Anda di halaman 1dari 4

Apakah Instruktut Masih dibutuhkan ?

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai salah satu elemen bangsa, merupakan gerakan
kemahasiswaan yang memliki peran strategis untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang baik.
Sebagai agen of change IMM harus di dukung dengan kualifikasi kader yang kompeten dalam
melakukan perubahan sosial. Sesuai dengan identitasnya yaitu sebagai gerakan dakwah di kalangan
masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa, IMM memiliki tanggungjawab untuk membentuk
kader yang mampu berdakwah amar maruf nahi mungkar. Untuk mewujudkan hal tersebut, kegiatan
dan perkaderan di IMM harus diarahkan pada usaha untuk membentuk kader yang berkarakter
islami. Sesuai dengan tujuan IMM yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang
berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah.
IMM sebagai Organisasi Kader. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi kader
Senantiasa berupaya mengadakan proses untuk aktualisasikan dan mengembangkan potensi
manusiawi kader Ikatan sesuai dengan fitrah yang di berikan Allah swt, dalam rangka
meningkatkan kualitas diri agar memiliki kemampuan serta kemauan untuk menghayatkan,
mengamalkan serta mengembangkan dalam ber Islam, kemanusiaan, berbangsa dan bernegara
menuju kualifikasi Insan Utama, yakni sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa.
Kader merupakan komponen paling penting dalam suatu organisasi. Hidup atau mati suatu
organisasi seperti IMM, dapat dinilai dari keberadaan kadernya. Bahkan kegemilangan maupun
kesekaratan yang akan terjadi di masa depan suatu organisasi dapat diprediksi dari kondisi
kadernya.  Kondisi tersebut meliputi sedikitnya dua aspek yaitu secara kuantitas dan kualitas.
Kuantitas saya sebutkan diawal karena tidak mungkin berjalan suatu perkaderan jika kadernya yang
dapat dinilai secara kuantitas tidak ada (berjumlah “nol”). Seperti halnya kita ingin menanam
tentunya kita harus punya bibit untuk ditanam,dengan jumlah tertentu, selain juga kita persiapkan
lahan yang subur untuk media tumbuh kembangnya. Nah, lahan yang subur dan penuh nutrisi inilah
yang bisa kita sebut sebagai penentu kualitas hidup si tanaman.
Dengan perumpamaan diatas maka kuantitas kader dapat diibaratkan sebagai bibit,
sedangkan sistem perkaderan yang menentukan kualitas dari tanaman atau buah yang akan
dihasilkan adalah media tanam-nya. Berbicara tentang menanam,tentunya kita akan terfikirkan
siapa yang melakukan? Siapa yang menanam dan merawat? Maka didalam organisasi yang
bertanggung jawab secara penuh dalam meramu nutrisi media, menyirami, menjaga dari hama
adalah para pimpinan dengan dibantu tim instruktur. Sebagai orgaisasi kader, IMM harus fokus dan
serius mengawal setiap proses perkaderan yang ada. Untuk itu dibutuhkan kualitas kader yang
mempuni agar dapat menjaga marwah, idealism dan ideologi gerakan IMM.
Dalam rangka pemenuhan kualifikasi untuk menjadikan organisasi ini sebagai mesin
produksi atas lahirnya kader-kader potensial di masa mendatang. Sesuai dengan tujuannya yaitu
membentuk akademisi Islam yang berakhlak mulia yang nantinya jelas akan memberikan kontribusi
positive bagi nama baik persyarikatan Muhammadiyah, baik kedepannya kader tersebut akan
berperan sebagai kader umat, kader bangsa maupun kader persyarikatan. Dirasa perlu adanya suatu
karakteristik khusus, setidaknya standar minimal, untuk kemudian dapat diupayakan oleh seluruh
kader sama-sama berjuang mencapai karakteristik tersebut. Walaupun dalam hal ini, pimpinan
harian memiliki tanggung jawab paling besar atas ketercapaian tujuan jangka panjang organisasi ini,
namun kesadaran secara kultural untuk sama-sama menyemangati diri dan kader disekitarnya untuk
dapat meningkatkan kapasitas diri adalah juga sebuah keharusan. Sehingga ada yang namanya
tanggung jawab struktural dan ada juga yang namanya kesadaran kolektif kolegial di organisasi ini.
Kedekatan emosional merupakan modal utama keutuhan dalam sebuah keluarga. Saling
pengertian, saling mendewasakan diri, saling menasehati layaknya sebagai bagian dari keluarga.
Nah, didalam organisasi perkaderan seperti halnya IMM haruslah tampil sebagai organisasi yang
erat hubungan antar kadernya layaknya seperti keluarga. Tidak kaku hanya menitikberatkan kepada
garis-garis struktural, formal, kadang terkesan egois dan sombong. Ada kalanya kita perlu atau
harus menggunakan garis struktural dalam rangka profesionalitas dan ketegasan, namun hal ini
jangan digunakan pada saat kita hanya bersenda gurau di depan komisariat, ngobrol santai agak
berbobot di warung kopi atau tidak sengaja bertemu di kampus saat sela perkuliahan. Kedekatan
kultural harus kita bangun sebagai bentuk keutuhan dari organisasi ini selain juga tetap menjunjung
tinggi pentingnya keberadaan garis struktural dalam rangka profesionalitas organisasi kita.
Pengkaderan menjadi suatu sistem yang menghimpun kuantitas menjadi kualitas,
Pengkaderan merupakan suatu yang fundamental dalam organisasi karena pengkaderan akan
menghasilkan kader yang sejatinya menjadi jantung organisasi. Pengkaderan dalam IMM tidak
lepas dari sebuah sistem pengkaderan yang ada di Muhammadiyah. Arah pengkaderan IMM
bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang
memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang ber-akhlakul karimah dengan
proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggungjawab dan memiliki komitmen serta kompetisi
perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar sehingga terbentuknya kader militan. salah satu
faktor penentu progresifitas Ikatan di masa depan adalah baiknya sistem kaderisasi.
Instruktur dalam KBBI mengandung pengertian sebagai orang yang bertugas mengajarkan
sesuatu dan sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih; pengasuh.
Instruktur diibaratkan sebagai sesosok guru yang memiliki tugas mendidik agar terbentuk karakter
yang menjadi pemimpin masa depan. Instruktur memiliki tugas untuk membentuk, menjaga, dan
mewujudkan kualitas kader yang sesuai dengan tujuan IMM. Instruktur sebagai harapan masa
depan IMM karena baik atau buruknya regenerasi kader juga menjadi salah tanggung jawab
instruktur. Instruktur mempunyai tanggungan sebagai pelopor keberlangsungan dalam pembentukan
kader dalam lahan pengkaderan sesuai basic ranah masing-masing porsi instruktur pada tingkatan
pengkaderan utama maupun khusus. Instruktur juga memegang kendali orientasi, materi dan
kualitas secara perkaderan sebagai proses melahirkan kader yang ideal (SPI).
Posisi instruktur secara konsepsi seperti guru yang memiliki posisi penting dan dibutuhkan
dalam menjaga marwah, dan mewujudkan kualitas, serta kejayaan visi. Kala itu, ada seorang Kaisar
Hirohito berupaya membangun kembali bangsanya yang sudah porak-poranda oleh bom atom yang
menghancurkan Jepang tepatnya kota Hiroshima dan Nagasaki yang terjadi tahun 1945.
Dari peristiwa itu, Kaisar malah memerintahkan menteri pendidikannya untuk menghitung
di penjuru negeri untuk menghitung jumlah guru yang tinggal dan masih hidup. Guru di Jepang
pada saat itu ditemukan sebanyak 45.000 orang. Sejak itu, Kaisar Hirohito gerilya mendatangi para
guru yang tinggal itu dan memberi perintah juga arahan agar kembali membangun peradapan
melalui pendidikan. Sekitar berapa tahun Jepang mampu bangkit dan membangun kembali
peradapan Jepang menjadi lebih baik berkat peranan guru.Instruktur juga bertanggungjawab
terhadap setiap kader dari pra perkaderan sampai sesudah menjadi kader yaitu dalam
menyampaikan pemahaman tentang trilogi IMM yaitu.

1. Religiusitas

2. Intelektualitas
3. Humanitas
Dari trilogi itu sendiri instruktur harus bisa menanamkan dalam setiap diri kader agar kader
dapat mengembangkan dan mensinergikan baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi. oleh
karena itu instruktur harus siap dalam memberikan pemahaman dari trilogi itu sendiri atau bisa juga
disebut sebagai pondasi dasar dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai