Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Anggaran dasar muhammadiyah”.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan yangberarti dan berguna .

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
materi yang disajikan maupun dari struktur bahasa yang digunakan, itu semua tidak lain disebabkan oleh
keterbatasan yang penyusun miliki, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik, saran dan koreksi
yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacaSekalian.

BAB II PEMBAHASAN
A.SEJARAH PERUMUSAN

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan oleh Ki Bagus Hadikusuino
sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali terhadap pokok- pikiran pokok-pikiran yang
dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan Kyai Ahmad Dahlan dengan menggunakan wadah
persyarikatan Muhamnadiyah. Rumusan "Muqaddimah" diterima dan disahkan oleh Muktamar
Muhammadiyah ke 31 yang dilangsungkan di kota Yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati
penyempurnaan segi redaksional yang dilaksanakan oleh sebuah team yang dibentuk oleh sidang Tanwir.
Team ponyempurnaan tersebut anggota-anggotanya terdiri dari

1) Buya HAMKA

2) K.H. Farid Ma'ruf

3) Mr. Kasman Singodimedjo serta

4) Zain Jambek.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan baru pada periode Ki Bagus
Hadikusumo, sebab-sebabnya antara lain

1. Belum adanya kepastian rumusan tentang cita-cita dan dasar perjuangan Muhammadiyah

Kyai Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah bukannya didasarkan pada teori yang terlebih dahulu
dirumuskan secara ilmiyah dan sistematis. Akan tetapi apa yang telah diresapinya dari pemahaman
agama yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits beliau segera diwujudkan dalam amalan yang nyata.
Oleh karena itu Kyai Ahmad Dahlan lebih tepat dikatakan sebagai seorang ulama yang praktis, bukannya
ulama teoritis.

Pada awal perjuangan Muhammadiyah, keadaan serupa itu tidak mengaburkan penghayatan seseorang
terhadap Muhammadiyah, baik ia seorang Muhammadiyah sendiri ataupun seorang luar yang berusaha
memahaminya. Akan tetapi serentak Muhammadiyah semakin luas serta bertambah banyak anggota dan
simpatisannya mengakibatkan semakin jauh mereka dari sumber gagasan.Karena itu wajar apabila
terjadi kekaburan penghayatan terhadap dasar-dasar pokok yang menjadi daya pendorong Kyai Ahmad
Dahlan dalam menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah.

2.Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala menurun, akibat terlalu berat
mengejar kehidupan duniawi.

Perkembangan masyarakat terus maju, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak henti-hentinya menyajikan
hal-hal yang membuat manusia kaget dan mence-ngangkan, membuat dunia semakin ciut dan sempit;
pengaruh budaya secara timbal- balik terjadi dengan lancarnya antara satu negara dengan negara lainnya
baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif.Keadaan yang serpua itu tidak terkecuali
mengenai masyarakat Indonesia.Tersebab adanya perkembangan zaman serupa itu yang seluruhnya
hampir dapat dinyatakan mengarah kepada kehidupan duniawi dan sedikit sekali yang mengarah kepada
peningkatan kebahagiaan rohani, menyebabkan masyarakat Indonesia termasuk di dalamnya keluarga
Muhammadiyah terhimbau oleh gemerlapan kemewahan duniawi.

3. Makin kuatnya berbagai pengaruh dari luar yang langsung atau tidak berhadapan dengan faham dan
keyakinan Muhammadiyah

Bersama dengan perkembangan zaman yang membawa berbagai perubahan dalam masyarakat, maka
tidak ketinggalan pengaruh cara-cara berfikir, sikap hidup atau pandangan hidup masuk ke tengah-
tengah masyarakat Indonesia.Selain banyak yang bermanfaat, tak sedikit yang dapat merusak keyakinan
dan faham Muhammadiyah.

4. Dorongan disusunnya pembukaan UUD 1945

Sesaat menjelang proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, tokoh-
tokoh pergerakan bangsa Indonesia dihimpun oleh pemerintah Jepang dalam wadah "Badan Penyelidik"
usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang tugasnya antara lain mempelajari Negara
Indonesia Merdeka. Dan di antara hal yang penting adalah terumuskannya "Piagam Jakarta" yang kelak
dijadikan "Pembukaan UUD 1945" setelah diadakan beberapa perubahan dan penyempurnaan di
dalamnya.Pada saat merumuskan materi tersebut, para pimpinan pergerakan bangsa Indonesia benar-
benar memusyawarahkan secara matang dengan disertai debat yang seru antara satu dengan yang lain,
yang ditempuh demi mencari kebenaran. Pengalaman ini dialami sendiri oleh Ki Bagus Hadikusumo yang
kebetulan terlibat di dalamnya karena termasuk sebagai anggota BPUPKI. Beliau merasakan betapa
pentingnya rumusan Piagam Jakarta, sebab piagam ini akan memberikan gambaran kepada dunia luar
atau kepada siapapun tentang cita-cita dasar, pandangan hidup serta tujuan luhur bangsa Indonesia
bernegara.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat periode Ki Bagus Hadikusumo, adanya
"Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah" benar-benar sudah sangatdiperlukan karena adanya
beberapa alasan dan kenyataan tersebut.

B. HAKEKAT “MUQADIMAH AD MUHAMMADIYAH”

Muqaddimah Aggaran Dasar Muhammadiyah merupakan kesimpulan dari perintah dan ajaran AL-

Qur’an dan sunnah tentang pengabdian manusia kepada Allah swt. Amal dan

perjuangan setiap manusia muslim yang sadar. Ia menjiwai dan menapaskan semangat pengabdian dan
perjuangan itu ke dalam tubuh dan segala gerak organisasi Muhammadiyah dan dengan demikian ia juga
menjiwai Anggaran Dasar Muhammadiyah C. FUNGSI

MUQADDIMAH AD MUHAMMADIYAH

Bagi persyarikatan Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah berfungsi


sebagai ."Jiwa dan semangat pengabdian serta perjuangan persyarikatan Muhammadiyah".

D. MATAN “MUQADDIMAH AD MUHAMMADIYAH”

Muqoddimah Anggarah Dasar Muhammadiyah

"Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua
alam; yang Maha Pemurah dan Penyayang; yang memegang pengadilan pada hari kemudian; Hanya
kepada Kau hamba menyembah dan hanya kepada Kau hamba mohon pertolongan; Berilah petunjuk
kepada hamba jalan yang lempang; Jalan orang-orang yang telah Kau beri kenikmatan, yang tidak
dimurkai dan tidak tersesat lagi"

. (al-Qur'an surat al-Fatihah). "Saya ridha, bertuhan kepada Allah, beragama kepada Islam dan bernabi
kepada Muhammad Rasulullah Sh

allal ahu 'alaihi wasallam”.

1)

Amma ba'du, Bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Bertuhan dan
beribadah serta tunduk dan ta'at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap
makhluk, terutama manusia. 2)

Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat-iradat) Allah atas kehidupan manusia 3)

Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diujudkan di atas dasar
keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong

bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pada pengaruh
syaitan dan hawa nafau. Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi

yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya Pondok hukum dalam masyarakat yang utama dan
sebaik-baiknya. 4)
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih dari pada hukum yang manapun juga, adalah kawajiban mutlak
bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah. Agama Islam adalah agama Allah yang
dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. dan diajarkan kepada
unmatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat. 5)

Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa sebagai yang tersebut di atas itu,
tiap-tiap orang, terutama ummat Islam, ummat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah
mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci itu; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya
mengumpulkan segala kekuatan dan mempergunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia
ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia
Allah dan ridla-Nya belaka serta mempunyai rasa tanggung-jawab di khadirat Allah atas segala
perbuatannya; lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau
kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya dengan penuh
pengharapan akan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. 6)

Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah
dan didirong oleh firman Allah dalam al-Qur'an :

104.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18
Nopember 1912 Miladiyah oleh Almarhum K.H.Ahmad Dahlan didirikanlah suatu Persyarikatan sebagai
"GERAKAN ISLAM' dengan nama "MUHAMMADIYAH" yang disusun denganmajlis-majlis (Bagian-
bahgian)nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura" yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau Muktamar. 7)

Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah- perintah Allah dan
mengikuti Sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhamnad saw, guna mendapatkan karunia dan ridla-Nya, di dunia
dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat
Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan : "Suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur
di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun". Maka degan Muhammadiyah ini mudah-
mudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga "Jannatun Na'imi' dengan keridlaan
Allah Yang Rahman dan Rahim
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh K.H. Ahmad Dahlan
didirikan suatu persyarikatan sebagai "gerakan Islam" dengan nama "MUHAMMADIYAH" yang disusun
dengan Majelis-Majelis (Bahagian-bahagian)-nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura"
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar. Organisasi ini berdiri
dengan berlandaskan surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:

“Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan
dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia " (QS Ali-
Imran:104)

Muhammadiyah bertujuan untuk menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu
banyak yayasan dibangun untuk mencerdaskan para generasi penerus bangsa termasuk Universitas
Muhammadiyah Makassar.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan muqaddimah?

Bagaimana anggaran dasar Muhammadiyah?

C. Tujuan

Untuk mengetahui maksud dari muqaddimah?

Untuk mengetahui anggaran dasar Muhammadiyah?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Muqaddimah
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua
alam, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari kemudian.
Hanya kepada Engkau hamba menyembah, dan hanya kepada Engkau, kami mohon pertolongan. Berilah
petunjuk kepada hamba akan jalan yang lempang, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan,
yang tidak dimurkai dan tidak tersesat.” (QS Al-fatihah)

"Saya Ridha: Ber-Tuhan kepada ALLAH, ber-Agama kepada Islam dan ber-Nabi kepada MUHAMMAD
RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wassalam".

AMMA BAD'U, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan
ber'ibadah serta tunduk dan tha'at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap
makhluk, terutama manusia.

Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas
keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, saling tolong-menolong dengan bersendikan
hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh Syaitan dan hawa nafsu.

Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-
satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya. Menjunjung tinggi hukum
Allah lebih daripada hukum yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang
mengaku ber-Tuhan kepada Allah.

Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi
Muhammad saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia
Dunia dan Akhirat. Untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di
atas itu, tiap-tiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian,
wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini,
dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia
Allah dan Ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala
perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau
kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh
pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.

Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah
didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur'an:

“Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan
dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia " (QS Ali-
Imran:104)

Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh K.H. Ahmad Dahlan
didirikan suatu persyarikatan sebagai "gerakan Islam" dengan nama "MUHAMMADIYAH" yang disusun
dengan Majelis-Majelis (Bahagian-bahagian)-nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura"
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar.

esemuanya itu. perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti
sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW., guna mendapat karunia dan Ridha-Nya di dunia dan akhirat,
dan untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang
melimpah-limpah, sehingga merupakan:

"Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha
Pengampun".

Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang
Syurga "Jannatun Na'im" dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan Rahim.

B. ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

Nama, Pendiri, Dan Tempat Kedudukan

Pasal 1

Nama

Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah.


Pasal 2

Pendiri

Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan
tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu tidak terbatas.

Pasal 3

Tempat Kedudukan

Muhammadiyah berkedudukan di Yogyakarta.

Identitas, Asas, dan Lambang

Pasal 4

Identitas dan Asas

a. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber
pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.

b. Muhammadiyah berasas Islam.

Pasal 5

Lambang

Lambang Muhammadiyah adalah matahari bersinar utama dua belas, di tengah bertuliskan
(Muhammadiyah) dan dilingkari kalimat (Asyhadu an lã ilãha illa Allãh wa asyhadu anna Muhammadan
Rasūl Allãh )

Maksud Dan Tujuan Serta Usaha

Pasal 6

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pasal 7

Usaha

Ø Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.

Ø Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan, yang macam
dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Ø Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha, program, dan kegiatan adalah Pimpinan
Muhammadiyah.

Keanggotaan

Pasal 8

Anggota serta Hak dan Kewajiban

a. Anggota Muhammadiyah terdiri atas:

Ø Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia beragama Islam.

Ø Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga negara Indonesia.

Ø Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama Islam yang berjasa terhadap Muhammadiyah dan
atau karena kewibawaan dan keahliannya bersedia membantu Muhammadiyah.

b. Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Susunan dan Penetapan Organisasi

Pasal 9

Susunan Organisasi

Susunan organisasi Muhammadiyah terdiri atas:


a. Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan

b. Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat

c. Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten

d. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi

e. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara

Pasal 10

Penetapan Organisasi

a. Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat.

b. Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.

c. Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.

d. Dalam hal-hal luar biasa Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain.

Pimpinan

Pasal 11

Pimpinan Pusat

a. Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin Muhammadiyah secara keseluruhan.

b. Pimpinan Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas orang, dipilih dan ditetapkan oleh
Muktamar untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh Tanwir.

c. Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Muktamar dari dan atas usul anggota Pimpinan Pusat
terpilih.

d. Anggota Pimpinan Pusat terpilih menetapkan Sekretaris Umum dan diumumkan dalam forum
Muktamar.

e. Pimpinan Pusat dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkannya
kepada Tanwir.
f. Pimpinan Pusat diwakili oleh Ketua Umum atau salah seorang Ketua bersama-sama Sekretaris
Umum atau salah seorang Sekretaris, mewakili Muhammadiyah untuk tindakan di dalam dan di luar
pengadilan.

Pasal 12

Pimpinan Wilayah

a. Pimpinan Wilayah memimpin Muhammadiyah dalam wilayahnya serta melaksanakan kebijakan


Pimpinan Pusat.

b. Pimpinan Wilayah terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas orang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Wilayah.

c. Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari dan atas usul calon-calon anggota
Pimpinan Wilayah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Wilayah.

d. Pimpinan Wilayah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkannya
kepada Musyawarah Pimpinan Wilayah yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Pusat.

Pasal 13

Pimpinan Daerah

a. Pimpinan Daerah memimpin Muhammadiyah dalam daerahnya serta melaksanakan kebijakan


Pimpinan di atasnya.

b. Pimpinan Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan orang ditetapkan oleh Pimpinan
Wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon anggota Pimpinan Daerah yang telah dipilih dalam
Musyawarah Daerah.

c. Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah dari dan atas usul calon-calon anggota
Pimpinan Daerah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Daerah.

d. Pimpinan Daerah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkannya
kepada Musyawarah Pimpinan Daerah yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Wilayah.

Pasal 14
Pimpinan Cabang

a. Pimpinan Cabang memimpin Muhammadiyah dalam Cabangnya serta melaksanakan kebijakan


Pimpinan di atasnya.

b. Pimpinan Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah
untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Cabang.

c. Ketua Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dari dan atas usul calon-calon anggota
Pimpinan Cabang terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Cabang.

d. Pimpinan Cabang dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkannya
kepada Musyawarah Pimpinan Cabang yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Daerah.

Pasal 15

Pimpinan Ranting

a. Pimpinan Ranting memimpin Muhammadiyah dalam Rantingnya serta melaksanakan kebijakan


Pimpinan di atasnya.

b. Pimpinan Ranting terdiri atas sekurang-kurangnya lima orang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang
untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Ranting.

c. Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan oleh Pimpinan Cabang dari dan atas usul calon-calon anggota
Pimpinan Ranting terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Ranting.

d. Pimpinan Ranting dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkannya
kepada Musyawarah Pimpinan Ranting yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Cabang.

Pasal 16

Pemilihan Pimpinan

a. Anggota Pimpinan terdiri atas anggota Muhammadiyah.

b. Pemilihan dapat dilakukan secara langsung atau formatur.

c. Syarat anggota Pimpinan dan cara pemilihan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 17

Masa Jabatan Pimpinan


a. Masa jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan
Pimpinan Ranting lima tahun.

b. Jabatan Ketua Umum Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah, Ketua Pimpinan Daerah, masing-
masing dapat di jabat oleh orang yang sama dua kali masa jabatan berturut-turut.

c. Serah-terima jabatan Pimpinan Pusat dilakukan pada saat Muktamar telah menetapkan Pimpinan
Pusat baru. Sedang serah-terima jabatan Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan
Pimpinan Ranting dilakukan setelah disahkan oleh Pimpinan di atasnya.

Pasal 18

Ketentuan Luar Biasa

Dalam hal-hal luar biasa yang terjadi berkenaan dengan ketentuan pada pasal 12 sampai dengan pasal
17, Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain.

Pasal 19

Penasihat

a. Pimpinan Muhammadiyah dapat mengangkat penasihat.

b. Ketentuan tentang penasihat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Unsur Pembantu Pimpinan

Pasal 20

Majelis dan Lembaga

a. Unsur Pembantu Pimpinan terdiri atas Majelis dan Lembaga.

b. Majelis adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok
Muhammadiyah.

c. Lembaga adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang menjalankan tugas pendukung Muhammadiyah.

d. Ketentuan tentang tugas dan pembentukan Unsur Pembantu Pimpinan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Organisasi Otonom

Pasal 21

Pengertian dan Ketentuan

a. Organisasi Otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang
mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.

b. Organisasi Otonom terdiri atas organisasi otonom umum dan organisasi otonom khusus.

c. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Otonom disusun oleh organisasi otonom
masing-masing berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah.

d. Pembentukan dan pembubaran Organisasi Otonom ditetapkan oleh Tanwir.

e. Ketentuan lain mengenai organisasi otonom diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Permusyawaratan

Pasal 22

Muktamar

a. Muktamar ialah permusyawaratan tertinggi dalam Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.

b. Anggota Muktamar terdiri atas:

Ø Anggota Pimpinan Pusat

Ø Ketua Pimpinan Wilayah

Ø Anggota Tanwir Wakil Wilayah

Ø Ketua Pimpinan Daerah


Ø Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan Daerah, terdiri atas wakil Cabang berdasarkan
perimbangan jumlah Cabang dalam tiap Daerah Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.

c. Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun.

d. Acara dan ketentuan lain tentang Muktamar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 23

Muktamar Luar Biasa

a. Muktamar Luar Biasa ialah muktamar darurat disebabkan oleh keadaan yang membahayakan
Muhammadiyah dan atau kekosongan kepemimpinan, sedang Tanwir tidak berwenang memutuskannya.

b. Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas keputusan Tanwir..

c. Ketentuan mengenai Muktamar Luar Biasa diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 24

Tanwir

a. Tanwir ialah permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh


dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.

b. Anggota Tanwir terdiri atas:

Ø Anggota Pimpinan Pusat

Ø Ketua Pimpinan Wilayah

Ø Wakil Wilayah

Ø Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat

c. Tanwir diadakan sekurang-kurangnya tiga kali selama masa jabatan Pimpinan.

d. Acara dan ketentuan lain tentang Tanwir diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 25

Musyawarah Wilayah
a. Musyawarah Wilayah ialah permusyawaratan Muhammadiyah dalam Wilayah, diselenggarakan
oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Wilayah.

b. Anggota Musyawarah Wilayah terdiri atas:

Ø Anggota Pimpinan Wilayah

Ø Ketua Pimpinan Daerah

Ø Anggota Musyawarah Pimpinan Wilayah Wakil Daerah

Ø Ketua Pimpinan Cabang

Ø Wakil Cabang yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah atas dasar perimbangan jumlah Ranting dalam tiap Cabang

Ø Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Wilayah

c. Musyawarah Wilayah diadakan satu kali dalam lima tahun.

d. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Wilayah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 26

Musyawarah Daerah

a. Musyawarah Daerah ialah permusyawaratan Muhammadiyah dalam Daerah, diselenggarakan oleh


dan atas tanggung jawab Pimpinan Daerah.

b. Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas:

Ø Anggota Pimpinan Daerah

Ø Ketua Pimpinan Cabang

Ø Anggota Musyawarah Pimpinan Daerah Wakil Cabang

Ø Ketua Pimpinan Ranting

Ø Wakil Ranting yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan Ranting yang jumlahnya ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah atas dasar perimbangan jumlah anggota Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat
Daerah

c. Musyawarah Daerah diadakan satu kali dalam lima tahun.

d. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 27

Musyawarah Cabang

a. Musyawarah Cabang ialah permusyawaratan Muhammadiyah dalam Cabang, diselenggarakan oleh


dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang.

b. Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas:

Ø Anggota Pimpinan Cabang

Ø Ketua Pimpinan Ranting

Ø Anggota Musyawarah Pimpinan Cabang Wakil Ranting

Ø Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang

Ø Musyawarah Cabang diadakan satu kali dalam lima tahun.

Ø Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 28

Musyawarah Ranting

a. Musyawarah Ranting ialah permusyawaratan Muhammadiyah dalam Ranting, diselenggarakan oleh


dan atas tanggung jawab Pimpinan Ranting.

b. Anggota Musyawarah Ranting terdiri atas:

Ø Anggota Muhammadiyah dalam Ranting

Ø Wakil Organisasi Otonom tingkat Ranting

c. Musyawarah Ranting diadakan satu kali dalam lima tahun.

d. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Ranting diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 29

Musyawarah Pimpinan

a. Musyawarah Pimpinan ialah permusyawaratan Pimpinan dalam Muhammadiyah pada tingkat


Wilayah sampai dengan Ranting yang berkedudukan di bawah Musyawarah pada masing-masing tingkat.
b. Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Muhammadiyah
masing-masing tingkat.

c. Acara dan ketentuan lain mengenai Musyawarah Pimpinan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 30

Keabsahan Musyawarah

Musyawarah tersebut dalam pasal 22 sampai dengan pasal 29 kecuali pasal 23 dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh dua per tiga anggotanya yang telah diundang secara sah oleh Pimpinan Muhammadiyah di
tingkat masing-masing.

Pasal 31

Keputusan Musyawarah

Keputusan Musyawarah tersebut dalam pasal 22 sampai dengan pasal 29 kecuali pasal 23 diusahakan
dengan cara mufakat. Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai maka dilakukan pemungutan
suara dengan suara terbanyak mutlak.

Rapat

Pasal 32

Rapat Pimpinan

a. Rapat Pimpinan ialah rapat dalam Muhammadiyah di tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah,
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Muhammadiyah apabila diperlukan.

b. Rapat Pimpinan membicarakan masalah kebijakan organisasi.

c. Ketentuan lain mengenai Rapat Pimpinan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 33

Rapat Kerja
a. Rapat Kerja ialah rapat yang diadakan untuk membicarakan segala sesuatu yang menyangkut amal
usaha, program dan kegiatan organisasi.

b. Rapat Kerja dibedakan dalam dua jenis yaitu Rapat Kerja Pimpinan dan Rapat Kerja Unsur
Pembantu Pimpinan.

c. Rapat Kerja Pimpinan pada tiap tingkat diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

d. Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan diadakan dua kali dalam satu masa jabatan.

e. Ketentuan mengenai masing-masing jenis Rapat Kerja diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 34

Tanfidz

a. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat yang
dilakukan oleh Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat.

b. Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan
Muhammadiyah masing-masing tingkat.

c. Tanfidz keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat semua tingkat

Ø Bersifat redaksional

Ø Mempertimbangkan kemaslahatan

Ø Tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Keuangan dan Kekayaan

Pasal 35

Pengertian

Keuangan dan kekayaan Muhammadiyah adalah semua harta benda yang diperoleh dari sumber yang
sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan amal usaha, program, dan kegiatan
Muhammadiyah.
Pasal 36

Sumber

Keuangan dan kekayaan Muhammadiyah diperoleh dari:

1. Uang Pangkal, Iuran, dan Bantuan

2. Hasil hak milik Muhammadiyah

3. Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, Wasiat, dan Hibah

4. Usaha-usaha perekonomian Muhammadiyah

5. Sumber-sumber lain

Pasal 37

Pengelolaan dan Pengawasan

Ketentuan mengenai pengelolaan dan pengawasan keuangan dan kekayaan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Laporan

Pasal 38

Laporan

a. Pimpinan Muhammadiyah semua tingkat wajib membuat laporan perkembangan organisasi dan
laporan pertanggungjawaban keuangan serta kekayaan, disampaikan kepada Musyawarah Pimpinan,
Musyawarah tingkat masing-masing-masing, Tanwir, dan Muktamar.

b. Ketentuan lain tentang laporan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.


Anggaran Rumah Tangga

Pasal 39

Anggaran Rumah Tangga

a. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran
Dasar.

b. Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Pimpinan Pusat berdasarkan Anggaran Dasar dan disahkan
oleh Tanwir.

c. Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan, Pimpinan Pusat dapat mengubah Anggaran
Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.

Pembubaran

Pasal 40

Pembubaran

a. Pembubaran Muhammadiyah hanya dapat dilakukan dalam Muktamar Luar Biasa yang
diselenggarakan khusus untuk keperluan itu atas usul Tanwir.

b. Muktamar Luar Biasa yang membicarakan usul Tanwir tentang pembubaran

c. dihadiri sekurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah anggota Muktamar Luar Biasa.

d. Keputusan pembubaran diambil sekurang-kurangnya tiga perempat dari yang hadir.

e. Muktamar Luar Biasa memutuskan segala hak milik Muhammadiyah diserahkan untuk kepentingan
kemaslahatan umat Islam setelah Muhammadiyah dinyatakan bubar.
Perubahan

Pasal 41

Perubahan Anggaran Dasar

a. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.

b. Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah tercantum dalam acara
Muktamar.

c. Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila diputuskan oleh sekurang-kurangnya dua per
tiga dari jumlah anggota Muktamar yang hadir

Penutup

Pasal 42

Penutup

a. Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar ke-45 yang berlangsung pada
tanggal 26 Jumadil Awal s.d. 1 Jumadil Akhir 1426 H bertepatan dengan tanggal 3 s.d. 8 Juli 2005 M. di
Malang, dan dinyatakan mulai berlaku sejak ditanfidzkan.

b. Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Muhammadiyah adalah organisasi yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk memberantas penyakit
aqidah dan ketauhidan yang dialami oleh umat Islam pada masa itu. Organisasi ini berdiri dengan
berlandaskan surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:

“Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan
dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia " (QS Ali-
Imran:104)

Muhammadiyah yang disusun dengan Majelis-Majelis (Bahagian-bahagian)-nya, mengikuti peredaran


zaman serta berdasarkan "syura" yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau
Muktamar (anggaran dasar Muhammadiyah).

B. Saran

Sebagai seorang pelajar yang nantinya akan terjun ke masyarakat, seyogyanya memiliki sikap dan
kepribadian seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Pergaulan bebas sudah merajalela, saatnya membentengi diri dengan tembok (ilmu dan iman) yang
kokoh agar tidak terombang-ambing oleh kerasnya zaman.
nisa

Jumat, 04 Maret 2016

kemuhammadiyahan 2

MAKALAH

KEMUHAMMADIYAHAN 2

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH

OLEH

ANNISA : 1402020002

AULIA SAFITRI : 1401020009


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN 2016-2017

Kata pengantar

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan
nikmat hidup dan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Anggaran Dasar (ADF) Muhammadiyah dan Anggaran Rumah Tangga(ART) Muhammadiyah” tepat pada
waktunya. salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berperan
besar dalam upaya membawa umat dari masa jahiliyah menuju masa yang penuh dengan ilmu
pengetahuan . Kami juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan oleh dosen
mata kuliah Kemuhammadiyahan II Kami mengucapkan terima kasih atas perhatihan terhadap makalah
ini . semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mengembangkan wawasan mengenai materi pada mata
pelajaran Kemuhammadiyahan II. Saran dari pembaca sangatlah Kami harapkan sebagai motivasi untuk
perbaikan makalah dimasa yang mendatang.kami memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
pada makalah ini.

Medan, 18 Februari 2016

Daftar isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................. .... 2

A. Sejarah Terbentuknya Mukaddimah AD Muhammadiyah ............. 2

B. Sejarah Perumusan AD Muhammadiyah .......................................... 3

C. Anggaran Dasar Muhammadiyah ...................................................... 5

D. Anggaran Rumah Tangga ................................................................... 7

BAB III : PENUTUP ............................................................................................. 11

A. Kesimpulan ............................................................................................ 11

B. Kritik dan Saran................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”Maksud geraknya ialah,
“Dakwah islam dan amar makruf nahi mungkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan
masyarakat. Dakwah dan amar makruf nahi mungkar pada bidang yang pertama terbagi pada dua
golongan: kepada yang telah islam bersifat pembaharuan(tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-
ajaran islam yang asli murni, dan yang kedua kepada yang belum islam bersifat seruan dan ajakan untuk
memeluk agama islam. Adapun dakwah dan amar makruf dan nahi mungkar yang kedua, ialah kepada
masyarakat, bersifat perbaikan, bimbinga dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksankan bersama dengan
bermusyawarah atas dasar takwa dan mengharap keridhaan Allah semata.

Dengan melaksanakan dakwah dan amar makruf nahi mungkar dengan caranya masing-masing yang
sesuai, Muhammadiyah menggerakan masyarakat menuju tujuannya, ialah “terwujudnya masyarakat
islam yang sebenar-benarnya. Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakikatnya
merupakan ideologi Muhammadiyahan yang merupakan pandangan muhammadiyah mengenai
kehidupan manusia dimuka bumi ini, cita-cita yang ingin diwujudkan dan cara-cara yang dipergunakan
untuk mewujudkan cita-cita tersebut sebagai ideologi, Muqaddimah Anggaran Dasar menjiwai segala
gerak dan usaha muhammadiyah dan proses penyusunan sistem kerja sama yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah sebelum terbentuknya mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah?

2. Bagaimana Sejarah Perumusan AD Muhammadiyah?

3. Apakah pengertian Anggaran Dasar Muhammadiyah ?

4. Menjelaskan tentang pasal Anggaran Dasar Muhamadiyah

5. Menjelaskan tentang Anggaran RumahTangga

6. Menjelaskan tentang pasal Anggaran Rumah Tangga

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah sebelum terbentuknya Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Muhammadiyah berdiri pada tanggal 8 zulhijjah 1330 H dan mendapatkan status berbadan hukum.
Sebagai suatu organisasi sudah semestinya ketika akan mencatatkan diri menjadi sebuah badan hukum
harus memenuhi berbagai syarat antara lain harus ada anggaran dasar. Syarat adanya anggaran dasar
pada saat itu masih sederhana, yakni hanya memuat batang tubuh saja belum ada pembukaan.

Ditinjau dari segi ilmu hukum, mukaddimah anggaran dasar menempati kedudukan yang lebih
tinggi. Mukaddimah anggaran dasar memuat pokok-pokok pikiran yang sangat fundamental, yang
didalamnya tertuang suatu pandangan hidup, tujuan hidup, serta cara dan alat untuk mencapai suatu
tujuan hidup yang di cita-citakan.

Perumusan mukaddimah anggaran dasar muhammadiayah baru terealisasi pada masa


muhammadiyah di bawah kepemimpinan ki bagus hadikusumo (1942-1953). Setelah melewati empat
periode kepemimpinan.
1. Periode K.H.Ahmad Dahlan (1912-1923)

2. Periode K.H.Ahmad Ibrahim (1923-1934)

3. Periode K.H.Hisyam (1934-1936)

4. Periode K.H.Mas Mansur (1936-1942)

Latar belakang disusunnya Muqaddimah Anggaran Dasar oleh Ki Bagus Hadikusumo dan kawan-
kawannya tersebut, adalah :

a. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.

b. Adanya kecenderungan kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah yang menampakkan gejala


menurun sebagai akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi.

c. Semakin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar, yang langsung atau tidak alngsung
berhadapan denagn faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah.

d. Dorongan disusunnya pembukaan undang-undang RI tahnu 1945.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) merupakan rumusan konsepsi yang


bersumberkan Al-Qur’an dan As-sunnah tentang pengabdian manusia kepada allah, amal, dan
perjuangan setiap manusia muslim .

B. Sejarah Perumusan AD Muhammadiyah

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan oleh Ki Bagus Hadikusumo
sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali terhadap pokok pikiran yang dijadikan dasar amal
usaha dan perjuangan Kyai Ahmad Dahlan dengan menggunakan wadah persyarikatan Muhammadiyah.
Rumusan “Muqaddimah” diterima dan disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke 31 yang
dilangsungkan di kota yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati penyempurnaan segi redaksional
yang dilaksanakan oleh sebuah team yang dibentuk oleh sidang Tanwir. Team penyempurnaan tersebut
anggota-anggotanya terdiri dari : Buya hamka, K.H.Farid Ma’ruf, Mr. Kasman Singodimedjo serta Zain
Jambek.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan baru pada periode Ki Bagus
Hadikusumo, sebab-sebabnya antara lain:

1. Belum adanya kepastian rumusan tentang cita-cita dan dasar perjuangan Muhammadiyah Kyai
Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah bukannya didasarkan pada teori yang terlebih dahulu
dirumuskan secara ilmiah dan sistematis, akan tetapi apa yang telah diresapinnya dari pemahaman
agama yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist beliau segara diwujudkan dengan amalan yang
nyata.Oleh karena itu kyai Ahmad Dahlan lebih tepat dikatakan sebagai seorang ulama yang praktis,
bukannya ulama yang teoritis. Pada awalnya perjuangan muhammadiyah, keadaanya serupa tidak
mengaburkan penghayatan seseorang terhadap muhammadiyah, baik ia seorang muhammadiyah sendiri
ataupun seorang luar yang berusaha memahaminya.akan tetapi serentak muhammadiyah semakin luas
serta bertambah banyak anggota dan simpatisannya mengakibatkan semakin jauh mereka dari sumber
gagasan. Karena itu wajar apabila terjadi kekaburan penghayatan terhadap dasar-dasar pokok yang
menjadi daya pendorong kyai Ahmad Dahlan dalam menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah.

2. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala menurun, akibat terlalu berat
mengejar kehidupan duniawi. Perkembangan masyarakat terus maju, ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak henti-hentinya menyajikan hal-hal yang membuat manusia kager dan mencengangkan, membuat
dunia semakin ciut dan sempit, pengaruh budaya secara timbal balik terjadi dengan lancarnya antara
satu negara dengan negara lainnya baik yang bersifat positif ataupun bersifat negatif. Keadaan yang
semua itu tidak terkecuali mengenai masyarakat Indonesia. Tersebab adanya perkembangan Zaman
serupa itu yang seluruhnya hampir dapat dinyatakan mengarah kepada kehidupan duniawi dan sedikit
yang mengarah kepada peningkatan kebahagiaan rohani, menyebabkan masyarakat Indonesia termasuk
di dalamnya keluarga Muhammadiyah terhimbau oleh gemerlapan kemewahan duniawi.

3. Makin kuatnya berbagai pengaruh dari luar yang langsung atau tidak berhadapan dengan faham
dan keyakinan Muhammadiyah bersama dengan perkembangan zaman yang membawa berbagai
perubahan dalam masyarakat, maka tidak ketinggalan pengaruh cara-cara berfikir, sikap hidup atau
pandangan hidup masuk ketengah-tengah masyarakat Indonesia.Selain banyak yang bermanfaat, tak
sedikit yang dapat merusak keyakinan dan faham Muhammadiyah.

4. Dorongan disusunnya prambul UUD 1945 sesaat menjelang proklamasi kemerdekaan negara
republik indonesia tanggal 17 Agustus 1945, tokoh-tokoh pergerakan bangsa indonesia dihimpun oleh
pemerintah jepang dalam wadah “Badan Penyelidik”usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI),
yang tugasnya antara lain mempelajari negara indonesia merdeka. Dan dantara hal yang penting adalah
terumuskannya “piagam jakarta” yang kelak dijadikan “pembukaan UUD 1945”setelah diadakan
beberapa perubahan dan penyempurnaan di dalamnya. Pada saat merumuskan materi tersebut, para
pimpinan pergerakan bangsa indonesia benar-benar memusyawarakan secara matang dengan disertai
debat yang seru antara satu denagn yang lain, yang ditempuh demi mencari kebenaran. Pengalaman ini
dialami sendiri oleh Ki Bagus Hadikusumo yang kebetulan terlibat didalamnya karena termasuk sebagai
anggota BPUPKI. Beliau merasakan betapa pentingnya rumusan piagam jakarta, sebab piagam ini akan
memberiakan gambaran kepada dunia luar atau kepada siapapun tentang cita-cita dasar, pandangan
hidup serta tujuan luhur bangsa indonesia bernegara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
saat periode Ki Bagus Hadikusumo, adanya “Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah” benar-
benar sudah sangat diperlukan karena adanya beberapa alasan dan kemyataan tersebut.

Fungsi Muqaddimah AD Muhammadiyah

Bagi persyarikatan Muhammadiyah Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah berfungsi sebagai


“jiwa dan semangat pengabdian serta perjuangan persyarikatan Muhammadiyah”.
C. Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah

Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah merupakan salah satu landasan struktural persyarikatan
Muhammadiyah selain khittah perjuangan Muhammadiyah, dan keputusan-keputusan Muhammadiyah.

AD Muhammadiyah merupakan anggaran pokok yang menyatakan dasar, maksud, dan tujuan organisasi
Muhammadiyah, peraturan-peraturan pokok dalam menjalankan organisasi dan usaha-usaha yang harus
dilakukan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Penjelasan AD dicantumkan dalam ART.

Adapun maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh persyarikatan Muhammadiyah sebagaimana yang
dicantumkan dalam AD pasal 6 berbunyi : “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga
terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya”.

Sementara itu, usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan
kegiatan meliputi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3 (14 sub sistem), yaitu:

1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengalaman,


serta menyebarluaskan ajaran islam dalam berbagai aspek kehidupan.

2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran islam daalm berbagai berbagai aspek
kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.

3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, wakaf, shadakah, hibah, dan amal shalih
lainnya.

4. Meningkatkan harkat martabat dan kualitas sumber daya manusia agar berkemampuan tinggi serta
berakhlak mulia.

5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan,


teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian.

6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.

7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan untuk
kesejahteraan.

9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan
masyarakat dalam dan luar negeri.

10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kekehidupan berbangsa dan bernegara.

11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.

12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.
13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran, serta meningkatkan pembelaan
terhadap masyarakat.

14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah.

Pasal tentang Anggaran Dasar Muhammadiyah

Pasal 1 : Nama

Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah.

Pasal 2 : Pendirian

Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan
tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu tidak terbatas.

Pasal 3 : Tempat kedudukan

Muhammadiyah berkedudukan di Yogyakarta.

Pasal 4 : Identitas dan Asas.

* Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber
pada Al-Qur’an dan As-sunnah.

* Muhammadiyah berasas Islam.

Pasal 5 : Lambang

Lambang Muhammadiyah adalah Matahari bersinar utama dua belas, ditengah bertuliskan
( Muhammadiyah) dan dilingkari kalimat (Asyhadu an la ilaaha illa Allaah wa asyhadu anna
Muhammadan Rasuul Allaah.

Pasal 6 : Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Pasal 7 : Usaha

Untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah melaksanakan dakwah Amar ma’ruf Nahi
Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.

Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan, yang
macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha, program, dan kegiatan, adalah pimpinan
Muhammadiyahan.
D. Anggaran Rumah Tangga

Pasal 39 anggaran rumah tangga

1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran
Dasar.

2. Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh pimpinan pusat berdasarkan Anggaran dasar dan disahkan
oleh Tanwir.

3. Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan, pimpinan pusat dapat mengubah Anggaran
Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.

Pasal 41 Perubahan Anggaran Dasar

1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.

2. Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah tercantum dalam acara
Muktamar.

3. Perubahan Anggaran dinyatakan sah apabila diputuskan oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari
jumlah anggota Muktamar yang hadir.

Pasal Tentang Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah

Pasal 1 Kedudukan

1. Muhammadiyah berkedudukan ditempat didirikannya, yaitu yogyakarta.

2. Pimpinan pusat sebagai himoinan tertinggi memimpin muhammadiyah secara keseluruhan dan
menyelenggarakan aktivitasnya di dua kantor, Yogyakarta.

Pasal 2 Lambang dan bendera

1. Lambang Muhammadiyah dalam anggaran dasar pasal 5

2. Bendera Muhammadiyah berbentuk persegi panjang berukuran 2 berbanding 3 bergambar


lambang muhammadiyah ditengah dan tulisan muhammadiyah dibawahnya, berwarna dasar hijau
denagn tulisan dan gambar berwarna putih.

Pasal 3 usaha

Usaha muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha dan kegiatan meliputi :

1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pengalaman serta menyebar luaskan


ajaran islam dalam berbagai aspek kehidupan .
2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran islam dalam berbagai aspek kehidupan
untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.

3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, wakaf, sadaqah, dan amal shalih lainnya.

Pasal 4 keanggotaan

1. Anggota biasa harus memenuhi pesyaratan sebagai berikut:

A. Warga negara Indonesia beragama islam

B. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah

C. Menyetujui maksud dan tujuan muhammadiyah

D. Bersedia mendukung dan melakukan usaha-usaha muhammadiyah

E. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal

2. Anggota luar biasa ialah seorang yang bukan warga negara Indonesia, beragama islam, setuju
dengan maksud tujuan muhammadiyah serta bersedia mendukung amal usahanya.

3. Anggota kehormatan

4. Tatacara menjadi anggota diatur sebagai berikut :

A. Anggota Biasa

1. Mengisi formulir dan mengisi persyaratannya

2. Pimpinan cabang meneruskan permintaan tersebut kepada pimpinan pusat denagn disertai
pertimbangan

3. Diberi kartu tanda anggota

B. Anggota Luar biasa dan anggota kehormatan tatacaranya diatur oleh pimpinan pusat

5. Pimpinan pusat dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi anggota biasa dan
memberikan kartu tanda anggota muhammadiyah pada pimpinan wilayah

6. Hak anggota

7. Kewajiban anggota biasa, luar biasa dan kehormatan

8. Anggota biasa, luar biasa dan kehormatan berhenti karena hal-hal tertentu

9. Tata cara pemberhentian anggota


Pasal 5 ranting

Ranting adalah kesatuan anggota disuatu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 15
orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota

Pasal 6 cabang

Cabang adalah kesatuan ranting disuatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 3 ranting.

Pasal 7 daerah

Daerah adalah kesatuan cabang dikabupaten atau kota ayng terdiri atas sekurang-kurangnya 3
cabang.

Pasal 8 Wilayah

Wilayah adalah kesatuan daerah provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya 3 daerah.

Pasal 9 Pusat

Pusat adalah kesatuan wilayah dalam negara republik Indonesia

Pasal 10 pemimpin pusat

Pimpinan pusat bertugas :

v Menetapkan kebijakan Muhammadiyah berdasarkan keputusan Muktamar dan Tanwir, serta


memimpin dan mengendalikan pelaksaannya.

v Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya.

v Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan wilayah,

v Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan unsur pembantu


pimpinan dan organisasi otonom tingkat pusat.

Anggota pimpinan pusat dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan pusat harus berdomisili di kota tempat kantor pimpinan pusat atau di sekitarnya.

Pasal 11 : Pimpinan Wilayah

Pimpinan wilayah bertugas menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam wilayahnya berdasarkan


kebijakan pimpinan pusat, keputusan Musyawarah wilayah, Musyawarah pimpinan tingkat wilayah, dan
rapat pimpinan tingkat wilayah.

Pimpinan wilayah berkantor di ibu kota propinsi.

Anggota pimpinan wilayah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.


Anggota pimpinan wilayah harus berdomisili di kota tempat kantor pimpinan wilayah atau disekitarnya.

Pasal 12 pimpinan daerah

Pimpinan daerah berkantor di ibu kota kabupaten/kota.

Anggota pimpinan daerah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan daerah harus berdomisili di kabupaten/ kotanya.

Pasal 13 pimpinan cabang

Anggota pimpinan cabang dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan cabang harus berdomisi dicabangnya.

Pimpinan cabang menunjuk salah seorang wakil ketua pimpinan cabangnya tidak dapat menunaikan
tuagsnya sebagai anggota musyawarah pimpinan tingkat daerah.

Pasal 14 pimpinan ranting

Anggota pimpinan ranting terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan cabang harus berdomisili di rantingnya.

Pasal 15 pemilihan pimpinan

Pasal 16 Masa jabatan pimpinan

Pasal 17 ketentuan luar biasa

Pasal 18 penasehat

Pasal 19 Unsur pembantu pimpinan

Pasal 20 Organisasi otonom

Pasal 21 muktamar

Pasal 22 mukramar luar biasa

Pasal 23 tanwir

Pasal 24 musyawarah wilayah

Pasal 25 musyawarah daerah

Pasal 26 musyawarah cabang

Pasal 27 musyawarah ranting


Pasal 28 musyawarah pimpinan

Pasal 29 keabsahan musyawarah

Pasal 30 keputusan musyawarah

Pasal 31 kepemimpinan

Pasal 32 rapat kerja pimpinan

Pasal 33 rapat kerja unsur pembantu pimpinan

Pasal 34 pengelolahan keuangan dan kekayaan

Pasal 35 pengawasan keuangan dan kekayaan

Pasal 36 laporan

Pasal 37 ketentuan lain-lain

Pasal 38 penutup

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Muhammadiyah berdiri pada tanggal 8 zulhijjah 1330 H dan mendapatkan status berbadan hukum.
Ditinjau dari segi ilmu hukum, mukaddimah anggaran dasar menempati kedudukan yang lebih tinggi.
Mukaddimah anggaran dasar memuat pokok-pokok pikiran yang sangat fundamental, yang didalamnya
tertuang suatu pandangan hidup, tujuan hidup, serta cara dan alat untuk mencapai suatu tujuan hidup
yang di cita-citakan.

Latar belakang disusunnya Muqaddimah Anggaran Dasar oleh Ki Bagus Hadikusumo dan kawan-
kawannya tersebut, adalah :

a. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.

b. Adanya kecenderungan kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah yang menampakkan gejala


menurun sebagai akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi.

c. Semakin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar, yang langsung atau tidak alngsung
berhadapan denagn faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah.
d. Dorongan disusunnya pembukaan undang-undang RI tahnu 1945.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) merupakan rumusan konsepsi yang


bersumberkan Al-Qur’an dan As-sunnah tentang pengabdian manusia kepada allah, amal, dan
perjuangan setiap manusia muslim . Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan
dirumuskan oleh Ki Bagus Hadikusumo sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali terhadap
pokok pikiran pokok pikiran yang dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan Kyai Ahmad Dahlan dengan
menggunakan wadah persyarikatan Muhammadiyah. Rumusan “Muqaddimah” diterima dan disahkan
oleh Muktamar Muhammadiyah ke 31 yang dilangsungkan di kota yogyakarta pada tahun 1950.

Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah merupakan salah satu landasan struktural persyarikatan
Muhammadiyah selain khittah perjuangan Muhammadiyah, dan keputusan-keputusan Muhammadiyah.

AD Muhammadiyah merupakan anggaran pokok yang menyatakan dasar, maksud, dan tujuan organisasi
Muhammadiyah, peraturan-peraturan pokok dalam menjalankan organisasi dan usaha-usaha yang harus
dilakukan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Penjelasan AD dicantumkan dalam ART.

Anggaran Rumah Tangga

Pasal 39 anggaran rumah tangga

1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran
Dasar.

2. Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh pimpinan pusat berdasarkan Anggaran dasar dan disahkan
oleh Tanwir.

3. Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan, pimpinan pusat dapat mengubah Anggaran
Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.

Pasal 41 Perubahan Anggaran Dasar.

1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.

2. Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah tercantum dalam acara
Muktamar.

3. Perubahan Anggaran dinyatakan sah apabila diputuskan oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari
jumlah anggota Muktamar yang hadir.

B. Kritk dan Saran

Kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari dosen dan teman-teman sekalian. Agar kami dapat
memperbaiki makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Http :// ukhtyan. Blogspot.com/2013/09/Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.html

Amini Rahmanur, dkk, Kemuhammadiyahan, 2014. Umsu press. Medan

Hidayat Samsul, dkk, Studi Kemuhammadiyahan,2009. Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID),
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Edi Sarwo, dkk, Konstitusi dan pedoman bermuhammadiyah, 1427 hijriyah.Umsu. Medan

annisa23 di 07.12

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Kata Pengantar………………………………………………………………………….. ix

1. Pendahuluan……………………………………………………………………………... 1

2. Pembahasan……………………………………………………………………………… 2

1.1 Sejarah Perumusan ……………………………………………………………… 2

1.2 Pokok-Pokok Pikiran Muqaddimah A.D Muhammadiyah ……………………... 2


1.3 Identitas dan Asas Muhammadiyah …………………………………………….. 4

1.4 Keanggotaan Muhammadiyah ………………………………………………….. 4

1.5 Keorganisasian Muhammadiyah ……………………………………………….. 4

1.6 Peran Cabang dan Ranting …………………………………………………….... 5

3. Kesimpulan ……………………………………………………………………………... 6

4. Daftar Pustaka …………………………………………………………………………... 6

I. KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk
Dosen, yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat
tersampaikan dengan lancer. semua mahasiswa AIK kelas muthawashittin D, yang telah memberikan
waktu untuk penyampaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Tim Penulis.

ix
II. PENDAHULUAN

Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud geraknya ialah,
“Da’wah Islam & amar ma'ruf nahi munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan
masyarakat. Da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama terbagi kepada dua
golongan: kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-
ajaran Islam yang asli murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk
memeluk agama Islam. Adapun da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar yang kedua, ialah kepada
masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama
dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata.

Dengan melaksanakan da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang
sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah “terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnyaMukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya
merupakan ideologi Muhammadiyah yang merupakan pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan
manusia di muka bumi ini, cita-cita yang ingin diwujudkan dan Cara-cara yang dipergunakan untuk
mewujudkan cita-cita tersebut sebagai ideologi, Muqaddimah Anggaran Dasar menjiwai segala gerak dan
usaha Muhammadiyah dan proses penyusunan sistem kerjasama yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuannya

III. PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERUMUSAN

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan oleh Ki Bagus Hadikusuino
sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali terhadap pokok-pikiran pokok-pikiran yang
dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan Kyai Ahmad Dahlan dengan menggunakan wadah
persyarikatan Muhamnadiyah. Rumusan “Muqaddimah” diterima dan disahkan oleh Muktamar
Muhammadiyah ke 31 yang dilangsungkan di kota Yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati
penyempurnaan segi redaksional yang dilaksanakan oleh sebuah team yang dibentuk oleh sidang Tanwir.

B. POKOK-POKOK PIKIRAN MUQADDIMAH A.D.MUHAMMADIYAH

1. Pokok Pikiran Pertama:

"Hidup manusia harus berdasar Tauhid (meng-esakan) Allah: ber-Tuhan, ber-ibadah serta tunduk dan
ta'at hanya kepada Allah".

Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut: “AMMA BA’DU,
bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah serta
tunduk dan tha’at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk,
terutama manusia”.

2. Pokok Pikiran Kedua:

“Hidup manusia itu bermasyarakat”

Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut: “Hidup
bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini”.

3. Pokok Pikiran Ketiga:

“Hanya hukum Allah yang sebenar-benarnyalah satu-satunya yang dapat dijadikan sendi untuk
membentuk pribadi yang utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (masyarakat) dalam menuju
hidup bahagia dan sejahtera yang haqiqi, di dunia dan akhirat”.

Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut: “Masyarakat
yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan,
kejujuran, persaudaraan dan gotong royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang
sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.

4. Pokok Pikiran Keempat:

“Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah berbuat ihsan dan islah kepada manusia/
masyarakat”.
2

Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut: “Menjunjung
tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap
orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.

Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi
Muhammad saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia
Dunia dan Akhirat”.

5. Pokok Pikiran Kelima:

“Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, hanyalah akan dapat berhasil bila kita mengikuti jejak (ittiba') perjuangan para Nabi
terutama perjuangan Nabi Muhammad saw”.

Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqadimah Anggaran Dasar sebagai berikut: “Syahdan, untuk
menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang,
terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak
sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala
kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang murni-
tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka,
serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar
dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau
rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan pertolongan
Allah Yang Maha Kuasa”.

6. Pokok Pikiran Keenam :

“Perjuangan mewujudkan pokok pikiran-pokok pikiran tersebut hanyalah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan berhasil, bila dengan cara berorganisasi. Organisasi adalah satu-satunya cara atau
perjuangan yang sebaik-baiknya”.

7. Pokok Pikiran Ketujuh:

“Pokok-pokok pikiran/prinsip-prinsip/pendirian-pendirian seperti yang diuraikan dan diterangkan dimuka


itu, adalah yang dapat untuk melaksanakan idiologinya terutama untuk mencapai tujuan yang menjadi
cita-citanya, ialah terwujudnya masyarakat adil dan makmur lahir bathin yang diridlai Allah, ialah
MASYARAKAT ISLAM YANG SEBENAR-BENARNYA”.

Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut: Kesemuanya
itu, perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah
Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., guna mendapat karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk
mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-
limpah.
3

C. IDENTITAS DAN ASAS MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan Tajdid yang bersumber
pada Al-Qur”an dan As Sunnah. Kelahiran Muhammadiyah tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan
disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif
lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan
konkrit. Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang
riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil
alamin. Oleh Alasan tersebut Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam.

D. KEANGGOTAAN MUHAMMADIYAH

Keanggotaan muhammadiyah secara resmi diatur dalam anggaran dasar (ad) muhammdiyah bab IV,
pasal 8, ayat 1, dimana sebagai anggota muhammadiyah terdiri atas : anggota biasa, anggotaluar biasa,
dan anggota kehormatan

1. Anggota biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

A. Warga Negara Indonesia beragama islam

B. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah

C. Menyetujui maksud dan tujuan muhammadiyah

D. Berisi mendukung dan melaksanakan usaha-usaha muhammadiyah

E. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal

2. Anggota luar biasa adalah seorang bukan warga Negara Indonesia, beragama islam, setuju dengan
maksud dan tujuan muhammadiyah serta bersedia mendukung amal usahanya

3. Anggota kehoormatan adalah seseorang beragama islam, berjasa terhadap muhammadiyah dan
atau karena kewibawaan dan keahlian diperlukan atau bersedia membantu muhammadiyah. Sebagai
anggota muhammadiyah mempunyai hak dan kewajiban yang diatur secara rinci dalam anggaran rumah
tangga (ART) Muhammadiyah pasal 4

E. KEORGANISASIAN MUHAMMADIYAH

Susunan dan penetapan organisasi muhammadiyah diatur dalam AD muhammadiyah bab V pasal
9, terdiri atas :

1. Ranting (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pasal 5)


ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang
yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota

2. Cabang (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pasal 6)

ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga ranting. Pengesahan
pendirian cabang dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh pipmpinan wilayah atas usul ranting
setelah memperhatikan pertimbangan pimpinan daerah.

3. Daerah (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pasal 7)

ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga
cabang. Pengesahan pendirian daerah ditetapkan oleh pimpinan pusat atas usul cabang setelah
memperhatikan pertimbangan pimpinan wilayah.

4. Wilayah (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pasal 8)

ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga daerah. Pengesahan
pendirian wilayah ditetapkan oleh pimpinan pusat atas usul daerah yang bersangkutan.

5. Pusat (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pasal 9)

ialah kesatuan Wilayah dalam Negara Republik Indonesia.

F. PERAN CABANG DAN RANTING SEBAGAI UJUNG TOMBAK ORGANISASI MUHAMMADIYAH

Memasuki abad kedua, muhammadiyah dihadapkan pada tugas dan tantangan yang semakin berat,
bukan hanya karena makin kompleksnya perkembangan masyarakat yang menuntut berbagai
penyesuaian, namun juga kemunculan banyak organisasi islam baru yang mengharuskan
muhammadiyah memperbaharui strategi dakwah dan perjuangannya. Salah satu tantangan tersebut
adalah penataan dakwah dan perjuangan pengembangan cabang dan ranting. Cabang dan ranting adalah
level yang paling bawah.

Seharusnya cabang dan ranting berperan sebagai ujung tombak dalam kinerja organisasi.
Pertama, cabang dan ranting merupakan ujung tombak dalam rekrutmen anggota dan kaderisasi. Kedua,
cabang dan ranting merupakan ujung tombak dalam dakwah keagamaan. Ketiga, cabang dan ranting
merupakan ujung tombak dalam ukhuwah dalam organisasi lain. Keempat, cabang dan ranting
merupakan ujung tombak dalam kuantitas dalam berorganisasi
5

IV. KESIMPULAN

Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah didirikan tahun oleh ketua pengurus besar
Muhammadiyah 1942 sampai 1953 yaitu Ki Bagus H Hadikusuma dengan bantuan beberapa sahabatnya.

Latarbelakang didirikanya Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yaitu adanya kekeburan dalam
Muhammadiyah sebagai akibat dari proses kehidupnya sesudah lebih dari 30 tahun yang ditandai oleh:

a. Terdesaknya pertumbuhan dan perkembangan jiwa \ roh Muhammadiyah oleh perkembangan


lahiriah

b. Masuknya pengaruh dari luar yang tidak seuai yang sudah menjadi lebih kuat

V. DAFTAR PUSTAKA

1. http://pimpinancabangmuarapadang.wordpress.com/

2. Buku panduan mata kuliah Al-islam dan Kemuhammadiyahaan III.


http://sulsel.muhammadiyah.or.id/download-anggaran-dasar-muhammadiyah-1037.html
Denhan bekal iman, ilmu dan akhlaq yang mulia, Pemuda Muhammadiyah berjuangdan beramal untuk
mewujudkan keyakinan, bahwa Islamlah satu-satunya yangmampu mengantar ummat manusia dari
segala kegelapan menuju kepada kehidupanyang sejahtera lahir dan batin, dunia dan akherat.Keyakinan
akan kebenaran Islam, akhlaq yang mulia dan amalan yang ikhlas, dalam perwujudannya perlu
diusahakan dengan tertib, teratur dan disiplin serta penuhkebijaksanaan yang bertanggungjawab, maka
dengan nama Allah Yang Maha Kuasa,kami Pemuda Muhammadiyah bergerak dengan pedoman pada
Angaran Dasar sebagai berikut :BAB IPasal 1 NAMA, IDENTITAS, AZAS DAN KEDUDUKAN1. Organisasi ini
bernama Pemuda Muhammadiyah, adalah organisasi otonomMuhammadiyah, yang merupakan gerakan
Islam dan da’wah amar ma’ruf nahimunkar, berazaskan Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah.2. Pemuda Muhammadiyah didirikan pada tanggal 26 Djulhijjah 1350 Hijriyah, bertepatan
dengan tanggal 2 Mei 1932 Miladiyah dan Pimpinan Pusatnya berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 8

Anggota serta Hak dan Kewajiban


(1) Anggota Muhammadiyah terdiri atas:a. Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia beragama Islam.
b. Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga negara Indonesia.c. Anggota Kehormatan ialah
perorangan beragama Islam yang berjasa terhadapMuhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan
keahliannya bersedia membantuMuhammadiyah.(2) Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang
keanggotaan diatur dalamAnggaran Rumah Tangga.BAB V

SUSUNAN DAN PENETAPAN ORGANISASI

Pasal 9

Susunan Organisasi

Susunan organisasi Muhammadiyah terdiri atas:1. Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat
atau kawasan2. Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat3. Daerah ialah kesatuan Cabang
dalam satu Kota atau Kabupaten4. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi5. Pusat ialah
kesatuan Wilayah dalam Negara.

Pasal 10

Penetapan Organisasi

(1) Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkanoleh Pimpinan
Pusat.(2) Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan olehPimpinan Wilayah.(3)
Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan olehPimpinan Daerah.(4) Dalam
hal-hal luar biasa Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain.

https://www.scribd.com/doc/47338482/MUQADIMAH-MUHAMMADIYAH

Anda mungkin juga menyukai