Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AIK

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah AIK 3 judul
“MUHAMMADIYAH SEBAGI GERAKAN SOSIAL”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

KEL 5 Page 1
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
teman teman kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

2.1 Nilai dan Ajaran Sosial Kemanusiaan Muhammadiyah............................6

2.2 Gerakan Peduli Kepada Fakir Miskin dan Anak Yatim..........................16

2.3 Bentuk dan Model Gerakan Sosial Kemanusiaan Muhammadiyah........17

2.4 Revitalitasasi Gerakan Sosial Muhammadiyah.......................................20

BAB III..................................................................................................................24

PENUTUP..............................................................................................................24

KEL 5 Page 2
1.1 KESIMPULAN.......................................................................................24

1.2 SARAN...................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

KEL 5 Page 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an
sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai
Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis
terhadap gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita
lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha,
mulai dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah
sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat
Al-Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan
kemakmuran masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui
bahwa Muhammadiyah menghendaki terciptanya negara yang baik dan
penuh akan ampunan Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan Islam adalah
agama rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian
Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan
yang sekarang masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan
memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim
piatu. Hal inilah yang menjadi penting dalam perkembangan
Muhammadiyah.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses
penguatan kembali sistem paham dan jati diri sesuia dengan prinsip-
prinsip ideal gerakan menuju pada tercapainya kekuatan muhammadiyah
sebagai gerakan islam yang menjalakan fungsi dakwah dan tajdid menju
terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah:
1. Apa yang di maksud nilai-nilai sosial kemanusiaan?
2. Apa saja gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu yang
Muhammadiyah sudah lakukan?

KEL 5 Page 4
3. Bagaimanakah bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah?
4. Bagaimana revitalisasi gerakan sosial muhammadiyah

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis
berharap para pembaca dapat:
1. Memahami nilai-nilai sosial kemanusiaan.
2. Mengerti dan ikut dalam gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu.
3. Memahami bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah.
4. Mengerti tentang revitalisasi gerakan muhammadiyah.

KEL 5 Page 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai dan Ajaran Sosial Kemanusiaan Muhammadiyah

Nilai-nilai dan Ajaran Sosial Kemanusiaan Keagamaan dalam Perspektif


Muhammadiyah (Teologi al-Maun)

1. Nilai Kemanusiaan

Dalam salah satu tulisannya, Abdul Munir Mulkhan (2010: 43) mengatakan,
inti visi kemanusiaan agama-agama adalah cinta kasih. Paus Johanes Paulus II dan
Benediktus XVI adalah tokoh agama yang dikenal sangat gigih memperjuangkan
nilai kemanusiaan. Tulisan Munir Mulkhan tersebut dapat dipahami bahwa KH.
Ahmad Dahlan tidak ketinggalan jika disbanding dengan Paus Johanes Paulus II
dan Benediktus XVI. KH.Ahmad Dahlan tampaknya menjadi tokoh pencari
identitas kebenaran etos kemanusiaan global. Berangkat dari gagasan mulia itu,
lahirlah berbagai rumah sakit, rumah bersalin, sekolah mulai dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi, dari diploma sampai doktoral, panti asuhan yatim
piatu, rumah miskin dan kepanduan.

Selanjutnya, Munir Mulkhan (2010:80) mengutip hasil penelitian Alfian dan


Nakamura yang memiliki kesimpulan bahwa paham keislaman KH. Ahmad
Dahlan mengedepankan penafsiran pragmatis yang oleh Nakamura disebut
sebagai bermuka dua. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa amalan lahiriah adalah bekas
dan hasil dari daya ruh agama. Agama mengandung ajaran yang dapat menjadi
dasar pembentukan nilai-nilai sosial dan perilaku sosial.

Menurut Muhammadiyah, gerakan sosial termasuk dalam urusan Muamalah


al-duniawiyah. Manusia mempunyai nilai universal tanpa dibatasi oleh keyakinan,
wilayah, etnis dan jenis kelamin. Nilai itu adalah nilai kemuliaan yang disandang
oleh setiap anak cucu Adam. Di dalam Al-Qur’an surat al-israa’ ayat 70 secara
deskriptif telah dijelaskan bahwa:

KEL 5 Page 6
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk
yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Israa’:70)

Secara kultural, kemuliaan dapat diperoleh melalui banyak cara,


diantaranya: manusia dapat dianggap mulia karena ilmunya, itulah sebabnya
orang yang berilmu biasa disebut al-mukarram. Manusia dapat dianggap mulia
karena hartanya itulah sebabnya orang kaya dihormati. Manusia dapat dianggap
mulia karena jabatannya, itulah sebabnya pejabat biasa dihormati. Tetapi,
kemiliaan tersebut bukanlah kemuliaan yang dimaksudkan di dalam al-Qur’an.
Kemuliaan tersebut dapat membawa nilai apabila diikuti dengan sifat lain
misalnya: ilmuwan mempunyai nilai apabila ia mengajarkan dan mengamalkan
ilmunya. Orang kaya dianggap mempunyai nilai apabila ia menjadi dermawan.
Pejabat dianggap mempunyai nilai apabila ia menjalankan kepemimpinan dengan
adil.

Secara subtansial, kemuliaan manusia itu melekat pada fitrah. Itulah


sebabnya pada ayat lain dalam al-Qur’an surat al-Hujarat ayat 13 disebutkan
bahwa:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbanga-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di
antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya, Allah maha mengetahui lagi maha mengenal” (QS. Al-Hujuurat:
13).

Bentuk kemuliaan itu direspon dalam al-Qur’an dengan janji antara lain:
mudkhalan kariman (dimasukkan ke tempat yang mulia atau surga) (QS. An-
Nisa’: 31) maghfirah wa rizkun karim memperoleh maghfirah dan nikmat yang
mulia) (QS. Al al Anfal: 4), maqaam karim (tempat yang mulia) (QS. Asy-Syuara:
58). Potensi untuk meraih kemuliaan itu disebut sebagai sebaik-baik makhluk.

KEL 5 Page 7
Dimana makhluk yang diberi potensi tersebut adalah manusia. Inilah yang
disinggung dlam al-Qur’an surat al-Thin ayat 4 bahwa:

Artinya: “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya” (QS. al-Tin: 4)

Melihat deskripsi tersebut bahwa manusia merupakan makhluk yang sangat


mulia, indikator kemuliaan seseorang dapat dilihat dari lima aspek antara lain:

a. Hubungan dirinya dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan di atur dalam aqidah dan ibadah. Aqidah
menjadi inti kehidupan beragama. Jantung Islam adalah penyaksian keesaan
Allah, kemutlakan untuk tunduk pada kehendak Tuhan. Dua kalimat syahadat
merupakan suatu pernyataan pokok yang mengandung makna pembebasan diri
dari berbagai bentuk ikatan kecuali ikatan terhadap Allah SWT. Pernyataan
kehambaan menegaskan bahwa tidak ada tempat menghambakan diri kecuali
hanya kepada Allah SWT. Iman adalah percaya dengan penuh tanggung jawab;
kepercayaan kepada Tuhan merupakan masalah personal, berada dalam hati.
Orang bebas menentukan keyakinan dan kepercayaannya. Nabi Muhammad Saw,
bukan dalam kapasitas melaksanakan keimanan, sebagaimana disebtukan dalam
al_Qur’an bahwa: “Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” (QS. Al-
Ghasiyah:22). Pada ayat lain dikatakan juga, “Dan jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumu seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya?” (QS. Yusuf:99)

b. Hubungan dirinya dengan alam

Tujuan utama diciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah yang


bertugas mengelola, merawat, menjaga, memakmurkan dan memelihara
kelestarian alam semesta dengan pengertian yang seluas-luasnya. Tugas tersebut
disebutkan dalam al-Qur’an, misalnya, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi” (QS. al-Baqarah:30)

KEL 5 Page 8
Keseimbangan dan keramahan lingkungan kepada manusia tergantung pada
bagaimana manusia memperlakukan alam semesta. Al-Qur’an menyatakan
dengan tegas tentang bahaya dari ketidak ramahan manusia terhadap lingkungan.
Dalam al-Qur’an dikatakan, “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)” (QS. Ar-Rum:41)

c. Hubungan dirinya dengan masyarakat

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk yang cenderung


hidup bermasyarakat, bersama, berkelompok-kelompok. Dan berbangsa-bangsa
Islam menekankan pada pentingnya menjaga akhlak dalam kehidupan
bermasyarakat, misalnya menghormati tetangga atau menghormati sejawat.
Sebagaimana disebutkan misalnya dalam surat an-Nisa ayat 36 bahwa:

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapak, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya, Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”
(QS. An-Nisa:36)

Dalam surat yang lain, yaitu al-Qur’an surat Lukman ayat 18-19, juga dijelaskan
bahwa:

Artinya: :”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (Karen


sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah
suaramu. Sesungguhnya seburu-buruk suara ialah suara keledai” (QS.
Lukman:18-19)

Dua ayat tersebut menjelaskan secara eksplisit bahwa sifat sombong itu dicela,
dikecam dalam al-Qur’an. Sombong merupakan ungkapan, simbol dari sikap

KEL 5 Page 9
individualism, sikap menang sendiri, sikap merendahkan orang lain. Merendahkan
orang termasuk salah satu penyakit masyarakat.

d. Hubungan dirinya dengan keluarga

Dalam melaksanakan hubungan dengan keluarga, perinsip yang harus dijaga


adalah saling menghormati, perinsip ta’awun (tolong menolong), perinsip saling
menasehati dan perinsip musyawarah.

e. Hubungan dengan dirinya sendiri

Menjaga diri dari hal-hal yang bisa merusak harkat dan martabat atau bisa
mengurangi derajat kemuliaan. Sebaliknya, harus memelihara diri dari sifat-sifat
yang wajib dimiliki seperti: ikhlas, sabar, jujur, istiqomah. Perlakukan terhadap
diri sendiri menjadi acuan untuk memperlakukan orang lain. Perlakuan orang lain
kepada diri merupakan refleksi dari perlakuan diri kepada orang lain.

2. Ajaran Sosial Kemanusiaan dalam Muhammadiyah

Islam menetapkan dua pola hubungan yang permanen dalam kehidupan


beragama yakni: hubungan dengan Allah SWT, yang lazim disebut hablun
minallah dan hubungan dengan sesama manusia atau lazim disebut hablun
minannas. Hubungan dengan Allah dalam bentuk ibadah dibahas dalam ilmu
fiqih, sedangkan hubungan dengan sesama manusia dibahas dalam ilmu akhlak.

Baik yang berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan dengan


akhlak, apabila disebutkan secara jelas dan tegas di dalam al-Qur’an atau al-
Hadist, itu disebut ajaran. Jadi, konsep ajaran Islam adalah ajaran yang terdapat di
dalam al-Qur’an atau al-Hadist. Berdasarkan konsep tersebut, dapat dinyatakan
bahwa: menyantuni anak yatim adalah ajaran Islam, memberi makan orang miskin
adalah ajaran Islam, mebantu kaum duafa adalah ajaran Islam, seperti halnya
shalat adalah ajaran Islam, dan zakat adalah ajaran Islam. Tiga bentuk ajaran
Islam yang awal disebut merupakan wajib kifayah dalam pandangan ulama fiqih,
sedangkan dua ajaran yang terakhir disebut termasuk kewajiban ‘ain (fardhu ‘ain).
Dalam pandangan Muhammadiyah, kedua kewajiban t6ersebut sama nilainya dan
sama pentingnya. Tiga bentuk ajaran tersebut digolongkan dalam kategori hablun

KEL 5 Page 10
minannas, sementara dua bentuk yang disebut terakhir digolongkan dalam
kategori hablun minallah.

Muhammadiyah menjadi pelopor gerakan filantropi atau pembelaan pada


kaum mustad’afin di Indonesia, sebuah entitas yang tetap menjadi ruh perjalanan
gerakan sepanjang masa. Dikisahkan bahwa pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad
Dahlan membina sebuah pengajian. “Materi pengajiannya, sudah beberapa bulan
membahas surat yang sama yaitu al-Maun. Sampai pada suatu hari, salah seorang
murid bertanya kepada Kiai Dahlan. “Pak Kiai, pengajiannya kok membahas al-
Maun terus, kapan mengaji surat lain?” Lantas, Kiai Dahlan pun balik bertanya.
“Sudahkah kamu mengamalkan surat ini?” Si murid menjawab. “Sudah. Kiai,
saya sudah menggunakan surat ini dalam shalat saya dan suka membacanya
berulang-ulang di rumah. “Bukan begitu ….,” kata Sang Kiai. “Sudahkah kamu
mengamalkan kandungan surat ini? “Sudahkah kamu peduli pada anak yatim di
sekitarmu? Sudahkah kamu memberi santunan terhadap orang miskin di
sekitarmu? Kalau belum, berarti kamu benar-benar mengamalkan surat ini.
“Akhirnya, setelah itu, Sang Kiai dan para muridnya berbondong-bondong
mendatangi tempat-tempat dimana banyak orang-orang miskin dan anak-anak
yatim. Mereka kemudian membawa kaum duafa tersebut ke suraunya, member
mereka makan, memberi pakaian dan member pendidikan.

Cerita terkenal tentang pengajaran surat al-Maun oleh KH. Ahmad Dahlan
kepada murid-muridnya menjadi landasan kuat akan berkembangnya perinsip
“beramal ilmiah, berilmu amaliah” dalam menjalankan gerak pesyarikatan
Muhammadiyah. Tidak cukup hanya dengan mengaji dan mengkaji saja tentang
ajaran agama Islam, namun juga harus melakukan tindakan nyata di lapangan.
Harus beramal nyata, beramal yang dilandasi ilmu, dan ilmu yang mesti
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari perinsip inilah kemudian lahir dan
bertebaran lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, lembaga social, dan
sekian jumlah amal usaha Muhammadiyah di berbagai pelosok negeri
(Febriansyah, dkk., 2013:20-21).

Atas dasar spirit surat al-Maun, KH. Ahmad Dahlan memberi isyarat bahwa
Islam adalah agama yang menekankan bukan hanya aspek ritual dan mengabaikan

KEL 5 Page 11
aspek sosial. Akan tetapi, seorang muslim dikatakan salih dalam menjalankan
ibadah ritual, apabila melahirkan akhlakul karimah dan kepekaan sosial terhadap
lingkungan sekitarnya. Bahkan, orang yang melupakan tidak perduli pada nasib
anak yatim dan orang miskin digolongkan sebagai pendusta agama.

Ajaran sosial kemanusiaan yang dipopulerkan dengan istilah teologi al-Maun


ini mengandung empat nilai, yakni:

a. Nilai religi atau nilai iman

Iman adalah sesusuatu yang menjadi ruh semangat keberagamaan, sesuatu


yang menjadi sumber dan sekaligus motivasi atau penggerak amaliah. Dalam
pandangan Muhammadiyah, iman bukanlah barang yang pasif melainkan aktif.
Iman bukan sesuatu yang absolute dan tidak dapat diamati, tidak dapat diukur,
melainkan iman dapat diamati, diukur dan terlihat dalam interaksi sosial.

Di dalam al-Qur’an, banyak disinggung tentang iman dan amal social.


Keduanya harus aktif secara bersamaan. Iman disejajarkan dengan memberikan
harta yang dicintai sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
177 bahwa:

Artinya: “Bukanlah menghadap wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musyafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS.
Al-Baqarah:177)

Ayat ini menyebutkan tujuh syarat perbuatan yang disejajarkan nilainya dan
menjadi syarat takwa, yakni: Beriman, Memberikan harta yang dicintainya,
Memerdekakan hamba sahaya, Mendirikan shalat, Menunaikan zakat, Menepati

KEL 5 Page 12
janji, dan sabar. Tujuh item dari pesan ayat tersebut dapat diidentifikasi jadi dua
bagian. Bagian pertama terkait dengan hubungan kepada Tuhan: beriman dan
mendirikan shalat; bagian kedua menyangkut hubungan dengan sesama manusia:
memberikan harta yang dicintainya, memerdekakan hamba sahaya, menunaikan
zakat, menpati janji dan sabar. Hal ini berarti tanda-tanda taqwa lebih banyak
berdimensi kemanusiaan.

b. Nilai belas kasih atau nilai al-rahmah

Nilai al-Rahmah atau cinta kasih atau belas kasihan merupakan ajaran dasar
yang sangat prinsipil. Berbagai sifat yang berlawanan dengan sifat al-Rahmah
adalah pemarah, sombong, dengki, dendam. Semua itu dikecam dalam al-Qur’an
Dalam hadist nabi disebutkan bahwa cinta kasih merupakan indikator iman
seseorang sebagaimana dijelaskan dalam hadist dari Annas bin Malik, Artinya;

Dari anas Ibn Malik ra, dari Nabi Saw bersabda, “Tidak beriman seseorang
diantar kamu sebelum ia mencintai saudaranya atau tetangganya, sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Muslim juz 1:49)

Rahmah adalah bagian dalam atau bagian dari aspek kejiwaan (psikologi)
yang menjadi dasar dari perasaan setiap orang. Perasaan tersebut menjadi identitas
diri kemanusiaan. Apabila perasaan tersebut hilang, identitas kemanusiaan juga
dapat dikatakan telah hilang. Istilah yang lebih ekstrim adalah perasaan telah mati.
Inilah yang dimaksud jiwa yang meninggal sementara jasad masih hidup.

Untuk memahami makna al-Rahmah berikut sebuah riwayat yang


menceriterakan bahwa suatu ketika Nabi menggendong seorang anak yang sedang
menhadapi sakratulmaut, nafasnya tersenggal-senggal, menyaksikan situasi
tersebut air mata nabi Muhammad Saw menetes membasahi pipinya. Sahabat
yang hadir pada waktu termasuk Thalhah merasa heran dan bertanya, ada apa
gterangan ya Rasulullah, Beliau menunjukkan kepada air mata yang ada di
pipinya sambil menjawab, “hadzihi al-rahmah” (ini adalah rahmah). Jadi, orang
menangis mengeluarkan air mata karena kesedihan atau perasaan belas kasihan
itulah yang disebut al-rahmah.

KEL 5 Page 13
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Nabi Saw, diminta untuk
mendoakan orang musyrik agar dilaknat oleh Allah SWT. Lalu, Nabi menjawab
sebagaimana disebutkan vdalam hadist dar Abi Hurairah bahwa:

Artinya; “Dari Abi Hurairah, berkata, ya Rasulullah do’akan orang musyrik


supaya dilaknat, lalu Nabi menjawab, saya diutus bukan untuk melaknat
melainkan sebagai rahmat” (HR. Muslim juz 8:24)

Al-Rahmah adalah bagian dari cinta kasih sebagaimana disinggung pada awal
tulisan dan merupakan landasan atau basis pendirian amal usaha di bidang social
yang dibina oleh Muhammadiyah. Amal usaha itu merupakan focus gerakan
Muhammadiyah. Menurut Amin Rais (1998:44-48), terdapat empat doktrin
Muhammadiyah, yakni: Pertama, doktrin pencerahan umat, sehingga amal usaha
yang pertama-tama dirintis oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah adalah mrndirikan
sekolah. Kedua, doktrin amal shalih; dalam Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah telah ditetapkan bahwa syarat berdirinya suatu ranting adalah
wajib memiliki amal usaha minimal mendirikan taman kanak-kanak. Ketiga,
doktrin kerjasama untuk kebajikan; doktrin ini berlandaskan pada QS. Al-Maidah
2, dan kempat, doktrin tidak berpolitik.

c. Nilai syukur

Syukur adalah bentuk pernyataan terima kasih atas nikmat yang telah
diperoleh. Allah akan memberi balasan kepada hambanya yang suka bersyukur
(QS. Al-Qamar:35). Bentuk syukur yang diimplementasikan oleh Muhammadiyah
adalah kerja keras. Muhammadiyah memahami bahwa bekerja secara sungguh-
sungguh dalam mengelola lembaga pendidikan merupakan perwujudan bentuk
syukur (tafsir syukur). Pintu untuk meraih kebahagiaan adalah kerja keras
(syukur). Allah tidak akan membiarkan hambaNya dalam keadaan termarjinal,
dalam keadaan tertinggal untuk keluar dari kesulitan apabila si hamba beriman
dan bekerja keras (bersyukur) (QS. An-Nisa:147) Lebih tegas, dinyatakan bahwa
Allah pasti membalas orang-orang yang bekerja keras (syukur). Sebagaimana
yang telah disebutkan dalam al-Qur’an surat Ibrahim ayat tujuh bahwa:

KEL 5 Page 14
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ”Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”(QS.
Ibrahim:7)

Pada ayat tersebut, terdapat dua istilah yang berlawanan, yakni


term”syukur/syakartum” dengan “kufr/kafartum”. Syukur adalah simbol dari
orang yang tahu berterima kasih kepada Tuhan, sedangkan kufr adalah symbol
dari orang yang tidak tahu berterima kasih. Bekerja keras untuk mengatasi
masalah kemiskinan atau bekerja keras untuk mengurusi anak yatim adalah sikap
dan perilaku orang yang tahu bersyukur.

d. Nilai tolong-menolong

Tolong-menolong merupakan perinsip ajaran Islam dalam kehidupan


bermasyarakat. Tolong-menolong disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah
ayat 2 bahwa:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar


Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu, dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Mesjidil haram, medorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah:2)

Muhammadiyah menganut doktrin bahwa: hidip harus bermasyarakat. Di


dalamnya terkandung pengertian kerja sama, saling menghargai, dan juga saling
mengakui perbedaan. Idea tau cita-cita social Muhammadiyah berkisar pada:
ukhuwah, hurriyah, musawah, dan ‘adalah(persaudaraan, kemerdekaan,
persamaan dan keadilan) (Rais,1998:17). Hidup bermuhammadiyah berarti

KEL 5 Page 15
memperbanyak kawan, dan berarti kita harus memelihara kesetiakawanan. Hidup
bermuhammadiyah berarti menghargai orang lain, menghargai organisasi lain, dan
menghargai agama lain.

2.2 Gerakan Peduli Kepada Fakir Miskin dan Anak Yatim

Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah
berzakat. Di jelaskan dalam Surat At-Taubah : 60 tentang
kelompok penerimaan zakat, fakir miskin dan yatim piatu termasuk golongan
yang wajib menerima zakat. Karena anak yatim dan yatim piatu adalah anak yang
ditinggal meninggal oleh orang tuanya baik ayahnya atau ibunya atau keduanya
dan belum dewasa serta belum dapat mencari nafkah sendiri. Sedangkan fakir
miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan
mereka. Ada yang mencontohkan bahwa fakir itu pendapatan sehari-hari kurang
dari separuh kebutuhannya, sedangkan miskin pendapatannya kurang dari
kebutuhannya tetapi pendapatannya diatas 50% kebutuhannya namun masih
kurang.
Muhammadiyah adalah institusi dan  institusionalisasi teologi Al-Ma’un yang
diharapkan perduli pada kaum tersebut dalam mengikis problematika social.
Muhammadiyah dalam praktisi sosial dengan pemihakan terhadap
kaum mustadl’afin, dhuafa, masakin, dan anak yatim, mengilhami
Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti asuhan,
rumah sakit, dan tempat layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan sosial
adalah kepedulian Muhammadiyah kepada kaum miskin dan kepentingan umat.
Dalam realitas keseharian dapat  disaksikan banyak orang kaya Islam khusyuk
merata dahi di atas sajadah, semantara di sekitarnya banyak tubuh layu
kekurangan gizi dan di grogoti penyakit. Banyak orang rajin beribadah padahal
kemiskinan,kebodohan,kelaparan,dan kesulitan mendera saudara-saudaranya.
Fakta dan realitas kemiskinan adalah wajah lain dehumanisasi. Kemiskinan terjadi
akibat kemungkaran sosial dan dosa sosial akut. Ia bukan masalah individu, tetapi
masalah bersama yang harus di cari jalan keluarnya. Dalam kontek ini
muhammadiyah dapat memainkan peran strategis, dengan member sumbangsi
nyata terhadap masyarakat.

KEL 5 Page 16
2.3 Bentuk dan Model Gerakan Sosial Kemanusiaan Muhammadiyah

Teologi al-Ma’un diterjemahkan kedalam tiga pilar kerja atau tiga bentuk
pelayanan yakni: pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial. Tiga pilar tersebut secara praktis dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pelayanan Pendidikan

Doktrin Muhammadiyah adalah pencerahan dan doktrin amal salih.


Konsekwensi dari doktrin ini adalah Muhammadiyah mencurahkan segala
kemampuannya untuk mendirikan sekolah-sekolah, mulai dari Taman Kanak-
Kanak atau Pendidikan Usia Dini sampai ke Perguruan Tinggi. Besarnya apresiasi
sejarah terhadap organisasi Muhammadiyah tidak bias dilepaskan dari peranan
Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Tidak dapat
dimungkiri bahwa salah satu factor yang mendorong KH. Ahmad Dahlan
mendirikan cMuhammadiyah adalah keterbelakangan bangsa Indonesia dari segi
pendidikan. Tentu vproblem tersebut sekaligus mrnjadi problem umat Islam.

Dewasa ini, Muhammadiyah mengelola lembaga pendidikan sebanyak 1132


Sekolah Dasr, 1769 Madrasah Ibtidayah, 1184 Sekolah Menengah Pertama, 534
Madrasah Tsanawiyah, 511 Sekolah Menengah Atas, 263 Sekolah Menengah
Kejuruan, 172 Madrasah Aliyah, 67 Pondok Posantren, 55 Akademi, 4 Politeknik,
70 Sekolah Tinggi, dan 36 Universitas yang tersebar di seluruh Indonesia (Profil
Muhammadiyah, 2005). Namun sepuluh tahun kemudian, yakni pada tahun 2015,
data tentang lembaga pendidikan yang dikelola Muhammadiyah sebagai berikut:
TK/TPQ: 4.623, SD/MI: 2.604, SMP/MTs: 1.772, SMA/SMK/MA: 1.143,
Pondok Posantren: 67,  dan Perguruan Tinggi: 172.
Beberapa Hasil Yang Dicapai Muhammadiyah di Bidang Pendidikan :

1. Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam


Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman
pendidikan Alquran, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332
madrasah diniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP
dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA, MA, SMK), 101
sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi,

KEL 5 Page 17
serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun
ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54
akademi, dan 4 politeknik (Data Cahgemawang, 2009). Nama-nama
seperti Bustanul Athfal/TK Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP
Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan
Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah.
2. Pelayanan Kesehatan

Tahun 1918 telah berdiri Penolong Kesengsaraan Umum (PKU) yang pada
tahun 1921 menjadi bagian khusus dalam Muhammadiyah. Pada tahun 1926,
berdirilah klinik di Surabaya, malang dan Surakarta atau Solo, selain klinik yang
ada di Jokyakarta. Sekarang ini masalah pelayanan kesehatan diurus oleh suatu
majelis yang diberi nama Majelis Pembinaan kesehatan Umum. Dalam
mewujudkan visi muhammadiyah tahun 2025, salah satu usahanya adalah
meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Sekarang,
Muhammadiyah mengelola Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP dan lain
sebagainya yang secara keseluruhan telah berjumlah 457 buah (lihat profil
Muhammadiyah, 2015). Semangat warga Muhammadiyah mendirikan amal usaha
dalam bidang kesehatan semakin tumbuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh
banyaknya putra-putri Muhammadiyah yang kuliah di Fakultas Kedokteran.

Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus


mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian.
Balai-balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat)
Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO
(Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun
kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah
& ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:

1. Rumah sakit berjumlah 34


2. Rumah bersalin berjumllah 85
3. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 50
4. Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 11
5. Balai Pengobatan berjumlah 84

KEL 5 Page 18
6. Apotek dan KB berjumlah 4
7. Institusi Pendidikan berjumlah 54

3. Pelayanan Sosial

Dalam mewujudkan visi Muhammadiyah tahun 2025, usaha lainnya adalah


memajukan perekonomian dan kewirausahaan kea rah perbaikan hidup yang
berkualitas. Selain masalah pendidikan yang menjadi alas an utama KH. Ahmad
Dahlan mendirikan muhammadiyah, masalah ekonomi umat juga menjadi factor
dominan pendorong lahirnya persyarikatan muhammadiyah. Jika usaha
pendidikan berusaha untuk mengubah situasi umat yang bodoh menjadi umat
yang cerdas, maka bidang ekonomi digarap dalam rangka mengubah keadaan
masyarakat yang miskin menjadi masyarakat yanga kaya atau paling tidak
menjadi masyarakat yang berkecukupan.

Sampai tahun 2015, vamal usaha Muhammadiyah dalam bidang social


meliputi: Panti Asuhan, santunan, asuhan keluarga dan lain sebagainya
sebanyak318, panti jompo: 54, rehabilitasi cacat: 82, SLB: 71, Mesjid: 6.118.
Majelis-majelis yang terkait dengan urusan social adalah: Majelis Pelayanan
Sosial, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, Majelis Pemberdayaan masyarakat.
Lembaga-lembaga yang terkait adalah: Lembaga Penanganan Bencana dan
Lembaga Zakat Infak dan Sedekah.

Muhammadiyah melalui MPM melaksanakan program pemberdayaan petani,


pendapingan kelompok-kelompok usaha micro, dan pemberdayaan masyarakat
miskin, yang dilakukan dalam berbagai usaha dan bentuk kegiatan, antara lain:

1. Pemberdayaan petani, yaitu pembinaan tata cara tanam yang menggunakan


pupuk organic, pelatihan dan penyediaan fasilitator pemberdayaan serta
penyadaran fungsi penting pupuk organic, dan lain-lain.
2. Pemberdayaan kelompok usaha mikro: MPM melakukan pendampingan
terhadap kelompok usaha mikro, misalnya; kelompok perempuan petani
kakao, kelompok petani di Tasikmalaya dan kelompok industry rumah
tangga dan lain-lain.

KEL 5 Page 19
3. Pemberdayaan kelompok miskin kota: MPM membuat pilot proyek
pemberdayaan pengemudi becak, dan lain-lain.
4. Adapun Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang
sosial, telah balai kesehatan sosial, 161 santunan keluarga, 5 panti
wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan
kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan
Muhammadiyah). Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
(Forpama) yang dibentuk untuk Periode 2007 s.d 2010, sejak diberikan
tanggungjawab, terus melakukan berbagai macam terobosan dan langkah-
langkah strategis untuk menjadikan panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
sebagai lembaga profesionalisme, prima dalam kualitas pelayanan dan
memiliki keteguhan komitmen dalam pembinaan anak-anak mendirikan
lembaga amal usaha sosial dalam bentuk panti sosial Muhammadiyah,
sebagai wujud kepedulian persyarikatan Muhammadiyah dalam
menghadapi permasalahan kemiskinan, pembodohan dan meningkatnya
jumlah anak yatim piatu dan anak terlantar.
5. Dalam bidang kesejahteraan sosial ini, hingga tahun 2000 Muhammadiyah
telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 panti sosial
Muhammadiyah-Aisyiyah yang berjumlah lebih dari 22.000 anak se-
Indonesia dari 351 kelembagaan Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
(Direktori Forpama, 2008). Dengan demikian anak asuh Panti Sosial
Muhammadiyah-‘Aisyiyah menjadi labor kader utama guna membangun
sumber daya insani yang berkualitas di Persyarikatan Muhammadiyah.
Demikian pula hasil-hasil amal usaha yang lain yang telah dicapai oleh
persyarikatan Muhammadiyah, seperti bidang tarjih, ekonomi, dll

2.4 Revitalitasasi Gerakan Sosial Muhammadiyah

Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan (transformasi)


yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan terhadap aspek-aspek
yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan
pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan yang lebih baik dan lebih
maju dari kondisi sebelumnya. Revitaliasi sebagai proses perubahan yang

KEL 5 Page 20
direncanakan meliputi tahapan-tahapan penataan, pemantapan, peningkatan dan
pengembangan yang dilakukan secara berkesinambungan.

Langkah-langkah revitalisasi gerakan muhammadiyah yaitu melakukan


penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi
Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

1. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan


masyarakat di daerah lokal, nasional, dan global dengan menjalankan
fungsi dakwah dan tajdid serta mengembangkan ukhuwah dan kerjasama
dengan semua pihak yang membawa pada pencerahan dan kemaslahatan
hidup.
2. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham
agama dalam Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah dan
menjadi rahmat bagi kehidupan.
3. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih
dan ijtihad yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.

Macam macam aspek revitalisasi gerakan yaitu:

1. Revitalisasi Teologis

Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsir ulang


pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalam muhammadiyah
sebagaimana prinsip-prinsipnya tentang agama islam, dunia, ibadah sabilullah dan
ijtihad. Dalam revitalisasi teologis ini dapat dikaji ulang dan dirumuskan
epistemologi keislaman Muhammadiyah seperti tentang kalam (falsafah) atau
pandangan ke-Tuhanan, pandangan tentang Fiqih, dan pemikiran-pemikiran
keislaman lainnya.

2. Revitalisasi Ideologis

Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan sistem


paham disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi landasan
membangun kesadaran dan ikatan kolektif dalam memperjuangkan

KEL 5 Page 21
gerakanmuhammadiyah. Pemikiran dasar Kyai Dahlan, 12 lagkah dari Kyai Mas
Mansur, muqaddimah anggaran dasar, kepribadian muhammadiyah, matan
keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiyah, khittah perjuangan
muhammadiyah, dan pedoman hidup islami warga muhammadiyah merupakan
rujukan dasar sekaligus perlu disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga
menjadi basis ideologi gerakan muhammadiyah yang mengikat seluruh anggota
muhammadiya dalam melaksanakan gerakan. Ketika dirasakan adanya krisis
kemuhammadiyahan, maka krisis tersebut harus dibaca dalam konteks pelemahan
ideologis di kalangan muhammadiyah karena tuntutan-tuntutan dan
pertimbangan-pertimbangan yang biasanya serba pragmatis.

3. Revitalisasi Pemikiran

Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan wawasan


pemikiran seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik mengenai format
pemikiran muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bercorak dakwah dan
tajdid, maupun dalam memahami permasalahan-permasalahan dan perkembangan
kehidupan tingkat lokal, nasional, dan global. Dikotomi yang keras tentang
pemikiran literal versus liberal, pemurnian versus pembaruan atau pengembangan,
ekslusif versus inklusif, organisasi versus alam pikiran, structural versus cultural
menggambarkan masih terperangkapnya sebagian kalangan dalam
muhammadiyah mengenai orientasi pemikiran pada wilayah orientasi atau
paradigm yang sempit atau terbatas. Sejauh menyangkut pemikiran perlu
dijelaskan domain relativitas setiap pemikiran agar tidak terjadi pengabsolutan
setiap pemikiran, lebih-lebih jika klaim pemikiran tertentu dijadikan alat pemukul
dan saling menegaskan terhadap pemikiran yang lain, sehingga yang terjadi ialah
perebutan dominasi dan bukan sikap tasamuh.

4. Revitalisasi Organisasi

Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem


pengelolaan kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan struktur dan
fungsi organisasi, birokrasi, pengelolaan dan pelayanan administrasi, hingga
pengembangan organisasi yang mengarah pada peningkatan kualitas, efisiesnsi-

KEL 5 Page 22
efektivitas, dan menjadikan organisasi sebagai instrument gerakan untuk
kemajuan dan pencapaian tujuan Muhammadiyah.

KEL 5 Page 23
KEL 5 Page 24
DAFTAR PUSTAKA

KEL 5 Page 25

Anda mungkin juga menyukai