Oleh :
NAMA: NIM
1. SURYANTO MANURUNG 151000398
Desember 2018
Mengetahui :
NIP. 195711171987021002
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya,
kami dapat melaksanakan Latihan Kerja Peminatan (LKP) sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr.
Mhd. Makmur Sinaga, MS sebagai dosen pembimbing LKP.
Penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan itu, sehingga dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Program Sarjana Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan
Penulis
vv
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.2.6 Penilaian.........................................................................................................62
v
4.4 Analisa SWOT .....................................................................................................69
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan atau
mesin dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi untuk mengahasilkan produk atau jasa yang
bagus agar dapat bersaing di pasaran. Namun, disisi lain kemajuan dan perkembangan tersebut
memicu berbagai masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti bertambahnya sumber
bahaya, meningkatnya potensi bahaya, penyakit akibat kerja di tempat kerja (Notoatmodjo, 2007).
Peristiwa kecelakaan kerja dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa ada dugaan sebelumnya
serta dapat menimpa kapan saja dan siapa saja yang berada di suatu tempat kerja baik tenaga
kerja, pengusaha bahkan tamu. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan
kerugian, kerusakan mengganggu proses kerja, , kelainan tubuh atau cacat, bahkan tidak jarang
kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja,
pemerintah menghimbau setiap perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pelaksanaan K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman, dan sehat. Sehingga peristiwa kecelakaan kerja dan akibat penyakit kerja dapat
dicegah serta produktivitas kerja meningkat (Notoatmodjo, 2007).
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 merupakan kebijakan pemerintah wajib
dilaksanakan oleh perusahaan dalam upaya menurunkan angka kecelakaan kerja. Pengaruh positif
terbesar yang dapat diraih dari penerapan SMK3 adalah mengurangi angka kecelakaan kerja.
Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal dibandingkan
dengan karyawan yang terancam K3-nya.
1
Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan selama bekerja, maka tentu akan memberikan
kepuasan dan meningkatkan produktivitas terhadap perusahaan (Rudi Suardi, 2005). PT Japfa
comfeed Indonesia, Tbk adalah salah satu perusahaan Agri-Food terbesar dan terkemuka di tanah
air, dimana PT Indojaya Agrinusa merupakan pemegang saham sebesar 50%. Perusahaan ini
merupakan penghasil protein hewani berkualitas dan terpercaya yang dengan setia melayani
kebutuhan serta menjadi kebanggaan Indonesia sejak tahun 1975.
Indojaya Agrinusa dipercaya sebagai perusahaan yang menaruh perhatian besar dalam
bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Perseroan berkomitmen penuh untuk senantiasa
memenuhi tanggung jawabnya dalam mengutamakan aspek ketenagakerjaan, keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Dalam rangka menjaga komitmen ini, Perseroan menyusun, menerapkan dan
memelihara tujuan dan sasaran K3 yang ditujukan pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan
dalam organisasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk menggambarkan bagaimana
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dengan judul “Gambaran penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Implementasi SMK3 di PT. Indojaya Agrinusa Medan”.
1. Apakah penerapan K3 di PT. Indojaya Agrinusa sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku?
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui input yang mencakup struktur organisasi dan personil pengelola K3; material
(bahan baku, peralatan produksi dan produk), metode (acuan dalam pelaksanaan K3); dan sumber
2. Untuk mengetahui proses yang mencakup perencanaan (visi dan misi perusahaan, kebijakan K3,
dan perencanaan program K3); penggerak (sumber daya manusia K3 dan peraturan perundang-
undangan K3); pelaksanaan (proses produksi, kesehatan kerja, keselamatan kerja, ergonomi,
lingkungan, dan pedoman pengelolaan K3); pengawasan (inspeksi K3 dan SOP); pengendalian
(secara teknis, administratif, dan APD); dan penilaian (membandingkan hasil pengamatan dengan
standar/peraturan).
3. Untuk mengetahui penghargaan di bidang K3 yang diperoleh perusahaan (kualitas) dan tingkat
4. Untuk menemukan masalah K3 yang meliputi faktor lingkungan, manusia, pelayanan kesehatan
kerja.
K3; material (bahan baku, peralatan produksi dan produk), metode (acuan dalam
pelaksanaan K3); dan sumber dana dan pengelolaan dana kegiatan K3 di PT. INDOJAYA
AGRINUSA MEDAN.
3
2. Mahasiswa mengetahui proses yang mencakup perencanaan, penggerak, pelaksanaan,
MEDAN.
dan cara menentukan jalan keluar untuk prioritas masalah K3 di PT. INDOJAYA
AGRINUSA MEDAN.
Bagi perusahaan :
1. Perusahaan mendapat masukan dan inovasi dari mahasiswa mengenai penerapan K3 di PT.
2. Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara Departemen Keselamatan dan Kesehatan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam PP 50 Tahun 2012 pasal 1 ayat 2, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Hakikat dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu bahwa faktor K3
berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja pada tenaga kerja dan juga berpengaruh terhadap
efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri, sehingga dengan demikian mempengaruhi
tingkat pencapaian produktivitasnya. Tujuan K3 pada dasarnya adalah untuk melindungi para
tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif, sehingga upaya pencapaian produktivitas yang maksimal dapat
lebih terjamin.
Setiap kejadian kecelakaan kerja pasti akan menimbulkan kerugian baik bagi tenaga kerja,
pemilik perusahaan atau industri, dan masyarakat atau konsumen. Dengan tingkat keselamatan
kerja yang tinggi, kecelakaan- kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat
dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari
(Suma’mur, 1987).
5
2.2 Penerapan SMK3
1. Menetapkan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta menjamin komitmen terhadap
SMK3.
4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian yang
dilakukan.
2. SMK3 harus dijalankan dengan konsistensi dalam operasi satu satunya cara untuk pengendalian
resiko dalam organisasi. Semua program K3 atau kebijakan K3 yang diambil harus mengacu pada
SMK3 yang ada.
3. SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang sudah
dilakukan.
6
4. SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang berlandaskan siklus proses
manajemen (PDCA).
5. Semua unsur atau individu yang terlibat dalam operasi harus memahami konsep dan
implementasi SMK3.
6. Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam organisasi
untuk mencapai kinerja K3 terbaik.
7. SMK3 harus terintegrasi dalam sistem manajemen lainnya yang ada dalam organisasi.
Dalam pembuktian penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan audit melalui badan
audit yang ditunjuk Menteri (Pasal 16 ayat 3 PP 50 tahun 2012). Pembuktian penerapan SMK3
melalui Audit SMK3 meliputi:
4. Pengendalian dokumen.
7. Standar pemantauan.
7
10. Pengumpulan dan penggunaan data.
8
1. Penetapan kebijakan K3;
2. Perencanaan K3;
1. Penetapan kebijakan K3
d. dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor, pemasok, dan
pelanggan;
g. ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan
perusahaan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
9
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan
di bidang K3;
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas
dalam penanganan K3;
dikembangkan
1.6 Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada di tempat kerja harus
2. Perencanaan K3
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan yang telah
dilakukan pada penyusunan kebijakan.
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko harus dipertimbangkan pada
saat merumuskan rencana.
10
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus diterapkan, dipelihara,
diinventarisasi dan diidentifikasi oleh perusahaan, dan disosialisasikan kepada seluruh
pekerja/buruh.
Rencana keselamatan dan kesehatan kerja yang disusun oleh perusahaan paling
sedikit memuat:
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan
perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi kualifikasi dapat diukur,
satuan/indikator pengukur, dan sasaran pencapaian. Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3,
pengusaha harus berkonsultasi dengan wakil pekerja/buruh, ahli K3, P2K3, dan pihak-pihak lain
yang terkait.
b. Skala prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerja berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerja yang
mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan.
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia
yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat
berjalan.
11
e. Jangka waktu pelaksanaan
f. Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter yang diukur
sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian tujuan penerapan SMK3.
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai
dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin
perencanaan tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam
perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan
memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3.
Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus:
3) memberi reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-
kejadian lainnya.
12
3. Pelaksanaan Rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau
tempat kerja dengan:
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur pengadaan secara
efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta
kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui:
b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang.
4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan pekerja/buruh secara aktif.
13
kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada
saat bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk
mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus dilakukan oleh
perusahaan dengan cara:
2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan menjelaskan kepada
semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung meliputi:
a. pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3 telah
diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis
kegiatan dalam perusahaan;
b. pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya yang berharga
dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam
menerapkan dan mengembangkan SMK3;
4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-
kejadian lainnya.
14
3) menganalisis tugas kerja;
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan program pelatihan
yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian
kinerja.
Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu
di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau
pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan
tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Anggaran
3. pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan
pelindung diri.
15
1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa
pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.
a) mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang
manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung
jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan;
b) izin kerja;
c) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan
mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat
pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi;
f) pemantauan data;
3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan
yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan.
Prosedur pelaporan terdiri atas:
16
a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani:
(2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait. Laporan harus
disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau pemerintah.
d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain
dari sistem manajemen perusahaan; dan
e) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan.
a) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan;
b) dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi;
c) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang berwenang;
d) dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu;
17
d. Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk melaksanakan
pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan
K3 yang telah ditetapkan.
1. Tindakan Pengendalian
b. perancangan pabrik dan bahan; dan prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa.
c. prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang
dan jasa.
2) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga
digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.
18
2) pendidikan dan pelatihan;
5) penegakan hukum.
a. pengembangan;
b. verifikasi;
c. tinjauan ulang;
d. validasi; dan
e. penyesuaian.
b. prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja; dan
c. personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung
jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3.
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara berkala terutama
jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan oleh personal dengan
melibatkan para pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur.
19
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
a. terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
b. menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3;
dan
c. pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus menjelaskan kepada semua
pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
6. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya dalam
pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan serta pemusnahannya.
a. penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapatkan pertolongan medik; dan
20
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil yang
memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus
dikordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya.
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap perusahaan harus
memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan pada
kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
a. personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup;
b. catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung harus dipelihara dan
tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait;
c. peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah
dipenuhinya standar K3;
d. tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran;
e. penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab permasalahan dari
suatu insiden; dan
21
f. hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan
penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang
memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan.
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus
didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak
manajemen.
2) tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan,
produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
22
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:
23
BAB III
3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk memulai Latihan Kerja Peminatan (LKP). Mengajukan
Surat Permohonan LKP ke kantor PT Indojaya Agrinusa. Kemudian mahasiswa mendapatkan
surat persetujuan melakukan LKP, penentuan waktu pelaksanaan LKP beserta penempatan LKP.
Mahasiswa mendapatkan persetujuan dari PT Indojaya Agrinusa bahwasanya ditempatkan pada
Unit Aquafeed di PT Indojaya Agrinusa dengan waktu pelaksanaan LKP pada tanggal 26
November-26 Desember 2018.
Lokasi Latihan Kerja Peminatan (LKP) di PT Indojaya Agrinusa Jalan Medan – Tanjung
Morawa Km. 12,8 Desa Bangunsari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20362 Indonesia
1. Perkenalan dengan pihak EHS (Environment Health and Safety) dan struktur organisasi di PT
Indojaya Agrinusa unit Aquafeed
3. Pengenalan alat-alat yang digunakan di bagian produksi PT Indojaya Agrinusa unit Aquafeed
24
4. Mengamati potensi bahaya di lingkungan kerja terhadap tenaga kerja PT Indojaya Agrinusa unit
Aquafeed
8. Membantu tersedianya APD helm di perusahaan dengan memasang bagian dalam helm
(Suspension, headband, chin strap dan nape strap) dengan bagian cangkang luar helm (Brim).
10. Mengukur dan memberi tanda batas tinggi maksimum kendaraan yang melintas di sepanjang
jalur kendaraan di PT Indojaya Agrinusa
11. Mengumpulkan data bahan kimia berbahaya yang ada di bagian Vitamin Aquafeed & Poultry
dan Laboratorium.
12. Melengkapi Material Safety Data Sheet (MSDS) di bagian Vitamin Aquafeed & Poultry dan
Laboratorium.
13. Melakukan inspeksi seluruh Kotak P3K (First Aid Box) di PT Indojaya Agrinusa
14. Mengikuti General Safety Talk PT Indojaya Agrinusa Medan periode Desember 2018.
16. Menerapkan sistem LoTo (Logout & Tagout) khususnya pelabelan pada mesin/peralatan
berbahaya yang sedang diisolasi (tidak boleh dioperasikan).
17. Memasang rambu ergonomi yang baik pada lingkungan kerja unit produksi Aquafeed.
25
3.4 Metode Pengambilan Data
a. Pengamatan
Pengamatan merupakan salah satu cara pengumpulan data biasa digunakan pada studi
kualitatif, tetapi dapat juga digunakan pada studi kuantitatif, terutama untuk membuktikan
kebenaran jawaban responden. Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung keadaan
lingkungan kerja PT Indojaya Agrinusa
b. Wawancara
2. Metode kepustakaan
Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan laporan LKP dengan cara
membaca buku, laporan-laporan yang sudah ada, arsip-arsip dan sumber lain yang berada di tempat
LKP.
1. Observasi
26
2. Dokumentasi
Pengumpulan data visual (dokumentasi) berupa foto dengan alat bantu kamera handphone
untuk menunjang data real observasi di PT Indojaya Agrinusa Unit Aquafeed.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang sudah
diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Data sekunder pada penelitian ini dikumpulkan
melalui data perusahaan yang diambil dari data base perusahaan.
Metode pengolahan data yang digunakan ialah pengolahan data secara manual, dilakukan
dengan cara melakukan observasi. Teknik analisis data yang diterapkan ialah teknik analisa data
kualitatif yaitu analisa terhadap data yang diperoleh dengan menyajikan data yang dimulai dengan
menelaah sumber data yang telah terkumpul, menyusun kemudian dikategorikan dan diperiksa
keabsahannya melalui analisis dan kemampuan nalar peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian. Tiga tahapan dalam pengolahan data ialah :
1. Reduksi data
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian
yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Penyajian data dilakukan untuk mempermudah dalam memahami data yang diperoleh.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan hasil akhir dari suatu pembicaraaan yang
dapat dijadikan sebagai hipotesis dan saran untuk perusahaan agar pelaksanaan K3 menjadi lebih
baik.
27
BAB IV
PT. Indojaya Agrinusa merupakan industri yang memproduksi pakan ternak, seperti pakan
ayam pakan puyuh dan pakan ikan. PT Indojaya Agrinusa berdiri pada tanggal 26 Oktober 1995
dan merupakan join venture dengan PT. Japfa Comfeed Indonesia. Pada bulan Desember PT.
Indojaya Agrinusa mendapatkan surat akte lainnya berupa Surat Penanaman Modal Dalam Negeri
SK BKPM No.671/I/PMDN/5 Desember 1995 kemudian pada bulan yang sama perusahaan
mendapatkan Izin Lokasi No.640/65/IL/XII/95 Tanggal 12 Desember 1995.
PT. Indojaya Agrinusa berdiri berdasarkan Surat Akte Notaris Nomor 131 oleh Notaris
Ishara Wisnurwardani, SH dengan luas bangunan 11.801 m2 pada tanah seluas 11 Ha. Surat Akte
ini tercatat dalam Tambahan Berita Negara RI Tanggal 5 Maret 1996 Nomor 19. Pada tahun 1997,
PT. Indojaya Agrinusa mendapatkan Izin Bangunan No.503.647/3498/BG Tanggal 21 Desember
1997, diikuti dengan adanya Izin Usaha Tetap dan Izin Gudang pada tahun 1999.
PT. Indojaya Agrinusa mendapat Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Perusahaan pada
tahun 2002, sedangkan pada tahun 2003 perusahaan mendapatkan izin Gangguan/HO No.
207/I/PENDA/V/2003 Tanggal 01 Mei 2003.
PT. Indojaya Agrinusa beroperasi dengan kapasitas produksi 4000 ton/bulan dan dimulai
secara komersial pada tanggal 9 Januari 1997. Sebagai cabang dari PT. Japfa Comfeed Indonesia
yang berpusat di Jakarta. Perkembangan PT. Indojaya Agrinusa ditandai dengan adanya
penambahan kapital seperti penambahan mesin dan peralatan, perluasan tanah, penambahan
fasilitas-fasilitas pendukung dan kendaraan. PT. Indojaya Agrinusa juga telah mendapatkan ISO
9001:2008.
Perusahaan ini merupakan bagian dari Japfa Group yang dimana group ini tersebar luas di
seluruh Indonesia. Grup yang memproduksikan pakan ternak hanya ada di Sumatera Utara, yakni
28
PT Indojaya Agrinusa, yang memiliki luas tanah sebesar 8 Ha terletak di Jl. Raya Medan – Tanjung
Morawa KM 12.8 Desa Bangunsari Kabupaten Deli Serdang, Medan.
Perusahaan Indojaya Agrinusa memiliki dua unit dalam proses produksinya, yakni unit
poultryfeed yang memproduksi pakan ternak unggas dan unit aquafeed yang berproduksi pakan
ternak ikan.
Pada proses produksi unit aquafeed, bagian dalam unit ini terdiri dari bagian Teknik, seperti
workshop dan listrik, bagian gudang seperti bahan baku dan bahan jadi, dan bagian tempat
berlangsungnya proses produksi, seperti prosess intake, bagian panel, bagian mesin pressmill,
bagian mesin extruder, bagian vitamin dan bagian kebersihan. Berbeda dengan unit poultryfeed,
di unit ini tidak terdapat bagian silo.
PT. Indojaya Agrinusa adalah perusahaan yang memproduksi pakan ternak. PT Indojaya
Agrinusa beroperasi dengan kapasitas produksi 4000 ton/bulan dan dimulai secara komersial pada
tanggal 9 Januari 1997. Sebagai cabang dari PT Japfa Comfeed Indonesia yang berpusat di Jakarta.
Perkembangan PT. Indojaya Agrinusa ditandai dengan adanya penambahan kapital seperti
penambahan mesin dan peralatan, perluasan tanah, penambahan fasilitas-fasilitas pendukung dan
kendaraan.
Jarak perusahaan dengan Kota Medan sekitar 6,8 km dan para pekerja mencapai 1.212
pekerja yang dimana mayoritas pekerjanya berjenis kelamin laki-laki pada pabrik produksi dan
juga kantor. Fasilitas kantor selain sebagai tempat bekerja juga diperlengkapi dengan fasilitas
tempat berolahraga, seperti bulu tangkis dan juga tenis meja.
Struktur organisasi adalah bagan yang memberikan gambaran secara skematis tentang
penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan seusai dengan tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan serta menerapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi secara jelas dan
terperinci. Struktur organisasi perusahaan PT Indojaya Agrinusa adalah campuran yaitu berbentuk
hubungan garis (lini) dan fungsional. Struktur organisasi lini adalah suatu struktur organisasi
dimana wewenang dan kebijakan pimpinan atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi
di bawahnya menurut garis vertikal. Sedangkan struktur organisasi fungsional adalah struktur
organisasi di mana organisasi diatur berdasarkan pengelompokan aktivitas dan tugas yang sama
untuk membentuk unit-unit kerja.
30
4.2 Pelaksanaan Kegiatan LKP
4.2.1 Input
PT. Indojaya Agrinusa Unit Aquafeed telah memiliki struktur organisasi P2K3 yang sesuai
dengan Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
31
Struktur organisasi P2K3 pada PT Indojaya Agrinusa Unit Aquafeed sudah sesuai dengan
pasal 3 disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota yang memiliki peran dan tanggung jawab
masing-masing.
Peran dan tanggung jawab Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
sebagai berikut :
Ketua
1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno
Sekretaris
5. Membuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun instansi lain yang bersangkutan dengan
kondisi dan tindakan bahaya di tempat kerja
Anggota
32
4.2.1.2 Material (Bahan Baku, Peralatan Produksi dan Produk)
Dalam material pembuatan pakan ternak ikan bahan baku yang digunakan, peralatan
produksi dan produk di PT Indojaya Agrinusa sebagai berikut :
A. Bahan Baku
Bahan Baku merupakan komponen utama dalam proses produksi karena bahan baku ini
yang akan menentukan kualitas pakan yang akan diproduksi. Adapun bahan baku yang digunakan
dalam proses produksinya antara lain :
1. Jagung
Jagung atau Corn Yellow merupakan sumber energi yang baik karena mengandung zat karbohidrat
dengan persentase yang tinggi dan zat protein.
Sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batas rumbia atau “pohon
sagu” (Metroxylon sagu Rottb.). Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan
tapioca. Tepung sagu kaya dengan karbohidrat.
Gandum memiliki kandungan nutrisi tinggi seperti serat pangan, protein, vitamin B1, B2, B3, B6,
asam folat, magnesium, tembaga, forfor, seng mangan dan selenium.
4. Gaplek
Gaplek adalah bahan makanan yang diolah dari ubi ketela pohon atau singkong. Gaplek
mengandung protein, karbohidrat, lemak dan zat gizi lainnya.
Fish Meal adalah hasil pengolahan dari ikan yang diolah menjadi tepung yang mengandung
protein.
33
Meat Bone Meal merupakan hasil pengolahan dari daging yang diolah menjadi tepung. MBM ini
mengandung protein, lemak dan juga kalsium. Sebagai sumber protein hewani, karena didalamnya
terkandung asam amino triptofan
Cumi merupakan bahan baku mengandung sumber vitamin dan mineral yang baik
8. Dried Distillers Grains with Solubles (DDGS) atau sisa ampas bir dari jagung
DDGS adalah produk sampingan dari industri ethanol. Produk ini didapatkan dari proses
pembuatan ethanol, yang hanya menggunakan sari pati jagung. Nutrisi yang tersisa pada ampas
bir dari jagung adalah serat, protein dan minyak, merupakan peoduk sampingan bernutrisi tinggi
yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak
9. Fish Oil
Fish Oil atau minyak ikan mengandung dua jenis asam lemak omega-3 yang terkandung di dalam
minyak ikan, disebut docosahexaenoic acid (DHA) dan eicosapentaenoic acid (EPA)
Minyak kedelai adalah minyak nabati yang dihasilkan dari biji kedelai
11. Palm oil atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edible yang didapatkan dari mesocarp
buah pohon kelapa sawit
13. Vitamin
Nama produk antara lain : Kolin Klorida, Colistin Sulfate, Termin-8R, Ferrous Sulfate, Kalium
Karbonat, Kalium Anhidrat, Sodium, DL-metionin, Rovabio Excel AP T-Flex 10%, dan Mineral
Premix.
34
B. Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin produksi yang digunakan di PT Indojaya Agrinusa Unit Aquafeed dapat dilihat pada
tabel 4.1 sebagai berikut :
35
Peralatan produksi yang digunakan di PT Indojaya Agrinusa dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai
berikut :
C. Produk
1. PA 1 EXTRUDER
PA 1 EXTRUDER adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus
untuk budidaya ikan lele, nila dan gurami dengan ukuran 1 mg.
2. PA 2 EXTRUDER
PA 2 EXTRUDER adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus
untuk budidaya ikan lele, nila dan gurami dengan ukuran 2mg.
3. PA 3 EXTRUDER
PA 3 EXTRUDER adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus
untuk budidaya ikan lele, nila dan gurami dengan ukuran 4 mg.
5. SPLA
36
SPLA adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan lele dengan kandungan protein yang tinggi yaitu 38 %. Ukuran produk ini adalah 3
mg.
6. M22L 2
M22L 2 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan lele dengan kandungan protein yang tinggi yaitu 38 %. Ukuran produk ini adalah 2
mg.
7. M22L 1
M22L 1 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untk
budidaya ikan lele dengan kandungan protein yang tinggi yaitu 38 %. Ukuran produk ini adalah 1
mg.
8. NGA 10-5
NGA 10-5 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan produk 5 mg.
9. NGA 10-3
NGA 10-3 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan produk 3 mg.
NGA 10-2 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan produk 2 mg.
11. ECO 5
ECO 5 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan kandungan protein sebesar 34 %. Ukuran produk ini adalah 5 mg.
12. ECO 3
ECO 3 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan kandungan protein sebesar 34 %. Ukuran produk ini adalah 3 mg.
37
13. ECO 1
ECO 1 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan kandungan protein sebesar 34 %. Ukuran produk ini adalah 1 mg.
14. ECO 7
ECO 7 adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus untuk
budidaya ikan nila dengan kandungan protein sebesar 28 %. Ukuran produk ini adalah 7 mg.
PTN 2 EXTRUDER adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus
untuk budidaya ikan patin maupun lele dengan ukuran 2 mg.
PTN 3 EXTRUDER adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus
untuk budidaya ikan patin maupun lele dengan ukuran 3 mg.
PTN 5 EXTRUDER adalah pakan ikan floating (pakan apung) yang diformulasikan khusus
untuk budidaya ikan patin maupun lele dengan ukuran 5 mg.
18. CRUMBLE
Crumble merupakan hasil produksi yang bentuknya tidak sesuai dengan permintaan resep.
Tepung afkir merupakan bahan bekas sisa produksi dari mesin extruder yang masih basah.
Bahan ini masih dapat diproduksi ulang (repro) jika memenuhi standart quality control dan bahan
yang tidak layak untuk direpro akan dijual dengan harga yang rendah.
20. PI 2
PI 2 adalah pakan ikan sinking (pakan tenggelam) yang dibuat khusus untuk budidaya ikan
mas dengan ukuran produk 2 mg.
21. PI 3
38
PI 3 adalah pakan ikan sinking (pakan tenggelam) yang dibuat khusus untuk budidaya ikan
mas dengan ukuran produk 3 mg
22. PI 4
PI 2 adalah pakan ikan sinking (pakan tenggelam) yang dibuat khusus untuk budidaya ikan
mas dengan ukuran produk 4 mg.
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselmatan Kerja terdapat syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan
39
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Pengurus diwajibkan secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan. Pengurus diwajibkan
memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya. Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-
Cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.
Hal-hal yang tercantum pada peraturan tersebut sudah dilakukan dan diterapkan di PT.
Indojaya Agrinusa
Menurut PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengdendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Penerapan SMK3 bertujuan untuk :
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, teruku,
terstruktur dan terintegrasi;
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktivitas.
40
Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan :
2. Perencanaan K3;
PT. Indojaya Agrinusa telah menerapkan SMK3 yang sesuai dengan peraturan tersebut.
Dana perusahaan berasal dari perusahaan sendiri atau perputaran omset PT Indojaya
Agrinusa. Pengurus dana K3 adalah bagian finansial PT Indojaya Agrinusa sehingga dana yang
dibutuhkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan K3 akan dilaporkan kepada pihak
manajemen perusahaan dan kemudian dana yang disetujui akan diberikan bagian finansial untuk
kegiatan K3 di PT. Indojaya Agrinusa.
4.2.2 Prosees
4.2.2.1 Perencanaan
Visi :
Misi :
41
- Menyediakan aquafeed yang berkualitas, higienis dan aman
- Menjadi wadah bagi karyawan untuk tumbuh kembang bersama dengan prinsip growing toward
mutual prosperity
B. Kebijakan K3
Dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu keamanan pakan, keselamatan dan
kesehatan kerja secara berkelanjutan maka manajemen dan seluruh karyawan PT Indojaya
Agrinusa berkomitmen untuk :
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk yang berkualitas higienis dan aman melalui
peningkatan kinerja sistem manajemen secara terus menerus
2. Mencegah terjadinya insiden dan timbulnya sakit atau penyakit kerja di dalam setiap aktifitas
dan operasionalnya
3. Memenuhi dan mematuhi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya sesuai dengan lingkup
operasional dan produk
4. Menyediakan area kerja yang aman dan sehat, peralatan kerja sesuai sehingga akan
menghasilkan pekerjaan yang terhindar dari bahaya atau resiko pekerjaan dan melindungi
lingkungan dari dampak pencemaran
PT. Indojaya Agrinusa juga memiliki kebijakan personal hygiene yang dipasang sebelum
pintu masuk ruang kerja proses produksi. Adapun kebijakan personal hygiene tersebuat adalah :
5. Tidak boleh membawa makanan dan minuman ke ruang kerja proses produksi
6. Dilarang menggunakan narkoba, minum minuman keras dan berjudi di tempat kerja
42
8. Dilarang merokok di tempat kerja
12. Tidak menggunakan handphone, jam tangan, cincin, anting/giwang, jarum pentul, manik-
manik di area produksi
C. Perencanaan Program K3
3. Pengisian data yang berisi tentang status kesehatan tamu, kontraktor, suplier dan atau orang
yang bekerja atas nama PT Indojaya Agrinusa
5. Safety talk yang dilaksanakan oleh officer EHS dan supervisor EHS yaitu berupa himbauan
mengenai K3 yang dilakukan setiap hari kepada seluruh pekerja shift pagi di bagian ruang kerja
produksi dan safety talk yang dilakukan sekali satu tahun oleh officer EHS keseluruhan perusahaan
di Indonesia kepada seluruh pekerja, baik yang di kantor maupun di ruang kerja produksi.
43
8. Penambahan Standar Operasional Prosedur (SOP)
9. Training Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja (P3K) kepada pekerja yang ditunjuk oleh
perusahaan sebagai anggota panitia P3K.
10. General Safety Talk yang dilakukan setiap bulan dan dipimpin oleh kepala unit sampai
manajer.
11. Pertemuan P2K3 setiap bulan membahas tentang evaluasi K3 bulan lalu dan memberikan
rekomendasi serta diskusi mengenai K3.
2. Patroli K3 pada bulan Februari, April, Juli, September dan November 2018
3. Audit Isi Kotak P3K pada bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember 2018
4. Pemeliharaan APAR Jenis CO2 pada bulan Februari dan Agustus 2018
6. Safety Audit pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November 2018
44
4.2.2.2 Penggerak
Berdasarkan Permenaker RI No. Per 04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, Pasal 1 (d) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama saling pengertian dan pertisipasi efektif dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
DI PT. Indojaya Agrinusa memiliki personil pengelola K3 yaitu tim P2K3 yang bertugas
untuk mengelola segala hal yang berhubungan dengan masalah K3 di perusahaan tersebut.
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselmatan Kerja terdapat syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan
45
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Pengurus diwajibkan secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan. Pengurus diwajibkan
memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya. Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-
Cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.
Hal-hal yang tercantum pada peraturan tersebut sudah dilakukan dan diterapkan di PT.
Indojaya Agrinusa
Pemerintah mengajak pengusaha dan serikat pekerja untuk menyusun kebijaksanaan dan
program yang melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari kecelakaan kerja. Pengusaha
diwajibkan menyusun sistem pencegahan kecelakaan kerja termasuk identifikasi dan analisis
sumber kecelakaan, cara mengurangi akibat kecelakaan, perencanaan dan pemasangan instalasi
46
pengaman, penugasan tenaga khusus dan ahli di bidang keselamatan kerja, melaksanakan inspeksi
secara regular serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi bencana atau kecelakaan
kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkann Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
PT. Indojaya Agrinusa sudah melakukan hal-hal seperti di atasyaitu telah meyediakan APD
secara cuma-cuma kepada pekerja, perusahaan telah melaksanakan inspeksi, memberikan
himbauan dan peringatan kepada semua pekerja dan muenyediakan alat pemadam kebakaran
(APAR, Hydrant dan Pasir)
Menurut PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengdendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Penerapan SMK3 bertujuan untuk :
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, teruku,
terstruktur dan terintegrasi;
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktivitas.
2. Perencanaan K3;
47
Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
4.2.2.3 Pelaksanaan
A. Proses Produksi
Tahapan produksi merupakan hal terpenting dalam proses produksi. PT Indojaya Agrinusa
mampu menghasilkan ±200 ton pakan ikan apung dan tenggelam setiap hari. Adapun tahapan-
tahapan proses produksinya adalah sebagai berikut :
INTAKE
BIN
AUTO DOSING
VERTICAL MIXER
HAMMER MILL
MIXER
BIN EXTRUDER
CONDITIONER
EXTRUDER
DRYER
MIXER COATING
COOLER
SIFTER
BIN FINISH PRODUCT
BAGGING
GUDANG PAKAN JADI
48
1. Intake
Bagian intake merupakan tahapan awal dalam produksi untuk memasukkan semua bahan baku
yang dibutuhkan. Penuangan bahan baku dilakukan secara manual dimana pekerja memindahkan
karung dari forklift. Pada tahap ini diperlukan peran petugas quality control (QC) untuk memeriksa
bahan yang akan dimasukkan apakah sudah sesuai dengan resep atau tidak
2. Bin
Bin/tong merupakan tempat penyimpanan bahan baku sementara dimana bahan baku yang
disimpan tersebut akan digunakan/disalurkan ke tahapan selanjutnya untuk produksi sesuai dengan
permintaan resep. Bin penampungan bahan baku terdapat 18 buah.
3. Auto Dosing
Pada tahap ini masing-masing bahan baku yang terdapat pada bin penampungan ditimbang secara
otomatis. Setiap dosis/jumlah bahan baku yang diperlukan diatur secara otomatis melalui panel.
Ditahap ini juga dilakukan penambahan baku secara manual karena jumlah bin tidak mencukupi
untuk menampung berbagai jenis bahan baku juga pada tahap ini jumlah pemakaian bahan baku
kurang dari 10 kg sehingga tidak sesuai dengan kapasitas minimal pada bin. Pada tahap ini
diperlukan peran petugas quality control (QC) untuk memeriksa dosis/jumlah bahan yang
dimasukkan.
4. Vertical Mixer
Proses pada tahap ini yaitu mencampur bahan baku bertujuan untuk meratakan bahan sementara.
5. Hammer Mill
Proses pada tahap ini disebut grinding dimana hasil pencampuran kemudian dihasulkan sesuai
dengan standar partikel size, pada proses juga diperlukan peran petugas quality control (QC) untuk
memeriksa apakah ukuran yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar partikel size atau tidak.
6. Mixer
Hasil yang sudah dihaluskan selanjutnya akan dicampur untuk lebih rata lagi. Pada tahap ini juga
dilakukan penambahan vitamin secara manual. Proses penambahan vitamin dilakukan secara
manual karena apabila vitamin dimasukkan langsung ke dalam hammer mill, vitamin bisa hilang
49
karena suhu yang terlalu panas. Mixer juga berfungsi menghomogenitaskan bahan. Pada tahap ini
diperlukan peran quality control (QC) untuk memeriksa vitamin yang akan ditambahkan dan
memeriksa homogenitas bahan setiap satu kali dalam ennam bulan.
7. Bin Extruder
8. Conditioner
Pada proses ini dilakukan pengadukan bahan kemudian menambahkan steam dengan suhu >90°C
dan air yang berfungsi untuk memasak dan membunuh bakteri pada bahan.
9. Extruder
Tahap ini merupakan pencetakan utama. Pada tahap ini dilakukan penambahan steam dan air lagi
untuk menyempurnakan pencetakann. Peran petugas quality qontrol (QC) diperlukan untuk
memeriksa bentuk pakan yang dihasilkan dan kandungan ait pada pakan.
10. Dryer
Pakan yang telah dicetak kemudian dikeringkan menggunakan koil (angin panas).
Pada tahap ini dilakukan penambahan minyak dengan cara disemprotkan, Tujuan
disemprotkannya minyak tersebut hanya untuk memberi aroma pada pakan sehingga ikan
memeiliki daya tarik untuk memakan pakan.
12. Cooler
13. Sifter
Merupakan proses pengayakan yang digunakan untuk memisahkan pakan yang sesuai dengan
ukuran yang diinginkan (proper size). Ukuran pakan yang oversize (terlalu besar) atau yang
undersize (terlalu kecil) akan digunakan untuk diproduksi kembali.
50
Merupakan tempat penampungan hasil pakan yang ukurannya sudah seuai dengan mesh yang
diinginkan (proper size). Tahapan ini memerlukan peran quality control (QC) untuk memeriksa
apakah ukuran pakan yang dihasilkan sudah benar-benar sesuai atau tidak.
15. Bagging
Pada tahap ini pakan yang dihasilkan akan turun ke dalam karung plastik melalui pipa gravitasi
secara otomatis dan sudah ditimbang secara otomatis sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
Kemudian karung plastic dijahir dengan mesin jahit karung. Selanjutnya produk yang dihasilkan
dialirkan melalui convenyor dan disusun ke atas pallet.
Produk yang telah dikemas dan ditempatkan pada pallet akan diangkut menggunakan forklift dan
disimpan rapi di dalam gudang
INTAKE
BIN
AUTO DOSING
VERTICAL MIXER
HAMMER MILL
MIXER
BIN PRESS MILL
CONDITIONER
PRESS MILL
COOLER
SIFTER
BIN FINISH PRODUCT
BAGGING
GUDANG PAKAN JADI
51
1. Intake
Bagian intake merupakan tahapan awal dalam produksi untuk memasukkan semua bahan baku
yang dibutuhkan. Penuangan bahan baku dilakukan secara manual dimana pekerja memindahkan
karung dari forklift. Pada tahap ini diperlukan peran petugas quality control (QC) untuk memeriksa
bahan yang akan dimasukkan apakah sudah sesuai dengan resep atau tidak
2. Bin
Bin/tong merupakan tempat penyimpanan bahan baku sementara dimana bahan baku yang
disimpan tersebut akan digunakan/disalurkan ke tahapan selanjutnya untuk produksi sesuai dengan
permintaan resep. Bin penampungan bahan baku terdapat 18 buah.
3. Auto Dosing
Pada tahap ini masing-masing bahan baku yang terdapat pada bin penampungan ditimbang secara
otomatis. Setiap dosis/jumlah bahan baku yang diperlukan diatur secara otomatis melalui panel.
Ditahap ini juga dilakukan penambahan baku secara manual karena jumlah bin tidak mencukupi
untuk menampung berbagai jenis bahan baku juga pada tahap ini jumlah pemakaian bahan baku
kurang dari 10 kg sehingga tidak sesuai dengan kapasitas minimal pada bin. Pada tahap ini
diperlukan peran petugas quality control (QC) untuk memeriksa dosis/jumlah bahan yang
dimasukkan.
4. Vertical Mixer
Proses pada tahap ini yaitu mencampur bahan baku bertujuan untuk meratakan bahan sementara.
5. Hammer Mill
Proses pada tahap ini disebut grinding dimana hasil pencampuran kemudian dihasulkan sesuai
dengan standar partikel size, pada proses juga diperlukan peran petugas quality control (QC) untuk
memeriksa apakah ukuran yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar partikel size atau tidak.
6. Mixer
Hasil yang sudah dihaluskan selanjutnya akan dicampur untuk lebih rata lagi. Pada tahap ini juga
dilakukan penambahan minyak dan air (sebanyak 10-50 kg/ton).
52
7. Bin Press Mill
8. Conditioner
9. Press Mill
Bahan yang telah diaduk kemudian dicetak. Pada tahap ini peran quality control (QC) diperlukan
untuk memeriksa apakah ukuran sudah sesuai atau tidak dan memeriksa kandungan air pada pakan.
10. Cooler
11. Sifter
Merupakan proses pengayakan yang digunakan untuk memisahkan pakan yang sesuai dengan
ukuran yang diinginkan (proper size). Ukuran pakan yang oversize (terlallu besar) atau yang
undersize (terlalu kecil) akan digunakan untuk diproduksi kembali.
Merupakan tempat penampungan hasil pakan yang ukurannya sudah seuai dengan mesh yang
diinginkan (proper size). Tahapan ini memerlukan peran quality control (QC) untuk memeriksa
apakah ukuran pakan yang dihasilkan sudah benar-benar sesuai atau tidak.
13. Bagging
Pada tahap ini pakan yang dihasilkan akan turun ke dalam karung plastik melalui pipa gravitasi
secara otomatis dan sudah ditimbang secara otomatis sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
Kemudian karung plastic dijahir dengan mesin jahit karung. Selanjutnya produk yang dihasilkan
dialirkan melalui convenyor dan disusun ke atas pallet.
Produk yang telah dikemas dan ditempatkan pada pallet akan diangkut menggunakan forklift dan
disimpan rapi di dalam gudang.
53
B. Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja telah diatur dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang
kesehatan pada Bab XII pasal 164-166. Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan baik di sektor formal maupun
informal dan pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja serta pengusaha atau
majikan wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan pengobatan dan pemulihan
serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
Hal-hal tersebut seperti yang disebutkan di atas sudah dilakukan dan diterapkan dalam PT
Indojaya Agrinusa yaitu memberikan uang pengobatan dan BPJS Ketenagakerjaan bagi setiap
pekerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Berdasarkan UU No.1 Tahin 1970 tentang keselamatan kerja Bab IV pasal 8 ayat 1 dan 2,
yatu (1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
54
pekerjaan yang diberikan padanya. (2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh direktur.
C. Keselamatan Kerja
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselmatan Kerja terdapat syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan
55
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
Pengurus diwajibkan secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan. Pengurus diwajibkan
memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya. Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-
Cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.
56
4.7 Pasir Pemadam 4.8 Alarm Kebakaran
57
4.11 Jalur Pejalan Kaki 4.12 Simbol-simbol K3
Pemerintah mengajak pengusaha dan serikat pekerja untuk menyusun kebijaksanaan dan
program yang melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari kecelakaan kerja. Pengusaha
diwajibkan menyusun sistem pencegahan kecelakaan kerja termasuk identifikasi dan analisis
sumber kecelakaan, cara mengurangi akibat kecelakaan, perencanaan dan pemasangan instalasi
pengaman, penugasan tenaga khusus dan ahli di bidang keselamatan kerja, melaksanakan inspeksi
secara regular serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi bencana atau kecelakaan
kerja.
58
Hal-hal yang tercantum pada peraturan tersebut sudah dilakukan dan diterapkan di PT.
Indojaya Agrinusa. PT Indojaya Agrinusa sudah melakukan pengukuran uji emisi terhadap gas,
penerangan, suhu dan kelembapan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Deli Serdang
pada lingkungan kerja Unit Aquafeed dan Unit Poultry. Salah satu penanganan pada pekerja yang
berada di ruang panas seperti pekerja yang berada di lantai 5 bagian vitamin di unit produksi
aquafeed, perusahaan menyediakan kipas angin untuk menstabilkan suhu pada lingkungan kerja
panas. Petugas EHS (Environtment Health & Safety) juga memberikan tindakan langsung (tilang)
pada pekerja yang tidak mengikuti prosedur K3 khususnya pekerja proyek (orang di luar
perusahaan). Petugas EHS akan memberikan teguran lisan sebanyak 3 kali, apabila masih tidak
diindahkan akan diberikan surat tilang sebanyak 3 kali kemudian akan dihadapkan dengan atasan
kemungkinan akan diberikan SP (Surat Peringatan) bahkan Pemutusan Hubungan Kerja. Pekerja
yang diberi teguran biasanya mencari alasan karena belum terbiasa dan mindset yang berasal dari
dirinya bahwa tidak ada paksaan untuk melakukan K3 dari atasan. Maka tugas seorang EHS adalah
memberikan edukasi tentang K3 kepada pekerja menjadi budaya.
D. Ergonomi
Pada pekerja proses intake terdapat interaksi anatara alat bantu/peralatan kerja dan individu
kerja. Hubungan antara alat bantu/peralatan kerja adalah pekerja menggunakan alat bantu
genggam untuk mengambil/menjangkau bahan baku tersebut kemudian bahan baku dibuka dengan
pisau untuk dituangkan ke dalam bin. Hubungan manusia dan mesin ini akan memengaruhi sikap
kerja dari pekerja itu sendiri. Sikap kerja yang terdapat pada proses penuangan bahan baku adalah
sikap kerja berdiri di atas tumpukan bahan baku lalu menunduk untuk menggeser karung bahan
baku dan pekerja lain berdiri di dekat pintu masuk bahan ke dalam bin.
E. Lingkungan
Tenaga kerja sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Manusia dan lingkungan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha
beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan di sekitarnya. Demikian pula halnya ketika
melakukan pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan
59
disekitar tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Setiap tempat kerja selalu mengandung
berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan
dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Oleh karena itu, untuk menunjang terciptanya suasana dan lingkungan pekerjaan yang man
dan sehat, perusahaan harus melaksanakan beberapa program untuk mencapai tujuan tersebut.
Adapun program yang dilaksanakan di PT Indojaya Agrinusa yaitu program 5S. Program ini
diselenggarakan untuk membangun lingkungan kerja yang bermutu, teridiri dari pemilihan (seiri),
penataan (season), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu) dan penyadaran
diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Pihak
perusahaan juga telah memasang spanduk mengenai kebersihan lingkungan dan menyediakan
kawasan khusus untuk merokok. Pihak perusahaan juga sudah menyediakan tempat sampah di
setiap bangunan dan unit kerja.
F. Pedoman Pengelolaan K3
- Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
60
6.2.2.3 Pengawasan
a. Inspeksi K3
Pelaksanaan inspeksi di PT Indojaya Agrinusa dilakukan setiap hari oleh tim P2K3 di
lingkungan perusahaan secara langsung yang disebut dengan teknik inspeksi walk-through survey.
Pemeriksa melihat kondisi tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe action)
dengan melakukan/mengikuti bagan arus produksi (production flow chart) mengutamakan
pemakaian panca indera, seperti memperhatikan tempat dan lingkungan kerja, cara kerja peralatan,
penyusunan barang, tata letak mesin dan peralatan, alat-alat pengaman dan alat perlindungan
mesin serta pemakaian alat pelindung diri. Kemudian pemeriksa memberikan rekomendasi untuk
dilakukan perbaikan dan menetapkan target waktu dilakukan perbaikan. Perusahaan melakukan
penilaian prestasi kerja dari hasil inspeksi pada akhir tahun untuk menjadi pertimbangan
kemungkinan penaikan gaji pekerja.
b. SOP
Standard Operating Prosedur (SOP) yang terdapat di PT Indojaya Agrinusa yaitu mengenai
:
- Tanggap Darurat
- Ijin Kerja
61
6.2.2.4 Pengendalian
PT Indojaya Agrinusa memiliki pengendalian secara teknis yaitu pada ruang kerja boiler
sudah memiliki HVAC (Heating, Ventilation dan Air Conditioning) dan menyediakan AC pada
ruangan panel.
PT Indojaya Agrinusa memiliki pengendalian APD yang lengkap sesuai kebutuhan pekerja
yaitu helm, masker, pelindung telinga, kacamata, sarung tangan, tameng pengelasan dan body
harness.
6.2.2.5 Penilaian
I. Input
II. Proses
PT Indojaya Agrinusa sudah memiliki visi, misi dan kebijakan yang baik serta dalam hal
perencaan program K3 juga sudah baik sepertii training bagi pekerja baru, safety talk, program 5S
dan sosialisasi mengenai K3.
Dalam hal kesehatan kerja untuk pemenuhan gizi tenaga kerjanya, PT Indojaya Agrinusa
telah melakukan usaha seperti pengadaan kantin dan koperasi. Jadi untuk masalah pengadaan
kantin, PT Indojaya Agrinusa sudah sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 1 Tahun 1979 Tentang pengadaan Kantin dan Ruang Makan. Dimana
perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 200 orang supaya menyediakan kantin di perusahaan
yang bersangkutan. Tujuannya agar prodiktivitas dan daya kerja meningkat. Harga makanan dan
minumannya terjangkau sesuai dengan daya beli dari tenaga kerja.
Dalam hal keselamatan kerja, PT Indojaya Agrinusa telah melakukan upaya dengan cara
membuat pengaturan jam kerja dan istirahat, mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja
serta membuat rambu-rambu tentang K3 termasuk larangan merokok di lingkungan kerja. Juga
pihak perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) di masing-masing proses produksi
sesuai dengan kebutuhan dan jenis bahayanya. Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari
observasi langsung di PT Indojaya Agrinusa, pengusahan telah menjelaskan kepada pekerja
tentang alat pelindung diri yang harus digunakan saat bekerja dan menyediakan alat pelindung diri
bagi pekerja di tempat kerja. Namun masih ada beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD
63
seperti helm, earplug, sarung tangan dan masker saat bekerja sehingga mengancam keselamatan
dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
4.2.3 Output
Pada tahun 2014 meraih Juara Harapan 2 kategori Pengelolaan Kebersihan dan
Penghijauan di Lingkungan Industri diserahkan oleh Bupati Deli Serdang. Pada tahun 2016 meraih
penghargaan Perusahaan Berwawasan Lingkungan dan meraih penghargaan Perusahaan
Berwawasan Lingkungan Terbaik diserahkan oleh Bupati Deli Serdang. Pada tahun 2017 meraih
penghargaan Perusahaan BERSERI (Berwawasan Lingkungan) Terbaik diserahkan oleh Bupati
Deli Serdang.
64
4.3 Problem Solving Cycle
1. Faktor Lingkungan
Dalam proses produksi di Unit Aquafeed masih ditemukan beberapa hal yang menjadi
masalah diperoleh dari lingkungan situasi kerja. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi masalah,
antara lain :
a. Faktor fisik
Pada lingkungan kerja intake terdapat aspek bahaya radiasi panas pada saat pengecekan
valve air dan steam yang berasal dari mesin yang dapat mengakibatkan kulit melepuh
maupun luka bakar.
Aspek bahaya suhu tinggi di lingkungan intake pada saat pengecekan valve air dan steam
dapat menyebabkan dehidrasi dan kepala pusing
Pada saat maintenance mesin dan pembersihan terdapat aspek bahaya radiasi panas yang
dapat menyebabkan kulit melepuh dan luka bakar. Suhu tinggi yang menyebabkann
dehidrasi
Kebisingan disekitar mesin hammer mill mencapai 92,3 dB, perlunya mendapat
perlindungan bagi pekerja, tidak ada satupun pekerja yang menggunakan earplug.
Pada saat pengaturan valve uap terdapat radiasi panas di sekitar lingkungan kerja mesin
press yang dapat menyebabkan melepuh dan luka bakar. Suhu yang tinggi juga menjadi
masalah karena lingkungan kerja yang panas menyebabkan dehidrasi dan pusing.
Pada saat maintenance mesin dan pembersihan juga terdapat masalah lingkungan yaitu
radiasi panas dan suhu tinggi.
65
Pada saat aktivitas kemasan bagging yang terlisi pellet yang sudah jadi terdapat masalah
lingkungan yang panas sehingga menyebabkan dehidrasi, pusing dan menurunkan
konsentrasi.
- Banyak produk yang disusun di jalur pejalan kaki, shingga pekerja berjalann tidak pada jalur dan
membuat area lalu lintas forklift terbatas.
b. Faktor Kimiawi
Pada saat aktivitas membuka karung bahan baku, lalu memindahkan karung terbuka dan
kemudian memasukkan ke mesin intake terdapat bahaya lingkungan yaitu terhirup bahan
baku powder, hal ini dapat menngakibatkan gangguan pernafasan.
Pada saat maintenance mesin dan pembersihan juga terdapat masalah jika terhirup bahan
baku powder, hal ini dapat mengakibatkan gangguan pernafasan.
Pada lingkungan kerja gudang produk kimia terdapat masalah jika terhirup debu produk
kimia tersebut. Misalnya seperti produk kimia Sodium, sangat berbahaya jika terhirup
karena dapat mengganggu pernafasan, jika terkena mata dapat mengakibatkan gatal dan
kemerahan, jika kontak dengan kulit maka bisa menimbulkan gatal dan kemerahan.
c. Faktor Biologis
Faktor biologis meruapakan makhluk hidup yang mengganggu proses kerja dalam
lingkungan kerja, sperti lalat maupun tikus.
66
2. Faktor Manusia
- Pekerja yang bekerja di proses intake, banyak yang tidak menggunakan APD seperti masker dan
kaca mata pelindung
- Ada supir forklift tidak menggunakan APD (sabuk pengaman) saat berkendara.
- Pada saat proses penjahitan di bagging masih ada pekerja yang melakukan tindakan tidak aman
yaitu berbincang-bincang.
- Masih ada pekerja yang tidak melaksanakan personal higiene yang sudah diterapkan di
perushaaan yaitu tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah memasuki lokasi
produksi
- Satu pekerja menyusun produk (restuffling) diatas tumpukan produk setinggi ±4 m, seharusnya
menggunakan safety harness dan safety belt.
Di PT Indojaya Agrinusa Unit Aquafeed sudah mulai dibentuk fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
ruang P3K, tabung oksigen dan tandu. Perusahaan memberikan makanan tambahan berupa bubur
dan kolak pisang sesudah melaksanakan General Safety Talk. Perusahaan mewajibkan pekerja
mempunyai BPJS Kesehatan sebagai jaminan kesehatan bagi tenaga kerja. Perusahaan
memberikan uang pengobatan kepada tenaga kerja, apabila tenaga kerja tersebut sakit.
B. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah
dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu
tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu
masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar,
1996).
67
Proses penentuan prioritas masalah di PT Indojaya Agrinusa Unit Aquafeed adalah dengan
cara berdiskusi dengan pembimbing K3. Dari hasil diskusi tersebut didapatkan masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD).
Dalam penentuan prioritas jalan keluar untuk prioritas masalah di PT Indojaya Agrinusa
Unit Aquafeed kami melakukan diskusi bersama pembimbing K3. Prioritas jalan keluar disusun
dalam rencana kerja atau plan of action (POA) yang berisi tentang rencana dalam hal :
2. Membantu tersedianya APD helm di perusahaan dengan memasang bagian dalam helm
(Suspension, headband, chin strap dan nape strap) dengan bagian cangkang luar helm (Brim).
3. Mengukur dan memberi tanda batas tinggi maksimum kendaraan yang melintas di sepanjang
jalur kendaraan di PT Indojaya Agrinusa
4. Mengumpulkan data bahan kimia berbahaya yang ada di bagian Vitamin Aquafeed & Poultry
dan Laboratorium.
5. Melengkapi Material Safety Data Sheet (MSDS) di bagian Vitamin Aquafeed & Poultry dan
Laboratorium.
6. Melakukan inspeksi seluruh Kotak P3K (First Aid Box) di PT Indojaya Agrinusa
7. Mengikuti General Safety Talk PT Indojaya Agrinusa Medan periode Desember 2018.
9. Menerapkan sistem LoTo (Logout & Tagout) khususnya pelabelan pada mesin/peralatan
berbahaya yang sedang diisolasi (tidak boleh dioperasikan).
10. Memasang rambu ergonomi yang baik pada lingkungan kerja unit produksi Aquafeed.
68
4.4 Analisa SWOT
a. Strength (kekuatan)
1. Sudah menerapkan SMK3 sesuai peraturan yang berlaku yaitu dengan adanya visi dan misi
perusahaan serta kebijakan K3 secara tertulis dari perusahaan sebagai bentuk komitmen
perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja.
5. Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan untuk proses kerja tertentu.
6. Sudah melakukan pengendalian terhadap produk kimia berbahaya yaiitu dengan adanya MSDS
yang sudah sesuai denga peraturan yang berlaku.
7. Perusahaan mengolah limbah dengan baik sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan sudah
aman.
8. Sudah melakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap alat produksi maupun alat
penanggulangan bahaya.
9. Pekerja yang mengoperasikan forklift sudah memiliki SIO (Surat Izin Operational).
10. Sudah mendapatkan penghargaan ISO 9001:2015 merupakan sertifikasi di bidang Sistem
Manajemen Keamanan Pangan.
11. Sudah menerapkan program 5S dan telah diaudit oleh komite 5S dengan status penilaian
mendekati kritetia.
b. Weakness (kelemahan)
1. Pekerja kurang patuh dalam hal penggunaan APD karena alasan tidak nyaman.
3. Sebagian pekerja tidak mendapatkan pengarahan atau safety talk karena jam kerja malam.
69
4. Belum memasang SOP pada setiap stasiun kerja di bagian produksi.
c. Opportunity (peluang)
2. Pemberian reward pada pekerja yang taat menggunakan alat pelindung diri.
3. Pemberian sanksi pada pekerja yang tidak menggunakan atau lengah dalam pemakaian alat
pelindung diri
5. Mengadakan tutup sampah di seluruh lingkungan kerja dan memisahkan antara sampah organik
dan anorganik
d. Treath (Hambatan)
70
BAB V
5.1 Kesimpulann
Kelebihan :
1. Sudah menerapkan SMK3 sesuai peraturan yang berlaku yaitu dengan adanya visi dan misi
perusahaan serta kebijakan K3 secara tertulis dari perusahaan sebagai bentuk komitmen
perusahaan terhadap kesehatan dan kselamatan pekerja.
2. Perusahaan memiliki struktur organisasi P2K3 dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas.
4. Menyediakan alat pelinndung diri (APD) yang dibutuhkan untuk proses kerja tertentu.
5. Sudah melakukan pengendalian terhadap produk kimia berbahaya yaitu dengan adanya MSDS
yang sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku
6. Perusahaan mengolah limbah dengan baik sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan sudah
aman.
7. Perusahaan melakukan inspeksi dan pemeliharaan terhadap alat produksi maupun alat
penanggulangan bahaya.
8. Pekerja yang menngoperasikan forklift sudah memiliki SIO (Surat Izin Operational)
10. Sudah menerapkan program 5S dan telah diaudit oleh komite 5S dengan status penilaian
mendekati kriteria.
71
Kekurangan :
1. Masih terdapatnya pekerja yang tidak nyaman dalam penggunaan Alat Pelindung Diri
3. Sebagian pekerja tidak mendapatkann pengarahan atau safety talk karena jam kerja malam.
5.2 Saran
2. Memberikan APD baju apron pada pekerja bagian produksi yang berhubungan dengan steam
3. Memasang tutup tempat sampah di seluruh lingkungan kerja dan memisahkan sampah organik
dan anorganik
4. Pimpinan perusahan atau petinggi di perusahaan menjadi teladan dalam melaksanakan K3 yang
baik
5. Penegakan sanksi kepada pekerja apabila terdapat pekerja yang tidak menaati peraturan yang
telah ditetapkan.
6. Memberikan reward bagi pekerja yang taat pada keselamatan dan kesehatan kerja.
72
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV Sagung
Seto
Alamsyah, Dedi dan Ratna Muliawati. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:
Nuha Medika
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke 3. Jakarta :Binasara akpura
73
Dokumentasi Hasil Desain
74
75
76
77
78
79
80
POA (PLAN OF ACTION)
82
di bagian yang di - Mendesain
Vitamin sekitar tahu dan
Aquafeed bahan-bahan memasang
& Poultry kmia yang poster
dan ada dan keselamatan
Laboratori mampu berdasarkan
um melakukan bahan kimia
pencegahan berbahaya
serta
penanganan
3. Papan Memberikan Seluruh Membuat Tersedianya Pengetahua Mahasiswa
Informasi informasi Pekerja papan informasi-informasi n yang LKP
K3 secara tertulis khususnya di pengumuman secara tertulis terkini
mengenai K3 Unit dan mengenai K3 di mengenai
Aquafeed meletakkan papan informasi K3 K3
di tempat
pekerja
sering
melintas
4. LoTo Mencegah Seluruh Mendesain Pekerja tidak Kepatuhan Mahasiswa
(Lockout & pekerja pekerja LoTo mengoperasikan pekerja LKP
Tagout) mengoperasik khususnya (Lockout & mesin peralatan menerapka
Khususnya an mesin bagian Tagout) berbahaya selama n LoTo
Pelabelan peralatan
83
berbahaya produksi dan Khususnya label belum di lepas (Logout &
yang sedang silo. Pelabelan oleh petugas Tagout)
diisolasi
5 Memasang Mencegah Seluruh Mendesain Terpasangnya Penerapan Mahasiswa
Rambu terjadinya pekerja di rambu rambu ergonomi ergonomi LKP
Ergonomi penyakit bagian ergonomi yang baik pada pekerja
yang baik akibat kerja produksi Unit yang baik bagian produksi yang baik
dan Aquafeed Unit Aquafeed
kecelakaan
kerja
84