Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan, demikian
perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan atas kekeluargaan
adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka
yang berusaha sebagai suatu keluarga, di sini tak ada pertentangan antara majikan
dan buruh, antara pemimpin dan pekerja (Hatta,1954:203)
Di dalam menjalankan tugasnya koperasi memiliki landasan yang akan
dijalankan untuk melakukan aktifitasnya yaitu: 1). Landasan Idiil, landasan idiil
koperasi adalah pancasila, oleh karena itu, semua kegiatan koperasi harus
berpedoman kepada pancasila agar tercapai cita-citanya dan menjadi landasan
moral bagi seluruh anggota koperasi. 2). Landasan Struktural, landasan struktural
koperasi Indonesia adalah UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat (1). Dalam pasal
33 ayat (1) terkandung makna bahwa segala kegiatan koperasi adalah usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 3). Landasan Mental, landasan mental
koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Rasa
kesetiakawanan tersebut harus diikuti oleh kesadaran diri untuk maju dan
berkembang guna meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi. 3). Landasan
Operasional, landasan operasional merupakan tata aturan kerja yang harus diikuti
dan ditaati oleh anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan
koperasi dalam melakukan tugas masing - masing.
Koperasi Indonesia saat ini keberadaannya diatur dalam UU No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian. Alasan dikeluarkannya UU No 25 Tahun 1992 untuk
menyesuaikan dengan keadaan dan sekaligus memenuhi tuntutan serta mampu
mengatasi tantangan. UU No. 25/1992 lebih menekankan pada memacu
pengembangan usaha berlandaskan wawasan kemandirian dan profesionalisme.

1.2 Rumusan Masalah


(1) Bagaimana sejarah koperasi pada UU No. 25 tahun 1992?
(2) Bagaimana pengertian koperasi pada UU No.25 tahun 1992?
(3) Bagaimana prinsip-prinsip koperasi pada UU No. 25 tahun 1992?
1.3 Tujuan
(1) Untuk mengetahui sejarah koperasi berdasarkan UU No. 25 tahun 1992.
(2) Untuk mengatahui pengertian koperasi berdasarkan UU No. 25 tahun 1992.
(3) Untuk mengetahui prinsip-prinsip koperasi berdasarkan UU No. 25 tahun
1992.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992
Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 3
periode, yaitu: periode penjajahan Belanda, periode pendudukan Jepang, dan
periode Kemerdekaan.
(1) Periode Penjajahan Belanda
Pada awal 1896 seorang patih di Purwokerto ( yang bernama R. Aria Wiria
Atmadja) merintis pendirian suatu bank simpanan ( hulp end spaarbank ) untuk
menolong para pegawai negeri (kaum priyayi) yang terjerat hutang pada lintah
darat. Pada tahun 1898 ide tersebut diperluas, bank tidak hanya membantu
pegawai negeri saja, tetapi juga petani dan pedagang kecil. Ide dari R. Aria Wiria
Atmadja tersebut tidak dapat berlanjut karena mendapat rintangan dari pemerintah
penjajah pada waktu itu. Tindakan politik pemerintah penjajah yang merintangi
usaha R. Aria Wiria Atmadja pada waktu itu dapat dibuktikan dengan didirikannya
Algemene nallescrediet bank, rumah gadai, dan bank desa.
Bersamaan dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908 dan
dibantu oleh Sarikat Islam melahirkan koperasi utama di Indonesia. Namun
demikian, perkembangan koperasi pada waktu itu kurang memuaskan karena
adanya hambatan dari pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda khawatir koperasi makin tumbuh dan berkembang
dikalangan Bumi Putra. Agar perkembangan koperasi tidak makin meluas,
pemerintah Belanda pada tahun 1915 mengeluarkan Undang-undang . Pada tahun
1915 itulah dikeluarkan undang-undang koperasi yang pertama di Indonesia.
Undang-undang koperasi tahun 1915 kemudian mendapat tantangan keras dari
pemuka masyarakat Indonesia, khususnya dari kaum gerakan nasional.
Akhirnya pada tahun 1920 pemerintah Belanda membentuk suatu komisi atau
panitia koperasi atas desakan pemuka masyarakat. Hasil dari komisi tersebut
melaporkan bahwa koperasi di Indonesia memang memang perlu dikembangkan.
Akhirnya pada tahun 1927 RUU koperasi yang disesuaikan dengan kondisi
Indonesia selesai dibuat dan diundangkan pada tahun itu juga, dengan keluarnya
Undang-undang koperasi tahun 1927, koperasi di Indonesia mulai bangkit dan
berkembang lagi.

(2) Periode Pendudukan Jepang


Pada tahun 1942-1945, pada zaman pendudukan Jepang, koperasi
dijadikan sebagai alat untuk pendistribusian barang-barang keperluan tentara
Jepang. Koperasi yang ada diubah menjadi Kumiai yang berfungsi sebagai
pengumpul barang untuk keperluan perang.
(3) Periode Kemerdekaan
Sejak proklamasi kemerdekaan, koperasi sudah mendapat landasan hukum
yang kuat di dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 beserta penjelasannya. Gerakan
koperasi seluruh Indonesia mengadakan kongres pertama pada tanggal 12 Juli
1947. Pada tahun 1953 Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan kongres kedua
dimana salah satu keputusannya adalah menetapkan Bung Hatta sebagai Bapak
Koperasi Indonesia. Pada tahun 1958 pemerintah mengeluarkan UU Koperasi No.
79 Tahun 1958 UU ini dibuat berdasarkan UUDS 1950 pasal 38, dimana isinya
sama dengan ketentuan pasal 33 UUD 1945.
Dengan dikeluarkannya UU ini, maka peraturan koperasi tahun 1933 dan
tahun 1949 dinyatakan batal. Dengan diberlakukannya UU No. 79 Tahun 1958,
koperasi semakin maju dan berkembang dimana-mana. Dalam peraturan ini
ditentukan bahwa pemerintah bersikap sebagai pembina dan pengawas
perkembangan koperasi. Pada tahun 1960 keluar Inpres No.2 Tahun 1960 yang
isinya antara lain bahwa untuk mendorong pertumbuhan gerakan koperasi harus
ada kerja sama antara jawatan dengan masyarakat, dalam satu lembaga yang
disebut Badan Penggerak Koperasi (Bapengkop). Pada tanggal 2-10 Agustus 1965
diselenggarakan munas II, yang kemudian melahirkan Undang Undang No.4
Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, tetapi dalam UU ini pun masih
terdapat unsur-unsur politik yang masuk ke dalam koperasi, artinya koperasi
masih dijadikan alat perjuangan dari partai- partai politik yang berkuasa.
UU No. 14 Tahun 1965 dengan UU baru yang benar-benar dapat
menempatkan koperasi pada fungsi sebagaimana mestinya, yakni sesuai dengan
UUD 1945 pasal 33 ayat 1. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1967
pemerintah dengan persetujuan DPRGR telah berhasil membuat UU No.12 Tahun
1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Dengan keluarnya UU No.12 Tahun
1967 ini maka koperasi-koperasi yang ada pada waktu itu mulai ditertibkan.
Dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 1967 merupakan tonggak sejarah koperasi

yang sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan koperasi di Indonesia yang


waktu itu berada diambang kehancuran akibat penyelewengan UU No. 14 Tahun
1965. Setelah berlaku selama 25 tahun, UU No.12 Tahun 1967 dianggap sudah
tidak sesuai lagi dengan keadaan, tuntutan dan tantangan yang dihadapi oleh
koperasi, sehingga perlu dikeluarkan UU yang baru. Pada tanggal 21 Oktober
1992 diundangkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian untuk
menggantikan UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992 berlaku hingga
saat ini.
2.2 Pengertian Koperasi Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992
Pengertian Koperasi, pasal 3 UU No. 12 Tahun 1967, Koperasi Indonesia
adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orangorang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasrkan atas asas kekeluargaan. Sedangkan pada Pasal
1 No. 1 UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, menegaskan bahwa
yang dimaksud dengan, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari kedua pengertian koperasi tersebut diatas akan kita pelajari beberapa
hal sebagai berikut:
Tabel 1.
Perbandingan Aspek-aspek yang Terkandung dalam UU No. 12 Tahun
1967 dan UU No. 25 Tahun 1992
Hal/aspek
1. Bentuk

UU No. 12 Th 1967
Organisasi ekonomi rakyat

UU No. 25 Th 1992
Badan usaha

2. Keanggotaan

Orang-orang atau badan

Orang seorang atau badan

hukum koperasi

hukum koperasi

Tata susunan ekonomi

Prinsip-prinsip koperasi

3. Landasan gerak/
kegiatan/operasi

Sebagia usaha bersama

4. kesosialan

Berwatak sosial

Gerakan ekonomi rakyat

5. Asas

Kekeluargaan

Kekeluargaan

Jika dipandang secara sepintas pengertian koperasi pada UU No. 12 Th


1967 tampak lebih sosialistis daripada pengertian pada UU No.25 Th 1992.
Sedangkan pengertian koperasi pada UU No. 25 Tahun 1992 tampak lebih
condong ke sifat kapitalistis. Hal ini ditunjukkan dengan pengertian badan usaha.
Pengertian badan usaha secara singkat adalah organisasi faktor-faktor produksi
yang berproduksi untuk pasar dengan tujuan memperoleh laba.
Pengertian koperasi pada UU No. 12 tahun 1967 adalah organisasi
ekonomi rakyat. Pada dasarnya sebenarnya juga dapat diartikan sebagai kegiatan
usaha rakyat. Dengan melihat unsur-unsur definisi selanjutnya serba bernuansa
rakyat, dalam kebersamaan dan kekeluargaan. Koperasi memiliki dua aspek yaitu
ekonomi dan sosial. Sebagai organisasi ekonomi maka koperasi tunduk pada
hukum, hukum ekonomi dan efisien. Sebagai organisasi sosial maka koperasi
perlu mengutamakan dimensi kehidupan sosial yaitu peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat .
Oleh karena itu perlu diingat bahwa koperasi mempunyai dua tujuan, yaitu
tujuan utama dan tujuan antara. Tujuan antara adalah tujuan ekonomis dan tujuan
utama adalah peningkatan kualitas hidup masyarakat baik anggota koperasi
maupun masyarakat lingkungan kerja koperasi tersebut. Beberapa unsur lain dan
pengertian koperasi dalam kedua pengertian tersebut tidak berbeda, misalnya
aspek keanggotan, sosial asas. Sedangkan dalam pengertian koperasi menurut UU
No. 25 Tahun 1992, ditegaskan landasan gerak badan usaha ini adalah prinsipprinsip koperasi.
2.3 Prinsip-prinsip Koperasi Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992
Dalam bagian ini dibahas mengenai prinsip-prinsip koperasi baik yang
dimuat dalam UU No. 12 Tahun 1967 dan dalam UU No. 25 Tahun 1992. Berikut
6

merupakan tabel yang membandingkan kedua UU yang mengatur tentang


koperasi.
Tabel 2
Perbandingan Prinsip-prinsip Koperasi
antara UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992
No.

1.

2.

UU No.12 Tahun 1967 Bab IV,

UU No. 25 Tahun 1992, Bab III,

Bagian 4, Pasal 6,

Bagian Kedua, Pasal 5,

Sendi-Sendi Dasar Koperasi


Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka

Prinsip-prinsip Koperasi
Ayat 1 (primer):

untuk setiap warga negara Indonesia.

a. Keanggotaan bersifat terbuka dan

Rapat anggota merupakan kekuasaan

sukarela
b. Pengelolaan dilakukan secara

tertinggi sebagai pencerminan demokrasi


3.

demokratis.

dalam koperasi .
Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan
jasa masing-masing anggota

4.

Adanya pembatas bunga atas modal

adil dan sebanding dengan besarnya


jasa usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian jasa yang terbatas terhadap

5.

Mengembangkan kesejahteraan anggota

modal
e. Kemandirian

6.

khususnya dan masyarakat pada umumnya


Usaha dan ketatalaksanaan bersifat terbuka

Ayat 2 (sekunder)

Swadaya, swakerta dan swasembada

a. Pendidikan perkoperasian
b. Kerjasama antar anggota

7.

sebagai pencerminan daripada prinsip


dasar: percaya pada diri sendiri
Ada perbedaan yang mencolok antara prinsip-prinsip koperasi pada UU
No. 12 Tahun 1967 dan pada UU No. 25 Tahun 1992. Lebih-lebih bila kita
perhatikan prinsip pertama sampai dengan prinsip keempat. Mulai prinsip kelima
sampai dengan prinsip ketujuh dari UU No. 12 Th 11967 berbeda sajiannya
dengan prinsip-prinsip No.5 ayat 1 dan ayat 2, prinsip a dan b dalam UU No. 25
Tahun 1992.
Mengenai sendi dasar ke 6 dalam UU No. 12 Tahun 1967 boleh dikatakan
merupakan arah dan tujuan final dari koperasi. Sedangkan prinsip tersebut tak
7

dimuat dalam UU No. 25 Th 1992 sebagai prinsip, mungkin karena sudah


dimasukkan dalam pengertian tujuan (Bab II, Bagian Kedua, Pasal 3, UU No. 25
Th 1992). Mengenai sendi dasar ke 6 dalam UU No. 12 Th 1967, juga tidak
muncul dalam prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 Th 1992. Hal ini dapat
ditafsirkan bahwa, Usaha dan ketatalaksanaan bersifat terbuka ini sudah masuk
dalam pengertian pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas dapatlah disimpulkan bahwa
koperasi perlu menegaskan kembali komitmennya mengenai kemajuan pendidikan
dan kerjasama antar koperasi. Karena kedua hal ini saling mempengaruhi dan
saling mendorong bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
2.3.1

Fungsi dan Peran Koperasi Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992


Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 menetapkan bahwa koperasi bertujuan

memajukan kesejahteraan anggota pada umumnya, serta ikut membangun tatanan


perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berdasarkan Pansila dan Undang-undang Dasar1945. Berdasarkan
tujuan koperasi tersebut, maka fungsi dan peran koperasi ditetapkan dalam pasal 4
sebagai berikut:
(1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
(2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
(3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
(4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
2.3.2

Prinsip-prinsip Koperasi Pasal 5 Ayat 1 dan 2 UU No. 25 Tahun 1992


Prinsip umum koperasi dalam pasal 5 ayat 2 UU No. 25 Tahun 1992 terdiri

atas pendidikan perkoperasian terus-menerus dan bekerjasama antar koperasi.


Prinsip ini sesuai dengan tujuan dan usaha-usaha International Cooperative
Alience ( ICA) antara lain memajukan pendidikan koperasi di semua negara

anggota dan mengadakan kerjasama dengan lembaga internasional lain, misalny:


UNO, ILO. Sedangkan prinsip utama koperasi sesuai Pasal 5 ayat 1 UU No. 25
Tahun 1992 adalah sebagai berikut:
(1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Sukarela mengandung arti tidak ada unsur paksaan atau tekanan dari pihak
manapun. Kesadaran menjadi anggota, artinya bukan warisan menjadi anggota,
serta bukan atas perintah menjadi anggota. Apabila syarat ini dilaksanakan maka
koperasi akan dapat berkembang mencapai tujuannya secara efektif, karena
anggota akan aktif berperan dalam koperasinya. Terbuka mengandung arti bahwa
yang menjadi anggota koperasi siapa saja, tidak membedakan agama, suku, jenis
kelami, dan pembedaan-pembedaan lain. Tetapi, terbuka yang bertanggung jawab,
artinya tidak seenaknya masuk keluar dalam keanggotaan, dan sesuai dengan
kepentingan ekonomi bersama dengan ikatan pemersatu bukan individual.
(2) Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
Penyusunan rencana, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan
koperasi dilaksanakan secara demokratis. Demokrasi dalam koperasi
direalisasikan dalam Rapat Anggota yang memiliki kekuasaan tertinggi. Dengan
satu orang anggota satu suara, dan berdasarkan suara terbanyak, atau musyarawah
untuk mencapai mufakat, berdasarkan dari anggota, oleh anggota, dan untuk
anggota setiap kali koperasi akan mengambil keputusan/kebijakan-kebijakan.
(3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) menurut Pasal 45 UU No. 25 Tahun
1992 merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan. Persentase pembagian SHU besarnya berbedabeda dan dengan macam-macam pembagian, SHU setelah dikurangi dana
cadangan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa anggota, serta untuk
pendidikan perkoperasian dan keperluan lain, sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota. Sedangkan, prinsip adil mengandung arti bahwa anggota yang memiliki
jasa besar dalam usaha koperasi akan memperoleh SHU yang besar pula. Jasa
anggota didasarkan pada partisipasi anggota dalam usaha koperasi. Pada

umumnya ada 3 kelompok jasa anggota, yakni jasa simpanan, jasa partisipasi
dalam usaha (pinjam, membeli dagangan) dan jasa pengelolaan.
(4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Usaha koperasi tidak semata-mata bertujuan mencari laba, tetapi memberi
daya manfaat bagi anggota. Perlu disadarkan pada anggota bahwa pemupukan
modal yang mereka lakukan bukan bertujuan mencari laba. Dalam koperasi kredit,
pemerintah memasukkan ukuran tepat manfaat menjadi salah satu unsur
keberhasilan pemberian pinjaman pada anggota. Bunga pinjaman harus ditetapkan
secara wajar dan tidak memberatkan anggota, sebagai pembanding kelayakan
bunga koperasi adalah suku bunga bank yang berlaku. Begitu juga penetapan jasa
simpanan sukarela dan simpanan lain selain simpanan pokok dan wajib ditetapkan
terbatas sesuai dengan kemampuan koperasi artinya lebih kecil daripada bunga
pinjaman agar koperasi memiliki sisa untuk biaya operasionalnya.
(5) Prinsip Kemandirian
Koperasi diharapkan dapat mengembangkan usahanya sendiri berdasarkan
kemampuan anggota-anggotanya, tidak bergantung pada pihak lain. Memiliki
anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap koperasinya merupakan aset
yang sangat besar bagi berkembangnya koperasi. Harga diri dan kesadaran pribadi
akan mengakibatkan koperasi dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Prinsip
kemandirian dicetuskan dalam doktrin koperasi yakni, swadaya, swakerta, dan
swasembada. Swadaya artinya koperasi dikelola berdasarkan modal sendiri,
kekuatan sendiri dan kepentingan sendiri anggota-anggotanya. Swakerta berarti
kegiatan usaha koperasi untuk mencukupi kebutuhan sendiri para anggotanya,
bukan pihak lain di luar koperasi. Swasembada memiliki arti bahwa kegiatankegiatan dalam koperasi dilaksanakan sendiri, termasuk pengurus koperasi adalah
anggota terpilih harus mampu mengelola koperasi.
Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula
prinsip koperasi sebagai berikut:
(1) Pendidikan Perkoperasian
Maksudnya pendidikan perkoperasiaan memberikan bekal kemampuan
bekerja setelah mereka terjun dalam masyarakat karena manusia disamping
sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu, dan melalui usaha-usaha

10

pendidikan perkoperasian dan partisipasi anggota sangat di hargain dan dianjurkan


dalam berkehidupan koperasi, selain itu juga melalui pendidikan perkoperasiaan
setiap orang dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing.
(2) Kerjasama antar koperasi
Maksudnya adanya hubungan kerjasama antar koperasi satu dengan
koperasi lainnya untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama dan dengan adanya kerjasama antar koperasi
dapat mewujudkan kesejahteraan koperasi tersebut.

Studi Kasus
Karyawan Outsourching Bentuk Koperasi Raih Penghargaan Terbaik Tingkat
Jawa Timur
MANDIRI NEWS | Hidup terus berjalan maka pantang putus asa dan
menyerah dengan keadaan, untuk meraih sukses hidup harus diperjuangkan
dengan kerja keras dan cerdas . Semangat karyawan outsourching Bank BRI di
Malang ini ternyata membuahkan hasil, Koperasinya meraih Penghargaan
Terbaik Tingat Propinsi Jawa Timur yang diserahkan langsung oleh Gubernur
Jawa Timur pada puncak acara hari Koperasi ke 68 di Tuban.
Koperasi yang diberi nama Karya Abadi ini memang berawal dari
munculnya banyak keluhan dari para karyawan outsourching, khususnya
karyawan outsourching PT. Prima Karya Sarana Sejahtera yang bekerja di Bank
BRI se Malang Raya meliputi Satpam, Pramubakti (office boy) dan Penjaga
Malam yang kesulitan memperoleh pinjaman bank karena statusnya sebagai
karyawan kontrak.
Kesulitan tersebut bukan membuat lemah justru menjadi cambuk untuk
berusaha dan atas usulan Agus Suwito, salah seorang karyawawn Bank BRI
Malang mereka diminta utnuk membentuk Usaha Simpan Pinjam dikalangan
mereka.
11

Ternyata usaha Simpan Pinjam yang dibentuk pada tahun 2004 oleh 60
orang karyawan outsourching itu mampu terus tumbuh dan berkembang yang
kemudian pada tahun 2008 ditingkatkan menjadi Koperasi oleh Agus Suwito,
Alfan Efendi, Rojikan, Surya Agus Ditiro dan Sunaryo dimintakan Badan Hukum
dengan nama Koperasi Serba Usaha Karya Abadi dan Agus Suwito didaulat
menjadi ketua.
Agus Suwito, Ketua Koperasi Serba Usaha Karya Abadi Malang ketika
ditemui Mandirinews mengatakan sejarah berdirinya Koperasi Karya Abadi
memang berawal dari usaha simpan pinjam para karyawan outsourching.
Pada awal kegiatanya Koperasi menempati kios di basement Kantor BRI Malang
dengan usaha Simpan Pinjam dan Pengadaan Peralatan Kantor (ATK). Melihat
perkembangan usaha koperasi, karyawan tetap (organik) Bank BRI pun mulai
banyak yang tertarik ikut bergabung dan menempatkan dananya dalam bentuk
Simpanan Berjangka.
KSU Karya Abadi mengemban visi dan misi sebagai lembaga pelayanan
usaha keuangan mikro berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan profesional,
mengangkat taraf kesejahteraan anggota dan masyarakat, memperkuat Koperasi,
perdagangan sektor riil kearah pengembangan yang berkelanjutan,
mengembangkan pelayanan usaha keuangan yang sehat dan profesional dan
mengembangkan semangat kewirausahaan anggota dan keluarga anggota.
Atas jerih payah yang dilakuakn selama ini, KSU Karya Abadi sekarang telah
memiliki 2 (dua) kantor milik sendiri di Jl. Raya Bandulan No. 178 sebagai kantor
utama dan di Jl. Raya Bandulan No. 208 Malang.
Sedangkan Produk unggulan Koperasi antara lain SIMKA ( Simpanan
Berjangka ) yang aman dan amanah, TAMADA ( Tabungan Masa Depan ) bungan
harian dan dapat diambil setiap saat serta Kredit cepat, mudah dan bunga ringan.
Dengan adanya dua kantor diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kepada anggota dan masyarakat sekitar yang pada umumnya banyak bekerja
sebagai buruh pabrik rokok di sekitar wilayah Bandulan Malang.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:
(1) Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 periode,
yaitu: periode penjajahan Belanda, periode pendudukan Jepang, dan periode
Kemerdekaan.
(2) Koperasi menurut Pasal 1 No. 1 UU RI No. 25 Tahun 1992, adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
(3) Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 adalah keanggotaan
bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaaan dilakukan secara demokratis,
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal dan kemandirian.
3.2 Saran
Makalah ini memiliki saran sebagai berikut:
(1) Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya mengetahui sejarah perkembangan koperasi di
Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang. Ikut berpartisipasi dalam
keanggotaan koperasi serta tidak melupakan sejarah-sejarah koperasi di
Indonesia dan senantiasa mengamalkan prinsip-prinsip koperasi yang ada.
(2) Bagi pemerintah
Pemerintah hendaknya menamkan kembali jiwa berkoperasi kepada
masyarakat Indonesia, menunjukkan kembali sejarah-sejarah pembentukan
koperasi kepada masyarakat serta memberikan wawasan dalam mengamalkan
prinsip-prinsip koperasi yang ada dalam UU No. 25 Tahun 1992.

13

DAFTAR RUJUKAN
Firdaus, Muhammad & Susanto Edhi, Agus. 2004. Perkoperasian sejarah, teori,
dan praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Geliat. 2015. Karyawan Outsourching Bentuk Koperasi Raih Penghargaan
Terbaik Tingkat Jawa Timur. (Online), (http://mandirinews.com/?p=4664),
diakses 19 September 2016.
Harsoyo. 2005. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Suhardi. 2012. Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di
Indonesia. Jakarta: Akademia.

14

Anda mungkin juga menyukai