PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan, demikian
perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan atas kekeluargaan
adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka
yang berusaha sebagai suatu keluarga, di sini tak ada pertentangan antara majikan
dan buruh, antara pemimpin dan pekerja (Hatta,1954:203)
Di dalam menjalankan tugasnya koperasi memiliki landasan yang akan
dijalankan untuk melakukan aktifitasnya yaitu: 1). Landasan Idiil, landasan idiil
koperasi adalah pancasila, oleh karena itu, semua kegiatan koperasi harus
berpedoman kepada pancasila agar tercapai cita-citanya dan menjadi landasan
moral bagi seluruh anggota koperasi. 2). Landasan Struktural, landasan struktural
koperasi Indonesia adalah UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat (1). Dalam pasal
33 ayat (1) terkandung makna bahwa segala kegiatan koperasi adalah usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 3). Landasan Mental, landasan mental
koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Rasa
kesetiakawanan tersebut harus diikuti oleh kesadaran diri untuk maju dan
berkembang guna meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi. 3). Landasan
Operasional, landasan operasional merupakan tata aturan kerja yang harus diikuti
dan ditaati oleh anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan
koperasi dalam melakukan tugas masing - masing.
Koperasi Indonesia saat ini keberadaannya diatur dalam UU No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian. Alasan dikeluarkannya UU No 25 Tahun 1992 untuk
menyesuaikan dengan keadaan dan sekaligus memenuhi tuntutan serta mampu
mengatasi tantangan. UU No. 25/1992 lebih menekankan pada memacu
pengembangan usaha berlandaskan wawasan kemandirian dan profesionalisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992
Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 3
periode, yaitu: periode penjajahan Belanda, periode pendudukan Jepang, dan
periode Kemerdekaan.
(1) Periode Penjajahan Belanda
Pada awal 1896 seorang patih di Purwokerto ( yang bernama R. Aria Wiria
Atmadja) merintis pendirian suatu bank simpanan ( hulp end spaarbank ) untuk
menolong para pegawai negeri (kaum priyayi) yang terjerat hutang pada lintah
darat. Pada tahun 1898 ide tersebut diperluas, bank tidak hanya membantu
pegawai negeri saja, tetapi juga petani dan pedagang kecil. Ide dari R. Aria Wiria
Atmadja tersebut tidak dapat berlanjut karena mendapat rintangan dari pemerintah
penjajah pada waktu itu. Tindakan politik pemerintah penjajah yang merintangi
usaha R. Aria Wiria Atmadja pada waktu itu dapat dibuktikan dengan didirikannya
Algemene nallescrediet bank, rumah gadai, dan bank desa.
Bersamaan dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908 dan
dibantu oleh Sarikat Islam melahirkan koperasi utama di Indonesia. Namun
demikian, perkembangan koperasi pada waktu itu kurang memuaskan karena
adanya hambatan dari pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda khawatir koperasi makin tumbuh dan berkembang
dikalangan Bumi Putra. Agar perkembangan koperasi tidak makin meluas,
pemerintah Belanda pada tahun 1915 mengeluarkan Undang-undang . Pada tahun
1915 itulah dikeluarkan undang-undang koperasi yang pertama di Indonesia.
Undang-undang koperasi tahun 1915 kemudian mendapat tantangan keras dari
pemuka masyarakat Indonesia, khususnya dari kaum gerakan nasional.
Akhirnya pada tahun 1920 pemerintah Belanda membentuk suatu komisi atau
panitia koperasi atas desakan pemuka masyarakat. Hasil dari komisi tersebut
melaporkan bahwa koperasi di Indonesia memang memang perlu dikembangkan.
Akhirnya pada tahun 1927 RUU koperasi yang disesuaikan dengan kondisi
Indonesia selesai dibuat dan diundangkan pada tahun itu juga, dengan keluarnya
Undang-undang koperasi tahun 1927, koperasi di Indonesia mulai bangkit dan
berkembang lagi.
UU No. 12 Th 1967
Organisasi ekonomi rakyat
UU No. 25 Th 1992
Badan usaha
2. Keanggotaan
hukum koperasi
hukum koperasi
Prinsip-prinsip koperasi
3. Landasan gerak/
kegiatan/operasi
4. kesosialan
Berwatak sosial
5. Asas
Kekeluargaan
Kekeluargaan
1.
2.
Bagian 4, Pasal 6,
Prinsip-prinsip Koperasi
Ayat 1 (primer):
sukarela
b. Pengelolaan dilakukan secara
demokratis.
dalam koperasi .
Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan
jasa masing-masing anggota
4.
5.
modal
e. Kemandirian
6.
Ayat 2 (sekunder)
a. Pendidikan perkoperasian
b. Kerjasama antar anggota
7.
umumnya ada 3 kelompok jasa anggota, yakni jasa simpanan, jasa partisipasi
dalam usaha (pinjam, membeli dagangan) dan jasa pengelolaan.
(4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Usaha koperasi tidak semata-mata bertujuan mencari laba, tetapi memberi
daya manfaat bagi anggota. Perlu disadarkan pada anggota bahwa pemupukan
modal yang mereka lakukan bukan bertujuan mencari laba. Dalam koperasi kredit,
pemerintah memasukkan ukuran tepat manfaat menjadi salah satu unsur
keberhasilan pemberian pinjaman pada anggota. Bunga pinjaman harus ditetapkan
secara wajar dan tidak memberatkan anggota, sebagai pembanding kelayakan
bunga koperasi adalah suku bunga bank yang berlaku. Begitu juga penetapan jasa
simpanan sukarela dan simpanan lain selain simpanan pokok dan wajib ditetapkan
terbatas sesuai dengan kemampuan koperasi artinya lebih kecil daripada bunga
pinjaman agar koperasi memiliki sisa untuk biaya operasionalnya.
(5) Prinsip Kemandirian
Koperasi diharapkan dapat mengembangkan usahanya sendiri berdasarkan
kemampuan anggota-anggotanya, tidak bergantung pada pihak lain. Memiliki
anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap koperasinya merupakan aset
yang sangat besar bagi berkembangnya koperasi. Harga diri dan kesadaran pribadi
akan mengakibatkan koperasi dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Prinsip
kemandirian dicetuskan dalam doktrin koperasi yakni, swadaya, swakerta, dan
swasembada. Swadaya artinya koperasi dikelola berdasarkan modal sendiri,
kekuatan sendiri dan kepentingan sendiri anggota-anggotanya. Swakerta berarti
kegiatan usaha koperasi untuk mencukupi kebutuhan sendiri para anggotanya,
bukan pihak lain di luar koperasi. Swasembada memiliki arti bahwa kegiatankegiatan dalam koperasi dilaksanakan sendiri, termasuk pengurus koperasi adalah
anggota terpilih harus mampu mengelola koperasi.
Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula
prinsip koperasi sebagai berikut:
(1) Pendidikan Perkoperasian
Maksudnya pendidikan perkoperasiaan memberikan bekal kemampuan
bekerja setelah mereka terjun dalam masyarakat karena manusia disamping
sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu, dan melalui usaha-usaha
10
Studi Kasus
Karyawan Outsourching Bentuk Koperasi Raih Penghargaan Terbaik Tingkat
Jawa Timur
MANDIRI NEWS | Hidup terus berjalan maka pantang putus asa dan
menyerah dengan keadaan, untuk meraih sukses hidup harus diperjuangkan
dengan kerja keras dan cerdas . Semangat karyawan outsourching Bank BRI di
Malang ini ternyata membuahkan hasil, Koperasinya meraih Penghargaan
Terbaik Tingat Propinsi Jawa Timur yang diserahkan langsung oleh Gubernur
Jawa Timur pada puncak acara hari Koperasi ke 68 di Tuban.
Koperasi yang diberi nama Karya Abadi ini memang berawal dari
munculnya banyak keluhan dari para karyawan outsourching, khususnya
karyawan outsourching PT. Prima Karya Sarana Sejahtera yang bekerja di Bank
BRI se Malang Raya meliputi Satpam, Pramubakti (office boy) dan Penjaga
Malam yang kesulitan memperoleh pinjaman bank karena statusnya sebagai
karyawan kontrak.
Kesulitan tersebut bukan membuat lemah justru menjadi cambuk untuk
berusaha dan atas usulan Agus Suwito, salah seorang karyawawn Bank BRI
Malang mereka diminta utnuk membentuk Usaha Simpan Pinjam dikalangan
mereka.
11
Ternyata usaha Simpan Pinjam yang dibentuk pada tahun 2004 oleh 60
orang karyawan outsourching itu mampu terus tumbuh dan berkembang yang
kemudian pada tahun 2008 ditingkatkan menjadi Koperasi oleh Agus Suwito,
Alfan Efendi, Rojikan, Surya Agus Ditiro dan Sunaryo dimintakan Badan Hukum
dengan nama Koperasi Serba Usaha Karya Abadi dan Agus Suwito didaulat
menjadi ketua.
Agus Suwito, Ketua Koperasi Serba Usaha Karya Abadi Malang ketika
ditemui Mandirinews mengatakan sejarah berdirinya Koperasi Karya Abadi
memang berawal dari usaha simpan pinjam para karyawan outsourching.
Pada awal kegiatanya Koperasi menempati kios di basement Kantor BRI Malang
dengan usaha Simpan Pinjam dan Pengadaan Peralatan Kantor (ATK). Melihat
perkembangan usaha koperasi, karyawan tetap (organik) Bank BRI pun mulai
banyak yang tertarik ikut bergabung dan menempatkan dananya dalam bentuk
Simpanan Berjangka.
KSU Karya Abadi mengemban visi dan misi sebagai lembaga pelayanan
usaha keuangan mikro berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan profesional,
mengangkat taraf kesejahteraan anggota dan masyarakat, memperkuat Koperasi,
perdagangan sektor riil kearah pengembangan yang berkelanjutan,
mengembangkan pelayanan usaha keuangan yang sehat dan profesional dan
mengembangkan semangat kewirausahaan anggota dan keluarga anggota.
Atas jerih payah yang dilakuakn selama ini, KSU Karya Abadi sekarang telah
memiliki 2 (dua) kantor milik sendiri di Jl. Raya Bandulan No. 178 sebagai kantor
utama dan di Jl. Raya Bandulan No. 208 Malang.
Sedangkan Produk unggulan Koperasi antara lain SIMKA ( Simpanan
Berjangka ) yang aman dan amanah, TAMADA ( Tabungan Masa Depan ) bungan
harian dan dapat diambil setiap saat serta Kredit cepat, mudah dan bunga ringan.
Dengan adanya dua kantor diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kepada anggota dan masyarakat sekitar yang pada umumnya banyak bekerja
sebagai buruh pabrik rokok di sekitar wilayah Bandulan Malang.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:
(1) Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 periode,
yaitu: periode penjajahan Belanda, periode pendudukan Jepang, dan periode
Kemerdekaan.
(2) Koperasi menurut Pasal 1 No. 1 UU RI No. 25 Tahun 1992, adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
(3) Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 adalah keanggotaan
bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaaan dilakukan secara demokratis,
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal dan kemandirian.
3.2 Saran
Makalah ini memiliki saran sebagai berikut:
(1) Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya mengetahui sejarah perkembangan koperasi di
Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang. Ikut berpartisipasi dalam
keanggotaan koperasi serta tidak melupakan sejarah-sejarah koperasi di
Indonesia dan senantiasa mengamalkan prinsip-prinsip koperasi yang ada.
(2) Bagi pemerintah
Pemerintah hendaknya menamkan kembali jiwa berkoperasi kepada
masyarakat Indonesia, menunjukkan kembali sejarah-sejarah pembentukan
koperasi kepada masyarakat serta memberikan wawasan dalam mengamalkan
prinsip-prinsip koperasi yang ada dalam UU No. 25 Tahun 1992.
13
DAFTAR RUJUKAN
Firdaus, Muhammad & Susanto Edhi, Agus. 2004. Perkoperasian sejarah, teori,
dan praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Geliat. 2015. Karyawan Outsourching Bentuk Koperasi Raih Penghargaan
Terbaik Tingkat Jawa Timur. (Online), (http://mandirinews.com/?p=4664),
diakses 19 September 2016.
Harsoyo. 2005. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Suhardi. 2012. Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di
Indonesia. Jakarta: Akademia.
14