Anda di halaman 1dari 7

MUQADDIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Perumusan

Keterangan tentang lahirnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah :

1. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dibuat oleh almarhum Ki


Bagus H. Hadikusumo (Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah tahun 1942-
1953), dengan bantuan beberapa orang sahabatnya. Dimulai menyusunnya
pada tahun 1945 dan disahkan pada sidang tanwir tahun 1951.
2. Disusunnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut
menjadi latar belakang yang perlu sekali diketahui untuk dapat memahami
fungsinya.
3. Latar belakang tersebut ialah mulai nampak/terasa adanya kekaburan dalam
Muhammadiyah sebagai akibat proses kehidupannya sesudah lebih dari 30
tahun, yang ditandai oleh:
a. terdesaknya pertumbuhan dan perkembangan jiwa/ruh
Muhammadiyah oleh perkembangan lahiriayah.
b. masuknya pengaruh dari luar yang tidak sesuai yang sudah menjadi
lebih kuat.
4. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut merupakan hasil
ungkapan Ki Bagus menyoroti kembali pokok pikiran-pokok pikiran
almarhum KH. A. Dahlan yang merupakan kesadaran beliau dalam
perjuangan selama hidupnya, yang antara lain hasilnya ialah berdirinya
Persyarikatan Muhammadiyah.
5. Ki Bagus berharap mudah-mudahan dengan Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah ini dapatlah kiranya Muhammadiyah dijaga, dipelihara dan
atau ditajdidkan agar selalu dapat dengan jelas dan gamblang diketahui: APA
DAN BAGAIMANA MUHAMMADIYAH ITU.
A. Pokok-Pokok Pikiran Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah mengandung 6 macam pokok
pikiran yang masing-masing dengan penjelasannya sebagai berikut :

Pokok pikiran pertama :

Hidup manusia haruslah mentauhidkan Allah, bertuhan, beribadah serta


tunduk dan taat hanya kepada Allah, sebagaimana pada Q.S.Muhammad : 19, yang
artinya “Ketahuilah bahwasanya tidak ada Tuhan yang disembah melainkan Allah”

Sebagai makhluk Allah, manusia diciptakan tidak untuk main-main, tetapi


untuk suatu tujuan tertentu. Karena itu sudah seharusnya apabila manusia
menyesuaikan hidup dan kehidupannya sejalan dengan dan untuk apa manusia
diciptakan oleh Allah. Maka manusia wajib mentauhidkan Allah, yang berarti
bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah SWT semata.

Pokok pikiran kedua :

Hidup manusia adalah bermasyarakat. Bagi manusia hidup bermasyarakat


adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dihindari. Bahkan hal itu merupakan
sunnatullah, sebagaimana diisyaratkan dalam Al Qur’an, karena manusia diciptakan
oleh Allah bersuku-suku berbangsa-bangsa supaya saling kenal-mengenal, seperti
yang dituliskan dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 13, yang artinya : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan serta menjadikan kamu bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Sebagian dari ahli-ahli filsafat seperti Aristoteles dan Thomas Aquinas


berkata pula, bahwa manusia itu menurut kodratnya adalah satu makhluk social yang
mencari kesempurnaan hidupnya didalam dan melalui masyarakat (A. Lysen, 1980:
47). Jadi kesimpulan pada pokok pikiran kedua ini ialah tidak mungkin manusia
mampu mentauhidkan Allah SWT secara sempurna dan beribadah serta tunduk dan
taat hanya kepada Allah, jika juga tidak membina hubungan baiknya dengan
masyarakat sekitar. Dalam islam diajarkan, tidak cukup membina “habl min Allah”
tetapi juga harus membina “habl min al-nas”.

Pokok pikiran ketiga :

Pokok ketiga ini berisi keyakinan dan sekaligus juga pandangan hidup
Muhammadiyah. Hanya hukum Allah satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi
pembentuk pribadi utama, dan mengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan
bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat. Islam adalah agama yang benar,
sesuai dengan Q.S. Al Imran/3: 19, yang artinya : “Sesungguhnya agama (yang
diridoi) di sisi Allah hanyalah Islam.”

Dan karena Islam agama yang benar, maka siapapun yang tidak menganut
agama yang benar ini tentulah akan merugi di akhirat nanti (Q.S. Al Imran/3: 85).
Dikarenakan islam adalah agama wahyu dari Allah SWT, bukan agama budaya yang
hanya rekayasa manusia. Keyakinan dan pandangan hidup Muhammadiyah yang
demikian ini diperkuat oleh kenyataan, bahwa islam tidak hanya agama ibadah, tetapi
juga way of life yang lengkap sempurna.

Pokok pikiran keempat :

Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam untuk


mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya adalah kewajiban bagi orang
yang mengaku bertuhan kepada Allah. Pokok pikiran ini berisi konsekwensi dari
keyakinan dan pandangan hidup Muhammadiyah. Keyakinan yang menjadi
pandangan hidup adalah perlu direalisasikan supaya dapat terwujud dalam kenyataan.
Untuk itu jelas sekali perlu perjungan sesuai dengan Q.S. Al Hujurat/49: 15 yang
artinya : “Orang mukmin itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Pokok pikiran kelima :

Pokok pikiran kelima menggariskan bagaimana cara dan akhlak perjuangan


itu harus dilakukan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam.
Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam untuk mewujudkan
masyarakat islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila mengikuti jejak
perjuangan para Nabi, terutama perjuangan Nabi Muhammad SAW sebagaimana
dalam Q.S. Al Azhab/33: 21 yang artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan pada 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan,


diberi nama “Muhammadiyah” karena didorong harapan, supaya peryarikatan
tersebut dalam berjuang dapat mencontoh jejak langkah perjuangan Nabi Muhammad
SAW.

Pokok pikiran keenam :

Menekankan betapa pentingnya berorganisasi, sebab “perjuangan hanya akan


dapat tercapai apabila dilaksanakan dengan berorganisasi”. Kaidah ushul al-fikih
menyebutkan, “apabila suatu kewajiban tidak dapat diselesaikan kecuali dengan
adanya sesuatu yang lain, maka adanya sesuatu yang lain tersebut hukumnya adalah
wajib” sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Shaffl/61: 4 yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.”

Paling tidak berjuang dengan jalan berorganisasi selain mempermudah


mencapai tujuan, juga sangat efisien dalam melaksanakannya, hemat tenaga, hemat
waktu, dan hemat biaya. Muhammadiyah sebagai suatu organisasi, agar dinamika
keorganisasiannya tepat, benar, tertib dan lancer memerlukan seperangkat peraturan
seperti anggaran dasar (termasuk muqaddimah), anggaran rumah tangga, kaidah-
kaidah serta peraturan-peraturan lainnya.

B. Identitas dan Asas Muhammadiyah

Identitas/hakekat Muhammadiyah adalah gerakan islam, dakwah amar ma’ruf


nahi munkar dan tajdid, bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah. Asas
Muhammadiyah adalah islam. Maksud dan tujuannya ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujudnya masyarakat islam yang
sebenar-benarnya.

Muhammadiyah sejak berdiri tahun 1912 telah menentukan jati dirinya


sebagai gerakan islam yang melaksanakan dakwah dan tajdid. Dakwah dilakukan
untuk menyuruh pada yang ma’ruf (al amr bi al ma’ruf) dan mencegah dari yang
munkar (al nahyu ‘an al munkar). Tajdid Muhammadiyah menurut Majelis Tarjih dan
Pengembangan Islam (2000-2005) memiliki dua dimensi, yaitu pemurnian
(purifikasi) dan pembaruan atau pengembangan (dinaminasi).

Langkah-langkah dakwah dan tajdid Muhammadiyah tersebut tercermin


dalam kepeloporan mendirikan sekolah islam modern, pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan dengan mendirikan Pembina Kesejahteraan Umat, penyantunan anak-
anak yatim dan miskin melalui gerakan Al Ma’un, dan mendobrak praktik dan
pemikiran islam yang jumud (statis,beku) dengan ijtihad. Gerakan Muhammadiyah
yang berkarakter dakwah dan tajdid tersebut dilakukan melalui sistem organisasi
(jam’iyyah) dan bersifat ekspansi (penyebaran, perluasan). Muhammadiyah telah
hadir sebagai gerakan yang menyebarluaskan islam yang berkemajuan dengan tetap
berpegang teguh pada prinsip-prinsip islam yang kokoh berdasarkan Al Qur’an dan
Sunnah shahihah (maqbulah).

Dengan karakter dakwah dan tajdid itu, maka Muhammadiyah berhasil dalam
meneguhkan keyakinan islam yang kuat di kalangan umat islam, sekaligus membawa
pada kemajuan hidup. Jadi Muhammadiyah menjadi gerakan islam yang memurnikan
ajaran sekaligus memajukan kehidupan umat islam dan umat manusia pada umumnya
itulah islam yang “murni dan berkemajuan”.

C. Keanggotaan Muhammadiyah

Keanggotaan Muhammadiyah secara resmi diatur dalam Anggaran Dasar (AD)


Muhammadiyah Bab IV, pasal 8, ayat 1, dimana sebagai anggota Muhammadiyah
terdiri atas :

1. Anggota Biasa
a. Warga Negara Indonesia beragama islam.
b. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah.
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah.
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah.
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal.
2. Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan Warga Negara Indonesia,
beragama islam, setuju dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah serta
bersedia mendukung amal usahanya.
3. Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam, berjasa terhadap
Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya diperlukan
atau bersedia membantu Muhammadiyah. Sebagai anggota Muhammadiyah
mempunyai hak dan kewajiban yang diatur secara rinci dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah pasal 4.

Menurut ketua LPCR, Phil Ahmad (PP Muhammadiyah), jumlah Anggota Biasa
yang mempunyai Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) berkisar antara 5-7% dari
total umat islam Indonesia atau sekitar 15 juta orang, tetapi anggota yang tidak
resmi/simpatisan melaksanakan ibadah seperti yang difahami Muhammadiyah
berkisar antara 30-40 juta dari jumlah umat islam Indonesia. Jumlah ini bisa dilihat
dari mereka yang melaksanakan sholat ied di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai