Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tiara Zulfa

NPM : 1906104040043
Ruang : 10
Mata Kuliah : IPS

SINOPSIS PAHLAWAN DARI ACEH


TEUKU MUHAMMMAD HASAN

Nama : Teuku Muhammad Hasan


Nama ketika kecil : Teuku Sarong
Tahun : 4 April 1906
Tempat Lahir : Pidie, Aceh.
Orang tua :
1. Ayahnya bernama Teuku Bintara Pineung Ibrahim adalah Ulèë Balang di Pidie (Ulèë
Balang adalah bangsawan yang memimpin suatu daerah di Aceh).
2. Ibunya bernama Tjut Manyak.
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Rakyat (Volksschool), Lampoih Saka
2. Europeesche Lagere School (ELS)
3. Koningen Wilhelmia School (KWS), Batavia (sekarang Jakarta)
4. Rechtschoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum)
5. Leiden University, Belanda
Perjuangannya :
Masa-masa di Belanda
Pada usia 25 tahun, T.M Hasan memutuskan untuk bersekolah di Leiden University,
Belanda. Selama di Belanda, ia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia yang dipelopori
oleh Muhammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, Abdul Madjid Djojodiningrat dan Nasir Datuk
Pamuntjak. Selain kesibukannya sebagai mahasiswa, Hasan juga menjadi aktivis yang
mengadakan kegiatan-kegiatan organisasi baik di dalam kota maupun di kota-kota lain di
Belanda. Hasan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Master of Laws) tahun 1933.

Kembali ke Tanah Air


Pada tahun 1933, Mr. T.M Hasan kembali ke Indonesia. Setiba di pelabuhan Ulee
Lheue, Kutaraja, buku-bukunya disita untuk pemeriksaan karena dicurigai terdapat buku
paham pergerakan yang akan membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Belanda,
khususnya di Aceh. Selama di Kutaraja, Hasan menjadi Pegiat di bidang Agama dan
Pendidikan.
Di bidang agama, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah sebagai
konsul di bawah pimpinan R.O. Armadinata. Pada era ini, Muhammadiyah berhasil
mendirikan perkumpulan perempuan yakni Aisyiyah, Hizbul Wathan, dan sebuah lembaga
pendidikan setingkat Hollandsch-Inlandsche School atau HIS. Perkembangan selanjutnya,
Muhammadiyah juga mendirikan cabang-cabang di beberapa kota lain di Aceh. Tercatat pada
masa akhir Pemerintahan Belanda di Aceh (1942), jumlah cabang Muhammadiyah di Aceh
sebanyak 8 (delapan) buah.
Selain aktif di Muhammadiyah, Hasan juga aktif dalam dunia pendidikan. Ia ikut
mempelopori berdirinya organisasi Atjehsche Studiefonds (Dana Pelajar Aceh) yang
bertujuan untuk membantu anak-anak Aceh yang cerdas tetapi tidak mampu untuk sekolah.
Selain itu, Hasan juga menjadi komisaris organisasi pendidikan yang bernama
Perkumpulan Usaha Sama Akan Kemajuan Anak (PUSAKA). Tujuan organisasi ini adalah
untuk mendirikan sebuah sekolah rendah berbahasa Belanda seperti Hollandsch-Inlandsche
School.
Aktivitas kependidikan Hasan yang lain ialah mendirikan Perguruan Taman Siswa di
Kutaraja pada tanggal 11 Juli 1937. Dalam kepengurusan lembaga yang diprakarsai oleh Ki
Hajar Dewantara ini, Hasan menjadi ketua dengan sekretaris Teuku Nyak Arief. Sesaat
setelah pembentukannya, Hasan mengirim utusannya yaitu, Teuku M. Usman el
Muhammady untuk menemui Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta. Tujuannya adalah
memohon agar Taman Siswa memperluas jaringannya, yakni dengan mendirikan cabang di
Aceh. Berdasarkan permohonan tersebut, Majelis Luhur Taman Siswa mengirim tiga orang
guru ke Aceh, yaitu Ki Soewondo Kartoprojo beserta istrinya yang juga sebagai guru dan
Soetikno Padmosoemarto. Dalam waktu yang relatif singkat, Hasan dan pengurus Taman
Siswa di Kutaraja berhasil membuka 4 (empat) sekolah Taman Siswa di Kutaraja, yaitu
sebuah Taman Anak, Taman Muda, Taman Antara dan Taman Dewasa.
Dengan bekal pengalamanya di bidang pendidikan hasan pernah bekerja sebagai
pegawai di Departemen Van Van Onderwijsen Eiredeienst (Departemen Pendidikan) di
Batavia (Jakarta,red). Pada tahun 1942-1945 Hasan menjabat sebagai Ketua Koperasi Ladang
Pegawai Negeri di Medan, kemudian menjadi Penasihat dan Pengawas Koperasi Pegawai
Negeri di Medan dan Pemimpin Kantor Tinzukyoku (Kantor permohonan kepada Gunsaibu)
di Medan. Ketika Jepang hendak angkat kaki dari Aceh tahun 1945, Hasan adalah sedikit dari
tokoh-tokoh Aceh yang memiliki kesadaran kebangsaan dan bersedia bergabung dengan para
nasionalis di Jakarta. Pada 7 Agustus 1945 Mr. Teuku Muhammad Hasan dipilih menjadi
anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno
Selang 5 hari Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan
Soekarno pada 17 Agustus 1945, tepatnya pada tangal 22 Agustus 1945, Hasan resmi dilantik
sebagai Gubernur Pertama Sumatera yang berpusat di Medan. Ia menjabat sebagai gubernur
hingga tahun 1948. Di tahun itu, di saat Belanda telah menguasai ibukota Indonesia di
Yogyakarta dalam agresi Belanda II, Belanda dengan gencarnya memberitakan bahwa
Indonesia sudah runtuh dan sejumlah tokoh nasional seperti Soekarno dan Hatta telah
ditahan.
Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki ibu kota Yogyakarta dan
menangkap sebagian besar pimpinan Pemerintahan Republik Indonesia, akhirnya Mr
Sjafruddin Prawiranegara dan Kolonel Hidayat mengumpulkan sejumlah tokoh nasional
termasuk di dalamnya Hasan untuk berunding membentuk Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI). Dalam rapat yang digelar di Halaban, sebuah perkebunan teh 15 Km di
selatan kota Payakumbuh pada tanggal 22 Desember 1948 itu diputuskan bahwa membentuk
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai berikut:

1. Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri


Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim
2. Mr. Teuku Muhammad Hasan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri
PPK/Menteri Agama,
3. Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial, Pembangunan,
Pemuda,
4. Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
5. Ir. M. Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan,
6. Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran
Tidak lama bekerja sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PPK),
pada 6 Juli 1949 Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingannya ke Yogyakarta, dan juga
pada tanggal 13 Juli secara resmi Soekarno mencabut PDRI. Dengan berakhirnya PDRI
maka seluruh kabinet yang telah disusun dalam PDRI juga ikut bubar.
Setelah itu, Hasan banyak memberikan dedikasinya untuk Indonesia, dia pernah
menjabat sebagai ketua Komisi Perdagangan dan Industri DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat
Sementara) pada tahun 1950-1956, di bidang pendidikan Hasan juga mendirikan sebuah
universitas di daerah kelahirannya Aceh yang diberi nama Universitas Serambi Mekkah
(USM) yang hingga saat ini masih berdiri kokoh dan telah berkembang pesat.
Cita-cita : Teuku Muhammad Hasan mengambil jurusan hukum karena
memiliki cita-cita agar Indonesia bisa merdeka
Yang Diterima :
1. Setelah kemerdekaan Indonesia, Mr. Teuku Muhammad Hasan diangkat menjadi
Gubernur Sumatra I pada tanggal 22 Agustus 1945 hingga 1948 dengan ibu kota
provinsi di Medan
2. Menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan masa jabatan 19 Desember
1948 – 13 Juli 1949
7. Pernah menjadi wakil ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia, Menteri Dalam
Negeri/Menteri PPK/Menteri Agama pada masa PDRI
3. Pada 7 Agustus 1945 Mr. Teuku Muhammad Hasan dipilih menjadi anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno
4. Pada tahun 1990, Universitas Sumatra Utara menganugerahkan gelar Doctor Honoris
Causa
5. Mr. Teuku Muhammad Hasan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor
085/TK/Tahun 2006 tertanggal 3 November 2006
6. Sebuah jalan di Banda Aceh dinamakan Jalan Mr. Teuku Muhammad Hasan

Hasil Kerjanya :
1. Karena menjadi salah satu anggota PPKI, Teuku Muhammad hasan juga menjadi
salah seorang yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan kemerdekaan Indonesia
yaitu pada tanggal 17 agustus 1945 sebagaimana cita-citanya
2. Mr. Teuku Muhammad Hasan mendirikan Universitas Serambi Mekkah di Banda
Aceh
3. Menulis buku, salah satu bukunya adalah Sejarah Perminyakan di Indonesia
(diterbitkan oleh Yayasan Sari Pinang Sakti, 1985)

Meninggal / Tempat Makamnya : 21 September 1997 pada umur 91 tahun / di Jakarta

Anda mungkin juga menyukai