A. PENDEKATAN LINGKUNGAN
Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat dirasakan oleh siswa.
Ada beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar,
yaitu : survey, camping / berkemah, field trip / karya wisata. Pendekatan lingkungan adalah
pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata. Misalnya, praktik lapangan,
mengundang nara sumber, proyek pelayanan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-
nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak
dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan,
dan menanamkan sikap cinta lingkungan.
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) Ada 4 macam penerapan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dalam pembelajaran yaitu :
Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat.
Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai
akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dalam
masyarakat khusus nya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi,
kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
Secara realistic dapat memproyeksikan alternative masa depan beserta konsekuensi
positif dan negatifnya.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang dapat
diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.
Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
C. PENDEKATAN FAKTUAL
Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat
IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena
tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
D. PENDEKATAN KONSEPTUAL
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir
abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan
baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan. Konsep dimulai
dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi
abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara lain :
Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh :
Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar),
Berduri (lunak, keras).
Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh..
Secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap
pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya sebagai berikut.
Memahami masalah
Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Selain itu, John Dewey juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan
gambaran pemecahan masalah, yaitu :
Merumuskan masalah dengan jelas
Menelaah permasalahan
Merumuskan permasalahan secara jelas
Menghipun, mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Pembuktian hipotesis
Menentukan pilihan pemecahan/keputusan
F. PENDEKATAN NILAI
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan suatu
nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan
kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/
daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang
diharapkan yang terkait produk dan proses namun tidak secara langsung tentang proses
bagaimana produk itu dihasilkan.
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan suatu
nilai dan pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan nlai tsb dalam
keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa, lingkungan, dan alam
semesta.
G. PENDEKATAN INKUIRI
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual.
Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis
sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan
penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat
hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan
mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains
menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari
seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari
sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses
pemerolehan hasil belajar.
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak
pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi
pertumbuhan dan perkembangan IPTEK. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika
sesuai dengan kesiapan intelektual. Pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut
urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada
pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas maupun produk pendidikan.
Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses
dalam pendidikan IPA itu meliputi :
Keterampilan mengobservasi ( membedakan, menghitung dan mengukur.
Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-
aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari
pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam
pengolahan data.
Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan
menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak
diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang
diteliti.
Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi
penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari
pengolahan data.
Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian
ke dalam perikehidupan dalam masyarakat.
Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat
mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada
orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
I. PENDEKATAN SEJARAH
Adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan
oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tersebut dikaitkan dengan
ilmu IPA sendiri. Dengan menggunakan metode membaca buku atau menjelaskan.