PEKERJAAN SOSIAL
Abu Huraerah
Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP, Universitas Pasundan Bandung
Jl. Lengkong Besar No.68 Bandung, Jawa Barat 40261
E-mail: huraerah_ks@unpas.ac.id
Abstrak
Artikel ini bertujuan membandingkan beberapa model intervensi komunitas dalam praktik makro pekerjaan
sosial. Metode yang digunakan adalah studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis data dari
beberapa sumber buku dan jurnal yang terkait dengan model intervensi komunitas atau pengembangan
masyarakat, kemudian memberikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Studi ini menunjukkan bahwa
masalah-masalah yang dialami masyarakat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia adalah masalah-
masalah yang lebih banyak bersifat sosial ekonomi dari pada masalah-masalah psikologis. Sebagai alternatif,
telah dikembangkan pekerjaan sosial yang berorientasi pada pembangunan. Terdapat berbagai model intervensi
komunitas, antara lain: (1) model Rothman, (2) model Glen, serta (3) model Netting dan kawan-kawan. Dalam
praktiknya, ketiga model intervensi komunitas ini dapat dilakukan bersamaan karena bersifat saling melengkapi
antara model yang satu dengan model yang lainnya. Berbagai model intervensi komunitas tersebut merupakan
konsep penting yang perlu dipahami dan dipraktikkan dalam setting makro pekerjaan sosial, yakni di level
masyarakat lokal. Studi ini merekomendasikan tentang perlunya dilakukan penelitian yang mendalam berkaitan
dengan perbandingan model intervensi komunitas yang dapat menghasilkan pengetahuan yang membumi
(indigenous knowledge) dalam konteks masyarakat lokal Indonesia sebagai landasan ilmiah untuk
dikembangkan dan dapat diaplikasikan (applicable) bagi kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders),
yaitu masyarakat lokal, pemerintah, akademisi atau peneliti, lembaga swadaya masyarakat, serta dunia usaha
dan dunia industri.
Kata Kunci: model, intervensi komunitas, praktik makro pekerjaan sosial, studi literatur.
Abstract
This article aims to compare some certain models of community intervention in social work macro practice.
The method used is a literature study, namely by collecting and analyzing data from books and journals
related to the community intervention or community development model as well as providing some
conclusions and recommendations. This study shows that the problems experienced by the people in
developing countries, including Indonesia, are mostly socio-economic problems rather than psychological
ones. As an alternative, development-oriented social work practice has been carried out. There are various
community intervention models, including: (1) the Rothman’s model, (2) the Glen’s model, and (3) the
Netting’s model et al. In practice, these three community intervention models can be carried out
simultaneously because they complement one and another. These various community intervention models are
the important concepts that need to be understood and practiced in the setting of social work macro, namely
at the local community level. This study recommends the need for in-depth research related to the comparison
of community intervention models that can produce indigenous knowledge in the local society context of
Indonesian as a scientific basis to be developed and applicable for the benefit of the stakeholders, namely
250 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
local communities, governments, academics or researchers, non-governmental organizations, as well as the
business and industrial world.
Keywords: model, community intervention, social work macro practice, literature review.
252 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
bahwa “community development can be Sejumlah penulis telah mengusulkan
tentatively defined as a process designed to model untuk mengubah sistem komunitas.
create conditions of economic and social Masing-masing model ini mengharuskan
progress for the whole community with its active pekerja sosial mengambil peran profesional
participation and the fullest possible reliance on berbeda yang membutuhkan spesialisasi
the community’s initiative” (pengembangan seperangkat keterampilan profesional.
masyarakat secara tentatif dapat didefinisikan Meskipun ada beberapa tumpang tindih dari
sebagai proses yang dirancang untuk model yang disajikan di bawah ini, mereka
menciptakan kondisi kemajuan ekonomi dan mewakili model yang telah banyak digunakan
sosial bagi seluruh masyarakat dengan dalam pekerjaan sosial untuk dipikirkan tentang
partisipasi aktif dan ketergantungan penuh pada peran profesional dan keterampilan yang
inisiatif masyarakat). diperlukan dalam makro pekerja sosial.
Pembangunan masyarakat diartikan Untuk dapat menerapkan metode
sebagai aktivitas yang dilakukan oleh intervensi komunitas secara baik, seorang
masyarakat, di mana mereka mampu pekerja sosial perlu memilih dengan cara apa
mengindentifikasi kebutuhan dan masalah intervensi komunitas tersebut dilakukan. Cara-
secara bersama (Raharjo, 2006). Menurut cara penerapan tersebut dikenal dengan istilah
Zamhariri (Graha, 2009), pembangunan teknik, atau sebagian orang menyebutnya
masyarakat adalah kegiatan yang terencana sebagai taktik pelaksanaan kegiatan. Banyak
untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi teknik yang dapat dipilih oleh pekerja sosial.
kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan Pemilihan atas teknik-teknik tersebut harus
meningkatkan partisipasi masyarakat. didasarkan atas asesmen yang telah dilakukan
pada tahapan pelayanan sebelumnya bersama
Dari beberapa definisi pengembangan
dengan masyarakat sebagai sistem klien (sistem
masyarakat dan pembangunan masyarakat di
penerima pelayanan).
atas, dapat diketahui bahwa inti dari
pengembangan masyarakat, adalah (1) proses A. Model Rothman
tindakan kolektif, artinya terdapat serangkaian Rothman (1995) membagi pengorganisasian
kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama masyarakat yang kemudian dinamakan sebagai
(dengan masyarakat); (2) bertujuan untuk intervensi komunitas ke dalam tiga model
mencapai keadilan sosial dan perubahan utama, yaitu:
masyarakat ke arah kemajuan, baik secara
ekonomi maupun sosial; (3) dengan cara 1. Model A: Pengembangan Masyarakat
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan Lokal (Locality Development)
masalah-masalah, serta tindakan untuk Model ini diterapkan pada masyarakat yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi mengalami anomi dan kemurungan sosial,
masalah-masalah tersebut; (4) sasarannya adalah didalamnya terdapat kesenjangan relasi dan
seluruh masyarakat, terutama bagi kelompok kapasitas dalam memecahkan masalah secara
masyarakat yang rentan dan tidak beruntung; demokratis dan komunitas tradisional yang
dan (5) perlunya partisipatif aktif dan inisiatif statis. Tujuan utama model ini adalah untuk
masyarakat secara penuh dalam aktivitas meningkatkan kemandirian masyarakat,
pengembangan masyarakat tersebut. pengembangan kapasitas dan
Model Intervensi Komunitas pengintegrasian masyarakat. Proses dianggap
254 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
Tabel 1. Tiga Model Intervensi Komunita
Model A Model B Model C
(Pengembangan (Perencanaan (Aksi Sosial)
Masyarakat Lokal) Sosial/Kebijakan Sosial
1. Kategori- Kapasitas dan Pemecahan masalah Pergeseran sumber daya
kategori pengintegrasian dengan memperhatikan dan relasi kekuasaan:
tujuan masyarakat: kemandirian masalah penting yang ada perubahan institusi dasar
tindakan (tujuan proses). pada masyarakat (tujuan (tujuan proses atau
terhadap tugas). tugas).
masyarakat
2. Asumsi Adanya anomie dan Masalah sosial yang Populasi yang dirugikan,
mengenai kemurungan dalam substantif, kesehatan fisik ketidakadilan sosial,
struktur masyarakat; kesenjangan dan mental, perumahan perampasan hak, dan
komunitas relasi dan kapasitas dan rekreasional, dan ketidaksetaraan.
dan kondisi dalam pemecahan sebagainya
permasalahan masalah secara
demokratis; komunitas
berbentuk tradisional
statis.
3. Strategi Pelibatan berbagai Pengumpulan data yang Kristalisasi dari isu dan
perubahan kelompok warga dalam terkait dengan masalah, pengorganisasian
dasar menentukan dan memilih serta masyarakat untuk
memecahkan masalah menentukan bentuk menghadapi sasaran
mereka sendiri. tindakan yang paling yang menjadi musuh
rasional. mereka.
4. Karakteristik Konsensus: komunikasi Konsensus atau konflik. Konfrontasi konflik, aksi
taktik dan antarkelompok dan yang bersifat langsung,
teknik kelompok kepentingan negosiasi.
perubahan dalam masyarakat,
diskusi kelompok.
5. Peran praktisi Anabler-katalis, Pengumpul dan Aktivis, advokat,
yang koordinator: orang yang penganalisis data, agitator, broker,
menonjol mengajarkan pengimplementasi negosiator, partisisan.
keterampilan program, dan fasilitator.
memecahkan masalah
dan nilai-nilai etis.
6. Media Membimbing kelompok Membimbing organisasi Membimbing organisasi
perubahan kecil yang berorientasi formal dan data yang massa dan proses-proses
pada terselesaikannya tersedia. politik.
suatu tugas.
7. Orientasi Anggota dari struktur Struktur kekuasaan Struktur kekuasaan
terhadap kekuasaan bertindak sebagai pemilik dan sebagai sasaran
struktur sebagai kolaborator sponsor (pendukung) eksternal dari tindakan
kekuasaan dalam suatu ‘ventura’ yang dilakukan, mereka
yang bersifat umum. yang memberikan
tekanan harus dilawan
dengan memberikan
tekanan balik.
8. Batasan Keseluruhan komunitas Keseluruhan komunitas Segmen dalam
definisi geografis. atau dapat pula suatu komunitas
penerima segmen dalam komunitas
sistem (termasuk komunitas
pelayanan fungsional)
256 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
diskriminasi penerapan dari kebijakannya. Metode pelayanan masyarakat bertujuan
Dalam menelisik kebijakan tersebut mengembangkan organisasi sosial yang ada.
kelompok-kelompok dapat mengorganisir Organisasi sosial yang sudah terbentuk menjalin
dirinya ke dalam kelompok sosial tertentu, kemitraan dengan sesamanya atau dengan
sehingga kebijakan yang benar-benar organisasi lain yang sama-sama memiliki
dibutuhkan itu ada dan relevan. Metode yang perhatian terhadap masalah sosial dimaksud.
dikembangkan mengkampanyekan isu-isu Metode yang dapat dikembangkan dengan terus
yang konkret pada saat ini sedang menjadi melakukan pengembangan hubungan antar
perbincangan sebagian besar atau seluruh lembaga yang ada di sekitar masyarakat.
lapisan masyarakat. Peran yang dapat Lembaga dimaksud adalah lembaga pemerintah,
dilakukan pekerja sosial adalah dengan masyarakat, dunia usaha, ataupun perguruan
memobilisasi kekuatan yang dimiliki tinggi. Peran yang dapat dilakukan pekerja
masyarakat tersebut. sosial adalah sebagai manajer yang dapat
3. Pendekatan Pelayanan Masyarakat melakukan restrukturisasi ini semata-semata
(Community Services Approach) untuk penanganan masalah sosial
258 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
berbagai persepsi, sikap. opini, data dan c. Penggunaan Media Massa (Mass Media
informasi mengenai perubahan yang Appeal)
diinginkan, dengan tujuan untuk Media massa digunakan untuk
meyakinkan sistem sasaran mengubah mengembangkan dan menayangkan
cara berfikir atau bertindak, yang selama cerita-cerita yang bernuansa berita ke
ini dianggap kurang sejalan dengan dalam media-media elektronik rnaupun
perubahan yang diperlukan. cetak dengan tujuan untuk mempengaruhi
b. Teknik Persuasi (Persuasion) pendapat umum. Teknik ini digunakan
Mengacu pada seni untuk meyakinkan untuk mendesak para pengambil
orang lain agar menerima dan mendukung keputusan untuk menyepakati cara-cara
pandangan-pandangannya atau pemecahan masalah yang telah
persepsinya mengenai suatu isu. Dengan teridentifikasi.
kata lain, seorang pekerja sosial berupaya 3. Kontes (Contest)
melakukan: Kontes dilakukan apabila sistem sasaran tidak
1) Kooptasi (Cooptation) setuju dengan perubahan dan atau alokasi
Meminimalkan kemungkinan sumber serta masih terbuka bagi terjadinya
terjadinya oposisi dengan cara komunikasi mengenai ketidaksepakatan ini.
menyerap atau melibatkan anggota- Termasuk ke dalam ketegori teknik ini
anggota sistem sasaran ke dalam sistem adalah:
kegiatan. Pelibatan anggota kelompok a. Tawar-menawar dan Negosiasi
sasaran secara individual disebut (Bargaining and Negotiation)
"Informal Cooptation“, sedangkan
melibatkan sistem sasaran secara Teknik negosiasi dilakukan apabila
kelompok disebut “Formal kesepakatan atas pelaksanaan perubahan
Cooptation”. yang harus dilakukan, masih belum
2) Lobi (Lobbying) dicapai dan masih perlu dirundingkan.
Atau, kesepakatan mengenai perubahan
Lobi adalah sebuah bentuk persuasi yang diinginkan telah dapat dicapai, akan
yang mengarah pada perubahan tetapi alokasi sumber yang diperlukan
kebijakan di bawah jelajah sistem masih belum disepakati.
pengendalian. Kegiatan diarahkan pada
para elit yang menjadi kunci dalam b. Aksi Masyarakat atau Kelompok Besar
perumusan kebijakan di dalam suatu (Large Group or Community Action)
tingkat mayarakat tertentu. Sistem Teknik aksi sosial hanya dilakukan jika
perubahan menentukan apakah suatu pekerja sosial berhadapan dengan situasi di
kebijakan harus dihapuskan atau perlu mana masyarakat berada pada pihak yang
dikembangkan, agar tujuan dapat dirugikan oleh pihak lain, dan pekerja
dicapai. Hal yang penting sosial maupun masyarakat tidak melihat
dipertimbangkan dalam melakukan lobi adanya kesamaan tujuan antara berbagai
adalah: faktual dan jujur, tidak berbelit- pihak yang seharusnya bekerja sama untuk
belit, dan didukung data, diskusi kepentingan masyarakat. Namun, perlu
diarahkan pada tinjauan kritis mengenai menjadi catatan, bahwa penggunaan teknik
objek pembicaraan (sisi baik dan aksi sosial memiliki risiko yang sangat
buruk). besar, baik bagi masyarakat maupun
260 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
dipraktikkan secara bersamaan, meskipun tidak (2007) mengungkapkan bahwa pergeseran tata
keseluruhan dimensi dan parameter dari semua pemerintahan dari bentuk awalnya yang sangat
model tersebut dapat diterapkan. Hal ini sangat sentralistis menuju ke desentralisasi serta
tergantung pada hasil asesmen dan rencana aksi ditegaskan dalam konteks otonomi daerah telah
yang dirumuskan. membawa perubahan yang substansial.
Kewenangan, tanggung jawab dan keleluasaan
Model intervensi komunitas yang lain,
berprakarsa untuk pengembangan potensi
yaitu model Checkoway (1995) yang
daerah telah berada sepenuhnya berada dalam
mengidentifikasi 6 (enam) strategi perubahan
kancah publik untuk berkembang menuju model
komunitas yang berbeda, yaitu (1) mobilisasi
pembangunan yang menjanjikan.
massa (mass mobilization), (2) aksi sosial
(social action), (3) partisipasi warga masyarakat Fritz & Rhéaume (2014) menyatakan
(citizen participation), (4) advokasi publik bahwa tujuan intervensi berbeda dalam berbagai
(public advocacy), (5) pendidikan populer situasi. Secara umum, seorang pelaksana
(popular education), dan (6) pengembangan intervensi membantu masyarakat untuk
pelayanan lokal (local service development). memahami, menangani, dan/atau mengubah
Sementara, Hanna & Robinson (1994) situasi dan dapat melakukannya dengan
mengidentifikasi 3 (tiga) model dasar berbagai cara. Intervensi ini dapat mencakup
pemberdayaan masyarakat (basic models of melakukan penelitian yang diperlukan,
community empowerment), yakni (1) perubahan pendidikan kritis, pelatihan, pengembangan
sosial tradisional (traditional social change), kepemimpinan, perencanaan strategis dan/atau
perubahan sosial aksi langsung (direct action menilai berbagai jenis tindakan.
social change), dan perubahan sosial Hal ini bukan hanya masyarakat sebagai
transformatif (transformative social change). subjek pembangunan, tetapi juga para pemangku
Mencermati hal tersebut, sejatinya perlu kepentingan (stakeholders) lainnya.
dilakukan penelitian yang lebih mendalam Akmaruzzaman, Sumardjo, & Hariyoga (2013)
mengenai penerapan beberapa model intervensi mengungkapkan bahwa upaya yang dapat
komunitas dalam praktik makro pekerjaan dilakukan di antaranya adalah dengan
sosial. Hal ini menjadi penting karena penelitian mensinergikan program-program
yang berkaitan dengan perbandingan model pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh
intervensi komunitas masih relatif jarang perusahaan dan pemerintah daerah dengan
dilakukan di Indonesia. Padahal, para pemangku membentuk sebuah forum musyawarah
kepentingan (stakeholders), seperti Pemerintah, kemitraan pembangunan. Forum musyawarah
para akademisi dan peneliti, Lembaga Swadaya tersebut anggotanya terdiri dari stakeholders,
Masyarakat (LSM), dunia usaha dan dunia mulai dari tingkat desa, kecamatan, dan
industri (DUDI), dan masyarakat sendiri kabupaten dengan melibatkan perguruan tinggi
membutuhkan hasil-hasil penelitian yang sebagai mediator, motivator, fasilitator, dalam
membumi sebagai landasan ilmiah dan dapat proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
diaplikasikan (applicable) untuk kepentingan monitoring, dan evaluasi program dengan
masyarakat yang lebih luas. harapan masing-masing pihak mendapatkan
manfaat dari program tersebut.
Selain itu, penting prakarsa dan inisiatif
masyarakat dalam mengembangkan potensi Terkait dengan hal tersebut, Westoby
lokal. Dalam hal ini, Septiarti & Widyaningsih (2014), mengungkapkan bahwa definisi
262 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
Fritz, J.M. & Rhéaume, J. (Eds.). (2014). Sanders, D.S. (Ed.). (1982). The Development
Community Intervention: A Clinical Perspective in Social Work. Honolulu:
Sociology Perspectives. New York: University of Hawaii School of Social
Springer. Work.
Glen, A. (1993). Methods and Themes in Septiarti, S.W. & Widyaningsih. (2007).
Community Practice. In Buther, H. et. al. Pengembangan Masyarakat Desa
(eds.). Community and Public Policy. Tertinggal Berbasis Keterpaduan Dan
London: Pluto. Otonomi Daerah (Studi Pemberdayaan
Graha, A. N. (2009). Pengembangan Masyarakat Di Kecamatan Gedangsari
Masyarakat Pembangunan Melalui Gunung Kidul). Diklus: Jurnal
Pendampingan Sosial dalam Konsep Pendidikan Luar Sekolah, 6, 6-7.
Pemberdayaan di Bidang Ekonomi. Westoby, P. (2014). Theorising the Practice of
Jurnal Ekonomi Modernisasi. Community Development: A South
http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id, 119. African Perspective. England: Ashgate
Hakim, B.R. (2010). Rethinking Social Work Publishing Limited.
Indonesia: Suatu Jelajah Kritis. Jakarta:
Graha Pena Jakarta.
Hanna, M. & Robinson, B. (1994). Strategies for
Community Empowerment. Lewiston,
NY: Edwin Mellen Press.
Hawtin, M. & Smith, J. P. (2007). Community
Profiling: A Practical Guide. Second
Edition, McGraw Hill-Open University
Press, England.
Ife, J. (2002). Community Development:
Community-Based Alternatives in an
Age of Globalisations. Second Edition.
Australia: Longman.