Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AL – ISLAM 3

“Muqaddimah AD-ART Muhammadiyah”

Dosen Pengampu :
Afdal, S.Ud, M.PI

Disusun Oleh :

1. Muhammadarifin maulana 210103081

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan. Sehingga dapat
menyelesaikan makalah Al-Islam ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan, dorongan dan masukan yang telah
diberikan kepada:
1. Pak Afdal, S.Ud, M.PI selaku dosen pengampu mata kuliah Al-Islam.
2. Teman-teman dan pihak-pihak yang membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Al-Islam 3,
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Riau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Amin.

Pekanbaru, 8 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................6
1.1 Sejarah Muhammadiyah ............................................................................6
1.2 Sejarah perumusan muqaddimah AD- ART Muhammadiyah. ..................7
1.3 Kandungan Muqaddimah AD-ART Muhammadiyah .............................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................14
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................14
3.2 Saran ........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Muhammadiyah adalah iyalah suatu persyarikatan yang merupakan
“Gerakan Islam”. Maksud geraknya ialah, “Da’wah Islam & amar ma'ruf nahi
munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat.
Da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama terbagi kepada
dua golongan: kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu
mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni; dan yang kedua
kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
Adapun da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar yang kedua, ialah kepada
masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu
dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap
keridlaan Allah semata.
Dengan melaksanakan da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan
caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat
menuju tujuannya, ialah “terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan
ideologi Muhammadiyah yang merupakan pandangan Muhammadiyah mengenai
kehidupan manusia di muka bumi ini, cita-cita yang ingin diwujudkan dan Cara-
cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut sebagai ideologi,
Muqaddimah Anggaran Dasar menjiwai segala gerak dan usaha Muhammadiyah
dan proses penyusunan sistem kerjasama yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuannya.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Sejarah Sebelum Terbentuknya Mukaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perumusan Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah.
3. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
4. Untuk Mengetahui Hakikat Dan Fungsi Mukadimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah.
5. Untuk mengetahui Kandungan Muqadimah Anggara Dasar
Muhammadiyah.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berkut.
1. Bagaimana Sejarah dalam terbentuknya Muhammadiyah?
2. Bagaimana Sejarah Perumusan Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah?
3. Apa saja Kandungan Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Muhammadiyah


Muhammadiyah adalah bagian dari sejarah Indonesia. Kontribusinya
sebagai pembawa modernitas dalam Islam tidak bisa dianggap enteng. Di tangan
pendirinya, Kiai Haji Ahmad Dahlan, Muhammadiyah menjadi ormas Islam yang
besar. Apalagi Muhammadiyah berdiri dengan napas amar ma'ruf nahi munkar
dan tajdid (pembaruan). Muhammadiyah tidak hanya mengusung paham agama
Islam tetapi juga turut memajukan bidang pendidikan, terutama memberantas
keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan di kalangan penduduk pribumi.
Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 di Desa Kauman,
Yogyakarta. Organisasi ini didirikan tepat setelah KH. Ahmad Dahlan tiba dari
Tanah Suci, Mekkah. Di Mekkah, pria bernama asli Muhammad Darwis ini
mewarisi ilmu yang didapatnya dari belajar agama dan tinggal bersama ulama
setempat. Bagi KH. Ahmad Dahlan, niat mendirikan Muhammadiyah mulanya
tidak lain untuk memerangi praktik mistik sekaligus mengentaskan kemiskinan
masyarakat pribumi akibat penjajahan Belanda. Menurut Ridho Al-Hamdi dalam
buku Paradigma Politik Muhammadiyah (2020) mengutip VOI, ajaran yang
dianut KH. Ahmad Dahlan di Muhammadiyah sepenuhnya mengembuskan
renungan kritis terhadap ayat-ayat Alquran yang diselaraskan dengan konteks dan
permasalahan zaman. Memadukan antara nash (dalil) dan waqi' (konteks zaman)
berhasil menghadirkan wajah peradaban Islam yang positif dan progresif.
KH. Ahmad Dahlan menggunakan Alquran sebagai inspirasi untuk membentuk
Muhammadiyah yang tumbuh menjadi gerakan reformis-modernis.
Gerakan ini kemudian mampu mencerahkan dan memajukan ilmu
pengetahuan serta teknologi dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan
khususnya di Yogyakarta. Langkah yang membawanya dalam keberhasilan ini
kemudian membuat nama Muhammadiyah menggema di Yogyakarta hingga
merambah di dalam dan luar Jawa. Apalagi seluruh program yang dihadirkan
Muhammadiyah saat itu diarahkan untuk membebaskan dan memberdayakan
masyarakat miskin dan terpinggirkan. Sejak Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad
Dahlan pun sering mengajak murid-muridnya untuk mengasuh anak yatim piatu
yang kurang mampu. Semangat keberpihakan kepada rakyat yang tidak memiliki
keberdayaan menjadi semangat dan napas gerakan Muhammadiyah. Selain panti
asuhan, Muhammadiyah juga mendirikan rumah sakit untuk fakir miskin. Selain
itu, ada juga sejumlah kegiatan pendidikan bagi masyarakat miskin. Apalagi
organisasi perempuan Muhammadiyah juga terbilang aktif, yang kemudian
dikenal dengan nama Aisyiyah pada 1917. Organisasi otonom ini berfokus
mengembangkan pendidikan anak-anak dan perempuan tanah air.
Atas sumbangsihnya, presiden pertama Indonesia Soekarno bahkan
mengaku takjub. Muhammadiyah, kata Bung Karno, telah berani muncul untuk
memodernisasi cara mengembangkan Islam di seluruh Nusantara. Kesepahaman
bersama antara Muhammadiyah dan Bung Karno dalam mengentaskan
kemiskinan menjadi dasar untuk terus mendukung ormas-ormas Islam yang
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tumbuh dewasa.

2.2 Sejarah perumusan muqaddimah AD- ART Muhammadiyah.


Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun secara normal
setelah gerakan muhammadiyah melancarkan aktivitas dan usahanya selama Tiga
Puluh Delapan Tahun. Tetapi dengan belum dimilikinya rumusan mukadimah
bukan berarti bahwa sebelum di formulasikannya Mukadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, persyarikatan belum memiliki perjuangan secara pasti. KHA.
Dahlan dalam membangun persyarikatan Muhammadiyah dilandasi dengan ide
yang jelas dan pasti, yang seluruhnya didasarkan pad ajaran Al-Qur’an, dan ide ini
sekalipun tidak pernah dituangkan ke dalam konsep tertulis, akan tetapi secara
jelas pula dapat dituangkan dan dihayati oleh para rekan yang mendukung
gagasannya.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan
oleh Ki Bagus Hadikusumo sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali
terhadap pokok-pokok pikiran yang dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan
Kyai Ahmad Dahlan dengan menggunakan wadah persyarikatan Muhammadiyah.
Dengan adanya perubahan zaman serta penggantian figur pimpinan di satu pihak,
serta pengaruh-pengaruh luar yang semakin kuat dan bersinggungan dengan gerak
dan perkembangan masyarakat, termasuk juga di dalamnya mengakibatkan
adanya ketidakpastian dan kekaburan terhadap cita-cita perjuangan
Muhammadiyah. Kenyataan ini yang mendorong Ki Bagus Hadikusumo untuk
menyoroti dan mengungkap kembali terhadap pokok-pokok pikiran KH. Ahmad
Dahlan. Ki Bagus Hadikusumo yang masa mudanya bernama Raden Hidayat
menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari tahun 1942
hingga tahun 1953. Rumusan "Muqaddimah" diterima dan disahkan oleh
Muktamar Muhammadiyah ke 31 yang dilangsungkan di kota Yogyakarta pada
tahun 1950, setelah melewati penyempurnaan segi redaksional yang dilaksanakan
oleh sebuah team yang dibentuk oleh sidang Tanwir. Sidang Tanwir kemudian
menunjuk sebuah tim penyempurnaan yang terdiri dari Buya HAMKA, K.H.
Farid Ma'ruf, Mr. Kasman Singodimedjo serta Zain Jambek. Susunan
Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah di latar belakangi oleh beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut[1] :
1. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah. Yaitu Serentak Muhammadiyah semakin berkembang luas serta
bertambah banyak anggota dan simpatisnya mengakibatkan semakin jauh mereka
dari sumber gagasan. Karena itu wajar apabila terjadi kekaburan penghayatan
terhadap dasar-dasar pokok yang menjadi daya pendorong Kyai Ahmad Dahlan
dalam menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah.
2. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala
menurun, akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi. Yaitu perkembangan
masyarakat terus maju, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak henti-hentinya
menyajikan hal-hal yang membuat manusia kaget dan mencengangkan, membuat
dunia semakin ciut dan sempit, pengaruh budaya secara timbal-balik terjadi
dengan lancarnya antara satu negara dengan negara lainnya baik yang bersifat
positif ataupun yang bersifat negatif. Keadaan yang serupa itu terjadi juga di
Indonesia karena adanya perkembangan zaman serupa itu yang seluruhnya hampir
dapat dinyatakan mengarah kepada kehidupan duniawi dan sedikit sekali yang
mengarah kepada peningkatan kebahagiaan rohani, dan menyebabkan masyarakat
Indonesia termasuk di dalamnya keluarga Muhammadiyah itu sendiri terhimbau
oleh gemerlap kemewahan duniawi.
3. Makin kuatnya berbagai pengaruh dari luar yang langsung atau tidak
langsung berhadapan dengan faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah. Yaitu
Bersama dengan perkembangan zaman yang membawa berbagai perubahan dalam
masyarakat, maka tidak ketinggalan pengaruh cara-cara berfikir, sikap hidup atau
pandangan hidup masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia, disamping
memiliki nilai positif, tetapi juga terdapat nilai negatif yang menyertainya.
Disinilah arti penting rumusan resmi yang dapat dijadikan pegangan bagi keluarga
besar Muhammadiyah dalam rangka mengantisipasi berbagai pengaruh negatif
dari sekian banyak alam pikiran yang masuk ke Indonesia.
4. Dorongan disusunnya Pembukaan Undang-Undang Dasar RI tahun
1945. Yaitu Sesaat menjelang proklamasi Kemerdekaan Negara Republik
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, tokoh-tokoh pergerakan bangsa Indonesia
dihimpun oleh pemerintah Jepang dalam wadah Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang tugasnya antara lain
mempelajari Negara Indonesia Merdeka. Dan di antara hal yang penting adalah
terumuskannya "Piagam Jakarta" yang kelak dijadikan "Pembukaan UUD 1945"
setelah diadakan beberapa perubahan dan penyempurnaan di dalamnya.
Pada saat merumuskan materi tersebut, para pimpinan pergerakan bangsa
Indonesia benar-benar memusyawarahkan secara matang dengan disertai debat
yang seru antara satu dengan yang lain, yang ditempuh demi mencari kebenaran.
Pengalaman ini dialami sendiri oleh Ki Bagus Hadikusumo yang kebetulan
terlibat di dalamnya karena termasuk sebagai anggota BPUPKI. Beliau merasakan
betapa pentingnya rumusan Piagam Jakarta, sebab piagam ini akan memberikan
gambaran kepada dunia luar atau kepada siapapun tentang cita-cita dasar,
pandangan hidup serta tujuan luhur bangsa Indonesia bernegara. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada saat periode Ki Bagus Hadikusumo, adanya
"Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah" benar-benar sudah sangat
diperlukan karena adanya beberapa alasan dan kenyataan tersebut.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan jiwa, nafas dan
semangat pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan segala gerak
organisasinya, yang baru di jadikan asas dan pusat tujuan perjuangan
Muhammadiyah. Dan sebagai Jiwa serta semangat pengabdian serta perjuangan
persyarikatan Muhammadiyah.
Pokok Pikiran dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah[2] :
1. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, yaitu bertuhan dan beribadah serta
tunduk dan taat hanya kepada Allah semata.
2. Hidup manusia adalah bermasyarakat.
3. Hanya agama islamlah satu-satunya ajaran hidup yang dapat dijadikan sendi
pembentuk pribadi utama dan untuk mengatur ketertiban hidup bersama menuju
hidup bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat
4. Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam untuk mewujudkan
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT adalah wajib,
sebagai ibadah kepada Allah, dan berbuat islah dan ihsan kepada sesama manusia.
5. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam demi terwujudnya
tujuan Muhammadiyah hanya akan berhasil bila mengikuti jejak perjuangan nabi
Muhammad SAW.
6. Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti diatas hanya dapat
dilaksanakan denga baik dan berhasil bila dengan cara berorganisasi.
7. Seluruh perjuangan diarahkan untuk tercapainya tujuan hidup, yakni
terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

2.3 Kandungan Muqaddimah AD-ART Muhammadiyah


Muqadimah Anggara Dasar Muhammadiyah mengandung 7 pilar.
Pendirian ialah:
1. Pokok Pikiran Pertama
Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid (Mengesakan) Allah; ber-Tuhan
beribadah serta tunduk hanya kepada Allah. Pokok pikiran tersebut dirumuskan
dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut :
“Amma ba’du, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah Hak Allah
semata-mata, ber-Tuhan dan beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah
adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama
manusia.”
2. Pokok Pikiran Kedua
Hidup manusia itu bermasyarakat. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut :
“Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradah) Allah atas
hidup manusia di dunia ini.”
3. Pokok Pikiran Ketiga
Hanya hukum Allah yang sebenara-benarnyalah satu-satunya yang dapat
dijadikan sendi untuk membentuk pribadi yang utama dan mengatur ketertiban
hidup bersama (bermasyarakat) dalam menuju hidup bahagia dan sejahtera yang
haqiqi, didunia dan akhirat. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut :
“masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah
dapat diwujudkan diatas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong royong,
bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya,
lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu”
4. Pokok Pikiran Keempat
Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, adalah wajib, sebagai ibadah kepada
Allah berbuat ihs dan islah kepada manusia atau mayarakat. Pokok pikiran
tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut:
“menjunjung tinggi hukum Allah lebih dari pada hukum yang manapun juga
adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku bertuhan kepada
Allah. Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh Nabi, sejak Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada umatnya masing-
masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat. ”
5. Pokok Pikiran Kelima
Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam yang sebenar-
benarnya, hanyalah akan dapat berhasil bila dengan mengikuti jejak (ittiba)
perjuangan para Nabi terutama perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW. Pokok
pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut
:
“Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa
sebagaimana yang tersebut diatas, tiap-tiap orang terutama ummat islam, yang
percaya kepada Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian
Nabi yang suci itu, beribadat kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan
masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni tulus dan ikhlas karena
Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya
belaka serta mempunyai rasa tanggung jawab dihadirat Allah atas segala
perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi
segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya,dengan penuh
pengharapan akan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.”
6. Pokok Pikiran Keenam
Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanyalah akan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan berhasil, bila dengan cara berorganisasi.
Organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yag sebaik-baiknya.
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai
berikut :
“untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka
dengan berkat rahmat Allah dan didorong oleh Firman Allah dalam Al-Qur’an
:
Q.S ALI IMRAN : 104

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh(berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar[217]; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
7. Pokok Pikiran Ketujuh
Pokok pikiran / prinsip / pendirian seperti yang diuraikan dan diterangkan di
muka itu, adalah yang dapat untuk melaksanakan ideloginya terutama untuk
mencapai tujuan yang menjadi cita-citanya, ialah terwujudnya masyarakat adil
dan makmur lahir batin yang di ridhai Allah, ialah Masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah
Anggaran Dasar sebagai berikut :
“kesemua itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-
perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW guna
mendapat karunia dan ridhonya di dunia dan akhirat untuk mencapai
masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang
melimpah-limpah, sehingga merupakan:
“suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur dibawah lindungan Tuhan
yang Maha Pengampun”
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah
diantar ke pintu gerbang surga “Jannatun Na’im dengan keridhaan Allah Rahman
dan Rahim.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah didirikan tahun oleh
ketua pengurus besar Muhammadiyah 1942 sampai 1953 yaitu Ki
Bagus H Hadikusuma dengan bantuan beberapa sahabatnya.
2. Latarbelakang didirikanya Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah yaitu adanya kekeburan dalam Muhammadiyah
sebagai akibat dari proses kehidupnya sesudah lebih dari 30 tahun
yang ditandai oleh:
a. Terdesaknya pertumbuhan dan perkembangan jiwa/roh
Muhammadiyah oleh perkembangan lahiriah.
b. Masuknya pengaruh dari luar yang tidak seuai yang sudah menjadi
lebih kuat.

3.2 Saran
Pembaca dapat memberikan kritikan yang bersifat membangun dan dapat
memaklumi atas kekurangan dari pembahasan pada makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai