Anda di halaman 1dari 56

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN NASABAH

DALAM MENGGUNAKAN MOBILE BANKING DIKOTA


LHOKSEUMAWE

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Peryaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
SITI IQLIMA
NIM. 170440070

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE-ACEH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas seluruh rahmat serta hidayah-Nya

yang sudah diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan proposal ini.

Serta tidak lupa pula shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW,yang telah membawa kita dari alam jahiliyah kepada alam yang penuh ilmu

pengetahuan, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis faktor-faktor

yang menentukan nasabah dalam menggunakan mobile banking dikota

Lhokseumawe’’ dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, untuk

memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh.

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapatkan banyak saran dan

masukan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H.Herman Fithra, ST., MT., IPM selaku Rektor Universitas

Malikussaleh.

2. Bapak Dr. Hendra Raza, S.E., M.Si, Ak, Ca selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh.

3. Bapak Mukhlis M Nur, Lc., MA selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh.

4. Ibu Rani Puspitaningrum, SP. M. SE selaku dosen pembimbing yang

dengan sabarnya membimbing saya dan dapat meluangkan waktu dalam

membimbing penulisan skripsi ini.

1
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Malikussaleh, yang telah memberikan ilmu yang berguna dan bermanfaat

bagi penulis

6. Ibunda, ayahanda serta keluarga dan kerabat saya yang telah membimbing,

memberikan motivasi, semangat dan kasih sayang yang tiada hentinya

kepada penulis

Penulis menyadari bahwa dengan berbagai keterbatasan kemampuan yang

penulis miliki, skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi

maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan di masa yang akan datang.

Semoga rahmat dan hidayat serta lindungan-Nya senantiasa dilimpahkan

kepada kita semua, selaku orang-orang yang selalu ingin mencari kehidupan yang

lebih baik di dunia dan akhirat. Kepada-Mu kami menyerahkan diri dan

keampunan-Mu kmi harapkan, semoga tulisan ini bermanfaat dan berguna. Amin

Ya Rabbal’alamin.

Lhokseumawe, 31 January 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 14

1.3. Tujuan Penelitian 15

1.4. Manfaat penelitian 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17

2.1 Landasan Teori 17

2.1.1 Mobile Banking 17

2.1.2 Manfaat 21

2.1.3 Kegunaan 24

2.1.4 Resiko 25

2.1.5 Kepercayaan 28

2.2 Penelitian Terdahulu 31

2.3 Kerangka Konseptual 33

2.4 Hipotesis 34

BAB III METODE PENELITIAN 36

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian 36

3.2 Populai dan Sampel 36

3.2.1 Populasi 36

3.2.2 Sampel 36

3.3 Jenis dan metode pengumpulan data 37

3
3.3.1 Jenis data 37

3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data 38

3.3.3 Skala Pengukuran Data 38

3.4 Definisi Operasional Variabel 39

3.5 Uji Kualitas Data 41

3.5.1 Uji Reabilitas 41

3.5.2 Uji Validitas 41

3.6 Metode Analisis Data 42

3.7 Uji Asumsi Klasik 43

3.7.1 Uji Normalitas 43

3.7.2 Uji Heterokedastisitas 44

3.7.3 Uji Multikolineritas 44

3.8 Pengujian Hipotesis 45

3.8.1 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji-t) 45

3.8.2 Uji Pengaruh Secara Simultan (Uji-F) 46

DAFTAR PUSTAKA 47

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dari tahun ke tahun

mendukung keberhasilan sebuah organisasi dalam persaingan bisnis. Semakin

mudah dan cepatnya mendapatkan informasi dengan menggunakan teknologi

berdampak pada peningkatan interaksi antar individu untuk mendapat informasi

yang dibutuhkan. Hal ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi, baik dalam kegiatan ekonomi maupun sosial

masyarakat termasuk kegiatan transaksi keuangan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Salah satu yang mengikuti perkembangan teknologi informasi ini

adalah perbankan. Di Aceh sendiri, Perkembangan teknologi ini dilakukan

perbankan dengan tujuan agar organisasinya berjalan dengan baik dan

meningkatkan prestasi kerjanya. Hal ini diwujudkan dalam pengembangan sistem

pelayanan terhadap nasabah dalam bentuk mobile banking.

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan hal yang diharapkan oleh

pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya atau perilaku dalam

menggunakan teknologi pada saat melakukan pekerjaan. Menurut Jogiyanto

(2003), teknologi informasi adalah subsistem atau sistem bagian dari sistem

informasi. Perkembangan zaman yang didukung dengan perkembangan teknologi,

menyebabkan kebutuhan manusia terhadap informasi semakin kompleks,

sehingga perusahaan harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi dan

lebih mengoptimalkan fasilitas teknologi informasi dalam rangka dapat bertahan

1
2

dan menang dalam persaingan usaha di pasar global. Perkembangan teknologi

saat ini banyak memberikan kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis.

Pentingnya teknologi informasi dalam bisnis tidak diragukan lagi, banyak

perusahaan di dunia berkeinginan untuk mengubah dirinya menjadi pembangkit

daya (power house) bisnis global melalui berbagai investasi besar dalam e-

business, e-commerce, dan usaha teknologi informasi lainnya yang global. Jadi

terdapat kebutuhan yang nyata bagi para manajer bisnis dan praktisi bisnis untuk

memahami bagaimana mengelola fungsi organisasi yang penting ini. Mengelola

sistem dan teknologi informasi yang mendukung proses bisnis modern perusahaan

saat ini adalah tantangan besar untuk para manajer bisnis dan teknologi informasi

serta para praktisi bisnis.

Peran teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana

kemajuan suatu sistem perbankan sudah tentu didukung oleh peran teknologi

informasi. Semakin berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan

perbankan untuk memudahkan pelayanan, itu berarti semakin beragam dan

kompleks adopsi teknologi yang dimiliki oleh suatu bank.

Kebanyakan dari pelanggan, terutama pada nasabah bank menginginkan

suatu pelayanan yang bersifat sederhana dan praktis. Pada perusahaan perbankan,

penilaian konsumen atas suatu produk jasa bukan hanya pelayanan yang baik,

tetapi juga terletak pada fasilitas-fasilitas penunjang, nasabah memperoleh

kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi serta kepuasan yang menyeluruh

terhadap jasa bank. Sehingga dibutuhkan suatu sistem yang dapat memenuhi

segala kebutuhan dengan efisiensi dan praktis. Saat ini teknologi merupakan
3

peranan penting dalam bisnis, perbankan yang memanfaatkan teknologi modern

yang semakin berkembang untuk membantu kinerja pengoperasian sistem yang

ada dalam perbankan tersebut.

Bank mengembangkan layanan-layanannya tidak lagi hanya dengan slogan

layanan yang aman dan terpercaya, namun juga mampu memberikan layanan

yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah yang telah berkembang searah

dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup. Salah satu bentuk layanan yang

dikembangkan oleh bank adalah layanan online banking. Online banking adalah

layanan transaksi perbankan yang dapat dilakukan oleh nasabah baik dari rumah,

tempat usaha atau di lokasi-lokasi lain yang bukan di lokasi bank yang riil (kantor

cabang) dengan menggunakan media komunikasi seperti komputer, telepon

seluler dan telepon rumah. Bentuk layanan perbankan berbasis online adalah

Automatic Teller Machine (ATM) atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal

sebagai anjungan tunai mandiri. Selain ATM, electronik banking atau yang

lebih dikenal dengan electronik banking juga merupakan salah satu jasa online

banking yang menyesuaikan perkembangan teknologi dengan gaya hidup

nasabah masa kini yang lebih mengutamakan kemudahan.

Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet menyebabkan

mulai munculnya implikasi bisnis yang berbasis elektronik. Dalam dunia

perbankan sendiri, pada umumnya memanfaatkan teknologi untuk mengakomodir

kebutuhan berinteraksi antara perusahaan dengan nasabah. Elektronic banking

adalah salah satu jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh

informasi, melakukan komunikasi dan transaksi perbankan melalui jaringan, dan


4

bukan merupakan bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui

internet (Tampubolon, 2004)

Elektronik banking merupakan layanan perbankan yang meliputi Internet

Banking, mobile banking, sms banking dan Phone Banking. Fasilitas yang

disediakan perusahaan perbankan melalui benda elektronik misal: hanphone,

komputer, dan telepon untuk mengganti kebutuhan bertransaksi yang biasanya

dilakukan oleh ATM. Dengan kata lain, nasabah dapat melakukan transaksi

perbankan melalui handphone ataupun internet seperti transaksi di mesin ATM.

Electronik banking membuka paradikma baru, struktur baru dan strategi bagi

retail bank, dimana bank menghadapi keremapatan dan tantangan yang baru.

Mobilitas dan tuntutan hidup yang semakin tinggi meminta kita untuk

melakukan transaksi perbankan secara cepat dimana saja, teknologi informasi

yang pesat telah mempengaruhi industri perbankan, salah satu bentuk penggunaan

teknologi informasi yaitu mobile banking. Mobil banking merupakan salah satu

wujud dari kemajuan perkembangan teknologi tersebut, perangkat komunikasi

merupakan salah satu contoh dari perkembangan teknologi yang pada saat ini juga

dimanfaatkan oleh sektor perbankan. Dengan tujuan meningkatkan pelayanan

kepada nasabah, mobile banking merupakan salah satu bentuk layanan yang

disediakan oleh bank untuk memungkinkan nasabah melakukan transaksi melalui

ponsel seluler. Dengan di dukungnya teknologi yang semakin canggih dan

teknologi tersebut mampu dimanfaatkan oleh industri perbankan maka aktivitas

perbankan kini dapat dilakukan bermodalkan telepon seluler yaitu dengan fasilitas

mobile banking. Fasilitas layanan ini sangat membantu kebutuhan nasabah yang
5

memiliki mobilitas dan kesibukan yang cukup tinggi, disamping itu dengan

adanya fasiltas mobile banking maka nasabah akan merasa lebih efektif dan

efisien.

Pesatnya perkembangan bisnis online banking khususnya mobile banking

di Indonesia perlahan menggeser gaya perbankan yang konvensional

yang melibatkan puluhan juta nasabah bank di Indonesia. Bukan suatu yang

mudah menggeser pola kebiasaan lama cash and carry banking atau old banking

style ini ke new banking style. Kehadiran mobile banking ini telah membawa

perubahan yang mendasar pada jenis layanan perbankan, dari yang awalnya

banking delivery channels ke arah self-service channels yaitu mobile banking.

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan melalui penggunaan mobile

banking, nasabah bank dapat dengan mudah mengakses dari mana saja di seluruh

Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir ini, bank komersial telah

memperkenalkan sistem perbankan berbasis elektronik banking untuk

meningkatkan operasional dan mengurangi biaya. Mobile banking merupakan

salah satu bentuk produk jasa yang mulai banyak ditawarkan oleh bank-bank

komersial di Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus pada pengguna

mobile banking dikota Lhokseumawe. Dalam pengamatan awal diperoleh

populasi sebanyak 55 orang yang aktif menggunakan mobile banking di kota

Lhokseumawe. Pengguna mobile banking tersebut merupakan nasabah dari bank

yang berbeda mulai dari bank BCA, BRI Syariah, bank Mandiri, BNI, BTN.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan, Nasabah memilih untuk


6

menggunakan mobile banking dikarenakan berbagai pertimbangan diantara nya

yaitu faktor manfaat, kegunaan, risiko, dan keperayaan.

Berdasarkan hasil wawancara, manfaat penggunaan mobile banking sangat

dirasakan oleh nasabah yang menggunakan fasilitas tersebut, hal ini terbukti

dengan adanya efisiensi waktu yang didapatkan ketika melakukan transaksi

keuangan menggunakan layanan mobile banking dibandingkan dengan

melakukan transaksi langsung ke perbankan.

Pada dasarnya nasabah, sebuah layanan yang mampu memberikan

manfaat pada nasabah pasti akan diterima dengan baik. Semakin nasabah merasa

mobile banking bermanfaat maka fasilitas perbankan tersebut akan sering

dugunakan. Manfaat secara tidak langsung dapat mempengaruhi sikap

penggunaan layanan mobile banking, dan nasabah diharapkan akan lebih

sering menggunakan layanan mobile banking sebagai transaksi perbankan non

tunai yang lebih fleksibel.

Namun perlu digaris bawahi bahwa tidak semua transaksi dapat dilakukan

melalui mobile banking. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor pertimbangan

bagi nasabah.

Namun demikian, nasabah yang menggunakan mobile banking juga

menyadari bahwa dalam pemanfaatan fasilitas tersebut juga terdapat resiko. Hal

ini mengingat banyaknya kasus cyber crime yang terjadi belakangan ini.

Berdasarkan hasil wawancara, nasabah mengaku sedikit khawatir dengan faktor

keamanan ketika menggunakan mobile banking. Namun faktor resiko ini tentu
7

saja sudah dijamin oleh pihak penyedia layanan mobile banking, sehingga

nasabah tidak perlu khawatir terhadap hal tersebut.

Resiko atau Perceived risk dapat diartikan sebagai resiko secara

umum yang diterima oleh seseorang pada saat menggunakan suatu sistem. Peter

dan Ryan (1976) dalam Lee (2009) menyatakan persepsi resiko juga merupakan

subjektivitas atas kerugian. Cunningham (1976) mendefiniskan persepsi

resiko sebagai sejumlah yang merupakan kepastian dari perasaan subjektif

individu atas konsekuensi kerugian.

Resiko adalah ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang

kerugian terhadap pengambil keputusan. Ketidakpastian merupakan situasi yang

tidak dapat diprediksi sebelumnya, mendefinisikan risiko sebagai peluang

terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya tekait dengan situasi

yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan

memperkirakan terjadinya hasil negatif (Muslich, 2007).

Menurut (Assael, 2002). Risiko persepsian menjadi lebih tinggi ketika:

a. Sedikit tersedia informasi mengenai produk.

b. Produk tersebut merupakan produk baru

c. Produk tersebut memiliki teknologi yang kompleks

d. Rendahnya kepercayaan diri konsumen dalam mengevaluasi merek

e. Tingginya harga produk

f. Produk tersebut penting bagi konsumen.

Resiko dianggap sebagai suatu ketidakpastian tentang kemungkinan

negatif dari menggunakan produk atau jasa. Resiko didefinisikan sebagai


8

keyakinan pelanggan tentang potensi hasil negatif yang tidak pasti dalam

menggunakan Internet Banking. Penilaian resiko dirasakan sangat tergantung

pada individu psikologis dan karakteristik situasional (Yousafzai, 2003).

Faktor kepercayaan juga mempengaruhi penggunaan mobile banking di

kota Lhokseumawe, hal ini dibuktikan dengan masih adanya masyarakat yang

memilih untuk tidak menggunakan layanan mobile banking . Mereka cenderung

tidak percaya terhadap transaksi melalui smartphone dikarenakan khawatir jika

terjadi gangguan yang berasal dari layanan mobile banking maupun konektivitas

internet.

Selain faktor resiko, kegunaan merupakan faktor penting yang

diperhatikan nasabah dalam penggunaan jasa layanan perbankan, tidak

jarang nasabah juga mempertimbangkan penggunaan layanan mobile banking

dikarenakan sistem yang rumit sehingga nasabah masih cenderung lebih memilih

menggunakan layanan ATM yang sekedar mengecek saldo, transfer, dan

membayar tagihan melalui ATM. Kegunaan (usefulness) didefinisikan sebagai

sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan

meningkatkan kinerja pekerjaannya (davis, 1989) Variabel kegunaan diukur

dengan instrumen yang dikembangkan oleh (kaofaris, 2002). Indikator yang

digunakan untuk variable kegunaan sebagai berikut: menjadikan lebih mudah,

berguna, menambah produktifitas, mengembangkan kinerjar.

Menurut Wibowo (2008) kegunaan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu interaksi individu dengan sistem yang jelas dan mudah dimengerti, tidak

dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan system tersebut , dan mudah
9

mengoperasikan system sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan. Salah

satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan bank adalah dengan

memperhatikan kemudahan penggunaan yang dapat dimengerti dengan

mudah sehingga nasabah tidak mengalami kesulitan ketika mengoperasikan

system layanan mobile banking.

Faktor kepercayaan juga berpengaruh terhadap sikap positif

penggunaan layanan mobile banking. Kepercayaan adalah suatu gagasan

dekriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu (Kotler, 2006). Seiringnya

maraknya kejahatan internet seperti pembobolan akun, faktor kepercayaan

menjadi hal yang sangat penting dalam penggunaan mobile banking sebagai

transaksi perbankan. Konsep kepercayaan ini berarti bahwa nasabah percaya

terhadap kehandalan pihak bank dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan

akun nasabah.

Kepercayaan secara umum dipandang sebagai unsur mendasar bagi

keberhasilan suatu hubungan (relationships). Tanpa adanya kepercayaan suatu

hubungan tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Kepercayaan

adalah faktor penting dalam membangun komitmen antara perusahaan dan

pelanggan. Kepercayaan sebagai kesediaan (willingness) seseorang untuk

menggantungkan dirinya pada orang lain dengan besaran risiko tertentu (Lau G.

a., 1999).

Kepercayaan akan terjadi apabila seseorang memiliki kepercayaan diri

dalam sebuah pertukaran dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat
10

dipercaya (Morgan, 1994) .Jadi, kepercayaan adalah keyakinan seseorang akan

menemukan apa yang diinginkan pada mitra pertukaran.

Penelitian ini telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya dan mendapat hasil

yang berbeda, dari perbedaan tersebut membuat penelitian lanjutan mengenai

Analisis factor-faktor yang menentukan nasabah dalam menggunakan mobile

banking di Kota Lhokseumawe. Hasil peneliti terdahulu menunjukkan:

● Penelitian Mario Ledesman (2018) Berdasarkan hasil penelitian, kemanfaatan,

berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah dalam menggunakan mobile

banking. Akhmad Fakhrurozi

● Penelitian Akhmad Fakhrurozi Berdasarkan hasil penelitian, kegunaan

berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah dalam menggunakan mobile

banking.

● Mohammad Irfan Bagastia (2018) Berdasarkan hasil penelitian, resiko

berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah dalam menggunakan mobile

banking.

● Bastian Amanullah (2014) Berdasarkan hasil penelitian, kepercayaan berpengaruh

secara signifikan terhadap minat nasabah dalam menggunakan mobile banking.

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Analisis factor-faktor yang menentukan

nasabah dalam menggunakan mobile banking di Kota Lhokseumawe)”

1.2. Rumusan Masalah


11

Berdasarkan uaraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan m

asalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah persepsi manfaat berpengaruh positif/negatif terhadap minat nasabah

untuk menggunakan mobile banking?

2. Apakah persepsi kegunaan berpengaruh positif/negatif terhadap minat nasabah

untuk menggunakan mobile banking?

3. Apakah persepsi resiko berpengaruh positif/negatif terhadap minat nasabah

untuk menggunakan mobile banking?

4. Apakah persepsi kepercayaan berpengaruh positif/negatif terhadap minat

nasabah untuk menggunakan mobile banking?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian yaitu:

1. Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh kemanfaatan berpengaruh

terhadap minat nasabah untuk menggunakan mobile banking

2. Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh kegunaan berpengaruh

terhadap minat nasabah untuk menggunakan mobile banking

3. Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh resiko berpengaruh terhadap

minat nasabah untuk menggunakan mobile banking

4. Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh kepercayaan berpengaruh

terhadap minat nasabah untuk menggunakan mobile banking

1.4. Manfaat penelitian


12

Suatu penelitian ilmiah tentunya dapat bermanfaat secara teoritis maupun

praktis. Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya adalah:

1. Secara teoritis bagi peneliti adalah sebagai sarana untuk mengembangkan dan

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dan penelitian ini diharapkan

bisa bermanfaat untuk menambah literature serta bisa membantu bagi aktivitas

akademika untuk menambah informasi.

2. Secara praktis, bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang masalah yang diteliti serta sebagai sarana belajar dan

masukan bagi penulis dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah di

pelajari terhadap kasus yang nyata dan relevan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Mobile Banking

Pengertian mobile banking Mobile banking merupakan sebuah fasilitas

dari bank dalam era modern ini yang mengikuti perkembangan teknologi dan

komunikasi. Layanan yang terdapat pada mobile banking meliputi pembayaran,

transfer, history, dan lain sebagainya. Penggunaan layanan mobile banking pada

telepon seluler memungkinkan para nasabah dapat lebih mudah untuk

menjalankan aktivitas perbankannya tanpa batas ruang dan waktu. Dengan

adanya layanan mobile banking diharapkan dapat memberikan kemudahan dan

manfaat bagi para nasabah dalam melakukan akses ke bank tanpa harus datang

langsung ke bank (Hanif Astika Kurniawati, 2017).

Menurut (nurastuti, 2011) Mobile banking atau yang lebih dikenal dengan

sebutan m-banking merupakan sebuah fasilitas atau layanan perbankan

menggunakan alat komunikasi bergerak seperti handphone, dengan

penyediaan fasilitas untuk bertransaksi perbankan melalui aplikasi pada

handphone. Dengan adanya handphone dan layanan mobile banking, transaksi

perbankan yang biasanya dilakukan secara manual, artinya kegiatan yang

sebelumnya dilakukan nasabah dengan mendatangi bank, kini dapat dilakukan

tanpa harus mengunjungi gerai bank, hanya dengan menggunakan handphone

nasabah dapat menghemat waktu dan biaya.

13
14

2.1.1.1 Manfaat Mobile Banking

Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan mobile banking, adalah:

a. Mudah

Untuk langsung transaksi perbankan, kita tidak perlu datang langsung

ke bank kecuali pada saat mendaftarkan nomor ponsel.

b. Praktis

Setiap nasabah dapat langsung bertransaksi perbankan melalui ponsel

setiap saat, kapan saja dan dimana saja.

c. Aman

M-banking dilengkapi dengan sistem proteksi yang maksimal yang secara

otomatis sudah terprogram sejak pendaftaran. Selain menggunakan pin yang dapat

dipilih sendiri dan nomor ponsel yang didaftarkan, setiap transaksi yang dilakukan

juga akan diacak untuk menjamin keamanan para nasabah.

d. Penggunaan yang bersahabat

M-banking dirancang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh

siapa saja, nasabah bisa memilih jenis transaksi dari menu yang telah tersedia

tanpa harus menghapal kode transaksi yang ingin dilakukan.

e. Nyaman

Nasabah seperti mempunyai ATM dalam genggaman tangan, karena

berbagai transaksi yang biasa dilakukan di ATM, kini dapat dilakukan melalui

m-banking kecuali penarikan tunai.

Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa

manfaat, diantaranya adalah hubungan antara perusahaan dan pelanggan jadi


15

harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pemakaian ulang dan terciptanya

loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan bagi perusahaan, reputasi perusahaan menjadi baik dimata

pelanggan atau nasabah, dan laba yang diperoleh menjadi meningkat.

2.1.1.2 Dampak Mobile Banking

Penggunaan mobile banking menimbulkan dampak yang positif secara

khusus terhadap bank itu sendiri dan nasabah.

a. Bank

Mendapatkan keuntungan, karena nasabah akan semakin bertambah

banyak dan bank mendapatkan kepercayaan dari nasabah.

b. Nasabah

Mendapatkan pelayanan yang lebih dari bank, karena dengan adanya m-

Banking akan semakin mempermudah para nasabah dalam melakukan transaksi

perbankan atau hanya sekedar melakukan pengecekan saldo dimanapun,

kapanpun dengan dimensi ruang dan waktu yang tidak terbatas.

Fitur yang sederhana membuat m-banking melalui ponsel sangat mudah

dimengerti. Bank juga merasa untung dengan layanan m-banking. Selain itu

layanan m-banking dapat mempermudah konsumen melakukan transaksi. Bank

juga merasa lebih dekat dan dapat menjangkau nasabah mereka dengan m-

banking.
16

2.1.1.3 Kekurangan Layanan Mobile Banking

Namun demikian berkembangnya internet sebagai basis dalam pelayanan

jasa keuangan menyimpan berbagai resiko yang dapat muncul dikemudian hari.

Bagi bank penyelenggara secara umum terdapat empat resiko spesifik yang

terkait dengan penggunaan mobile banking, yaitu:

a. Transaction/Operations Risk, risiko yang timbul atau berasal dari fraud,

kesalahan dalam proses, gangguan sistem atau kegiatan tidak terduga yang

menimbulkan kerugian bagi bank maupun nasabah.

b. Reputation Risk, yang berkaitan erat dengan corporate image dari bank itu

sendiri apabila layanan mobile banking-nya tidak berjalan dengan baik.

c. Outsourcing Risk, dimana bank kerap menggunakan jasa pihak ketiga sebagai

provider sehingga terdapat kemungkinan layanan pada suatu waktu dapat

mengalami gangguan.

d. Credit Risk, risiko kredit dapat timbul apabila Bank memberikan kredit

melalui media elektronik misalnya produk kartu kredit.

Dalam melaksanakan aktivitas layanan m-banking, bank akan

menghadapi resiko spesifik seperti yang disebutkan di atas akibat penyediaan dan

penggunaan teknologi informasi. Untuk itu bank harus melakukan mitigasi atas

risiko yang mungkin terjadi dalam layanan m- banking dengan memperhatikan

prinsip pengendalian pengamanan data nasabah dan transaksi m-banking.


17

2.1.1.4 Indikator Penggunaan Mobile Banking

Indikator penggunaan mobile banking yaitu:

a. Mampu meningkatkan kinerja

Pandangan pelaku usaha mengenai manfaat yang yang diperoleh berupa

peningkatan kinerja pada saat menggunakan layanan Internet Banking.

b. Mampu menambah tingkat produktivitas

Pelaku usaha dapat menyelesaikan transaksi bisnisnya dengan

menggunakan sistem Internet Banking.

c. Mampu meningkatkan efektivitas kinerja

Tugas atau pekerjaan seorang pelaku usaha akan dengan mudah

terselesaikan ketika menggunakan layanan Internet Banking.

d. Mampu memberikan manfaat bagi individu

Pelaku usaha akan memperoleh manfaat positif dengan menggunakan

layanan Internet Banking.

2.1.2 Manfaat

Pengertian manfaat menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang

dilakukan. Menurut Liang Gie yang dikutip (Zainal, 2008) didefinisikan

bahwa manfaat merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong pada

jenis yang sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun pertimbangan

lainnya. Definisi tersebut memiliki persepsi yang sama dengan definisi

manfaat menurut Sutarto dalam (Zainal, 2008). yaitu fungsi adalah rincian

tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk
18

dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing

berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat atau pelaksanaannya.

manfaat adalah kegiatan pokok yang dilakukan dalam suatu organisasi

atau lembaga. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa manfaat menandakan

suatu jabatan dalam sebuah organisasi yang menggambarkan akan tugas

dan manfaat nya.

Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa manfaat yang

diperoleh tentunya akan menyebabkan perubahan terhadap sesuatu fungsi

tertentu dalam suatu pranata. Jadi, manfaat disini memaparkan nilai guna atau

faedah yang terjadi dari penerapan sistem pengendalian manajemen yang

memadai dalam menunjang efektivitas penjualan perusahaan.

2.1.2.1 Indikator Manfaat

Menurut (Rithmaya, 2016) indikator manfaat mobile banking yaitu:

a. Aplikasi mudah digunakan

b. Layanan dapat dijangkau dari mana saja

c. Murah

d. Dapat diandalkan (reliable)

Penting bagi nasabah untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam

memperoleh informasi keuangan dan melakukan transaksi secara online terlebih

bagi mereka yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Selain itu, keunggulan

dari mobile banking adalah keamanan user-id yang tidak setiap orang bisa
19

mengetahuinya kecuali pemiliknya. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh

mobile banking tersebut, pihak perbankan yakin dapat menarik minat nasabah

dengan memberikan layanan yang sejenis.

2.1.3 Kegunaan

Menurut (Al-Gahtani, 2001) dan (Davis, 1986) kegunaan merupakan

sejauh mana seorang individu percaya bahwa dengan menggunakan sistem

tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Sedangkan menurut Gong dan Xu

(2004) definisi perceived usefulness sebagai probabilitas subjektif pengguna yang

menggunakan sistem aplikasi tertentu dapat meningkatkan harapannya. Menurut

(Teo, 2007) persepsi kegunaan mencerminkan probabilitas subjektif pengguna

yang akan menggunakan sistem informasi yang baru apakah akan bermanfaat

bagi diri sendiri atau organisasinya.

Persepsi seseorang bahwa kebanyakan pengguna berfikir harus atau tidak

harus melakukan perilaku tertentu, kegunaan secara signifikan memberikan

pengaruh terhadap apa yang dirasakan (Venkatesh, 2000). Faktor kognitif juga

berperan penting dimana semakin besar relevansi sistem informasi yang dirasakan

user yang didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai derajat target sistem

informasi baru yang berlaku untuk tugas dan pekerjaannya maka semakin banyak

output penting yang berkualitas, dimana hal ini didefinisikan sebagai

pertimbangan seberapa baik sistem informasi dapat menyelesaikan tugas-

tugasnya (Venkatesh, 2000).


20

2.1.3.1 Indikator kegunaan

Menurut (Koufaris, 2002) variabel kegunaan diukur dengan instrumen

yang terdiri dari dua indikator, yaitu:

a. Mengembangkan kinerja, merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan

kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

b. Meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara

universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan

keuntungan dari produktifitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk

menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa.

2.1.4 Resiko

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi karena kurang atau

tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang

tidak pasti dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut (Mamduh,

2009), ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal

dengan istilah peluang, Sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang

merugikan atau bahaya.

Resiko pertama kali dikenal pada tahun 2100 sebelum masehi dan dapat

ditemukan pada piagam Hammurabi (codex Hammurabi), yang mencetuskan

konsep “bottomry”. Piagam tersebut mencantumkan peraturan dimana pemilik

kapal dapat meminjam uang untuk membeli cargo, namun bila dalam perjalanan

kapalnya tenggelam atau hilang, ia tidak perlu mengembalikan uang pinjaman

tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman pertama manajemen resiko, di mana
21

perusahaan hanya melihat resiko non-enterpreneurial (seperti misalnya

keamanan).

Untuk dapat menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi, diperlukan

sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen resiko. Manajemen resiko

suatu proses dalam mengidentifikasi resiko, penilaian resiko dan pengambilan

langkah-langkah untuk mengurangi resiko sehingga resiko tersebut berada pada

tingkat yang dapat diterima (Clough R.H, 1994).

2.1.4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Resiko

Dua faktor penyebab resiko adalah bencana dan bahaya. Banjir, tanah

longsor dan gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana

yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi

atas beberapa jenis :

1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas

bangunan suatu perusahaan.

2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau

ketidakdisiplinan.

3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun

kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.

4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat

mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan. (Kaisidi,

2010).

(Mamduh, 2009) mengklasifikasikan risiko menjadi dua yaitu :


22

1. Resiko murni (pure risk) adalah resiko dimana kemungkinan keuntungan ada,

tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh : kecelakaan, kebakaran,

kebanjiran, dsb.

2. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya

kerugian dan juga keuntungan. Contoh: usaha bisnis, membeli saham.

Disamping kategori murni dan spekulatif, resiko juga bias dibedakan

antara resiko yang dinamis dan statis. Resiko statis muncul dari kondisi

keseimbangan tertentu. Contoh: resiko terkena petir merupakan resiko yang

muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik resiko ini praktis tidak

berubah dari waktu kewaktu. Resiko dinamis muncul dari perubahan kondisi

tertentu. Contoh: perubahan kondisi masyarakat semakin kritis, sadar akan

haknya, maka resiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat lebih

berani mengajukan gugatan hukum (sue)terhadap perusahaan akan semakin besar.

Resiko bisa bersifat subyektif dan obyektif. Resiko subyektif berkaitan

dengan persepsi seseorang terhadap resiko. Dengan kata lain, kondisi mental

seseorang akan menetukan kesimpulan tinggi rendahnya risiko tertentu. Contoh :

untuk standar deviasi (risk) pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan

kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang

risk averse akan menganggap resiko investasi dipasar modal terlalu tinggi.

Sementara bagi orang agresif (risk seeker), resiko investasi dipasar modal

dianggap tidak terlalu tinggi. Resiko obyektif adalah resiko yang didasarkan pada

observasi parameter yang obyektif (Mamduh, 2009).


23

2.1.4.2. Indikator resiko

Indikator resiko menurut (Rithmaya, 2016) adalah:

1. Transaksi tidak beresiko, yaitu pihak bank dapat menjamin kepada nasabah

nya bahwa transaksi yang dilakukan tidak akan menimbulkan nasabah.

2. Keputusan untuk melakukan transaksi mutlak benar, sehingga tidak

memunculkan resiko-resiko yang dapat merugikan nasabah.

3. Menguntungkan dalam hal biaya dan waktu, tentu nya sangat banyak

keuntungan yang dirasakan oleh nasabah, bila dilihat dalam hal biaya dan

waktu yaitu nasabah tidak harus mendatangi bank untuk melakukan transaksi

tentu dapat menghemat waktu dengan bisa melakukan aktivitas lainnya.

2.1.5 Kepercayaan

(Lau G. T., 1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan individu

untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu. Kesediaan

ini muncul karena adanya pemahaman individu tentang pihak lain yang

didasarkan pada masa lalunya, adanya harapan pihak lain akan memberikan

sumbangan yang positif (walaupun ada juga kemungkinan pihak lain memberikan

sumbangan yang negatif).

Kepercayaan adalah hal yang penting untuk kedua hubungan interpersonal

dan pengembangan diri secara individu. Berbasis kepercayaan hubungan antara

anggota organisasi akan menghasilkan kepuasan kerja tinggi dan kinerja tinggi.

2.1.5.1 Model dan Bentuk Kepercayaan


24

Ada beberapa bentuk kepercayaan yang dikemukakan oleh para ahli dan

telah berlaku. (Mayer et al, 1995) berusaha untuk mengidentifikasi dimensi umum

yang didasarkan oleh kepercayaan oleh banyak literatur hingga saat ini, dengan

menekankan pada tema kebajikan, kemampuan, dan integritas. Sementara itu,

(Mayer, 1995) menekankan tiga alasan berbeda untuk munculnya kepercayaan,

model lain telah dipilih untuk konseptualisasi yang lebih sederhana, menunjuk ke

dua bentuk kepercayaan: afektif dan kognitif. Tiga model terkenal dari

kepercayaan adalah model Hartman, Rousseau, dan Lewicky dan Bunker. Ini

adalah konseptualisasi yang sangat menarik karena mereka memberi alasan yang

berbeda mengapa kepercayaan harus muncul dan bentuk-bentuk itu kemudian

akan diambil.

Menurut Hartman (Pinto, 2009) terdapat tiga bentuk kepercayaan yang

berbeda akan tetapi terkait secara spesifik dan saling membangun satu sama lain,

yaitu: competence trust, integrity trust dan intuitive trust.

a. Competence trust

Kepercayaan kompetensi diperlukan saat memilih pekerja teknis tertentu

dan salah satu pihak ingin memastikan bahwa teknik atau pelayanan teknis akan

selesai dengan kompeten dan benar. Ketika kepercayaan kompetensi ada, orang

dapat menyimpulkan bahwa komunikasi yang efektif biasanya mengarah ke

keberhasilan proyek, tim anggota proyek biasanya dipercayakan untuk mencaru

sebuah solusi teknis di masa depan untuk kesuksesan proyek mereka. Item-item

kepercayaan berdasarkan competence trust, seperti percaya pada kemampuan,

keahlian, dan pengalaman pihak lain (Pinto, 2009).


25

b. Integrity Trust

Bagaimana kita bersikap dalam kontrak (lump sum, reimbursable, dsb)

sering bergantung pada tingkat kepercayaan integritas yang kita miliki, tetapi

tidak mempengaruhi komunikasi kita. Ini suatu gambaran akan perbedaan jika

kita memiliki kekhawatiran yang dikenakan biaya untuk pekerjaan yang tidak

perlu, dalam hal ini komunikasi kita kemungkinan akan mengambil arah yang

berbeda. Kita akan menyampaikan kekhawatiran kami dan mendirikan sebuah

sistem pertahanan terhadap risiko yang dirasakan. Komunikasi serta informasi

yang lancar dan lengkap, menghapuskannya perilaku-perilaku defensif (seperti

menyembunyikan informasi penting), dan kemauan untuk memberi saran hanya

akan datang jika integritas, atau etika kepercayaan terbentuk. Item-item

kepercayaan berdasarkan seperti percaya pada kemampuan, keahlian, dan

pengalaman pihak lain

a. Kepercayaan intuitif

Kepercayaan intuitif merupakan jenis ketiga dari jenis-jenis kepercayaan

yang lain dan jenis kepercayaan ini sedikit lebih rapuh dari jenis kepercayaan lain.

kepercayaan ini kurang konkret dibandingkan dengan dua bentuk kepercayaan

yang lain, akan tetapi hal ini menunjukkan kesuksesan senior manager dalam

menilai dan menggunakan firasat sebagai dasar untuk mengambil keputusan.

Keputusan ini kemudian berbasis pasca-dirasionalisasi pada dua jenis

kepercayaan, kepercayaan kompetensi dan kepercayaan integritas, untuk

membandingkan keputusan tersebut dan untuk melindungi kepentingan organisasi


26

dan individu demi kesuksesan proyek. Item-item kepercayaan berdasarkan

intuitive trust (Pinto, 2009).

2.1.5.2 Indikator kepercayaan

Menurut (Koufaris, 2002) indikator yang dapat mengukur variabel

kepercayaan ada enam yaitu:

a. Dapat dipercaya, yaitu ketika nasabah yang memiliki kepercayaan akan

bersedia untuk bergantung pada penyedia jasa dan juga bersedia untuk

melakukan tindakan untuk penyedia jasa.

b. Mengedepankan kepentingan nasabah, yaitu mengutamakan kepentingan

nasabah dalam penyediaan jasa.

c. Menjaga nama baik dan berkomitmen tinggi, dapat dipercaya serta

berkomitmen terhadap nasabah.

d. Sistem keamanan, segala kepentingan milik nasabah sudah terjamin keamanan

nya.

e. Percaya informasi yang diberikan, setiap informasi pasti terjamin sehingga

nasabah tidak perlu ragu untuk percaya terhadap informasi yang diberikan.

f. Serta perhatian terhadap kondisi nasabah, apapun kendala dan hal yang

menyangkut terhadap kepentingan nasabah mendapat perhatian khusus dari

pihak bank.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang

ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.


27

1. Mario Ledesman penelitian (2018) yang berjudul “ Pengaruh manfaat,

kepercayaan dan kemudahan Penggunaan terhadap minat nasabah

menggunakan layanan mobile banking (studi pada BSM Cabang Bandar

Jaya). Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif menggunakan data primer yang

diambil langsung dari responden melalui Koesioner. Hasil penelitian

menunjukkan pengaruh variable manfaat berpengaruh secara signifikan

terhadap minat nasabah menggunakan layanan m-banking. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian Mario ledesman Perbedaan penelitiannya

yaitu variabel independent yang digunakan, dalam penelitian terdahulu ini

menggunakan satu variabel independent yang beda yaitu kemudahan

penggunaan. Lokasi penelitiannya juga berbeda, penelitian terdahulu

dilakukan pada BSM Cabang Bandar Jaya. Sedangkan penelitian ini di

kota lhokseumawe.

2. Akhmad Fakhrurozi yang berjudul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi

minat menggunakan mobile banking ada mahasiswa universitas

muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif

menggunakan data primer yang diambil langsung dari responden melalui

Koesioner. Hasil penelitian kegunaan berpengaruh secara signifikan

terhadap penggunaan m-banking.

3. Mohammad Irfan Bagastia (2018) yang berjudul “Pengaruh kemudahan,

kenyamanan, dan risiko terhadap minat menggunakan mobile banking

dengan kepercayaan sebagai variable intervening (Studi Kasus Pada

Nasabah Bank BRI Syariah Semarang). Jenis penelitian ini yaitu


28

kuantitatif menggunakan data primer yang diambil langsung dari

responden melalui Koesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh

variable risiko berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah

menggunakan layanan mobile banking. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Mohammad Irfan Bagastia Perbedaan penelitiannya yaitu

variabel independent yang digunakan, dalam penelitian terdahulu ini

menggunakan satu variabel independent yang beda yaitu resiko

penggunaan. Lokasi penelitiannya juga berbeda, penelitian terdahulu

dilakukan pada Nasabah Bank BRI Syariah Semarang. Sedangkan

penelitian ini di Kota Lhokseumawe.

Nama Judul Ringkasan Hasil


No Metode Variabel
Peneliti Penelitian Penelitian
1 Mario Pengaruh kuantitatif ● Kemanfaata Berdasarkan hasil
Ledesman manfaat, n (X1)
● Kepercayaan penelitian manfaat,
(2018) kepercayaan
dan kemudahan (X2)
kepercayaan dan
Penggunaan ● Kemudahan
(X3)
terhadap minat kemudahan
● Minat
nasabah Nasabah (Y) berpengaruh secara
menggunakan
layanan mobile signifikan terhadap
banking (studi
pada BSM minat nasabah dalam
Cabang Bandar
menggunakan
Jaya).
mobile banking.
2 Akhmad Faktor- kuantitatif ● Kegunaan Berdasarkan hasil
Fakhrurozi faktor
(X1) penelitian kegunaan,
(2018) yang
mempe
● Kemudahan kemudahan, dan
ngaruhi
minat (X2) resiko dan
menggu
kepercayaan
nakan ● Resiko (X3)
29

mobile ● Kepercayaan berpengaruh secara


banking
(X4) signifikan terhadap
ada
mahasis minat nasabah dalam
● Minat
wa
universi Nasabah (Y) menggunakan mobile
tas
banking.
muham
madiya
h
Surakar
ta
3 Pengaruh kuantitatif ● Kemudahan Berdasarkan hasil
Mohamma kemudahan,
d Irfan (X1) penelitian
kenyamanan,
Bagastia dan resiko kemudahan,
(2018) ● Kenyamanan
terhadap minat
menggunakan (X2) kenyamanan, dan
mobile banking
resiko berpengaruh
dengan ● Resiko (X3)
kepercayaan secara signifikan
sebagai ● Minat
variable terhadap minat
intervening Nasabah (Y)
nasabah dalam
(Studi Kasus
Pada Nasabah menggunakan
Bank BRI
Syariah mobile banking.
Semarang).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir yang menggambarkan

hubungan dan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Berdasarkan rumusan penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan hasil

penelitian sebelumnya, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis,

dibuatlah dalam satu bagan kerangka konseptual sebagai berikut:

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

Manfaat
30

Uji t

Uji t
Kegunaan
Uji t Penggunaan m- banking
Resiko
Uji t

Kepercayaan

Uji f

Gambar di atas menunjukkan dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti

tentang “Analisis faktor yang mempengaruhi penggunaan M-Banking oleh

nasabah dalam dikota Lhokseumawe”

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2013). Dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori dan belum

menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan

pengamatan atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan

peneliti tentang hubungan variabel-variabel dalam persoalan.

Hi1: Diduga manfaat berpengaruh secara signifikan penggunaan m-banking di

kota Lhokseumawe.

Hi2: Diduga kegunaan t berpengaruh secara signifikan penggunaan m

banking di kota Lhokseumawe.

Hi3: Diduga resiko berpengaruh secara signifikan penggunaan m banking di

kota Lhokseumawe.
31

Hi4: Diduga kepercayaan berpengaruh secara signifikan penggunaan m

banking di kota Lhokseumawe.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah

seluruh pengguna Mobile banking yang berada Kota Lhokseumawe. Objek

penelitiannya adalah faktor manfaat, kegunaan, risiko, dan kepercayaan.

3.1.1 Populasi dan Sampel

3.1.2 Populasi

Populasi dapat di artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2013). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pengguna m-banking yang berada Kota Lhokseumawe yaitu yang berjumlah 55

orang. Data ini diperoleh berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan oleh

peneliti.

3.1.3 Sampel

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2015) Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penentuan sampel

pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sensus atau sampling

jenuh. Menurut (Sugiyono, 2015) metode sensus adalah sampel dari seluruh

32
33

populasi. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Sampel yang akan

dijadikan dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yaitu 55 orang yang

menggunakan layanan mobile banking di Kota Lhokseumawe. Jumlah sampel

tersebut diperoleh dengan cara menanyakan langsung kepada nasabah perbankan.

Kemudian peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Metode

Sensus, dimana metode tersebut digunakan untuk mengambil seluruh jumlah

populasi sebagai sampel.

3.2 Jenis dan metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian. Sumber data dalam penelitian ini mencakup dua

jenis data yaitu :

3.2.1 Jenis data

3.2.1.1 Data primer

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang diambil langsung dari

responden menggunakan alat pengukuran berupa kuesioner. Kuesioner

merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. (Sugiyono, 2010)

3.2.1.2 Data sekunder


34

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam

bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder penelitian ini diperoleh

dari buku, jurnal dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.2.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini tidak terlepas dari metode pengumpulan

data, yang berarti instrument berkaitan dengan metode pengumpulan data. Metode

pengumpulan adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

penelitian, seperti observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan analisis

data. Sedangkan instrument penelitian adalah alat yang digunakan peneliti agar

pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. (Sugiyono, 2010)

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk mendapatkan

informasi yang mendasar dari laporan tentang diri sendiri (self report) atau pada

pengetahuan atau keyakinan pribadi subyek atau informasi yang diteliti

(Sugiyono, 2010). Kuesioner ini dimaksud untuk memperoleh data, digunakan

kuesioner yang bersifat tertutup yaitu yang dibuat sedemikian rupa sehingga

responden dibatasi dalam memberi jawaban dan diberi beberapa alternatif pilihan

lain.

3.2.3 Skala Pengukuran Data


35

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan

instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih

akurat, efisien dan komunikatif. (Sugiyono, 2010)

Skala pengukuran digunakan metode Likert Summated Ratings (LSR).

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010). Dengan

alternatif pilihan 1 sampai dengan 5 jawaban pertanyaan dengan pemberian bobot

terhadap masing-masing ketentuan sebagai berikut:

Nilai 5 : untuk jawaban sangat tinggi

Nilai 4 : untuk jawaban tinggi

Nilai 3 : untuk jawaban cukup

Nilai 2 : untuk jawaban rendah

Nilai 1 : untuk jawaban sangat rendah

3.3 Definisi Operasional Variabel

No Konsep Variabel Satuan Skala Dimensi


Data
1 Variabel (X1) Manfaat Persentase Ordinal ● Produktivit
merupakan sekelompok as
aktivitas yang tergolong
● Kinerja
pada jenis yang sama
berdasarkan sifatnya, tugas atau
pelaksanaan ataupun efektivitas
pertimbangan lainnya. ● Pentingnya
bagi tugas
36

● Kebermanfa
atan secara
keseluruhan

2. Variabel (X2) Kegunaan: Persentase ● Relevan


merupakan sejauh mana ● Andal
seorang individu percaya
● Dapat
bahwa dengan
menggunakan sistem Ordinal Dibandingk
tertentu akan meningkatkan an
kinerjanya

3. Variabel (X3) Resiko : Resiko Persentase ● Hasil tidak


berhubungan dengan sesuai
ketidakpastian, ini terjadi ● Kerugian
karena kurang atau tidak
dalam hal
tersedianya cukup
Ordinal keuangan
informasi tentang apa yang
akan terjadi. Sesuatu yang ● Kehilangan
tidak pasti dapat berakibat waktu
menguntungkan atau
merugikan.
4. Variabel (X4) kepercayaan : Persentase Ordinal ● Keadaan
sebagai kesediaan individu psikologis
untuk menggantungkan
yang
dirinya pada pihak lain
dengan resiko tertentu. mengarah
Kesediaan ini muncul pada
karena adanya pemahaman kepercayaa
individu tentang pihak lain n dalam
yang didasarkan pada masa transaksi
lalunya, adanya harapan ● Menjaga
pihak lain akan
kepentingan
memberikan sumbangan
yang positif transaksi
nasabah
menjaga
komitmen
dalam
melayani
nasabah
● Manfaat
pada
penggunaan
ya
37

5. Penggunaan Mobile Banking (Y) Persentase ● Andal


: Fituryang sederhana ● Menghemat
membuat m-banking waktu
melalui ponsel sangat ● Mengedepa
mudah dimengerti. Bank nkan
juga merasa untung dengan kepentingan
layanan m-banking. Selain nasabah
itu layanan m-banking Ordinal
dapat mempermudah
konsumen melakukan
transaksi. Bank juga
merasa lebih dekat dan
dapat menjangkau nasabah
mereka dengan m-banking.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian, variabel penelitian terdiri dari

lima variabel, 4 variabel independen (bebas) yaitu X1, X2, X3, X4 dan variabel Y

sebagai variabel dependen (terikat). Adapun definisi operasional variabel dalam

penelitian ini yaitu:

1. Manfaat (X1), manfaat merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong

pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun

pertimbangan lainnya..

2. Kegunaan (X2), kegunaan merupakan sejauh mana seorang individu percaya

bahwa dengan menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya.


38

3. Resiko (X3), Resiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi

karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang

akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti dapat berakibat menguntungkan atau

merugikan. Menurut (Mamduh, 2009), ketidakpastian yang menimbulkan

kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang, Sedangkan

ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan atau bahaya.

4. Kepercayaan (X4), Kepercayaan adalah hal yang penting untuk kedua

hubungan interpersonal dan pengembangan diri secara individu. Berbasis

kepercayaan hubungan antara anggota organisasi akan menghasilkan

kepuasan kerja tinggi dan kinerja tinggi ("More than a social virtue,"

2003).

5. Penggunaan mobile banking (Y), Pengertian mobile banking Mobile banking

merupakan sebuah fasilitas dari bank dalam era modern ini yang mengikuti

perkembangan teknologi dan komunikasi. Layanan yang terdapat pada mobile

banking meliputi pembayaran, transfer, history, dan lain sebagainya.

Penggunaan layanan mobile banking pada telepon seluler memungkinkan para

nasabah dapat lebih mudah untuk menjalankan aktivitas perbankannya tanpa

batas ruang dan waktu. Dengan adanya layanan mobile banking diharapkan

dapat memberikan kemudahan dan manfaat bagi para nasabah dalam

melakukan akses ke bank tanpa harus datang langsung ke bank.

3.4 Uji Kualitas Data

3.4.1 Uji Reliabilitas


39

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. (Ghozali, 2011)

Menurut (Priyatno, 2012) reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu

instrumen penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat

ukur,apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten

jika pengukuran tersebut diulang. Penguji yang dilakukan dengan menggunakan

spss statistis. Butir pertanyaan sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan

ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

jika r alpha > r tabel, maka pertanyaan reliabel

jika r alpha < r tabel, maka pertanyaan tidak reliable

3.4.2 Uji Validitas

Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertayaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jika

validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat

betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. (Imam, 2009)

Metode uji validitas ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor

Item dengan skor total item. Skor total item adalah penjumlahan dari keseluruhan

item. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan spss statistics

dengan kriteria sebagai berikut:


40

Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid

Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data menurut (Sugiyono, 2015) merupakan kegiatan

setelah data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data bedasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel, menyajikan data

tiap variabel yang teliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Dalam menganalisi data, peneliti menggunakan metode Analisis Linear Berganda.

Analisis data menghasilkan data deskriptif kuantitatif, yang mengolah data-data

perhitungan sikap, kepercayaan, pengetahuan konsumen dan minat beli produk

kosmetik berlabel halal melalui sarana program Statistical Package For Social

Science (SPSS), dengan rumus persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+e

Dimana:

Y = Penggunaan m-banking

α = Konstanta

β 1, β 2, β 3, β 4 = Koefisien regresi

X1 = Manfaat

X2 = Kegunaan

X3 = Resiko
41

X4 = Kepercayaan

e = Standar eror

3.6 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa normalitas,

heterokedastisitas dan multikolinearitas tidak terdapat dalam penelitian ini. Hal

tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis

regresi berganda dalam penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terdapat tiga

pengujian yaitu : Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas dan Uji Multikolinearitas,

Uji Autokeralasi.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel bebas dan variabel terikat

dalam model ini mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut (Ghozali,

2011) Uji normalitas data dapat dilakukan melalui dua cara yaitu analisis grafik

dan analisis statistik. Analisis grafik digunakan untuk melihat normalitas data

dilakukan dengan melihat kurva normal probability plot. Pada kurva normal

probability plot. Data dikatakan normal apabila titik-titik data menyebar disekitar

garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal.

Analisis statistik dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov test (K-S). Uji

ini dilakukan untuk memastikan secara statistik apakah data disepanjang garis

diagonal berdistribusi normal. Data dikatakan normal apabila hasil pengujian


42

menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 (5%) dan jika nilai signifikansinya lebih

kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.

3.6.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah salah satu pengujian di dalam uji asumsi

klasik. Menurut (Ghozali, 2011) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji model

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain. Untuk

mengukur ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan salah satu cara

yaitu dengan melihat grafik scatterplot. Cara memprediksi pola gambar scatterplot

adalah sebagai berikut:

1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

2. Titik-titik data mengumpul hanya di atas atau dibawah saja.

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

menyebar.

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.6.3 Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas merupakan uji untuk mengetahui terdapat atau

tidaknya hubungan diantara variabel-variabel bebas. Menurut (Ghozali, 2011) uji

ini bertujuan menguji apakah pada model ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen. Pada model yang baik seharusnya antar variabel independen

tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam

model adalah sebagai berikut:


43

a. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model.

b. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model.

3.6.4 Uji Autokorelasi

Koefisien korelasi adalah pengukuran derajat kekuatan hubungan asosiasi

antara variabel sehingga bisa mendeskripsikan bagaimana gambaran yang lebih

bermanfaat dari data- data yang kita miliki. Jenis hubungan korelasi terbagi

menjadi dua:

1. Korelasi positif: kedua variabel memiliki hubungan searah yaitu jika nilai

variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Atau sebaliknya,

variabel X rendah, maka nilai variabel Y akan rendah pula.

2. Korelasi negatif, kedua variabel memiliki hubungan berbalik arah yaitu

yaitu jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah. Atau

sebaliknya, variabel X rendah, maka nilai variabel Y akan tinggi.

Besaran nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1: bila

koefisien korelasi bernilai -1, artinya koefisien korelasi memiliki hubungan linear

sempurna negatif, sedangkan bila koefisien korelasi bernilai +1, artinya koefisien

korelasi memiliki hubungan linear sempurna positif, dan bila koefisien korelasi

bernilai nol, artinya tidak terdapat hubungan sama sekali antara kedua variabel.

Adapun tingkat nilainya:

● 0 = tidak ada korelasi antar variabel

● >0 - 0.25 = korelasi antar variabel lemah


44

● >0.25 - 0.5 = korelasi antar variabel sedang

● >0.5 - 0.75 = korelasi antar variabel kuat

● 1 = korelasi antar variabel sempurna

3.7 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara uji statistik terhadap regresi

linier berganda yang bertujuan untuk membuktikan hipotesis ada atau tidaknya

pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diteliti. Adapun pengujian yang

dilakukan melalui :

3.7.1 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji-t)

Uji t adalah jenis pengujian statistik yang digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh pengaruh variabel independen dapat menerangkan variabel

dependen secara individual. Uji t dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% dan

tingkat kesalahan analisis (α) 5% derajat kebebasan (degree of freedom) yang

digunakan adalah df = n-k. Taraf nyata inilah yang akan digunakan untuk

mengetahui kebenaran hipotesis. Dasar pengambilan keputusan pada uji t adalah

sebagai berikut (Ghozali, 2011):

1. Jika thitung< ttabel dan nilai probabilitas (signifikan) > 0,05,maka H1, H2,

H3, ditolak artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.


45

2. Jika thitung> ttabel dan nilai probabilitas < 0,05,maka H1, H2, H3, diterima

artinya secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

3.7.2 Uji Pengaruh Secara Simultan (Uji-F)

Uji simultan digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara

membandingkan nilai F tabel dengan nilai F hitung yang terdapat pada tabel

analysis of variance. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali,

2011)

1. Jika Fhitung< Ftabel dan jika probabilitas (signifikan) > 0,05, maka secara

simultan variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika Fhitung> Ftabel dan jika probabilitas (signifikan) < 0,05, maka secara

simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

DAFTAR PUSTAKA
46

Abdul rahman, m. a. (2004). psikologi suatu pengantar dalam perspektif islam.

prenada media, 264.

Abdul, A. (2013). Etika Bisnis Perspektif Islam. Bandung: Alfabeta.

Ahmad, M. (2001). Etika bisnis dalam islam, terjemahan samson Rahman.

Jakarta: Pustaka al-kautsar.

Al-Gahtani, S. (2001). The applicability of TAM outside North America: An

empirical test in the United Kingdom. .Information Resources

Management Journal,, 37-46.

Assael. (2002). Consumer behavior and marketing action . fourth edition boston

PWS-kent publishing company .

Bagastia, M.I. (2018). Pengaruh Kemudahan, Kenyamanan, Dan Risiko

Terhadap Minat Menggunakan Mobile Bankingdengan Kepercayaan

Sebagai Variabel Intervening(Studi Kasus Pada Nasabah Bank Bri

Syariah Semarang). Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Bank, & Indonesia. (2007). Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Dalam

Penggunaan. In b. indonesia, Pedoman Penerapan Manajemen Risiko

Dalam Penggunaan (p. 78). jakarta: direktorat penelitian dan pengaturan

perbankan.

Bertens, K. (2000). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bertens, K. (2004). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Percetakan Kanisius

Yogyakarta.
47

Chaniago. (2002). Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menengah . In Chaniago,

Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menengah (p. 45). Jakarta: Pustaka.

Clough R.H, a. S. (1994). Construction contracting. 6th edition newyork, john

wiley and sons inc.

Davis. (1989). Davisperseived usefulness, perceived ease of use, and

useracceptance of information technology. MS quarterly.

Davis, F. D. (1986). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user ac-

ceptance . information technology, MIS Quarterly, 319-340.

Duska, R. (2007). Contemporary Reflections on Business Ethics. Netherland:

Springer Netherlands.

Faisal, B. (2006). Etika Bisnis Islam. Jakarta: Kencana.

Fakhrurozi, A. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menggunakan

Mobile Banking pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Fauroni, L. M. (2002). Visi Al Quran: tentang Etika dan Bisnis. Jakarta: Salemba

Diniyah.

Hanif Astika Kurniawati, W. A. (2017). Analisis Minat Penggunaan Mobile

Banking Dengan Pendekatan. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi,

24-29.

Haris. (2007). pengaa islamntar eti. sidoarjo: al-afkar.


48

Harlan, D. (2014). Pengaruh kemudahan penggunaan,kepercayaan, dan risiko

persepsian terhadap minat bertransaksi menggunakan m banking. jurnal

akuntansi, 1-13.

Irawan, B. s. (2003). Manajemen pemasaran modern. yogyakarta: liberty offset.

Ismail, N. (2009). Fiqh Muammalah: Hukum Perdana Islam dan Perilaku

Ekonomi Islam. Surabaya: Pustaka VIV Grafika.

Jogiyanto. (2011). sistem tatakelola teknologi informasi. yogyakarta: andi.

Kadir. (2010). Hukum bisnis syariah dalam Al-Qur'an. Jakarta: Amzah.

Kaelany, H. (2002). Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. In H. Kaelany,

Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (p. 208). Jakarta: Bumi Aksara.

Kaisidi. (2010). Manajemen risiko. Ghana indonesia, 256.

Kaofaris. (2002). Customer trust online examining the role of the experience with

the website. CIS working paper series.

Koufaris, M. (2002). Applying the technology acceptance model and flow .

volume fortcoming, 26-34.

Laksana, G. E. (2015). Pengaruh persepsi kemanfaatan,persepsi kemudahan

penggunaan, persepsi resiko dan persepsi kesesuaian terhadapminat

menggunakan m banking. administrasi bisnis, 1-8.

Lau, G. a. (1999). Customer trust in brand loyalty. market focused management.

Lau, G. T. (1999). “Customer’ Trust in Brand. Journal of Market Focused, 341-

370.

Ledesman, M. (2018). Pengaruh Manfaat,Kepercayaan,Dankemudahan

Penggunaanterhadap Minat Nasabah Menggunakan Layanan Mobile


49

Banking(Studi Pada Bsm Cabang Bandar Jaya). Perbankan Syariah.

Fakultas Ekonomi Bisnis Islam. UIN Raden Intan.

Mamduh. (2009). Manajemen risiko. upp stim ykpn.

Marom, C. (2002). Sistem Akutansi Perusahaan Dagang. Jakarta: Erlangga.

Mayer, R. d. (1995). An integrative model of organization trust. academy of

management.

Morgan. (1994). The commitment trust theory of relationship marketing . journal

of marketing.

Mustafa, E. N. (2007). Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. In E. N. Mustafa,

Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam (p. 132). Jakarta: Kencana Penanda

Media Group.

Nurastuti, w. (2011). Teknologi perbankan. In w. nurastuti, teknologi perbankan

(p. 18). jakarta: graha ilmu.

Pinto, e. a. (2009). Physical and physicochemical stabilit evaluation of cosmetic .

pharmaceutical sciences.

Qardhawi, Y. (1997). Norma Dan Etika Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Gema

Insani Press.

Raharjo, M. (1991). Etika dalam ilmu ekonomi Suatu Sintesis Islam. Bandung:

Mizan.

Rithmaya.(2016). Pengaruh kemudahan penggunaan,kemanfaatan,sikap,risiko,dan

fitur layanan terhadap minat uang nasabah bank BCA dalam menggunakan

m banking. riset ekonomi dan manajemen, 160-177.

Rousseau. (2007). Perjanjian sosial. visimedia.


50

Rusdin. (2004). Penelitian sebab akibat. pustaka bani quraisy.

Rusdin. (2004). Penelitian sebab akibat . pustaka bani quraisy.

Simamora, H. (2002). Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta:

Salemba empat.

Swasta, B. (2000). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Swasta, B. d. (2005). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Swastha, I. d. (1983). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Tampubolon, D. m. (2004). Manajemen oprasional. jakarta: ghalia indonesia.

Teo, T. C. (2007). Under-standing Pre-Service Teachers’ Com-puter Attitudes:

Applying and Extending The Technology Acceptance Model. Journal

Compilation, 128-148.

Venkatesh, V. &. (2000). A theo-retical extension of the technology ac-ceptance

model: Four longitudinal filed studies. Management Science,.

Windarti, G. (2012). Pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan nasabah

pada PT. bank negara indonesia (persero) Tbk kantor cabang utama

(KCU). Jurnal ekonomi dan informasi akuntasni (JENIUS), 1-20.

Yousafzai. (2003). A proposed model of ETrust for electronic banking.

Technovation.

Zainal, N. H. (2008). Analisis Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi dengan

Kompetensi Pegawai Pada Sekretariat Pemerintah Kota Makassar.

makassar: pemerintah kota makassar.

Zubair. (1995). Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Pers.


51

Anda mungkin juga menyukai