Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN MODEL INTERVENSI KOMUNITAS DALAM PRAKTIK MAKRO

PEKERJAAN SOSIAL

A COMPARISON OF COMMUNITY INTERVENTION MODELS IN SOCIAL WORK


MACRO PRACTICE

Abu Huraerah
Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP, Universitas Pasundan Bandung
Jl. Lengkong Besar No.68 Bandung, Jawa Barat 40261
E-mail: huraerah_ks@unpas.ac.id

Abstrak
Artikel ini bertujuan membandingkan beberapa model intervensi komunitas dalam praktik makro pekerjaan
sosial. Metode yang digunakan adalah studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis data dari
beberapa sumber buku dan jurnal yang terkait dengan model intervensi komunitas atau pengembangan
masyarakat, kemudian memberikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Studi ini menunjukkan bahwa
masalah-masalah yang dialami masyarakat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia adalah masalah-
masalah yang lebih banyak bersifat sosial ekonomi dari pada masalah-masalah psikologis. Sebagai alternatif,
telah dikembangkan pekerjaan sosial yang berorientasi pada pembangunan. Terdapat berbagai model intervensi
komunitas, antara lain: (1) model Rothman, (2) model Glen, serta (3) model Netting dan kawan-kawan. Dalam
praktiknya, ketiga model intervensi komunitas ini dapat dilakukan bersamaan karena bersifat saling melengkapi
antara model yang satu dengan model yang lainnya. Berbagai model intervensi komunitas tersebut merupakan
konsep penting yang perlu dipahami dan dipraktikkan dalam setting makro pekerjaan sosial, yakni di level
masyarakat lokal. Studi ini merekomendasikan tentang perlunya dilakukan penelitian yang mendalam berkaitan
dengan perbandingan model intervensi komunitas yang dapat menghasilkan pengetahuan yang membumi
(indigenous knowledge) dalam konteks masyarakat lokal Indonesia sebagai landasan ilmiah untuk
dikembangkan dan dapat diaplikasikan (applicable) bagi kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders),
yaitu masyarakat lokal, pemerintah, akademisi atau peneliti, lembaga swadaya masyarakat, serta dunia usaha
dan dunia industri.

Kata Kunci: model, intervensi komunitas, praktik makro pekerjaan sosial, studi literatur.

Abstract
This article aims to compare some certain models of community intervention in social work macro practice.
The method used is a literature study, namely by collecting and analyzing data from books and journals
related to the community intervention or community development model as well as providing some
conclusions and recommendations. This study shows that the problems experienced by the people in
developing countries, including Indonesia, are mostly socio-economic problems rather than psychological
ones. As an alternative, development-oriented social work practice has been carried out. There are various
community intervention models, including: (1) the Rothman’s model, (2) the Glen’s model, and (3) the
Netting’s model et al. In practice, these three community intervention models can be carried out
simultaneously because they complement one and another. These various community intervention models are
the important concepts that need to be understood and practiced in the setting of social work macro, namely
at the local community level. This study recommends the need for in-depth research related to the comparison
of community intervention models that can produce indigenous knowledge in the local society context of
Indonesian as a scientific basis to be developed and applicable for the benefit of the stakeholders, namely

250 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
local communities, governments, academics or researchers, non-governmental organizations, as well as the
business and industrial world.

Keywords: model, community intervention, social work macro practice, literature review.

PENDAHULUAN George (Hakim, 2010) mencatat bahwa


ada sebuah gerakan ke arah pembangunan sosial
Pekerjaan sosial yang lebih sesuai untuk
atau social work makro di beberapa negara di
dipraktikkan di negara-negara berkembang
Asia. “Social workers sedang disiapkan untuk
adalah pekerjaan sosial dalam penanganan
community work di level perdesaan dan lain-
masalah yang bersifat sosial ekonomi. Hal ini
lain, mereka dilatih sebagai fungsionaris di level
karena masalah yang dialami masyarakat
bawah untuk kementerian-kementerian di
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
pemerintah; atau sebagai aktivis-aktivis sosial
pada umumnya lebih banyak masalah sosial
untuk mendorong partisipasi masyarakat; atau
ekonomi dibandingkan dengan masalah-
untuk bekerja di bidang administrasi dan
masalah psikologis. Dengan demikian, sebagai
perencanaan sosial. Cox (Hakim, 2010, 62)
alterlatif telah dikembangkan pekerjaan sosial
menyatakan “pembangunan sosial adalah
yang berorientasi pada pembangunan (Sanders,
pondasi yang sesuai bagi pendidikan social
1982; Midgley, 1997). Pekerjaan sosial seperti
work, dalam praktik lokal, partisipasi
ini lebih sesuai untuk negara-negara
masyarakat, perencanaan sosial, dan pengakuan
berkembang yang tengah melaksanakan usaha-
interdependensi internasional." Menurut George
usaha pembangunan. “If social work is to survive
(Hakim, 2010, 62-63), setidaknya ada tiga jalan
as a profession, it needs to transcend itsnarrow
untuk gerakan ini, yaitu (1) melestarikan
concern with remedial practice and promote
“kurikulum generik”, (2) “indigenisasi” (yang
activities that make a positive contribution to
mengembangkan materi pengajaran lokal sejak
social well-being.” (Midgley, 1997).
tahun 1975 melalui Asian and Pacific
Terkait dengan perkembangan pekerjaan Association for Social Work Education, dan (3)
sosial dalam konteks yang lebih khusus di meningkatkan “suatu kesadaran regional dan
Indonesia, Ragab (Hakim, 2010) menjelaskan internasional.”
beberapa permasalahan epistemologis, yaitu
Terdapat sebuah model social work yang
pertama, negara berkembang seperti Indonesia
dominan, yaitu social work individual dan
memiliki latar belakang yang jelas-jelas berbeda
keluarga, atau social work konvensional. Arus
dengan negara Dunia Pertama. Contoh paling
social work dominan ini tidaklah bebas dari
sederhana adalah kapasitas budaya yang
ideologi politik negara, khususnya di banyak
menyokong sistem social work Dunia Pertama
negara maju, seperti di Inggris dan Amerika
industri sangat kuat. Sementara, di negara-
Serikat. Dengan kata lain, politik – di samping
negara berkembang atau Dunia Ketiga, sebagian
jenis masalah-masalah sosialnya – membentuk
besar masih berbudaya pertanian. Kedua, selain
model social work yang mapan (Hakim, 2010).
sejarah dan visualisasi budaya yang berbeda,
negara berkembang seperti Indonesia juga Arus dominan social work di atas telah
memiliki masalah sosiologis, budaya, dan ditentang di banyak negara berkembang di
bahkan sistem produksi pengetahuan yang Dunia Ketiga. Kritik tersebut muncul pada
berbeda dengan negara maju. seputar dua sisi, pertama, terkait dengan
ketidakseimbangan antara jenis social work

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 251
yang dikembangkan dan masalah-masalah sosial tingkat lokal (Pawar, 2014). Masalah-masalah di
yang khas di negara-negara berkembang; kedua, level komunitas yang perlu menjadi fokus
isu tidak kompetibelnya metode-metode social perhatian adalah seperti kemiskinan,
work yang diimpor dengan unsur-unsur lokal pengangguran, rendahnya pendapatan,
para klien di banyak negara berkembang telah kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.
melahirkan lembaga-lembaga yang tidak efisien
dan tidak sesuai. Solusi yang ada adalah, PEMBAHASAN
pertama, dengan menyesuaikan pendekatan Pengertian Pengembangan Masyarakat
social work dengan masalah-masalah khas di
Istilah community work, community
negara-negara berkembang, sebuah masalah
development, community organization,
menentukan sebuah metode; dan kedua, dengan
community action, community practice, dan
mencari akar social work dalam kultur lokal
community change pada umumnya digunakan
yang ada, dengan menggunakan bahasa budaya
secara bergantian, meskipun ada perbedaan
tertentu (Hakim, 2010).
penting serta tidak ada konsensus yang jelas
Mencermati hal di atas, landasan mengenai nuansa makna yang berbeda yang
pekerjaan sosial yang lebih ramah dan lebih menyiratkan masing-masing (Ife, 2002).
sesuai dengan nuansa dan dinamika masyarakat Disamping itu, terdapat istilah lain yang mirip
lokal sejatinya dapat dimanisfestasikan secara dengan istilah-istilah tersebut, yaitu community
nyata. Dengan demikian, tidak semata-mata intervention (Rothman, 1995).
mereplikasi atau meniru konstruksi pengetahuan
Pengorganisasian dan pengembangan
pekerjaan sosial dengan latar belakang budaya
masyarakat (community organization and
tertentu – yang justru berbeda dengan latar
community development) merupakan salah satu
belakang budaya Indonesia. Untuk itu, perlu
metode dalam pekerjaan sosial yang diarahkan
membangun dan mengembangkan pengetahuan
kepada masyarakat atau komunitas. Hawtin &
lokal/pribumi (indigenous knowledge) pekerjaan
Smith, 2007) mengatakan bahwa “community
sosial – yang diperoleh dari pengalaman-
development is the process of collective action
pengalaman praktik dan penelitian dari kondisi
to achieve social justice and change by with
masyarakat lokal Indonesia.
communities to identify needs and take action to
Artikel ini bertujuan membandingkan meet them. It is based on an agreed set of values
beberapa model intervensi komunitas dalam and is particularly important to vulnerable
praktik makro pekerjaan sosial. Berbagai model groups and disadvantaged communities”
intervensi komunitas ini menjadi penting untuk (pengembangan masyarakat adalah proses
dipahami yang pada gilirannya dapat tindakan kolektif untuk mencapai keadilan
dipraktikkan dalam setting makro pekerjaan sosial dan perubahan dengan masyarakat untuk
sosial, yakni di level komunitas atau masyarakat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan
lokal. mengambil tindakan untuk memenuhinya. Hal
Tingkat lokal juga dapat ini didasarkan pada seperangkat nilai yang
dikonseptualisasikan dalam hal individu, disepakati dan khususnya sangat penting bagi
keluarga, kelompok dan masyarakat, mengingat kelompok rentan dan masyarakat yang tidak
pentingnya semua jenis unit ini dalam beruntung).
keterlibatan mereka dalam sebagian besar situasi Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa
yang tercakup dalam pengembangan masyarakat (Rothman, Erlich, Tropman & Cox, 1995, 28)

252 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
bahwa “community development can be Sejumlah penulis telah mengusulkan
tentatively defined as a process designed to model untuk mengubah sistem komunitas.
create conditions of economic and social Masing-masing model ini mengharuskan
progress for the whole community with its active pekerja sosial mengambil peran profesional
participation and the fullest possible reliance on berbeda yang membutuhkan spesialisasi
the community’s initiative” (pengembangan seperangkat keterampilan profesional.
masyarakat secara tentatif dapat didefinisikan Meskipun ada beberapa tumpang tindih dari
sebagai proses yang dirancang untuk model yang disajikan di bawah ini, mereka
menciptakan kondisi kemajuan ekonomi dan mewakili model yang telah banyak digunakan
sosial bagi seluruh masyarakat dengan dalam pekerjaan sosial untuk dipikirkan tentang
partisipasi aktif dan ketergantungan penuh pada peran profesional dan keterampilan yang
inisiatif masyarakat). diperlukan dalam makro pekerja sosial.
Pembangunan masyarakat diartikan Untuk dapat menerapkan metode
sebagai aktivitas yang dilakukan oleh intervensi komunitas secara baik, seorang
masyarakat, di mana mereka mampu pekerja sosial perlu memilih dengan cara apa
mengindentifikasi kebutuhan dan masalah intervensi komunitas tersebut dilakukan. Cara-
secara bersama (Raharjo, 2006). Menurut cara penerapan tersebut dikenal dengan istilah
Zamhariri (Graha, 2009), pembangunan teknik, atau sebagian orang menyebutnya
masyarakat adalah kegiatan yang terencana sebagai taktik pelaksanaan kegiatan. Banyak
untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi teknik yang dapat dipilih oleh pekerja sosial.
kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan Pemilihan atas teknik-teknik tersebut harus
meningkatkan partisipasi masyarakat. didasarkan atas asesmen yang telah dilakukan
pada tahapan pelayanan sebelumnya bersama
Dari beberapa definisi pengembangan
dengan masyarakat sebagai sistem klien (sistem
masyarakat dan pembangunan masyarakat di
penerima pelayanan).
atas, dapat diketahui bahwa inti dari
pengembangan masyarakat, adalah (1) proses A. Model Rothman
tindakan kolektif, artinya terdapat serangkaian Rothman (1995) membagi pengorganisasian
kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama masyarakat yang kemudian dinamakan sebagai
(dengan masyarakat); (2) bertujuan untuk intervensi komunitas ke dalam tiga model
mencapai keadilan sosial dan perubahan utama, yaitu:
masyarakat ke arah kemajuan, baik secara
ekonomi maupun sosial; (3) dengan cara 1. Model A: Pengembangan Masyarakat
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan Lokal (Locality Development)
masalah-masalah, serta tindakan untuk Model ini diterapkan pada masyarakat yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi mengalami anomi dan kemurungan sosial,
masalah-masalah tersebut; (4) sasarannya adalah didalamnya terdapat kesenjangan relasi dan
seluruh masyarakat, terutama bagi kelompok kapasitas dalam memecahkan masalah secara
masyarakat yang rentan dan tidak beruntung; demokratis dan komunitas tradisional yang
dan (5) perlunya partisipatif aktif dan inisiatif statis. Tujuan utama model ini adalah untuk
masyarakat secara penuh dalam aktivitas meningkatkan kemandirian masyarakat,
pengembangan masyarakat tersebut. pengembangan kapasitas dan
Model Intervensi Komunitas pengintegrasian masyarakat. Proses dianggap

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 253
lebih penting dibandingkan dengan hasilnya menguasai keahlian teknis dalam pengkajian
itu sendiri (process oriented). kebutuhan, penentuan dan analisis alternatif,
dan pengambilan keputusan tentang tindakan
Model ini difokuskan kepada seluruh atau
yang tepat. Perencanaan perubahan dan
sebagian warga masyarakat, dengan asumsi
penyediaan pelayanan sosial, terutama yang
dasar bahwa semua warga masyarakat
baru, kerapkali menimbulkan konflik karena
mempunyai kepentingan yang sama. Dengan
tidak mungkin memuaskan setiap orang.
mereka saling memahami adanya
Prinsip dalam pengambilan keputusan adalah
kepentingan yang sama, maka mereka akan
"the good of many".
bekerja sama untuk mencapai konsensus
mengenai langkah-langkah yang harus 3. Model: Aksi Sosial (Social Action)
dilakukan untuk memperbaiki kualitas
Model ini diterapkan pada populasi yang
kehidupannya. dirugikan oleh pihak lain, atau di dalamnya
Kegiatan pekerja sosial dalam penerapan terdapat kesenjangan sosial, terjadi
model ini adalah memaksimalkan partisipasi perampasan hak atau terjadi ketidakadilan.
warga masyarakat dalam penyusunan suatu Model ini diterapkan untuk pengalihan
rencana pembangunan yang rasional, sumber daya dan kekuasaan, dan untuk
termasuk pemecahan masalah. Dalam hal ini, melakukan perubahan istitusi-institusi dasar.
pekerja sosial berperan sebagai katalisator Tujuan tugas maupun tujuan proses dalam
guna berlangsungnya perubahan dan model ini, keduanya dianggap sama-sama
membimbing setiap kelompok untuk penting. Dengan kata lain, model ini
mencapai tujuan. digunakan oleh kelompok atau organisasi
(termasuk di tingkat nasional) yang merasa
2. Model B: Model Perencanaan Sosial
tidak mempunyai cukup kekuatan atau
(Social Planning)
sumber untuk memenuhi kebutuhan atau
Model ini diterapkan pada masyarakat yang kepentingannnya.
memiliki masalah sosial yang lebih jelas,
Aksi sosial ini menggunakan konflik
misalnya mengalami masalah kesehatan fisik
secara sadar sebagai cara untuk
dan mental, perumahan atau permasalahan
mengkonfrontasi pihak yang berkuasa
rekreasional. Model ini diarahkan untuk
(pemerintah dan pengusaha misalnya)
memecahkan masalah dengan
sehubungan dengan terjadinya ketidakadilan
memperhatikan permasalahan-permasalahan
sosial atau keterlantaran. Apabila terjadi
yang paling dianggap penting oleh
masyarakat tersebut dan bertujuan untuk konsensus, maka ini hanya merupakan
kompromi. Pekerja sosial dalam hal ini berperan
menjangkau sebanyak mungkin penduduk.
sebagai advokat, aktivis, agitator, pialang atau
Tujuan tugas menjadi orientasi utama dalam
negosiator
penerapan model ini (goal oriented).
Perencana sosial harus bekerja dengan
pemerintah (power structure) dan harus

254 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
Tabel 1. Tiga Model Intervensi Komunita
Model A Model B Model C
(Pengembangan (Perencanaan (Aksi Sosial)
Masyarakat Lokal) Sosial/Kebijakan Sosial
1. Kategori- Kapasitas dan Pemecahan masalah Pergeseran sumber daya
kategori pengintegrasian dengan memperhatikan dan relasi kekuasaan:
tujuan masyarakat: kemandirian masalah penting yang ada perubahan institusi dasar
tindakan (tujuan proses). pada masyarakat (tujuan (tujuan proses atau
terhadap tugas). tugas).
masyarakat
2. Asumsi Adanya anomie dan Masalah sosial yang Populasi yang dirugikan,
mengenai kemurungan dalam substantif, kesehatan fisik ketidakadilan sosial,
struktur masyarakat; kesenjangan dan mental, perumahan perampasan hak, dan
komunitas relasi dan kapasitas dan rekreasional, dan ketidaksetaraan.
dan kondisi dalam pemecahan sebagainya
permasalahan masalah secara
demokratis; komunitas
berbentuk tradisional
statis.
3. Strategi Pelibatan berbagai Pengumpulan data yang Kristalisasi dari isu dan
perubahan kelompok warga dalam terkait dengan masalah, pengorganisasian
dasar menentukan dan memilih serta masyarakat untuk
memecahkan masalah menentukan bentuk menghadapi sasaran
mereka sendiri. tindakan yang paling yang menjadi musuh
rasional. mereka.
4. Karakteristik Konsensus: komunikasi Konsensus atau konflik. Konfrontasi konflik, aksi
taktik dan antarkelompok dan yang bersifat langsung,
teknik kelompok kepentingan negosiasi.
perubahan dalam masyarakat,
diskusi kelompok.
5. Peran praktisi Anabler-katalis, Pengumpul dan Aktivis, advokat,
yang koordinator: orang yang penganalisis data, agitator, broker,
menonjol mengajarkan pengimplementasi negosiator, partisisan.
keterampilan program, dan fasilitator.
memecahkan masalah
dan nilai-nilai etis.
6. Media Membimbing kelompok Membimbing organisasi Membimbing organisasi
perubahan kecil yang berorientasi formal dan data yang massa dan proses-proses
pada terselesaikannya tersedia. politik.
suatu tugas.
7. Orientasi Anggota dari struktur Struktur kekuasaan Struktur kekuasaan
terhadap kekuasaan bertindak sebagai pemilik dan sebagai sasaran
struktur sebagai kolaborator sponsor (pendukung) eksternal dari tindakan
kekuasaan dalam suatu ‘ventura’ yang dilakukan, mereka
yang bersifat umum. yang memberikan
tekanan harus dilawan
dengan memberikan
tekanan balik.
8. Batasan Keseluruhan komunitas Keseluruhan komunitas Segmen dalam
definisi geografis. atau dapat pula suatu komunitas
penerima segmen dalam komunitas
sistem (termasuk komunitas
pelayanan fungsional)

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 255
9. Asumsi Kepentingan umum atau Permufakatan Konflik kepentingan
mengenai permufakatan dari kepentingan atau konflik. yang sulit dicapai kata
kepentingan berbagai perbedaan. mufakat, kelangkaan
dari sumber daya.
kelompok-
kelompok
dalam suatu
komunitas
10. Konsepsi Warga masyarakat. Konsumen. Korban.
mengenai
penerima
pelayanan
11. Konsepsi Partisipan pada proses Konsumen atau resipien Employer, konstituen,
mengenai interaksional pemecahan (penerima pelayanan) anggota
peran masalah.
penerima
pelayanan
12. Pemanfaat Mengembangkan Mencari tahu dari para Meraih kekuasaan
an kapasitas komunitas pengguna jasa tentang objektif bagi mereka
pemberdayaa untuk mengambil pelayanan apa yang yang tertindas agar dapat
n keputusan bersama; serta mereka butuhkan; serta memilih dan
membangkitkan rasa memberitahukan kepada memutuskan cara yang
percaya diri akan para pengguna jasa tepat untuk melakukan
kemampuan masing- tentang pilihan jasa yang aksi, serta
masing anggota ada. membangkitkan rasa
masyarakat. percaya diri partisipan
akan kemampuan
mereka.
Sumber: Rothman (Rothman, Erlich, Tropman, & Cox, 1995, 44-45)
B. Model Glen setempat mampu menangani sendiri masalah
sosial tersebut. Masyarakat sendiri yang
Glen (1993) mengungkapkan bahwa
mendefinisikan masalahnya dan mencoba
intervensi komunitas dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan yang saat itu benar-
menggunakan tiga model, yaitu pengembangan
benar menjadi kebutuhan penyandang
masyarakat (community development), aksi
masalahnya. Metode yang dikembangkan
komunitas (community action), dan pendekatan
dengan menyediakan infrastruktur yang
pelayanan masyarakat (community service
benar-benar dibutuhkan masyarakat.
approach). Kemudian, Glen memberikan
Infrastruktur yang dimaksud adalah sarana-
penekanan untuk membedakan ketiga model ini
prasarana dasar yang dibutuhkan penyandang
dilihat dari aspek tujuan, partisipan, metode, dan
masalah atau calon penerima manfaat. Peran
peranan dari community worker dalam suatu
yang dapat dilakukan pekerja sosial adalah
proses intervensi sosial.
pelayanan administratif.
1. Pengembangan Masyarakat (Community 2. Aksi Komunitas (Community Action)
Development)
Model aksi komunitas bertujuan
Model pengembangan masyarakat memiliki mengkampanyekan kebijakan sosial yang
tujuan untuk mengembangkan kemandirian terkait dengan masalah sosialnya. Apakah
masyarakat, di mana masalah sosial itu kebijakan tersebut belum ada atau sudah ada,
berada secara langsung sehingga masyarakat tetapi belum relevan maupun adanya

256 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
diskriminasi penerapan dari kebijakannya. Metode pelayanan masyarakat bertujuan
Dalam menelisik kebijakan tersebut mengembangkan organisasi sosial yang ada.
kelompok-kelompok dapat mengorganisir Organisasi sosial yang sudah terbentuk menjalin
dirinya ke dalam kelompok sosial tertentu, kemitraan dengan sesamanya atau dengan
sehingga kebijakan yang benar-benar organisasi lain yang sama-sama memiliki
dibutuhkan itu ada dan relevan. Metode yang perhatian terhadap masalah sosial dimaksud.
dikembangkan mengkampanyekan isu-isu Metode yang dapat dikembangkan dengan terus
yang konkret pada saat ini sedang menjadi melakukan pengembangan hubungan antar
perbincangan sebagian besar atau seluruh lembaga yang ada di sekitar masyarakat.
lapisan masyarakat. Peran yang dapat Lembaga dimaksud adalah lembaga pemerintah,
dilakukan pekerja sosial adalah dengan masyarakat, dunia usaha, ataupun perguruan
memobilisasi kekuatan yang dimiliki tinggi. Peran yang dapat dilakukan pekerja
masyarakat tersebut. sosial adalah sebagai manajer yang dapat
3. Pendekatan Pelayanan Masyarakat melakukan restrukturisasi ini semata-semata
(Community Services Approach) untuk penanganan masalah sosial

Tabel 2. Tiga Bentuk Praktik di Masyarakat (Community Practice)


Pengembangan Aksi Komunitas Pendekatan Pelayanan
Masyarakat (Community Action) Masyarakat (Community Services
(Community Approach)
Development)
Tuju Mengembangkan Kampanye untuk Mengembangkan organisasi yang
an kemandirian masyarakat. kepentingan masyarakat berorientasi dan memberikan
serta kebijakan untuk pelayanan kepada masyarakat.
masyarakat.
Parti Masyarakat yang Kelompok-kelompok Organisasi dan pengguna pelayanan
sipa mendefinisikan dan yang tertekan sebagai rekanan.
n mencoba memenuhi mengorganisasi diri untuk
kebutuhan mereka meningkatkan kekuatan.
sendiri.
Meto Menggunakan proses Menggunakan teknik Memaksimalkan keterliabatan
de kreatif dan kooperatif. kampanye pada isu-isu pengguna pelayanan atau
konkrit masyarakat, serta mengembangkan
hubungan antarlembaga.
Pera Tenaga profesional Aktivis dan organisatoris Manajer lembaga yang memberikan
nan bekerja menitikberatkan (organizer) yang pelayanan merestrukrisasi transaksi
pada non-direktif. memobilisasi massa yang ada bersama (atau dengan
untuk aksi politis. mempertimbangkan kepentingan)
pengguna pelayanan.

Sumber: Glen (Adi, 2008: 138)

C. Model Netting dan Kawan-kawan tiga kategori besar: kolaborasi (collaboration),


kampanye (campaign), dan kontes (contest).
Brager & Holloway (1978), Brager,
Istilah-istilah ini untuk menggambarkan
Specht, & Torczyner (1987), Netting, Kettner, &
hubungan antara aksi dan sistem target.
McMurty (1993) menyatakan bahwa dalam
Kolaborasi (collaboration) menyiratkan
literatur pekerjaan sosial, taktik dibagi menjadi

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 257
hubungan kerja di mana kedua sistem sepakat Mengacu pada kegiatan-kegiatan yang
bahwa perubahan harus terjadi, sedangkan taktik berupaya untuk melibatkan anggota
kontes (contest) menunjukkan ketidaksepakatan sistem klien dalam usaha perubahan.
antara kedua sistem tersebut. Taktik kampanye 2) Pemberdayaan (Empowerment)
(campaign) digunakan ketika target harus yakin Pemberdayaan adalah proses menolong
akan pentingnya perubahan, tetapi ketika suatu kelompok atau masyarakat untuk
komunikasi masih memungkinkan antara kedua mencapai pengaruh secara politik atau
sistem. Efektivitas "kampanye" dapat otoritas hukum yang relevan (Barker,
menentukan apakah kolaborasi atau kontes akan 1987). Dalam teknik pemberdayaan,
mengikuti. Taktik kontes digunakan ketika tak upaya diarahkan untuk memungkinkan
satu pun dari dua lainnya memungkinkan lagi. orang menyadari akan hak-haknya, dan
Upaya perubahan dimulai dengan satu set taktik mengajari mereka mengenai cara
dapat berkembang ke set taktik yang lain, mengolah hak-haknya, sehingga
tergantung pada hubungan yang berkembang mereka lebih memiliki kemampuan
antara tindakan dan sistem target. Kontinum dalam mengendalikan berbagai faktor
kategori-kategori taktis ini adalah digambarkan yang mempengaruhi kehidupannya. Hal
sebagai berikut:
ini seringkali ditemukan bahwa
masyarakat yang miskin dan
Kolaborasi Kampanye Kontes
berpendidikan rendah, tidak mengerti
Dengan mengambil kerangka berpikir apa hak-hak yang sebenarnya
mengenai ketiga taktik dari Brager & Holloway dimilikinya. Misalnya, hak untuk
tersebut, Netting, Kettner & McMurty (1993) memperoleh pelayanan sosial atau hak
mengembangkannya ke dalam sebuah model untuk hidup layak. Dengan demikian,
intervensi komunitas, yaitu: mereka tidak mengerti bagaimana cara
1. Kolaborasi (Collaboration) memperolehnya. Untuk itu, mereka
disadarkan dengan pemberian
Kolaborasi dilakukan apabila sistem sasaran
pengetahuan yang sesuai, selanjutnya
setuju (mudah teryakinkan untuk sepakat)
mereka dibimbing dan didorong untuk
dengan sistem kegiatan mengenai perlunya
memperolehnya.
perubahan dan dukungan alokasi sumber.
2. Kampanye (Campaign)
Dua jenis teknik kolaborasi yaitu:
Teknik ini perlu untuk dilakukan apabila
a. Implementasi (Implementation) sistem sasaran tidak menolak untuk
Digunakan manakala sistem kegiatan dan berkomunikasi dengan sistem kegiatan, akan
sasaran bekerja sama dengan kesepakatan tetapi konsensus akan perlunya perubahan
akan perubahan yang diinginkan serta belum tercapai, atau sistem sasaran
adanya dukungan pengambil keputusan mendukung perubahan tetapi tidak ada
akan alokasi dana yang dibutuhkan. alokasi sumber untuk perubahan tersebut.
b. Membangun Kapasitas (Capacity Termasuk ke dalam kategori teknik
Building) kampanye adalah:
a. Teknik Edukasi (Education)
1) Partisipasi (Participation)
Sistem perubahan berinteraksi dengan
sistem sasaran dengan menyajikan

258 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
berbagai persepsi, sikap. opini, data dan c. Penggunaan Media Massa (Mass Media
informasi mengenai perubahan yang Appeal)
diinginkan, dengan tujuan untuk Media massa digunakan untuk
meyakinkan sistem sasaran mengubah mengembangkan dan menayangkan
cara berfikir atau bertindak, yang selama cerita-cerita yang bernuansa berita ke
ini dianggap kurang sejalan dengan dalam media-media elektronik rnaupun
perubahan yang diperlukan. cetak dengan tujuan untuk mempengaruhi
b. Teknik Persuasi (Persuasion) pendapat umum. Teknik ini digunakan
Mengacu pada seni untuk meyakinkan untuk mendesak para pengambil
orang lain agar menerima dan mendukung keputusan untuk menyepakati cara-cara
pandangan-pandangannya atau pemecahan masalah yang telah
persepsinya mengenai suatu isu. Dengan teridentifikasi.
kata lain, seorang pekerja sosial berupaya 3. Kontes (Contest)
melakukan: Kontes dilakukan apabila sistem sasaran tidak
1) Kooptasi (Cooptation) setuju dengan perubahan dan atau alokasi
Meminimalkan kemungkinan sumber serta masih terbuka bagi terjadinya
terjadinya oposisi dengan cara komunikasi mengenai ketidaksepakatan ini.
menyerap atau melibatkan anggota- Termasuk ke dalam ketegori teknik ini
anggota sistem sasaran ke dalam sistem adalah:
kegiatan. Pelibatan anggota kelompok a. Tawar-menawar dan Negosiasi
sasaran secara individual disebut (Bargaining and Negotiation)
"Informal Cooptation“, sedangkan
melibatkan sistem sasaran secara Teknik negosiasi dilakukan apabila
kelompok disebut “Formal kesepakatan atas pelaksanaan perubahan
Cooptation”. yang harus dilakukan, masih belum
2) Lobi (Lobbying) dicapai dan masih perlu dirundingkan.
Atau, kesepakatan mengenai perubahan
Lobi adalah sebuah bentuk persuasi yang diinginkan telah dapat dicapai, akan
yang mengarah pada perubahan tetapi alokasi sumber yang diperlukan
kebijakan di bawah jelajah sistem masih belum disepakati.
pengendalian. Kegiatan diarahkan pada
para elit yang menjadi kunci dalam b. Aksi Masyarakat atau Kelompok Besar
perumusan kebijakan di dalam suatu (Large Group or Community Action)
tingkat mayarakat tertentu. Sistem Teknik aksi sosial hanya dilakukan jika
perubahan menentukan apakah suatu pekerja sosial berhadapan dengan situasi di
kebijakan harus dihapuskan atau perlu mana masyarakat berada pada pihak yang
dikembangkan, agar tujuan dapat dirugikan oleh pihak lain, dan pekerja
dicapai. Hal yang penting sosial maupun masyarakat tidak melihat
dipertimbangkan dalam melakukan lobi adanya kesamaan tujuan antara berbagai
adalah: faktual dan jujur, tidak berbelit- pihak yang seharusnya bekerja sama untuk
belit, dan didukung data, diskusi kepentingan masyarakat. Namun, perlu
diarahkan pada tinjauan kritis mengenai menjadi catatan, bahwa penggunaan teknik
objek pembicaraan (sisi baik dan aksi sosial memiliki risiko yang sangat
buruk). besar, baik bagi masyarakat maupun

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 259
pekerja sosial sendiri, sehingga teknik ini mengenai penerima pelayanan, (k) konsepsi
biasanya menjadi pilihan terakhir dalam mengenai peran penerima pelayanan, dan (l)
bimbingan sosial masyarakat. pemanfaatan pemberdayaan. .
Beberapa teknik aksi sosial yang biasa Kemudian, model Glen menunjukkan
digunakan, di antaranya adalah: bahwa intervensi komunitas terdiri dari 3 (tiga)
1) Aksi Legal (Legal Action), misalnya model, yakni: (1) pengembangan masyarakat
demonstrasi. (community development), (2) aksi komunitas
(community action), dan (3) pendekatan
2) Aksi Melawan Hukum (Illegal Action),
pelayanan masyarakat (community service
misalnya ketidakpatuhan warga.
approach). Masing-masing dari ketiga model
3) Gugatan “Class Action” (Class Action ini, dirinci ke dalam 4 (empat) dimensi, yaitu: (a)
Lawsuit), yaitu teknik yang mengacu tujuan, (b) partisipan, (c) metode, dan (d)
pada situasi di mana suatu kesatuan peranan.
dituntut karena melakukan
Sementara, model Netting dan kawan-
pelanggaran hukum tertentu dan
kawan memperlihatkan bahwa intervensi
diperkirakan bahwa pengadilan akan
komunitas juga terdiri dari 3 (tiga) model yang
diberlakukan untuk keseluruhan
dimanifestasikan ke dalam taktik dan teknik
masyarakat. Taktik ini sering
yang lebih rinci. Ketiga model tersebut adalah:
digunakan dalam populasi yang rentan,
(1) kolaborasi (collaboration), (2) kampanye
seperti penderita penyakit mental
(campaign), dan (3) kontes (contest). Model
kronis, gelandangan, dan anak.
kolaborasi dirinci ke dalam dimensi: (a)
Apabila dibandingkan dari ketiga model implementasi (implementation) dan (b)
intervensi komunitas ini, maka model Rothman membangun kapasitas (capacity building), yang
memberikan gambaran taksonomi yang lebih terbagi ke dalam parameter, yaitu: (i) partisipasi
luas daripada model Glen, maupun model (participation) dan (ii) pemberdayaan
Netting dan kawan-kawan. Model Rothman (empowerment). Model kampanye dirinci ke
memperlihatkan bahwa intervensi komunitas dalam dimensi: (a) teknik edukasi (education),
terdiri dari 3 (tiga) model besar, yaitu (1) model (b) teknik persuasi (persuasion), yang terbagi ke
A: pengembangan masyarakat lokal (locality dalam parameter: (i) kooptasi (cooptation) dan
development), (2) model B: perencanaan sosial (ii) lobi (lobbying) dan (c) penggunaan media
(social planning), dan model C: aksi sosial massa (mass media appeal). Model kontes
(social action). Masing-masing dari ketiga dirinci ke dalam dimensi: (a) tawar-menawar
model ini, dirinci ke dalam 12 (dua belas) dan negosiasi (bargaining and negotiation), dan
dimensi, yakni: (a) kategori tujuan tindakan (b) aksi masyarakat atau kelompok besar (large
terhadap masyarakat, (b) asumsi mengenai group or community action), yang terbagi ke
struktur komunitas dan kondisi permasalahan, dalam parameter: (i) aksi legal (legal action), (ii)
(c) strategi perubahan dasar, (d) karakteristik aksi melawan hukum (illegal action), dan (iii)
taktik dan teknik perubahan, (e) peran praktisi gugatan “class action” (class action lawsuit).
yang menonjol, (f) media perubahan, (g)
Namun demikian, model-model
orientasi terhadap struktur kekuasaan, (h)
intervensi komunitas di atas saling melengkapi
batasan definisi penerima sistem pelayanan, (i)
di antara ketiga model tersebut. Dalam
asumsi mengenai kepentingan dari kelompok-
realitasnya, ketiga model tersebut dapat
kelompok dalam suatu komunitas, (j) konsepsi

260 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
dipraktikkan secara bersamaan, meskipun tidak (2007) mengungkapkan bahwa pergeseran tata
keseluruhan dimensi dan parameter dari semua pemerintahan dari bentuk awalnya yang sangat
model tersebut dapat diterapkan. Hal ini sangat sentralistis menuju ke desentralisasi serta
tergantung pada hasil asesmen dan rencana aksi ditegaskan dalam konteks otonomi daerah telah
yang dirumuskan. membawa perubahan yang substansial.
Kewenangan, tanggung jawab dan keleluasaan
Model intervensi komunitas yang lain,
berprakarsa untuk pengembangan potensi
yaitu model Checkoway (1995) yang
daerah telah berada sepenuhnya berada dalam
mengidentifikasi 6 (enam) strategi perubahan
kancah publik untuk berkembang menuju model
komunitas yang berbeda, yaitu (1) mobilisasi
pembangunan yang menjanjikan.
massa (mass mobilization), (2) aksi sosial
(social action), (3) partisipasi warga masyarakat Fritz & Rhéaume (2014) menyatakan
(citizen participation), (4) advokasi publik bahwa tujuan intervensi berbeda dalam berbagai
(public advocacy), (5) pendidikan populer situasi. Secara umum, seorang pelaksana
(popular education), dan (6) pengembangan intervensi membantu masyarakat untuk
pelayanan lokal (local service development). memahami, menangani, dan/atau mengubah
Sementara, Hanna & Robinson (1994) situasi dan dapat melakukannya dengan
mengidentifikasi 3 (tiga) model dasar berbagai cara. Intervensi ini dapat mencakup
pemberdayaan masyarakat (basic models of melakukan penelitian yang diperlukan,
community empowerment), yakni (1) perubahan pendidikan kritis, pelatihan, pengembangan
sosial tradisional (traditional social change), kepemimpinan, perencanaan strategis dan/atau
perubahan sosial aksi langsung (direct action menilai berbagai jenis tindakan.
social change), dan perubahan sosial Hal ini bukan hanya masyarakat sebagai
transformatif (transformative social change). subjek pembangunan, tetapi juga para pemangku
Mencermati hal tersebut, sejatinya perlu kepentingan (stakeholders) lainnya.
dilakukan penelitian yang lebih mendalam Akmaruzzaman, Sumardjo, & Hariyoga (2013)
mengenai penerapan beberapa model intervensi mengungkapkan bahwa upaya yang dapat
komunitas dalam praktik makro pekerjaan dilakukan di antaranya adalah dengan
sosial. Hal ini menjadi penting karena penelitian mensinergikan program-program
yang berkaitan dengan perbandingan model pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh
intervensi komunitas masih relatif jarang perusahaan dan pemerintah daerah dengan
dilakukan di Indonesia. Padahal, para pemangku membentuk sebuah forum musyawarah
kepentingan (stakeholders), seperti Pemerintah, kemitraan pembangunan. Forum musyawarah
para akademisi dan peneliti, Lembaga Swadaya tersebut anggotanya terdiri dari stakeholders,
Masyarakat (LSM), dunia usaha dan dunia mulai dari tingkat desa, kecamatan, dan
industri (DUDI), dan masyarakat sendiri kabupaten dengan melibatkan perguruan tinggi
membutuhkan hasil-hasil penelitian yang sebagai mediator, motivator, fasilitator, dalam
membumi sebagai landasan ilmiah dan dapat proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
diaplikasikan (applicable) untuk kepentingan monitoring, dan evaluasi program dengan
masyarakat yang lebih luas. harapan masing-masing pihak mendapatkan
manfaat dari program tersebut.
Selain itu, penting prakarsa dan inisiatif
masyarakat dalam mengembangkan potensi Terkait dengan hal tersebut, Westoby
lokal. Dalam hal ini, Septiarti & Widyaningsih (2014), mengungkapkan bahwa definisi

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 261
pengembangan masyarakat tidak berada dalam 3. Perlu penelitian yang mendalam berkaitan
apriori, tetapi terus-menerus diciptakan dan dengan perbandingan model intervensi
diperjuangkan dalam hubungannya dengan komunitas yang masih relatif jarang
gagasan dan konsep lain. Kemudian, Westoby dilakukan di Indonesia. Penelitian yang
(2014), menegaskan bahwa terdapat beberapa menghasilkan pengetahuan yang membumi
konsep yang saling berlawanan, seperti (indigenous knowledge) dalam konteks lokal
pembangunan yang berpusat pada pertumbuhan masyarakat Indonesia penting dilakukan
versus pembangunan yang berpusat pada sebagai landasan ilmiah untuk dikembangkan
manusia (growth - centered versus people - dan dapat diaplikasikan (applicable) guna
centered development), pembangunan endogen kepentingan masyarakat yang lebih luas.
versus pembangunan eksogen (endogenous
versus exogenous development), praktik dari UCAPAN TERIMA KASIH
atas verus praktik dari bawah (top-down versus Penulis mengucapkan terima kasih kepada
bottom-up practice), dan orientasi pelayanan Dekan dan Para Wakil Dekan Fakultas Ilmu
versus praktik pengembangan (service-oriented Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan
versus developmental practice). Bandung yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis untuk terus menulis
PENUTUP artikel jurnal dan mempublikasikannya. Terima
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, kasih kepada Editor Team, Reviewer, dan
dapat disimpulkan sebagai berikut: Manager Jurnal Sosio Informa yang
menerbitkan artikel ini.
1. Berbagai model intervensi komunitas
merupakan konsep penting yang perlu DAFTAR PUSTAKA
dipahami dan dipraktikkan dalam setting
makro pekerjaan sosial, yakni di level Adi, I. R. (2008). Intervensi Komunitas:
komunitas atau masyarakat lokal. Dalam Pengembangan Masyarakat sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat.
literatur pekerjaan sosial telah dikembangkan Jakarta: Rajawali Pers.
berbagai model intervensi komunitas, antara Akmaruzzaman, S., & Hariyoga, H. (2013).
lain: (1) model Rothman, (2) model Glen, Strategi Mensinergikan Program
serta (3) model Netting dan kawan-kawan. Pengembangan Masyarakat dengan
Dalam praktiknya, ketiga model intervensi Program Pembangunan Daerah. Jurnal
komunitas ini dapat dilakukan bersamaan Manajemen Pembangunan Daerah 5 (1),
56.
karena bersifat saling melengkapi antara
Barker, R.L. (1987). The Social Work
model yang satu dengan model yang lainnya. Dictionary. Silver Spring, Maryland:
2. Perlunya keterlibatan dan sinergitas antar NASW.
para pemangku kepentingan (stakeholders) Brager, G. & S. Holloway. (1978). Changing
Human Service Organizations: Politic
dalam pelaksanaan program pengembangan
and Practice. New York: Free Presss.
masyarakat, yaitu Pemerintah, para Brager, G., H. Specht, & J. L. Torczyner. (1987).
akademisi/peneliti, Lembaga Swadaya Community Organizing. New York:
Masyarakat (LSM), dunia usaha dan dunia Columbia University Press.
industri (DUDI), dan masyarakat lokal Checkoway, B. (1995). Six Strategies of
sendiri. Community Change. Community
Development Journal, 30 (1), 2-20.

262 Sosio Informa Vol. 7 No. 03, September – Desember, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
Fritz, J.M. & Rhéaume, J. (Eds.). (2014). Sanders, D.S. (Ed.). (1982). The Development
Community Intervention: A Clinical Perspective in Social Work. Honolulu:
Sociology Perspectives. New York: University of Hawaii School of Social
Springer. Work.
Glen, A. (1993). Methods and Themes in Septiarti, S.W. & Widyaningsih. (2007).
Community Practice. In Buther, H. et. al. Pengembangan Masyarakat Desa
(eds.). Community and Public Policy. Tertinggal Berbasis Keterpaduan Dan
London: Pluto. Otonomi Daerah (Studi Pemberdayaan
Graha, A. N. (2009). Pengembangan Masyarakat Di Kecamatan Gedangsari
Masyarakat Pembangunan Melalui Gunung Kidul). Diklus: Jurnal
Pendampingan Sosial dalam Konsep Pendidikan Luar Sekolah, 6, 6-7.
Pemberdayaan di Bidang Ekonomi. Westoby, P. (2014). Theorising the Practice of
Jurnal Ekonomi Modernisasi. Community Development: A South
http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id, 119. African Perspective. England: Ashgate
Hakim, B.R. (2010). Rethinking Social Work Publishing Limited.
Indonesia: Suatu Jelajah Kritis. Jakarta:
Graha Pena Jakarta.
Hanna, M. & Robinson, B. (1994). Strategies for
Community Empowerment. Lewiston,
NY: Edwin Mellen Press.
Hawtin, M. & Smith, J. P. (2007). Community
Profiling: A Practical Guide. Second
Edition, McGraw Hill-Open University
Press, England.
Ife, J. (2002). Community Development:
Community-Based Alternatives in an
Age of Globalisations. Second Edition.
Australia: Longman.

Midgley, J. (1997). Social Work and


International Social Development. In
M.C. Hokenstad & J. Midgley (Eds.).
Issues in International Social Work:
Global Challenges for New Century.
Washington, D.C.: NASW Press.

Netting. F.E., Kettner, P. M., McMurtry, S.L.


(1993). Social Work Macro Practise,
America: Longman.
Pawar. M. 2014. Social and Community
Development Practice. New Delhi:
SAGE Publication India Pvt Ltd.
Raharjo, A. (2006). Pembangunan Pedesaan
dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rothman, J. (1995). Approaches to Community
Intervention. In Rothman, J., Erlich, J.
L., Tropman, J. E. & Cox, F. M. (Eds.).
Strategies of Community Intervention.
Fifth Edition. Itasca, IL: F. E. Peacock
Publishers, Inc.

Perbandingan Model Intervensi Komunitas Dalam Praktik Makro Pekerjaan Sosial,


Abu Huraerah 263

Anda mungkin juga menyukai