Anda di halaman 1dari 56

i

ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN SISTEM


PEMBAYARAN E-CASH DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TAM(TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL) TERHADAP INTENSITAS TRANSAKSI
NON-TUNAI.

PROPOSAL

OLEH :

AL RAZZAQ ROFI AFIANSYAH


NPM C1B017044

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
ii

ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN SISTEM


PEMBAYARAN E-CASH DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TAM(TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL) TERHADAP INTENSITAS TRANSAKSI
NON-TUNAI.

PROPOSAL
Diajukan Kepada
Universitas Bengkulu
Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan dalam Menyelesaikan Sarjana Manajemen

OLEH :

AL RAZZAQ ROFI AFIANSYAH


NPM C1B017044

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
iii

Proposal oleh Al Razzaq Rofi Afiansyah ini


Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Bengkulu, Januari 2021


Pembimbing,

Dr. Fitri Santi, SE., MSM


NIP 19751006 200012 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen

Dr. Praningrum, S.E., M.Si


NIP 19641028 199001 2 002
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan Proposal dengan judul “Analisis Pengaruh Penerimaan Sistem Pembayaran

e-cash Dengan Menggunakan Metode TAM (Technology Acceptance Model) Terhadap

Intensitas Transaksi Non- Tunai. Penyusunan Proposal ini ditujukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 Sarjana Manajemen (S.M)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu (UNIB).

Penulis memahami tanpa bantuan, doa, dan bimbingan dari semua orang akan

sangat sulit untuk menyelesaikan proposal ini. Maka dari itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan kontribusi kepada yang

terhormat :

1. Ibu Dr. Fitri Santi, SE., MSM, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, membantu, mengarahkan, dan membimbing dalan

penyusunan proposal ini.

2. Ibu Intan Zoraya, S.E., M.M., selaku penguji utama, Dr. Syaiful Anwar,

AB., M.Si, selaku anggota penguji I dan Ibu Dr. Praningrum, S.E., M.Si.

selaku anggota penguji II.

Bengkulu, Januari 2021

Al Razzaq Rofi Afiansyah


v

DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................9
BAB II......................................................................................................................................11
KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................................11
2.1 Transaksi Non-Tunai.............................................................................................11
a. Uang Elektronik............................................................................................................12
2.2 TAM(Technology Acceptance Model)....................................................................14
2.2.1 Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)..................................................16
2.2.2 Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use)..................................................17
2.2.3 Persepsi Keamanan dan Risiko (Perceived Safety and Risk).............................18
2.4 Planned Behavior (alternative theory)..................................................................18
2.4 Penelitian Terdahulu..............................................................................................20
2.5 Pengembangan Hipotesis.......................................................................................21
2.5.1 Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Penggunaan (Perceived Ease of Use)
terhadap Intensitas Transaksi Non-Tunai.........................................................21
2.5.2 Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)..................................................23
2.5.3 Persepsi Keamanan dan risiko (Perceived Safety and risk)...............................24
2.6 Kerangka Penelitian..............................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................28
METODE PENELITIAN......................................................................................................28
3.1 Jenis dan Desain Penelitian...................................................................................28
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.....................................................29
3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel...........................................................31
3.4 Metode Pengumpulan Data...................................................................................32
3.5 Skala Pengukuran..................................................................................................33
Tabel 3.3 Interval Jawaban Responden.................................................................................34
3.6 Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................34
vi

3.6.1 Uji Validitas......................................................................................................35


3.6.2 Uji Reliabilitas...................................................................................................36
3.7 Metode Analisis Data............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................39
LAMPIRAN..............................................................................................................................43
KUESIONER PENELITIAN....................................................................................................44
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat ini, popularitas uang tunai mulai menurun digantikan dengan

uang elektronik. e-cash merupakan salah satu e-money yang populer saat

ini. Pada Bank Mandiri Tbk jumlah pengguna e-cash melonjak 333%

sepanjang 2016. Jumlah transaksi naik 177% dengan nilai transaksi

tumbuh 158% (Prahadi, 2017).

Perkembangan teknologi yang begitu pesat terutama dalam hal

internet telah membuat perubahan yang begitu pesat di aktivitas komersial

modern (Gu et al., 2016; Zhao et al., 2016). Kemudahan melakukan

transaksi merupakan hal yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan

perbankan.

Perkembangan teknologi telah membawa suatu perubahan kebutuhan

masyarakat atas suatu alat pembayaran yang dapat memenuhi kecepatan,

ketepatan, dan keamanan dalam setiap transaksi elektronik, Abidin (2015).

Dalam perkembangannya, transaksi non tunai dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu, kemajuan perkembangan teknologi dan perubahan

pola hidup masyarakat. Saat ini perkembangan instrumen pembayaran non

tunai berjalan pesat seiring dengan perkembangan teknologi pada sistem

pembayaran yang akhir – akhir ini telah membawa dampak yang besar

terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran tersebut.


2

(Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/17/transaksi-

nontunai-di-indonesia-masih-tertinggal-di-asean)

Dalam laporan Grab For Good yang bertajuk Social Impact Report

2018-2019, transaksi nontunai (cashless) di Indonesia baru mencapai 4%

dari total transaksi. Transaksi nontunai Grab mencapai 25% dari total

transaksi nontunai di Indonesia. Transaksi nontunai di Indonesia masih di

bawah Vietnam maupun Singapura. Dari data tersebut disimpulkan bahwa

pengguna alat transaksi non tunai di Indonesia masih sangat rendah.

fintech dipandang sebagai pasar baru yang mengintegrasikan

keuangan dan teknologi serta menggantikan struktur keuangan tradisional

dengan proses berbasis teknologi baru. Salah satu hasil dari perkembangan

fintech yang bisa dirasakan saat ini oleh masyarakat yaitu adanya

perubahan bentuk uang yang sangat pesat, baik uang kertas maupun uang
3

logam yang mulai digantikan oleh electronic money atau biasa disebut

dengan e-money (Syahril et. al., 2019)

Penggunaan e-money memberikan keuntungan bagi masyarakat,

karena dapat mempermudah transaksi pembayaran secara cepat dan aman

tanpa harus menyiapkan atau membawa uang dalam bentuk tunai dan

dapat terhindar dari adanya uang palsu yang mungkin akan didapatkan

ketika melakukan transaksi secara tunai. Bagi industri, dapat membantu

menyelesaikan masalah cash handling yang selama ini dialami saat

menggunakan uang tunai sebagai metode pembayaran dan juga dapat

meningkatkan aktivitas ekonomi sektor riil. Bank Indonesia dapat

meningkatkan efisiensi percetakan uang dan mengurangi penggandaan

uang. Pihak bank juga mendapat keuntungan dari pembayaran transaksi

non tunai berupa fee base income karena para pengguna akan dikenakan

biaya administrasi setiap bulannya (Siti hidayanti, 2006 : 23).

Electronic cash atau e-cash adalah sebuah ide untuk melakukan

pembayaran tunai menggunakan komputer yang terhubung melalui

internet. Sistem pembayaran elektronik adalah dengan cara pembayaran

melalui jaringan internet. Dengan kata lain bahwa e-cash adalah metode di

mana seseorang dapat melakukan pembayaran online melakukan

pembelian barang dan jasa tanpa transfer fisik tunai dan cek, terlepas dari

waktu dan lokasi. Sistem perdagangan tertua yang diketahui adalah sistem

barter dimana barang dipertukarkan dengan barang yang diinginkan.

Persoalan sistem ini adalah kurangnya standarisasi kuantitas dan barang

yang akan ditukar. Seiring berjalannya waktu, kartu debit mulai


4

dikenalkan dengan masyarakat, kartu debit yang juga kita sebut dengan

kartu ATM mulai digunakan di semua kalangan, mulai dari pegawai,

pekerja, hingga pelajar. Setelah kesuksesan kartu ATM, kartu kredit

diperkenalkan sebagai skema pembayaran baru. Pada setiap transaksi,

penerbit akan melakukan pembayaran atas nama konsumen, konsumen

kemudian membayar kembali jumlah tersebut kepada penerbit kartu dalam

jangka waktu tertentu atau berisiko dikenakan bunga.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih memudahkan

konsumen dalam melakukan pembelian. Jika dahulu konsumen harus

datang langsung ke toko dan membawa sejumlah uang maka saat ini tidak

perlu membawa banyak uang. e-cash membuat konsumen mendapatkan

apa yang diinginkan. Konsumen menggunakan electronic cash sebagai alat

pembayaran. Konsumen juga tidak perlu membawa uang dalam jumlah

yang besar agar mengurangi resiko tindak kriminalitas. Namun, hidup di

Indonesia dengan sebagian keterbatasan alat teknologi dan kebutuhan yang

beragam membuat sebagian kota/daerah masih belum mampu

menggunakan teknologi canggih ini. Semua outlet yang non-virtual pun

masih menggunakan pembayaran tunai sebagai alat pembayaran yang

utama. oleh karena itu, konsumen sendiri yang akan menentukan ingin

menggunakan uang tunai sebagai pembayaran atau menggunakan

electronic cash.

Indonesia telah terjadi perkembangan dalam hal transaksi dengan

cara non tunai dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut terjadi

karena semakin banyak pusat – pusat kegiatan ekonomi yang menyediakan


5

fasilitas pembayaran secara non tunai. Alat pembayaran non tunai yang

berkembang saat ini di antaranya adalah kartu kredit, kartu debet/ATM

dan uang elektronik yang secara umum sudah dikenal oleh masyarakat

luas. Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki wewenang dalam

melaksanakan, memberi persetujuan maupun perizinan terhadap

penyelenggaraan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai

(Ariyani, 2016)

Perkembangan digitalisasi di era modern ini membuat semua hal

menjadi lebih praktis dan efisien. Persaingan yang kompetitif membuat

setiap perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi

konsumen mereka. Dengan menghasilkan teknologi baru atau

mereorganisasi teknologi yang ada, perusahaan dapat memberikan yang

terbaik bagi konsumen berupa aplikasi baru di industri keuangan

(Tornatzky dan Fleisher, 1990). Inovasi dalam teknologi ini tentunya

menguntungkan inovator serta pengguna serta menguntungkan pasar

secara keseluruhan (Frame dan White, 2004).

Beberapa tahun terakhir ini salah satu perbankan di Indonesia

mengeluarkan aplikasi pembayaran non tunai yang dikenal dengan nama

e-cash. Adanya aplikasi e-cash ini mempermudah pengguna atau

konsumen melakukan berbagai macam transaksi non tunai seperti

pembayaran pulsa, listrik, transfer dana dan pembayaran tarif tol di gardu

tol otomatis. Kegunaan lain dari e-cash adalah mempermudah pengguna

khususnya anak-anak yang belum mempunyai rekening di bank tetapi

ingin melakukan transaksi elektronik (Prahadi, 2017).


6

Dalam pengimplementasian e-cash setidaknya melibatkan tiga pihak,

penerbit, penerbit bisa dari lembaga keuangan atau bukan dari lembaga

keuangan, konsumen sebagai pengguna akhir yang menggunakan e-cash

dan merchant atau toko yang menerima e-cash sebagai ganti produk atau

layanan yang disediakan.

Bank

Withdraw Deposit
Open Confirmation
Account

Payment
Consumer Merchant
Delivery

e-cash Process

Gambar 1.1

e-cash digunakan melalui Internet, email, atau komputer pribadi ke

workstation lain dalam bentuk pembayaran “tunai” yang aman yang

hampir tidak dapat dilacak oleh pengguna. Ini didukung oleh mata uang

nyata dari bank. Cara kerja e-cash adalah mirip dengan transfer dana

elektronik yang dilakukan antar bank. Pengguna pertama-tama harus

memiliki Aplikasi e-cash dan rekening bank e-cash. Pengguna

menggunakan e-cash untuk berbelanja di internet atau juga bisa membayar

sesuatu di internet dengan aman.

Dalam menganalisis sistem pembayaran menggunakan e-cash yang

mempengaruhi intensitas transaksi non-tunai dapat dilakukan dengan

menggunakan salah satu teori perilaku yang diperkenalkan oleh Davis

(1989) yakni TAM (technology acceptance model). TAM menjelaskan


7

bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat dalam penerimaan

teknologi yaitu persepsi kemanfaatan (perceived of usefulness) dan

persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Penelitian

Ramadhan (2016) mendefinisikan persepsi kemanfaatan sebagai

probabilitas subyektif dari potensial user yang memakai suatu aplikasi

tertentu dalam mempermudah kinerja pekerjaannya. Penelitian Ramadhan

(2016) menyatakan persepsi kemudahan didefinisikan sebagai sejauh mana

masyarakat percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari

usaha. Dalam konteks ini, masyarakat akan percaya terhadap sistem yang

memiliki manfaat maka akan digunakan namun sebaliknya jika

masyarakat merasa bahwa suatu sistem tidak memiliki manfaat maka

mereka tidak akan menggunakannya.

Untuk menganalisis perilaku pengguna teknologi informasi

digunakan model technology acceptance model (TAM) yang telah

diegunakan selama empat dekade terakhir (Leiva, 2017). Model TAM ini

dikembangkan dengan berdasarkan ‘theory of reasoned action” (Ajzen

and Fishbein,1980).

Metode technology acceptance model (TAM) digunakan dengan

tujuan untuk membuat prediksi tentang penerimaan dan penggunaan

teknologi informasi sistem yang baru serta kemampuan beradaptasi

pengguna (Davis, 1989).

Berdasarkan fenomena yang terjadi, hal tersebut menjadi landasan

utama yang digunakan oleh peneliti dalam mewujudkan penelitian ini.

Penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai pengaruh dari sistem


8

pembayaran e-cash menggunakan model TAM (technology acceptance

model) terhadap intensitas transaksi non-tunai di Universitas Bengkulu.

Aboelmaged dan Gebba (2013) meneliti tentang adopsi mobile

banking melalui integritas TAM. Penelitian ini menganalisis data survei

dari 119 responden. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif yang

signifikan dari sikap terhadap mobile banking dan norma subjektif

terhadap adopsi mobile banking. Anehnya, pengaruh kontrol perilaku dan

kegunaan pada adopsi mobile banking tidak signifikan. Lebih lanjut, hasil

regresi menunjukkan pengaruh yang signifikan persepsi kegunaan

terhadap sikap terhadap mobile banking sedangkan pengaruh persepsi

kemudahan penggunaan terhadap sikap terhadap mobile banking tidak

didukung.

Ramadhan, Prasetyo dan Irviana (2016) melakukan penelitian

mengenai persepsi mahasiswa dalam menggunakan e-Money untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat untuk menggunakan

e-money di kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Diponegoro. Berdasarkan technology acceptance model (TAM) yang

mempertimbangkan faktor-faktor yang diketahui, focus adalah untuk

mempelajari pengaruh persepsi manfaat, persepsi mudah digunakan, dan

persepsi keamanan dan risiko. Terdapat 243 kuesioner yang telah diisi

dikumpulkan dan dianalisis untuk memeriksa tiga hipotesis yang terkait

dengan model. Akhirnya, temuan menunjukkan bahwa persepsi mudah

digunakan dan persepsi keamanan dan persepsi risiko secara signifikan


9

mempengaruhi minat penggunaan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa

persepsi manfaat tidak berpengaruh signifikan terhadap minat penggunaan.

Penelitian juga dilakukan oleh Mahubessy (2019) dengan penelitian

melihat pengaruh system pembayaran e-cash yang berpengaruh pada

Intensitas transaksi non tunai, penelitian ini menggunakan TAM sebagai

model penelitian ini melibatkan 125 responden yang diuji menggunakan

structural eqution model (SEM) dengan analisis artial least square (PLS).

Menghasilkan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh signifikan

terhadap transaksi non tunai, dan persepsi kemanfaat juga berpengaruh

signifikan terhadap transaksi non tunai.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah diajukan untuk memudahkan analisa mengenai

permasalahan berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka

penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

“Mengapa kerendahan penggunaan aplikasi e-cash sebagai alat

transaksi pembayaran non tunai?”


10

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk membuktikan jawaban dari

rumusan masalah dan membuktikan kebenaran dengan teori dan data yang

relevan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah; untuk menawarkan model

TAM yang berisikan persepsi kemudahan penggunaan, kemanfaatan, dan

keamanan serta risiko. Agar pengguna e-cash sebagai alat transaksi non-

tunai meningkat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

rujukan dalam penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan

penelitian mengenai Intensitas transaksi non tunai yang dipengaruhi oleh

persepsi kemudahan, persepsi kemanfaatan, dan persepsi keamanan serta

risiko aplikasi e-cash.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk

membuat prediksi tentang penerimaan dan penggunaan model TAM

(technology acceptance model) yang mempengaruhi intensitas transaksi

non-tunai.
11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Transaksi Non-Tunai

Alat transaksi non tunai merupakan transaksi yang pembayarannya

tidak menggunakan uang tunai, namun menggunakan pengganti uang tunai

sebagai alat pembayarannya. Pengganti uang tunai yang dimaksud seperti,

cek, bilyet giro, kartu kredit, kartu debet dan uang elektronik (Bank

Indonesia, 2018).

Inovasi sistem pembayaran yang terkenal saat ini ialah cash less atau

transaksi non tunai. Cash less sendiri menurut Miranda Swaray Goeltem

ialah meminimalisir proses pembayaran dan meningkatkan efisiensi,

mempercepat dan yang terpenting adalah perlindungan kepada konsumen.

Penjelasan dari Sunariani dan Ariwangsa (2016) bahwa yang dimaksud

less cash society adalah masyarakat yang menggunakan alat instrumen non

tunai dalam transaksinya, sehingga dengan banyaknya penggunaan

instrument non tunai maka akan terbentuklah masyarakat non tunai. Secara

harfiah less cash society (LCS) adalah masyarakat yang dalam kehidupan

sehari-harinya didominasi oleh instrumen pembayaran non tunai dalam

melakukan transaksi. Salah satu indikator dari less cash society adalah

penggunaan instrumen non tunai (paper based dan card based). Transaksi

non tunai dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti; transfer, kartu

kredit, kartu debit dan juga uang elektonik.

Indikator dari transaksi non-tunai yaitu :

1. Minat untuk menggunakan


12

2. Minat menggunakan secara teratur

3. Menyarankan orang lain untuk menggunakan alat pembayaran non

tunai

a. Uang Elektronik

Pada bulan oktober 1996 Bank for International Settlement (BIS)

mendefinisikan uang elektronik merupakan produk yang memiliki nilai

tersimpan (stored-value) atau prabayar (prepaid) dimana sejumlah uang

disimpan dalam suatu media elektronis yang dapat digunakan untuk

berbagai macam jenis pembayaran (multi purposed). Yang berkarakteristik

sedikit berbeda dengan pembayaran elektronik yang telah disebutkan

sebelumnya karena pembayaran dengan menggunakan e-money tidak

selalu memperluas proses otorisasi untuk pembebanan ke rekening

nasabah yang menggunakannya. Hal ini dikarenakan pada e-money telah

tersimpan sejumlah nilai uang.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 pada pasal 1

ayat 3 dan 4 menyebutkan bahwa Uang Elektronik (Electronic Money)

adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu

kepada penerbit;

b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server

atau chip;

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan


13

d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan

merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-

undang yang mengatur mengenai perbankan.

Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik

pada suatu media server atau chip yang dapat dipindahkan untuk

kepentingan transaksi pembayaran dan/atau transfer dana. (PBI, 2014)

Kebijakan less cash sejak 2006 mulai gencar menjadi bahan

perbincangan yang ditandai dengan munculnya kajian-kajian mengenai

LCS sebagai bentuk upaya untuk mengurangi penggunaan instrument tunai

di masyarakat. Bank Indonesia juga turut membentuk kelompok yang

mengkaji grand desain upaya peningkatan penggunaan pembayaran non

tunai yang mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memetakan

dampak penggunaan alat pembayaran non tunai. Ketidakefisienan tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Biaya yang besar dalam pengelolaan uang rupiah meliputi perencanaan,

pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan serta

pemusnahan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

2. Kesusahan bertransaksi dimana adanya kesulitan dalam penyediaan

uang kembalian dan juga antrian yang panjang dikarenakan waktu yang

dibutuhkan dalam bertransaksi dengan pelayanan yang relatif lambat.

3. Tidak tercatatnya transaksi (kurang transparan) yang akhirnya

menimbulkan peluang tindak kejahatan.

4. Sulit melakukan transaksi dalam jumlah besar yang harus menyediakan

dan membawa uang dalam jumlah besar pula sehingga tidak praktis dan
14

memakan ruang sreta juga ada kekhawatiran terhadap keamanan dalam

membawa sejumlah uang oleh pengguna pembayaran tunai.

2.2 TAM(Technology Acceptance Model)

Dasar dari pengembangan teori TAM adalah TRA atau Theory of

Reasoned Action seperti yang dikemukakan dikemukakan oleh Ajzen dan

Fisbein (1980). TRA menjelaskan reaksi dan persepsi dari pengguna

teknologi informasi (TI) yang akan berpengaruh terhadap sikap dalam

penerimaan teknologi tersebut (Fran dan Pulasna 2016). Abdul (2016),

TAM merupakan sebuah teori perbaikan dari model TRA (theory of

reasoned action), teori TAM sendiri tetap menggunakan komponen tetap

dari model TRA dan mengimplementasikan kedalam komponen-komponen

sebagai sebuah domain khusus dari teknologi komputer dan teknologi

informasi. Perbedaan teori TRA dan TAM ada dalam penggunaan faktor-

faktor sikap dari TRA, dalam teori TAM terapat dua variabel kunci, yaitu

perceived ease of use dan perceived usefulness, yang masing-masing

memiliki relevancy pusat untuk mengestimasi sikap penerimaan pengguna

terhadap teknologi komputer. TRA saat itu ditekankan pada sikap yang

menjadi sudut pandang psikologi, dengan menggunakan prinsip

menentukan bagaimana cara dalam melakukan pengukuran terhadap

komponen sikap perilaku yang relevan, membedakan antara keyakinan

ataupun sikap serta menentukan rangsangan eksternal.

Menurut Davis (1989), TAM memiliki tujuan utama yaitu

memberikan penyajian dan penjelasan penentuan terhadap penerimaan


15

komputer secara umum serta memberikan penjelasan mengenai perilaku

maupun sikap pengguna dalam suatu populasi (Fran dan Pulasna 2016).

Menurut Jogiyanto (2007), teori TAM memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya adalah :

1. Model perilaku yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan

dari masalah banyaknya kegagalan dalam penerapan sistem

teknologi informasi karena kurangnya minat dalam

menggunakannya.

2. Landasan TAM berdasarkan pada teori yang kuat.

3. Banyaknya pengujian dan penelitian yang menggunakan TAM dan

dari hasilnya disimpulkan bahwa TAM adalah model yang baik.

4. TAM merupakan model yang bersifat sederhana dan valid.

TAM menggambarkan niat seseorang dalam menggunakan sistem

yang ditentukan oleh dua keyakinan, yaitu: (a) persepsi manfaat yang

dirasakan (perceived usefulness), dimana individu merasa yakin bahwa

dengan menggunakan sistem persepsi kemanfaatan (perceived usefulness)

persepsi kemudahan (perceived ease of use) intensitas perilaku

penggunaan (behavioural intention to use) penggunaan sistem secara

aktual (actual system use) maka kinerja pekerjaannya akan meningkat.

Pengukuran manfaat didasarkan pada frekuensi penggunaan dan

keragaman aplikasi yang dijalankan. Individu akan menggunakan IT jika

paham akan manfaat positif dari adanya penggunaan teknologi informasi

dan (b) persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), dimana


16

individu merasa yakin bahwa dengan tidak diperlukan upaya dalam

penggunaan suatu sistem (Jurica, 2010).

Pada awalnya terdapat 14 ukuran indikator (initial scale items) yang

digunakan untuk mengukur perceived usefulness dan perceived ease of use

yang menjadi awal percobaan untuk mengetahui realibilitas dan validitas

yang hasilnya diperoleh 10 macam indikator, namun Davis melakukan

percobaan dengan meminimalkan indikator sehingga meningkatkan

kualitas dan lebih praktis. Menganalisis dengan melakukan perhitungan

korelasi (antara perceived usefulness, perceived ease of use, dan self-

reported system usage) dan Analisis Regresi (effect of perceived

usefulness dan perceived ease of use on self reported usage).

2.2.1 Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)

Persepsi kemanfaatan merupakan probabilitas subjektif dari

pengguna suatu aplikasi yang bertujuan untuk mempermudah kinerja atas

pekerjaannya (Adi, Andrian, dan Lala 2016). Dalam Penelitian Davis

(1989) disebutkan bahwa pengguna memiliki kepercayaan bahwa jika

menggunakan sistem informasi maka akan meningkatkan kinerja.

Maksudnya, persepsi kemanfaatan akan menghasilkan suatu kepercayaan

untuk mengambilan keputusan dengan menggunakan sistem informasi

atau tidak menggunakan sistem informasi. Pengguna akan berpikir dan

percaya bahwa jika sistem tersebut berguna bagi dirinya maka dia akan

menggunakannya, namun sebaliknya jika pengguna tidak percaya bahwa

sistem tersebut tidak berguna bagi dirinya maka pengguna sudah pasti

tidak akan menggunakan sistem tersebut (Endang 2015).


17

Tolok ukur dari usefulness mendasarkan pada jumlah penggunaan

dan keragaman (diversifikasi) aplikasi yang digunakan. Manfaat positif

dalam menggunakan teknologi informasi menjadi alasan untuk seseorang

dalam menggunakan suatu teknologi informasi (Jurica, 2010). Adapun

dimensi terhadap kemanfaatan teknologi informasi, yakni :

1. Kegunaan, dimensinya meliputi mempermudah pekerjaan dan

menambah produktivitas.

2. Efektivitas, dimensinya meliputi : meningkatkan efektivitas dan

meningkatkan kinerja pekerjaan.

Menurut Davis (1989), terdapat indikator untuk mengukur persepsi

kemanfaatan :

1. Mempercepat pekerjaan (work more quickly)

2. Meningkatkan kinerja (improve job performance)

3. Meningkatkan produktivitas (increase productivity)

4. Efektivitas

5. Mempermudah pekerjaan (make job easier)

6. Bermanfaat (useful)

2.2.2 Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use)

Davis (1989), persepsi kemudahan adalah tingkat dimana individu

percaya mengenai sistem yang digunakan karena sistem tersebut mudah

dalam penggunaanya dan mudah untuk dipahami, sehingga tidak perlu

mengeluarkan usaha apapun (free of effort) (Jurica, 2010).

Davis (1989) berpendapat bahwa terdapat indikator untuk mengukur

persepsi kemudahan, yakni :


18

a. Mudah dipelajari (easy to learn)

b. Dapat dikontrol (controllable)

c. Jelas dan dapat dipahami (clear and understandable)

d. Fleksibel

e. Mudah untuk menjadi terampil / mahir (easy to become skillful)

f. Mudah digunakan (easy to use)

2.2.3 Persepsi Keamanan dan Risiko (Perceived Safety and Risk)

Jebran dan Dipankar (2012) mengidentifikasi bahwa keamanan,

privasi dan risiko keselamatan yang dikeluarkan yang dapat

mempengaruhi persepsi pelanggan dari aktivitas umum perbankan bank

umum, sedangkan persepsi kemudahan penggunaan, keamanan dan privasi

juga sebagai variabel endogen pada kegiatan e-banking. Keamanan dan

privasi, menunjukkan tingkat keamanan dan privasi pada saat

menggunakan e-cash untuk bertransaksi.

Waspada (2012) berpendapat bahwa terdapat indikator untuk

mengukur persepsi keamanan dan risiko, yakni :

a. Tidak khawatir memberikan informasi

b. Kepercayaan bahwa informasi dilindungi

c. Kepercayaan bahwa keamanan uang yang ada di dalam alat

elektronik terjamin pada saat transaksi

2.4 Planned Behavior (alternative theory)

Theory of planned behavior pada awalnya bernama theory of

reasoned action (TRA) dikembangkan tahun 1980 (Jogiyanto, 2007).


19

theory of planned behavior (TPB) menyatakan bahwa niat dipengaruhi

oleh tiga hal, attitude toward behavior (ATB), subjective norm (SN) dan

Perceived Behavior Control (PBC) (Ajzen, 2005). Teori ini disusun

menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang

sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA,

Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan

atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki

oleh orang tersebut. Lebih lanjut, Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan

bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi

oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude

towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial

yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan

pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau

tidak dilakukannya perilaku, Ajzen dan Fishbein (1980) melengkapi TRA

ini dengan keyakinan (beliefs), mereka menyatakan bahwa sikap berasal

dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma

subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).

Teori ini diterapkan untuk belajar perilaku penggunaan uang

elektronik oleh masyarakat yang juga dapat disebut sebagai konsumen

uang elektronik. Teori ini juga telah banyak digunakan untuk memprediksi

perilaku konsumen, seperti, antara lain, perilaku yang terkait dengan

penggunaan kartu kredit (Rutherford dan DeVaney, 2009), perbankan

internet (Adityasto dan Baridwan, 2012), perbankan seluler (Luarn dan

Lin, 2005), Sukuk (Sekuriti Syariah Negara ikatan), investasi (Warsame


20

dan Ireri, 2016), online shopping (Lin, 2007), dan banyak lagi. TPB

didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk rasional dan

menggunakan informasi yang relevan secara sistematis.

Dalam hal penggunaan uang elektronik, semakin positif sikap

seseorang terhadap uang elektronik, semakin kuat niat seseorang untuk

menggunakannya, sedangkan semakin lemah sikap positif seseorang

tentang uang elektronik, semakin sedikit pula niat untuk menggunakan

uang elektroniknya Semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan

seseorang, semakin kuat juga keinginan seseorang untuk terlibat dalam

perilaku tertentu (Ajzen, 1988). Dengan kata lain, semakin tinggi persepsi

seseorang dalam pengendalian perilaku menggunakan uang elektronik,

maka lebih kuat niat orang tersebut untuk menggunakan uang elektronik

dan sebaliknya. Semakin kuat seseorang merasa bahwa menggunakan

uang elektronik itu mudah, semakin kuat niat seseorang untuk

menggunakan uang elektronik.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Christian (2017)

dengan hasil disimpulkan bahwa penggunaan KTE dipengaruhi positif

oleh faktor kemudahan dan penggunaan terpersepsi secara bersama-sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan, Prasetyo dan Irviana

(2016). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa persepsi kemudahan

yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa

untuk menggunakan e-Money.


21

Singgih Priambodo dan Bulan Prabawani (2016) melakukan

penelitian dengan variabel independen berupa persepsi manfaat, persepsi

kemudahan, persepsi risiko dan minat menggunakan layanan uang

elektronik sebagai variabel dependen. Dari penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa variabel persepsi manfaat berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap variabel minat menggunakan layanan uang

elektronik yang itunjukan dengan banyaknya manfaat yang diterima dan

didapat oleh pengguna Uang elektronik yang mengakibatkan semakin

tinggi minat dalam menggunakan layanan uang elektronik.

2.5 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul,

Andrews dalam Sangadji dan Sopiah (2010). Pengertian lain hipotesis

menurut Buckley et al dalam Sangadji dan Sopiah (2010) adalah suatu

bentuk pernyataan sederhana mengenai harapan peneliti akan hubungan

antara variabel-variabel dalam suatu masalah untuk diuji dalam penelitian.

2.5.1 Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Penggunaan (Perceived Ease of

Use) terhadap Intensitas Transaksi Non-Tunai

TAM atau technology scceptance model adalah teori yang

mendeskripsikan niat individu dalam menggunakan sistem yang

ditentukan oleh dua keyakinan, yaitu Manfaat yang dirasakan (perceived

usefulness), dimana individu merasa yakin bahwa dengan menggunakan

sistem maka kinerja pekerjaannya akan meningkat dan kemudahan


22

penggunaan (perceived ease of use), dimana individu merasa yakin bahwa

dengan tidak diperlukan upaya dalam penggunaan suatu sistem (Jurica

2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan, Prasetyo dan Irviana

(2016) denga judul Persepsi Mahasiswa dalam Menggunakan e-Money,

dengan persepsi manfaat, persepsi kemudahan dan persepsi keamanan dan

risiko sebagai variabel independen dan minat penggunaan sebagai variabel

dependen. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa persepsi

kemudahan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat

mahasiswa untuk menggunakan e-Money.

Penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Christian (2017) dengan

judul Faktor-Faktor Terpersepsi yang Mempengaruhi Penggunaan Kartu

Tol Elektronik dengan variariabel independen berupa factor kemudahan

terpersepsi, faktor manfaat terpersepsi dan variabel dependen berupa

keputusan menggunakan. Hasilnya disimpulkan bahwa penggunaan KTE

dipengaruhi positif oleh faktor kemudahan dan penggunaan terpersepsi

secara bersama-sama.

Dari kedua penelitian tersebut memiliki persamaan hasil yang

menunjukkan bahwa persepsi kemudahan memiliki pengaruh positif

terhadap penggunaan alat pembayaran non tunai, sehingga diperoleh

hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Persepsi kemudahan penggunaan aplikasi e-cash memiliki

dampak positif terhadap intensitas transaksi non tunai.


23

2.5.2 Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)

TAM adalah teori yang menggambarkan niat seseorang dalam

menggunakan sistem yang ditentukan oleh dua keyakinan, yaitu Manfaat

yang dirasakan (perceived usefulness), dimana individu merasa yakin

bahwa dengan menggunakan sistem maka kinerja pekerjaannya akan

meningkat dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use), dimana

individu merasa yakin bahwa dengan tidak diperlukan upaya dalam

penggunaan suatu sistem (Jurica 2010).

Beberapa penelitian sebelumnya juga menjelaskan hubungan

manfaat terhadap sikap pengguna (Leiva et. al, 2017; Aboelmaged dan

Gebba, 2013; Krishanan et. al. 2016). Hal yang sama juga dijelaskan pada

penelitian sebelumnya mengenai intensitas untuk menggunakan (Kulvivat

et. al. 2007; Zhang dan Mao, 2008).

Penelitian oleh Candraditya dan Idris (2013) dengan variabel

independen berupa pengetahuan produk, persepsi manfaat, kesesuaian

harga.dan variabel dependen berupa minat menggunakan. Hasil penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa variabel persepsi manfaat memberikan

hasil regresi positif dan signifikan yang bernilai lebih kecil dari variabel

kesesuaian harga akan tetapi lebih besar dari variabel pengetahuan produk.

Oleh karena itu, faktor persepsi manfaat adalah faktor kedua untuk

meningkatkan minat dalam penggunaan kartu Flazz BCA. Semakin tinggi

persepsi manfaat terhadap produk terkait maka semakin tinggi juga minat

mahasiswa dalam menggunakannya.


24

Priambodo dan Prabawani (2016) melakukan penelitian dengan

variabel independen berupa persepsi manfaat, persepsi kemudahan,

persepsi risiko dan minat menggunakan layanan uang elektronik sebagai

variabel dependen. Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel

persepsi manfaat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

variabel minat menggunakan layanan uang elektronik yang itunjukan

dengan banyaknya manfaat yang diterima dan didapat oleh pengguna

Uang elektronik yang mengakibatkan semakin tinggi minat dalam

menggunakan layanan uang elektronik.

Dari kedua penelitian tersebut memiliki persamaan hasil yang

menunjukkan bahwa persepsi kemanfaatan memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap penggunaan alat pembayaran non tunai, sehingga

diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut :

H2 : Persepsi kemanfatan pengguna aplikasi e-cash memiliki

dampak positif terhadap intensitas transaksi non tunai.

2.5.3 Persepsi Keamanan dan risiko (Perceived Safety and risk)

Penelitian oleh Prasetyo dan Irviana (2016) dengan variabel

independen berupa, persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan,

persepsi keamanan dan risiko harga, dan variabel dependen berupa minat

pengguna e-money. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

variabel persepsi keamanan dan risiko memberikan hasil signifikan

mempengaruhi minat penggunaan.

Dari penelitian tersebut memiliki hasil yang menunjukkan bahwa

persepsi keamanan dan risiko memiliki pengaruh positif dan signifikan


25

terhadap penggunaan alat pembayaran non tunai, sehingga diperoleh

hipotesis penelitian sebagai berikut :

H3 : Persepsi keamanan dan resiko pengguna aplikasi e-cash

berpengaruh positif terhadap intensitas transaksi non-tunai.

2.6 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dikembangkan dan ditunjukkan pada Gambar

2.6 Diduga bahwa variabel independen (sistem pembayaran e-cash, dan

technology acceptance model) akan secara signifikan memengaruhi

variabel dependen (Intensitas Transaksi non- tunai).

Kerangka pada penelitian ini memodifikasi beberapa penelitian

sebelumnya, dan penelitian ini bertujuan menganalisis adanya pengaruh

antara variable persepsi kemudahan dan penggunaan (perceived ease of

use), persepsi kemanfaatan (perceived usefullness) dan persepsi keamanan

dan risiko (perceived safety and risk) terhadap Intensitas Transaksi Non-

Tunai.

Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang telah

dijabarkan di atas, berikut digambarkan kerangka penelitian yang

berfungsi sebagai penuntun dan juga mencerminkan alur berpikir yang

merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.

Persepsi Kemudahan dan


penggunaan(perceived
ease of use)
H1

Persepsi Intensitas Transaksi Non-


Kemanfaatan(perceived Tunai
usefullness) H2
26

Persepsi Keamanan dan H3


Risiko(perceived safety
and risk)

Gambar 2.6 Kerangka Penelitian

Sumber gambar :

1. Persepsi kemudahan dan penggunaan(perceived ease of use)

: Davis et al (1989)

2. Persepsi kemanfaatan(perceived usefullness)

: Davis et al (1989)

3. Persepsi keamanan dan Risiko(perceived safety and risk)

4. Intensitas transaksi non-tunai

Keterangan :

1. Variabel independen (X) merupakan variabel bebas yang mempengaruhi

variabel lain. Dalam penelitian ini persepsi kemudahan penggunaan

,persepsi kemanfaatan, dan persepsi keamanan dan risiko sebagai

variabel independen dalam penelitian ini.


27

2. Variabel dependen (Y) merupakan variabel terikat yang dapat

dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini intensitas transaksi

non tunai sebagai variabel dependen.


28

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016, p. 8) metode kuantitatif merupakan

penelitian yang menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan menggunakan kuesioner technology acceptance model

(TAM). Model technology acceptance model (TAM) dalam penelitian ini

menggunakan instrumen Davis et al (1989). Indikator TAM yang

digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi kegunaan, persepsi manfaat

dan indikator terkait persepsi keamanan dan risiko.

Salah satu bentuk pendekatan kuantitatif pada penelitian ini adalah

pengumpulan data yang dilakukan melalui survei dengan menggunakan

kuesioner dan analisis data yang dilakukan secara statistik dengan

menggunakan aplikasi pengolah data statistik. Jenis penelitian ini

digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, yang bertujuan untuk menggambarkan dan menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).

Penelitian kali ini mengolah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah

data yang umumnya diperoleh melalui pertanyaan terstruktur (Sekaran,

2009: 7). Penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis. Pengujian


29

hipotesis adalah studi yang menjelaskan sifat hubungan tertentu atau

menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua

atau lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2009: 162). Pengujian

hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif pada

penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis mencoba menguji hipotesis yang

diajukan agar dapat menjelaskan pengaruh persepsi kemudahan dan

penggunaan (perceived ease of use) (X₁), persepsi kemanfaatan (perceived

usefullness) (X2), persepsi keamanan dan risiko (perceived safety and

risk) (X3) terhadap variabel dependen, yaitu Intensitas Transaksi Non-

Tunai (Y).

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah penentuan sifat atau konstrak yang akan

dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2014),

sedangkan menurut (Sekaran, 2006) Definisi operasional adalah

mengoperasionalisasikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur,

dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, sifat, dan aspek yang

ditunjukkan oleh konsep tersebut (Sekaran, 2009). Variabel adalah apapun

yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai (Sekaran, 2009:

115). Penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti terdiri dari dua

variabel bebas (independent), satu variabel terikat (dependent).

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya


30

(Sugiyono,2011: 38). Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat), dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas, yaitu persepsi kemudahan dan penggunaan (perceived rase of use)

(X1), persepsi kemanfaatan (perceived usefullness) (X2), dan Variabel

terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah intensitas transaksi non tunai (Y). Secara

lebih rinci, definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel

Variabel Indikator Skala Sumber


Persepsi Kemudahan 1. Mudah dipelajar (easy to Likert Davis.(1989)
(perceived ease of use) learn)
Persepsi kemudahan adalah 2. Dapat Dikontrol (controllable)
tingkat dimana individu 3. Jelas dan dapat dipahamai
percaya mengenai sistem yang (clear and understandable)
digunakan karena system 4. Fleksibel
tersebut mudah dalam 5. Mudah untuk menjadi terampil
penggunaanya dan mudah (easy to become skillful)
untuk dipahami, sehingga tidak 6. Mudah Digunakan (easy To
perlu use)
mengeluarkan usaha apapun.
Persepsi Kemanfaatan 1. Mempercepat pekerjaan (work Likert Davis (1989)
(perceived usefulness) more quickly).
persepsi kemanfaatan 2. Meningkatkan kinerja
merupakan probabilitas (improve job performance).
subyektif dari pengguna suatu 3. Meningkatkan produktivitas
aplikasi yang bertujuan untuk (increase productivity).
mempermudah kinerja atas 4. Efektivitas.
pekerjaannya. 5. Mempermudah pekerjaan
(make job easier).
6. Bermanfaat (useful).

Persepsi Keamanan dan 1. Tidak khawatir memberikan Likret Waspada


Risiko (perceived safety and informasi (2012)
risk) 2. Kepercayaan bahwa informasi
Keamanan dan privasi, dilindungi
menunjukkan tingkat 3. Kepercayaan bahwa keamanan
keamanan dan privasi pada uang yang ada di dalam alat
saat menggunakan e-cash elektronik terjamin pada saat
31

untuk bertransaksi. transaksi


Intensitas Transaksi non- 1. Minat untuk menggunakan Likret Selvan et al
tunai 2. Minat menggunakan secara dalam
transaksi yang pembayarannya teratur Sofiana
tidak menggunakan uang tunai, 3. Menyarankan orang lain untuk (2014)
namun menggunakan menggunakan alat pembayaran
pengganti uang tunai sebagai non tunai
alat pembayarannya.
3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016, p. 119). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

Mahasiswa S1 Universitas Bengkulu yang menggunakan e-cash. Populasi

mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat ingin

peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2016). Pengambilan sampel adalah proses

memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian

terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan

membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut

pada elemen populasi (Sekaran, 2006: 123). Desain sampel yang

digunakan pada penelitian ialah adalah non probability sampling, yaitu

dalam pengambilan sampel besarnya peluang elemen untuk terpilih

sebagai subjek tidak diketahui (Sekaran, 2006: 127). Desain ini digunakan

karena tidak adanya data yang menyebutkan berapa jumlah individu yang

menggunakan e-cash.

Metode nonprobability sampling yang digunakan pada penelitian

ini yaitu purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik


32

penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu

(Sujarweni 2016). Pertimbangan tertentu pada penentuan sampel penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Usia 17 tahun keatas.

2. Mahasiswa Universitas Bengkulu

3. Individu atau konsumen pengguna e-cash.

4. Berdomisili di Kota Bengkulu.

Ukuran sampel yang digunakan merupakan jenis multivariate yang

mengacu pada pedoman pengukuran sampel menurut (Ferdinand, 2002, p.

51) yang menggunakan 5–10 kali indikator variabel. Sehingga indikator

yang digunakan berjumlah 18 item, maka jumlah sampel adalah 180

responden. Untuk mengatasi adanya kuesioner yang diisi kurang lengkap

oleh responden atau kuesioner yang dianggap gagal, maka penelitian ini

menargetkan sampel dengan jumlah sebanyak 190 responden. Sampel dari

penelitian ini adalah konsumen khususnya pengguna e-cash di Universitas

Bengkulu.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer,

dimana data ini diperoleh secara langsung. Data ini didapat dengan

menggunakan kuesioner, teknik pengumpulan data dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya (Sugiyono, 2014) dalam penelitian ini kuesioner digunakan

untuk memperoleh data tentang pengaruh variabel yang diuraikan di atas.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan


33

sebelumnya yang akan dijawab responden, biasanya dalam alternatif yang

didefinisikan dengan jelas (Sekaran, 2009).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif,

karena dalam pengumpulan informasinya menggunakan kuesioner yang

disebarkan pada prngguna e-cash. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh dengan survey

lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original

(Kuncoro, 2009, p. 127). Data primer dalam penelitian ini diperoleh

melalui kuesioner (daftar pertanyaan atau pernyataan) yang dibagikan

kepada responden yang disusun berdasarkan variabel yang telah

ditentukan. Kuesioner yang ada pada penelitian ini akan disebarkan secara

langsung terhadap pengguna e-cash.

3.5 Skala Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran likert. Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012, p.93).

Variabel dalam skala likert yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau

pernyataan. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini berhubungan

dengan objek, sehingga responden diminta untuk mengidentifikasi tingkat

setuju dan ketidaksetujuan terhadap masing-masing pertanyaan dengan

skala lima poin titik panduan (anchor) sebagai berikut :

Tabel 3.2 skala likert


34

Bobot Kategori
5 Sangat setuju
4 Setuju
3 Cukup setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
Pada metode perhitungan skala likert, Penilaian responden

terhadap variabel penelitian dapat diukur dengan 1 (skor terendah) untuk

jawaban “Sangan Tidak Setuju” dan skor 5 (skor tertinggi) untuk jawaban

“Sangat Setuju”. Penentuan kelas atas jawaban responden terhadap

variabel penelitian berdasarkan skor yang telah ditentukan adalah dengan

nilai terendah sebesar 1,0 dan nilai tertinggi sebesar 5,0 serta interval kelas

adalah (5-1) / 5 = 4 / 5 = 0,8. Dari penentuan kelas tersebut, maka

diperoleh kelas rata-rata nilai indikator sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interval Jawaban Responden


No Interval Tingkat Hubungan
1. 1,0-1,80 Sangat Rendah
2. 1,81-2,60 Rendah
3. 2,61-3,40 Cukup Tinggi
4. 3,41-4,20 Tinggi
4,21-5,00 Sangat Tinggi

3.6 Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Sekaran (2006:43) Uji validitas pada SEM PLS digunakan

untuk menguji ketepatan ukuran atau indikator pada kuesioner. Reliabilitas

digunakan untuk mengindikasi kestabilan dan konsistensi dimana

instrumen mengukur konsep dan membantu menilai “ketepatan” sebuah


35

pengukuran (Sekaran, 2006:40). Berikut adalah penjelasan uji validitas dan

reliabilitas pada penelitian ini, yaitu:

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah kemampuan sebuah skala untuk mengukur konsep

yang dimaksudkan (Sekaran, 2006: 42). Uji validitas konstruk pada PLS

terdiri dari validitas konvergen dan validitas diskriminan.

1. Validitas Konvergen

Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa indikator

atau pengukur dari suatu konstruk seharusnya memiliki korelasi yang

tinggi. Validitas konvergen terdiri dari outer loading (indikator) dan

Average Variance Extracted (AVE). Indikator dikatakan valid ketika outer

loading memiliki nilai > 0,6 dan idealnya outer loading memiliki nilai >

0,7. Indikator juga dapat dikatakan valid ketika AVE memiliki nilai > 0,5

(Chin, 2000).

2 Validitas Diskriminan

Validitas diskriminan dinilai berdasarkan dengan cross loading

pengukuran dengan konstruknya, yaitu dengan cara membandingkan nilai

loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan

nilai loading konstruk lain. Nilai cross loading dikatakan valid ketika nilai

yang diperoleh sebesar > 0,70.


36

3.6.2 Uji Reliabilitas

Realibilitas adalah suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana

pengukuran tersebut tanpa bias (bebas kesalahan-error free) dan karena itu

menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam

item dalam instrumen. Uji reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan dua

metode, yaitu Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Cronbach’s

Alpha berfungsi untuk mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu

konstruk, sedangkan Composite Reliability berfungsi untuk mengukur

nilai reliabilitas sesungguhnya suatu konstruk (Chin, 2000). Rule of thumb

nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability harus sebesar ≥ 0,7

meskipun nilai ≥ 0,6 masih dapat diterima (Hair dkk, 2010).

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian akan

dilakukan analisis deskriptif untuk memperoleh deskripsi data penelitian

dan menguji asumsi penelitian, uji validitas, reliablitas serta pengujian

hipotesis. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis dengan

menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Structural

Equation Modeling adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis

pola hubungan antara konstruk laten dan indikatornya, konstruk laten

yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung.

SEM memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa

variabel dependen dan independen secara langsung (Hair, dkk. 2006). Pada

penelitian ini digunakan metode SEM PLS (Partial Least Square). Alasan
37

penggunaan metode SEM PLS pada penelitian ini adalah karena PLS

memiliki beberapa keunggulan, yaitu digunakan untuk memprediksi model

dengan landasan teori pendukung yang lemah, dapat digunakan untuk

ukuran sampel yang kecil serta dapat digunakanuntuk konstruk formatif

dan reflektif (Abdillah & Hartono, 2015).

Secara umum, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan

apabila menggunakan SEM dengan metode PLS menurut Chin (2000)

yaitu:

1. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merancang model

struktural. Model struktural atau inner model menggambarkan

hubungan antar variabel laten. Perancangan model struktural

hubungan antar variabel laten didasarkan pada teori serta rumusan

masalah penelitian. Pada penelitian ini, rancangan model struktural

dibangun berdasarkan hipotesis dan rumusan masalah yang telah

dijelaskan sebelumnya yang terdiri dari variabel, yaitu perceived

easy of use dan perceived usefullness

2. Langkah kedua adalah pembuatan model pengukuran (outer model).

Outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator

berhubungan dengan setiap indikatornya dalam menggunakan PLS.

Suatu konsep dalam model penelitian tidak akan dapat diuji dalam

suatu model prediksi hubungan rasional ataupun kausalitas jika

belum melewati tahap purifikasi dalam model pengukuran (Abdillah

dan Hartono, 2015).


38

3. Langkah ketiga adalah pembuatan diagram jalur (path diagram).

Diagram tersebut berguna untuk mempermudah peneliti untuk

melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Pembuatan

diagram jalur dilakukan berdasarkan model teoritis yang

dikembangkan seperti Gambar 2.1. Setelah path diagram dibentuk,

selanjutnya model tersebut dihitung untuk kemudian dievaluasi.

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model

melalui evaluasi berikut:

a. Evaluasi outer model (model pengukuran)

Evaluasi outer model (model pengukuran) adalah model

pengukuran yang berfungsi untuk menilai validitas dan reliabilitas

model. Proses untuk mengevaluasi outer model meliputi

perhitungan algoritma, parameter model pengukuran yang

diperoleh (validitas konvergen, validitas diskriminan, composite

reliability, dan (cronbhac’s alpha), termasuk nilai R² sebagai

parameter ketepatan model prediksi

b. Evaluasi inner model (model struktural)

Model structural dievaluasi menggunakan R² untuk konstruk

dependen, nilai koefisien jalur atau t-values tiap jalur untuk uji

signifikansi antar konstruk dalam model struktural. Nilai R²

digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel

independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien jalur atau

inner model harus di atas 1,64 (Hair, dkk. 2010).


39

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Willy dan Hartono, Jogiyanto. (2015). Partial Least Square: Alternatif
Structural Equation Modelling dalam Penelitian Bisnis. Edisi 1.Yogyakarta:
Andi Offset
Abidin, Muhammad S. 2015. “Dampak Kebijakan E-money di Indonesia Sebagai
Alat Sistem Pembayaran Baru”. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980). Understanding Attitudes And Predicting Social
Behavior. London: Prentice Hall International.
Amanah, D., & Harahap, D. A. (2020). E-Money or E-Wallet ? a Study of
University Students ’ Preference in Choosing Cashless Payment Systems.
The 4th ICMEM 2019 and The 11th IICIES 2019, 5(1), 330–345.
Amanah & Harahap, 2020; Baddeley, 2004; Bhoite, 2012; De BONDT &
THALER, 1985; Diah et al., 2020; Duval et al., 2018; Hanggono, n.d.;
Karim, 2017; Kimbonguila et al., 2019; Kumar, 2019; Mahubessy, 2019;
Munoz-Leiva et al., UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA,
2018; Vahdat et al., 2020)
Ariyani (2016) menyebutkan bahwa di Indonesia telah terjadi perkembangan
dalam hal transaksi dengan cara non tunai dalam beberapa tahun terakhir ini.
Hal tersebut terjadi karena semakin banyak pusat – pusat kegiatan ekonomi
yang menyediakan fasilitas pembayaran secara non tunai.
Baddeley, M. (2004). Using e-cash in the New Economy: An economic analysis
of micro payments systems. Journal of Electronic Commerce Research, 5(4),
239–253.
Bhoite, D. S. D. (2012). e-Cash- Electronic Cash Payment: a System without Use
of Paper or Coins. International Journal of Scientific Research, 2(10), 1–3.
https://doi.org/10.15373/22778179/oct2013/28
Chin, W. 2000. Partial least squares for IS researchers: an overview and
presentation of recent advances using the PLS approach. Paper presented at
the ICIS.
Priambodo, Singgih, and Bulan Prabawani. 2016. “Pengaruh Persepsi Manfaat,
Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Persepsi Risiko Terhadap Minat
Menggunakan Layanan Uang Elektronik (Studi Kasus Pada Masyarakat Di
Kota Semarang).” Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 5 (2).
De BONDT, W. F. M., & THALER, R. (1985). Does the Stock Market
Overreact? The Journal of Finance, 40(3), 793–805.
https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1985.tb05004.x
Diah, P., Saraswati, S., & Purnamawati, I. G. A. (2020). Determinan Minat
Penggunaan E-Wallet OVO pada Transportasi Online Grab. 11(1), 68–79.
Duval, R., Moretti, T. M. T., Morettti, M. T., Representations, F., Maggio, D. P.,
40

Soares, M. A. S., Soares, M. A. S., Nehring, C. M., Nehring, C. M., Oviedo,


L. M., Kanashiro, A. M., Bnzaquen, M., Gorrochategui, M., Santos, C. A. B.
dos, Cardoso, V. C., Oliveira, S. R. de, Kato, L. A., Duval, R., Aparecida, J.,
… goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2018). 済無 No Title No
Title. Revemat: Revista Eletrônica de Educação Matemática, 13(1), 1689–
1699.
Fatmawati,Endang.2015. Technology Acceptence Model (TAM) Untuk
Menganalisis Penerimaan Terhadap Sistem Informasi Perpustakaan.Jurnal
Iqro volum 09
Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen,
Edisiketiga, FakultasEkonomi UNDIP, Semarang.
Frame, S., White, I., (2004). Empirical Studies Of Financial Innovation: Lots Of
Talk, Little Action. J. Econ. Lit. 42 (1), 116-144.
Ghozali. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM
SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanggono, A. A. (n.d.). DALAM MENDUKUNG BISNIS ONLINE DENGAN
MEMANFAATKAN. 26(1), 1–9.
Karim, M. A. (2017). Pengaruh Penerimaan Sistem Pembayaran Go-Pay
Menggunakan Tam (Technology Acceptance Model) Terhadap Intensitas
Penggunaan Layanan Gojek Jurnal. Jurnal Penelitian, 1–9.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/5402
Hair, Joseph. F. Black, William C. Babin, Barry J. & Anderson, Rolph E., 2010,
“Multivariate Data Analysis,” 7th ed, Pearson Prentice Hall.
Hirt, M., & Willmott, P. (2014). Strategic Principles For Competing In The
Digital Age. McKinsey Quarterly, 1-13.
Jebran, K. &Dipanker, A. (2012). Consumer’s Perception on General Banking
Activities of Commercial Banks: A Study in the Banking Context of
Bangladesh. European Journal of Business and Management, 4(7).
Kimbonguila, A., Matos, L., Petit, J., Scher, J., & Nzikou, J.-M. (2019). Effect of
Physical Treatment on the Physicochemical, Rheological and Functional
Properties of Yam Meal of the Cultivar “Ngumvu” From Dioscorea Alata L.
of Congo. International Journal of Recent Scientific Research, 9, 25887–
25890. https://doi.org/10.24327/IJRSR
Kulvivat, S., Bruner, I. I., Gordon, C., Kumar, A., Nasco, S. A., & Clark, T.
(2007). Toward A Unified Theory Of Consumer Acceptance Technology.
Psychology & Marketing, 24(12), 1059-1084.
Kumar, T. M. V. (2019).. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Kuncoro, Sanie B. 2009. Mimpi Bayang Jingga. Yogyakarta:Bentang Pustaka.
Leiva, F. M., S. Climent., F. L. Cabanillas. (2017). Determinan Of Intention To
Use The Mobile Banking Apps: An Extension Of The Classic TAM Model.
Lucyanda, J., Fakultas, D. A., & Unisma, E. (2010). Pengujian Technology
41

Acceptance Model (Tam) Dan Theory Planned Behavior (Tpb). JRAK


Agustus, 2(1995), 1–14.
Mahubessy, V. J. (2019). PENGARUH PENERIMAAN SISTEM
PEMBAYARAN E-CASH DENGAN MENGGUNAKAN TAM
(TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL) TERHADAP INTENSITAS
TRANSAKSI NON TUNAI Victor. Methomika, 3(2), 160–165.
Mardiyanti,Sofiana.2014.”Pengaruh Keyakinan dan Kepercayaan Teknologi
Terhadap Minat Penggunaan Internet Banking Di Malang:Theory of
Reason Action yang Direduksi”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya. Volume 2. Nomor 2.
Munoz-Leiva, F., Climent-Climent, S., & Liébana-Cabanillas, F. (2019).
Determinants of Intention to Use the Mobile Banking Apps: An Extension of
the Classic TAM Model. SSRN Electronic Journal.
https://doi.org/10.2139/ssrn.3489124
PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI ( Studi di Kota
Purbalingga )
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014, Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elekronik
(Electronic Money) Pasal 1 ayat 3 dan
Priambodo, S., & Prabawani, B. (2016). Pengaruh Persepsi Manfat, Persepsi
Kemudahan dan Persepsi Risiko terhadap Minat Menggunakan Layanan
Uang Elektronik ( Studi Kasus pada Masyarakat di Kota Semarang )
Pendahuluan Kajian Teori Perilaku Konsumen. Jurnal Ilmu Administrasi
Bisnis, 5(2), 1–9.
Priambodo, Singgih, and Bulan Prabawani. 2016. “Pengaruh Persepsi Manfaat,
Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Persepsi Risiko Terhadap Minat
Menggunakan Layanan Uang Elektronik (Studi Kasus Pada Masyarakat Di
Kota Semarang).” Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 5 (2).
Ramadhan , Adi Firman,Adrian Budi Prasetyo,Lala Irviana, Persepsi Mahasiswa
Dalam Menggunakan E-Money, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, 2016.
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
ANDI.
Santosa, R. M., & Christian, M. (2017). Faktor-faktor terpersepsi yang
memengaruhi penggunaan kartu tol elektronik. Journal of Business &
Applied Management, 10(2), 151–160.
Santoso, Slamet.(2009). Dinamika Kelompok, Edisi Revisi cetakan ke III.Jakarta :
Bumi Aksara.
Sekaran. 2009. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Salemba Empat: jakarta
Siti Hidayanti, dkk. (2006). Operasional E-money. Jakarta: Bank Indonesia.
Subari dan Ascarya. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: PPSK BI
Subari, S. M. T. dan Ascarya. 2003. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia.
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
42

Jakarta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung :Alfabeta, CV
Tornatzky, I., Fleischer, M., (1990). The Process of Technological Innovation.
Lexington Books, Lexington
Vahdat, A., Alizadeh, A., Quach, S., & Hamelin, N. (2020). Would you like to
shop via mobile app technology? The technology acceptance model, social
factors and purchase intention. Australasian Marketing Journal, xxxx, 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.ausmj.2020.01.002
Waspada, Ika putera. 2012. “Percepatan Adopsi Sistem Transaksi Teknologi
Informasi untuk Meningkatkan Aksesibilitas Layanan Jasa Perbankan”
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No. 1 Januari 2012, hlm. 122-131.
Zhang, J., & Mao, E. (2008). Understanding The Acceptance Of Mobile SMS
Advertising Among Young Chinese Consumers. Psychology & Marketing,
25 (8), 787-805.
Zhao, Q., Li, Y., Xue, J., (2016). Researh On Influence Factors Of The Internet
Financial Product Consumption Based On Innovation Diffusion Theory. In:
WHICER, pp.35.
43

L
A
M
P
I
R
A
44

N
45

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. W.R Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 3837A : Telp.
(0736) 2136; Fax. 0736-21396
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN SISTEM PEMBAYARAN E-
CASH DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAM(TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL) TERHADAP INTENSITAS TRANSAKSI NON-
TUNAI.

Saya ucapkan terima kasih sebelumnya kepada Saudara/i yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Kuesioner ini

merupakan sumber data primer dalam penulisan skripsi sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan jenjang Strata Satu (S1), Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bengkulu. Saya sangat mengharapkan bantuan

Saudara/i untuk mengisi kuesioner penelitian ini sesuai dengan keadaan yang

dialami Saudara/i saat ini. Kerahasiaan identitas responden akan dijaga sesuai

dengan kode etis penelitian dan hanya digunakan untuk keperluan pengembangan

ilmu semata. Atas ketersediaan dan kerja sama Saudara/i saya ucapkan terima

kasih.

Hormat saya

Al Razzaq Rofi afiansyah


C1B017044
46

SCREENING QUESTIONS

Berilah tanda centang (√) untuk pertanyaan dibawah ini !

1. Apakah anda berdomisili di Kota Bengkulu?


 Iya
 Tidak
(Jika iya, maka silahkan lanjutkan pengisian kuesioner ini. Jika tidak,
silahkan tinggalkan kuesioner ini)

2. Apakah anda pernah menggunakan aplikasi e-cash ?


 Iya
 Tidak
(Jika iya, maka silahkan lanjutkan pengisian kuesioner ini. Jika
tidak, silahkan tinggalkan kuesioner ini)

3. Apa alasan anda Menggunakan aplikasi e-cash ?


 Karena aplikasi e-cash mudah digunakan
 Karena aplikasi e-cash memudahkan saya saat berbelanja
 Pengaruh teman, keluarga atau lingkungan
 Hanya suka
 Hanya ingin mencoba
47

DATA RESPONDEN

Berilah tanda centang (√) untuk pertanyaan dibawah ini !

1. Jenis Kelamin Anda :


 Pria
 Wanita

2. Usia Anda :
 16 - 25 tahun
 26 - 35 tahun
 36 - 45 tahun
 46 - 55 tahun

3. Pendapatan Anda Perbulan?


 Rp. 1.500.000
 Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000
 Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000
 > Rp. 5.000.000
1

PERTANYAAN PENELITIAN
Berilah tanda centang (√) pada pilihan kolom jawaban yang paling sesuai dengan
pilihan anda. Pendapat anda atas pernyataan yang diajukan dinyatakan dalam
skala 1-5 yang memiliki makna sebagai berikut :

Keterangan:

STS = Sangat Tidak Setuju (1) S = Setuju (4)

TS = Tidak Setuju (2) SS = Sangat Setuju (5)

C = Cukup (3)

No. Pertanyaan STS TS C S SS


Persepsi Kemudahan (perceived ease of use)
1 Saya merasa alat pembayaran non tunai
penggunaannya mudah untuk dipelajari
2 Saya merasa alat pembayaran non tunai
memberikan kemudahan dalam dalam
mengontrol transaksi/pekerjaan
3 Saya merasa alat pembayaran non tunai
penggunaanya mudah untuk dipahami
4 Saya merasa alat pembayaran non tunai dapat
digunakan kapanpun dan dimanapun
(fleksibel)
5 Saya merasa penggunaan alat pembayaran non
tunai mudah dipahami
6 Saya merasa alat pembayaran non tunai mudah
untuk digunakan

No Pertanyaan STS TS C S SS
.
Persepsi Kemanfaatan (perceived usefulness)
1 Dengan menggunakan alat pembayaran non
tunai, saya merasa proses pembayaran transaksi
menjadi lebih cepat
2 Saya merasa dengan menggunakan alat
pembayaran non tunai dapat mendukung dan
meningkatkan kinerja profesi/pekerjaan saya
sehari-hari
3 Saya merasa penggunaan alat pembayaran non
2

tunai dapat meningkatkan produktivitas saya


dalam hal pekerjaan maupun transaksi sehari-
hari
4 Saya merasa pengunaan alat pembayaran non
tunai dapat meningkatkan efektivitas
pekerjaan saya
5 Saya merasa penggunaan alat pembayaran non
tunai dapat mempermudah dalam dalam
melakukan transaksi pembayaran
6 Saya merasa penggunaan alat pembayaran non
tunai memberikan manfaat yang baik bagi saya

No Pertanyaan STS TS C S SS
.
Persepsi keamanan dan risiko (perceived safety and risk)
1 Saya merasa tidak perlu khawatir dalam
memberikan informasi pada saat menggunakan
alat transaksi non-tunai

2 Saya merasa percaya bahwa informasi saya


dilindungi pada saat menggunakan alat ransaksi
non-tunai

3 Saya merasa percaya bahwa keamanan uang


yang ada di dalam alat elektronik terjamin pada
saat saya melakukan transaksi

No Pertanyaan STS TS C S SS
.
Perilaku Penggunaan alat transaksi non tunai
1 Saya berminat menggunakan alat pembayaran
non tunai
2 Saya berminat untuk menggunakan alat
pembayaran non tunai dalam transaksi saya
secara rutin
3 Saya akan merekomendasikan kepada orang lain
untuk menggunakan alat pembayaran non tunai

TERIMA KASIH
3

Anda mungkin juga menyukai