Anda di halaman 1dari 27

Oleh:

Bung Ashabul Qahfi


1300007016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
TAHUN 2017/2018
A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap guru
fisika di MTs Al-Ikhlas Donggo diperoleh informasi bahwa peserta
didik menganggap fisika sebagai mata pelajaran yang sulit dan
membosankan. Ini disebabkan oleh:

1. Guru kurang bervariasi dalam memilih model, media, dan


metode pengajaran.

2. Siswa tidak pernah diberikan kegiatan eksperimen real.

3. Pembelajaran masih bersifat konvesional.


B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas permasalahan-permasalahan yang
diperoleh di MTs Al-Ikhlas Donggo diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran fisika yang dipenuhi
oleh rumus-rumus yang susah dihafal.
2. Keterbatasan alat dan bahan yang bisa digunakan dalam pengajaran.
3. Guru kurang bervariasi dalam memilih media dan metode
pembelajaran.
4. Siswa tidak pernah diberikan kegiatan eksperimen real.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi pada materi tekanan, karena materi tekanan selalu menjadi keluhan
baik oleh siswa dalam memahaminya, maupun dari guru tentang bagaimana cara menyampaikan
pada siswa agar mudah dipahami dan dimengerti.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan batasan masalah maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Seberapa besar efektivitas pembelajaran simulasi phET dan praktikum terhadap hasil belajar
siswa di MTS AL-IKHLAS DONGGO?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan simulasi phET.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode praktikum.
3. Mengetahui perbandingan tingkat keefektivan pembelajaran simulasi phET dan praktikum
terhadap hasil belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti, siswa, guru maupun sekolah.

1. Peneliti

Memperoleh pengalaman tentang proses dan kegiatan penelitian, mengembangkan kreatifitas dan pola
berfikir sebagai calon guru yang nantinya akan berinteraksi dengan berbagai macam masalah
pendidikan.

2. Siswa

Mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan dan kompetitif sehingga bisa menghapus kesan
bahwa fisika hanyalah sebuah mata pelajaran yang suliit dan membosankan.

3. Guru

Menjadi bahan rujukan yang menjadi alternatif solusi untuk lebih banyak melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Sekolah

Memberikan informasi tentang model pembelajaran untuk lebih menghidupkan suasana belajar yang
pada akhirnnya meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang bersaangkutan.
A. Kajian Peneliti Terdahulu
Di bawah ini penulis paparkan beberapa hasil penelitian yang bersinggungan dengan
judul penelitian, diantaranya adalah :

Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Farid Nusawiguna (2016: 146) yang
meneliti tentang “pengembangan perangkat pembelajaran yang mengintegrasikan
KIT listrik dan phET melalui model kooperatif stad pada siswa kelas V SD”.

Kholifudin (2012: 149), dalam penelitiannya berjudul “Pembelajaran


Fisika dengan Inkuiri Terbimbing melalui Metode Eksperimen dan
Demonstrasi Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa”.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan mengenai media phET dan metode praktikum atau eksperimen
a. Media PhET
 Menurut Gagne yang dikutip dalam Arif Rahman Aththibby (2015: 26) menyatakan
bahwa media merupakan berbagai macam jenis komponen atau alat dalam lingkungan
siswa yang dapat menari perhatian dan minat siswa untuk belajar.
 Menurut Tantawi Jauhari (2016: 9) mengungkapkan bahwa media merupakan alat yang
digunakan untuk menyampaikan atau mengantarkan dan menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif, dimana siswa
dapat melakukan kegiatan belajar secara kondusif, efisien, dan efektif.
 Masih dalam Tantawi Jauhari (2016: 9) menyatakan bahwa phET (Physics Education
Technologi) adalah salah satu media simulasi yang dibuat oleh University of Colorado
yang berisi simulasi pembelajaran fisika, biologi, dan kimia untuk kepentingan belajar
dan mengajar di kelas atau belajar individu.
2. Metode praktikum/eksperimen
Sagala (2013), menyatakan bahwa eksperimen merupakan suatu percobaan untuk
membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu.

Metode eksperimen adalah cara penyajian yang menuntun siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2013).

Agar metode eksperimen berjalan efisien dan efektif, perlu diperhatikan hal-hal berikut
(Roestiyah, 2012) :

1) Jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

2) Kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

3) Membutuhkan ketelitian dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, karenanya


siswa perlu disediakan waktu yang cukup untuk bereksperimen.

4) Siswa perlu diberikan petunjuk yang jelas.

5) Perlu memilih masalah yang sesuai untuk dieksperimenkan.


Metode eksperimen dalam penggunaannya memiliki beberapa kelebihan dan
keterbatasan (Roestiyah, 2012) dan (Djamarah dan Zain, 2013). Kelebihannya yaitu sebagai
berikut:
1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah.
2) Siswa lebih aktif dalam berpikir dan berbuat.
3) Memperoleh pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat
percobaan.
4) Melalui eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.
5) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaan.
6) Membina siswa untuk membuat terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
7) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat
manusia.
Selain beberapa kelebihan di atas juga terdapat beberapa keterbatasan
dari metode eksperimen (Roestiyah, 2012), yaitu sebagai berikut:
1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

2) Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu


mudah diperoleh dan mahal.
3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada beberapa faktor tertentu yang berada diluar jangkauan
kemampuan atau pengendalian.
2. Tinjauan mengenai hasil belajar fisika
a. Belajar
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi dari belajar.
 Slameto (1995:2) menyatakan bahwa belajar merupakan serangkaian
proses usaha jiwa dan raga yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kesluruhan sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
 Mohamad surya (2004) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi
antara dirinya dan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut slameto (1995: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar itu sendiri, meliputi:
 Faktor jasmani

Mislanya: kesehatan dan cacat tubuh


 Faktor psikologis

Misalnya: minat, bakat, dan motif pribadi


 Faktor kelelahan

Misalnya: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang ada di luar dari diri individu yang sedang belajar itu sendiri,
meliputi:
 Faktor keluarga

Misalnya: keadaan ekonomi orang tua, keharmonisan keluarga, dan latar belakang budaya.
 Faktor sosial

Misalnya: metode mengajar, kurikulum, alat belajar, dan relasi antara siswa dengan siswa.
 Faktor masyarakat

Misalnya: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kegiatan masyarakat.
c. Tinjauan hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan (Suprijono, 2013).
pengukuran perubahan perilaku akibat belajar akan mencakup
pengukuran atas domain kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil
belajarnya, yang dikenal dengan istilah domain hasil belajar (Purwanto, 2013).
1) Tipe hasil belajar bidang kognitif
Menurut Krathwohl dan Anderson (2015), dimensi proses kognitif berisikan enam
kategori:
a. Mengingat
b. Memahami
c. Mangaplikasikan
d. Menganalisis
e. Mengevaluasi
f. Mencipta.
2. Tipe hasil belajar bidang afektif
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam domain afektif dan
psikomotor sebagaimana yang dijelaskan oleh Sudjana (2013). Ada beberapa
tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan
tersebut dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkatan yang
kompleks.

1) Receiving/attending
2) Responding
3) Valuing

4) Organisasi
5) Karakteristik nilai
3. Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan
(skill), kemampan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan
yakni:
 Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
 Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
 Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain.
 Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, kehamonisan, ketepatan.
 Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan
yang kompleks.
 Kemampuan yang berkenaan dengan nondecursive komunikasi seperti gerakan
akspresif dan interpretatif.
3. Tinjauan Materi Tekanan
a. Pengertian Tekanan
b. Tekanan pada zat padat
c. Tekanan pada zat cair
d. Tekanan pada zat gas

e. Hukum Pascal
f. Hukum Archimedes
g. Hukum Boyle
D. Kerangka Berfikir

Salah satu alternatif pilihan media dan metode pembelajaran yang dapat
digunakan yakni media pembelajaran simulasi PheT dan praktikum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari simulasi


PheT dan praktikum terhadap hasil belajar siswa MTs Al-Ikhlas Donggo.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

1. Observasi

2. pembelajaran menggunakan simulasi PheT dan praktikum

3. kegiatan analisis data

4. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan


A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTS AL-Ikhlas Donggo tahun ajaran
2017/2018. Waktu yang digunakan dalam penelitian adalah semester 2 tahun
ajaran 2017/2018.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Menurut
Sugiyono (2013), pada penelitian eksperimen peneliti dapat mengontrol
semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
C. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu
(quasi eksperimental) dengan memberikan perlakuan berupa pembelajaran.
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen I O1 X1 O2
Eksperimen II O1 X2 O2

Keterangan:
O1 = Pemberian tes awal sebelum perlakuan (pretest)
O2 = Pemberian tes akhir setelah perlakuan (posttest)
X1 = Pembelajaran menggunakan simulasi PhET.
X2 = Pembelajaran dengan metode praktikum.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
2. Sampel penelitian
E. Obyek/ Variabel penelitian
Obyek yang diteliti adalah efektivitas media pembelajaran
simulasi PhET dan praktikum terhadap hasil belajar siswa.
F. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian yakni
siswa kelas VIII MTs Al-Ikhlas Donggo tahun ajaran 2017/2018.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang diukur adalah aspek pada
ranah kognitif dan ranah psikomotorik. Data hasil belajar IPA
fisika siswa diperoleh melalui tes dan observasi. Tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif
(C1 sampai C3) diberikan sebelum dan setelah rangkaian
kegiatan pembelajaran berlangsung, sedangkan tes hasil
belajar IPA fisika siswa pada ranah psikomotorik
dikumpulkan menggunakan lembar observasi pada tiap
berlangsungnya kegiatan.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap akhir
I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Menurut


Arikunto (2010), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Adapun bentuk tes untuk mengukur hasil belajar fisika
siswa berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 (dua puluh) butir
soal dengan 4 (empat) pilihan jawaban digunakan untuk mengukur hasil belajar
IPA fisika siswa pada ranah kognitif (C1 sampai C3) dan untuk mengukur hasil
belajar pada ranah psikomotorik berupa lembar observasi.

Sebelum kedua instrumen tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen I


dan kelas eksperimen II, soal terlebih dahulu diuji cobakan.
J. Uji Coba Instrumen
Analisis instrumen yang dilakukan pada soal
pilihan ganda antara lain:
 Validitas Tes
 Reliabilitas
 Tingkat kesukaran
 Daya pembeda
K. Teknik Analisis Data

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Data hasil belajar yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

 Normalitas Data

 Homogenitas sampel

 Uji hipotesis

2. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik

Teknik penilaian pada ranah psikomotorik yakni berupa penilaian unjuk


kerja menggunakan pedoman observasi. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup
kompeten, 3 = kompeten, 4 = sangat kompeten. (kemendikbud, 2014).
No Skor Kriteria

1 3,01 sampai 4,00 Sangat baik

2 2,01 sampai 3,00 Baik

3 1,01 sampai 2,00 Cukup baik

4 0,01 sampai 2,00 Kurang baik

Anda mungkin juga menyukai