Anda di halaman 1dari 48

Nama : Eko Mayrindika

Mohammad Rosyid Ridho J310150085


Organisasi Otonom Muhammadiyah ialah
organisasi atau badan yang dibentuk oleh
Persyarikatan Muhammadiyah dengan bimbingan
dan pengawasannya diberi hak dan kewajiban untuk
mengatur rumah tangga sendiri, membina warga
Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam
bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai
maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.
Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah
sebagai badan yang mempunyai otonomi dalam
mengatur rumah tangga sendiri mempunyai
jaringan struktur sebagaimana halnya dengan
Muhammadiyah, mulai dari tingkat pusat, tingkat
propinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan,
tingkat desa, dan kelompok-kelompok atau jama’ah
– jama’ah.
Ortom Muhammmadiyah dibentuk di
lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Mempunyai fungsi khusus dalam Persyarikatan
Muhammadiyah
2. Mampunyai Potensi dan ruang lingkup nasional
3. Merupakan kepentingan Persyarikatan Muhamm
adiyah
Ditetapkan oleh Tanwir Muhammadiyah dan
dilaksanakan dengan Keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Adapun tujuan pembentukan
Ortom Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan
Muhammadiyah
2. Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah
3. Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
4. Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah
FUNGSI

Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang


berfungsi sebagai pelaksana program bidang tabligh dan
dakwah khusus sesuai kebijakan Persyarikatan meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan,
pengkoordinasian dan pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga professional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah
khusus
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan
Persyarikatansebagai bahan pertimbangan dalam penetapan
kebijakan bidang tabligh dan dakwah khusus
Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah:
a) Pimpinan Pusat
b) Pimpinaan Wilayah
c) Pimpinaan Daerah
d) Pimpinan Cabang
e) Pimpinan Ranting
f) Jama'ah Muhammadiyah
Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah
mempunyai karakteristik dan spesifikasi bidang
tertentu. Adapun Ortom dalam Persyarikatan
Muhammadiyah yang sudah ada ialah sebagai berikut :
1. Aisyiyah
2. Pemuda Muhammadiyah
3. Nasyiatul Aisyiyah
4. Ikatan Mahaiswa Muhammadiyah (IMM)
5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah
7. Hizbul Wathon
Sejarah Kelahirannya
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan yah.
Sebutan Aisyah disini adalah nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah
binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kata yah dalam bahasa arab disini adalah yah nisbah
yang artinya “membangsakan”. Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang
berusaha mencontoh dan meneladani cara-cara hidup Siti Aisyah r.a. Adapun secara
terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wanita dalam
muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan
tujuan muhammadiyah. Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang
senang berkumpul lalu diberi bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad
Dahlan dengan pelajaran agama. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok
pengajian anak-anak ini kemudian diberi nama Sopo Tresno dan belum merupakan
bentuk organisasi utuh, akan tetapi masih sebatas sebagai gerakan pengajian semata.
Kemudian timbul pemikiran tentang perlunya pemberian nama pada kelompok ini.
Lanjutann…

Maka diadakan pertemuan antara K.H. Mukhtar, K.H. Ahmad


Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus
Muhammadiyah yang lain di rumah Nyai Ahmad Dahlan saat
itu ada usulan nama untuk kelompok ini yaitu FATIMAH, tapi
usulan ini tidak diterima. Kemudian oleh K.H Fachruddin
diusulkan nama Aisyiyah, Tampaknya nama inilah yang paling
tepat sebagai organisasi wanita yang baru itu. Nama ini
dipandang tepat karena diharapkan perjuangan perkumpulan
ini dapat meniru Siti Aisyiyah istri Nabi Muhammad SAW,
yang selalu membantu berdakwah, setelah nama itu disetujui,
lalu diadakan peresmian pada tanggal 27 Rajab 1335 H/19 Mei
1917 M bersamaan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi
Muhammad Saw.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi
salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan
dengan mengadakan pemberantasan buta huruf
pertama kali, baik buta huruf arab maupun latin
pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta
yang terdiri dari para gadis dan ibu- ibu rumah
tangga belajar bersama dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan dan
peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia
publik.
Aisyiyah memiliki struktur kepemimpinan dari tingkat
nasional sampai ke tingkat lokal.
1. Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) adalah pimpinan
tertinggi yang memimpin organisasi secara
keseluruhan.
2. Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) adalah pimpinan
organisasi yang berada di tingkat provinsi.
3. Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) adalah pimpinan
organisasi yang berada di tingkat kabupaten/kota
4. Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) adalah pimpinan
organisasi yang berada di tingkat kecamatan
5. Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) adalah pimpinan
organisasi yang berada di tingkat kelurahan, desa,
atau kampung.
1. Pemberdayaan
Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan dan
kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan
kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan
kemiskinan dan ketenagakerjaan.

2. Kesehatan
Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati
posisi yang sangat serius dalam gerakan 'Aisyiyah. Dengan misi sebagai penggerak
terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat.

3. Pendidikan
pendidikan menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah, melalui Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi, ‘Aisyiyah
mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.
Awal berdirinya Pemuda Muhammadiyah secara kronologis
dapat dikaitkan denga keberadaan Siswo Proyo Priyo (SPP), suatu
gerakan yang sejak awal diharapkan K.H. Ahmad Dahlan dapat
melakukan kegiatan pembinaan terhadap remaja/pemuda Islam.
Dalam perkembangannya SPP mengalami kemajuan yang pesat,
hingga pada Konggres Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun
1932 diputuskan berdirinya Muhammadiyah Bagian Pemuda, yang
merupakan bagian dari organisasi dalam Muhammadiyah yang
secara khusus mengasuh dan mendidik para pemuda keluarga
Muhammadiyah. Keputusan Muhammadiyah tersebut mendapat
sambutan luar biasa dari kalangan pemuda keluarga
Muhammadiyah, sehingga dalam waktu relatif singkat
Muhammadiyah Bagian Pemuda telah terbentuk di hampir semua
ranting dan cabang Muhammadiyah. Dengan demikian pembinaan
Pemuda Muhammadiyah menjadi tanggung jawab pimpinan
Muhammadiyah di masing-masing level.
Menghimpun, membina dan menggerakkan potensi
pemuda islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader
umat dan kader bangsa dalam rangka mencapai tujuan
muhammadiyah.
Susunan organisasi Pemuda Muhammadiyah dibuat
secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan
Cabang, dan tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah
kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup
nasional. Pimpinan Wilayah adalah kesatuan daerah-
daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I.
Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang- cabang
dalam tingkat kabupaten/kotamadia atau daerah tingkat
II. Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan
ranting-ranting dalam satu tempat tertentu (setingkat
kecamatan). Pimpinan Ranting adalah kesatuan
anggota-anggota datam satu tempat tertentu (setingkat
desa). Saat ini, Pemuda Muhammadiyah telah
menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
 Program Kerja Bidang Pengembangan Organisasi dan Sistem
Informasi Manajemen
 Program Kerja Bidang Dakwah dan Pengkajian
Agama/Masyarakat
 Program Kerja Bidang Kader dan, Pengembangan Sumber
Daya Insani
 Program Kerja Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Koperasi
dan Kewirausahaan
 Program Kerja Bidang Hikmah dan Hubungan Antar
Lembaga
 Program Kerja Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Olah
Raga
 Program Kerja Bidang Hukum, HAM dan Advokasi Publik
 Program Kerja Bidang Hubungan Luar Negeri
 Program Kerja Bidang KOKAM dan SAR
 Program Kerja Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup
sejarah kelahiranya :
Naisyiatul ‘Aisyiyah adalah Organisas Otonom
dan kader Muhammadiyah, yang merupakan
gerakan putri Islam, bergerak di bidang
keagamaan, kemasyarakatan dan keputria.
Maksud gerakan putri islam adalah mengerakkan
putrid-putri islam untuk memahami dan
mengamalkan ajaran islam, serta megajak dan
mengarahkan orang lain sesuai dengan tuntunan
al-qur’an dan sunah, menuju terbentuknya putrid
islam yang berahklak mulia.
Pemantapan dan pengembangan sistem organisasi
yang efektif dan peningkatan capacity building
kader Nasyiah dalam menggerakkan aksi-aksi
pendampingan terhadap permasalahan perempuan
dan anak
Susunan organisasi NA dibuat secara berjenjang
dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat
Ranting. Pimpinan Pusat adalah kesatuan
wilayah- wilayah dalam ruang lingkup nasional
PimpinanWilayah adalah kesatuan daerah-daerah
dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I.
Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang-cabang
dalam tingkat kabupaten/kota. Sedangkan
Pimpinan Cabang adalah kesatuan ranting-
ranting dalam satu kecamatan. Pimpinan Ranting
adalah kesatuan anggota-anggota dalam satu
sekolah, desa/ kelurahan atau tempat lainnya.
Saat ini, Nasyiatul Aisyiyah telah menjangkau
seluruh wilayah Indonesia.
1. Bidang keorganiasian
2. Bidang kaderisasi
3. Bidang keislaman
4. Bidang kemasyarkatan
Sejarah berdirinya
Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan
Muhammadiyah, dan juga bisa dianggap sejalan dengan faktor
kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal
yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari
keinginan Muhammadiyah untuk memenuhi cita-cita sesuai dengan
kehendak Muhammadiyah dilahirkan. Dengan latar belakang tersebut,
sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina mahasiswa
dari kalangan Muhammadiyah telah dimulai sejak lama. Semangat
tersebut sebenarnya telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk
mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah, pada Kongres
Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi Jakarta pada tahun 1936.
Pada saat itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH.
Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebut sangat logis dan
realistis, karena keluarga besar Muhammadiyah semakin banyak
dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan
menengahnya.
Lanjutannn…
Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan
wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh
Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan
disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu
menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda
Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga
Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh
para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi
embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM
Lokal Yogyakarta. Tiga bulan setelah penjajagan,
Pimpinan Pusat Muhammadiyah meresmikan
berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada
tanggal 29 Syawal 1384 H. atau 14 Maret 1964 M.
Secara umum IMM memiliki tiga bentuk pergerakan,
antara lain :
1. IMM sebagai gerakan Mahasiswa, bergerak
secara kritis, menjadi oposisi penguasa, membela
rakyat mustad’afîn.
2. IMM sebagai gerakan dakwah, lebih
dimaksudkan menjadi garda perjuangan umat Islam.
Menghadirkan doktrin Tuhan yang melangit ke bumi.
Menjadikan Qur’an berbicara tentang kemanusiaan,
kemerdekaan dan pembebasan selain itu juga IMM
menyurukan pada gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
3. IMM sebagai organisasi kader, berperan
menciptakan akademisi Islam yang siap menjadi
pemimpin, baik untuk Ikatan, Persyarikatan
Muhammadiyah, dan tanah air tercinta ini .
Susunan organisasi IMM dibuat secara berjenjang
dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan
Daerah, Pimpinan Cabang, dan Komisariat. Dewan
Pimpinan Pusat adatah tingkat pimpinan tertinggi di
IMM yang menjangkau ruang lingkup nasional. Dewan
Pimpinan Daerah adatah pimpinan organisasi yang
menjangkau suatu kesatuan wilayah tertentu yang
terdiri dari cabang-cabang IMM. Pimpinan Cabang
adalah pimpinan organisasi yang menjangkau satu
kesatuan komisariat IMM. Komisariat IMM adatah
kesatuan anggota-anggota IMM dalam sebuah
perguruan tinggi atau kelompok tertentu. Saat ini,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah menjangkau
seluruh wilayah Indonesia.
Secara umum program kerja IMM dilaksanakan
untuk memantapkan eksistensi organisasi
demi mencapai tujuannya, "mengusahakan
terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak
mulia dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah" (AD IMM Pasal 6).
Sejarah berdirinya
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961,
hampir setengah abad setelah Muhammadiyah berdiri.
Namun demikian, latar belakang berdirinya IPM tidak
terlepas kaitannya dengan latar belakang berdirinya
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf
nahi mungkar yang ingin metakukan pemurnian terhadap
pengamalan ajaran Islam, sekaligus sebagai salah satu
konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal
usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader.
Oleh karena itulah dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar
Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yang
terpanggit kepada misi Muhammadiyah dan ingin tampil
sebagai pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan
Muhammadiyah.
A. IPM menjadikan pelajar Generasi Qur’ani
B. Menjadikan IPM sebagai gerakan pelajar
paling popular
C. IPM mampu memfasilitasi basis terutama bakat
minat dalam waktu 3 tahun
D. Rumah advokasi pelajar Indonesia
E. Pengarusutamaan Gender di Kalangan Pelajar
 Struktur IPM bersifat desentralisasi. Artinya, setelah posisi Ketua
Umum dan Sekretaris Umum tidak ada wakil Ketua dan Wakil
Sekretaris, tetapi langsung Ketua dan Sekretaris Bidang yang bekerja
sesuai dengan job bidangnya masing-masing.
 Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) khusus untuk Pimpinan Pusat
IPM.
 Untuk Bidang Organisasi hanya ada pada struktur PP, PW, dan PD
IPM. Sedangkan di tingkat PR
dan PC IPM tidak ada.
 Bidang Kewirausahaan hanya ada di struktur Ranting (PR IPM).
Sedangkan untuk struktur diatasnya bisa dilakukan atas koordinasi tim
bendahara dengan cara membentuk Lembaga
Kewirausahaan/ekonomi yang langsung dibawah koordinasi tim
bendahara. Untuk koordinasi Bidang Kewirausahaan Ranting dengan
struktur diatasnya langsung ke bidang keuangan (tim bendahara)
 Sesuai dengan ART IPM, bidang wajib yang ada di struktur Ranting
adalah Perkaderan, KDI, dan PIP
1. Bidang Kepemimpinan.
2. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan..
3. Bidang Keuangan.
4. Bidang Organisasi.
5. Bidang Perkaderan..
6. Bidang Studi Dakwah Islam.
7. Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan.
8. Bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga.
9. Bidang Advokasi.
10. Bidang Ipmawati.
Sejarah berdirinya
sekitar tahun 1925 s/d 1951 di kampung kauman
banyak sekali berkembang aliran pencak silat yang
berbau ajaran islam maupun yang yang
menyimpang dari jaran islam. Bermula dari
desakan anak, murid peruruaan kasedu kepada
pendekar Moh. Barie irsjad, agar didirikan satu
perguruan yang menggabung semua perguruan
yang sejalur. Setelah melalui sarasehan, kemudian
restu diberikan dengan pengerian “ perguruan nanti
adalah kelanjutan dari perguruan di kauaman yang
didirikan sejak tahun 1925 dan berkedudukan
dikuman.
Lanjutannn…
segala perangkat dan prasarana yang telah disiapkan di
bawa dalam pertemuan pendekar tanggal 1 juli 1963.
pembahasan organisasi idak mengalami banyak
kesulitan. Perumusan keilmuan untuk metode
pendidikan siswa banyak menemui persoalan. Namun
berkat kebesaran pendekar –pendekar terdahulu
lahirlah perguruan tapak suci ppada tanggal 31 juli
1963 bertepatan dengan 10 rabi’ul awal 1383 H.
 Mendidik serta mebina ketangkasan dan
ketramplan penca silat sebagai bela diri seni
olahraga dan budaya Indonsia, memeliharadan
mengembangkan kemurnian pencak silat aliran
tapak suci sebagai budaya bangsa yang luhur dan
bermoral sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran
islam dan bersih dari syirik dan menyesatkan,
medidik dan membina anggota untuk menjadi
kader muhammadiyah, tapak suci
menggembirakan dan mengamkan dakwah amar
ma’ruf nahi mungkir dalam usaha mempertinggi
ketahanan nasional.
Susunan organisasi Tapak Suci dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang. Pimpinan
Pusat Tapak Suci adatah pimpinan tertinggi yang melaksanakan kepemimpinan
dan bertanggung jawab keluar dan ke dalam. Pimpinan Wilayah Tapak Suci
berkedudukan di ibu kota propinsi/daerah tingkat I, bertindak sebagai Pimpinan
Wilayah sekaligus Komisaris Pimpinan Pusat yang melaksanakan koordinasi
administrasi dan operasional daerah. Pimpinan Daerah Tapak Suci berkedudukan
di setiap kabupaten/kota administrasi sebagai pelaksana administrasi dan bertindak
secara operasional. Untuk melancarkan tugas operasional, Pimpinan Daerah
dapat mendirikan cabang Tapak Suci di daerahnya. Pimpinan Pusat juga dapat
membentuk Perwakilan Wilayah di luar negeri sebagai pelaksana administrasi dan
bertindak secara operasional. Keanggotaan Tapak Suci terdiri dari siswa, anggota
penuh, dan anggota kehormatan. Yang dapat diterima menjadi Siswa Tapak Suci
adalah anak-anak, remaja, dewasa putra-putri beragama Islam yang menyetujui
anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tapak Suci serta telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Anggota Penuh Tapak Suci terdiri dari Kader,
Pendekar dan Pimpinan Tapak Suci yang telah memenuhi persyaratan keanggotaan
yang diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan anggota kehormatan
Tapak Suci adalah orang yang karena jabatannya, kedudukannya dan atau
keahliannya telah diangkat oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci dengan surat
ketetapan.
1. Bidang Kependekaran dan Keilmuan
2. Bidang Pembinaan Organisasi dan Kader
3. Bidang Pembinaan Prestasi
4. Bidang Pengembangan Organisasi
5. Bidang Pembinaan dan Pendidikan
6. Bidang Penelitian dan Pengkajian
7. Bidang Pendayaan Sumberdaya
Sejarah berdirinnya
Bermula dari perjalanan dakwah yangdilakukan Kiai
Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun 1920, berdirinya
Hizbut Wathan merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk
membina anak- anak muda dalam keagamaan dan
pendidikan mereka. Ketika melewati alun-alun
Mangkunegaran, Kiai Dahlan melihat anak-anak muda
berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder
Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan berbagai
kegiatan yang menarik. Mereka kelihatan tegap dan disiplin.
Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit
beberapa guru Muhammadiyah untuk membahas
metodologi baru dalam pembinaan anak-anak muda
Muhammadiyah, baik di sekolah-sekolahmaupun di
masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa
alangkah baiknya kalau Muhammadiyah mendirikan
padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya agar
memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk
mengabdi kepada Allah.
Lanjutaann…
Metode padvinder diambil sebagai metode pendidikan
anak muda Muhammadiyah di luar sekolah. Hal ini sangat
bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang
dilakukan Muhammadiyah, yang semuanya merupakan
tindakan strategis yang sangat erat dengan masa depan
Islam, pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta
kecepatan penyebaran gagasan-gagasan pembaharuan dan
da'wah Islam. Gagasan Kiai A. Dahlan tersebut kemudian
dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan oleh
beberapa orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan
mendirikan Padvinder Muhammadiyah yang terbentuk
pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49,
lihat juga Almanak 1357 H: 226-227) yang diberi nama
nama Hizbut Wathan. Namun ada pendapat lain yang
mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun
1919.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan memiliki kontribusi strategik yang
sangat besar. Pada tahun 1918, KHA Dahlan sebagai pendiri
Muhammadiyah, dengan didampingi Bapak Mulyadi
Djoyomartono sepulang pengajian SATF ( Sidik , Amanat,Tabligh,
Fathonah) di Solo melihat NIPV, JPO, dan taruna Kembang
sedang latihan baris berbaris di Alun-alun Mangkunegaran Surakarta
beliau menghendaki putera Muhammadiyah dididik seperti itu, untuk
mengabdi / menghamba kepada Allah .
KHA Dahlan secara dini melihat bahwa gerakan kaum muda yang
dinamakan gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, dapat menjadi wadah
pendidikan watak dan pembentukan jiwa patriotisme dan nasionalisme
bagi bangsa Indonesia. Sebagian besar dari para pemimpin, memiliki
landasan watak, akhlak, disiplin dan rasa kebangsaan yang ditumbuhkan
oleh gerakan Kepanduan Hizbul wathan .
Dalam Anggaran Dasar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dengan tegas
dan jelas telah dinyatakan bahwa Gerakan Kepanduan HW adalah system
pendidikan kepanduan yang bersifat non formal, dilaksanakan di luar
lingkungan keluarga dan diluar lingkungan Sekolah, sebagai organisasi
otonom Muhammadiyah, dengan tugas mewujudkan pribadi muslim yang
sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat dan
Bangsa
Menjadi generasi yang lebih baik, sanggup bertanggung jawab dan
mampu mengisi pembangunan Nasional .
Susunan organisasi Hizbut Wathan dibuat
secara berjenjang dari tingkat Kwartir Pusat,
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan
Kwartir Cabang. Kwartir Pusat adalah kesatuan
wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional.
Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir-kwartir
daerah dalam satu propinsi. Kwartir Daerah/Kota
adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang
dalam satu daerah/kota. Sedangkan Kwartir
Cabang adatah kesatuan golongan-golongan
(tempat pelatihan).
1.Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan
muda putra ataupun putri menurut ajaran Islam.
2.Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia
muslim yang berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan
rohani.
3.Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang
taat beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil.
4.Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar
makruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan.
5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran,
kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan
ajaran agama Islam.
6.Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi
kader pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah.
7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa
demokrasi serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan
bangsa.
8.Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai