Anda di halaman 1dari 26

TUGAS AKHIR ISU PERKEMBANGAN MUTAHIR PPKN

Disusun oleh:

Pandhu wahyu subali (E1B019161)

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2020
SUMMARY TUGAS 1

Ruang Lingkup Materi PPKn

Disusun oleh:

PANDHU WAHYU SUBALI (E1B019161)

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2020
TUGAS 1
A. Dimensi Kajian PPKn

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki dimensi kajian yang terdiri dari
dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kewarganegaraan. Dimensi pengetahuan
kewarganegaraan atau (civics knowledge) mencakup politik, hokum, dan moral. Dimensi
keterampilan kewarganegaraan (civics skill) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dan dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) diantaranya
mencakup: percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, normal, dan, moral. Ketiga
dimensi kajian dimaksud akan berkait erat dengan lingkup bahasan materi Pendidikan
Kewarganegaraan.

B. Ruang Lingkup Kajian PPKn

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai


berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI.

2. Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, system hokum dan peradilan nasional, hukum
dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: gotong royong, harga diri sebagai masyarakat,
kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,


konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara
dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintah daerah
dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat
demokrasi.
7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai- nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era


globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.

TUGAS 2
NAMA: pandhu wahyu subali

NIM : E1B019161

KELAS: 3D PPKn

MK : ISU PERKEMBANGN MUTAKHIR PPKn

ISU DAN PERKEMBANGAN MUTAKHIR PPKN TENTANG RANAH DOMAIN


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

pengembangan khususnya dalam ranah domain pendidikan kewarganegaraan adalah ;


penelitian Tukiran tentang Efektifitas Implementasi Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis Portofolio (2005), penelitian Kokom Komalasari tentang Pengaruh
Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi
Kewarganegaraan siswa SMP (2008) dan penelitian Nurul Zuriah tentang Kajian Teoritik
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-Dialogis Mahasiswa melalui Pendekatan
Pembelajaran DDCT dalam Perkuliahan PKn/CE di Lingkungan PTM (2008). Penelitian yang
berkaitan dengan ranah pendidikan kewarganegaraan sebagai program sosio kultural misalnya
penelitian Yuyus Kardiman tentang Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs
Kewarganegaraan (2008). Beberapa temuan dari penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Bahwa model pembelajaran PKn berbasis portofolio lebih efektif untuk meningkatkan
pembelajaran PKn di perguruan tinggi terbukti dapat meningkatkan tanggapan positif
mahasiswa terhadap perkuliahan PKn, sikap demokratis, tanggapan terhadap integrasi
nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban, dan kesadaran terhadap HAM dalam diri
mahasiswa (Tukiran, 2005)

b. Pembelajaran kontekstual berpengaruh signifikan terhadap kompetensi kewarganegaraan


siswa, pembelajaran kontekstual berintikan pada valueeducation, dan memiliki kontribusi
besar terhadap disposisi/sikap kewarganegaraan siswa Pendekatan penanaman nilai dan
klarifikasi nilai berkontribusi terhadap sikap kewarganegaraan. Pendekatan
perkembangan kognitif dan analisis nilai berkontribusi terhadap ketrampilan intelektual.
Sedangkan pendekatan pembelajaran berbuat berkontribusi terhadap ketrampilan
partisipasi. (Kokom Komalasari, 2008)

c. Perkuliahan PKn di perguruan tinggi menunjukkan bahwa pembelajaran/perkuliahan


PKn/CE yang terjadi selama ini berlangsung monolitik, kurang demokratis, membosankan dan
tidak optimal. Fenomenanya sebagai berikut: Perkuliahan PKn/CE materinya terlalu banyak & luas,
Pembelajaran dilakukan kurang menarik dan membosankan. Metode pembelajaran yang ada selama
ini cenderung kurang bervariasi dan kurang melibatkan mahasiswa. Mahasiswa umumnya kurang
menyenangi pelajaran/ perkuliahan PKn/CE karena harus banyak menghafal dan banyak membaca.
Dosen PKn/CE cenderung belum siap mengajar secara kontekstual, kurang enjoyfull learning
(belajar dengan menye- nangkan) dan masih berpola “textbookish”. Karena itu perlu upaya inovasi
dan reorientasi model pembelajaran PKN/CE berbasis DDCT (Deep Dialogue dan Critical
Thinking) yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis- dialogis mahasiswa di
lingkungan perguruan tinggi. Kemampuan berpikir kritis merupakan ciri dari pembelajaran
demokrasi sekaligus ciri dari PKn di era demokrasi. (Nurul Zuriah, 2008).

d. Pembangunan karakter bangsa tidak saja menjadi tanggung jawab dunia persekolahan
tetapi juga menjadi tanggung jawab situs-situs kewarganegaraan di luar persekolahan.
Hal ini menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan yang di mana di dalamnya
terdapat pendidikan karakter, tidak hanya menjadi mata pelajaran persekolahan, tetapi
menjadi pendidikan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat (Community civic
education). Situs-situs kewarganegaraan seperti Pelatihan Manajemen Qalbu yang
dilakukan oleh Daarut Tauhid Training Center, berupaya membangun karakter yang kuat
seperti gigih, disiplin, ulet, rajin dan karakter baik seperti , rendah hati, ikhlas, Pelatihan
ESQ yang dilakukan oleh Emotional Spiritual Quotient Leadership Center, berupaya
membangun karakter yang dideklarasikan menjadi tujuh budi utama yaitu jujur,
tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli Adapun Majelis Taklim
secara umum berupaya membangun karakter iman dan takwa terhadap jemaahnya (Yuyus
Kardiman, 2008).
Kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat diketahui dari berbagai
dukumen kenegaraan yang disusun oleh pemerintah. Secara formal, pendidikan kewarganegaraan
di Indonesia dapat dikatakan belum mantap. Terbukti sampai saat ini belum ada kejelasan
tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia , yaitu belum keluarnya peraturan perundang –
undangan yang mengatur secara komprehensif tentang pendidikan kewarganegaraan. Secara
parsial, istilah pendidikan kewarganegaraan memang dapat diketemukan dalam berbagai
dokumen resmi kenegaraan. Beberapa dokumen tersebut sebagai berikut:

a. Pasal 37 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan
kewarganegaraan Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan
kewarganegaraan

b. Penlasan atas pasal 37 yaitu pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk


membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air

c. Pasal 9 Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan


Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan”

d. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa ... “Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 ..”

e. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional


Republik Lndonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu.
Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi menyatakan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan termasuk matakuliah pengembangan kepribadian yang
memiliki kompetensi dasar agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki
daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila.

Isu & Perkembangan nilai moral saat ini

A. Moral merupakan cerminan bagaimana kepribadian negara tersebut, dan begitupula dengan
Indonesia. Bagaimana saat ini bobroknya moral masyarakat Indonesia yang sudah berada dalam
titik terendah dalam berkepribadian, buruknya moral masyarakat Indonesia dapat dilihat dari
contoh kedua kasus tersebut maupun contoh kasus lainya dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial budaya. Masyarakat Indonesia pun juga menyetujui degradasi moral terhadap bangsa ini,
banyak yang berpendapat bahwa moral Indonesia di jaman milenial ini atau zaman now, terlihat
kurang karena mungkin dari didikan serta digital yang berkuasa di era ini membuat para remaja
atau muda mudi menjadi kurang terdidik, ataupun pengaruh pengaruh dari faktor internal
maupun eksternal yang dialami pemuda jaman sekarang selain itu negara Indonesia yang sudah
memasuki era 4.0 yaitu canggihnya teknologi dapat membuat ataupun mendukung bobroknya
moral masyarakat yang berusia muda saat ini.

Bagaimaana kita sebagai pemuda masyarakat Indonesia mengatasi degradasi moral saat ini yang
semakin hari semakin meningkat, yaitu dengan cara melihat dari faktor internal dan eksternalnya
yang harus kita ubah pertama kali terdapat pada diri kita sendiri bagaimana cara kita untuk
mengontrol emosi, berpola pikir secara logis dan realistis, memiliki intelegensi yang tinggi,
meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, meningkatkan wawasan
pengetahuan, dan beramal shaleh. Sebagaimana sudah dikatakan dalam Alquran, “Sesungguhnya
engkau (Muhammad) berada pada landasan akhlak yang agun Nilai-nilai moral sudah ditanamkan
sejak keci lmulai dari keluarga, sekolah, dan lingkungan. Nilai-nilai moral sudah ditanamkan sejak
kecil mulai dari
keluarga, sekolah, dan lingkungan. Namun seiring berjalannya waktu, nilai- nilai moral pada
zaman sekarang sedikit dijumpai karena faktor pergaulan yang kurang baik. Moral termasuk akhlak
atau etika yang baik seperti perbuatan atau tingkah laku. Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa
Indonesia menjadi landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan
dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernagara. Nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Artinya sebagai sumber acuan dalam bertingkah laku dan bertindak dalam menentukan dan
menyusun tata aturan hidup berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang
tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat Indonesia sendiri. Maka nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila memang merupakan cita-cita bangsa
yaitu kita menginginkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasar dan selaras dengan
nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan cita-cita luhur bangsa sebagaimana diamanatkan dalam
pembukaan UUD 1945, maka sudah sewajarnya cita-cita itu diwujudkan dalam pengamalan
penyelenggaraan nagara.

Nilai-nilai Pancasila Sebagai Dasar Nagara. Menjadikan setiap tingkah laku dan setiap
pengambilan keputusan para penyelenggara negara dan pelaksana pemerintahan harus selalu
berpedoman pada Pancasila dan tetap memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur serta
memegang teguh cita-cita moral bangsa. Dengan Pancasila bangsa Indonesia menolak segala
bentuk penindasan, penjajahan dari suatu bangsa terhadap bangsa yang lain. Menolak segala
bentuk kekerasan dari manusia satu terhadap manusia lainnya, dikarenakan Pancasila sebagai
sumber nilai merupakan cita-cita moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari
bangsa Indonesia

B. Isu dan perkembangan terkini nilai dan moral

Akhir-akhir ini, nila-nilai pancasila sudah tidak dihiraukan dan sudah diabaikan oleh masyarakat
termasuk generasi muda didalamnya. Nilai pancasila yang seharusnya menjadi pandangan hidup,
dasar Negara, dan pemersatu Negara yang majemuk sekarang sudah terbengkalai tiada arti. Banyak
masyarakat yang tidak mementingkan Pancasila, sehingga norma, dan bahkan moral bangsa ini
sudah mulai memudar. Hal ini terlihat dari maraknya kejadian-kejadian yang bertentangan dengan
nilai Pancasila yang melanda Indonesia. Seperti contohnya pembunuhan, pemerkosaan, tawuran,
curanmor. Hal-hal diatas tersebut banyak dilakukan oleh remaja atau kaum muda Indonesia. Kaum
muda yang merupakan calon tulang punggung dan penerus bangsa malah melakukan hal yang
bertentangan dengan pancasila. Generasi akan kehilangan fungsinya sebagai penerus bangsa jika
hal ini terus berlangsung. Penyebab memudarnya nilai pancasila di kalangan remaja ialah adanya
globalisasi. Dengan adanya globalisasi, maka generasi muda dengan mudah dan cepat
mendapatkan segala informasi dari seluruh dunia. Informasi tersebut termasuk kebudayaan dan
cara hidup manusia dari berbagai belahan dunia. Dan karena kurangnya pengetahuan dan
bimbingan, kerap kali remaja tidak mampu menyaring informasi yang mereka dapat. Dan
kebanyakan remaja tidak berpikir panjang. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang berbau
barat itu keren dan dijadikan panutan. Padahal budaya barat sangat tidak sesuai dan berbeda dengan
budaya Indonesia. Misalnya budaya mengenakan pakaian, kesopanan, cara hidup, dan lain-lain.
Perbedaan tersebut yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan di atas.
Hal ini jika diteruskan pasti akan menjadikan bangsa Indonesia semakin mengalami keterpurukan.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Yang pertama, dari
dalam diri kita sendiri. Yaitu kita sebagai kaum muda harus mampu berpegang teguh dengan
kepribadian dan identitas kita, sebagai warga Indonesia. Jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal
baru yang belum tentu sesuai dengan budaya kita.Kemudian setelah kita memulai dari diri kita
sendiri, barulah pihak kedua dapat membantu. Misalnya dengan menyelenggarakan pembinaan dan
pengembangan generasi muda. Dengan adanya motivasi asas pembinaan dan pembangunan
generasi muda, diharapkan generasi muda mampu mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari dan diharapkan mampu memainkan dan menjalankan peran yang penting
dalam masa depan, dan mampu membawa Indonesia kea rah yang lebih baik.

C. Kesimpulan

Moral merupakan pedoman atau tolak ukur atas baik buruknya manusia dalam berperilaku.
Masyarakat merupakan sekolompok manusia yang hidup saling berinteraksi dengan tujuan
agar terpenuhinya kebutuhan dasar hidupnya dan memiliki kepentingan serta tujuan bersama.
Namun ketika moral dalam kehidupan masyarakat sudah mengalami pergeseran maka akan
menyebabkan terjadinya permasalahan-permasalahan perilaku masyarakat dalam lingkungan
kehidupan.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dimana pada zaman dahulu
anak-anak muda sangat sopan berbicara kepada orang tua dan mereka selalu jujur dalam berkata-
kata, anak- anak muda yang rajin untuk mengikuti kegiatan keagamaan dan rajin sholat
berjama’ah di mesjid dan anak-anak muda yang selalu sopan ketika berbicara dengan orang yang
lebih tua seperti kepada guru, dahulu ketika anak-anak muda bertemu dengan guru di jalan kalau
bertemu guru mereka langsung bersalaman. Namun, karena adanya pergeseran nilai-nilai moral
masyarakat membawa perubahan bagi anak- anak muda atau masyarakat zaman sekarang dimana
anak-anak muda yang suka berbohong, berbicara tidak sopan dan melawan orang tua, malas
mengikuti kegiatan keagamaan dan malas beribadah di mesjid maupun di rumah serta tidak adanya
sopan santun kepada orang yang lebih tua seperti kepada Guru, niniak mamak dan anggota
masyarakat lainnya. Pergeseran nila-nilai moral yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang tertanamnya nilai religius/agama, kurangnya
kontrol sosial masyarakat dan kurangnya kontrol orang tua. Kontrol orang tua merupakan hal
yang sangat berpengaruh besar terhadap perilaku anak-anak muda sekarang.
TUGAS 4
NAMA: Pandhu Wahyu Subali

NIM : E1B019161

KELAS: 3D PPKn

MK : ISU PERKEMBANGN MUTAKHIR PPKn

1. Secara individual mahasiswa mengidentifikasi isu dan perkembangan mutakhir PPKn dalam
karakter bangs

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencanaa untuk mewujudkan suasana belajar dan prooses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta kterempilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat dan Negara. Adapun pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan undang-undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar dari nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman.

Kalau kita analisa secara mendalam tujuan pendidikan nasional di Indonesia, maka masalah
karakter dapat dibedakan atas dua (2) dimensi. Pertama. Karakter Pribadi. Karakter Pribadi adalah
pendidikan karakter untuk membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang berkarakter
cerdas secara pribadi. Karakter pribadi inilah yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan,
lingkungan keluarga dan masyarakat. Karakter yang harus dimiliki secara pribadi ini adalah
karakter yang akan mendukung seorang manusia Indonesia yang menjadi warga negara agar
cerdas mengurusi diri sendiri dalam semua lapangan kehididupan yaitu, secara ideologi, politk,
ekonomi, sosial, budaya, agama, pertahanan dan keamanan. Karakter ini setidaknya ditandai oleh
kepemilikan sifat-sifat baik atau prilaku baik seperti taqwa pada Tuhan Yang Mahakuasa, jujur,
pekerja keras, disiplin, berakhlak mulia, beradat, taat azaz dan hukum, rajin, bertanggungjawab
dan mampu mengurusi diri sendiri dan ikut serta mengurusi lingkungan tempat tinggalnya agar
selalu aman, tenteram dan kondusif untuk semua kegiatan masyarakat.
Dimensi kedua adalah Karakter Kebangsaan. Karakter kebangasaan adalah karakter yang
diperlukan agar setiap orang Indonesia yang majemuk dan penuh dengan perbedaan-perbedaan
ini mampu dan bisa hidup bersama sebagai sebuah bangsa yang besar yaitu Bangsa Indonesia.
Maka karakter kebangsaan adalah karakter agar bangsa Indonesia yang manjemuk ini tetap
merasa sebagai satu keluarga besar yang walaupun berbeda-beda akan tetapi tetap menjadi satu
yaitu Bangsa Indonesia. Untuk menanamkan karakter kebangsaan ini kepada setiap pribadi atau
setiap warganagara Indonesia diprlukan Pendidikan Karakter Bangsa. Pendidikan karakter bangsa
adalah pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai dan prilakau baik agar setiap
warganegara mampu hidup rukun, damai, bekerjasama dan berjuang secara kolektif untuk
kemajuan bangsa Indonesia. Prilaku baik atau pendidikan karakter kebangsaan ini ditandai oleh
kepemilikkan prilaku baik atau sifat-sifat baik yaitu bangga sebagai bangsa Indonesia, jujur,
nasionalisme, patriotism, rela bekerban untuk bangsa, kekeluargaan, menghormati keberagaman,
toleransi, tidak membedakan suku, agama dan ras. Dengan demikian kita yang berasal dari
berbagai suku, agama dan ras tetap mantap sebagai sebagai sebuah bangsa yaitu bangsa
Indonesia.

Kemudian secara Karakter Kebangsaan lebih mnyedihkan lagi. Antara suku satu dengan suku
yang lain tidak lagi merasa sebangsa, antara satu sekolah dengan sekolah lain tidak lagi merasa
satu bangsa, antara desa dengan desa lain tidak lagi rukun, antar kelompok pemuda dengan
kelompok pemuda juga tidak rukun. Mungkin Partai politik yang ada juga tidak merasa memiliki
bangsa ini.Kita sebagai bangsa yang majemuk dan plural tidak lagi menyadari bahwa ada
sekumpulan nilai-nilai yang haus kita miliki bersama demi menjaga keutuhan Indonsia sebagai
satu bangsa. Nilai-nilai itu antara lain patriotism, nasionalisme, keluargaaan, toleranasi, saling
menghargai atar sesama, saling menghomati perbedaan perbedaan yang ada. Apapun sukunya,
agamamya, warna kulitnya, bentuk rambutnya, dari Sabang sampai Merauke dari Pulau Miangas
sampai ke Pulau Rote harus menjadi satu dan bangga menjadi satu bangsa yaitu kami bangsa
Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut tentulah tidak mudah dan tidak mungkin
tercapai tanpa usaha nyata dan kerja keras. Untuk itulah kita perlu memprogram pendidikan nilai-
nilai kebangsaan kepada semua elemen bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia kembali
menyadari bahwa mereka adalah satu bangsa yang besar. Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) Repubik Indonesia telah menggariskan bahwa kelestarian Indonesia sebagai sebuah
bangsa harus dijaga dan dibela. Maka MPR mengemukana ada empat pilar yang menopang
kehiduapan Karakter Kebangsaan Indonesia yaitu: UUD45 , Pancasila ,Bhineka Tunggal Ika.
Tugas 5

NAMA: pandhu wahyu

subali NIM :

E1B019161

KELAS: 3D PPKn

MK : ISU PERKEMBANGN MUTAKHIR PPKn

TUGAS: ISU PERKEMBANGAN MUTAKHIR PPKn DALAM BIDANG


HUKUM

1. mengidentifikasi isu dan perkembangan muktahir ppkn dalam bidang hukum?

Secara umum dipahami bahwa pendidikan hukum berlangsung di lingkungan perguruan


tinggi. Hingga sekarang pendidikan hukum pada fakultas-fakultas hukum di Indonesia
mempersiapkan orang untuk menjadi pejabat pemerintah (administrasi), pejabat kehakiman,
hakim dan jaksa, dan anggota dari profesi bebas (advokat). Dari susunan dan isi kurikulum secara
cara memberikan pengajaran dapat disimpulkan bahwa pendidikan iniditingkatkan kualitasnya,
mengingat pendidikan hukum di sekolah diintegrasikan melalui mata pelajaran yang relevan,
berbeda dengan pendidikan hukum di perguruan tinggi yang mempunyai mata kuliah dan fakultas
tersendiri.Penyelenggaran PKndimaksudkan untuk mengembangkan daya nalardan daya kritis
siswa,sehingga diarahkan membangun karakter bangsa yang merupakan bagian dari upaya
pengembangan warga negara yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Pada jenjang
pendidikan menengah dan tinggi, PKn bisa menjadi sarana sosialisasi hukum yang berlaku, siswa
atau mahasiswa merupakan generasi penerus diharapkanmemiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.

Hal ini berarti PKn turut andil dalam mengambil peran sebagai pendidikan hukum. Menurut
Cholisin, PKn sebagai pendidikan hukum dimaksudkan adalah dalam negara demokrasi yang
berdasarkan hukum. Karena Indonesia merupakan negara hukum, Pasal 1ayat (3) UUD
1945.Konsekuensi PKn dalam pendidikan politik, hukum, dan moral/karakter, maka kemampuan
berpartisipasi secara bertanggungjawab bagi warga negara harus sejalan dengan peraturan hukum
dan norma moral yang berlaku di masyarakatnya. Dengan adanya PKn sebagai pendidikan hukum
diharapkan generasi muda mampu menjadi agenperubahan dan penggerak dalam
memasyarakatkan pentingnya mengetahui dan memahamihukumkepada masyarakat luas,
karenamereka terhubung langsung dalam masyarakat, sehingga merekadisiapkan untuk mampu
menghadapi masalah-masalah, khususnyamasalah-masalah yang berkaitan dengan hukum yang
ada dalamkehidupan sehari-hari.Sejalan dengan acuan atau sistem keyakinan diri maupun
kehidupan (Kosasi Djahiri, 1996).
Nilai ada yang bersifat dasar yaitu nilai yang tidak berubah dan berlaku secara universal
disamping nilai yang bersifat subjektif, yaitu nilai yang bergantung pada budaya, waktu, dan
tempat (relativitas nilai), sehingga nilai dapat dibagi menjadi nilai objektif yang bersifat
intrinsik dan nilai subjektif yang bersifat ekstrinsik. Nilai adalah patokan atau standar pola-
pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah “satisfaction,
fulfillment, and meaning.” (Richard Merril, 1980).

2. Paper isu dan perkembangan muktahir ppkn dalam bidang hukum ?

Secara formal pendidikan kewaraganegaraan mulai diajarkan pada tingkat satuan pendidikan
dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam
pembelajaran yaitu pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan dan watak atau
karakter kewarganegaraan. Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyusun dan
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan kewarganegaraan yang baru sebagai respon
dalam menghadapi perubahan masyarakat Indonesia yang mengalami proses demokratisasi.
Adapun tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ituantara lain, Berfikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan, Berpartisipasi secara bermutu dan
bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara
yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan,
menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat,
memilikirasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain.Dengan terbentuknya sikap atau kebiasaan
warganegara seperti tersebut diatas maka akan berpengaruh positif terhadap budaya hukum
warganegara, yaitu budaya hukum yang sesuai dengan etika nilai-nilai pancasila sebagai dasar
Negara dan sekaligus sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Warganegara
seperti inilah yang mampu bersaing manakala Masyarakat ekonomi asean sdh berlaku sebagai
dampak dari globalisasi. Hukum yang dijalankan sesuai dengan etika dan nilai-nilai pancasila
maka itulah hukum yang berkeadaban.

TUGAS 6
NAMA: pandhu wahyu subali

NIM: E1B019161

KELAS: 3D PPKn

MK : ISU PERKEMBANGN MUTAKHIR PPKn

1. Mengidentifikasi isu dan perkembangan ppkn dalam bidang


pemerintahan?
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia di artikan sebagaipendidikan politik
yang fokus materi adalah peranan warga negara dalamkehidupan bernegara yang sesuai
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945, agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara berpendapat bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pendidikandemokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan
warga masyarakat berfikir kritisdan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan
kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

pemerintahan yang ada di tangan rakyat, rakyat yang memberikan ketentuan- ketentuan
dalam masalah-masalahkehidupannya termasuk menilai kebijakan pemerintah negara
karena hal tersebutmenentukan kehidupan rakyat banyak. Dengan demikian negara yang
menganut system demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kemauan
dan kehendak rakyat. Saat ini, demokrasi merupakan komoditas rejim konseptual yang
paling lakudi dunia ini, serta menjadi keimanan sebagian besar umat manusia sebagai
modelideal untuk mencapai tujuan perdamaian dan keadilan.Demokrasi tidak hanya.

berdiri kokoh di tempat kelahirannya saja, tetapi telah sedemikian jauhmengglobal dari
Barat ke timur, mengalir dari utara ke selatan. Tentu saja prosesperpindahan dan
penyebaran demokrasi tidak seperti yang dibayangkan Tidaksemudah yang diperkirakan
dan tidak Semudah yang diharapkan. Karenademokrasi tidak hanya terkait sistem yang
kokrit, tetapi juga syarat akan muatannilai, ide, konsepsi yang lebih abstrak sifatnya.
Atau dengan kata lain demokrasiitu tidak hanya mempermasalahkan mekanisme
perwujudan dan pembentukansistem (prosedural) atau schumpeterian tetapi juga terkait
dengan substansi(hakekat) yang sifatnya fundamental.

TUGAS 7
NAMA: pandhu wahyu subali

NIM: E1B019161

KELAS: 3D PPKn

MK : ISU PERKEMBANGN MUTAKHIR PPKn

ISU DAN PERKEMBANGAN MUTAKHIR DALAM BIDANG POLITIK


- Kondisi politik kita tak lama sebelum pandemi COVID-1 9 dapat dikatakan
mengalami turning point bagi demokrasi. Ini sebenarnya hanya kelanjutan dari situasi
yang secara umum tengah terjadi. Kondisi ini tercermin dari upaya pemerintah
menelurkan berbagai kebijakan kontroversial, yang kemudian ramai disoroti dan dikritisi
oleh masyarakat. Ketiga kebijakan itu adalah (1 ) Revisi UU KPK atau di kalangan pegiat
demokrasi dikenal sebagai UU pelemahan KPK; (2) UU KUHP, yang membuka peluang
intervensi kepentingan negara dalam ranah privat; dan (3) RUU Cipta Kerja/Omnibus
Law, yang dalam banyak aspeknya lebih memberikan keuntungan kepada kaum pebisnis
besar atau investor ketimbang pekerja/buruh.

Dua yang pertama telah memicu ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia untuk kembali ke jalan.
Meski kemudian berhasil diredam oleh aparat, sebagian dilakukan dengan menggunakan
kekerasan. Apa yang diperjuangkan pun akhirnya menjadi sia-sia karena baik pemerintah maupun
DPR tetap dengan pendiriannya untuk menetapkan UU tersebut. Ini juga menjadi sebuah indikasi
kuat adanya pelemahan peran mahasiswa sebagai kalangan muda-kritis yang biasanya selalu
diharapkan menjadi agen perubahan. Sementara itu, RUU yang terakhir telah memicu perlawanan
terutama dari kalangan buruh. Kehadiran ketiga UU/RUU kontroversial itu pada banyak aspeknya
jelas tidak aspiratif. Ketiganya tampak jelas lebih mengakomodir kepentingan para oligarki.

Ketiga kebijakan itu juga sarat dengan upaya melakukan sentralisasi kekuasaan dan intervensi
negara, sehingga ruang publik (bahkan privat) maupun kewenangan pemerintahan daerah menjadi
tereduksi. Tidak itu saja, upaya-upaya pemberantasan korupsi menjadi dalam pengawasan ketat
pemerintah. Padahal pengawasan ketat semacam itu adalah sebuah bencana untuk pelaksanaan
pencegahan dan penindakan
korupsi berskala masif. Terbukti KPK mengalami pelambatan dalam soal operasi tangkap tangan
(OTT). Di atas itu semua, tidak saja para koruptor yang merasa lebih nyaman dalam melakukan
aksinya, tetapi juga para oligarki menjadi semakin sulit dibendung. RUU Omnibus Law jelas akan
lebih menguntungkan triple alliance, yakni pengusaha asing, pemerintah, dan pengusaha lokal yang
dalam bekerjanya saling berkelindan dan tak tersentuh (untouchable), yang akhirnya berpotensi
terus memproduksi oligarki baru di tanah air.

Dengan demikian, kondisi terakhir menjelang pandemi COVID-1 9 pada dasarnya hanya
merupakan kelanjutan dari nuansa post-democracy yang merupakan sebuah kemunduran bagi
kehidupan demokrasi kita.

- Di tengah pandemi COVID-1 9 ini secara substansi demokrasi memang tidak banyak
perubahan. Kita pada dasarnya masih akan menghadapi problematika demokrasi yang sama.
Beberapa fenomena terakhir cenderung mengkonfirmasi hal ini.

 Pertama, masih terus lemahnya checks and balances dari DPR. Kondisi semacam ini
tampak telah menjadi natur DPR era Jokowi yang pada umumnya kurang kritis dan
sekadar menjadi pendukung penguasa. Ini terkonfirmasi dari bagaimana sikap DPR yang
tampak tidak terlalu terusik dengan kelambanan respon pemerintah pusat sejak virus
mulai merebak. Begitupula saat munculnya beberapa kali inkonsistensi kebijakan yang
membingungkan masyarakat. Bahkan hingga ketika tidak lancarnya pemberian bantuan
sosial dan munculnya pencitraan bagi-bagi sembako, DPR tampak tak bergeming. Meski
mulai ada suara-suara kritis, secara umum nuansa over-protective parlemen kepada
pemerintah masih terasa.
 Kedua, konsolidasi civil society yang tetap masih belum maksimal. Secara umum
kalangan ini masih terus bergulat dengan lingkungan yang tidak kondusif. Termasuk
adanya gangguan “perang proxy” yang melibatkan para buzzer untuk saling serang dan
juga membungkam kritik dan mencanangkan satu versi kebenaran. Akibatnya, kalangan
civil society tetap memainkan peran pinggiran dan terabaikan.

 Ketiga, sinergi dan koordinasi internal pemerintahan yang tidak berjalan dengan baik.
Kondisi ini telah menimbulkan saling silang di jajaran pemerintahan sendiri. Pemusatan
kekuasaan dan birokrasi penentuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
menjadi efek dari situasi yang tidak terkoordinasi dan tidak sinergis itu. Sentralisasi
kebijakan ini kerap dipertanyakan, mengingat PSBB harus dilakukan segera oleh kepala
daerah tanpa harus menunggu keputusan administratif yang memperpanjang rantai
birokrasi. Apalagi kenyataannya, kita sudah terlanjur lambat dalam merespon pandemi
ini.
 Keempat, munculnya fenomena oportunisme. Pada bulan April 2020, Staf Khusus
Milenial Presiden, yakni Andi Taufan, Adamas Belva, dan Gracia “Billy” Joshapat
menjadi sorotan. Ketiganya secara umum ditengarai telah memanfaatkan posisinya untuk
meraih keuntungan pribadi, yaitu upaya mendapatkan proyek pemerintah terkait pandemi,
baik langsung maupun tidak langsung. Meski ketiganya menolak disebut demikian,
namun aroma “kolusi gaya baru” sulit untuk dinafikan. Fenomena ini tampaknya sejalan
dengan dugaan Hank tentang munculnya kalangan oportunis di era pandemi. Desakan
publik yang demikian kuat, mendorong Andi Taufan dan Adamas Belva untuk
mengundurkan diri. Presiden sendiri tidak menganjurkan itu dan tetap mempertahankan
keberadaan stafsus milenial meski muncul suara-suara untuk membubarkannya.
 Kelima, beberapa hal lain yang turut mewarnai kehidupan politik ini adalah perlindungan
terhadap citra pemerintah. Pemerintah tampak melihat kewibawaan di saat krisis harus
dijaga, sayangnya itu dimaknai dengan melakukan pengawasan kepada masyarakat.
Tidak mengherankan jika kepolisian diminta untuk lebih intens dan proaktif dalam
melindungi simbol-simbol negara termasuk presiden. Begitu pula fenomena tuntutan
permintaan minta maaf kepada kalangan kritis, yang sedikit banyak menunjukkan
ketidakarifan penguasa dalam membedakan kritik kebijakan dengan pencemaran nama
baik. Hal ini turut memperlambat pemulihan pelaksanaan dan penghormatan atas
kebebasan berpikir dan upaya membangun opini kritis di tengah masyarakat.

 Keenam, munculnya kebijakan bertendensi oligarki, yakni Perppu Nomor 1 Tahun 2020.
Beberapa kalangan mengkritik kebijakan ini terutama karena memberikan peluang
terjadinya sebuah mal-adminsitrasi yang tidak bisa diawasi dan bahkan dituntut baik oleh
lembaga negara sendiri, apalagi oleh masyarakat. Selain itu, kebijakan ini memberikan
peluang bagi siapa saja untuk melakukan pemanfaatan keuangan negara hanya atas dasar
itikad baik, yang secara riil bepotensi menyuburkan praktik kongkalikong. Kedua hal itu
sudah cukup untuk menjadi alasan penolakan kebijakan ini karena berpotensi
dimanfaatkan oleh para oligarki. berbagai situasi politik dan pemerintahan di atas (dan
tentu saja ditambah ekosistem politik pada masa pandemi), tentu mudah terlihat bahwa
esensi politik kita belum mengarah pada penguatan demokrasi, melainkan lebih pada
sebuah sikap anti-kritik, birokratisasi, sentralisasi, restriksi, dan peluang oligarchy
reinforceme.

- pemersatu Negara yang majemuk sekarang sudah terbengkalai tiada arti. Banyak masyarakat yang
tidak mementingkan Pancasila, sehingga norma, dan bahkan moral bangsa ini sudah mulai
memudar. Hal ini terlihat dari maraknya kejadian-kejadian yang bertentangan dengan nilai
Pancasila yang melanda Indonesia. Seperti contohnya pembunuhan, pemerkosaan, tawuran,
curanmor. Hal-hal diatas tersebut banyak dilakukan oleh remaja atau kaum muda Indonesia.
Kaum muda yang merupakan calon tulang punggung dan penerus bangsa malah melakukan hal
yang bertentangan dengan pancasila. Generasi akan kehilangan fungsinya sebagai penerus bangsa
jika hal ini terus berlangsung. Penyebab memudarnya nilai pancasila di kalangan remaja ialah
adanya globalisasi. Dengan adanya globalisasi, maka generasi muda dengan mudah dan cepat
mendapatkan segala informasi dari seluruh dunia. Informasi tersebut termasuk kebudayaan dan
cara hidup manusia dari berbagai belahan dunia. Dan karena kurangnya pengetahuan dan
bimbingan, kerap kali remaja tidak mampu menyaring informasi yang mereka dapat. Dan
kebanyakan remaja tidak berpikir panjang. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang
berbau barat itu keren dan dijadikan panutan. Padahal budaya barat sangat tidak sesuai dan
berbeda dengan budaya Indonesia. Misalnya budaya mengenakan pakaian, kesopanan, cara hidup,
dan lain-lain. Perbedaan tersebut yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan di
atas.

- Indonesia sebenarnya memiliki nilai-nilai tradisional yang juga ditanamkan sejak dahulu,
seperti: nilai-nilai budaya, agama, dan adat istiadat yang bermacam-macam bentuknya dari
Sabang hingga Merauke. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara lain seperti: kejujuran,
keteladanan, sportifitas, toleransi, tanggung jawab, reputasi, disiplin, etos kerja, gotong royong,
dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut sangat dihormati dan dipatuhi oleh segenap elemen masyarakat
hingga saat ini dan juga diimplementasikan di dalam pemerintahan. Bahkan mengenai etika
politik dan pemerintahan yang diatur di dalam perundangan, secara khusus ada juga aturan yang
menegaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kepada publik, seorang pejabat negara harus
siap mundur dari jabatannya apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai,
ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
Apa yang terjadi di Indonesia saat ini masih jauh jika dibandingkan dengan keadaan di negara
Jepang. Meskipun tidak dapat dibandingkan secara fair (apple to apple) karena kedua negara
memiliki kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya, dan hukum (ekosospolbudhuk) yang sangat
berbeda, namun jika menyoroti secara khusus terkait etika politik dan pemerintahan di kalangan
elite politisi dan pejabat negara di Indonesia, nilai-nilai tradisional Indonesia yang tertanam yang
telah disebutkan tadi tidak nampak terlihat pada diri mereka seperti apa yang nampak terlihat pada
kalangan politisi dan pejabat negara di Jepang.

Seorang politisi maupun pejabat negara yang terlibat dalam kasus hukum, hendaknya dengan
berjiwa ksatria dapat menghadapinya sesuai dengan nilai-nilai etika dan budaya yang tertanam di
bangsa ini. Apalagi melihat cita-cita bangsa Indonesia adalah menuju kepada negara hukum
(rechtsstaat) dimana dalam prosesnya penegakan hukum harus dilaksanakan secara tegas dan
tidak tebang pilih demi mencapai kepastian hukum. Setiap orang pada dasarnya memiliki hak
yang sama di hadapan hukum (equality before the law) untuk mendapatkan proses peradilan yang
jujur dan terbuka (fair trial) serta imparsial, sehingga pada akhirnya tidak berpotensi melakukan
tindakan menghalangi proses hukum (obstruction of justice).
Jika kita menyalakan televisi, ada sebuah kasus hukum yang terjadi akhir-akhir ini yang menjerat
seorang pejabat negara. Yang bersangkutan seharusnya mengikuti proses hukum yang berlaku,
namun pada faktanya dirinya tidak menunjukan sikap kepatuhan tersebut. Bahkan atas kasus
hukum yang menimpa dirinya, banyak kejadian-kejadian unik yang akhirnya menggagalkan
proses hukum yang seharusnya bisa dilaksanakan lebih cepat. Terdengar kabar di media massa
bahwa kasus tersebut akan dibawa penasihat hukumnya kepada Pengadilan HAM Internasional.
Pernyataan tersebut membuat para ahli hukum bertanya-tanya, apalagi melihat bahwa kasus
hukum yang menimpa pejabat negara tersebut bukan merupakan kasus pelanggaran HAM (seperti
kejahatan atas kemanusiaan, genosida, kejahatan perang, dan agresi menurut Statuta Roma) tetapi
merupakan tuduhan atas tindak pidana korupsi yang sedang diproses oleh KPK. Tidak ada
pengabaian atas due process of law antara lain: yang bersangkutan dibela oleh penasihat hukum,
diberi kesempatan mengajukan praperadilan, mengajukan saksi fakta dan ahli dan hak untuk
membela diri. Jika yang dipersoalkan adalah hak asasi manusia, proses praperadilan sendiri pada
dasarnya dilaksanakan dengan ruh penghormatan atas hak asasi manusia terhadap
tersangka/terdakwa, dengan lebih mempersoalkan proses penangkapan, penyidikan, dan
penyelidikan dan bukan bukti-bukti material perkara. Secara umum tuduhan atas kasus hukum ini
tidak berdampak signifikan secara internasional melainkan merupakan kasus dugaan tindak
pidana korupsi yang bisa diselesaikan melalui pengadilan tipikor di dalam negeri.

Jika kita melihat kepada apa yang terjadi pada negara Jepang, memang sepertinya masih terasa
jauh bagi politisi serta pejabat negara ini untuk menuju ke arah sana. Namun selalu ada
kesempatan bagi siapapun yang memiliki keinginan untuk maju demi kepentingan bangsa dan
negara. Atas dasar ketertinggalan dengan bangsa lain, Indonesia harus bisa mengejar untuk
menjadi negara modern yang dapat berpolitik dengan nilai -nilai tradisional yang dibanggakan.
Tentunya, semua berawal dari niat yang mulia dari para politisi dan pejabat negara Indonesia.

TUGAS 8
NAMA: pandhu wahyu subali

NIM: E1B019161

KELAS: 3D PPKn

MK : ISU PERKEMBANGN MUTAKHIR PPKn


Isu dan perkembangan mutakhir PPKn dalam bidang kebangsaan
Meneguhkan Pahlawan Milenial "Kaum muda milenial diharapkan tidak saja unggul dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun jugamemilikikarakter yang
kuatsertajiwanasionalisme."
PERINGATAN Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November, mengingatkan
kembali kepada kita semua tentang pentingnya memahami sejarah perjuangan bangsa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan dan meninggalkan sejarahnya.
Kesadaran untuk selalu memupuk kecintaan terhadap
TanahAirtentusajasangatpenting.Sebuah kesadaran untuk selalu menjaga dan merawat
Indonesia. Negara yang lahirdanmerdekabuahdariperjuanganparapahlawanbangsa.
Kemerdekaan pada hakikatnya barulah pintu masuk untukmenggapai cita-cita bangsa Indonesia
yang sesungguhnya. Bukan tujuan akhir dari perjuangan itu sendiri. Perjuangan dalam
merebut kemerdekaan tentu sangatlah berat. Akan tetapi perjuangan dalam
mempertahankan, merawat, serta mengisi kemerdekaan juga
tidaklahringan.
Generasi bangsa ini dinantikan perannya untuk terus dapat memberikan kontribusi dan
dedikasinya demi kepentingan bangsa dan negara. Bentuk perjuangan bagi kaum muda
milenial saat ini tentu saja berbeda dari para pahlawan pada masa lalu yang diwujudkan
dengan mengangkat senjata mengusir penjajah. Mencintai Indonesia bagi kaum
mudamilenialsaatinidapatdiwujudkandengancara-carakaummilenial seperti menguatkan
kembali rasa solidaritas kebangsaan, membangun SDM unggul dengan ilmu pengetahuandan
keahlian, serta memperkokoh watak manusia Indonesia sebagai insan yang santun dan
berkarakter.
Kaum muda milenial saat ini diharapkan tidak saja unggul dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, namun juga memiliki karakter yang kuat serta jiwa
nasionalisme yang tinggi untuk selalu mencintai Indonesia sesuai dengan kondisisaat ini.
Manusia yang mampu bersaing dengan bangsa lain dalam berbagai bidang kehidupan.
Kaum muda milenial harus selalu optimistis menatap masa depan Indonesia dan tidak boleh
merasa minder untuk bersaing dengan bangsa lain.
Globalisasi telah memberikan ruang yang begitu lebar dan fair kepada setiap anak
manusiauntukdapatmengeksplorasi kemampuan seseorang dan mengembangkan karya-
karyanya. Setiap orang berkesempatan untuk menawarkan ide, gagasan, karya, maupun
kemampuan lain kepada dunia sebagai sumbangsih bagi kemajuan peradaban umat
manusia. Kitaperlu ide-idekreatifmaupuninovasi-inovasidiberbagaibidang,agarbangsa ini
mampu bersaing dengan bangsa lain.
Momentum memperingati Hari Pahlawan pada hakikatnya adalah meneguhkan
komitmen untuk selalu mencintai Indonesia. Peran kaum muda milenial dirasa cukup
penting untuk terus mengawal bangsa ini, agar tidak disibukkan dengan masalah-masalah
bangsa yang cukup menguras energi seperti sentimen kedaerahan, isu-isu SARA, ujaran
kebencian, maupun maraknya berita bohong (hoaks) yan dapat mengganggu perjalanan
bangsa ini dalam mencapai cita-cita bersama menjadi bangsa yang maju dengan SDM
yang unggul.
Dengan bekal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan akan
memunculkan inovasi maupun talenta generasi milenial, sehingga kontribusi mereka dapat diberikan
bagi keberlangsungan bangsa. Kaum milenial dapat memberikan kontribusi secara nyata dan
lebih luas pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) maupun
pengelolaan sumber daya alam (SDA), sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. Predikat pahlawan memang biasanya disematkan untuk orang
yang dalam kehidupannya sudah teruji memiliki dedikasi cukup besar bagi bangsadan negara.
Mereka sudah selesai dengan urusannya sendiri, sehingga waktu dan perhatiannya lebih banyak
dicurahkan demi kepentingan bangsa dan negara. Mereka juga tidak lagi tergoda untuk
melakukan sesuatu demi kepentingan pribadi maupun golongan.

Mereka yang rela berada di garis terdepan demi kepentingan kemanusiaan seperti
para tenaga medis, para pejuang antikorupsi, pendidik, pegiat persatuan dalam
kemajemukan, ataupun siapa saja yang memiliki dedikasi cukup besar bagi kepentingan bangsa
dan negara layak diberikan sebutan pahlawan. Disinilah kaum muda milenial selalu dinanti
perandan kontribusinya demi kepentingan bangsa dan negara.

Tugas 9
Isu dan perkembangan mutahir PPKn dalam bidang social Oleh:
Pandhu Wahyu Subali E1B019161
Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan
Universitas Mataram

Rindunya masyarakat akan hiburan

Sejak Maret hingga September 2020, arahan untuk masyarakat berada dirumah saja akibat
pandemi COVID-19 menjadikan kehidupan bermasyarakat begitu berbeda. Sekolah diliburkan,
tempat-tempat wisata ditutup, hingga intraksi antar sesama begitu dibatasi. Masyarakat hanya
keluar rumah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendesak. Namun, sejak oktober 2020
mulai berjalan, berita diseluruh dunia menunjukkan telah ditemukan dan akan siapnya Vaksin
Covid-19 yang juga berbanding dengan menurunnya angka penularan dan meningkatnya angka
kesembuhan, sehingga optimistis kearah normal kembali menjadi lebih besar.

Selama kurang lebih 7 bulan menjalani bekerja dari rumah dan keluar rumah pun selalu bermasker
serta menjaga jarak, kebosanan tentu menjadi musuh utama masyarakat. Ada kebutuhan akan
keseruan yang bisa menghilangkan haus riuh selama pandemi ini. Melihat realitas yang ada,
walaupun pemerintah mengeluarkan arahan yang cukup ketat untuk pengendalian penyebaran
COVID-19, malah acara-acara berkumpul juga semakin banyak. Baik itu pesta nikah,
nyongkolan, nongkrong malem dijalanan atau kumpul- kumpul acara di hotel dan berbagai tempat
lainnya juga tetap berjalan. Tentu, hal tersebut dengan klaim-klaim tetap dengan protocol
COVID-19. Terhangat dan ramai tentunya, aksi masa dalam demonstrasi menolak RUU
OMNIBUS LAW misalnya, terjadi serentak diseluruh wilayah Indonesia. Ratusan hingga ribuan
masa aksi turun ke jalan dengan berbagai atributnya, bermasker namun tak menjaga jarak serta
tidak selalu dalam control. Namun, hingga 2 bulan berlalu tidak ada cluster demo muncul dalam
penyebaran COVID-19.
Merangkum 12 bulan 2020, kaleidoskop panjang dengan berbagai memory nya, sedih dan
senangnya, pacar baru atau juga yang putus nyambung, dapat kerjaan yang lebih

baik atau kena PHK, yang nikah dan masih di olok-olok Jomblo tidak laku-laku, yang berat
badannya naik terus dan yang makan banyak tapi tetap kurus krempeng juga, yang Nge-Vape
menjadi Pilitan Mako, yang masih pake HP kentang dan yang baru beli iphone 12 Pro Max,
yang Quotanya masih nebeng dan yang streaming-gamingnonstop, dan yang yang yang lainnya. Tahun
pandemi dan berbagai aktivitas berubah, yang jarang tidur, bisa tidur seperti mayat hidup, Lelah
rebahan, kerjaan sepi, Mahasiswa yang kangen kampusnya dan siswa yang belajar dengan
kamuflase agar tidak diketahui si korona. Lucu dan seru, akan banyak hal yang bisa di ingat.
Mengevaluasi banyak hal, yang kurang baik ditinggalkan dan yang baik-baik dilanjutkan, serta
membuat target- target baru di tahun berikutnya sebagai peta langkah mencapai target tahunan di
2021, tentu menjadi renungan yang cukup penting bagi setiap orang.

Ditengah kondisi keramaian yang dibatasi terasa ada yang hilang dan kurang dalam interkasi antar
individu. Semakin lama pula, masyarakat rindu akan intraksi seperti sebelum pandemi ini terjadi.
sehingga, suguhan-suguhan hiburan yang bisa mempertemukan masayarakat dalam keriang-
gembiraan menjadi momen yang selalu ditunggu.

Yang bertujuan untuk :


 Menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
 Memperkuat hubungan sesama warga masyarakat
 Unjuk bakat individu sebgai ajang aktualisasi diri SDM potensial.

Anda mungkin juga menyukai