimohonkan dapat diambil di loket penyerahan. Dengan demikian,
pemohon dalam alur proses perizinan tersebut cukup datang ke satu tempat dan
bertemu dengan petugas front office saja. Hal tersebut dilakukan dalam rangka
meminimalisir interaksi antara pemohon dengan petugas perizinan dan
menghindari adanya pungutan-pungutan tidak resmi yang dilakukan oknum nakal.
Selain itu sistem ini juga berfungsi sebagai laporan perizinan secara
realtime/langsung kepada pimpinan jadi manakala terdapat petugas pendaftaran
melakukan input data pemohon izin, maka pimpinan dapat langsung mendapatkan
informasi tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dapat melakukan evaluasi apakah
proses perizinan yang berjalan sudah sesuai dengan SOP yang berlaku. Dalam
sistem ini, pimpinan juga mendapatkan informasi mengenai berapa lama waktu
dari pemrosesan berkas perizinan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya
sehingga dengan sistem tersebut pimpinan dapat melakukan evaluasi terhadap
kinerja pegawai yang ada di BP2T. Sistem ini juga akan mengirim secara
langsung kepada pemohon berapa retribusi yang harus dibayar dan dengan sistem

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


55

ini juga pemohon akan mendapat informasi kapan berkas perizinan tersebut
selesai dan dapat diambil oleh masyarakat pemohon izin. Intinya dengan sistem
ini akan membuat proses perizinan menjadi cepat, akurat, transparan dan
memberikan kepastian baik dari segi biaya maupun waktunya.
Aplikasi SIMYANDU hanya dapat diakses oleh pengguna yang telah
dibuatkan user account oleh administrator. Masing-masing dari pengguna yang
bertugas dalam pemrosesan izin memiliki user account dan passwordnya sendiri.
Aplikasi juga ditempatkn pada server yang dapat diakses oleh publik dengan
menggunakan fasilitas internet. Adapun prosedur dalam menjalankan aplikasi
secara umum bagi para pengguna adalah dimulai dari dilakukannya prosedur login
dengan mengaktifkan aplikasi browser seperti Internet Explorer, Mozilla, Google
Chrome dan sebagainya. Kemudian ketik alamat aplikasi dengan memasukkan
alamat website Aplikasi SIMYANDU yakni menggunakan IP Protokol yang dapat
diakses di lingkungan kantor BP2T dengan nomor IP
192.168.10.10/SIMYANDU/. Setelah masuk ke halaman login aplikasi, maka
akan muncul tampilan halaman sebagai berikut

Gambar 4.3 Tampilan Login Aplikasi SIMYANDU


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan, 2015

Berdasarkan tampilan menu diatas, pengguna kemudian dapat


memasukkan username dan password yang diberikan oleh administrator aplikasi
sesuai dengan hak aksesnya. Username dan password harus dijaga
kerahasiaannya, sehingga tidak sembarang orang dapat menggunakannya.
Kemudian, tekan tombol login, maka akan muncul tampilan halaman dengan
menu yang sesuai dengan hak aksesnya masing-masing seperti pada gambar 4.4
berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


56

Gambar 4.4 Halaman Utama Menu Aplikasi


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Setiap transaksi yang dilakukan oleh pengguna atau user akan dicatat oleh
sistem SIMYANDU sesuai bagian yang menginputnya, dan dapat dilakukan
pencetakan jika dibutuhkan. Selanjutnya, untuk mengakhiri penggunaan aplikasi
dapat dilakukan melalui prosedur menagkhiri aplikasi. Apabila tidak ada aktifitas
yang dilakukan oleh user selama satu jam, maka sistem akan secara otomatis
mereset session atau waktu pengguna dalam menggunakan aplikasi. Untuk
melanjutkan, maka pengguuna harus kembali melakukan prosedur login. Apabila
pengguna sudah tidak menggunakan dan ingin keluar (logout) dari aplikasi, maka
hanya klik tombol logout dan aplikasi akan kembali ke halaman login. Perlu
diingat bagi pengguna bahwa untuk menghindari penggunaan dari pihak lain yang
tidak berwenang, maka tidak diperkenankan untuk meninggalkan komputer pada
saat aplikasi dalam keadaan Login.
Dalam aplikasi SIMYANDU terintegrasi ini, dilakukan upaya dalam
mengintegrasikan seluruh kebutuhan dari tahapan proses pelayanan perizinan
dengan beragam model yang ada ke dalam satu buah sistem yang terintegrasi. Hal
tersebut dilakukan agar dapat membantu BP2T Kota Tangerang Selatan dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada publik. Untuk itu, sistem dalam
hal ini mengelompokkan fungsinya menjadi 6 (enam) kelompok atau modul yang
saling terintegrasi dalam satu sistem. Keenam modul tersebut diantaranya adalah:

1. Modul Pelayanan (Front Office): adalah modul yang dapat diakses oleh
petugas di bidang Pelayanan. Modul Pelayanan dibuat sebagai alat bantu pada
Bidang Pelayanan dalam memberikan pelayanan kepada para pemohon yang
mengajukan perizinan. Adapun fungsi-fungsi yang terdapat dalam modul ini

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


57

diantaranya adalah: (1) Untuk mengakses informasi perizinan; (2) Melakukan


pendaftaran permohonan perizinan baru; (3) Melakukan perubahan data perizinan;
(4) Melakukan perpanjangan izin; (5) Melakukan daftar ulang izin; (6) Mencari
status proses perizinan; (7) Penerimaan pembayaran retribusi perizinan; (8)
Penyerahan berkas perizinan; (9) Menerima pengaduan masyarakat; (10)
Merespon pengaduan
2. Modul Pemrosesan (Back Office): adalah modul yang dapat diakses oleh
petugas di bidang pengawasan dan pengendalian. Modul ini merupakan alat bantu
di Bidang Pengawasan dan Pengedalian dalam proses pengolahan data pemohon,
survey lapangan, evaluasi perizinan, pembuatan SK, perhitungan biaya pelayanan
sampai dengan proses penyerahan SK, SKPD, SKRD ke bagian Pelayanan (Front
Office) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemohon. Selain itu, modul
pemrosesan ini memiliki beberapa fungsi diantaranya: (1) Melakukan Entri Data
Perizinan; (2)Melakukan Entri Hasil Tinjauan Lapangan; (3) Membuat BAP
Tinjauan Lapangan;(4)Melakukan Penetapan Persetujuan Perizinan; (5)
Melakukan Penetapan Penolakan Perizinan; (6) Melakukan Pencabutan Perizinan;
(7) Mencetak SK Perizinan; (8) Mencetak SKRD
3. Modul Sekretariat Badan: adalah modul yang memiliki fungsi utama
sebagai alat bantu petugas yang ada di Sekretariat BP2T. Selain itu, modul ini
memiliki fungsi lainnya yaitu penerimaan berkas izin yang sudah selesai serta
penyerahan berkas izin kepada pemohon.
4. Modul Kepala Badan: adalah modul yang memiliki fungsi utama sebagai
alat bantu petugas yang mewakili Kepala BP2T dalam menerima berkas
permohonan atau SK yang harus ditandatangani oleh Kepala Badan.
5. Modul Administrator: adalah modul yang memiliki fungsi utama sebagai
alat bantu petugas yang menjadi administrator dalam pengelolaan aplikasi ini.
Adapun fungsi lainnya dalan modul administrator meliputi (1) Pengaturan Jenis
Perizinan; (2) Pengaturan Perizinan Paralel; (3) Pengaturan Persyaratan Izin; (4)
Pengaturan Jadwal Hari Libur; (5) Pengaturan Property Pendataan; (6) Pengaturan
Dasar Hukum SK; (7) Pengaturan Nilai Retribusi; (8) Pengaturan Koefisien Tarif;
(9) Pengaturan Data Pegawai; (10) Pengaturan Unit Kerja; (11) Pengaturan
Pengguna; dan (12) Pengaturan Peran

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


58

6. Modul Monitoring dan Pelaporan, adalah modul yang dibuat sebagai alat
bagi pemimpin lembaga pelayanan publik maupun kepala daerah untuk
memonitor perkembangan layanan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan.
Selain itu, modul ini memiliki beberapa fungsi lainnya yaitu: (1) Monitoring Per
Jenis Periizinan; (2) Monitoring Per Bulan Masuk; (3) Monitoring Per Desa dan
Kecamatan; (4) Monitoring Masa Berlaku Perizinan; (5) Monitoring Perizinan
Batal dan Dicabut; (6) Monitoring Per Pengambilan Izin; (7) Monitoring Per
Nama Pemohon; (8) Monitoring Per Nama Perusahaan; (9) Monitoring Per Bulan
Pengambilan; (10) Laporan Realisasi Penerimaan; (11) Laporan Rekapitulasi
Pendaftaran; (12) Laporan Rekapitulasi Perizinan; (13) Laporan Rekapitulasi
Retribusi; (14) Laporan Rekapitulasi Pengambilan Izin
Dalam pengoperasian SIMYANDU terintegrasi ini, terdapat peran
administrator yakni pegawai BP2T yang manakala pengguna dari bidang yang
bertugas mengalami kesulitan dalam mengakses, maka dapat meminta bantuan
dari administrator. Administrator ini bertugas di bidang Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Pelaporan yang selalu standby dan siap
sedia ketika dibutuhkan. Berikut daftar pegaawai administrator yang ada di bidang
pengembangan TIK dan sistem pelaporan BP2T Kota Tangerang Selatan:

Tabel 4.2 Daftar Pegawai Beserta Jobdesk di Bidang Pengmbangan TIK

No Nama Status Pekerjaan


1. Agianto Syam Halim TKS Update website dan membuat
S,Kom laporan cek kondisi hardware
2. Ibnu Mas’ud S. Kom TKS Cek jaringan dan membuat
laporan kondisi jaringan
3. Abdillah A.Md TKS Administrasi dan membuat
laporan kegiatan per bidang data
& regulasi
3. Aulia Ikhwanudin Tenaga Cek SMS Gateway dan
Konsultan pengembangan sistem
4. M. Yusuf Tenaga Menangani masalah
Konsultan pengembangan sistem
5. Bagus Gede Arta Fungsional Cek jaringan dan membuat
Perdana S.Kom Umum laporan kondisi jaringan
Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


BAB 5

ANALISIS IMPLEMENTASI (SIMYANDU) TERINTEGRASI DI BADAN


PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA TANGERANG
SELATAN

Pada bab ini, peneliti menggambarkan dan menganalisis data hasil


wawancara mendalam mengenai implementasi sistem informasi manajemen
pelayanan terpadu (SIMYANDU) terintegrasi di BP2T Kota Tangerang Selatan
yang didasarkan pada operasionalisasi konsep pada bab kerangka teori.

5.1 Implementasi SIMYANDU Terintegrasi di BP2T Kota Tangerang Selatan


Dalam mengimplementasikan suatu sistem termasuk SIMYANDU
Terintegrasi sebagai sistem aplikasi yang berfungsi sebagai core utama dari alur
jalannya pemrosesan berkas perizinan di BP2T Kota Tangerang Selatan, dapat
dianalisis melalui teori kerangka implementasi sistem yang dikemukakan oleh
James Wetherbe dalam buku Jeffrey Whitten et al (1990) dengan judul System
Analysis and Design Methods: 2nd Edition dan buku Charles Parker dengan judul
Management Information System (1989). Adapun kerangka teori yang digunakan
meliputi aspek performance analysis, information and data analysis, economic
analysis, control and security analysis, efficiency analysis, service analysis,
personnel specification dan procedure specification.

5.1.1 Performance Analysis


Dalam penerapan SIMYANDU di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BP2T) Kota Tangerang Selatan, secara signifikan telah menimbulkan manfaat
yang dalam memberikan kualitas pelayanan perizinan yang lebih baik kepada
masyarakat. Pengelolaan berkas perizinan melalui sistem merupakan terobosan
yang baik sebagai upaya mempercepat dan mempermudah proses pelayanan
perizinan yang digunakan oleh hampir seluruh bagian di BP2T yang bertugas
dalam memproses alur berkas perizinan.
Sebelum diimplementasikannya aplikasi SIMYANDU, BP2T Kota
Tangerang Selatan harus mencatat satu per satu data berkas permohonan hardcopy

59 Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


60

secara manual ke dalam komputer maupun buku pencatatan di masing-masing


bidang. Proses pencatatan manual tersebut dilakukan oleh semua bidang dalam
pemrosesan berkas perizinan mulai dari bidang pendaftaran hingga pada tahap
akhir penandatanganan SK. Adapun alur pemrosesan berkas terdiri dari beberapa
tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari berkas diajukan ke bagian pendaftaran dan
selanjutnya dilakukan input data berkas permohonan di front office. Kemudian
berkas permohonan izin diverifikasi kembali di back office untuk dilakukan
verifikasi dan pengecekan berkas izin, dan setelah diverifikasi maka dilakukan
peninjauan lapangan oleh bidang pengawasan dan pengendalian (wasdal) untuk
mengecek kesesuaian lokasi perizinan yang diajukan dengan keadaan di lapangan.
Selanjutnya, dari bidang wasdal memberikan berita acara pemeriksaan hasil
tinjauan lapangan izin yang bersangkutan kemudian dikembalikan lagi ke jenis
bidang perizinan baik perizinan pembangunan maupun ekonomi dan
kesejahteraan rakyat (kesra)
Pemrosesan berkas melalui pencatatan secara manual dan tidak sistemik
menyebabkan lamanya waktu yang ditempuh tiap bidangnya. Hal ini tentunya
menimbulkan keluhan dari masyarakat pemohon izin yang menginginkan
kemudahan dan kecepatan dalam proses pelayanan perizinan. Selain itu,
masyarakat juga kerapkali mengeluhkan prosedur pencatatan manual yang
menyebabkan adanya berkas permohonan yang hilang. Hal ini utamanya
disebabkan oleh, belum diterapkanya basis data yang dikelola oleh sistem,
sehingga basis data yang ada masih belum tertata dan rentan dimungkinkannya
berkas hilang atau terselip. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Isep
Cuarsa, selaku Mantan Kepala Seksi Bidang Pengembangan TIK dan Pelaporan:
“…masuk SIMYANDU itu 2011, disana sistemnya masih manual, sistem
perizinan itu..banyak keluhan berkas permohonan hilang.. itu pertama,
yang kedua, pertama ini dulu, lamanya perizinan, lama ada yang sampe
nunggu setahun segala macem, ga selesai-selesai.. setelah ditelusuri
maksud saya tuh tadi, berkas banyak yang hilang, berkas permohonan,.
nah ketika perpindahan antar bidang itu, pencatatan masih manual,
misalnya ada sehari ini ada 20 apa 30 berkas gitu dicatet satu-satu gitu
kan dibikin nota dinasnya, pindahin. ya kebayang lah untuk nyatet dan
mindahin aja kan waktu kan, disana dicatet ulang, kadang catatan itu ga
konsisten..ya kan namanya manual itu kan basis datanya juga masih

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


61

berantakan lah gitu datanya..” (wawancara dengan Bapak Isep Cuarsa, 12


Mei 2015)

Kondisi pemrosesan berkas sebelum diterapkan SIMYANDU, yakni


sebelum tahun 2011, masih menggunakan prosedur manual dalam artian proses
perpindahan berkas dilakukan menggunakan nota dinas, dan pencatatan berkas
menggunakan komputer masing-masing yang belum terintegrasi antar bidangnya.
Hal ini cukup menyulitkan, karena selain memakan waktu lama, juga
dimungkinkan terjadinya manipulasi data dalam mencatat berkas perizinan
tersebut. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ari Ridwan, selaku
staf bidang pengawasan dan pengendalian (wasdal) bidang perizinan
pembangunan sebagai berikut:
“Dulu waktu tahun 2011 saya masuk sini, kita masih belum punya
administrasi yang..terintegrasi satu, kedua, adapun komputer yang
digunakan atau database yang digunakan itu masih versinya satu-satu
buat bidang pelayanan pake modul ini, di wasdal modul ini, di penetapan
SK modul ini dan itu diberikan manual.. Nah kemungkinan dari manual itu
dimungkinkan terjadinya manipulasi..” (wawancara dengan Bapak Ari
Ridwan, 13 Mei 2015)

Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa sebelum


diterapkannya SIMYANDU, mekanisme pemrosesan berkas masih menggunakan
prosedur manual yang cukup memakan waktu, sehingga berdampak pada lamanya
suatu proses perizinan dapat diselesaikan dan menimbulkan berbagai keluhan dari
masyarakat. Selain itu, dengan prosedur manual yang diterapkan, maka
dimungkinkan terjadinya suatu manipulasi data, karena data tidak terekam secara
sistem dan ketiadaan koordinasi antar bidang. Setelah diterapkannya SIMYANDU
terintegrasi alur pemrosesan berkas perizinan menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan prosedur manual yang sebelumnya diterapkan. Karena, SIMYANDU
merupakan sistem utama atau sebagai penggerak jalannya alur berkas perizinan
yang dikelola oleh BP2T Kota Tangerang Selatan. Namun meskipun demikian,
mutasi berkas secara hardcopy masih terus dilakukan disertai dengan mutasi data
yang diinput ke dalam sistem sehingga mutasi pemrosesan berkas baik dalam
sistem maupun secara hardcopy harus dilakukan secara bersamaan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


62

Kemudian, performance analysis yang akan dibahas disini adalah


berkaitan dengan throughput yakni jumlah transaksi yang dapat diproses dalam
kurun waktu tertentu serta response time yakni waktu yang diperlukan untuk
memproses sebuah transaksi. Untuk memahami performance analysis dari
SIMYANDU, maka hampir sama halnya dengan menjabarkan mekanisme
pemrosesan berkas perizinan. Hal ini dikarenakan SIMYANDU merupakan
aplikasi yang memiliki fungsi utama sebagai pengatur jalannya pemrosesan berkas
perizinan dari awal didaftarkan sampai izin selesai. Untuk itu, selanjutnya akan
dijabarkan kerangka performance analysis dengan melihat alur pemrosesan izin.
Adapun jumlah transaksi yang diterima oleh BP2T Kota Tangerang
Selatan tiap harinya cukup banyak. Hal ini dikarenakan BP2T merupakan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Tunggal penyelenggara pelayanan perizinan di
Kota Tangerang Selatan. Dalam sebulan, menurut data sekunder yang diperoleh,
jumlah pendaftaran perizinan selama satu bulan pada tahun 2014 berkisar sekitar
1200 sampai 1800 berkas dari seluruh perizinan perbulannya. Berikut dapat dilihat
tabel jumlah perizinan yang masuk ke BP2T tahun 2014 per bulannya:

Tabel 5.1 Jumlah Perizinan di BP2T Tangsel Tahun 2014


Bulan Jumlah Perizinan Bulan Jumlah Perizinan
Januari 1265 Juli 1183
Februari 1265 Agustus 1046
Maret 1669 September 1358
April 1478 Oktober 1823
Mei 1324 November 1359
Juni 1498 Desember 1513
Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan, 2014 (diolah kembali oleh peneliti)

Jika diasumsikan dari data jumlah berkas yang diterima pada tahun 2014
tersebut dirata-ratakan, maka berkas yang diproses dalam sistem dalam perharinya
(diasumsikan 22 hari kerja, karena sabtu minggu libur), berjumlah sekitar 50
sampai 80 berkas yang didaftarkan untuk selanjutnya diproses ke bagian-bagian
lain baik secara sistem maupun secara berkas. Hal tersebut menunjukkan bahwa
jumlah data pendaftaran perzinan yang diinput melalui sistem pada bagian front
office atau pelayanan per harinya cukup banyak. Sementara, jumlah pegawai di
bidang front office sebanyak 4 orang di bidang pelayanan perizinan ekonomi dan
kesra serta 6 orang di bidang pelayanan perizinan bidang pembangunan. Jika

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


63

dibandingkan dengan jumlah pegawai yang melakukan input dan volume rata-rata
berkas yang masuk ke bidang pendaftaran, dapat dikatakan bahwa jika per
orangnya melakukan input data pendaftaran sekitar 5 sampai 8 berkas.
Hal ini berarti beban kerja yang ditanggung per orangnya tidaklah sulit,
dan berkas yang masuk dapat diinput dan diproses dengan baik. Tentunya data
yang ditampilkan tersebut disini dijadikan sebagai gambaran, karena jumlah
berkas yang didaftarkan setiap harinya tentunya berubah-ubah. Berkas yang
masuk ke pendaftaran tersebut, kemudian masuk ke bagian verifikasi dan
pemeriksaan berkas dimana akan diperiksa kelengkapan berkas, dan data yang
telah diinput oleh petugas di bagian pendaftaran tersebut. Petugas yang berada di
bagian verifikasi dan penetapan ini berjumlah 13 orang yang rerdiri dari 8 orang
bidang perizinan ekonomi dan kesra dan 5 orang bidang perizinan pembangunan.
Kemudian, dilihat dari aspek response time dalam performace analysis
yang dikemukakan oleh James Wetherbe (dalam Jeffrey Whitten et al, 2001),
bahwa kinerja atau performance dari suatu sistem dapat dilihat dari waktu yang
diperlukan dalam memproses sebuah transaksi. Transaksi disini juga dapat
diartikan sebagai lamanya waktu yang diperlukan dalam melakukan proses input
data. Untuk menginput data di bidang front office atau pelayanan pendaftaran,
petugas hanya melakukan entri data yang sifatnya simple meliputi isian nama
pemohon, nomor KTP, jenis izinnya yang dimohonkan, tanggal terima berkas,
lokasi izin hingga pengecekan berkas dan terakhir mencetak tanda terima
pendaftaran. Berikut tampilan entri data dalam modul front office SIMYANDU:

Gambar 5.1 Tampilan Menu Isian Data Pemohon Modul Front Office
Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan tampilan menu tersebut dapat dilihat bahwa petugas front


office dalam hal ini hanya menginput beberapa hal terkait informasi pemohon, dan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


64

kemudian menceklis kelengkapan dari berkas permohonan yang diajukan. Hal ini
telah sesuai dengan jobdesk atau uraian kerja untuk bidang pendaftaran pelayanan
yang ada di front office. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Agianto
Syamhalim, staf operator di bidang pengembangan TIK dan sistem pelaporan
BP2T Kota Tangerang Selatan, berikut:
“Iya, jadi untuk awal kan pemohon dateng ke front office.. nah di
pelayanan itu fiturnya cuma entri data ya simple, seperti itu, kayak
misalnya nama, nomer ktpnya, jenis izinnya apa, seperti itu.. jadi yang di
front office fiturnya tuh hanya mencatat data singkat dari pemohon yang
datang ke BP2T Tangsel.. si front office rada singkat lah untuk entri
datanya, itu jadi yang menggunakan SIMYANDU ya sesuai dengan
jobdesknya.. jobdesknya dia di front office ya dia cuma entri data
pemohon aja yang singkat, seperti itu jadinya..” (wawancara dengan
Agianto Syamhalim, 8 Mei 2015)

Setelah pengisian daftar pemohon, petugas kemudian dapat mengisi informasi


lokasi izin pada tab disamping data pemohon. Menu isian koordinat dapat
dikosongkan dan akan dimasukkan setelah dilakukan survey lapangan oleh bidang
pengawasan dan pengendalian (wasdal). Berikut tampilan menu isian lokasi izin
pada menu SIMYANDU:

Gambar 5.2 Tampilan Data Entri Isian Lokasi Izin


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Setelah mengisi lokasi izin, maka selanjutnya petugas mengisi data


perusahaan yang memohonkan izin. Selanjutnya klik persyaratan dan beri tanda
ceklist pada form persyaratan yang telah dipenuhi dalam hardcopy berkas tersebut.
Setelah persyaratan diceklis dan dicek, kemudian petugas menyimpan data yang
telah diinput dan akan muncul tampilan data permohonan izin sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


65

Gambar 5.3 Tampilan Daftar Permohonan Izin


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Mekanisme input data di bidang pendaftaran tersebut cukup simple dan


tidak memakan waktu lama. Melalui wawancara tersebut, Agianto selaku staf
administrator yang dalam hal ini juga memiliki wewenang untuk membuka menu
front office, menunjukkan daftar isian yang harus dientri oleh petugas front office.
Informasi yang dientri berupa pengisian informasi data pemohon, serta mengecek
kelengkapan data pada berkas yang diajukan dengan cara menceklis kolom yang
berisi daftar kelengkapan. Dalam hal ini, persyaratan izin dapat dilakukan
konfigurasi oleh administrator sistem yakni staf di bidang data dan pengembangan
TIK. Waktu yang dibutuhkan untuk menginput satu berkas perizinan ketika
Agianto sebagai administrator mengisinya adalah sekitar 15 menit dari input data
pemohon, lokasi izin, menceklis kelengkapan hingga pada klik menu untuk print
tanda terima pendaftaran. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Agianto
Syamhalim sebagai berikut:
“Oh waktu inputnya, user ya.. di staf masing-masing bidang, gitu.. paling
lama lima belas menit untuk yang itu.. jadi semuanya.. Untuk input data di
SIMYANDU di masing-masing bidang, masing-masingnya lima belas
menit maksimal, gitu.. tapi untuk prosesnya kayak survey gitu gitu acara
lapangannya kan beda lagi” (wawancara dengan Agianto Syamhalim, 28
Mei 2015)

. Setelah itu, berkas perizinan kemudian akan masuk ke bagian verifikasi,


pemeriksaan dan penetapan berkas. Di bagian ini juga akan dilakukan
pengecekkan kembali melalui sistem, baik oleh petugas atau stafnya maupun oleh
Kepala Seksi Verifikasi dan Penetapan Perizinan yakni Bapak Herman Susilo. Hal
ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Sapto Pratolo, selaku Kepala Seksi
Pelayanan Perizinan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


66

“Sama, di seksi-nya Pak Herman maupun Seksi-nya saya memang


menggunakan, semua menggunakan sistem.. karena kita meng.. eh karena
alur berkasnya itu kita menggunakan siste, anak buahnya pak herman pun
menggunakan sistem mulai dari pendaftaran, pendaftaran diinput
kemudian masuk kedalam untuk diverifikasi, di verifikasi, dicek
persyaratannya oleh Pak Herman.. ya setelah itu dengan setelah di acc
sama Pak Herman, baru melalui sistem baru dimutasi ke bidang wasdal..”
(wawancara dengan Bapak Sapto Pratolo, 13 Mei 2015)

Setelah berkas lolos, yakni dinyatakan telah lengkap dalam memenuhi


persyaratan maka akan masuk ke bidang pengawasan dan pengendalian (wasdal)
untuk dilakukan peninjauan lapangan. Peninjauan lapangan ini dilakukan sebagai
upaya mengecek kesesuaian berkas yang diajukan pemohon dengan keadaan
sebenarnya di lapangan. Di bidang wasdal ini juga dilakukan input data melalui
SIMYANDU, berkaitan dengan berkas yang masuk dari bidang pelayanan. Seperti
mekanisme pada petugas front office, petugas di bagian wasdal juga dapat login
menggunakan username dan password dan serta dapat mengecek kemudian
mengentri data perizinan. Sebelum dilakukan penjadwalan lapangan, maka
terlebih dahulu, baik berkas yang terdata dalam sistem maupun berkas hardcopy
harus sudah dimutasi ke bagian wasdal dan lamanya waktu mutasi berkas adalah
nol hari kerja. Bidang wasdal ini akan dibuatkan surat perintah peninjauan
lapangan dan kemudian akan berkoordinasi dengan tim coordinator wilayah yang
akan bertugas di lapangan. Selanjutnya, setelah dilakukan peninjauan lapangan,
maka akan menghasilkan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Peninjauan Lapangan.
Adapun utamanya fungsi SIMYANDU dalam bidang wasdal ini adalah
sebagai sistem yang dapat menunjang pemrosesan berkas dan dapat menghasilkan
produk sesuai dengan kebutuhan dan keperluan bidang pengawasan dan
pengendalian. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Bapak Ari Ridwan selaku
staf bidang pengawasan dan pengendalian (wasdal) perizinan pembangunan BP2T
Kota Tangerang selatan berikut:
“Sebenernya gini, kalo ini kan penunjang yah? Jadi yang namanya sistem
itu sesuai dengan kebutuhan yang kita perluin di wasdal.. wasdal itu
memerlukan suatu bentuk laporan berita acara hasil lapangan, yang
nantinya akan produk wasdal itu sendiri itu berita acara pemeriksaan
lapangan atau BPL, nah suratnya seperti ini.. berita hasil pemeriksaan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


67

lapangan ini perizinan apa ini, nah ini ini produknya wasdal..”
(wawancara dengan Bapak Ari Ridwan, 13 Mei 2015)

Selain sebagai sistem yang berfungsi memenuhi produk yang dihasilkan


oleh Bidang Wasdal, Bapak Ari Ridwan juga merasakan bahwa dengan adanya
sistem SIMYANDU terintegrasi ini maka dapat menciptakan suatu sistem yang
mendukung jalannya proses perizinan secara berkesinambungan. Kesinambungan
disini diartikan sebagai adanya sinergi berupa pengecekan secara continue dan
terintegrasi oleh sistem antar bidangnya. Proses yang terekam dalam sistem ini
tentu akan memudahkan para petugas khususnya di bidang wasdal untuk
memperoleh informasi mengenai informasi posisi berkas permohonan izin,
sehingga nantinya masyarakat yang ingin mengetahui sudah sejauh mana berkas
perizinannya diproses akan lebih mudah mengetahuinya. Hal ini kembali
diperjelas oleh pernyataan Bapak Ari Ridwan berikut:
“..trus kalo dari sistemnya sendiri jadi karena sistem ini yang dibuat
integrated jadi biar bisa ada kesinambungan, mulai dari perjalanan
berkas mulai dari pendaftaran sampe SK, jadinya SK.. nah berarti si kita,
BP2T Tangerang Selatan memerlukan istilahnya suatu sistem yang
terkoneksi antara ke bidang nah diantaranya sistem SIMYANDU ini, buat
kita di wasdal sistem SIMYANDU ini untuk mengetahui posisi berkas yang
naik ke kita akan ditinjau ke lapangan dari berkas yang sudah diproses di
wasdal maupun yang sudah selesai dari wasdal..” (wawancara dengan
Bapak Ari Ridwan, 13 Mei 2015)

Pada bidang wasdal menurut Bapak Ari, memiliki bagian dan tugasnya
masing-masing. Terdapat bagian pra tinjauan dan pasca tinjauan, pra tinjauan
yakni posisi Pak Ari dimana pegawai bertugas melakukan penerimaan mutasi
berkas dari pelayanan untuk selanjutnya dilakukan penjadwalan peninjauan
lapangan. Selain itu, pra tinjauan juga melakukan koordinasi dengan koordinator
wilayah (Korwil) yang mendampingi dalam melakukan peninjauan lapangan,
kemudian setelah dilakukan peninjauan lapangan, berkas masuk ke pasca tinjauan,
disini BAP hasil tinjauan lapangan akan diketik dan dientri ke sistem. Berikut
tampilan data entri tinjauan lapangan pada modul back office bidang wasdal:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


68

Gambar 5.4 Tampilan Entri Tinjauan Lapangan


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Setelah entri hasil tinjauan lapangan tersebut selesai dientri sesuai dengan
perjanjian yang dibuat, dan disimpan ke sistem, maka status akan perizinan
tandanya telah diupdate. Selanjutnya, hasil pemeriksaan lapangan (HPL) tersebut
dibuatkan BAP atau berita acara pemeriksaan tinjauan lapangan untuk mengkaji
HPL. Kemudian tampilan menu akan menunjukkan entri data berupa tanggal
pemeriksaan lapangan dan pesan komentar. Beriku tampilan form Berita Acara
Pemeriksaan dalam menu SIMYANDU:

Gambar 5.5 Input BAP Hasil Tinjauan Lapangan


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Kemudian, setelah BAP Hasil Tinjauan lapangan sebagai tugas akhir dari
bidang wasdal selesai, maka berkas selanjutnya dimutasi kembali ke bidang
perizinan yang bersangkutan untuk ditandatangi Kepala Seksi, Kepala Bidang,
Sekretaris Badan dan Kepala Badan untuk kemudian dikeluarkan Surat Keputusan
(SK) atau Izin. Adapun waktu diberikan dalam pemrosesan berkas perizinan
pembangunan di bidang wasdal sendiri adalah 14 hari kerja terhitung dari awal
berkas dimutasi, peninjauan lapangan hingga pada pembuatan BAP.
Selanjutnya, akan dilakukan penetapan perizinan pada menu SIMYANDU
yang digunakan untuk menetapkan apakah izin diterima atau ditolak melalui

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


69

tampilan form penetapan izin berupa penetapan SK baik izin yang diterima
maupun yang ditolak. Kemudian, dapat dilakukan pencetakan SK/Izin maupun
pencerakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD). Dalam hal performance
analysis melalui throughput dan response time ini, modul yang terkait dalam
analisis ini adalah modul pelayanan (front office) dan modul pemrosesan (back
office) dalam hal pemrosesan izin, sedangkan menu lainnya berupa modul kepala
badan, secretariat badan dan modul monitoring merupakan modul pendukung dari
fungsi utama SIMYANDU sebagai alur pemrosesan berkas perizinan. Dikatakan
sebagai pendukung karena, modul kepala badan berfungsi sebagai alat bantu
penandatanganan SK yang termasuk ke dalam alur pemrosesan, kemudian modul
secretariat badan digunakan untuk menerima dan menyerahkan berkas terhadap
pemohon. Modul monitoring dan pelaporan berfungsi bagi para pimpinan maupun
para pegawai untuk melakukan monitoring yang berkaitan dengan perizinan serta
sarana penyampaian pelaporan. Modul administrator juga merupakan modul
pendukung dimana melalui modul ini, dapat membantu petugas yang menjadi
administrator terkait pengembangan dan pengelolaan aplikasi SIMYANDU,
sehingga dapat mengakses informasi terkait pengaturan perizinan, dasar hukum
SK, pendataan property, nilai retribusi, koefisien tarif, data pegawai, unit kerja
dan peran pengguna dalam sistem.
Jadi dengan kata lain, berdasarkan keterangan dari para narasumber dan
data sekunder yang didapat, maka dalam hal performa SIMYANDU terintegrasi
ini telah memberikan kinerja yang cukup baik. Hal tersebut terbukti dari
singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk menginput sebuah data berkas
permohonan di masing-masing bidang hanya dalam waktu 15 menit jika
dibandingkan dengan pemrosesan manual yang sebelumnya diterapkan. Namun
hal lain yang juga berpengaruh adalah, walaupun telah diterapkan SIMYANDU
sebagai basis data dari berkas perizinan, tetapi hardcopy dari berkas permohonan
izin masih dibutuhkan dalam hal mutasi berkas perizinan. Hal ini lah yang
menimbulkan ketidakefisienan dari sistem itu, karena para petugas selain harus
menginput data ke sistem juga harus melakukan mutasi berkas hardcopy ke
masing-masing bidang sesuai dengan alur perizinan, seperti yang diungkapkan
Agianto Syamhalim berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


70

“Kalo SIMYANDU memang belom, Karena dia, gimana ya, jadi alur
berkas tuh ada dua, satu melalui sistem, satu lagi hardcopynya.. yang jadi
kendala hardcopynya itu yang misalnya hilang kemana gitu, atau kalo
misalnya ditahan-tahan gitu sama orang, misalnya yang ini ditahan-
tahan..” (wawancara dengan Agianto, 28 Mei 2015)

Sedangkan untuk bidang wasdal, kinerja sistem dinilai cukup baik dalam
melakukan input data, namun dalam hal waktu pemrosesan, bidang wasdal sendiri
masih berpatokan pada aturan yang ada yakni waktu pemrosesan berkas di bidang
ini dilaksanakan selama 14 hari kerja. Namun demikian, hal ini masih tergantung
pada kualitas dari sumber daya manusia yang menginput atau mencatat data
berkas permohonan izin ke dalam sistem. Diluar dari hal tersebut, utamanya
SIMYANDU terintegrasi ini masih memberikan performa yang baik dengan
singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk menginput data akan sangat membantu
mengingat banyaknya volume berkas yang masuk ke BP2T Kota Tangerang
Selatan.

5.1.2 Information and Data Analysis


5.1.2.1 Analisis Terhadap Output
Pada analisis mengenai output, akan dijabarkan beberapa hal terkait
kelengkapan data yang akan mempengaruhi output, upaya yang dilakukan
terhadap berkas yang sudah tidak terpakai, serta proses entri data yang dilakukan
secara otomatis. Adapun jenis output yang dihasilkan oleh aplikasi SIMYANDU
terintegrasi diantaranya adalah hasil yang diperoleh dari pengoperasian modul-
modul dan layanan dalam SIMYANDU diantaranya berupa Surat Keputusan atau
Izin yang dikeluarkan, Nilai Sewa Reklame, Surat Ketetapan Retibusi Daerah
(SKRD), rekapitulasi data perizinan, pendaftaram, retribusi maupun pendambilan
izin, tanda bukti pendaftaran, pelaporan internal, BAP Hasil Tinjauan Lapangan
dan output lainnya yang berkaitan dengan hasil dari pemrosesan meng-input data
melalui sistem.

5.1.2.1.1 Pengecekan Terhadap Kelengkapan Data


Dalam analisis ini, akan dibaahas mengenai bagaimana operator atau user
melakukan pengecekan untuk memastikan kelengkapan dan akurasi data yang
dimasukkan dan dihasilkan oleh SIMYANDU terintegrasi. Proses pengecekan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


71

kelengkapan dan akurasi data terkait berkas permohonan izin dilakukan oleh
petugas bidang pelayanan serta petugas di bidang verifikasi dan pemeriksaan
berkas, yang kemudian dilakukan pemeriksaan kembali oleh Kepala Seksi
Verifikasi dan Penetapan Perizinan dan juga staf di masing-masing bidang
perizinan. Dalam keterkaitannya dengan kelengkapan data, setiap perizinan yang
diajukan telah menetapkan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi pemohon.
Kelengkapan berkas ini yang akan dicek oleh pegawai di bidang pelayanan (front
office) dan jika persyaratan belum lengkap, maka berkas izin tersebut tidak dapat
diproses. Kelengkapan input atau proses masukan dari informasi berkas izin ini
tentunya akan mempengaruhi kelengkapan output yang nantinya akan dihasilkan.
Adapun alur pemrosesan berkas dari mulai pendaftaran, masuk ke bidang
pemrosesan atau back office dimana akan dilakukan input data secara lebih detail
dan dicek lagi kelengkapan persyaratan yang masuk baik sistem maupun
hardcopy, untuk selanjutnya masuk ke bidang perizinan pembangunan/kesra yang
dicek juga oleh Kepala Seksi dan juga staf di bidang verifikasi dan penetapan lalu
kemudian masuk ke wasdal untuk dilakukan peninjauan lapangan. Dalam hal ini,
staf di bidang wasdal sangat membutuhkan adanya kelengkapan data, karena
untuk melakukan peninjauan lapangan, harus memenuhi persyaratan utama
kelengkapan berkas hardcopy maupun akurasi data yang diinput ke dalam sistem.
Jadi dengan kata lain, pemeriksaan kelengkapan berkas pada bidang awal
pendaftaran sampai kepada bidang pelayanan yang dituju sudah cukup baik
karena dilakukan sebelum berkas masuk untuk dilakukan peninjauan lapangan.
Namun demikian, pemrosesan izin melalui SIMYANDU yang belum
berbasis online ini nyatanya masih rawan dikuasai oleh para calo yang membantu
masyarakat dalam mengurus perizinan di BP2T Kota Tangerang Selatan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ketua Ombudsman, bahwa terdapat banyak
potensi pungutan liar dalam sektor pelayanan izin usaha di daerah, yang
disebabkan birokrasi di level ini yang dinilai berbelit (Adzkia, 2014). Begitupun
yang terjadi di BP2T Kota Tangerang Selatan, terhadap jenis perizinan diluar dari
perizinan jenis SIUP dan TDP yang baru pada 10 April 2015 lalu telah
diluncurkan secara online. Praktik calo ini umumnya dilakukan oleh pegawai
BP2T sendiri yang diminta masyarakat untuk membantu memproses serta

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


72

memantau jalannya berkas perizinan. Namun demikian, kelengkapan persyaratan


yang diajukan tetap menjadi hal utama karena apabila berkas ataupun persyaratan
izin yang diminta tidak lengkap, maka izin tidak dapat diproses baik melalui calo
maupun didaftarkan secara mandiri. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu
staf BP2T ketika ditanyakan mengenai seberapa banyak praktik calo yang masih
terdapat dalam pengurusan izin di BP2T sebagai berikut:
“Banyak itu hehe, ya ada sih ya ngebantu sih ngebantu, tapi ya kalo
persyaratan ga lengkap harus ngikutin prosedur, kalo ga lengkap ya
ditolak.. Jujur nih, eh banyakan iya, jadi dari orang-orang BP2T ya ikut
ngebantu pemohon atau masyarakat..ya ga bisa dipungkiri ya, masyarakat
butuh minta tolong ya kita ikut ngebantu, jadilah kaya gitu.. ya kalo
misalnya, katakanlah calonya bener mah ya ngikutin prosedurnya, kalo
misalnya dia ga lengkap misalnya ya lengkapin dulu baru bisa dijalanin..”
(wawancara dengan Agianto, 28 Mei 2015)

Maraknya praktik calo tentu tidak dapat dipungkiri dalam pelayanan


perizinan birokrasi pemerintah khususnya di daerah. Selain permasalahan
birokrasi yang berbelit, sebaagaimana dikatakan oleh pegawai tersebut tidak
hanya akibat dari kondisi pada birokrasi pemerintahan, tetapi juga dari adanya
kemauan masyarakat sendiri yang menginginkan kemudahan dan kecepatan dalam
menerima layanan ditengah keterbatasan waktu yang mereka miliki. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh salah satu pegawai BP2T berikut ini:
“Karena memang kita mencoba untuk memberlakukan pertama, mengikis
kalo menghilangkan agak susah ya di struktur birokrasi pemerintah ya
salah satu kesulitannya ya itu tadi, bahasa kasarnya tuh kalo kita di
pemerintahan itu tidak meminta mungkin bisa, tapi kalo yang dikatakan
tidak menerima nah itu yang susah.. karena kan mental masyarakat
sendiri itu kan pengennya mudah, cepat dan ga mau ribet, apalagi
tingkatan masyarakat yang mengurus izin dari sisi ekonomi ternyata
menengah ke atas, pengusaha levelnya itu tidak mau mengorbankan
waktu, udahlah sekian deh jadi nah katakanlah seperti itu.. nah hal seperti
itu lah yang mendukung terjadinya yang seperti itu tadi, katakanlah ada
orang dalem, ada calo seperti itu ga ada, itu diciptakan justru yaa dari
orang diluar sendiri dari masyarakat itu sendiri ya itulah ga mau ribet ya
punya duit ya udah itu tadi, misalkan ada penjual ada pembeli..”
(wawancara dengan Tubagus Asep, 13 Maret 2015)

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


73

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa meskipun


Narasumber tersebut menyatakan sudah tidak ada lagi praktik calo di lingkungan
BP2T, namun pendapat selanjutnya mengatakan bahwa sulit untuk menghilangkan
praktik calo ini karena bagi pegawai sulit pula untuk tidak menerima imbalan dari
masyarakat yang ingin mengurus perizinan dengan cara cepat. Untuk itu, dapat
dikatakan bahwa di BP2T masih terdapat praktik calo yang dilakukan oleh oknum
yang tak lain adalah pegawai BP2T sendiri yang nyatanya sulit dihilangkan pada
pelayanan perizinan di BP2T Kota Tangerang Selatan. Namun, walaupun masih
maraknya praktik calo dalam upaya mempermudah masyarakat mengurus
perizinan, namun diupayakan bagi para pemohon untuk memenuhi kelengkapan
berkas perizinannya terlebih dahulu, karena apabila tidak lengkap maka berkas
tidak akan diproses sekalipun memakai jasa calo.

5.1.2.1.2 Shared Output No Longer Needed


Penerapan sistem informasi yakni aplikasi SIMYANDU pada BP2T Kota
Tangerang Selatan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dlam beberapa hal
seperti efisiensi waktu, pegawai maupun beban kerja, serta dalam hal materi dan
output yang dihasilkan. Maanfaat yang tentunya diharapkan dari segi efisiensi
output yang dihasilkan dalam artian melalui penerapan sistem ini, maka jumlah
berkas hardcopy yang digunakan maupun dihasilkan akan berkurang sehingga
tercipta sesuatu yang paperless. Namun dalam praktiknya, nyatanya penerapan
aplikasi SIMYANDU ini tidak berdampak pada efisiensi output yang dihasilkan.
Hal ini karena aplikasi SIMYANDU ini tidak menunjang fitur untuk
mendigitalisasi berkas permohonan dalam hal upload data hasil scanning berkas,
sehingga data tidak dapat terdigitalisasi. Jadi, data yang diinput maupun diproses
dalam SIMYANDU hanyalah berupa memasukkan data text seperti data informasi
pemohon, lokasi izin, persyaratan izin, yang diketik serta diceklis oleh petugas.
Ketiadaan proses digitalisasi berkas permohonan ketika awal pemrosesan
berkas menyebabkan, berkas hardcopy perizinan dalam pemrosesan juga harus
terus berjalan atau dimutasi, seiring dengan mutasi data yang dilakukan dalam
sistem, sehingga dari penerapan SIMYANDU ini tidak bersifat paperless atau
tidak menimbulkan manfaat efisiensi dari segi output. Sebagaimana yang

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


74

diungkapkan oleh M. Yusuf selaku staf pengembangan TIK dan pelaporan


berikut:
“Kalo banyak pengurangan dari berkas hardcopy dari SIMYANDUnya
kurang karena disini kan hardcopy masih digunakan juga, jadi dari
sistemnya hanya menginput informasi dari berkas kemudian dari sistem
jalan dan dari hardcopy berkasnya masih terus jalan..” (wawancara
dengan M. Yusuf, 27 Mei 2015)

Ditambah lagi, jika terjadi kesalahan dalam melakukan input data oleh
petugas yang mengharuskan dilakukan perubahan data yang dimasukkan melalui
petugas di bidang pengembangan TIK/server, dimana untuk melakukan perubahan
data harus melalui nota dinas secara tercetak. Hal ini juga dapat membuat berkas
hardcopy yang dihasilkan semakin bertambah, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Agianto Syamhalim berikut ini:
“Enggak, berkas itu jadi banyak. Karena kita bukan akses internet banget,
jadi gak paperless gitu, Karena dia tidak di digitalisasi berkasnya, jadi ya
gak kayak Simponi, yang bisa discan cukup.. Jadi, perpindahan dari
bidang lain ke bidang lain dari tiap kepala seksi tiap bidang-bidangnya
berkas dari kepala seksi ya dikasih nota dinasnya, gitu. Makannya jadi
gak paperless” (wawancara dengan Agianto Syamhalim, 28 Mei 2015)

Selain itu, nota dinas juga masih digunakan manakala terdapat perpindahan atau
mutasi berkas dari satu bidang ke bidang pemrosesan berkas selanjutnya.
Kemudian, dalam hal meminta persetujuan atau approval berkas perizinan dari
satu bidang tertentu yang selain dilakukan melalui sistem, juga harus disertai
dengan approval secara hardcopy berupa paraf dari kepala seksi maupun
penerima berkas. Hal ini, menunjukkan bahwa dalam penerapan SIMYANDU ini
telah menimbulkan double job dimana dalam memproses berkas, harus dilakukan
dua kali dan juga beriringan baik dari sistem maupun dari berkas hardcopy. Tidak
adanya efisiensi output atau pengurangan berkas hardcopy ini, disebabkan pula
dari kinerja SIMYANDU yang dalam hal ini juga melakukan pengarsipan berupa
hardcopy pada akhir pemrosesan berkas yakni persyaratan kelengkapan berkas
harus diarsipkan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang tentang
Kearsipan yang berlaku. Hal ini dikemukakan oleh pihak akademisi yaitu Prof.
Zainal A. Hasibuan, selaku Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


75

“Mengenai dokumen itu harus ada yang tercetak disamping yang digital,
mungkin ini ada kaitannya dengan Undang-Undang Arsip, sebenernya
Undang-Undang Arsip dan juga Undang-Undang apa itu saya lupa. Di
satu sisi undang-undang arsip itu masih harus dalam bentuk tercetak kalo
tidak salah ya, tapi di sisi lain dokumen digital itu bisa menjadi suatu
dokumen resmi. Nah mungkin ini masalah sinkronisasi kerja. Tapi
harusnya, agar dia efisien, artinya sumber dayanya salah satu kertas itu
lebih optimal, ya gak perlu lagi dokumen cetaknya ikut. Jadi di upload aja,
bisa dimasukin ke dalam suatu sistem..” (wawancara dengan Prof. Zainal
A. Hasibuan)
Berdasarkan pernyatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aplikasi
SIMYANDU tidak menghasilkan efisiensi dalam hal output yang dikeluarkan,
karena berkas hardcopy permohonan izin masih sangat dibutuhkan baik dalam hal
verifikasi kelengkapan persyaratan maupun pengarsipan. Hal ini dikarenakan
karena dalam SIMYANDU tidak mendukung adanya proses digitalisasi berkas
sehingga tidak bersifat paperless.

5.1.2.1.3 Automatic System Data Entry


Dalam aspek automatic system data entry, dianalisis mengenai bagaimana
data dapat masuk ke dalam sebuah sistem aplikasi yang diterapkan. Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa aplikasi SIMYANDU merupakan motor
penggerak dari jalannya alur pemrosesan berkas. Alur pemrosesan berkas data
perizinan melalui sistem terdiri dari beberapa tahapan tiap bidangnya. Setiap
melakukan input data text ke dalam sistem dibutuhkan waktu sekitar 15 menit,
namun waktu yang dibutuhkan hingga pada pencetakan SK dan diserahkan
kepada pemohon telah ditetapkan dalam SOP masing-masing perizinan. Proses
meng-input berkas seperti yang telah dijelaskan pada aspek performance analysis,
dimana mulanya pemohon yang datang ke bidang pendaftaran mengajukan berkas
permohonan izinnya, kemudian petugas menginput data permohonan izin pada
sistem meliputi data pemohon lokasi izin dan sebagainya dalam bentuk text.
Kemudian, setelah dari pendaftaran akan masuk ke bagian pemrosesan yang akan
diinput lebih detail dan diperiksa kembali kelengkapan dan data yang diinput
melalui sistem, selanjutnya, baik berkas hardcopy maupun sistem dilakukan
mutasi ke bidang perizinan yang bersangkutan baik pembangunan maupun
kesejahteraan rakyat.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


76

Setelah semua berkas diverifikasi dan dicek kembali kelengkapannya di


bagian perizinan tersebut, maka sistem dan berkas akan di mutasi ke bagian
pengawasan dan pengendalian (wasdal) untuk dilakukan pengecekkan lapangan.
Dibagian wasdal ini, fungsi sistem selain menerima mutasi berkas, juga
melakukan pemeriksaan di pra tinjauan lapangan, kemudian setelah dilakukan
peninjauan lapangan, selanjutnya dilakukan pengetikan dan penginputan data
mengenai Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Hasil Tinjauan Lapangan melalui
sistem. Setelah dinyatakan lolos, maka berkas dimutasi kembali ke bagian
perizinan pembangunan maupun kesra untuk dilakukan pencetakan SK maupun
pencetakan Nilai Sewa Reklame (NSR), namun untuk izin diluar reklame, SK
dapat dicetak langsung.
Selanjutnya SK tersebut akan diverifikasi kembali oleh Kepala Seksi
Perizinan pembangunan/kesra untuk dicek kelengkapan persyaratan maupun BAP
hasil tinjauan lapangan dari bagian wasdal. Setelah dikroscek, langkah selanjutnya
akan dimutasi ke Kepala Bidang Perizinan untuk diparaf kemudian dilakukan
mutasi atau transfer berkas ke staf bidang perizinan untuk dimutasi kembali
kepada Sekretaris Badan untuk diparaf dan kemudian ke Kepala Badan untuk
ditandatangani melalui sistem dan berkas. Apabila dalam perizinan yang
dimohonkan membutuhkan pembayaran retribusi, maka dilakukan penghitungan
retribusi dahulu oleh bendahara di staf khusus bagian perizinan yang menghitung
retribusi melalui sistem. Jika seluruh proses tersebut telah selesai, maka output
berupa Izin atau SK ini akan diserahkan kepada pemohon melalui bidang
perizinan bersangkutan baik pembangunan maupun kesejahteraan rakyat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Sapto Pratolo, selaku Kepala Seksi
Verifikasi dan Penetapan Perizinan Bidang Ekonomi Kesra berikut:
“..karena alur berkasnya itu kita menggunakan sistem, mulai dari
pendaftaran, diinput kemudian masuk kedalam untuk diverifikasi dicek
persyaratannya oleh Pak Herman, setelah di acc Pak Herman, melalui
sistem baru dimutasi ke bidang wasdal, nanti di wasdal ada juga
sistemnya, yang memegang sistem SIMYANDU itu.. jadi sistem
SIMYANDU itu sebagai eeh alurnya jalannya berkas, jadi kita bisa
mengetahui dengan nomer pendaftaran, nama dan perusahaan itu posisi
sekarang berkasnya itu ada dimana, dari sistem itulah bisa
keliatan..Setelah melakukan pengecekan di wasdal, baru berkasnya

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


77

dimutasi lagi ke bidang kesra, baik mutasi sistem maupun mutasi


berkasnya..nah setelah diterima oleh petugas di bidang kesra, baru
diadakan pencetakan, baik itu pencetakan SK maupun pencetakan terkait
dengan NSR. Gitu terkait pengetikan SK, nah setelah diketik SK baru
dibawa ke saya, saya akan verifikasi baik kelengkapan persyaratannya
terkait dengan hasil pemeriksaan lapangan, apakah permohonan izin
tersebut bisa saya lanjutkan atau tidak.. nah itu, setelah saya kroscek
langkah selanjutnya dibawa ke Pak Kabid untuk di paraf, nah setelah di
Pak Kabid sistem itu masuk lagi ke Bu Nia.. Bu Nia nanti yang akan
mentransfer sistemnya itu maupun, baik sistem maupun berkasnya ke Pak
Sekban untuk mendapat persetujuan, nah setelah mendapat persetujuan
Pak Sekban.. nah baru dilimpahkan lagi ke Pak Kaban untuk
ditandatangan, gitu prosesnya..” (wawancara dengan Bapak Sapto
Pratolo, 13 Mei 2015)

Dalam alur pemrosesan berkas, SIMYANDU terintegrasi hanya


dimanfaatkan sebagai pengatur jalannya berkas dimana melalui SIMYANDU,
jalannya berkas dapat dimonitoring baik oleh pimpinan maupun staf di bidang
pemrosesan izin. Namun demikian, sebagaimana yang telah dikatakan bahwa
berkas hardcopy berupa persyaratan kelengkapan perizinan masih dimutasi secara
manual, dalam artian bahwa terdapat dua cara perpindahan berkas yakni melalui
perpindahan data yang diinput by sistem dan juga berkas, sehingga rentan
menimbulkan resiko kemngkinkan berkas hilang atau tercecer

5.1.2.2 Analisis Terhadap Input


Analisis terhadap input merupakan analisis yang dilakukan terhadap
validitas data yang ada didalam sistem. Analisis terhadap validitas data yang
diinput ke dalam aplikasi SIMYANDU baik sebelum maupun setelah diterapkan
SIMYANDU tidak jauh berbeda yakni masih dilakukan pemeriksaan mengenai
kesesuaian melakukan input data ke sistem dengan berkas permohonan di tiap-tiap
bidang pemrosesan izin. Bedanya adalah pada monitoring yang dapat dilakukan
melalui sistem oleh pegawai internal di BP2T baik pegawai maupun pimpinan
sehingga kinerja per bidang dalam memproses berkas dengan kesesuaian waktu
yang ditetapkan SOP dapat dilihat. Validitas berkas data yang diinput dilihat dari
akurat dan kesesuaian data dengan berkas permohonan yang diajukan.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh tiap-tiap bagian pemrosesan dari setelah
berkas diinput di pendaftaran, back office, pelayanan perizinan hiingga ke wasdal.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


78

Pemeriksaan atau verifikasi ini tidak hanya dilakukan oleh petugas aau staf biasa
melainkan juga oleh Pimpinan setingkat Kepala Seksi. Apabila ditemukan berkas
yang salah ketik atau typo maka akan dilakukan koordinasi untuk memperbaiki
data tersebut melalui staf di bidang pengembangan TIK. Tidak hanya itu, data
yang dimasukan dalam berita acara hasil tinjauan lapangan juga akan dilakukan
verifikasi dan pemeriksaan oleh kepala seksi perizinan yang bersangkutan, untuk
kemudian perizinan dinyatakan lolos dimana telah memenuhi kelengkapan
persyaratan maupun kesesuaian pemeriksaan lapangan. Untuk itu, BP2T Kota
Tangerang Selatan telah melakukan beberapa upaya tersebut yang menjamin data
yang masuk dan tersimpan ke dalam sistem akurat dan valid, sehingga output
yang dihasilkan juga akurat.
Selain dalam hal validitas data yang dilihat dari kesesuaian dengan berkas
hardcopy yang dimohonkan, validitas data juga dapat dilihat dari apakah berkas
yang diajukan benar-benar asli. SIMYANDU merupakan aplikasi yang tidak
mendukung adanya digitalisasi berkas permohonan, sehingga tidak dapat
memastikan apakah berkas permohonan yang dimasukkan ke sistem atau diajukan
benar-benar asli, oleh karenanya, peran petugas penting dalam melakukan
pemeriksaan tersebut. Maka dari itu, integritas dan kejujuran penting untuk
dimiliki oleh para pegawai dalam memeriksa keaslian berkas. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Bapak Tubagus Asep selaku Kepala Seksi
Pengembangan TIK berikut:
“Kalo menurut saya, pertama, ketika sistem mengatakan persyaratan
sebuah izin harus satu dua tiga sampai lima, gitu ya.. yang kedua apakah
data-datanya itu sudah benar, sudah lengkap, atau sesuai dengan data
aslinya atau tidak.. kalo ditanya bagaimana controlling ke arah sana ya
bagaimana sistem. kalo sistem sebetulnya bahasa kasar tuh dibodoh-
bodohin sama petugasnya bisa aja, contoh misalnya, yang namanya sistem
itu sehebat apapun kalo manusianya ga bener menjalankan, itu maka
hasilnya juga tidak akan benar, sistemnya udah bener, lengkapi
persyaratan ini, data-datanya harus asli, ternyata sama si petugas itu ya
ketika dia menggunakan sistem, oh data asli misalnya akte ternyata
aktenya tuh palsu, tapi sama si petugas dianggep asli ya sistem nurut-
nurut aja gitu, karena memang sistem kita belum bisa membaca teks
dalam bentuk gambar ya, dalam artian, sistem baru sebatas untuk
penginputan untuk proses, tapi untuk mendeteksi adanya misalnya
keaslian sebuah berkas segala macem itu belum, itu kita serahkan sama

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


79

petugas.. jadi kalo manakala petugas itu katakanlah tidak bener, karena
mereka ini misalnya itu tadi tidak bekerja dengan baik maka data palsu
dianggap benar oleh sistem, bisa..” (wawancara dengan Bapak Tubagus
Asep, 1 Juni 2015)

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa dalam melakukan


pemeriksaan terhadap akurasi dan validitas data, sangat bergantung pada kualitas
dan integritas dan pegawai yang mengelola data dan sistem tersebut. Karena,
walaupun pemeriksaan dan verifikasi telah dilakukan berlapis di tiap-tiap bidang
pemrosesan izin, tetapi pegawai yang memeriksa berkas tidak mengutamakan
kejujuran dan ketelitian dalam mengelola berkas, maka tidak akan tercipta suatu
validitas dan akurasi dalam hal input data yang akan sangat mempengaruhi
kualitas output yang dihasilkan.

5.1.2.3 Analisis Terhadap Stored Data


Dalam menjalankan sebuah sistem bebasis teknologi, media penyimpanan
merupakan komponen yang penting, karena data yang telah diolah dalam sistem
akan menjadi sia-sia jika didalam sistem tidak terdapat media penyimpanan yang
baik. Aplikasi SIMYANDU terintegrasi sebagai aplikasi berbasis server yang
memungkinkan dilakukan penginputan data melalui sistem, menyebabkan sistem
ini merupakan basis database yang penting. Untuk itu, dalam SIMYANDU
terintegrasi ini tentu mempunyai media penyimpanan yang terdapat pada server.
Data-data yang disimpan dalam server ini dapat dengan mudah diunduh maupun
dicetak oleh para pegawai BP2T manakala dibutuhkan.
Media penyimpanan yang dimiliki oleh BP2T baik untuk SIMYANDU
maupun untuk sistem aplikasi lainnya terdiri dari tiga server yakni server pertama
merupakan server sebagai media penyimpanan database utama dan server kedua
dan ketiga sebagai media penyimpanan back-up database. Server ketiga dalam hal
ini merupakan server yang berada diluar BP2T yakni yang bekerjasama dengan
PT Excelcomindo sebagai perusahaan penyedia server. Adapun back up dilakukan
setiap hari tepatnya setiap jam 9 malam. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Bapak Tubagus Asep sebagai berikut:
“Yang jelas satu, kalo untuk dari luar sih, kita udah kayak pake firewall,
ketika terkait dengan kehilangan data kita punya tiga server. Dari ketiga
server itu ada server utama, yang dua server lagi itu adalah server

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


80

backup. Jadi nanti ketika misalnya…kita juga punya server di luar,


kerjasama dengan pihak ketiga sebagai backup server kita. Nah jadi
misalnya, ada data di server kita kecurian, atau misal ada kebakaran, jika
semua ruangan terbakar pun kita tidak perlu khawatir karena data-data
itu tersimpan bukan hanya di kita tetapi juga ada di server luar.. setiap
hari, setiap jam 9 malam itu udah terbackup otomatis.. Semua data dari
aplikasi dibackup”(wawancara dengan Bapak Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Kemudian media penyimpanan yang digunakan BP2T lainnya selain


server utama adalah dengan melakukan back up terhadap data yang terdapat
dalam server BP2T, untuk berjaga-jaga manakala terjadi kerusakan server
misalnya terjadi server down atau kebakaran. Back up data dilakukan melalui
kerjasama dengan PT Time Excelcomindo sebagai penyedia server untuk media
penyimpanan data back up sejak tahun 2013. Kerjasama ini dinilai bermanfaat
dalam menjaga keamanan dari database sistem, sehingga apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan pada server maka data didalam server sudah terjamin
karena telah dilakukan back up. PT. Time Excelcomindo ini membangun sebuah
server yang menghubungkan antara server di BP2T dengan server miliknya yang
berfungsi sebagai media back up data yang terdapat dalam aplikasi BP2T Kota
Tangerang Selatan. Server yang disediakan telah memiliki kecepatan dan memori
yang cukup besar sehingga data dalam jumlah berapapun akan di back up ke
server tersebut. Hal ini diungkapkan pula oleh Agianto selaku staf pengembangan
TIK dan sistem pelaporan berikut:
“Back up database kita eeh berkoordinasi dengan pihak PT Time
Excelcomindo untuk back up datanya, diback up keluar juga.. Semuanya,
ga Cuma SIMYANDU aja.. kita back up databasenya di server ini jadi PT
Excelcomindo nyediain server, buat nyimpen databasenya yang ada di
BP2T, gitu.. terhubung server sini sama server PT. excelcomindo
terhubung.. Jadi memang di server itu udah besar mbak, speednya sama
ininya, ya.. membantu, kalo ada eror rusak atau crash, seperti itu..”
(wawancara dengan Agianto Syamhalim, 28 Mei 2015)

Jenis data yang diback-up berupa data-data yang diinput ke dalam menu
SIMYANDU berupa data perizinan dan sebagainya yang dimasukkan ke dalam
folder SIMYANDU. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi terjadinya
server down yang pernah terjadi pada tahun 2012 akibat tersambar petir. Namun
untungnya, kejadian tersebut tidak sampai membuat data didalam server hilang.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


81

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh M. Yusuf, selaku staf bidang
pengembangan TIK dan sistem pelaporan:
“Ada itu back up data, kalo dari sistemnya sudah.. ke location server
untuk SIMYANDU, back upnya juga masih berbasis server, yang diback
up itu folder-folder SIMYANDU di sistem itu.. adi kalau terjadi misalnya
server down, pernah juga server down pernah gara-gara kena petir
sekitar tahun 2012..itu sampai Aul perbaikin servernya di ruangan itu,
tapi gapapa sih Alhamdulillah datanya didalem masih aman, cuma
servernya aja” (wawancara dengan M. Yusuf, 27 Mei 2015)

Kemudian, dalam hal data yang dapat diakses masyarakat, dalam


SIMYANDU terintegrasi ini dilakukan hanya melalui Website BP2T, dimana data
atau informasi yang dilihat hanya berupa jumlah perizinan pada periode tertentu,
cek status perizinan, cek keaslian SK, cek info jumlah pendaftar, alur perizinan
serta daftar perizinan yang disetujui. Website BP2T dapat diakses melalui alamat
bp2t.tangerangselatankota.go.id, dan masyarakat dapat mengecek informasi
tersebut pada menu di samping kanan website dengan tampilan seperti berikut ini:

Gambar 5.6 Tampilan Menu Cek Informasi Pada Website BP2T


Sumber: bp2t.tangerangselatankota.go.id, 2015

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa selain melakukan penyimpanan


melalui server, data-data tersebut juga disimpan pada website BP2T sehingga
masyarakat dapat melihat informasi mengenai status perizinannya. Namun data
yang ditampilkan pada website tersebut terbatas pada pengecekan status, dimana
masyarakat harus terlebih dahulu memasukkan nomor pendaftaran. Begitupun
dalam mengecek informasi mengenai cek keaslian Surat Keputusan (SK) dan cek
besaran biaya retribusi yang harus dibayarkan. Oleh karena itu, berdasarkan
pernyataan dan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa dalam menyimpan data
yang diinput kedalam aplikasi SIMYANDU, BP2T telah menyediakan server

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


82

yang mumpuni yang terdiri dari tiga server, dimana kedua server berfungsi
sebagai back up serta informasi yang dapat diakses melalui website BP2T dan
SMS Center yang juga terintegrasi ke dalam server SIMYANDU. Ketiga server
itu dikatakan sudah sangat membantu dan merupakan salah satu upaya antisipasi
manakala salah satu server terjadi kerusakan atau down, sehingga keamanan data
didalam server dapat terjamin dengan baik.

5.1.3 Economic Analysis


Dalam analisis mengenai ekonomi ini, akan dijabarkan mengenai biaya
yang dikeluarkan oleh suatu organisasi khususnya sektor publik dalam
membentuk dan mengembangkan sistem dan juga dilihat dari manfaat yang
didapat atau tujuan yang telah berhasil dicapai. Selain itu, analisis ini juga
dilakukan untuk melihat berbagai permasalahan terkait biaya dari penggunaan
aplikasi SIMYANDU. Analisis ini juga dilakukan untuk melihat seberapa besar
kerugian yang ditimbulkan dibandingkan dengan keuntungan yang didapat
sehingga hasil yang diperoleh dapat disimpulkan apakah penerapan SIMYANDU
ini dapat dikatakan berhasil.
Secara umum, biaya yang diperlukan untuk membentuk dan
mengembangkan suatu aplikasi baik untuk internal maupun berbasis web
memakan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, dalam membangun dan menerapkan
suatu sistem, dibutuhkan analisis perhitungan yang matang terhadap berapa biaya
yang dibutuhkan, yang nantinya juga akan sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dari kemudahan atau efisiensi yang dihasilkan. Selain dari segi manfaat,
juga perlu diperhatikan kerugian yang sekiranya akan dirasakan dari biaya yang
tidak sedikit dikeluarkan, namun dalam upaya memberikan keuntungan berupa
manfaat yang dirasakan berupa terselengaranya layanan perizinan yang efektif dan
efisien, pemerintah dalam hal ini juga harus mengutamakan manfaat tersebut.
Dalam aplikasi SIMYANDU, tidak diketahui persis berapa biaya yang
dikeluarkan dari awal mula dibentuk hingga dalam penerapannya, namun biaya
yang sekiranya dibutuhkan untuk membeli server yang dibutuhkan oleh suatu
sistem aplikasi berbasis server baik aplikasi SIMYANDU maupun aplikasi
lainnya adalah berkisar antara 20 juta hingga 50 juta rupiah. Nominal tersebut
dikeluarkan untuk membeli server dan berbagai kelengkapan server seperti

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


83

username dan password. Dikatakan oleh salah satu staf pengembangan TIK
bahwa biaya yang cukup besar dikeluarkan adalah untuk keperluan membeli
server.
Kemudian untuk anggaran yang sifatnya dikeluarkan dalam upaya
maintenance atau penambahan baik dari segi fitur maupun hardware, dikatakan
bahwa terdapat biaya yang dianggarkan untuk mengupdate dari sisi server,
database ataupun update maintenancenya. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli
berbagai macam keperluan maupun update aplikasi dianggarkan oleh Pak
Tubagus Asep, Kepala Seksi Pengembangan TIK yang kerapkali juga meminta
saran kepada para pegawainya terkait kebutuhan sistem. Hal ini dikemukakan oleh
Agianto Syamhalim sebagai berikut:
“Kalo saya sih.. yang menetapkan dan yang menganggarkan pak asep,
jadi dari pak asep kebijakannya, kalo kita paling Cuma ini doang beli beli
ini uangnya, belinya kaya gini.. hehe tapi Pak Asep juga suka minta saran
gimana bagusnya yang dibutuhkan.. Ada anggaran untuk SIMYANDUnya,
diupdate atau servernya.. tapi ga tau nominalnya Pak Asep yang tau,
Dilah juga tau tuh kayanya, Dilah.. kalo ada kerjaan yang berhubungan
dengan SIMYANDU mah, anggarannya berapa, ya kegiatan atau update
datebasenya, atau update maintenancenya, gitu..”(wawancara dengan
Agianto Syamhalim, 29 Mei 2015)

Jadi, dalam hal ini terdapat biaya yang dikeluarkan dalam upaya
melakukan update baik dari sisi server, database maupun maintenance.
Kemudian, dari segi hardware, yang dalam penerapan sistem memiliki peran
penting sebagai perangkat yang didalamnya terinstal program atau sistem yang
menunjang dilaksanakannya suatu pekerjaan, seperti halnya SIMYANDU. Untuk
itu, selain sistem juga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap hardware yang
digunakan dengan melihat kondisi dan menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi yang ada. Perangkat komputer dilakukan penggantian atau pengadaan
komputer baru setiap dua tahun sekali, dengan melihat kondisi komputer tersebut
jika sudah lambat kinerjanya, maka dibutuhkan pengadaan komputer baru.
Komputer baru yang hendak dibeli juga perlu memperhatikan standar atau
spesifikasi yang biasanya direkomendasikan terlebih dahulu oleh staf di bidang
pengembangan TIK. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Agianto
Syamhalim berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


84

“Komputer yang dibutuhin ya sama, cuma disini punya kebiasaan setiap


dua tahun sekali pengadaan komputer baru.. Ya misalnya tahun 2012
sudah usang ya itu udah pada lemot ya biasanya dari tiap-tiap bidang itu
pengadaan untuk komputer baru.. seperti itu, yang memang dibutuhkan
gitu kan. Misalnya udah tahun 2012 sudah usang gitu ya diganti dengan
yang baru” (wawancara dengan Agianto Syamhalim, 8 Mei 2015)

Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan juga menyangkut pemeliharaan


dari segi hardware dimana telah dianggarkan biaya sedemikian rupa untuk
pengadaan komputer baru tiap dua tahun sekali. Terkait biaya atau anggaran yang
dikeluarkan untuk membeli server, melakukan update database atau server,
maintenance hingga kepada pengadaan komputer tersebut, dinilai cukup oleh
Kepala Seksi dan pegawai di bidang pengembangan TIK. Ditambah lagi, jika
terjadi kendala atau perlu dilakukan maintenance, pihaknya tidak perlu lagi
memanggil orang luar untuk dilakukan perbaikan karena perbaikan dapat
ditangani oleh pegawai di bidang tersebut, yakni oleh Aulia dan M. Yusuf.
Penempatan kedua pegawai yang juga bertindak sebagai developer ini berawal
dari awal SIMYANDU diterapkan. Dalam proses pembentukan SIMYANDU,
BP2T melakukan kerjasama dengan PT. Waditra yang melibatkan dua pegawai
perusahaan tersebut yang merancang dan mengembangkan sistem. Setelah melalui
negosisasi yang cukup panjang, akhirnya kedua pegawai PT. Waditra berhasil
ditarik untuk bekerja di BP2T sebagai staf konsultan serta developer, dimana jika
dibutuhkan update ataupun permasalahan maka kedua pegawai tersebutlah yang
diberdayakan.
Dalam hal analisis ekonomi yakni dengan mempertimbangkan antara
biaya yang dikeluarkan dengan manfaat atau kerugian yang didapat, dapat dilihat
dari apakah sistem yang diterapkan yakni SIMYANDU dapat memberikan
manfaat yang signifikan dalam kemudahan layanan perizinan. Hal ini karena,
organisasi publik utamanya bukan merupakan organisasi profit, sehingga dalam
merancang suatu sistem, hal paling utama yang difokuskan adalah bagaimana
suatu sistem tersebut dapat mendukung terciptanya layanan perizinan yang lebih
efisien dan efektif melalui kecepatan dan kemudahan layanan. Hal ini turut
didukung oleh pernyataan Tubagus Asep sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


85

“Saya rasa kalo pemerintahan daerah itu tidak berbicara untung rugi yah,
tapi berbicara terhadap manfaat dan berbicara terhadap kontribusi,
artinya sejauh mana SIMYANDU itu bisa melayani masyarakat. Karena
kita bukan lembaga profit. Jadi ukurannya itu, biaya yang dikeluarkan
berapa, bukan ukurannya lagi berapa nanti yang masuk ke kita. Tapi bisa
apa atau berdampak apa yang bisa dirasakan masyarakat. Kalo kayak
tadi misal perizinan, sejauh mana masyarakat bisa mendapatkan
kecepatan, kepastian waktu, dan kepastian biaya, seperti itu. Itu yang
utamanya, kalau di sisi layanan perizinan seperti itu. Jadi pasti biaya,
pasti waktu, dan pasti hukum, itu ada tiga. Jadi selama ketiga faktor itu
terpenuhi, ya berarti kita sudah berhasil..” (wawancara dengan Bapak
Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa organisasi publik


dalam memperhatikan biaya yang dikeluarkan untuk membangun dan
mengembangkan sistem untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan, utamanya
melihat kepada manfaat jangka panjang yang akan didapat dari penerapan sistem
informasi ini. Hal ini menunjukkan, bahwa sejatinya sebagai organisasi yang tidak
berorientasi pada profit, meskipun telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit,
instansi pemerintah dalam hal ini harus berfokus pada pencapaian manfaat yang
sebesar-besarnya untuk masyarakat dalam terselenggaranya pelayanan perizinan
yang efektif, efisien dan transparan melalui aplikasi SIMYANDU ini.

5.1.4 Control and Security Analysis


Dalam analisis control and security atau pengawasan dan keamanan dalam
penerapan aplikasi SIMYANDU, dilakukan oleh Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BP2T) tentunya sebagai pihak yang pengelola. Kontrol dalam hal ini
merupakan kewenangan yang dimiliki oleh BP2T dalam memberikan Username
dan Password kepada petugas internal BP2T yang menggunakan SIMYANDU
seperti petugas di pelayanan (front office), pemrosesan (back office), verifikasi
dan penetapan izin per bidang perizinan, pengawasan dan pengendalian (wasdal),
Sekretaris Badan, Kepala Badan, Kepala Bidang serta Kepala Seksi yang berhak
dan dapat mengontrol jalannya pemrosesan berkas. Username dan password ini
dikelola dan dikonfigurasi oleh petugas di bidang pengembangan TIK dan sistem
pelaporan.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


86

Kontrol yang dilakukan dalam pemberikan hak pengguna dikelola melalui


modul administrator dalam SIMYANDU yakni menu pengaturan pengguna dan
pengaturan peran. Menu setting pengguna ini digunakan untuk mengelola
pengguna dari SIMYANDU dalam kaitanya dengan otorisasi terhadap sistem
mekanisme alur perizinan. Pada menu untuk melakukan pengaturan pengguna,
langkah yang dilakukan pertama adalah dengan login terlebuh dulu dari menu
administrator lalu pilih menu konfigurasi kemudian setting pengguna maka akan
muncul tampilan sebagai berikut:

Gambar 5.7 Tampilan Daftar Pengguna (User)


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Kemudian dalam tampilan daftar pengguna tersebut, administrator dapat


menambahkan pengguna baru dengan mengklik tombol tambah pengguna
sehingga akan muncul form tambah pengguna yang berisi form pengisian Nama
Asli, Username dan Password. Namun User yang telah dibuat ini belum memiliki
hak akses dan hak peran, sehingga hanya bisa masuk ke sistem tanpa melakukan
kegiatan apapun. Untuk itu perlu dilakukan konfigurasi detail pengguna oleh
administrator dengan mengklik tombol Ubah Detail Pengguna dan selanjutnya
muncul tampilan form menu edit nama dan password pengguna berikut:

Gambar 5.8 Tampilan Form Edit Nama dan Password Pengguna


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


87

Dalam menu ubah detail pengguna ini, langkah yang dapat dilakukan
administrator adalah mengedit nama pengguna, mengganti password bila
diinginkan dan selanjutnya pilih tab List Peran. Dalam menu list peran ini,
administrator dapat menambah peran dan hak akes pengguna sesuai dengan
kewenangan para pengguna, kemudian pilih tab peran per izin dan pilih peran izin
yang sesuai dengan wewenangnya dan pilih simpan. Administrator juga dapat
menghapus hak akses atau peran pengguna dan juga record atau catatan kerja
pengguna pada kolom aksi. Berikut tampilan keterangan untuk mengatur peran
hak akses dan peran per perizinan:

Gambar 5.9 Tampilan Edit Peran Pengguna


Sumber: BP2T Kota Tangerang Selatan

Jadi menu pengaturan dan peran pengguna dikelola oleh administrator


yang dalam hal ini dapat menambahkan, merubah atau menghapus entri daftar
pengguna yang dapat menggunakan atau mengentri data kedalam sistem. Untuk
itu, pemberian username dan password harus memperhatikan hak akses dan
otoritas yang dimilikinya dalam sistem terkait dengan jobdesk atau pembagian
kerja apa yang dimilikinya dalam mengelola SIMYANDU. Selain dalam hal
kontrol berupa pemberian hak username dan password bagi para pengguna sesuai
kewenangannya, dalam hal ini SIMYANDU juga dapat dijadikan tools atau sistem
untuk melakukan kontrol bagi para pimpinan terhadap jalannya berkas perizinan.
Pimpinan internal yang terdiri dari Kepala Badan, Kepala Bidang dan
Kepala Seksi memiliki hak akses dalam modul monitoring dan pelaporan yang
mana melalui modul itu dapat dilihat dan dipantau jalannya berkas di tiap-tiap
bidang pemrosesan izin. Melalui pemantauan dalam modul monitoring dan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


88

pelaporan ini, pimpinan dapat melihat keseuaian waktu yang dibutuhkan oleh
berkas pemrosesan antar bidangnya, jadi manakala berkas terlalu lama di suatu
bidang maka akan segera ditindaklanjuti oleh pimpinan. Hal ini didukung oleh
pernyataan Aulia Ikhwanudin selaku staf pengembangan TIK dan pelaporan:
“Pimpinan bisa melihat, iya jadi diliat per bidang berkas ini di bidang
berapa hari.. ehm cuma itu aja sih, lama berkas berjalan di tiap bidang, di
tiap bagian.. jadi ketauan di bidang ini kinerjanya kurang baik karena
lama ditimbun gitu berkasnya, karena adanya itu jadi si bidang ketakutan,
jadi ketauan jadi agak dikurangin gitu, kan langsung dikontrol sama
pimpinannya..” (wawancara dengan Aulia Ikhwanudin, 13 Maret 2015)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa selain melakukan


kontrol terhadap jalannuya berkas permohonan izin, pimpinan juga dapat
melakukan kontrol terhadap kinerja para staf melalui SIMYANDU. Kontrol yang
dilakukan dengan melihat kesesuaian kinerja para staf seperti lamanya berkas
perizinan diproses dalam suatu bidang dengan ketetapan yang terdapat pada
Standar Operating Procedure (SOP) yang berlaku. Jadi pelaporan informasi
mengenai lamanya berkas yang diproses dalam suatu bidang dapat diketahui
pimpinan melalui sistem yang berjalan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Bapak Tubagus Asep berikut ini:
“Iya, jadi misal, urutan penyelesaian sebuah perizinan itu misalnya meja
satu, meja dua, meja tiga, meja empat sampai kepada proses finalnya itu
penandatanganan dan pembayaran retribusi kan, SK jadinya, nah
tahapan-tahapan ini tentunya yang mengerjakan itu manusia, Misal,
secara SOP disini seharusnya satu hari, disitu tiga hari, ini empat hari,
disini misalnya lima belas hari, itu sepuluh hari, nah ini adalah tahapan
SOP yang kita buat misalnya, nah melalui sistem ini manakala ada berkas
yang misalnya dari sini sudah dioper kesini, dimutasi istilahnya,
dimutasikan kepada meja kedua, ternyata meja kedua ini sampai dengan
sepuluh hari belum dimutasi-mutasi, dipindah ke meja ketiga. Nah itu kan
sepuluh hari juga sistem sudah bisa ngasih informasi kepada pimpinan,
Jadi pemimpin kan bisa mengukur ada apa ini, jadi pelaporan informasi
itu diketahui bukan dari orang lain, tetapi dari sistem yang bekerja, jadi
langsung diketahui, si ini bener, sini bener..” (wawancara dengan Bapak
Tubagus Asep, 13 Maret 2015)

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kontrol utama


pada aplikasi SIMYANDU berada pada staf administrator di bagian

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


89

pengembangan TIK dan pelaporan dalam hal konfigurasi username dan password
kepada pengguna atau user. Dengan kata lain, utamanya kontrol terhadap akses
pengguna melalui username dan password harus melalui kewenangan petugas
bagian server atau administrator. Selain itu, aplikasi SIMYANDU juga dapat
dijadikan sebagai alat kontrol bagi para pimpinan dalam melakukan monitoring
terhadap jalannya berkas dan kinerja para petugas.
Aplikasi SIMYANDU terintegrasi juga dilengkapi dengan sistem
keamanan yang baik, karena pada dasarnya sistem informasi berbasis server ini
harus memperhitungkan keamanan aplikasi yang penting untuk meminimalisir
terjadinya ulah hacking dari pihak yang tidak bertanggung jawab serta mencegah
terjadinya kerusakan baik dalam hal aplikasi maupun server. Apabila terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan seperti itu, maka dapat menghambat jalannya sistem dan
juga terkendalanya proses pelayanan perizinan di BP2T Kota Tangerang Selatan.
Perhatian terhadap keamanan sebuah aplikasi berbasis teknologi internet memang
harus diperhitungkan dengan baik. Untuk itu, BP2T Kota Tangerang Selatan
sudah melakukan beberapa upaya dalam menjamin sistem keamanan aplikasi-
aplikasi yang dimilikinya, termasuk terhadap aplikasi SIMYANDU terintegrasi.
Upaya-upaya yang dilakukan diantaranya melalui beberapa hal salah satunya dari
diakukan proteksi dari sisi hardware yakni melalui firewall yang terdapat dalam
server, dimana aplikasi SIMYANDU tersebut merupakan aplikasi yang berada
dalam hardware berupa komputer atau laptop, sehingga keamanan dari sisi
hardware juga harus tetap dijaga melalui firewall.
Upaya melakukan proteksi melalui firewall dilakukan untuk memblocking
atau membatasi akses masuk dari pihak luar yang terdapat di wilayah BP2T Kota
Tangerang Selatan. Selain firewall, BP2T juga dalam menjaga agar data yang
terdapat di dalam server dapat terjaga dengan baik, maka BP2T telah
menyediakan tiga server yang terdiri dari satu server utama dan dua server back
up database. Server untuk back up database ini sangat dibutuhkan untuk
menjamin data tersimpan dan diback up dengan baik, manakala terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan seperti data yang rusak atau hilang karena virus, kebakaran
dan sebagainya. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Bapak Tubagus Asep berikut:
“Yang jelas satu, kalo untuk dari luar sih, kita udah kayak pake firewall,
ketika terkait dengan kehilangan data kita punya tiga server. Dari ketiga

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


90

server itu ada server utama, yang dua server lagi itu adalah server
backup. Jadi nanti ketika misalnya…kita juga punya server di luar,
kerjasama dengan pihak ketiga sebagai backup server kita. Nah jadi
misalnya, ada data di server kita kecurian, atau misal ada kebakaran, jika
semua ruangan terbakar pun kita tidak perlu khawatir karena data-data
itu tersimpan bukan hanya di kita tetapi juga ada di server luar.”
(wawancara dengan Bapak Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Selain dari sisi hardware, upaya lain yang dilakukan untuk menjaga
keamanan atau security dari aplikasi maupun data didalamnya adalah dengan
melakukan kerjasama dengan PT Time Excelcomindo. Kerjasama yang dilakukan
mencakup penyediaan server dari PT Time Excelcomindo sebagai media
penyimpanan database yang ada dalam aplikasi SIMYANDU. Back up database
ini penting dilakukan untuk menjamin keamanan data apabila terjadi kerusakan
dalam server. Selain dalam hal back up, PT Time Excelcomindo juga
menyediakan wadah untuk membuat suatu Virtual Private Network (VPN).
Virtual Private Network (VPN) ini merupakan suatu server yang disediakan dari
adanya kerjasama antara PT Time Excelcomindo dengan BP2T Kota Tangerang
Selatan.
Jaringan yang dikelola secara private ini akan dimungkinkan terciptanya
suatu jalur khusus untuk mengakses server SIMYANDU yang akan sulit disadap
atau dibajak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. VPN ini dapat digunakan
oleh petugas di bidang Pengembangan TIK dan sistem Pelaporan dan juga oleh
PT. Time Excelcomindo. Jadi jika dibandingkan dengan server biasa yang
digunakan dan diakses melalui alamat IP yang disediakan bagi para petugas di
lingkungan internal BP2T, VPN ini sifatnya lebih khusus sehingga kemungkinan
terjadinya hacking atau penyadapan akan lebih sulit dilakukan. Hal ini senada
dengan yang diungkapkan oleh Agianto Syamhalim sebagai berikut:
“Iya yang ketiga, virtual private network itu jadi kalo misalnya PT ini mau
akses server SIMYANDU, dia make private network itu, jadi jaringannya
melalui jalur khusus yang ga bisa disadap sama orang, bisa untuk kita-
kita juga untuk orang-orang server aja, orang lain ya ga bisa semena-
mena akses ke SIMYANDU gitu..biasanya kan orang takutnya orang
ngehack ke SIMYANDU itu, kenapa ga bisa dihack karena kita punya
private network itu, virtual private network itu jadi lebih khusus jalurnya,

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


91

jalur khusus yang ga bisa..bukan ga bisa sih ya lebih sulit lah gitu..”
(wawancara dengan Agianto Syamhalim, 28 Mei 2015)

Adapun Virtual Private Network (VPN) ini sistemnya berbasis server,


namun apabila petugas ingin mengakses VPN ini terdapat aplikasi khusus yang
dibuat dasar dari programnya yang hanya diketahui oleh petugas di bidang
pengembangan TIK dan sistem pelaporan dan juga pihak PT Time Excelcomindo.
Selain itu, perusahaan ini juga dapat melakukan maintenance atau perbaikan
manakala terdapat permasalahan dalam server internal SIMYANDU yang tidak
dapat diselesaikan oleh petugas di bidang pengembangan TIK, dengan mengakses
server SIMYANDU melalui VPN tersebut. Jadi berdasarkan keterangan tersebut,
dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa upaya yang dilakukan BP2T Kota
Tangerang Selatan dalam menjamin sistem keamanan dari aplikasi SIMYANDU
diantaranya adalah dilakukan proteksi dari segi hardware melalui firewall,
kemudian melakukan kerjasama dengan PT. Time Excelcomindo terkait
penyediaan server untuk back up database SIMYANDU, dan terakhir yakni
dibuatnya VPN sebagai jalur khusus yang digunakan untuk mengakses sistem
baik bagi petugas di bidang Pengembangan TIK maupun PT. Time Excelcomindo
yang lebih sulit disadap atau diakses pihak-pihak tidak berkepentingan.

5.1.5 Efficiency Analysis


Dalam penerapan sebuah sistem informasi sebagai alat bantu dilakukannya
suatu pekerjaan, utamanya memiliki tujuan utama yakni untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas. Tujuan ini dapat diartikan bahwa suatu organisasi,
khususnya organisasi publik menciptakan suatu penerapan sistem informasi
dengan maksud untuk mendapatkan berbagai manfaat dari penggunaan sistem
tersebut. Manfaat tersebut tentunya tidak terlepas dari terciptanya
penyelenggaraan suatu kegiatan secara efisien melalui penerapan sistem informasi
tersebut. Untuk itu, terciptanya suatu efisiensi yang dihasilkan sangat bergantung
pada keberhasilan dari penerapan sistem tersebut. Oleh karenanya, dalam hal ini
efisiensi memiliki peran penting sebagai tolak ukur dari keberhasilan penerapan
sistem informasi. Efisiensi yang akan dibahas lebih lanjut berkaitan dengan
efisiensi tenaga kerja sebagai pengguna dari sistem informasi dan efisiensi waktu
yang dihasilkan sebagai dampak dari penerapan Simandu terintegrasi

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


92

5.1.5.1 Efisiensi Tenaga Kerja


Aplikasi SIMYANDU telah memberikan beberapa manfaat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik. Idealnya penerapan sistem
informasi berbasis tekonologi dalam suatu pekerjaan dapat meningkatkan efisiensi
baik dari segi waktu maupun tenaga kerja. Dalam hal ini, SIMYANDU telah
berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memproses berkas permohonan izin. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi saat
sebelum diterapkannya SIMYANDU terintegrasi dengan setelah penerapan,
dimana terdapat pengurangan jumlah pegawai karena beberapa pekerjaan telah
dilakukan secara sistem. Sebelum diterapkan, terdapat pegawai yang bertugas
melakukan perpindahan berkas dari bidang satu ke bidang lainnya. Namun kini,
mutasi berkas dapat dilakukan dan dimonitor by sistem sehingga petugas yang
sebelumnya bertugas untuk mengantarkan berkas dari bidang satu ke bidang
lainnya dapat lebih efisien. Selain itu, dalam hal pembagian kerja pegawai ketika
sebelum aplikasi SIMYANDU diterapkan, banyak pegawai memiliki jobdesk
yang tumpang tindih dan tidak teratur, sehingga menyebabkan menumpuknya
beban kerja yang diemban pegawai. Untuk itu, aplikasi SIMYANDU telah
membawa dampak dalam hal efisiensi tenaga kerja, dimana terdapat pengalihan
tugas pegawai yang sebelumnya bertugas mengantarkan berkas. Hal tersebut
senada dengan yang dikemukakan oleh Bapak Tubagus Asep selaku Kepala Seksi
Pengembangan TIK dan sistem pelaporan sebagai berikut:
“Oh sangat, yang dulunya butuh pegawai banyak sekarang cukup sedikit,
karena orang yang terlibat sudah digantikan perannya melalui sistem.
Sama hal yang gampang terlihat saja, dulu kita membutuhkan pegawai
hanya untuk mengantarkan berkas dari satu bagian ke bagian lain, kalo
sekarang kan gak usah. Karena di SIMYANDU ini ada pilihan mutasi
berkas jadi tinggal klik saja sudah sampai ke bagian yang dituju..”
(wawancara dengan Bapak Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Hal tersebut turut pula didukung oleh penuturan Agianto Syamhalim


sebagai berikut:

“Ada. Jadi efisiensi waktu. Dari efisiensi pengguna juga bisa. Iya. Jadi,
banyak yang dialihkan, gitu. Tadi yang biasa ngetik, apa yah, jadi efisien
gitu kalo staf-stafnya di sini.. jadi ada yang megang SIMYANDU berapa
orang jadi dialihin, kalo di lapangan surveynya cepet gitu. Sebelumnya

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


93

kan gimana, crowded, gak teratur gitu.. jobdesknya tumpang tindih, kalo
ada SIMYANDU udah ditetapkan kamu back office input SIMYANDU, ke
lapangan ngecek liat bener apa engga yang diinput dengan apa yang di
lapangan..” (wawancara dengan Agianto Syamhalim, 28 Mei 2015)

Berdasarkan pemaparan kedua narasumber tersebut, terlihat bahwa


pernyataan tersebut saling mendukung yang menyatakan bahwa setelah
diterapkannya SIMYANDU nyatanya membawa dampak yang positif bagi
efisiensi tenaga kerja dan juga beban kerja yang diemban masing-masing pegawai.
Hal ini dikarenakan telah ditetapkannya jobdesk yang jelas dan teratur baik dalam
mengoperasikan SIMYANDU maupun memproses berkas dibandingkan dengan
kondisi sebelum diterapkannya SIMYANDU.

5.1.5.2 Efisiensi Waktu


Dalam menerapkan suatu sistem informasi, tentunya diharapkan dapat
terciptanya suatu pekerjaan yang efisien baik dari segi tenaga kerja atau beban
kerja maupun dari segi waktu yang dibutuhkan. Dalam hal efisiensi waktu,
sebelum aplikasi SIMYANDU diterapkan, alur pemrosesan berkas yang masih
menggunakan prosedur manual cukup memakan waktu dan tenaga. Pencatatan
berkas permohonan masih belum dilakukan secara sistem, sehingga menyulitkan
petugas dalam melakukan input data berkas permohonan izin. Adapun input yang
dilakukan masih berbasis manual melalui komputer sistem masing-masing
sehingga tidak dimungkinkan dilakukan monitoring berkas perizinan per
bidangnya. Hal ini membuat waktu yang dibutuhkan untuk memproses suatu
berkas perizinan semakin lama, belum lagi jika ditemukan kesalahan dalam
pencatatan berkas.
Dalam hal ini, aplikasi SIMYANDU ini secara umum telah membuat
waktu menyelesaikan berkas permohonan izin menjadi lebih efisien. Hal ini
karena, dalam setiap jenis izin yang diproses dan diinput ke dalam sistem,
SIMYANDU telah menyesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan dalam
Standar Operating Procedure (SOP) masing-masing izin. Dengan kata lain,
melalui sistem yang telah terintegrasi ini pimpinan yakni kepala seksi, Kepala
Bidang maupun setingkat kepala badan bahkan Walikota, dapat melakukan
pemantauan terhadap jalannya berkas. Maka dengan begitu, pimpinan dapat

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


94

melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproses berkas perizinan
pada satu bidang dan antar bidang yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya SIMYANDU sebagai sistem
yang berfungsi untuk menginput data permohonan izin, juga dapat memastikan
bahwa jalannya proses pemrosesan izin dapat sesuai dengan SOP yang telah
diterapkan melalui evaluasi kinerja tersebut. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan oleh Bapak Tubagus Asep, sebagai berikut:
“Kalo yang dimaksud itu sebelum digunakannya sistem atau
dimanfaatkannya teknologi informasi dalam rangka untuk membantu
pekerjaan itu jelas sudah lebih dari baik., sejak di sistem kita pake dengan
sebelum kita pake itu perbedaannya jauh.. Baik dari sisi waktu, yang
kedua dari keamanan ya itu jelas, kenapa saya katakan dari sisi waktu,
karena dengan adanya sistem sekarang itu sudah mulai keukur, sebetulnya
untuk menyelesaikan sebuah atau satu produk izin itu membutuhkan waktu
berapa lama, nah itu di sistem itu bisa keukur, misalnya yang namanya
perizinan itu kan akan identik dengan dari satu meja ke meja yang lain,
nah sekarang sistem itu bisa ngitung satu meja ini dia bisa membutuhkan
waktu berapa lama, misal, yang seharusnya tiga hari ternyata dia
menyelesaikannya 7 hari atau 10 hari, nah ketauan itu.. pimpinan kami
bisa langsung menegur, nih kenapa ini waktunya lama sekali.. karena
informasi terkait dengan hal tersebut langsung tersampaikan ke pimpinan,
gitu..” (wawancara dengan Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Berdasarkan keterangan tersebut, efisiensi waktu dapat dicapai melalui


evaluasi kinerja oleh para pimpinan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
pemrosesan berkas di suatu bidang harus sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan. Jadi manakala terdapat berkas perizinan yang lama waktu
pemrosesannya melebihi SOP, maka pimpinan dapat menindaklanjuti bidang atau
petugas yang bersangkutan. Dalam hal ini, perbandingan antara tingkat efisiensi
waktu yang dibutuhkan dalam memproses perizinan antara sebelum diterapkannya
SIMYANDU dengan setelah diterapkan sudah cukup signifikan. Untuk menginput
informasi berupa text berkas perizinan ke dalam, hanya dibutuhkan waktu paling
lama sekitar 15 menit. Namun, dalam hal efisiensi yang berkaitan dengan sistem
penyelesaian berkas diluar dari adanya evaluasi kinerja ini, dirasa masih belum
efisien. Hal ini karena, tidak tersedianya digitalisasi berkas dalam SIMYANDU
sehingga dalam penerapannya masih bersifat tidak paperles, dimana masih

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


95

menggunakan hardcopy dalam mutasi berkas. Berkas hardcopy disini masih


digunakan dalam artian bahwa data yang diinput ke dalam sistem hanya berupa
informasi text, bukan merupakan arsip yang didigitalisasi sehingga kelengkapan
berupa persyaratan izin yang diajukan dalam bentuk hardcopy masih harus
dimutasi dan diarsipkan tanpa menggunakan sistem. Hal ini menimbulkan
terjadinya kemungkinan berkas akan terselip maupun tercecer. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan dari Bapak Tubagus Asep berikut ini:
“Itu karena, kalo di SIMYANDU itu berbeda ya. Kalo di SIMYANDU kita
itu proses namanya persyaratan, pengarsipannya itu di akhir.. kalo data-
data yang dipakai di SIMYANDU itu yang berjalan adalah selain
sistemnya juga hardcopynya. Mengapa? Ka rena di sistemnya itu hanya
tulisan-tulisan kecil hanya proses, tidak termasuk persyaratannya. Kalo di
SIMYANDU itu, data-data pemohon itu tidak termasuk persyaratan.
Sedangkan persyaratannya itu tadi masih dalam berkas hardcopy. Nanti,
hardcopy itu akan discan saat di akhir jika SK sudah jadi. Idealnya
memang harusnya konsepnya seperti yang Simponi itu yang kita
kembangkan. Jadi dari awal semua persyaratan itu discan semua..”
(wawancara dengan Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Kemudian, ditambah lagi dalam proses mutasi berkas ini seringkali tidak
berjalan beriringan dengan posisi berkas yang telah terdata didalam sistem
maupun posisi berkas hardcopy yang tentunya akan berdampak pada semakin
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memproses suatu perizinan. Sebagaimana
yang terjadi di bidang pengawasan dan pengendalian (wasdal) yang dikemukakan
oleh Bapak Ari Ridwan selaku staf bidang wasdal berikut:
“Kendala yang saya dapati biasanya berkasnya sudah ada dimeja saya,
tapi sistem masih proses lagi dimutasi, gitu..sebenernya kan operatornya
si mutasi berkas kan itu dibawah, kita tinggal istilahnya by phone atau
kita dateng ke bawah bahwa berkas yang baru saja naik itu belum
dimutasi, biasanya mereka lagi proses dimutasi itu, karena berkasnya
tidak satu yang naik, jadi itu perlu waktu di sistemnya juga..” (wawancara
dengan Ari Ridwan, 13 Mei 2015)

Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan narasumber terdapat dua


kontradiksi yang menyebutkan tercapainya efisiensi dari segi waktu dalam
penerapan SIMYANDU. Pertama, dalam melakukan input informasi data berkas
permohonan yang hanya memakan waktu 15 menit dan adanya monitoring yang
dilakukan oleh pimpinan dalam hal kesesuaian lamanya waktu pemrosesan berkas

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


96

di suatu bidang perizinan, sehingga dengan adanya hal tersebut maka proses
pemrosesan berkas akan dipantau dan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
Hal ini akan meminimalisir kecenderungan keterlambatan atau lamanya waktu
pemrosesan berkas di bidang tertentu. Kedua, yang tidak kalah penting adalah
masih dilakukannya mutasi berkas hardcopy secara manual disamping mutasi
berkas melalui data yang dimasukkan ke sistem. Hal ini dikarenakan aplikasi
SIMYANDU tidak mendukung proses digitalisasi berkas sehingga berkas
hardcopy tersebut harus tetap dimutasi dan diarsipkan. Hal ini yang dapat
menghambat efisiensi waktu, karena seringkali terdapat ketidaksinkronan dalam
mutasi berkas pada sistem dengan hardcopy sehingga membuat proses mutasi
terhambat.

5.1.6 Services Analysis


Service analysis disini adalah berbicara terkait aspek-aspek yang
mempengaruhi pemberian layanan perizinan kepara para pengguna sistem
informasi. Pemberian layanan ini merupakan salah satu tujuan dari sistem
informasi dibentuk. Apabila melihat dari jenis pelayanan yang diberikan sebagai
tujuan dari sistem informasi, khususnya pelayanan perizinan berbasis e-
government ini dapat dikategorikan dalam beberapa tahapan, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Samodra Wibawa (2009:99) yakni terdiri dari tahap informatif,
tahap interaktif, dan tahap transaktif. Ditambahkan pula oleh Prof. Zainal selaku
pihak akademisi dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, bahwa
terdapat tahap keempat yakni tahap integrasi, berikut kutipan wawancaranya:
“Nah, kemudian yang lebih penting lagi, layanan kepada masyarakat ini
kan bertingkat-tingkat. Tingkat satunya ya hanya sekedar memberitahukan
saja just info misalnya info dari pemerintahan, entah itu kabupaten atau
kota, kementerian, ada informasi mengenai lowongan atau apa, supaya
masyarakat bisa mengetahui. Kemudian yang kedua interaksi namanya
pemerintah dengan masyarakat berinteraksi. Nah berinteraksi ini
misalnya saya mau mengurus perizinan, saya memasukan formulir, saya
memonitor formulir saya sudah sampai mana, sebagainya, ini level
diatasnya, level dua ini ada interaksi masyarakat. Nah yang level ketiga
ada yang namanya transaksi, setelah saya mendapatkan layanan,
memasukan formulir, mungkin di situ ada pembayaran, saya bayar
melalui credit card lah, melalui berbagai macam kartu apa, itu transaksi.
Level empat baru di sini ini istilahnya integrasi. Semua, mulai dari

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


97

misalnya pengurusan KTP, perizinan, sampai dengan pembayaran dan


sebagainya seperti itu satu portal istilahnya. Integrasi yang melibatkan
berbagai macam bilik, kalo di pemerntahan itu namanya SKPD. Kalo
selama ini jalan sendiri-sendiri atau udah terintegrasi dia berjalan,
misalnya aja kalo kita kasih contoh itu ya SK. Ada berapa unit yang akan
terlibat di sana, nah kalo dulu kita datang ke masing-masing unitnya,
sekarang harusnya sudah terlayani dalam satu sistem..” (wawancara
dengan Prof. Zainal Hasibuan, 3 Juni 2015)

Penjelasan mengenai tahapan ini dapat dilihat dari keleluasaan masyarakat


sebagai salah satu pengguna sistem yang dapat mengecek informasi status dan
posisi perizinan yang diajukan melalui website BP2T dan SMS Center yang juga
terintegrasi ke dalam SIMYANDU. Posisi masyarakat yang hanya dapat
mengetahui informasi dari permohonan izin yang diajukan melalui aplikasi
berbasis sistem informasi yang diakses melalui website ini mencerminkan bahwa
aplikasi SIMYANDU termasuk ke dalam jenis tingkatan layanan awal yaitu tahap
informatif. Hal ini karena, layanan yang dapat diakses masyarakat ini hanya
digunakan sebagai media penyampaian informasi mengenai perizinan yang
diajukan tanpa adanya kontak online dan transaksi lebih lanjut yang
dimungkinkan melalui SIMYANDU. Service analysis dapat diidentifikasi
kedalam beberapa hal dilihat dari permasalahan yang banyak ditemui, yaitu:

5.1.6.1 Reliability of the System


Analisis realibility of the system meliputi analisis mengenai bagaimana
penanganan terhadap sistem sehingga hasil atau output yang diproses melalui
sistem dapat dipercaya. Penerapan aplikasi SIMYANDU terintegrasi ini cukup
berdampak pada keakuratan data dalam output yang dihasilkan. Data yang
dihasilkan melalui SIMYANDU termasuk data yang akurat, karena dalam
melakukan input data sejak awal di bidang front office, selanjutnya akan
dilakukan pengecekan maupun verifikasi apakah data yang diinput atau diketikkan
ke sistem sudah sesuai dengan berkas permohonan izin. Pengecekkan tersebut
dilakukan pada tiap bidang selanjutnya yang menerima berkas permohonan izin,
dimana jika terjadi kesalahan input ataupun typo dari bidang sebelumnya, maka
akan dapat diketahui melalui sistem tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan
dari M. Yusuf sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


98

“Kalo keakuratan data itu kan dilakukan pengecekan lagi ya tentang


keakuratan data di tiap bidangnya, misalnya dari pendaftaran di cek lagi
ke bidang selanjutnya.. jadi kalo ada kesalahan pasti ketauan dari sistem,
mau ga mau itu dilakukan karena berkas itu.. Iya sih valid datanya,
karena kan kalo ada yang salah kan bisa kelihatan kesalahan yang
dilakukan dari sistem itu..” (wawancara dengan M. Yusuf, 28 Mei 2015)

Kesalahan input atau typo yang disebabkan oleh human error atau
kesalahan dari petugas suatu bidang perizinan, masih dapat dilakukan pengecekan
pada bidang pemrosesan selanjutnya sehingga kesalahan tersebut dapat segera
diperbaiki. Apabila terjadi kesalahan dan dilakukan perbaikan, bidang yang
bersangkutan dapat mengajukan nota dinas kepada petugas di bidang data
pengembangan TIK sebagai administrator yang berwenang melakukan perbaikan
terhadap kesalahan input. Keakuratan dari input data selain dilihat dari kesesuaian
informasi yang terdapat pada berkas, juga dapat dilihat dari segi kelengkapan
persyaratan yang diajukan. Hal ini karena jika persyaratan dari berkas izin yang
dimohonkan belum lengkap, maka pemrosesan berkas tidak dapat dilakukan.
Untuk itu, terdapat koordinasi yang dilakukan per bidangnya dalam melakukan
pengecekan keakuratan data yang dimasukkan sehingga kesalahan terhadap data
yang diproses dan output yang dihasilkan nantinya dapat diminimalisir.
Namun, dalam upaya menguji akurasi atau validitas dari data yang diinput
ke dalam aplikasi SIMYANDU, yang berperan penting dalam proses meng-input
data adalah pegawai BP2T. Untuk itu, jika terjadi kesalahan maupun manipulasi
tentu yang menjadi sorotan adalah ada di tangan pegawai yang mengoperasikan
sistem. Oleh karenanya, valid atau tidaknya data yang diinput tergantung pada
ketelitian dan integritas dari para pegawai sebagai orang yang meng-input data
maupun pengguna sistem. Karena pada dasarnya, SIMYANDU merupakan
aplikasi yang menerima data berupa text yang diinput oleh petugas berdasarkan
berkas permohonan yang diajukan. Dalam hal ini, aplikasi SIMYANDU belum
dapat melakukan input data berupa gambar hasil scan, sehingga sistem tidak
memiliki kemampuan untuk mengecek apakah persyaratan berkas yang diajukan
benar-benar asli. Untuk itu, kewenangan penuh yang menentukan suatu berkas
permohonan yang diajukan baik berupa hardcopy maupun berupa data/informasi
text yang dimasukkan kedalam sistem merupakan tanggung jawab pegawai BP2T.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


99

Adapun upaya yang dilakukan BP2T dalam mencegah hal-hal seperti ulah
manipulatif petugas dalam meloloskan berkas maupun yang menyebabkan
validitas dan akurasi data lemah, maka BP2T telah melakukan beberapa upaya
yang utamanya melalui penempatan pegawai yang mumpuni. Penempatan
pegawai didasarkan pada seleksi yang ketat dengan mengutamakan integritas yang
dimiliki pegawai menjadi hal utama. Upaya yang dilakukan dengan menempatkan
pegawai setingkat Kepala Seksi untuk melakukan verifikasi terhadap berkas
hardcopy maupun data di sistem untuk data-data yang sekiranya urgent atau
rawan dipalsukan. Hal ini dilakukan, karena posisi Kepala Seksi, menurut Bapak
Tubagus Asep dinilai sebagai pegawai yang memiliki wewenang dan tanggung
jawab lebih besar dibandingkan dengan staf. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Bapak Tubagus Asep, sebagai berikut:
“Secara itu kita tetap, pertama, penempatan orang-orang untuk jadi
petugas itu betul-betul bedasarkan seleksi, ya orang-orang terbaiklah
yang kita taruh di situ. Itu yang pertama. Yang kedua, dari sisi
pengawasan. Untuk data-data yang urgent itu tadi kita tidak serahkan
kepada staf, tapi langsung ke level kepala seksi, yang setidaknya punya
tanggung jawab yang lebih besar, punya kemampuan, yang namanya
kepala seksi itu menurut saya sudah orang-orang pilihan, ya seharusnya
tidak ada yang berbuat seperti itu..” (wawancara dengan Bapak Tubagus
Asep, 1 Juni 2015)

5.1.6.2 Ease of Use


Dalam analisis ease of use akan dijelaskan mengenai kemudahan dalam
menggunakan aplikasi atau sistem yang diterapkan, dalam hal ini adalah
SIMYANDU terintegrasi. Tujuan paling utama diterapkannya aplikasi atau sistem
berbasis teknologi dalam suatu pekerjaan adalah untuk dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dalam berbagai hal. Namun, apabila aplikasi tersebut
dirancang dengan tingkat penggunan yang sulit, maka fungsi efisiensi yang akan
dicapai akan menjadi kendala yang dapat berpengaruh terhadap tujuan akhir yang
ingin dicapai. Khususnya jika berhadapan dengan kapabilitas pegawai yang
cenderung berbeda-beda dalam hal penggunaan teknologi.
Demikian halnya yang terjadi pada aplikasi SIMYANDU, jika penggunaan
aplikasi tersebut rumit maka akan menjadi kendala tersendiri bagi pengguna atau
operator di bidang pemrosesan izin. Namun dalam penerapannya, aplikasi

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


100

SIMYANDU ini telah dibuat sedemikian rupa melalui proses yang cukup sulit
agar dapat digunakan dengan mudah oleh para operator pengguna. Bahkan dari
segi efisiensi waktu yang didapat, pegawai dalam beberapa menit telah dapat
melakukan input data mengenai informasi pemohon dan data terkait berkas
permohonan izin pegawai. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh staf bidang
pengembangan TIK dan Pelaporan, Agianto Syamhalim, berikut:
“Iya, user friendly SIMYANDU hehehe gampang. Tapi ngebuatnya yang
susah ngejelimet. Kalo untuk pengguna di user ya user friendly.. dalam
satu menit kita udah bisa ngelakuin aktivitasnya untuk input misalnya
input KTPnya, isi izinnya, jadi ga perlu bolak-balik menanyakan..”
(wawancara dengan Agianto Syamhalim, 28 Mei 2015)

Dalam penggunaannya, aplikasi ini menggunakan bahasa Indonesia


sehingga dapat lebih mudah dipahami pengguna yang kurang mengerti bahasa
inggris. Selain itu, pemahaman dalam mempelajari aplikasi ini dapat dilakukan
secara cepat karena apabila terdapat pegawai baru yang membutuhkan arahan
penggunaan aplikasi, maka akan diajarkan melalui conversation biasa dengan para
petugas di bidang pengembangan TIK dan pelaporan dengan waktu yang singkat.
Namun, ketika awal diterapkannya SIMYANDU, masih banyak pegawai yang
sudah terbiasa dengan prosedur manual enggan untuk menerima sistem baru yang
diterapkan. Tetapi lambat laun, melalui sosialisasi yang dilakukan para pegawai
tersebut dapat menerima sistem seiring dengan penyesuaian dan kemudahan
proses input data ke dalam sistem. Hal ini turut dirasakan oleh Bapak Ari Ridwan
selaku staf bidang wasdal manakala sistem baru diterapkan, beliau harus
menyiapkan waktu beberapa jam untuk meminta arahan dari pegawai di bidang
pengembangan TIK dan pelaporan, untuk selanjutnya arahan tersebut disampaikan
kembali kepada petugas lainnya di bidang wasdal. Hal ini dikemukakan oleh
Bapak Ari Ridwan selaku staf wasdal, berikut:
“Ya emang sih kalo awal emang kebanyakan kan temen-temen tuh belum
terbiasa, jadi karena saya dulu pernah melaksanakan atau mengerjakan
modul-modul seperti ini biasa, tapi buat temen-temen yang terbiasa
dengan model manual ini butuh semacam penyesuaian, dibantu dengan
sistem yang terus ke arah yang lebih baik lagi sih, tapi kalo untuk
sekarang sih udah bagus. Jadi gini, waktu awal sistem ini kita temen-
temen tuh masih menggunakan sistem lama, logika mereka menyampaikan
bahwasanya buat apa ada sistem baru kalo sistem ini masih bisa berjalan,

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


101

tapi buat saya pribadi yang istilahnya saya tau bahwa sistem ini lebih
memungkinkan tidak terjadi manipulasi, saya yang sering koordinasi dari
temen-temen di regulasi untuk menyampaikan hal itu ke temen-temen, kita
akan kedatangan sistem baru, sistemnya ini namanya ini caranya begini,
jadi mau gak mau waktu itu saya minta izin ke pimpinan juga untuk
belajar di regulasinya, jadi ada waktu saya entah berapa jam untuk
kesana fokus untuk saya dapat ilmunya untuk nanti saya ngajarin disini,
seminggu begitu balik lagi kesini..” (wawancara dengan Bapak Ari
Ridwan, 13 Mei 2015)

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kendala awal


terdapat pada terdapat beberapa pegawai yang enggan menerima sistem, namun
lama kelamaan mereka dapat menerima seiring dengan edukasi yang diberikan
dalam penggunaan. Karena dalam hal ini, pengguna hanya melakukan input data
dalam bentuk text tanpa adanya sistem upload atau scanning berkas yang
memakan waktu lama. Sehingga kemudahan dari penggunaan SIMYANDU
terintegrasi dapat dirasakan oleh pegawai sebagai pengguna.

5.1.6.3 Flexibility
Analisis flexibility digunakan untuk mengetahui bagaimana suatu sistem
atau aplikasi dapat elastis atau fleksible terhadap kemajuan teknologi dan
perkembangan jaman saat ini. Penerapan aplikasi yang berbasis teknologi,
biasanya akan mengikuti perkembangan jaman yang semakin modern dari sisi
teknologi. Ditambah lagi, kebutuhan akan kemutakhiran penggunaan teknologi
yang modern semakin meningkat seiring dengan dinamika perkembangan
masyarakat yang juga mengikuti perkembangan teknologi. Adapun fleksibilitas
suatu aplikasi untuk mengikuti perkembangan teknologi bertujuan untuk tetap
menghasilkan efisiensi dan efektifitas yang lebih baik dengan penggunaan
teknologi yang lebih terkini.
Dalam hal permasalahan fleksibilitas, aplikasi SIMYANDU yang
diterapkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang
Selatan, merupakan suatu aplikasi yang fleksible untuk dapat menerima teknologi
baru yang datang. Hal ini dapat dilihat dari sejak awal mula diterapkan pada tahun
2011 hingga kini, SIMYANDU terintegrasi telah banyak melakukan
pengembangan Pengembangan-pengembangan yang dilakukan adalah dari sisi

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


102

peningkatan kecepatan akses atau speed, karena telah dilakukan penambahan dari
beberapa hardware seperti hub dan akses jaringan. Selain itu, pengembangan juga
dilakukan dari segi penambahan fitur yang terdapat pada modul atau menu dalam
SIMYANDU. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Agianto Syamhalim
sebagai berikut:
“Pengembangan paling dari kecepatannya, kecepatan akses dari
SIMYANDU, kalo sekarang lebih cepet diaksesnya karena udah
penambahan dari hardwarenya sama dari jaringannya.. 2011 kita baru
punya beberapa hub untuk akses sekarang ditambah lagi, jadi bertambah
dari akses kecepatan SIMYANDU karena penambahan hardware dari tiap
bidangnya baru trus, sisi servernya atau dari jaringannya, seperti itu,
sekarang banyak fitur-fitur baru yang dikeluarkan di SIMYANDU, kaya
tadi fiturnya kabid pembangunan, seperti itu untuk menu-menu fitur yang
ada di SIMYANDU lebih dilengkap lagi, contohnya tadi kabid
pembangunan..” (wawancara dengan Agianto Syamhalim, 8 Mei 2015)

Penambahan fitur pada menu ini dilakukan atas dasar kebutuhan dari
masing-masing bidang maupun dari masyarakat atas output yang dikeluarkan.
Dalam mengkomunikasikan kebutuhan, bidang-bidang tersebut melakukan
koordinasi dan menyampaikan fitur seperti apa yang masih perlu ditambahkan
kepada bagian pengembangan TIK dan pelaporan, sehingga nantinya developer
sistem dapat menambahkan fitur yang diminta. Sebagai acuan, kebutuhan dalam
hal bidang pengawasan dan pengendalian dirasakan Bapak Ari masih ada menu
isian yang belum terdapat pada form pengisian izin bidang pembangunan.
Kemudian untuk selanjutnya, Bapak Ari menyampaikan adanya komponen yang
perlu ditambahkan dalam menu wasdal dalam SIMYANDU, Kelengkapan fitur
pada menu di masing-masing bidang dalam sistem harus pula menyesuaikan
dengan kebutuhan baik teknis maupun subtantif antar bidangnya. Hal ini
dikemukakan oleh Bapak Ari Ridwan, selaku staf wasdal dalam kutipan
wawancara berikut:
“Masalah itu timbul kalo istilahnya begini.. jadi mungkin ada komponen
yang belum ada di pengetikan yang dilakukan oleh temen-temen di
pengetikan, misalkan disitu ada sungai tapi di formnya tapak atau
formnya IMB itu tidak menyebutkan adanya sungai disitu, nah kita dari
back office biasanya saya yang diutus untuk ke temen-temen didata untuk
memasukkan itu, karena itu sebagai data teknis yang seharusnya
dilaporkan..kita masih sering koordinasi karena ya temen-temen

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


103

pembuatnya itu, mungkin mereka lebih paham untuk sistem, tapi untuk
teknisnya mereka menyesuaikan dengan kita, jadi kebutuhan kita dari
bidang teknis khususnya bidang wasdal pembangunan ini, itu bisa tersedia
di sistem gitu, jadi apapun kebutuhan kita di bidang teknis itu bisa
dituangkan dalam sistem..” (wawancara dengan Ari Ridwan, 13 Mei
2015)

Selain terdapat kebutuhan dari sisi internal, kebutuhan terhadap


penambahan fitur dalam menu SIMYANDU juga berasal dari masyarakat
pemohon terkait output data yang dihasilkan sistem. Keluhan akan kebutuhan dari
masyarakat disampaikan pada output yang dikeluarkan melalui modul pelaporan
berupa rekapitulasi data perizinan. Informasi yang disajikan dalam output tersebut
dirasakan masyarakat masih belum mendetail terkait informasi rekapitulasi
izinnya, dimana informasi yang ditampilkan hanya sebatas pada nomor
pendaftaran, tanggal pendaftaran, nama pemohon dan lokasi izin. Sementara itu,
masyarakat meminta informasi yang lebih detail mengenai informasi luas tanah
dan peruntukan yang tidak ditampilkan karena tidak tersedianya fitur dalam
modul pelaporan. Kebutuhan informasi yang lebih mendetail tersebut tidak dapat
dipenuhi mengingat adanya kebijakan privacy dari pimpinan serta keterbatasan
kemampuan dari developer untuk melakukan penambahan fitur. Hal ini senada
dengan yang dikemukakan Agianto sebagai berikut:
“Ya misalnya dari modul pelaporan lah.. dia itu outputnya dari modul
pelaporan misalnya kasih tau rekapitulasi data perizinan nah ini
ukurannya, nah ini outputnya dari modul pelaporan, pemohon pengen
lebih lengkap lagi di apa filenya ini itu coba tolong tambahin kolom
luasnya IMB untuk data ini tuh berapa sih luasnya.. ya kita ga ada kan
fitur itu, mau ga mau harus ke Aul untuk olah datanya di database, seperti
itu.. nah aul juga kan kesibukannya banyak lagi dan ngurusin seperti ini..
Ini yang jadi kendala di modul pelaporan, jadi kalo mau pemohon
laporannya ya seperti ini, kita ga bisa yang lebih..” (wawancara dengan
Agianto Syamhalim, 8 Mei 2015)

Selain dilakukannya penambahan fitur pada modul, updating dalam


aplikasi SIMYANDU juga dilakukan secara rutin sebagai upaya mengatasi
keluhan-keluhan yang timbul dari pengguna internal SIMYANDU yang dalam hal
ini lebih mengetahui kebutuhan teknis perizinan. Adapun, penambahan fitur
maupun update yang dilakukan selain didasarkan pada kebutuhan serta keluhan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


104

yang timbul, juga perlu disesuaikan dengan SOP yang ada misalnya sehubungan
dengan template yang terdapat dalam format Surat Keputusan (SK) maupun yang
terdapat pada output lainnya. Hal ini turut pula diungkapkan oleh Bapak Isep
Cuarsa, selaku Mantan Kepala Seksi Pengembangan TIK dan sistem pelaporan
BP2T berikut:
“Haiya kita kan harus ada update terus, keluhan-keluhan dari itu. ya dari
internal lah usernya, mereka pak kok gini, ini harus gini, gitu kan ada bug
ini, kok datanya ilang pak atau apa.. itu harus diupdate terus, kok kaya
gini sih berkasnya.. formatnya ga sesuai, gitu kan, berkas harus
disesuaikan nih ini ini ini, ya akhirnya ya terpacu juga, itu tadi bahwa
dengan adanya SIMYANDU, SOP makin diperjelas, format SK itu juga
dibenerin lagi ada yang kurang apa apa gitu..” (wawancara dengan Bapak
Isep Cuarsa, 13 Mei 2015)

Dari pemaparan beberapa narasumber tersebut, dapat dikatakan bahwa


dalam hal fleksibilitas berupa perubahan yang dilakukan dalam menghadapi
kemajuan teknologi, SIMYANDU terintegrasi ini merupakan suatu aplikasi yang
fleksible. Aplikasi ini kerapkali dilakukan beberapa pengembangan dari segi
peningkatan kecepatan, penambahan hardware serta fitur yang terdapat dalam
modul, dimana hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan dan
mengatasi keluhan-keluhan yang timbul baik dari pengguna internal maupun
masyarakat sebagai penerima output yang dihasilkan.

5.1.6.4 Coordination
Analisis koordinasi dari service analysis dibutuhkan untuk mengetahui
bagaimana koordinasi yang dilakukan antar pengguna dalam menerapkan sistem
tersebut. Koordinasi antara para pengguna dalam menerapkan SIMYANDU
terintegrasi kerap kali dilakukan baik ketika waktu awal diterapkan hingga
sekarang ini. Bentuk koordinasi yang dilakukan pada awal diterapkan
SIMYANDU adalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan dari bidang teknis
dalam hal ini antara bidang pengawasan dan pengendalian yang menggunakan
sistem, dengan bidang pengembangan TIK dan sistem pelaporan yang bertugas
sebagai pengelola sistem. Karena bagaimanapun, kebutuhan-kebutuhan dalam hal
perizinan baik teknis maupun subtantif, harus terpenuhi oleh sistem sehingga
dalam penerapannya sistem akan mampu menyesuaikan dengan kebutuhan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


105

sehingga efektifitas serta efisiensi dapat dicapai. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Ari Ridwan selaku staf Pengawasan dan Pengendalian
(wasdal) bidang perizinan pembangunan, berikut:
“Kalo dulu awal iya, kita masih sering koordinasi karena ya temen-temen
pembuatnya itu masih..mereka mungkin mereka lebih paham untuk sistem,
tapi untuk teknisnya mereka menyesuaikan dengan kita.. Jadi kebutuhan
kita dari bidang teknis khususnya bidang wasdal pembangunan ini eeh itu
bisa..eh apa ya tersedia di sistem gitu, kasarnya gitu, jadi apapun
kebutuhan kita di bidang teknis itu bisa dituangkan dalam sistem dan
sepertinya sih sampe hari ini udah mendekati sempurna karena kita,
setelah berapa taun, hampir setaun lebih kemarin kita sering koordinasi..”
(wawancara dengan Bapak Ari Ridwan, 13 Mei 2015)

Koordinasi juga dilakukan sehubungan dengan pembagian kerja untuk


memproses berkas permohonan perizinan melalui sistem. Masing-masing bidang
telah memiliki pembagian tugasnya masing-masing, dimana dalam memproses
suatu perizinan harus dilakukan koordinasi antar bidangnya terkait data input yang
dibutuhkan perizinan tertentu. Kemudian, koordinasi juga dilakukan ketika terjadi
ketidaksinkronan antara status atau posisi perizinan di sistem dengan posisi berkas
hardcopy, dalam artian dalam sistem berkasnya sudah dimutasi ke bidang wasdal,
namun ternyata berkas hardcopy masih belum masuk ke wasdal. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena dalam pemrosesan berkas terdapat dua cara yaitu
melalui sistem dan hardcopy dimana keduanya harus berjalan bersamaan,
sehingga jika salah satunya tidak sinkron maka diperlukan koordinasi.
Selain itu, koordinasi juga dilakukan manakala ditemui kesalahan input
yang dilakukan, sehingga bidang selanjutnya khususnya pengawasan dan
pengendalian yang sangat bergantung pada keakuratan data, akan melakukan
koordinasi dengan pihak front office atau back office. Apabila terdapat kesalahan
input, maka koordinasi juga melibatkan petugas di bidang pengembangan TIK
dengan mengirimkan nota dinas untuk selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap
input data didalam sistem oleh petugas pengembangan TIK. Hal ini senada
dengan yang diungkapkan M. Yusuf selaku staf pengembangan TIK dan sistem
pelaporan sebagai berikut:
“Ya itu misalnya berkasnya itu, contohnya kalo misalnya.. HO, berkas
hasil printernya itu harus ada koordinasi dengan data yang yang ada di

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


106

bidang mana, jadi ada koordinasi per bidang.. Iya data perizinan yang
dibutuhin ke tiap-tiap bidangya, misalnya juga ada koordinasi yang
dilakukan karena adanya masalah berkas, misalnya ada kesalahan
nginput data dari bidang tertentu, itu koordinasinya dengan ngasih nota
dinas ke bagian data, trus kasih ke kita, jadi mereka minta kita untuk
merubah datanya, untuk merekap, juga harus dari perintah Pak Asep dulu
untuk ngerubah data..” (wawancara dnegan M. Yusuf, 27 Mei 2015)

Koordinasi yang dilakukan antar bidangnya ini masih menggunakan nota


dinas baik dalam perpindahan berkas antar bidangnya, maupun ketika terjadi
kesalahan input yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penerapan
SIMYANDU ini tidak berdampak pada pengurangan berkas hardcopy dalam
artian sistem ini tidak membuat suatu pekerjaan lebih paperless, bahkan justru
cenderung menambah berkas hardcopy dan masih dimungkinkan berkas tersebut
dapat hilang atau tercecer. Padahal, idealnya penerapan aplikasi sistem informasi
dalam menunjang suatu pekerjaan dapat menciptakan efisiensi utamanya terhadap
output yang dihasilkan.
Berdasarkan pemaparan beberapa narasumber tersebut, dapat disimpulkan
bahwa terdapat koordinasi yang dilakukan oleh para pengguna SIMYANDU, baik
dalam upaya menyampaikan kebutuhan fitur kepada petugas di bagian
pengembangan TIK, mengatasi kendala ketidaksinkronan berkas pada sistem dan
juga hardcopy, serta jika terjadi kesalahan dalam melakukan input informasi text
dimana koordinasi dapat dilakukan melalui komunikasi langsung dan juga melalui
nota dinas atau lembar disposisi ke tiap-tiap bidangnya.

5.1.7 Personnel Specification


Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Charles Parker bahwa pegawai
atau sumber daya manusia merupakan unsur paling berharga dalam penerapan
sistem, karena tanpa adanya manusia yang mengoperasikan, sistem informasi
tidak akan berjalan dan memberikan manfaat. Hal ini didukung oleh pernyataan
Kumorotomo dan Margono (1998:18) bahwa manusia yang akan memanfaatkan
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi manajemen. Pegawai atau
sumber daya manusia termasuk dalam salah satu syarat yang dibutuhkan agar
penerapan sistem informasi dapat berjalan dengan efektif khususnya dalam
menunjang penyelenggaraan layanan perizinan. Adapun dalam menerapkan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


107

sistem informasi agar dapat berjalan dengan efektif, maka harus memenuhi lima
persyaratan diantaranya adalah adanya kebijakan, infrastruktur, aplikasi, basis
data dan yang tidak kalah penting adalah sumber daya manusia yang menguasai
teknologi informasi. Sumber daya manusia ini sangat penting karena jika sumber
daya manusia yang ada tidak mumpuni, maka keempat syarat tersebut akan sia-sia
karena tidak ada yang memanfaatkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Prof. Zainal A. Hasibuan, selaku dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia berikut:
“Ada lima. Paling atas itu kebijakan, agar semua kegiatan di pemerintah
itu dilindungi oleh kebijakan dan peraturannya.Yang kedua, ini
infrastruktur yang mendukung, entah itu komputer, server, kemudian
jaringan internet. Nah, infrastruktur tidak akan berguna jika tidak ada
yang ketiga, yaitu aplikasi. Aplikasinya apa? Misal tadi perizinan,
kemudian pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan. Aplikasi juga tidak
akan berguna kalau tidak ada datanya. Siapa ini datanya? Misalnya
perizinan unit-unit usaha, layanan kesehatan bagi setiap warga
negaranya, kemudian pendidikan untuk usia anak, sebagainya. Nah yang
kelima itu SDM TI nya. Kalo gak ada SDM TI gimana orang mau
menjalankan infrastrukturnya, aplikasinya, data-data yang adanya..”
(wawancara dengan Prof. Zainal. A. Hasibuan, 3 Juni 2015)

Hal tersebut menunjukkan bahwa peran SDM sangat penting dalam


menentukan keberhasilan penerapan sistem informasi khususnya di sektor publik.
Dalam aplikasi SIMYANDU, SDM yang dimaksud adalah para pengguna yang
menginput data ke dalam sistem maupun pengelola sistem yakni SDM yang
berkompeten dalam bidang IT yang akan sangat dibutuhkan dalam hal
maintenance sistem informasi dan juga ketika para pengguna menemui kesulitan.
Pengguna aplikasi SIMYANDU terintegrasi mencakup pegawai internal BP2T
yang posisinya langsung berada dalam pemrosesan berkas seperti pegawai di
bidang pendaftaran, back office, bidang perizinan pembangunan/kesra khususnya
verifikasi, bagian wasdal serta jajaran kepala seksi, kepala bidang, sekretaris
badan, kepala badan maupun bendahara yang melakukan input data, monitoring
maupun mutasi berkas antar bidangnya. Masyarakat disini juga termasuk ke dalam
pengguna, yakni dapat melihat informasi status dan posisi berkas perizinan yang
diproses namun hanya melalui website BP2T dan SMS Center yang juga
merupakan menu terintegrasi dari SIMYANDU.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


108

Namun demikian, yang menjadi fokus utama mengenai personnel disini


adalah pengguna aplikasi SIMYANDU yakni pihak internal BP2T yang
mengoperasikan, dalam hal meng-input berkas permohonan izin yang terdiri dari
beberapa tahapan pemrosesan izin. Dalam meng-input data pada sistem, tentunya
para pegawai memiliki tugasnya masing-masing sesuai dengan jobdesk atau
pembagian kerja yang telah ditetapkan. Adanya pembagian kerja yang jelas dan
tertulis bagi para pegawai penting dilakukan agar pekerjaan baik yang dilakukan
secara manual maupun tersistem dapat dilakukan dengan baik. Jobdesk dalam
meng-input data terdapat baik di bidang front office, back office, wasdal, bidang
perizinan pembangunan dan kesra maupun di bidang pengembangan TIK dalam
mengontrol kinerja SIMYANDU serta aplikasi lainnya. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Sapto Pratolo, Kepala Seksi Verifikasi dan Penetapan
Perizinan Bidang Kesra berikut:
“Ada, ada.. jadi si A tugasnya pertama mungkin menginput dari awal ya
menginput data pemohon, gitu terus pindah ke B mendistribusikan terkait
dengan permohonan izin yang dimohon, misalnya, dia ini permohonan ini
dia langsung bisa cetak SK, permohonan ini harus mencetak NSR dulu,
nah itu misalnya jobdesk dari si B, si C dia langsung mengeksekusi atau
membuat mencetak SK, ada jobdesk dari masing-masing petugas kami
dalam mengoperasikan SIMYANDU, jobdesknya masing-masing..”
(wawancara dengan Bapak Sapto Pratolo, 13 Mei 2015)

Pernyataan yang senada juga dikemukakan oleh Bapak Tubagus Asep


selaku Kepala Bidang Pengembangan TIK dan Pelaporan, berikut:
“Ada lima orang yang mengelola, tapi kalo yang menggunakan nah itu
seluruh bagian.. itu kaitannya karena digunakan sebagai pemrosesan
data, jadi itu bukan hanya dari itu pendaftaran, dari pendaftaran masuk
ke loket verifikasi, kemudian masuk kepada peninjauan lapangan,
kemudian lapangan penetapan posisi, sampai kepada proses..apa
penandatanganan kepala badan, penomeran semuanya itu
dimanfaatkan..”(wawancara dengan Tubagus Asep, 13 Maret 2015)
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam
menggunakan atau mengoperasikan aplikasi SIMYANDU, terdapat pembagian
kerja atau jobdesk yang jelas dan tertulis, dimana setiap pegawai akan
menjalankan tugasnya sesuai dengan jobdesk yang ditetapkan. Adapun ketika
sebelum SIMYANDU diterapkan, masih ditemukan adanya pembagian kerja yang

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


109

tidak teratur dimana ditemukan pegawai yang memiliki jobdesk rangkap


atau tumpang tindih. Namun setelah SIMYANDU diterapkan, para pegawai telah
memiliki jobdesk yang jelas baik dalam hal mengoperasikan sistem maupun
dalam memproses berkas. Sehingga dapat dikatakan melalui SIMYANDU ini
tercipta suatu efisiensi beban kerja, karena pekerjaan yang harus dilakukan telah
ditetapkan sebelumnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Agianto berikut ini:
“Iya. jadi banyak yang dialihkan, gitu, jadi efisien gitu kalo staf-stafnya di
sini. Jadi ada yang megang SIMYANDU berapa orang jadi dialihin, kalo
di lapangan surveynya cepet gitu. Sebelumnya kan gimana, crowded, gak
teratur gitu..jobdesknya tumpang tindih, kalo ada SIMYANDU udah
ditetapkan kamu backoffice input SIMYANDU, ke lapangan ngecek liat
bener apa engga yang diinput dengan apa yang di lapangan..”
(wawancara dengan Agianto Syamhalim, 29 Mei 2015)

Selanjutnya, dalam mengoperasikan sistem pegawai tentunya harus


memiliki kompetensi atau kualifikasi tertentu agar proses penerapan sistem dapat
berjalan dengan baik. Namun dalam penerapannya, kualifikasi pegawai tidak
terlalu diperhatikan, dalam artian selama para pegawai bisa mengoperasikan
sistem operasi di komputer, maka aplikasi SIMYANDU juga dapat diterapkan
dengan mudah. Aspek lain yang berhubungan dalam pengembangan kompetensi
pegawai adalah diadakannya pelatihan. Pelatihan utamanya dilakukan untuk
mengedukasi pegawai terkait pengoperasian sistem baik menginput data,
mengolah informasi hingga dapat menghasilkan output yang akurat. Pelatihan
yang dilakukan berupa bimbingan teknis atau sosialisasi khusus pegawai dalam
hal penggunaan dan pemanfaatan sistem. Namun, utamanya dalam memahami
SIMYANDU, pegawai yang sebelumnya tidak mengerti cara menggunakan, dapat
bertanya dan diberikan pengarahan bersifat conversation biasa oleh petugas di
bidang pengembangan TIK Hal ini disebabkan, karena aplikasi SIMYANDU
cenderung mudah digunakan sehingga proses memahami penggunaannya pun
mudah.

5.1.8 Procedure Specification


Dalam melaksanakan pekerjaannya, pegawai senantiasa telah diberitahu
apa aja tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan. Unsur prosedur disini
penting sebagai landasan tindakan yang dilakukan oleh sumber daya manusia

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


110

untuk menjalankan aktivitasnya agar penerapan sistem dapat berjalan


sebagaimana mestinya. Unsur prosedur disini dapat berupa peraturan-peraturan
yang dijadikan landasan aktivitas maupun tindakan para pegawai dalam
melaksanakan pekerjaaanya, khususnya dalam menerapkan sistem informasi,
dimana prosedur terdiri dari prosedur kerja dan prosedur kontrol. Prosedur kerja
dalam hal ini, dapat diartikan adanya ketersediaan prosedur kerja secara tertulis
yang dalam hal ini dapat dikatakan adanya Standar Operating Procedure (SOP).
Ketika pertama kali SIMYANDU diterapkan, kendala yang ditemukan selain pada
sdm, juga terkait ketiadaan SOP. Keberadaan SOP disini penting dan disini juga
harus dilakukan sinkronisasi antara SOP dengan sistem, sehingga tujuan dari
penyelenggaraan layanan perizinan dapat segera dicapai. Hal ini senada dengan
yang dikemukakan oleh Bapak Isep Cuarsa selaku Mantan Kepala Seksi
Pengembangan TIK yang merasakan kondisi awal penerapan SIMYANDU:
“Kendala awal ya sih paling itu.. yang jelasnya sih itu tadi eeh belum
adanya itu SOPnya, belum jelas SOP..jadi mengsinergikan mensinkronkan
antara SOP dengan sistem kan juga, gitu kan..” (wawancara dengan
Bapak Isep Cuarsa, 12 Mei 2015)

Sinergi yang dimaksud dari pernyataan diatas adalah bahwa dalam


penerapan SIMYANDU, SOP yang ditetapkan berupa SOP atau ketentuan dalam
perizinan yang datanya diinput ke sistem maupun dimutasi ke beberapa bidang.
Kini dalam SIMYANDU, telah terdapat SOP terkait perizinan dimana hal ini
dapat dijadikan landasan dalam mengecek kelengkapan persyaratan izin tertentu,
lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pemrosesan berkas per bidangnya dan
terkait tugas per bidang yang dimiliki masing-masing pegawai. Di bidang
pengawasan dan pengendalian misalnya, sebagaimana dikemukakan oleh Ari
Ridwan, SOP yang ditetapkan merupakan turunan dari Susunan Organisasi dan
Tata Kerja (SOTK) yang dibuat menjadi semacam buku panduan atau petunjuk
pelaksanaan (Juklak) tugas dari masing-masing pegawai baik di bidang wasdal
maupun bidang lainnya, berikut kutipan wawancaranya:
“Udah, jadi jobdesknya itu dibuatkan dalam satu buku kecil namanya
buku panduan, itu perbidang sih udah ada kayaknya, dan itu udah
termasuk dalam SOP kita di wasdal di SOTK juga ada jadi eehm itu
runtutan dari SOTK kemudian menjadi SOP, SOP kemudian menjadi buku
panduan atau yang dibilang buku panduan tuh kaya semacem Juklak yah,

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


111

Petunjuk pelaksanaan kan ya, nah itu menentukan job desk orang per
orang, seperti saya disini bidang penerima berkas, sebagai staf penerima
berkas ya bentuknya seperti ini.. korwil udah punya tugas melaksanakan
tinjauan lapangan, dan membuat hasil tinjauan lapangan itu dalam bentuk
laporan hasil peninjauan lapangan.. tim pertama di pengetikan bertugas
untuk menginput data hasil tinjauan lapangan dari berkas yang bisa
diproses untuk dibuatkan berita acara hasil tinjauan lapangan, dari situ
berkas akan diotorisasi oleh Kasi Kabid, kemudian berkas yang
dinyatakan bisa diproses dimutasi ke temen-temen dibawah, di sistem juga
namanya di verifikasi dan penetapan untuk dibuatkan SKnya, selesai tugas
wasdal disitu..” (wawancara dengan Ari Ridwan, 13 Mei 2015)

Fungsi SOP yang telah disinergikan ke dalam sistem, selain dijadikan


landasan bagi pegawai dalam melakukan pemrosesan berkas melalui sistem, juga
dapat dilakukan oleh para pimpinan khususnya untuk melaksanakan monitoring
sebagai upaya pelaksanaan evaluasi kinerja pegawai. Peran sistem disini juga
dapat dijadikan sebagai peringatan atau warning terkait waktu pemrosesan izin
yang manakala dalam suatu bidang pemrosesan izin memakan waktu lebih lama
dari yang telah ditentukan dalam SOP. Jika hal tersebut terjadi, maka pada sistem
akan muncul tanda merah yang menandakan bahwa waktu pemrosesan izin telah
melewati batas yang telah ditetapkan dalam SOP. Jadi manakala terjadi
keterlambatan proses dari perizinan maupun terdapat oknum yang menahan-nahan
berkas pada bidang tertentu maka informasi ini akan tersampaikan kepada para
pimpinan dengan bantuan SIMYANDU sehingga dapat dilakukan evaluasi kinerja
pegawai sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Pernyataan tersebut
dikemukakan oleh Tubagus Asep dalam kutipan wawancara berikut:
“Jadi SIMYANDU itu tidak menentukan harus berapa lama waktu, yang
menentukan berapa lama waktu tergantung, karena masing-masing izin itu
punya SOPnya masing-masing, contoh saya ambil yang paling lama lah
ya IMB, IMB itukan secara standar operational prosedur itu harus 30
hari, maka sistem akan membacanya itu 30 hari, sekarang yang jadi
pertanyaan bagaimana ketika sistem itu membacanya akhirnya izin itu 30
hari ga jadi, atau udah lewat gitu ya.. peran sistem itu sebagai warning ya
atau pengingat, dan yang kedua juga sistem bisa menjadi intelijen, kenapa
saya katakan bahasa IT nya tuh bisnis intelijen ya.. jadi sistem itu akan
membaca berapa lama SOP yang diperlukan untuk proses izin A
katakanlah misal, atau izin B ya.. maka sistem akan mencatat itu, dan
akan membandingkan, kira-kira udah selesai bener sesuai SOP atau tidak,

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


112

oh ternyata 29 hari, oke.. oh ternyata ada satu izin yang 40 hari, maka
hitungan hari ke 31 dari SOP yang telah disepakati 30 hari, hari ke 31 itu
izin-izin yang dimaksud itu atau yang melewati SOP akan merah
tandanya, itu sebagai pengingat.. dan itu mereka akan tersampaikan ke
pimpinan ke walikota segala macem, jadi akhirnya si pegawai-pegawai
yang menahan berkas, ataupun terjadi misalnya keterlambatan di satu
bidang itu bisa langsung terdeteksi dan tersampaikan dengan sendirinya
ke pimpinan dengan bantuan sistem itu tadi atau SIMYANDU lah, gitu..”
(wawancara dengan Tubagus Asep, 1 Juni 2015)

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa


dalam menerapkan suatu sistem informasi sebagai upaya pemrosesan berkas
perizinan, dalam SIMYANDU ini telah terdapat upaya sinkronisasi yang
dilakukan terhadap SOP perizinan yang berlaku. Jadi masing-masing pegawai
yang bertugas harus melaksanakan tugas sesuai dengan SOP atau Juklak
pekerjaan yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang dikemukakan pula, bahwa
SOP yang telah disinkronkan dengan sistem dapat dijadikan sistem peringatan,
waktu pemrosesan atau penyelesaian berkas di bidang tertentu. Jadi manakala
pemrosesan berkas memakan waktu lebih lama dari yang ditentukan SOP, maka
SIMYANDU akan mendeteksi adanya ketidakberesan sehingga dalam sistem
akan muncul tanda merah, hal ini juga akan tersampaikan kepada pimpinan yang
nantinya akan dilakukan tindaklanjut oleh pimpinan kepada bawahan.

5.2 Kendala dalam Implementasi SIMYANDU Terintegrasi


Dalam menerapkan suatu sistem atau aplikasi berbasis teknologi yaitu
SIMYANDU teintegrasi sebagai upaya mewujudkan pelayanan perizinan yang
efektif dan efisien, tidak selalu berjalan mulus. Terdapat beberapa hal yang
menjadi kendala dalam mengimplementasikan SIMYANDU. Kendala tersebut
diantaranya adalah pertama, masih maraknya budaya calo atau pungutan liar di
lingkungan BP2T Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan penuturan salah satu
pegawai, bahwa praktik calo masih terjadi yakni dengan dalih diminta masyarakat
untuk memproses dan memonitoring berkas perizinan, yang ironisnya dilakukan
oleh pegawai BP2T sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
SIMYANDU terintegrasi, nyatanya tidak serta merta menghilangkan praktik calo
yang banyak terjadi, utamanya di instansi-instansi perizinan tingkat daerah

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


113

khususnya BP2T yang seharusnya menjunjung tinggi motto “Kepastian Perizinan


dengan Tidak Mempermudah dan Tidak Mempersulit”. Padahal, melalui
SIMYANDU terintegrasi, pimpinan baik setingkat Kepala Seksi, Kepala Bidang
hingga kepada Walikota dapat memantau jalannya berkas perizinan, dimana pada
tiap-tiap bidang akan dinilai kinerjanya dalam melakukan pemrosesan suatu
berkas yang didasarkan pada SOP masing-masing perizinan. Hal ini tentunya
berdampak pada kinerja pegawai yang utamanya harus melaksanakan
penyelenggaraan izin sesuai dengan SOP, tidak menahan-nahan berkas dan
menunda pekerjaan. Adapun keterlambatan dari proses izin, biasanya terkendala
dari ketidaklengkapan persyaratan berkas izin yang dimohonkan.
Kendala selanjutnya yang dirasakan adalah adanya ketidaksinkronan
dalam proses mutasi berkas pada sistem dengan mutasi berkas secara hardcopy.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam proses mutasi
berkas, terdapat dua sistem yakni melalui data yang diinput ke dalam sistem
berupa text informasi berkas perizinan dan juga dengan berkas hardcopy. Hal ini
dilakukan karena SIMYANDU, hanya dapat menginput data berkas perizinan
berupa text information, dan tidak mendukung proses digitalisasi berkas sehingga
mutasi berkas hardcopy juga masih tetap dilakukan. Selain itu, keadaan ini juga
kerapkali menimbulkan ketidakefisienan baik dalam hal waktu maupun output
yang dihasilkan. Tidak efisiennya waktu terlihat dari adanya ketidaksinkronan
berkas di sistem dengan hardcopy yang menyebabkan proses perizinan menjadi
terhambat. Kemudian ketidakefisienan output dapat dilihat pada penerapan
SIMYANDU yang tidak menimbulkan dampak paperless, karena output berupa
kertas atau berkas hardcopy yang dihasilkan justru semakin banyak, ditambah lagi
dalam setiap mutasi atau koordinasi dilakukan melalui nota dinas atau lembar
disposisi.
Selain itu, SIMYANDU terintegrasi utamanya merupakan sistem yang
digunakan bagi internal BP2T sebagai penggerak utama jalannya berkas
permohonan izin antar bidangnya, sehingga melalui sistem itu dapat terlihat posisi
dan status izin yang dimohonkan. Salah satu menu yang diintegrasikan dan
termasuk ke dalam SIMYANDU adalah website BP2T dan SMS Center dimana
melalui kedua layanan tersebut, masyarakat pemohon dapat mengecek informasi

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


114

status perizinan, alur proses perizinan, besarnya retribusi yang harus dibayarkan,
keaslian SK yang diterima serta mengecek info jumlah pendaftar pada kurun
waktu tertentu dan daftar perizinan yang disetujui. Adapun menu tersebut terletak
pada pojok kanan di alamat website BP2T, www.bp2t.tangerangselatankota.go.id,
dengan tampilan sebagai berikut:

Gambar 5.10 Tampilan Website BP2T Kota Tangerang Selatan


Sumber: bp2t.tangerangselatankota.go.id

Selain website, pemohon juga dapat mengecek status perizinan, besaran


retribusi yang harus dibayarkan serta alur perizinan melalui layanan SMS Center
yang juga terintegrasi dengan layanan SIMYANDU. Caranya yaitu dengan
mengirimkan SMS dengan format Info (spasi) Nomor Pendaftaran lalu kirim ke
nomor 085779641800. Masyarakat yang mengirimkan SMS dengan format
tersebut, akan mendapat jawaban yang dikirim otomatis oleh sistem. Selain itu,
menurut penuturan Agianto staf pengembangan TIK, layanan SMS Center yang
dikelola berupa modem yang dimasukkan simcard dan pulsa diisikan rutin setiap
bulannya. Namun, ketika dilakukan pengecekkan terhadap pulsa modem, ternyata
pulsa pada modem SMS Center masih banyak dan sudah lama tidak berkurang.
Hal ini turut didukung oleh pernyataan dari Bapak Taufik, selaku
masyarakat pemohon izin, yakni pengusaha properti yang sering melakukan
pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di BP2T Kota tangerang Selatan.
Namun, beliau mengungkapkan bahwa selama mengurus IMB, dalam melakukan
pengecekkan terkait posisi berkas perizinan, lebih mudah untuk menanyakan
langsung kepada petugas front office. Beliau juga mengungkapkan bahwa sejauh
ini tidak mengetahui adanya sistem layanan yang dapat memudahkan pemohon

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


115

untuk mengecek posisi dan status perizinan baik melalui SMS Center, maupun
Website BP2T. Berikut penuturan Bapak Taufik:
“Oh engga, saya mah langsung aja langsung ke BP2T.. saya biasanya
begitu sih mbak, iya nanti juga dikasih tau sama dia sama petugasnya,
jadi kadang-kadang juga petugasnya, maaf ya baru-baru ini kalo kurang
jelas juga saya tanya ke atasannya gitu, kalo misalnya loh saya udah
lengkap kok ada aja yang kurangnya, karena ga sepaham ini kan ga
semuanya ngerti, kadang-kadang kan sok-sok gitu dia ga ngerti sok
ngerti.. nah kalo saya langsung” (wawancara dengan Bapak Taufik, 11
Juni 2015)

Berdasarkan penuturan masyarakat pemohon tersebut, dapat dikatakan


bahwa keberadaan SMS Center dan juga website sebagai salah satu layanan
SIMYANDU terintegrasi untuk memudahkan mengecek posisi berkas, belum
banyak diketahui masyarakat, sehingga mereka lebih memilih untuk menanyakan
dan datang langsung kepada petugas terkait posisi berkas maupun kendala yang
dihadapi. Hal ini karena, informasi atau sosialisasi terkait SMS Center dan
layanan website SIMYANDU yang belum meluas serta menurut penuturan
Agianto bahwa masyarakat cenderung menanyakan langsung kepada petugas dan
juga via email karena informasi yang didapat akan lebih mendetail, apalagi jika
menanyakan mengenai kendala berkas yang dimohonkan. Berikut penuturan
Agianto:
“Terus ya informasi-informasi yang ada di SIMYANDU ya misalnya bisa
terjangkau lah oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan ya gitu, jadi ini
kan banyak yang belum tau kalo di SIMYANDU kan bisa lewat SMS
nanyain berkasnya.. misalkan bisa tau alur proses perizinannya seperti ini
misalnya paling email, mereka nanyain alurnya, masalah SIMYANDU
masyarakat nanya ya paling alur perizinan terus persyaratan yang
ditanyakan pemohon..” (wawancara dengan Agianto, 8 Mei 2015)

Sebagai salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi berupa sistem


informasi manajemen dalam kerangka electronic government, tentunya
menjadikan SIMYANDU Terintegrasi sebagai salah satu aplikasi yang utamanya
dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan penyelenggaraan layanan
perizinan yang lebih efektif dan efisien. Dalam menyelenggarakan layanan ini,
tentunya terdapat interaksi antara pemerintah sebagai penyedia layanan dengan
masyarakat sebagai pengguna layanan, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


116

Indrajit (2002:41) bahwa dalam penerapan e-government khususnya sistem


informasi dalam organisasi publik terdapat interaksi yang dilakukan, salah satunya
adalah interaksi antara pemerintah dengan masyarakat atau Government to Citizen
(G to C).
Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa dalam penerapan
SIMYANDU, modul yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna dalam
mengakses status dan posisi perizinan yang dimohonkan adalah melalui website
BP2T dan SMS Centre. Hal ini karena utamanya, fitur-fitur SIMYANDU hanya
dapat diakses oleh pihak internal atau pegawai BP2T sendiri, sehingga menu yang
dapat diakses oleh masyarakat dan juga terintegrasi di dalamnya hanya website
BP2T dan SMS Centre tersebut. Namun dalam praktiknya, keberadaan kedua
menu yang seharusnya dapat memudahkanan masyarakat dalam mengakses status
perizinan, mengecek keaslian SK, alur proses perizinan serta besaran retribusi
nyatanya belum dapat berjalan dengan baik, karena banyak masyarakat yang
belum mengetahui kegunaan serta adanya menu tersebut.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh minimnya sosialisasi yang
dilakukan kepada masyarakat pemohon izin dari para pegawai, sehingga mereka
lebih memilih untuk menanyakan langsung kepada para pegawai mengenai berkas
perizinan yang diajukan maupun melalui e-mail. Hal tersebut turut pula dikatakan
oleh Novi Nur Asih, selaku masyarakat pemohon izin yang menyatakan bahwa
sejauh ini tidak mengetahui adanya fitur untuk mengecek berkas permohonan izin
jenis IMB yang pernah diajukannya, dan memilih untuk mendatangi kantor BP2T
serta menanyakannya langsung kepada petugas. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Bapak Taufik yang juga sebagai masyarakat pemohon, sebagai
berikut:
“Oh engga, saya mah langsung aja langsung ke BP2T, enggak melalui
sistem, langsung aja kok saya biasanya gitu kok.. kalo udah lengkap ya
bisa langsung gitu aja..” (wawancara dengaan Bapak Taufik, 11 Juni
2015)

Hal tersebut, menyebabkan kegunaan dari salah satu menu SIMYANDU


dalam hal memudahkan interaksi atau penyampaian informasi dari pemerintah
sebagai penyedia layanan perizinan yakni BP2T, kepada masyarakat selaku
pemohon izin dalam kerangka interaksi G to C, tidak dapat berjalan dengan efektif

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


117

karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan Website BP2T dan


SMS Centre dan sosialisasi yang dilakukan. Hal ini juga terkait dan dapat
mengarah kepada masih marak terjadinya tindak percaloan di lingkungan BP2T.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutabri (2005:114-115) bahwa dalam
penerapan sistem informasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dari organisasi yang juga semakin
berkembang cukup dinamis. Faktor eksternal disini juga dapat mempengaruhi
penerapan sistem, karena meskipun SIMYANDU merupakan sistem yang
sebagian besar digunakan oleh pegawai internal, namun terdapat menu yang dapat
diakses masyarakat, sehingga faktor eksternal yang mempengaruhi dapat berasal
dari masyarakat.
Oleh karenanya, maraknya tindak percaloan dinilai tidak hanya berasal
dari perilaku para pegawai BP2T saja, namun juga dari faktor eksternal yakni dari
perilaku masyarakat yang selalu menginginkan kemudahan dan pengurusan izin
yang cepat sehingga kerap meminta bantuan untuk memonitor dan mengurus
izinnya kepada para pegawai. Maraknya percaloan juga terjadi akibat kurangnya
informasi yang diperoleh masyarakat mengenai adanya layanan yang dapat
memudahkan mengecek status perizinan melalui website BP2T dan SMS Centre,
karena biasanya masyarakat meminta bantuan kepada pegawai terkait dalam hal
memonitor posisi berkas. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Agianto
sebagai berikut:
“Ya ada itu, dari masyarakatnya mungkin sibuk, ya dia minta tolong
monitoring, minta tolong bantu prosedurnya kaya gimana, persyaratannya
kaya gimana gitu kan, kalo misalnya sudah oke semua ya kita tugasnya
sebagai calo atau agensi gitu ya perantara ya kita monitoring, gitu..”
(wawancara dengan Agianto, 29 Mei 2015)

5.3 Ringkasan Analisis Implementasi SIMYANDU Terintegrasi


Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan yang didasarkan pada
kerangka teori yang tertuang dalam dimensi pada operasionalisasi konsep, maka
untuk memudahkan dalam menelaah hasil, berikut ditampilkan ringkasan analisis
implementasi SIMYANDU Terintegrasi yang tertuang pada tabel 5.2 sebagai
berikut:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


118

Tabel 5.2 Matriks Analisis Implementasi SIMYANDU Terintegrasi


No. Dimensi Analisis
1. Performance Analysis Terkait waktu pemrosesan/response time untuk menginput data ke dalam SIMYANDU di masing-
masing bidang membutuhkan waktu paling lama 15 menit, sedangkan throughput banyaknya berkas
perizinan yang masuk perharinya sekitar 50-80 berkas, yang setiap berkas dibutuhkan waktu sekitar 15
menit untuk diinput ke dalam sistem
2. Analisis terhadap Kelengkapan terhadap output dilakukan oleh pegawai di masing-masing bidang pemrosesan izin,
output dimana tiap bidangnya melakukan verifikasi kelengkapan, sistem yang berjalan masih menggunakan
mutasi secara sistem maupun hardcopy sehingga tidak terjadi pengurangan berkas, entri data dilakukan
oleh pegawai sehinga tidak terotomatisasi, namun SIMYANDU disini berperan sebagai penggerak
jalannya berkas dan dapat dijadikan media evaluasi kinerja oleh para pimpinan
Analisis terhadap Dalam pemeriksaan akurasi dan validitas data dalam inputting yang telah dilakukan berlaping di tiap
input bidang pemrosesan, juga sangat bergantung pada ketelitian dan integritas pegawai. validitas dan
akurasi dalam hal input data juga akan mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan.
Analisis terhadap Media penyimpanan pada aplikasi SIMYANDU telah dinilai cukup aman yang terdiri dari tiga server
stored data yakni server utama, dan dua server back up sebagai upaya meminimalisir terjadinya hal-hal buruk
3. Economic Analysis Aspek ekonomi dalam hal biaya yang dikeluarkan untuk membangun dan mengembangkan sistem
untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan, pada aplikasi SIMYANDU utamanya melihat manfaat
jangka panjang yang akan didapat dari penerapan sistem ini.
4. Control and Security Kontrol dalam aplikasi SIMYANDU dilakukan melalui pemberian username dan password kepada
Analysis pengguna yang memiliki hak akses, kontrol terhadap kinerja bawahan melalui aplikasi SIMYANDU
juga dilakukan oleh pimpinan. Untuk segi keamanan sudah dilakukan upaya yang baik yakni firewall
dari segi hardware, back up data secara rutin pada server back up serta adanya VPN.
5. Efficiency Analysis Efisiensi dalam hal tenaga kerja dapat dicapai dalam penerapan SIMYANDU, karena dengan adanya
SIMYANDU tenaga kerja dapat lebih dikurangi dan memiliki jobdesk yang lebih jelas, sedangkan

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


119

efisiensi waktu yang dihasilkan terlihat dari adanya evaluasi kinerja dalam waktu pemrosesan berkas
dari para pimpinan
6. Service Analysis
Reliability Aspek akurasi dan validitas data yang diinput ke dalam SIMYANDU, sangat ditentukan oleh pegawai
BP2T di masing-masing bidang yang juga melakukan pemeriksaan kelengkapan dan verifikasi
perizinan. Untuk itu, ketelitian dan integritas pegawai disini sangat dibutuhkan untuk menjamin
validitas data dan output yang dihasilkan
Ease of use Aplikasi SIMYANDU terintegrasi cenderung mudah digunakan, hal ini karena setiap pegawai hanya
memerlukan waktu yang singkat untuk mempelajari penggunaan sistem, karena aplikasi ini cenderung
mudah digunakan.
Flexibility Aplikasi SIMYANDU termasuk fleksible, karena selalu mengikuti perkembangan teknologi terkini
yakni dengan dilakukannya update-update untuk mengatasi permasalahan, dan juga dilakukan
penambahan-penambahan fitur yang didasarkan pada kebutuhan tiap bidang pelayanan.
Coordination Bentuk kooridnasi yang dilakukan antar pengguna sistem tiap bidangnya yakni dengan melakukan
koordinasi dan komunikasi terkait kebutuhan tiap bidangnya yang harus terpenuhi dan dimuat ke dalam
sistem. Selain itu, koordinasi juga dilakukan ketika terjadi kesalahan input data yang mengharuskan
dilakukannya perubahan data
7. Personnel Pegawai sebagai pengguna telah memiliki pembagian kerja yang jelas, pelatihan dalam pemanfaatan
Specification SIM juga kerap dilakukan, hingga kepada proses belajar yang cenderung singkat kepada para staf
pengelola SIMYANDU, kualifikasi pengguna sistem juga tidak memiliki standar tertentu.
8. Procedure Prosedur dalam hal ini SOP sangat penting untuk dilakukan sinkronisasi dengan sistem, karena dengan
Specification adanya SOP pada SIMYANDU, maka dapat dijadikan sistem peringatan bagi para pegawai terkait
waktu pemrosesan berkas yang telah ditetapkan dalam SOP.
Sumber: Olahan Peneliti, 2015

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi simpulan dari hasil penelitian serta saran yang peneliti berikan
terkait hasil penelitian.

6.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan dalam analisis yang didasarkan pada kerangka
teori yang mempengaruhi implementasi sistem oleh James Wetherbe (dalam
Jeffrey et al, 1990:141-146) yang terdiri dari Performance analysis, information
and data analysis, economy analysis, control and security analysis, efficiency
analysis dan services analysis serta personnel dan procedure specification oleh
Charles Parker, memperoleh hasil bahwa dalam implementasi sistem informasi
manajemen pelayanan terpadu (SIMYANDU) terintegrasi secara garis besar
belum cukup baik. Hal ini karena dalam pemaparan kerangka teori, ditemukan
beberapa hambatan yang akan mempengaruhi penerapan sistem dalam upaya
penyelenggaraan layanan perizinan. Faktor penghambat yang perlu dicermati
tersebut diantaranya yakni, masih kurang berjalannya menu website BP2T dan
SMS Centre dalam SIMYANDU karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat
sehingga aspek interaksi G to C menjadi terhambat, kerapkali terjadi
ketidaksinkronan dalam proses mutasi berkas dalam sistem maupun hardcopy,
penerapan sistem yang tidak menimbulkan efisiensi dalam pengurangan berkas
(no paperless) dan masih maraknya praktik calo di lingkungan BP2T Kota
Tangerang Selatan.

6.2 Saran
Adapun saran-saran dari peneliti yang dapat dipertimbangkan oleh BP2T
Kota Tangerang Selatan sebagai masukan dalam menerapkan SIMYANDU
terintegrasi adalah:

1. Dalam menerapkan SIMYANDU Terintegrasi, perlu diperhatikan


mengenai kesesuaian proses mutasi berkas pada sistem dengan mutasi
berkas hardcopy, sehingga ketidaksinkronan dapat segera diminimalisir

121
Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


122

2. Pegawai BP2T seharusnya dapat mensosialisasikan layanan SMS Center


dan Website BP2T yang termasuk ke dalam menu SIMYANDU
terintegrasi untuk mengecek info dan status perizinan, hal ini untuk
menduung kedua layanan tersebut dapat berjalan dengan efektif,
disamping masyarakat meminta bantuan pegawai yang rentan
menimbulkan praktik calo
3. Melalui sistem peringatan dan monitoring yang dilakukan pimpinan
terhadap kinerja pegawai dalam memproses berkas sesuai dengan SOP,
maka seharusnya pemrosesan izin melalui SIMYANDU ini dapat berjalan
dengan baik, dengan mengutamakan kelengkapan dan validitas berkas
yang diajukan. Sehingga praktik mempermudah atau mempersulit berkas
dari para oknum dapat dicegah.
4. Pada praktiknya, kebutuhan akan sistem pelayanan perizinan secara online
sangat dibutuhkan sebagai upaya mengurangi praktik pungutan liar
maupun calo. Maka kedepannya, diharapkan selain jenis izin SIUP dan
TDP, izin-izin lainnya juga dapat segera diurus secara online baik melalui
SIMYANDU maupun dengan membentuk sistem informasi baru.

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk
Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta:
ANDI OFFSET
Anttiroiko, Ari-Veikko. 2008. Electronic Government: Concept, Methodologies,
Tools and Applications. New York: Information Science Reference
Anttiroiko, Ari-Veikko. 2005. Urban E-Government in Finland, in Local
Electronic Government: A Comparative Study (Helmut Druke pp. 18-51).
New York: Routledge
Davis, Gordon, B. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1:
Pengantar. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Eccles, Mg, Julyan, FW, Boot, G & Van Belle, JP. 2000. The Principle of
Bussines Computing: Fifth Edition. Lansdowne: Juta & Co Ltd.
Gaol, Chr. Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan
Aplikasi. Jakarta: PT Grasindo
Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik: Konsep, Dimensi, Indikator dan
Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media
Heeks, Richard. 2006. Implementing and Managing E-Government: An
International Text. London: SAGE Publications Ltd.
Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Government. Yogyakarta: Andi
Indrajit, Richardus Eko, Dudy Rudianto & Akbar Zainuddin. 2005. E-Government
In Action: Ragam Kasus Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia.
Yogyakarta: Andi
Kumorotomo, Wahyudi & Subando A. Margono. 1998. Sistem Informasi
Manajemen dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Lubitz, von Dag & Nilmini Wickramasinghe. 2007. Centric Operations: The
Confluence of E-Health and E-Government, in Global E-Government:
Theory, Application and Benchmarking (Latif Al-Hakim pp. 127-146).
Hershey: Idea Group Inc.
Lucas, Henry C, Jr. 2000. Analisis, Desain dan Implementasi Sistem Informasi.
Jakarta: Erlangga.
Marimin, Hendri Tanjung & Haryo Prabowo. 2006. Sistem Informasi Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mcleod, Raymond. 1996. Management Information Sistem: A Study of
Computer-Based Information Sistems: Edisi Terjemahan. Jakarta:
Prehallindo.

123

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


124

Neuman, Lawrence W. 2007. Social Research Method Qualitative & Quantitative


Approaches, second edition. Boston: Allyn and Bacon.
O’Brien, James A. 1997. Introduction to Information System. USA: Mc Grawhill
Companies Inc.
Oz, Effy. 2009. Management Information Sistems: Sixth Ed. Boston:
Thomson/Course Technology.
Parker, Charles S. 1989. Management Information Sistem: Strategy And Action.
United States: McGraw-Hill Inc.
Parsons, June Jamrich & Oja. 2013. New Perspective on Computer Concepts
2013: Comprehensive. Boston, MA: Course Technology.
Prasetyo, Bambang & Lina M. Jannah. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori
dan Aplikasi, Edisi Ke-6. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: PT Grasindo.
Scott, George M. 1995. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Siagian, Sondang P. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Siswadi, Edi. 2012. Birokrasi Masa Depan: Menuju Tata Kelola Pemerintahan
yang Efektif dan Prima. Bandung: Mutiara Press.
Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset.
Sutanta, Edhy, 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Whitten, Jeffrey, Lonnie D. Bentley & Kevin C. Dittman. 2001. System Analysis
And Design Methods, 5th Edition. New York: Irwin/McGraw-Hill.
Whitten, Jeffrey, Lonnie D. Bentley, & Victor M. Barlow. 1990. System Analysis
And Design Methods, 2nd Edition. Tokyo: Toppan Company.
Wibawa, Samodra. 2009. Administrasi Negara: Isu-isu Kontemporer.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumber Publikasi Akademis:


Aritonang, Firmanda A. 2013. Operasionalisasi Aplikasi Komunikasi dan
Manajemen Data Nasional (KOMANDAN) Sistem Informasi Keuangan
Daerah Oleh Subdirektorat Data Keuangan Daerah Kementerian
Keuangan. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Administrasi Negara. (Depok: FISIP Universitas Indonesia)
Harsono, Djati. 2009. Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen
Pertanahan Nasional (SIMTANAS) Di Kantor Pertanahan Kabupaten
Jepara. Tesis. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Administrasi Publik. (Semarang: Universitas Diponegoro)
Luthfia, Agusniar Rizka. 2009. Implementasi Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian di Badan Kepegawaian Daerah Surakarta. Skripsi. Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Negara.
(Surakarta: Universitas Sebelas Maret)

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


125

Muslihan, Achmad. 2007. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Investasi


Terpadu di Badan Koordinasi Penanaman Modal. Skripsi. Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Negara.
(Depok: FISIP Universitas Indonesia)
Sitoresmi, Suci. 2013. Efektivitas Sistem Informasi Layanan Aspirasi Dan
Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!) Pada Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Skripsi. Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Negara.
(Depok: FISIP Universitas Indonesia)

Sumber Publikasi Ilmiah:


Caldelli, Andrea & Marisa Luisa Parmigiani. 2004. Management Information
Sistem: A Tool for Corporate Sustainability. Journal of Business Ethics 55,
pp. 159-171.
Hidayat, Dayat & M. Afif Muttaqin. 2011. Manajemen Sistem Informasi Dalam
Pelayanan Perizinan (Studi Kasus di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Pemerintah Kota Bandung). Bandung: Pusat Kajian, Pendidikan dan
Pelatihan Aparatur I Lembaga Administrasi Negara.
Mustafa, Delly. 2012. Potret Pelayanan Perizinan pada Era Otonomi Daerah.
Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1 Maret 2012, hlm. 1-57
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106079&val=2289
Salmela, Hannu & Pekka Turunen. 2003. Competitive Implications of Information
Technology in the Public Sector: The Case of a City Geographic
Information Sistem. The International Journal of Public Sector
Management, Vol. 16 No. 1.

Sumber Lembaran Negara:


Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik. Lembaran Negara Tahun 2009
________. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Lembaran Negara Tahun
2006
________. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Lembaran Negara Tahun 2012
Peraturan Walikota Nomor 23 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata
Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangerang
Selatan. Lembaran Negara Tahun 2011

Sumber Publikasi Elektronik:


Admin. 2014. 99 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia Tahun 2014. [Online],
Available:http://www.rajawalifoundation.org/publik/Top%2099%3B%20I

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


126

novasi%20Pelayanan%20Publik%20Indonesia%20(Tahun%202014).pdf
[21 Januari 2015]
_______. Tanpa Tahun. Inovasi Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Terpadu
(SIMYANDU). Sebagai Implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) DI Kota Tangerang Selatan. [Online],
Available:http://inovasi.lan.go.id/uploads/download/1408370873_Presenta
si-Tangsel---INOVASI-SIMYANDU.pdf. [22 Januari 2015]
_______. 2014. Perizinan Di BP2T, Satu Atap Satu Pintu. [Online],
Available:http://tangseloke.com/news/2014/12/09/perizinan-di-bp2t-satu-
atap-satu-pintu/ [22 Januari 2015]
_______. 2014. Cepat dan Mudah, BP2T Tangsel Terapkan Sistem PTSA dan
PTSP. [Online], Available: http://www.kabar6.com/tangerang-
raya/adventorial/17704-cepat-a-mudah-bp2t-tangsel-terapkan-sistem-ptsa-
dan-ptsp.html [5 Februari 2015]
_______. 2014. Lambatnya Pelayanan Terpadu Tangerang Selatan. [Online],
Available: http://www.klikbangsa.com/berita-220-lambatnya--pelayanan-
terpadu--tangerang-selatan.html [22 Januari 2015]
______. 2012. Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Triwulan 1V Tahun 2012.
[Online], Available:
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/02/pertumbuhan-ekonomi-dki-
jakarta-triwulan-iv-tahun-2012#.VYXA5JxCffY [8 Juni 2015]
_______, 2011. Pertumbuhan Ekonomi Tangsel Di Atas Target
Nasional.[Online], Available:
http://banten.antaranews.com/berita/14752/pertumbuhan-ekonomi-tangsel-
di-atas-target-nasional [30 Mei 2015]
Adzkia, Aghnia. 2014. Ombudsman: PNS Jadi Calo Izin Usaha. [Online],
Available: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141222114935-12-
19701/ombudsman-pns-jadi-calo-izin-usaha/ [30 Mei 2015]
Alexander, Hilda B. 2013. Didominasi Pengembang Besar, Tangerang Selatan
Terus Melesat. [Online], Available:
http://properti.kompas.com/read/2013/10/18/2006098/Didominasi.Pengem
bang.Besar.Tangerang.Selatan.Terus.Melesat. [30 Mei 2015]
Aprilia, Ririn. 2012. Pengurusan Izin Pelayanan Terpadu Satu Pintu Mendorong
Investasi. [Online]
Available:http://nasional.news.viva.co.id/news/read/362626-pengurusan-
izin-pelayanan-terpadu-satu-pintu-mendorong-investasi [8 Februari 2015]
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tangerang Selatan. 2011. Buku
Panduan Sistem Bagi Operator: Aplikasi Sistem Informasi Pelayanan
Perijinan Terpadu (SIMYANDU) Versi 1.0. (Tidak Dipublikaasikan)
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2010. Laporan Kajian:
Manajemen Pengaduan Masyarakat dalam Pelayanan Publik. [Online],
Available:

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


127

http://bappenas.go.id/files/4013/7637/9049/Manajemen_Pengaduan_Masy
arakat_Dalam_Pelayanan_Publik.pdf [23 Januari 2015]
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2015.
[Online], Available:
http://bappeda.jabarprov.go.id/assets/images/upload/Dokumen/pramusrenb
ang2015/purwakarta/pramusrenbang_2015_purwakarta_-
_kota_bekasi.pptx [8 Juni 2015]
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2015.
[Online],Available:http://bappeda.jabarprov.go.id/assets/images/upload/D
okumen/pramusrenbang2015/bogor/PRA_MUSRENBANG_WILAYAH_
I_PROVINSI_JAWA_BARAT_-_kota_depok.pptx [8 Juni 2015]
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Indikator Statstik Laju Pertumbuhan
Ekonomi. [Online], Available: http://bogorkota.bps.go.id/node?qt-brs=1
[8 Juni 20015]
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2012. Hasil Survei Integritas Sektor Publik
Tahun 2012. [Online], Available: http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-
pers/744 [24 Januari 2015]
The Asia Foundation, 2007. Mengukur Kinerja Pelayanan Terpadu untuk
Perizinan Usaha di Indonesia. [Online], Available:
https://asiafoundation.org/resources/pdfs/IDmeasuringOSSind.pdf [8
Februari 2015]
Virdhani, Marieska H. 2013. Laju Pertumbuhan Ekonomi Depok Capai 7%.
[Online], Available: http://ekbis.sindonews.com/read/777855/34/laju-
pertumbuhan-ekonomi-depok-capai-7-1377953607 [8 Juni 2015]

Universitas Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


Instrumen Penelitian

Pedoman Wawancara Mendalam

Narasumber: Bapak Tubagus Asep (Kepala Seksi Pengembangan TIK dan


Pelaporan)

1. Apa yang melatarbelakangi atau urgensi dibentuknya sistem informasi


manajemen pelayanan terpadu (Simyandu) untuk diimplementasikan di
BP2T Kota Tangerang Selatan?
2. Seberapa penting peran atau manfaat SIMYANDU dalam pelayanan
perizinan di BP2T Kota Tangerang Selatan?
3. Dalam melaksanakan SIMYANDU ini, apakah terdapat dasar hukum atau
SOP yang dijadikan pedoman bagi para operator atau pelaksana
kebijakan?
4. Apa terdapat kendala atau masalah dalam penerapan Simyandu ini
misalnya dari segi sumber daya, jaringan internet dan sebagainya?
5. Bagaimana mekanisme pengelolaan SIMYANDU ini dari mulai data
dimasukkan hingga tahap akhir dihasilkannya output?
6. Siapa saja pihak yang berwenang dan kompeten dalam mengoperasikan
SIMYANDU ini?
7. Apakah terdapat koordinasi dengan dinas atau SKPD lain terkait
penerapan SIMYANDU ini? Jika ada dinas apa saja dan bentuk koordinasi
apa yang dilakukan?
8. Salah satu fungsi SIMYANDU ini adalah untuk memberi tahu kepada
pemohon mengenai informasi berkasnya? Bagaimana mekanismenya?
9. Apakah BP2T pernah mendapat keluhan dari para pemohon terkait
SIMYANDU ini?
10. Apakah data yang ada dalam simyandu dapat diakses masyarakat dari luas
wilayah BP2T maupun dari luar kota tangsel?
11. Simyandu ini juga dapat dijadikan upaya untuk mengevaluasi kinerja
bawahan oleh pimpinan, bagaimana mekanisme evaluasinya? Apakah
terdapat tindak lanjut misalnya diberikan reward atau punishment terhadap
bawahan?
12. Terkait dengan sumber daya manusia yang mengelola simyandu ini,
berapa jumlah pegawai yang mengoperasikan sistem ini? Apakah jumlah
pegawai tersebut sudah mencukupi?
13. Apakah para pegawai ini pernah diberikan pelatihan terkait pengoperasian
SIMYANDU?
14. Bagaimana pemenuhan sumber anggaran untuk menunjang penerapan
SIMYANDU? Apakah porsinya sudah mencukupi?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


15. Bagaimana perkembangan SIMYANDU terintegrasi ini dari sejak awal
diterapkan hingga kini? Apakah banyak perubahan dan kemajuan
signifikan yang terjadi?
16. Menurut pengamatan bapak, bagaimana kinerja aplikasi simyandu terkait
dengan jumlah data yang dapat diproses atau waktu yang dibutuhkan
untuk memproses sebuah informasi pelayanan? (baik/buruk yang seperti
apa? Adakah data pendukung keterangan baik/buruk tersebut?)
17. Bagaimana cara menguji kelengkapan dan akurasi data yang masuk
kedalam aplikasi simyandu tersebut?
18. Bagaimana sistem keamanan dan wewenang penggunaan data?
(bagaimana keamanannya? Bagaimana sistem otorisasi dan kriteria pada
wewenang)
19. Bagaimana pihak BP2T sudah memperhatikan besaran anggaran yang
dipersiapkan dalam mengimplementasikan aplikasi simyandu? Apakah
sudah dirasa cukup? Seberapa besar biaya yang dibutuhkan?
20. Menurut bapak, sejauh mana aplikasi ini menjawab permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan
di BP2T?
21. Apakah ada data backup yang dibuat secara berkala untuk mengantisipasi
kerusakan pada aplikasi simyandu? Jika ada, berapa kali dalam sebulan
backup tersebut dilakukan? Apakah ada permasalahan?
22. Menurut bapak, apakah aplikasi simyandu ini cukup fleksible digunakan
jika sewaktu-waktu ada permasalahan yang mengharuskan adanya
perubahan? Apa yang dilakukan jika ada permasalahan? Apakah aplikasi
ini sudah terjamin tidak akan berubah?
23. Bagaimana upaya BP2T dalam melakukan pemeliharaan sistem aplikasi
tersebut? Siapa saja pihak yang terkait dalam pemeliharaan sistem ini?
24. Apakah terdapat job desk yang jelas bagi para pegawai dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing?
25. Apakah terdapat kendala bagi operator pegawai dalam menerapkan
SIMYANDU?
26. Bagaimana kondisi pegawai baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari
sebelum diterapkannya sistem hingga setelah diterapkannya sistem dimana
perizinan menjadi lebih terautomatisasi?
27. Bagaimana kualifikasi pegawai yang bekerja dalam mengelola
SIMYANDU ini? Keterampilan apa saja yang harus dimiliki?
28. Bagaimana harapan dan tindakan yang akan dilakukan kedepannya terkait
implementasi SIMYANDU terintegrasi ini?

Narasumber: Bapak Isep (Mantan Kepala Seksi Pengembangan TIK dan


Pelaporan)

1. Bagaimana sejarah awal pembentukan SIMYANDU terintegrasi?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


2. Apa yang melatarbelakangi atau urgensi dibentuknya sistem informasi
manajemen pelayanan terpadu (Simyandu) untuk diimplementasikan di
BP2T Kota Tangerang Selatan?
3. Kebijakan apa yang mendasari dibentuknya SIMYANDU terintegrasi ini?
4. Bagaimana kondisi perizinan sebelum diterapkannya SIMYANDU
terintegrasi di BP2T Kota Tangerang Selatan?
5. Apakah saat penerapan awal SIMYANDU terintegrasi ini telah
memberikan manfaat yang signifikan dibandingkan dengan sebelum
sistem diterapkan?
6. Apa saja persiapan yang dilakukan terkait penerapan awal SIMYANDU
terintegrasi?
7. Apakah terdapat kendala atau permasalahan yang ditemui ketika pertama
kali SIMYANDU terintegrasi diterapkan?
8. Upaya apa saja yang dilakukan dalam menghadapi permasalahan tersebut?
9. Apa harapan dan masukan Bapak terhadap SIMYANDU terintegrasi ini
agar kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi?

Narasumber: Mas Aulia (Staff Operator Bidang Data dan Regulasi BP2T
Kota Tangerang Selatan)

1. Seberapa penting peran SIMYANDU dalam pelayanan perizinan di BP2T


Kota Tangerang Selatan?
2. Apa keunggulan SIMYANDU dengan sistem informasi lain yang dimiliki
oleh BP2T Kota Tangerang Selatan?
3. Apa terdapat kendala atau masalah dalam penerapan Simyandu ini
misalnya dari segi sumber daya, jaringan internet dan sebagainya?
4. Bagaimana mekanisme pengelolaan SIMYANDU ini dari mulai data
dimasukkan hingga tahap akhir dihasilkannya output?
5. Apakah terdapat SOP dalam menerapkan SIMYANDU ini?
6. Siapa saja pihak yang berwenang dan kompeten dalam mengoperasikan
SIMYANDU ini?
7. Apakah terdapat koordinasi dengan dinas atau SKPD lain terkait
penerapan SIMYANDU ini? Jika ada dinas apa saja dan bentuk koordinasi
apa yang dilakukan?
8. Sarana dan prasarana (hardware) apa yang dibutuhkan dalam menerapkan
SIMYANDU ini?
9. Apakah terdapat masalah dalam pemenuhan sarana dan prasarana
tersebut?
10. Apakah terdapat standardisasi dari pemenuhan perangkat keras dan
software dalam menggunakan sistem?
11. Salah satu fungsi SIMYANDU ini adalah untuk memberi tahu kepada
pemohon mengenai informasi berkasnya? Bagaimana mekanismenya?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


12. Apakah BP2T pernah mendapat keluhan dari para pemohon terkait
SIMYANDU ini?
13. Apakah terdapat tindak lanjut dalam evaluasi atau control yang dilakukan
atasan, misalnya diberikan reward atau punishment terhadap bawahan?
14. Terkait dengan sumber daya manusia yang mengelola simyandu ini,
berapa jumlah pegawai yang mengoperasikan sistem ini?
15. Apakah para pegawai ini pernah diberikan pelatihan terkait pengoperasian
SIMYANDU?
16. Bagaimana kualifikasi pegawai yang bekerja dalam mengelola
SIMYANDU ini? Keterampilan apa saja yang harus dimiliki?
17. Apakah terdapat kendala bagi operator pegawai dalam menerapkan
SIMYANDU?
18. Apakah terdapat job desk yang jelas bagi para pegawai dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing?
19. Bagaimana kemampuan simyandu dalam melakukan apload data dengan
cepat atau memori besar? Apakah pernah terjadi sistem eror?
20. Apakah akses informasi untuk mengapload, verifikasi serta modifikasi
data hanya dilakukan oleh orang yang berwenang?
21. Apakah terdapat intensitas peningkatan penggunaan SIMYANDU oleh
masyarakat?
22. Apakah data yang ada dalam simyandu dapat diakses masyarakat dari luar
wilayah BP2T maupun dari luar kota tangsel?
23. Bagaimana perkembangan SIMYANDU terintegrasi ini dari sejak awal
diterapkan hingga kini? Apakah banyak perubahan dan kemajuan
signifikan yang terjadi?
24. Bagaimana harapan dan tindakan yang akan dilakukan kedepannya terkait
implementasi SIMYANDU terintegrasi ini?

Narasumber: Mas Agianto (Staff Operator Bidang Data dan Regulasi BP2T
Kota Tangerang Selatan)

1. Seberapa penting peran SIMYANDU dalam pelayanan perizinan di BP2T


Kota Tangerang Selatan?
2. Job desk apa saja yang dilaksanakan oleh staf operator disini?
3. Apa keunggulan SIMYANDU dengan sistem informasi lain yang dimiliki
oleh BP2T Kota Tangerang Selatan?
4. Apa terdapat kendala atau masalah dalam penerapan Simyandu ini
misalnya dari segi sumber daya, jaringan internet dan sebagainya?
5. Bagaimana mekanisme pengelolaan SIMYANDU ini dari mulai data
dimasukkan hingga tahap akhir dihasilkannya output?
6. Apakah terdapat SOP dalam menerapkan SIMYANDU ini?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


7. Apakah terdapat koordinasi dengan dinas atau SKPD lain terkait
penerapan SIMYANDU ini? Jika ada dinas apa saja dan bentuk koordinasi
apa yang dilakukan?
8. Sarana dan prasarana (hardware) apa yang dibutuhkan dalam menerapkan
SIMYANDU ini?
9. Apakah terdapat masalah dalam pemenuhan sarana dan prasarana
tersebut?
10. Apakah terdapat standardisasi dari pemenuhan perangkat keras dan
software dalam menggunakan sistem?
11. Salah satu fungsi SIMYANDU ini adalah untuk memberi tahu kepada
pemohon mengenai informasi berkasnya? Bagaimana mekanismenya?
12. Apakah BP2T pernah mendapat keluhan dari para pemohon terkait
SIMYANDU ini?
13. Dalam Simyandu ini kan terdapat enam modul, tiap modul memiliki fungsi
yang berbeda.. apakah terdapat kendala dalam menjalankan modul ini?
14. Apakah terdapat tindak lanjut dalam evaluasi atau control yang dilakukan
atasan, misalnya diberikan reward atau punishment terhadap bawahan?
15. Apakah para pegawai ini pernah diberikan pelatihan terkait pengoperasian
SIMYANDU?
16. Bagaimana kualifikasi pegawai yang bekerja dalam mengelola
SIMYANDU ini? Keterampilan apa saja yang harus dimiliki?
17. Apakah terdapat kendala bagi operator pegawai dalam menerapkan
SIMYANDU?
18. Bagaimana kinerja aplikasi simyandu terkait dengan jumlah data yang
dapat diproses atau waktu yang dibutuhkan untuk memproses sebuah
informasi pelayanan? (baik/buruk yang seperti apa? Adakah data
pendukung keterangan baik/buruk tersebut?)
19. Bagaimana cara menguji kelengkapan dan akurasi data yang masuk
kedalam aplikasi simyandu tersebut?
20. Bagaimana sistem keamanan dan wewenang penggunaan data?
(bagaimana keamanannya? Bagaimana sistem otorisasi dan kriteria pada
wewenang)
21. Bagaimana pihak BP2T sudah memperhatikan besaran anggaran yang
dipersiapkan dalam mengimplementasikan aplikasi simyandu? Apakah
sudah dirasa cukup? Seberapa besar biaya yang dibutuhkan?
22. Apakah ada data backup yang dibuat secara berkala untuk mengantisipasi
kerusakan pada aplikasi simyandu? Jika ada, berapa kali dalam sebulan
backup tersebut dilakukan? Apakah ada permasalahan?
23. apakah aplikasi simyandu ini cukup fleksible digunakan jika sewaktu-
waktu ada permasalahan yang mengharuskan adanya perubahan? Apa
yang dilakukan jika ada permasalahan? Apakah aplikasi ini sudah terjamin
tidak akan berubah?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


24. Bagaimana upaya BP2T dalam melakukan pemeliharaan sistem aplikasi
tersebut? Siapa saja pihak yang terkait dalam pemeliharaan sistem ini?
25. Bagaimana kemampuan simyandu dalam melakukan apload data dengan
cepat atau memori besar? Apakah pernah terjadi sistem eror?
26. Apakah akses informasi untuk mengapload, verifikasi serta modifikasi
data hanya dilakukan oleh orang yang berwenang?
27. Bagaimana perkembangan SIMYANDU terintegrasi ini dari sejak awal
diterapkan hingga kini? Apakah banyak perubahan dan kemajuan
signifikan yang terjadi?
28. Bagaimana harapan dan tindakan yang akan dilakukan kedepannya terkait
implementasi SIMYANDU terintegrasi ini?

Narasumber: Bapak Sapto Pratolo (Kepala Seksi Verifikasi dan Penetapan


Perijinan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat)

1. Bagaimana mekanisme penggunaan Simyandu dalam melakukan verifikasi


berkas perijinan di bidang ekonomi dan kesra ini?
2. Jobdesk atau pekerjaan apa saja yang dapat dilakukan oleh bidang ini
dalam mengoperasikan simyandu?
3. Apa saja fungsi simyandu dalam bidang verifikasi dan penetapan perijinan
bidang ekonomi dan kesra ini?
4. Apakah terdapat kendala atau permasalahan yang ditemui dalam
mengoperasikan simyandu terkait perijinan di bidang ekonomi dan kesra?
5. Upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
6. Apakah sejauh ini kendala tersebut dapat diatasi?
7. Apakah terdapat job desk yang jelas bagi para pegawai dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing?
8. Bagaimana kemampuan simyandu dalam melakukan apload data dengan
cepat atau memori besar? Apakah pernah terjadi sistem error?
9. Siapa saja di bidang ini yang dapat mengoperasikan simyandu?
10. Apakah pegawai di bidang verifikasi dan penetapan perijinan kesra,
hingga kini masih menemui kesulitan dalam pengoperasian Simyandu?
11. Apakah terdapat kendala lain yang ditemui dalam pengoperasian simyandu
di bidang wasdal terkait dengan SDM, jaringan internet dan sebagainya?
12. Bagaimana perkembangan SIMYANDU terintegrasi ini dari sejak awal
diterapkan di Bidang perijinan verifikasi dan penetapan perijinan bidang
ekonomi dan kesra hingga kini? Apakah banyak perubahan dan kemajuan
signifikan yang terjadi?
13. Bagaimana harapan dan tindakan yang akan dilakukan kedepannya terkait
implementasi SIMYANDU terintegrasi ini?

Narasumber: Mas Arie Ridwan (Staff Pengawasan, Pengendalian dan


Pengaduan)

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


1. Bagaimana mekanisme penggunaan Simyandu terutama dalam modul
pemrosesan (back office) yang digunakan dalam melakukan entri data di
bidang pengawasan, pengendalian dan pengaduan in?
2. Jobdesk atau pekerjaan apa saja yang dapat dilakukan oleh bidang ini
dalam mengoperasikan simyandu?
3. Apa saja fungsi simyandu dalam bidang pengawasan, pengendalian dan
pengaduan?
4. Apakah terdapat kendala atau permasalahan yang ditemui dalam
mengoperasikan simyandu (khususnya modul pemrosesan) di bidang
pengawasan dan pengendalian (wasdal) ini?
5. Upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
6. Apakah sejauh ini kendala tersebut dapat diatasi?
7. Sudah berapa lama anda bekerja di bp2t atau bidang wasdal ini?
8. Apakah pada waktu awal diterapkan simyandu di bidang wasdal terdapat
permasalahan atau kendala? Apakah kendala tersebut masih ada?
9. Apakah pegawai di bidang wasdal hingga kini masih menemui kesulitan
dalam pengoperasian Simyandu?
10. Apakah terdapat kendala lain yang ditemui dalam pengoperasian simyandu
di bidang wasdal terkait dengan SDM, jaringan internet dan sebagainya?
11. Siapa saja di bidang ini yang dapat mengoperasikan simyandu?
12. Apakah terdapat job desk yang jelas bagi para pegawai di bidang wasdal
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing?
13. Bagaimana kemampuan simyandu dalam melakukan apload data dengan
cepat atau memori besar? Apakah pernah terjadi sistem eror?
14. Dalam hal ini, bagian wasdal mengoperasikan salah satu modul simyandu
yakni modul pemrosesan/back office, apakah masih terdapat kekurangan
dari modul tersebut (misalnya dari kelengkapan fitur)?
15. Bagaimana perkembangan SIMYANDU terintegrasi ini dari sejak awal
diterapkan di Bidang perijinan verifikasi dan penetapan perijinan bidang
ekonomi dan kesra hingga kini? Apakah banyak perubahan dan kemajuan
signifikan yang terjadi?
16. Bagaimana harapan dan tindakan yang akan dilakukan kedepannya terkait
implementasi SIMYANDU terintegrasi ini?

Narasumber: Akademisi

1. Bagaimana pandangan bapak mengenai sistem informasi yang diterapkan


oleh sector publik sebagai upaya menyelenggarakan pelayanan perizinan
kepada masyarakat?
2. Sejauh mana urgensi dari dibentuknya suatu sistem informasi manajemen
dalam upaya penyelenggaraan pelayanan sector publik khususnya
perizinan agar dapat berjalan dengan baik?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


3. Apa saja syarat yang dibutuhkan agar penerapan SIMYANDU sebagai
aplikasi yang dapat menginput data informasi berkas perizinan,
memonitoring status dan posisi perizinan dan sebagai pengatur alur
jalannya berkas ini dapat berjalan secara efektif?
4. Bagaimana menurut pendapat anda mengenai penerapan sistem informasi
manajemen yang dalam hal ini simyandu yang dari segi efisiensi yang
masih kurang memberikan manfaat karena tidak paperless?
5. Sistem informasi dalam upaya menunjang pelayanan publik yang seperti
apa yang sekiranya merupakan cerminan dari keberhasilan sistem
informasi berbasis teknologi di sector publik?
6. Hal paling krusial apa saja yang perlu diperhatikan dalam penerapan
sistem informasi manajemen dalam pelayanan publik khususnya sebagai
media inputting data berkas permohonan yang dikelola badan pelayanan
perizinan?
7. Dengan melihat kondisi simyandu di tangerang selatan yakni sebagai
sistem informasi yang berfungsi sebagai pengatur jalannya berkas
perizinan dari awal mula dimasukkan data berkas informasi, kemudian
juga untuk monitoring kinerja dari pegawai, dan mengetahui status dan
posisi berkas perizinan untuk internal BP2T, yang dalam artian dengan
adanya sistem ini, alur pemrosesan berkas hardcopy masih tetap digunakan
karena belum adanya digitalisasi dari berkas tersebut, kira-kira bagaimana
pendapat prof dan perubahan apa saja yang harus dicermati kedepannya?

Narasumber: Masyarakat Pemohon

1. Tahukah Anda bahwa terdapat sistem yang dikembangkan oleh BP2T


untuk mengecek status perizinan melalui website dan SMS Centre?
2. Pernahkah Anda mengecek informasi status perizinan yang dimohonkan
melalui website BP2T dan SMS Centre?
3. Jika belum pernah, bagaimana cara Anda mengetahui status dan posisi
berkas perizinan yang diajukan?
4. Apakah informasi yang diberikan petugas BP2T terkait info dan status
perizinan sudah cukup jelas?
5. Jika sudah pernah, apakah dengan mengecek status dan posisi berkas
perizinan melalui website BP2T dan SMS Centre dapat mempermudah
anda mengetahui info perizinan? Jika tidak, apa alasannya?
6. Apakah terdapat keluhan ketika ada mengecek status dan posisi berkas
perizinan melalui website dan SMS Centre?

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Farah Hardinati Ningrum


Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 7 November 1993
Alamat : Jl. Jatipadang 3 No. A14 RT 008/05, Kel.
Jatipadang, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
12540, DKI Jakarta

Nomor HP/Telepon : 085692250718 / (021) 78837481


E-mail : farahhardinati@gmail.com

Nama Orang Tua


Ayah : Marsidi
Ibu : Latipah
Riwayat Pendidikan Formal:

SD : SD Negeri Ragunan 01 Pagi Jakarta

SMP : SMP Negeri 41 Jakarta

SMA : SMA Negeri 34 Jakarta

S1 : Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas


Indonesia

Implementasi sistem..., Farah Hardinati Ningrum, FISIP UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai