Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMIAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN


MUHAMMADIYAH DALAM KONTEKS SUMATERA UTARA
SEJARAH DAN TOKOH
OLEH :

WIDHAYANTI
NPM : 2020050029

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………..........................2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....……3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..……4
I.1. Latar Belakang Masalah……………………………….………………..4
I.2. Rumusan Masalah……………………………………………...……….5
I.3. Tujuan Masalah……………………………………………...………….5
I.4. Manfaat…………………………………………………..……………..5
BAB II SEJARAH MUHAMMADIYAH……………………………….………….6
II.1. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah…………………………..6
II.2. Muhammadiyah Sumatera Utara………………………..……………..8
II.3. Visi dan Misi Muhammadiyah Sumatera Utara………………………14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………..………………...16
III.1. Kesimpulan…………………………………………………………..16
III.2. Saran…………………………………………..……………………..17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………………..18

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Muhammadiyah Dalam Konteks Sumatera Utara Sejarah dan Tokoh ini .
Sholawat beriringkan salam dipersembahkan kepada junjngan kita Nabi Besar
Muhammad SAW telah membawa kabar tentang pentingnya ilmu bagi kehidupan di
dunia dan akhirat kelak,
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan selesainya makalah ini yang bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan pada Program Studi
Magister Akuntansi Universiatas Muhammadiyah Sumatera Utara, secara khusus saya
mengucapkan terima kasih atas segala perhatian, pengertian dan doa yang diberikan.
kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Qorib, MA selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman – teman, dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah ini.
Terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT membalas
amal baik saudara/I dan semua pihak yang telah bermurah hati memberikan bantuan
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 13 Desember 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam bukan hanya tempat berkumpul dan
tanpa tujuan yang jelas. Muhammadiyah merupakan suatu gerakan agama yang di
dalamnya terkandung sistem keyakinan, pengetahuan, organisasi, dan praktik- praktik
aktivitas yang mengarah pada tujuan yang dicita-citakan. Adapun cita-cita
Muhammadiyah adalah terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ideologi Muhammadiyah yaitu sebuah gerakan dengan sistem dan teori Islam
pada seluruh aspek kehidupan manusia untuk tajdīd (pembaharuan) sehingga selalu
memiliki agenda berkemajuan. Ideologi gerakan Muhammadiyah ini tersusun menjadi
sebuah pemikiran yang tercantum dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah,
Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah,
Khittah Muhammadiyah dan pemikiran-pemikiran formal lainnya.
Muhadjir Effendy menegaskan bahwa jati diri Muhammadiyah itu adalah
gerakan (Movement). Jadi bukan organisasi. Kemudian kata gerakan itu di dalam
anggaran dasarnya dijabarkan lebih lanjut sebagai “Gerakan dakwah amar makruf nahi
munkar” (Muhadjir Effendy, 2005: iii).Gerakan ini di dominasi oleh etnis Minangkabau
dalam kepengurusan dan keanggotaannya. Kenyataan ini semakin lama memperkuat
pengaruh etnis Minangkabau di Sumatera Timur. Karenanya, etnis Mandailing merasa
eksistensi mereka terusik dan terancam oleh ekspansi sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang dibangun dan dikembangkan etnis Minangkabau di Sumatera Timur, baik di kota
maupun di desa. Dalam kenyataannya, sekolah-sekolah Muhammadiyah lebih disukai
oleh anak-anak dan orang tua mereka ketimbang sekolah-sekolah Melayu dan
Mandailing. Setidaknya, hal itu dikarenakan manajemennya lebih teratur, memberi
pelajaran umum dan agama, dan mempunyai kegiatan ekstrakurikuler seperti kepanduan
dan perkemahan, mirip dengan sekolah-sekolah Belanda. Kebanyakan guru sekolah
Muhammadiyah berasal dari Minangkabau dan merupakan lulusan dari sekolah Islam
modern, misalnya Sumatera Thawalib dan Diniah Putri. Mereka mengorganisir kaum
wanita menjadi bagian khusus dari Muhammadiyah dengan nama Aisyiyah (nama isteri

4
Nabi) dan membentuk Pemuda Muhammadiyah. Perantau minangkabau menawarkan
fasilitas pendidikan mereka bukan hanya untuk perantau minang, melainkan juga kepada
orang Melayu dan perantau Mandailing. Mereka mengajak kau wanita dan kaum muda
untuk memasuki Muhammadiyah. Demikianlah orang Mandailing menghadapi tantangan
dari gerakan Muhammadiyah yang kian hari semakin solid. Melihat fakta di atas, penulis
mencoba melihat dari sisi yang berbeda di tinjau dari segi sejarah,, yang hingga sekarang
sama-sama berpengaruh terhadap pembangunan dan kemajuan Islam, khususnya di
Sumatera Utara.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah organisasi Muhammadiyah ?
2. Apa peran organisasi Muhammadiyah ?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan organisasi Muhammadiyah di Sumatera Utara ?
4. Siapa tokoh – tokoh organisasi Muhammadiyah di Sumatera Utara ?

I.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah :
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan organisasi Muhammadiyah di Sumatera Utara.
2. Mengetahui tokoh – tokoh Muhammadiyah di Sumatera Utara

I.4. Manfaaat
Adapun Manfaat dari pembahasan makalah ini yaitu :
1. Bagi Peneliti, sebagai sumber informasi dalam peningkatan pengetahuan yang baik
bagi peneliti, peningkatan pemahaman dan sumbangan pemikiran pada semua pihak.
2. Bagi Pembaca, sebagai tambahan pengetahuan dan dapat menumbuhkan suatu ide
tertentu serta menjadi referensi penelitian yang akan datang.

5
BAB II
SEJARAH MUHAMMADIYAH

II.1. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah


Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan 8
Dzulhijah 1330 Hijriah di Yogyakarta. Adapun maksud tujuan awal pendirian
Muhammadiyah ialah:
a) Menyebarkan pengajaran agama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi
Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan
b) Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”.
Pada Tahun 1914, dilakukan perubahan tujuan organisasi Muhamamdiyah menjadi :
a) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama di Hindia
Nederland, dan
b) Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama
Islam kepada lid-lidnya.
Artinya ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak
mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap
dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam
pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya,
dalam suasana yang maju dan menggembirakan.
Selanjutnya, sejak Anggaran Dasar Muhammadiyah (AD) tahun 1946, pasca
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, di era Ki Bagus Hadikusuma. Dalam
Anggaran Dasar Muhammadiyah Tahun 1946 disebutkan bahwa tujuan berdirinya
Muhammadiyah sebagai berikut: ”Maksud Persyarikatan ini akan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”. Redaksi ”menegakkan dan menjunjung tinggi” inilah yang terus
berlaku hingga Anggaran Dasar tahun 2005 yang berlaku saat ini.
Pada Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai
diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada Anggaran Dasar Muhammadiyah
tahun 1959, yakni dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan ”Asas
Islam” dalam pasal 2 Bab II, dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Asas

6
Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah pada tahun 1985 karena
paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas
Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi
”Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama
Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah
Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya” dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44
tahun 2000 di Jakarta.
Gagasan pembaruan Kyai Ahmad Dahlan yang memiliki aspek “pemurnian”
(purifikasi) selain dalam memurnikan aqidah dari syirik, bid’ah, khurafat, tahayul, juga
dalam praktik pelaksanaan ibadah. Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi”
ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum.
Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Ahmad Dahlan,
merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”,
sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman
modern tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan
menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya
dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di
belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.
Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu
melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam
saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda.
Kyai Ahmad Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi
korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak
diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar
Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran
sebagai Kitab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Ahmad Dahlan
menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional
untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai
pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwa diskusi-diskusi tentang Kristen
boleh dilakukan di masjid.

7
Kepeloporan pembaruan Kyai Ahmad Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya
Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun
1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada
di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran
Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang
membedakan Kyai Ahmad Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh
Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain. Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi
Islam yang luas dari Kyai Ahmad Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang
lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman
ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang
ini.
Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, telah
menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan manusia dalam segala seginya”. Artinya,
secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah
semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat
dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam akhlak
dan mu’amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para
pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan
memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata.

II.2. Muhammadiyah Sumatera Utara


1. Sejarah Muhammadiyah Sumatera Utara
Pada tahun 1953, struktur Pemerintah RI membentuk RI membentuk Provinsi
Sumatera Utara, terdiri dari daerah Tapanuli, Sumatera Timur dan Aceh, maka
Muhammadiyah menyesuaikan diri dengan struktur pemerintahan tersebut. Sehingga PP
Muhammadiyah mengamanahkan kepada HM Bustami Ibrahim, H. Affan dan A.
Abdullah Manaf, sebagai Koordinator pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumatera
Utara.1 Sedangkan ketua Muhammadiyah Sumatera Timur diamanahkan kepada Bachtiar
Yunus yang dijabatnya sampai tahun 1955. Untuk periode 1956-1959, dalam
pemilihan pimpinan terpilih Abdul Mu'thi, tetapi karena pergolakan politik
(peristiwa Nainggolan), periode tidak sempat sampai selesai perubahan struktur
organisasi dimana setiap kabupaten/kodya menjadi daerah. Hal ini dikukuhkan dalam
8
Muktamar Muhammadiyah ke-34 tahun 1959 di Yogyakarta, bahwa perwakilan
pimpinan pusat di provinsi menjadi pimpinan Wilayah yang tugasnya tetap
mengkoordinir keresidenan (gaya lama) dan lebih rinci pada muktamar Muhammadiyah
ke-36 tahun 1965 di Bandung, menetapkan struktur organisasi Muhammadiyah dengan
mempedomani daerah administrasi pemerintahan RI dengan susunan sebagai berikut :
a. Cabang merupakan satuan anggota yang terbagi atas ranting-ranting.
b. Daerah ialah satuan cabang dalam daerah tingkat II (Kabupaten/Kodya),
c. Wilayah yaitu satuan daerah dalam Pemereintah Daerah Tingkat I.
Berdasarkan itulah Muhammadiyah Melikuidasi istilah konsul Muhammadiyah diganti
dengan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah dan Daerah untuk tingkat I dan II.
Menurut HM Nur Rizali SH dalam Serasehan Sehari, sejarah Muhammmadiyah
Sumatera Utara tanggal 22 Juli 1990 di Kampus I UMSU menjelaskan khusus di daerah
tingkat II Kodya Medan pernah dibentuk struktur pimpinan dengan nama Badan
Koordinasi Pimpinan Muhammadiyah daerah Tingkat II Medan (BKPM) yang diketuai
oleh Kapten Mukhtar Kamal. Namun dipenghujung tahun 1967 di Musda pertama
Kodya Medan, istilah BKPM diatas diganti dengan struktur Pimpinan Muhammadiyah
Daerah Kodya Medan terpilih ketua lama, sehingga susunan pimpinan selengkapnya
menjadi Ketua Mukthar Kamal, Wakil Ketua I Lukman St. Sati, Wakil Ketua II Harris
Muda Nasution, Wakil Ketua III Usman Yakub Siregar, Sekretaris Dasyaruddin Ajus,
Wakil Sekretaris I M. Nur Rizali SH, Bendahara H. Monang Samosir, Anggota-anggota
Bachtiar Ibrahim, Syafii Khatib dan Darwisah Mukhtar. Menurut HM. Nur Rizali, SH
bahwa organisasi Muhammadiyah tingkat Pimpinan Wilayah (PW) Sumatera Utara pada
awal periode ini sudah eksis, seperti PW. Aisyiyah diketuai Rasyimah Ilyas, PW.
Nasyiatul Aisyiyah, diketuai Juliana Naini, BA. PW. Pemuda Muhammadiyah diketuai
oleh OK Kamil Hisyan/M. Rasul Harahap dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang
diketuai A Nur Rizali/M. Nawir, BA. PW.3
Kualitas assabiqul awwalun diatas, berhasil melakukan pembinaan daerah
sepanjang periode 1968-1971 sudah terbentuk 12 Pimpinan Daerah yaitu :

2 Heather Sutherland, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi, (Jakarta : Sinar Harapan, 1983), hlm. 97
3 Ibid, hlm.43

9
1. Kota Medan : TA Lathief Rousydi Kaliman Sunar

2. Kabupaten Langkat : Bachtiar Hasan

3. Kabupaten Deli Serdang : Hasan Basri

4. Kabupaten Karo : Syamsuddin Tanjung

5. Kabupaten Dairi : M. Nuh Rahim

6. Kabupaten Tebing Tinggi : A.R. St. Tamenggung

7. Kab. Asahan/Tanjung Balai : A.H. Syahlan

8. Kab. Simalungun/P. Siantar : St. B. Kasim

9. Tapanuli Tengah : Kadiruddin

10. Tapanuli Selatan : Yahya Siregar

11. Labuhan Batu : A. Manan Malik

12. Nias : A.R. Khatib Basa

Dalam Periode 1968-1971 PMW Surnatera Utara telah pula dilaksanakan


musyawarah wilayah tahunan tanggal 21-23 Pebruari 1970 di Padang Sidempuan.
Dengan beberapa rangkaian kegiatan, antara lain: Sidang Lajnah, Tarjih Muhanunadiyah.
Pembinaaan secara terus menerus baik secara kelembagaan maupun secara
individu, maka menjadikan Muhammadiyah berkembang secara dinamis, sehingga
diadakan musyawarah tahunan tanggal 27-29 Mei 1973 di Barus Tapanuli Tengah. Di
samping Muswil juga dilaksanakan Sidang Tarjih Muhaammadiyah tanggal 21-26 Mei
1973, dengan fokus pembahasan ibadah dan hukum Islam lainnya, yaitu bilangan takbir
pada Idul Fitri dan Idul Adha (7 dan 5) adalah sunnah Rasullallah saw, sedangkan
warga Muhammadiyah baru selama inimemandang takbir 7 dan 5 tersebut dipandang
Bid'ah, puasa ramadhan bagi wanita hamil dan menyusukan bayi, iddah bagi perempuan
kematian suami dan nikah bagi wanita hamil akibat zina. Keputusan Tarjih
Muhammadiyah di Barus, menetapkan bahwa nikah hamil akibat zina hukumnya fasid
(batal) dan keduanya wajib dipisahkan.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi keagamaan dan sosial bersifat netral

10
dalam kegiatan politik. Misalnya dalam menghadapi pemilu 1987 Muhammadiyah
memagari diri dengan:
1) Baik pemimpin, Majlis dan Ortom tidak diperkenankan melakukan kampanye.
2) Gedung milik Muhammadiyah dan halamannya tidak diperkenankan untuk tempat
kampanye.
3) Bahwa Muhammadiyah tidak mempunyai hubungan organisator dan tidak berafliasi
dari suatu partai politik apapun.
4) Menghimbau seluruh anggota Muhammadiyah untuk mensukseskan Pemilu 1987
dengan menggunakan hak pilihnya sesuai dengan asasi masing-masing.
5) Menonaktifkan anggota pimpinan Muhammadiyah yang menjadi Caleg pemilu
1987, untuk Sumatera Utara terdapat di dua daerah (Tebing Tinggi dan Tapanuli
Selatan).
Sesuai dengan tahapan kebijakan program Muhammadiyah baik jangka panjang
maupun jangka pendek, maka tahapan program periode 1990-1995, penekanannya pada
pernantapan kondisi gerakan, yaitu gerak juang dan cita-cita, Muhammadiyah
sebagaimana telah dirintis dan dijalani selama ini.
Pada periode ini Muhammadiyah telah menetapkan tujuan programnya yaitu
terciptanya gerak dan perkembangan Muhammadiyah yang makin kuat dan dinamis, baik
kedalam maupun keluar, dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Dengan
demikian Muhammadiyah Sumatera Utara 1990-1995 menetapkan tiga klasifikasi
program yaitu: bidang konsolidasi gerakan, bidang pengkajian dan pengembangan dan
bidang dakwah, pendiidikan serta pembinaan kesejahteraan ummat (lihat tahfiz hal.9).
Dari pembidangan diatas, diharapkan tercapai target antara lain :
1) Berfungsinya seluruh pimpinan persyarikatan beserta seluruh majlis,badan,
lembaga serta ortom Muhammadiyah tingkat wilayah sampai tingkat ranting,
khususnya sesuai amanah Muktamar Muhammadiyah ke-42 Yogyakarta.
2) Terdapat suatu kesamaan gerak pimpinan, terarah dan terkendali terutama level
pimpinan wilayah, dalam melaksanakan fungsi masing-masing secara efektif.
3) Tercapai suatu koordinasi yang efektif, produktif dan harmonis pada seluruh amal
usaha Muhammadiyah di Sumatera Utara.
Dalam Muswil ke-8 Sibolga selain merumuskan program a, memilih pimpinan juga
telah menyatakan sikap yang tertuang dalam. rekomendasi yaitu memuat 17 pernyataan
11
sikap yaitu :
1) Muhammadiyah mengajak para pemimpin islam, ulama, mubaligh dan pemerintah
untuk lebih menunjukkan perhatian/partisipasi /bimbingan untuk meningkatkan
kesejahteraan ummat secara halal.
2) Menghimbau umat islam untuk bertanggung jawab aktif sesuai kemampuan
masing- masing untuk mengisi pembangunan daerah tertinggal (IDT) di Sumatera
Utara.
3) Menghimbau umat Islam di Sumatera Utara agar waspada terhadap isu-isu SARA
yang dapat memecah belah intern agama dan antar umat beragama.
4) Menghimbau masyarakat agar menegakkan amar makruf nahi munkar menghadapi
kemaksiatan seperti diskotik, panti pijat, minuman keras, dan narkoba yang dapat
merusak generasi bangsa.
5) Muhammadiyah menghimbau pihak berwenang agar lebih meningkatkan
pengawasan terhadap penyimpangan-penyimpangan ditengah-tengah masyarakat.
6) Muhammadiyah menekankan kepada produsen harus membuat label halal yang di
pandang penting oleh umat islam, mengingat konsumen terbesar adalah umat Islam.
7) Muhammadiyah menghimbau umat Islam agar dalam menghadapi kampanye
Pemilu 1997 agar menghindarkan diri dari tindakan emosional yang menjurus
kepada memecah persatuan bangsa dan kesatuan umat Islam.
8) Muhammadiyah menghimbau pemerintah untuk menggalakkan parawisata di
Sumatera Utara salah satu sumber devisa negara.
9) Muhammadiyah dengan arif /bijaksana untuk mengimbangi nilai-nilai kepribadian
bangsa sehingga ticlak diracuni oleh budaya asing yang bersifat negatif dan
deskruktif, bila hal ini tercemari kita harus membayar mahal dalam upaya
penyembuhannya.
10) Mengajak pemerintah dalam menggunakan media massa dan media elektronik
untuk memperbesar porsi acara, untuk membawa pesan-pesan Islam, sehingga
memperkecil tanyangan/berita berbau seks dan sadisme.
11) Muhammadiyah mengajak pemerintah untuk menyelesaikan kasus tanah, di
samping tetap berdiri diatas ketentuan hukum, pemerintah diharapkan senantiasa
arif dan bijaksana serta melindungi kepentingan rakyat kecil.
12) Muhammadiyah mendukung sepenuhnya upaya pemerintah menegakkan gerakan
12
disiplin nasional dengan menerapkannya dari pribadi masing-masing, pejabat dan
tokoh masyarakat dengan memberikan contoh pelaksanaannya.
13) Muhammadiyah menghimbau orang tua agar lebih mengintensifkan pengawasan
dan pengendalian putra-putrinya dari bahaya narkoba.
14) Muhammadiyah mengajak para pengusaha/idustri/pembantu rumah tangga untuk
menggunakan tenaga kerja mereka seefektif mungkin dengan menyediakan sarana
dan prasarana ibadah tanpa mengurangi produktifitas perusahaan serta
memberlakukannya secara manusiawi.
15) Muhammadiyah menghimbau dalam pengiriman tenaga kerja ke luar negeri,
terutama tenaga kerja wanita mengharapkan kepada pihak berwenang untuk
memberikan perlindungan hukum dan bertindak tegas terhadap mereka yang
menyalahgunakannya dan menyengsarakan orang lain.
16) Muhammadiyah menilai gagasan Gubsu (Raja Inal Siregar) tentang marsipature
Hutana Be merupakan gagasan yang sesuai dan cukup produktif yang dilaksanakan
secara terencana dan intensif, sehingga Muhammadiyah mengajak seluruh
keluarganya untuk ikut berperan aktif dalam mensukseskannya.
17) Mengajak seluruh intern Muhammadiyah, memperhatikan perguruan
Muhammadiyah di pedesaan atau di perkotaan agar memperhatikan dan
melaksanakan tugas secara serius, terutama perguruan tinggi, sehingga produk
perguruan Muhammadiyah tersebut mampu bertugas dengan baik , sekaligus
sebagai da'i dimana mereka ditugaskan.
Sesuai keputusan Muktamar ke-43 Aceh, program Muhammadiyah diwarnai oleh
lima prinsip doktrin Muhammadiyah yang cukup luwes untuk menghadapi tantangan-
tantangan Muhammadiyah ke depan yaitu :
Pertama : Doktrin Tauhid, menjadikan seluruh anggota Muhammadiyah sangat
waspada terhadap segala bentuk dan semua manipestasi tahyul, bid'ah dan khufarat.
Karena disamping memahami tuhid teoritis (ilmi) juga secara terus-menerus diasah
tauhid sosialnya, dalam rangka menegakkan keadilan sosial.
Kedua : Doktrin ilmu, menjadikan seluruh anggota Muhammadiyah hidup layak
memiliki martabat, clan harga diri atas dasar iman dan ilmu serta mewujudkan amal
saleh, sehingga anggota Muhammadiyah tidak tertinggal dalam peradaban moderen.
Muhammadiyah sudah berbuat selama ini di bidang pendidikan, dalam arti ta'lim,
13
tarbiyah dan ta'dib, maka sesungguhnya yang dilaksanakan Muhammadiyah selama ini
sudah sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Ketiga : Amal saleh, menjadikan warga Muhammadiyah berorientasi pada
pelaksanaan program kerja dengan sebaik-baiknya. Sehingga kita bergembira hati
melaksanakan amal saleh. Sebab sebelum Muhammadiyah didirikan, umat islam
Indonesia melaksanakan amal saleh secara sporadis, terserak-serak, berdasarkan inisiatif
individu semata-mata. Sedangkan Muhammadiyah sudah dapat menggelar amal salehnya
secara kolektif, yang merupakan karya monumental yang didasari iman mewarnai amal
saleh orang Muhammadiyah.
Keempat : Kerjasama yang didasari ketaqwaan, dan menolak dalam berbuat dosa
dan permusuhan dengan siapapun. Kerjasama Muhammadiyah dengan pemerintah yang
sepanjang sejarahnya bersifat kritis-korektif dan tidak pernah mengambil sikap
konfradiktif-konfrontatif.
Kelima : Menjauhi Politik Praktis, sikap ini memagari Muhammadiyah dari
institusi politik yang dapat merusak kesinambungan kehidupan Muhammadiyah. Dalam
hal ini, bukanlah Muhammadiyah buta politik, akan tetapi jati diri Muhammadiyah tidak
melibatkan diri dalam persatuan politik praktis, yang sering kali menimbulkan konflik
dan pertikaian.

II.3. Visi dan Misi Muhammadiyah Sumatera Utara


Visi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al – Qur’an dan
As – Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menuju terciptanya / terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar – benarnya.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar
memiliki misi :
1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
2. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran
Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan – persoalan kehidupan.
3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al – Qur’an sebagai kitab Allah
14
terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
4. Mewujudkan amalan – amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
5. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
6. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran
Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan – persoalan kehidupan.
7. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al – Qur’an sebagai kitab Allah
terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
8. Mewujudkan amalan – amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah, Muhammadiyah juga
mendirikan Masjid dan Mushollah yang dikoordinir oleh majelis tabliq dan dakwah
Masjid dan mushollah yang didirikan ini dipergunakan selain sebagai tempat
sholat juga dipergunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan Muhammadiyah lainnya
seperti pengajian rutin dan pelatihan-pelatihan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
dan militansi anggota terhadap organisasi.
Muhammadiyah Sumatera Utara selain bergerak dalam bidang dakwah dan
pendidikan juga bergerak di bidang lainnya seperti bidang ekonomi seperti
pembentukan koperasi, bidang kesehatan melalui rumah bersalin, rumah sakit dan
Klinik. Dalam bidang Hukum dan HAM Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki Biro
Bantuan Hukum UMSU dan juga dalam bidang- bidang lainnya yang langsung
bersentuhan langsung terhadap anggota, simpatisan dan masyarakat luas yang berada di
Sumatera Utara.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1. Kesimpulan
1. Adapun maksud tujuan awal pendirian Muhammadiyah ialah:
a) Menyebarkan pengajaran agama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi
Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan
b) Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”.
2. Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, telah menampilkan Islam
sebagai ”sistem kehidupan manusia dalam segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah
bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan
suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek
aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam
benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya.
3. Pada muktamar Muhammadiyah ke-36 tahun 1965 di Bandung, menetapkan struktur
organisasi Muhammadiyah dengan mempedomani daerah administrasi pemerintahan
RI dengan susunan sebagai berikut :
1. Cabang merupakan satuan anggota yang terbagi atas ranting-ranting.
2. Daerah ialah satuan cabang dalam daerah tingkat II (Kabupaten/Kodya),
3. Wilayah yaitu satuan daerah dalam Pemda Tingkat I.
Berdasarkan itulah Muhammadiyah Melikuidasi istilah konsul Muhammadiyah diganti
dengan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah dan Daerah untuk tingkat I dan II
4. Tokoh – tokoh Muhammadiyah di Sumatera Utara antara lain Mukthar Kamal, Lukman
St. Sati, Harris Muda Nasution, Usman Yakub Siregar, Dasyaruddin Ajus, M. Nur Rizali SH,
H. Monang Samosir, Bachtiar Ibrahim, Syafii Khatib, Darwisah Mukhtar, dan lainnya
5. Muhammadiyah Sumatera Utara selain bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan
juga bergerak di bidang lainnya seperti bidang ekonomi seperti pembentukan koperasi,
bidang kesehatan melalui rumah bersalin, rumah sakit dan Klinik. Dalam bidang
Hukum dan HAM Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki Biro Bantuan Hukum
UMSU dan juga dalam bidang- bidang lainnya yang langsung bersentuhan langsung
terhadap anggota, simpatisan dan masyarakat luas

16
III.2. Saran
Makalah ini memang diakui penulis memiliki banyak kekurangan terkait
denganpembahasan yang kurang mendalam. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untukpengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu agama bagi peneliti sendiri sehingga
dapat diaplikasikan. Sedangkan kekurangan penelitian ini dapat menjadi gagasan untuk
penelitian selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emperium Sampai
Emperialisme, (Jakarta : Gramedia, 1987)

Heather Sutherland, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi, (Jakarta : Sinar Harapan, 1983)

Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda (Jakart a: Bharataa, 1983)

PP Muhammadiyah, Sejarah Muhammadiyah, (Yogyakarta : Majelis Pustaka, 1995)

Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2015-2020

Tim Penyusun, Kemuhammadiyahan; jilid 1, (Yogyakarta: Madrasah Mu‟allimin


Muhammadiyah Yogyakarta, 2008)

Mu‟arif, Meruwat Muhammadiyah; Kritik Seabad Gerakan Pembaharu Islam di Indonesia,


(Yogyakarta: Pilar Media, 2005)

18

Anda mungkin juga menyukai