Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Anggaran dasar muhammadiyah”.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan yangberarti dan
berguna .

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan baik dari segi materi yang disajikan maupun dari struktur bahasa yang
digunakan, itu semua tidak lain disebabkan oleh keterbatasan yang penyusun miliki,
untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik, saran dan koreksi yang membangun dari
para pembaca.

Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian.
Daftar Isi

BAB I PEMBUKAAN.......................................................................................................3

1. Latar Belakang...............................................................................................................3

2. Rumusan Masalah..........................................................................................................3

3. Tujuan............................................................................................................................4

BAB II ISI..........................................................................................................................4

A. Mukadimah Anggaran Dasar.........................................................................................4

B. Identitas dan asas Muhammadiyah................................................................................9

C. Struktur Organisasi Muhammadiyah.............................................................10

1.  Pengertian Majelis dan Lembaga.................................................................................13

2.  Macam-Macam Majelis dan Lembaga........................................................................13

a.  Ranting Rintisan Rekayasa..........................................................................................31

b.  Ranting Rintisan Alamiah..........................................................................................31

c.  Ranting Rintisan Campuran.........................................................................................32

d.  Ranting Ideal...............................................................................................................32

e.  Ranting Unggulan........................................................................................................33

BAB II PENUTUP..........................................................................................................33

1. Kesimpulan.............................................................................................................33

2. Saran.........................................................................................................................33

3. Daftar Pustaka.......................................................................................................33
BAB I PEMBUKAAN
1. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di
Indonesia.Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang
berarti bahwa Warga Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan,
pemikiran dan prilakunya didasarkan pada sosok seorang Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW. Nabi dijadikannya model, yang sebenarnya tidak hanya bagi
warga Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat Islam bahkan bagi warga non-
muslim—kaum yang tidak mempercayainya sebagai rasul sekalipun. 
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki cita-cita ideal yang
dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah
memiliki arah yang jelas dalam gerakannya,

2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas tentang :
1. Apa itu Mukadimah anggaran dasar?
2. Apa Identitas dan asas Muhammadiyah?
3. Apa saja Keanggotaan Muhammadiyah?
4. Bagaimana Keorganisasian Muhammadiyah?
3. Tujuan
1. Mengetahui Mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah
2. Mengetahui Identitas dan asas Muhammadiyah
3. Mengetahui keanggotaan Muhammadiyah
4. Mengetahui Keorganisasian Muhammadiyah

BAB II ISI

A. Mukadimah Anggaran Dasar

 SEJARAH PERUMUSAN

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan oleh Ki


Bagus Hadikusuino sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali terhadap pokok-
pikiran pokok-pikiran yang dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan Kyai Ahmad
Dahlan dengan menggunakan wadah persyarikatan Muhamnadiyah. Rumusan
"Muqaddimah" diterima dan disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke 31 yang
dilangsungkan di kota Yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati penyempurnaan
segi redaksional yang dilaksanakan oleh sebuah team yang dibentuk oleh sidang Tanwir.
Team ponyempurnaan tersebut anggota-anggotanya terdiri dari
1) Buya HAMKA
2) K.H. Farid Ma'ruf
3) Mr. Kasman Singodimedjo serta
4) Zain Jambek.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan baru


pada periode Ki Bagus Hadikusumo, sebab-sebabnya antara lain :
1. Belum adanya kepastian rumusan tentang cita-cita dan dasar perjuangan Muhammadiyah.
Kyai Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah bukannya didasarkan pada
teori yang terlebih dahulu dirumuskan secara ilmiyah dan sistematis. Akan tetapi apa
yang telah diresapinya dari pemahaman agama yang bersumber pada Al-Qur'an dan
Hadits beliau segera diwujudkan dalam amalan yang nyata. Oleh karena itu Kyai Ahmad
Dahlan lebih tepat dikatakan sebagai seorang ulama yang praktis, bukannya ulama
teoritis.

Pada awal perjuangan Muhammadiyah, keadaan serupa itu tidak mengaburkan


penghayatan seseorang terhadap Muhammadiyah, baik ia seorang Muhammadiyah
sendiri ataupun seorang luar yang berusaha memahaminya. Akan tetapi serentak
Muhammadiyah semakin luas serta bertambah banyak anggota dan simpatisannya
mengakibatkan semakin jauh mereka dari sumber gagasan.Karena itu wajar apabila
terjadi kekaburan penghayatan terhadap dasar-dasar pokok yang menjadi daya pendorong
Kyai Ahmad Dahlan dalam menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah.

2. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala menurun, akibat terlalu


berat mengejar kehidupan duniawi.
Perkembangan masyarakat terus maju, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
henti-hentinya menyajikan hal-hal yang membuat manusia kaget dan mence-ngangkan,
membuat dunia semakin ciut dan sempit; pengaruh budaya secara timbal-balik terjadi
dengan lancarnya antara satu negara dengan negara lainnya baik yang bersifat positif
ataupun yang bersifat negatif.Keadaan yang serpua itu tidak terkecuali mengenai
masyarakat Indonesia.Tersebab adanya perkembangan zaman serupa itu yang seluruhnya
hampir dapat dinyatakan mengarah kepada kehidupan duniawi dan sedikit sekali yang
mengarah kepada peningkatan kebahagiaan rohani, menyebabkan masyarakat Indonesia
termasuk di dalamnya keluarga Muhammadiyah terhimbau oleh gemerlapan kemewahan
duniawi.

3. Makin kuatnya berbagai pengaruh dari luar yang langsung atau tidak berhadapan dengan
faham dan keyakinan Muhammadiyah
Bersama dengan perkembangan zaman yang membawa berbagai perubahan
dalam masyarakat, maka tidak ketinggalan pengaruh cara-cara berfikir, sikap hidup atau
pandangan hidup masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia.Selain banyak yang
bermanfaat, tak sedikit yang dapat merusak keyakinan dan faham Muhammadiyah.
4. Dorongan disusunnya pembukaan UUD 1945
Sesaat menjelang proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1945, tokoh-tokoh pergerakan bangsa Indonesia dihimpun oleh pemerintah
Jepang dalam wadah "Badan Penyelidik" usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), yang tugasnya antara lain mempelajari Negara Indonesia Merdeka. Dan di
antara hal yang penting adalah terumuskannya "Piagam Jakarta" yang kelak dijadikan
"Pembukaan UUD 1945" setelah diadakan beberapa perubahan dan penyempurnaan di
dalamnya.Pada saat merumuskan materi tersebut, para pimpinan pergerakan bangsa
Indonesia benar-benar memusyawarahkan secara matang dengan disertai debat yang seru
antara satu dengan yang lain, yang ditempuh demi mencari kebenaran. Pengalaman ini
dialami sendiri oleh Ki Bagus Hadikusumo yang kebetulan terlibat di dalamnya karena
termasuk sebagai anggota BPUPKI. Beliau merasakan betapa pentingnya rumusan
Piagam Jakarta, sebab piagam ini akan memberikan gambaran kepada dunia luar atau
kepada siapapun tentang cita-cita dasar, pandangan hidup serta tujuan luhur bangsa
Indonesia bernegara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat periode Ki Bagus Hadikusumo,
adanya "Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah" benar-benar sudah
sangatdiperlukan karena adanya beberapa alasan dan kenyataan tersebut.

 HAKEKAT “MUQADIMAH AD MUHAMMADIYAH”

Muqaddimah Aggaran Dasar Muhammadiyah merupakan kesimpulan dari perintah


dan ajaran AL-Qur’an dan sunnah tentang pengabdian manusia kepada Allah swt. Amal
dan perjuangan setiap manusia muslim yang sadar. Ia menjiwai dan menapaskan
semangat pengabdian dan perjuangan itu ke dalam tubuh dan segala gerak organisasi
Muhammadiyah dan dengan demikian ia juga menjiwai Anggaran Dasar Muhammadiyah

 FUNGSI “MUQADDIMAH AD MUHAMMADIYAH”

Bagi persyarikatan Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah


berfungsi sebagai ."Jiwa dan semangat pengabdian serta perjuangan persyarikatan
Muhammadiyah".
B. Identitas dan asas Muhammadiyah
  
Identitas adalah suatu ciri-ciri atau tanda-tanda yang melekat pada diri seorang
individu yang menjadi ciri khasnya. Identitas Muhammadiyah adalah ciri-ciri atau sifat-
sifat khusus yang dimiliki dan melekat pada Muhammadiyah, yang menunjukkan
keunikan Muhammadiyah, dan membedakannya dengan organisasi lain. Ciri-ciri itu
merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam
kehidupan Muhammadiyah. Adapun identitas Muhammadiyah yang menjadi pembeda
dengan organisasi yang lain antara lain :
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.

1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.


Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam karena langkah geraknya
berdasarkan prinsip ajaran Islam. Adapun alasan yang lain ialah karena misi utama dari
Muhammadiyah adalah menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan
nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan
lil’alamin. Misi tersebut tertuang dalam cita-cita Muhammadiyah yakni “Menegakkan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.”

2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.


Alasan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar tak lain karena Muhammadiyah menjadikan dakwah amar ma’ruf nahi munkar
sebagai dasar perjuangannya. Semua amal usaha yang dibangun oleh Muhammadiyah
bertujuan untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan
al-Quran dan as-Sunnah Shahihah.[][7] Ciri Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak
terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf
nahi mungkar, Muhammadiyah bertanggung jawab untuk mengangkat agama Islam dari
keterbelakangan atau kebodohan massif.
3. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.
Identitas Muhammadiyah yang ketiga adalah sebagai gerakan Tajdid, maksudnya
adalah Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan reformasi. Secara
istilah tajdid memiliki pengertian pemurnian dan peningkatan, pengembangan,
modernisasi, dan yang semakna dengannya. Tajdid menurut Muhammadiyah dibagi
menjadi dua makna yaitu pemurnian dan dinamisasi. Adapun sasaran pemurnian
Muhammadiyah adalah Aqidah umat Islam agar sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Aqidah umat Islam harus bersih dari unsur-unsur syirik, bid’ah, tahayul dan khurafat.
Adapun sasaran dinamisasi atau pembaruan Muhammadiyah adalah cara-cara penerapan
agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi cara penyelenggaraan
pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan
zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id
dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.

C. Struktur Organisasi Muhammadiyah

            Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan


berkembang sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik
sampai pada masa reformasi sekarang ini.Perkembangannya, bahkan, kian pesat
dengan dilakukannya tajdid (pembaharuan) di masing-masing gerakan Islam
tersebut.Salah satu organisasi gerakan Islam itu adalah
Muhammadiyah.Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di
Indonesia. Bahkan merupakan gerakan kemanusiaan terbesar di dunia di luar
gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagaimana disinyalir oleh
seorang James L. Peacock . Di sebahagian negara di dunia, Muhammadiyah
memiliki kantor cabang internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir, PCIM
Republik Islam Iran, PCIM Khartoum–Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman,
PCIM Inggris, PCIM Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM
Amerika Serikat, dan PCIM Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan
berdasarkan pada SK PP Muhammadiyah . Di tanah air, Muhammadiyah tidak
hanya berada di kota-kota besar, tapi telah merambah sampai ke tingkat
kecamatan di seluruh Indonesia, dari mulai tingkat pusat sampai ke tingkat
ranting.

            Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang
berarti bahwa Warga Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan,
pemikiran dan prilakunya didasarkan pada sosok seorang Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW. Nabi dijadikannya model (uswah al hasanah), yang sebenarnya
tidak hanya bagi warga Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat Islam bahkan
bagi warga non-muslim—kaum yang tidak mempercayainya sebagai rasul—
sekalipun. 

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki cita-cita ideal yang


dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”.Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah
memiliki arah yang jelas dalam gerakannya, sebagaimana dikemukakan oleh DR.
Haedar Nashir .

Organisasi Islam Muhammadiyah  tumbuh makin dewasa bersama


organisasi Islam besar lainnya sekelas Nahdlatul Ulama (NU), merambah ke
segala bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap
mengedepankan kepentingan umat dari segi sosial-budaya, ekonomi, kesehatan
dan pendidikan. Namun demikian, Muhammadiyah tetap selalu melakukan tajdid
dalam aspek ruh al Islam (jiwa keislamannya).

Kantor pengurus pusat Muhammadiyah awalnya berada di Yogyakarta.


Namun pada tahun 1970, komite-komite pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan
kesejahteraan berpindah ke kantor di ibukota Jakarta.
Struktur Pimpinan Pusat Muhammadiyah terdiri dari lima orang
Penasehat, seorang Ketua Umum yang dibantu tujuh orang Ketua lainnya, seorang
Sekretaris Umum dengan dua anggota, seorang Bendahara Umum dengan seorang
anggotanya.

Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya sampai


sekarang, yang dapat penulis susun adalah:
• KH Ahmad Dahlan 1912-1922
• KH Ibrahim 1923-1934
• KH Hisyam 1935 - 1936
• KH Mas Mansur 1937 - 1941
• Ki Bagus Hadikusuma 1942 - 1953
• Buya AR Sutan Mansur 1956
• H.M. Yunus Anis 1959
• KH. Ahmad Badawi 1962 - 1965
• KH.Faqih Usman 1968
• KH.AR Fachruddin 1971 - 1985
• KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990
• Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995
• Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif 1998 - 2005
• Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005 – 2010

Muhammadiyah sebagai  organisasi yang memiliki cita-cita ideal yaitu


mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal itu sesuai dengan apa
yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Pasal 6 Maksud dan
Tujuan: "Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya".
Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang
jelas dalam gerakannya (yakni dalam bentuk amal usaha, program, dan
kegiatannya).
Untuk mewujudakn cita – cita tersebut, Muhammadiyah membentuk
majelis –majelis, lembaga – lembaga dan beberapa ortom – ortom
Muhammadiyah, agar dapat melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.

 Manusia.
   Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

5.      Bidang Ekonomi dan Keuangan.


 Bertujuan untuk membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan
mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam serta untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan amal usaha Muhammadiyah.
 Amal Usaha di bidang ini meliputi antara lain: BPR, BMT, Koperasi, Biro
Perjalanan dll.

A. Keanggotaan
Anggota Muhammadiyah terdiri atas:
1. Anggota Biasa ialah warga negara indonesia beragama islam
2. Anggota Luar Biasa ialah orang islam bukan warga negara indonesia
3. Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama islam yang berjasa terhadap
Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya bersedia
membantu Muhammadiyah.[[1] Nahar Alang Abdul Ghani,
Kemuhammadiyahan-2, (Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara 2016) hal:189-190][1]
1.    Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.    Warga negara Indonesia beragama Islam
b.    Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah
c.    Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah
d.   Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah
e.    Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal
4. Anggota Luar Biasa ialah seorang bukan warga negara indonesia, beragama
islam, setuju dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah serta bersedia amal
usahanya.
5. Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam, berjasa terhadap
Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya diperlukan
atau bersedia membantu Muhammadiyah.
Tata cara menjadi anggota diatur sebagai berikut:
a. Anggota Biasa
1. Mengajukan permintaan secara tertulis kepada pimpinan pusat dengan
mengisi formulir disertai kelengkapan syarat-syarat melalui pimpinan
ranting atau pimpinan amal usaha ditempat yang belum ada ranting,
kemudian diteruskan kepada pimpinan cabang.
2. Pimpinan cabang meneruskan permintaan tersebut kepada pimpinan
pusat dengan disertai pertimbangan.
3. Pimpinan cabang dapat memberi tanda anggota sementara pada calon
anggota, sebelum yang bersangkutan menerima kartu anggota dari
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bentuk tanda anggota sementara
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Pimpinan Pusat memberi kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada
calon-calon anggota biasa yang disetujui melalui Pimpinan Cabang yang
bersangkutan.

b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan. Tata cara menjadi Anggota
Luar Biasa dan Anggota Kehormatan diatur oleh Pimpinan Pusat.

Pimpinan Pusat dapat melimpahkan wewenang permintaan menjadi


anggota biasa dan memberikan kartu tanda anggota kepada Pimpinan Wilayah.
Pelimpahan wewenang tersebut dan ketentuan pelaksaan diatur dengan keputusan
Pimpinan Pusat.
Hak Anggota:
a.     Anggota Biasa
1.    Menyatakan pendapat didalam maupun diluar permusyawaratan.
2.    Memilih dan pilihan dalam permusyawaratan
b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan mempunyai hak
menyatakan pendapat.

Kewajiban Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan:


a. Taat menjalankan ajaran islam
b. Menjaga nama baik dan setia kepada Muhammadiyah serta perjuangannya
c. Berpegang teguh kepada kepribadian serta keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah
d. Taat pada peraturan Muhammadiyah, keputusan musyawar, dan kewajiban
pimpinan pusat.
e. Mendukung dan mengindahkan kepentingan Muhammadiyah serta
melaksankan usahanya
f. Membayar iuran anggota
g. Membayar infak
h. Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan berhenti karena:
i. Meninggal dunia
j. Mengundurkan diri
k. Diberhentikan oleh pimpinan pusat.[2] Sarwo Edi, Konstitusi dan Pedoman
BerMuhammadiyah, (Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2006) hal [10][2]

Tata cara pemberhentian anggota


Anggota Biasa:
1. Pimpinan Cabang mengusulkan pemberhentian anggota kepada Pimpinan
Daerah berdasarkan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Pimpinan Daerah meneruskan kepada Pimpinan Wilayah usulan
pemberhentian anggota dengan disertai pertimbangan.
3. Pimpinan Wilayah meneruskan atau tidak meneruskan pemberhentian
anggota kepada Pimpinan Pusat setelah melakukan penelitian dan penilaian.
4.  Pimpinan Wilayah dapat melakukan pemberhentian sementara yang berlaku
paling lama 6 bulan selama menunggu proses pemberhentian anggota dari
Pimpinan Pusat.
5. Pimpinan Pusat, setelah menerima usulan pemberhentian anggota,
memutuskan memberhentikan atau tidak memberhentikan paling lama 6
bulan sejak diusulkan oleh Pimpinan Wilayah.
6. Anggotanya yang diusulkan pemberhentian keanggotaannya, selama proses
pengusulan berlangsung, dapat mengajukan keberatan kepada Pimpinan
Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat. Setelah
keputusan pemberhentian dikeluarkan, yang bersangkutan dapat mengajukan
keberatan kepada Pimpinan Pusat.
7. Pimpinan Pusat membentuk tim yang diserahi tugas mempelajari keberatan
yang diajukan oleh anggota yang diberhentikan. Pimpinan Pusat menetapkan
keputusan akhir setelah mendengar pertimbangan.
8. Keputusan pemberhentian anggota diumumkan dalam berita resmi
Muhammadiyah.
Anggota Luar Biasa dan Kehormatan diberhentikan atas keputusan Pimpinan
Pusat.[[3]Sudarno Shobron, dkk, Studi Kemuhammadiyahan, (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2010) hal: 261-263][3]

Ranting

Ranting adalah kesatuaan anggota di suatu tempat atau kawasan yang


terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang ynag berfungsi melakukan pembinaan
dan pemberdayaan anggota.
1. Syarat pendirain ranting sekurang-kurangnya:
a. Pengajian/Kursus anggota berkala, sekurang-sekurangnya sekali dalam
sebulan.
b.Pengajian/kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
c. Mushollah/surau /langgar sebagai pusat kegiataan
d.Jamaah

2. Pengesahaan pendirian Ranting dan ketentuan luas lingkaran di tetapkan oleh


pimpinan daerah atas usul anggota setelah mendengar pertimbangan
Pimpinan Cabang

3. Pendirian suatu Ranting yang merupakan pemisahan dariRanting yang telah


ada dilakukan denganpersetujuan Pimpinan Ranting yang bersangkutan atau
atas keputusan Musyawara/Musyawarah Pimpinan tingkat Cabang.
[[4]Firdaus Naly, Kumpulan Keputusan Muktamar Ke-45 diMalang, (Medan:
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2005) hal: 139-140 ][4]
4.  Proses Pendirian Ranting Baru
a. Proses Rekayasa, di desa/kelurahan terindikasi belum ada ranting
Muhammadiyah

PDM mengambil kebijaksanaan melalui berbagai aspek termasuk hasil


identifikasi PCM dengan meng-instruksikan kepada PCM agar mendirikan ranting
baru diwilayah kerja yang ditetapkan pada desa/kelurahan yang terindikasi belum
ada ranting Muhammadiyah.PDM bersama PCM ybs. mempersiapkan persyaratan
minimal pendirian ranting (15 orang anggota, mushallah, pengajian anggota,
pengajian umum). Selanjutnya aktifis lapangan yang ditugaskan menggerakkan
kegiatan GJDJ sehingga terbentuk jamaah, lalu dirintislah Ranting baru
Muhammadiyah.Selanjutnya PDM dan PCM secara ketat mengawal tumbuh
kembang ranting sedemikian sehingga menjadi ranting aktif, ranting model, dan
ranting Unggulan. Cara lain, ada berbagai fenomena yang memberikan
momentum untuk berdirinya sebuah ranting, diantaranya bencana alam, bencana
sosial dan ekonomi, atau berlakunya program verifikasi – sertifikasi arah kiblat,
lalu perserikatan pro-aktif membantu mem-berikan solusi terhadap masing-
masing problem yang dihadapi masyarakat. Selanjutnya dengan senang hati
masyarakat meminta Muhammadiyah untuk memberikan pendam-pingan
berkelanjutan.Fenomena yang demikian memberikan peluang besar pendirian
ranting baru Muhammadiyah. PDM dan PCM lalu merekayasa program
pendampingan dengan program keluarga sakinah, GJDJ, dan gerakan kembali ke
Masjid, sampai diperoleh 15 anggota, punya mushallah, ada pengajian anggota
dan pengajian umum. Akhirnya melalui musyawarah pendirinan Ranting,
dulanjutnya PCM mengukuhkan pendirian ranting baru Muhammadiyah.

b. Proses Alamiyah.
Paling tidak ada 3 model proses pendirian Ranting baru MuHammadiyah,
diantaranya proses amuba, proses cangkok sapih, dan proses keluarga kader
tangguh.
Proses amuba,dapat diawali dari ranting besar dalam arti sumberdayanya
kuat dan berdaya, selanjutnya ranting dimekarkan menjadi dua atau lebih.
Kemudian masing-masing ranting secara alamiyah masing-masing ranting tetap
aktif tumbuh berkembag secara alamiah menjadi ranting dinamis, mandiri, kuat
dan berdaya kembali .
Proses cangkok sapih, dimulai dari ranting aktif. Aktifitasnya menarik
perhatian anggota/simpatisan Muhammadiyah lain desa. Semakin berkembangnya
waktu jumlah anggota/simpatisan yang aktif beraktifitas diranting induk semakin
banyak. Dengan dalih lebih praktis dan efisien tempat aktifitas ranting dimekarkan
di desa tempat diluar ranting induk berada.Akhirnya sampai terbentuk jamaah,
punya mushallah, ada pengajian anggota dan ada pengajian umum di desa
baru.Selanjutnya didirikan ranting baru disapih aktifitas-nya dari ranting induk.
Kemudian ranting baru tumbuh berkembang secara alamiah menjadi ranting
dinamis, mandiri, kuat dan berdaya.

c. Proses keluarga kader tangguh. Ada seorang kader tangguh didikan


Muhammadiyah tulen,

Dimulai dari tempat tinggal keluarga atau tempat lain yang telah diizinkan
mereka mulai beraktifitas. Mereka merintis pengajian anak-anak, pengajian ibu-
ibu, pendidikan orang dewasa dengan gerakan GJDJ.Sehingga terbentuk jamaah,
mampu membangun mushallah/masjid/langgar.Selanjutnya menyeleksi anggota
jamah diikutkan dalam peng-kaderan Muhammadiyah sampai menjadi anggota
Muhammadiyah.Program peng-kaderan berlanjut terus sampai diperoleh 15
anggota Muhammadiyah.Begitu syarat minimal pen-dirian ranting baru
Muhammadiyah dipenuhi, kader tangguh menghubungi Cabang terdekat untuk
mendirikan ranting baru Muhammadiyah.Kemudian ranting baru tumbuh ber-
kembang secara alamiah menjadi ranting dinamis, mandiri, kuat dan berdaya.

d. Proses Campuran
Paling tidak ada dua kemungkinan pendirian ranting Muhammadiyah
melalui prose campuran antara rekayasa dengan alamiah, pertama PDM dan PCM
yang aktif dominan, lainnyainisiator desa yang dominan. Cabang Muhammiyah
melakukan identifikasi dan ditemukan beberapa ranting aktif, ranting berdaya, dan
desa belum memiliki ranting tapi potensial. Karena sumberdaya cabang terbatas
untuk melakukan pendirian ranting baru, maka cabang mengajak pengurus ranting
aktif merintis pendirian ranting baru dengan cara melakukan cangkok sapih, juga
kepada ranting berdaya melakukan pemekaran ranting, dan bagi desa yang belum
punya ranting, cabang memberikan assessment (sosialisasi, pelatihan dan work
shop, konsultasi) terhadap program pendirian ranting baru. Selanjutnya para pihak
yang berkepentingan terhadap pendirian ranting baru bekerja secara alamiyah
sampai ranting baru berdiri dan terus tumbuh berkembang.
Kemungkinan kedua, melihat dahsyat dan semaraknya dakwah
Muhammadiyah, beberapa desa yang secara alamiah memiliki aktifis dakwah
murni tergiur ingin berpartisipasi pada dakwah Muhammadiyah.Boleh jadi secara
individual maupun kelompok mereka aktif datang mencari tahu bagaimana
berkiprah dakwah dalam persyarikatan Muhammadiyah untuk bisa mendirikan
ranting berikut ortom dan AUM nya.Selanjutnya pihak cabang Muhammadiyah
merespon positif niat baik mereka dengan memberikan assessment, dan
menawarkan kegiatan GJDJ, gerakan keluarga sakinah, gerakan kembali ke
masjid.Cabang terus memantau aktifitas dakwah mereka sampai pada tiba saatnya
sarat-sarat minimal pendirian ranting tercapai, terus dimusyawarahkan dan
diputuskan pendirian ranting baru Muhammadiyah.

5. Fungsi Ranting
Fungsi strategis Ranting sebagai pemimpin anggota dalam struktur
perserikatan di tingkat basis (akar rumput) untuk menyelenggarakan usaha-usaha
dan sebagai Pembina jama`ah. Sebagai Pembina jama`ah, ranting menyatu dengan
denyut nadi umat dan masyarakat akar rumput.

6.    Tugas Pimpinan Ranting


Menetapkan kebijaksanaan Muhammadiyah (berdasarkan kebijaksanaan
pimpinan diatasnya).Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan
yang telah diputuskan.Membimbing dan meningkatkan kegiatan anggota sesuai
dengan kewenangannya.

7.    Struktur Ranting (minimal)


Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara
Atau Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara

8.    Macam-macam Ranting:


a.    Ranting Rintisan Rekayasa
Ranting Rintisan Rekayasa, Ranting Muhammadiyah dalam proses
pendiriannya lebih dominan karena rekayasa cabang diatasnya, dalam arti dari
mulai proses perintisan, persiapan pendirian ranting baru dengan persyaratan-
persyaratan\nya cabang ikut terlibat, sampai dengan tumbuh-berkembang cabang
tetap mengawal secara ketat.Perkembangan selanjutnya ranting rinitsan model
rekayasa mudah terkontrol, sehingga akan tumbuh menjadi ranting aktif, ranting
model, ranting unggul, akhirnya menjadi ranting ideal.

b.    Ranting Rintisan Alamiah


Ranting Rintisan Alamiah adalah ranting Muhammadyah dalam proses
pendiriannya para inisiator pendirian ranting bersemangat, dalam arti mulai
perintisannya dari membangun keluarga sakinah, memulai GJDJ, memakmurkan
mushalla digagas digalang dan dimulai eleh para inisiator. Sampai dengan
pengajuan pendirian ranting baru mereka datang dan menyampaikan surat, sesaat
setelah syarat-syarat berdiri ranting terpenuhi. Cabang tinggal buat surat ketetapan
berdirinya ranting baru, melantik dan memberii assesment dalam proses tumbuh
berkembangnya. Ranting rintisan alamiah yang berkecenderungan agresif dalam
tumbuh berkembangnya mengarah menjadi eanting berkualitas dinamis, kuat dan
berdaya.

c.    Ranting Rintisan Campuran


Ranting Rintisan campuran adalah ranting Muhammadiyah dalamproses
pendiriannya semangat para inisiator ranting baru sebanding dengan cabang
induknya.Apabila ada perbedaan dalam hal kecenderungannya saja.Misalkan
inisiator cebderung memenuhi fasilitas dan jumlah jamaah, tetapi cabang
menyediakan brain ware dan shoft warenya. Ranting Rintisan Campuran
berdirinya diawali dengan semangat kebersamaan (sinergi), akan mudah tumbuh
menjadi ranting berkualitas aktif dan atau dinamis, ranting mandiri dan atau kuat
dan atau model, selanjutnya berpotensi menjadi unggul dan atau berdaya.

d.   Ranting Ideal


Struktur Ranting Muhammadiyah tingkat basis, bersama-sama akar
rumput mampu meng-antarkan masyarakat yang berkemajuan dalam mencapai
cita-cita Muhammadiyah kepada masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ranting Ideal itu sebuah kualitas rantingMuhammadiyah yang yang di dalamnya
terhimpun seluruh kualitas ranting yaitu aktif, dinamis, mandiri, kuat, berdaya dan
unggul. Sehingga ranting ideal itu mampu membuat dan melaksanakan program-
program reguler dan insi-dental dengan hasil excelent, juga apabila ada masalah-
masalah emergensi misalkan musi-bah alam maupun sosial disikapinya sebagai
tantangan, cepat tanggap untuk memberikan solusi yang bregas dan cerdas.

e.    Ranting Unggulan


Ranting Muhammadiyah Unggulan sebuah kualitas perkembangan ranting
yang telah melampaui kualitas model. Jika ranting model mampu menyelesaikan
program-program reguler dan insidental secara optimal, maka ranting unggulan
berangkat dari SWOT yang proporsional mencoba membuat minimal satu
program unggulan yang didukung sumber daya dan sumber dana cukup.

BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan
Perumusan Mukaddimah baru dapat terlaksana setelah melewati empat
periode kepemimpinan dalam Persyarikatan Muhammadiyah, yaitu
periode kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Ibrahim, K.H. Ahmad
Hisyam , dan K.H. Mas Mansyur.
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan
oleh Ki Bagus Hadikusuino sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan
kembali terhadap pokok-pikiran pokok-pikiran yang dijadikan dasar amal
usaha dan perjuangan K.H.Ahmad Dahlandengan menggunakan wadah
persyarikatan Muhammadiyah. Rumusan “Mukaddimah” diterima dan
disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke 31 yang dilangsungkan di
kota Yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati penyempurnaan segi
redaksional yang dilaksanakan oleh sebuah team yang dibentuk oleh
sidang Tanwir.
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan
dirumuskan baru pada periode Ki Bagus Hadikusumo, sebab-sebabnya
antara lain:
1.      Belum adanya kepastian rumusan tentang cita-cita dan dasar
perjuangan      Muhammadiyah.
2.      Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan
gejala menurun, akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi.
3.      Makin kuatnya berbagai pengaruh dari luar yang langsung
atau tidak berhadapan dengan faham dan keyakinan hidup
Muhammadiyah.
4.      Dorongan disusunnya Pembukaan Undang-Undang Dasar RI
tahun 1945
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya
merupakan suatu kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Qur’an dan As-
Sunnah tentang pengabdian manusia kepada Allah SWT., amal dan
perjuangan bagi setiap muslim yang sadar akan kedudukannya selaku
hamba dan khalifah dimuka bumi.
Bagi persyarikatan Muhammadiyah, Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah berfungsi sebagai . “Jiwa, nafas dan semangat pengabdian
serta perjuangan persyarikatan Muhammadiyah”.

2. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai