Anda di halaman 1dari 14

F

I
K
I
H
NAMA : MUHAMMAD RUSDI
I
NIM : 1906002015058 B
PRODI : BPI 19 A
D
A
H
Puasa Ramadhan; Dasar Pensyari’atan Dan Tata Caranya dan
Puasa Sunnat serta Macam-macamnya.
Puasa Ramadhan; Dasar Pensyari’atan Dan Tata Caranya
dan Puasa Sunnat serta Macam-macamnya.

Pengertian Puasa
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’
(ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit
fajar hingga terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat
“tertentu”.
Puasa adalah ibadah pokok yang di tetapkan sebagain salah satu rukun Islam atau rukun
Islam yang ketiga. Puasa dalam bahasa arab secara arti kata bermakna menahan dan diam
dalam segala bentuknya, termasuk menahan atau diam dari berbicara.
Dan secara terminology (Istilah) para ulama mengartikan puasa adalah menahan diri
dari segala makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Kaum Muslimin diwajibkan puasa
Ramadan yang lamanya sebulan yang dilaksanakan setiap harinya dari terbit fajar pagi
hingga terbenam matahari.
Orang yang diam dapat dikatakan berpuasa, sebab ia menahan diri dari
berbicara sebagaimana firman Allah SWT:
ِ ِ‫ص ْو ًما فَلَنْ أُ َكلِّ َم ا ْليَ ْو َم إ‬
‫نسيًّا‬ َ ‫إِنِّي نَ َذ ْرتُ لِل َّر ْح َم ِن‬
Artinya; “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun
pada hari ini”.(QS. Maryam : 26)
Kata yang kedua adalah Ramadhan. Kata ini berasal dari kata ar-
Ramadh yaitu batu yang panas karena panas teriknya matahari. Ibnu Manzhur
mengatakan: “Ramadhan adalah salah satu nama bulan yang telah dikenal.” Al-
Fairuz Abadi menambahkan bahwa bulan Ramadhan dinamakan demikian
karena ia membakar dosa-dosa. Demikian pengertian puasa Ramadhan (shaum
Ramadhan) secara bahasa.
Dasar Persyariatan Puasa Ramadhan
Puasa adalah ibadah yang bukan hanya diperintahkan Allah SWT kepada umat
Nabi Muhammad saja, namun juga kepada umat-umat sebelum beliau. Legalitas syara’
puasa Ramadhan berdasarkan Alqur’an, sunnah, dan ijma’.
Dalil dari Alqur’an adalah firman Allah SWT berikut ini:
َ‫ين ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ‫صيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى الَّ ِذ‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
َ ِ‫ين آ َمنُو ْا ُكت‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah : 183)
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa puasa pada dasarnya
mengandung pengertian menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang
oleh syariat agama. Dasar hukum Puasa tersebut dinyatakan berdasarkan sabda Nabi
yang dinyatakan dalam hadist   bahwa Islam di bangun atas lima tiang (Rukun Islam).
 ‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه‬: ‫عن أبي عبد الرحمن عبد هللا بن عمر بن الخطاب رضي هللا عنهما قال‬
‫ وإقام الصالة وإيتاء‬، ‫س ؛ شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمداً رسول هللا‬
ٍ ‫ بني اإلسالم على خم‬: ‫وسلم يقول‬
‫روه البخا ري و مسلم‬ .‫ وصوم رمضان‬، ‫ وحج البيت‬، ‫الزكاة‬
Artinya: “Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu
'anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas
lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara
benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan
ramadhan". (HR Bukhari Muslim)
Hadits diatas menunjukkan wajibnya puasa Ramadhan secara jelas dan tegas, tidak
ada keraguan dan kekaburan maknanya. Imam An-Nawawi Menerangkan makna
hadits ini seraya berkata ”Barang siapa yang telah melaksanakan lima rukun islam
ini, berarti islamnya telah sempurna.”
3Tata Cara Pelaksanaan Puasa Ramadhan
 Hisab adalah perhitungan
secara matematis dan astronomis untuk
menentukan posisi bulan dalam menentukan
dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.
Rukyat adalah aktivitas mengamati
visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit
yang nampak pertama kali setelah
terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat
dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
alat bantu optik seperti teleskop.
Cara  Pelaksanaannya :
Niat - Setiap melakukan tindakan apapun diawali dengan niat. Agar puasa kita dapat diterima
ALLAH SWT.
Melaksanakan makan sahur – Dari hadist HR. Bukhari Muslim dan Ana bin Malik R.A yang
mengatakan bahwa: “Telah bersabda Rasulullah SAW,’Sahurlah kalian, maka sesungguhnya dalam
sahur itu ada berkahnya”. Karena banyak manfaat dari sahur, selain menolak pengaruh buruk
terhadap timbulnya rasa lapar, dengan sahur maka kondisi fisik kita juga lebih terjaga.
Mengetahui Imsak – Dengan mengetahui imsak, maka segera mungkin kita untuk menghentikan
kegiatan shaur kita. Namun jika seseorang yang sedang sahur mendengar azan subuh, maka ia tetap
dibolehkan untuk meneruskan sahurnya. Dengan catatan bahwa orang tersebut tidak sengaja
menunggu atau mengetahui bahwa azan subuh segera akan tiba.
Mempercepat berbuka jika sudah waktunya – Dari hadist Abu Hurairah r.a. berkata telah
bersabda Rasulullah SAW: “Telah berfirman Allah Yang Mahamulia dan Maha Agung:”Hamba-
hamba Ku yang lebih aku cintai ialah mereka yang paling segera berbukanya”(HR Tirmidzi dari Abu
Hurairah).
Memperbanyak membaca Al-Qur’an, sedekah dan membayar zakat fitrah.[2]
Sunat Berpuasa
• Bersahur walaupun sedikit makanan atau minuman
• Melambatkan bersahur
• Meninggalkan perkataan atau perbuatan keji
• Segera berbuka setelah masuknya waktu berbuka
• Mendahulukan berbuka daripada sembahyang Maghrib
• Berbuka dengan buah tamar, jika tidak ada dengan air
• Membaca doa berbuka puasa
Perkara Makruh Ketika Berpuasa
• Selalu berkumur-kumur
• Merasa makanan dengan lidah
• Berbekam kecuali perlu
• Mengulum sesuatu
Hal yang membatalkan Puasa
• Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan
• Muntah dengan sengaja
• Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja
• kedatangan haid atau nifas
• Melahirkan anak atau keguguran
• Gila walaupun sekejap
• Mabuk ataupun pengsan sepanjang hari
• Murtad atau keluar daripada agama Islam
Rukun Puasa Ramadhan
Rukun puasa ada tiga yang menjadi komponen pembentuk hakikatnya
yaitu:
• Pertama, mencegah diri dari segala yang membatalkan mulai dari
terbit fajar hingga terbenam matahari
• Kedua,Niat yaitu tekad bulat hati untuk berpuasa sebagai aktualisasi
pelaksanaan perintah Allah SWT dan pendekatan diri kepada-Nya.
• Ketiga,pelaku puasa ( ash-shaim ) yaitu orang yang sah berpuasa
dalam artian telah memenuhi syarat-syarat wajib puasa antara lain
islam,akil baligh,mampu berpuasa,dan bebas dari halangan syara’
seperti haid dan nifas bagi kaum perempuan.
Syarat Wajib Puasa
Keempat imam mazhab sepakat bahwa puasa ramadhan hukumnya wajib
atas setiap orang islam dengan syarat ketentuan sebagai berikut:
• yang sudah baligh,berakal,suci dari haid dan nifas,puasa hukumnya
haram,dan jika tetap berpuasa maka puasanya tidak sah dan ia wajib
mengqadhanya.Jadi,jika tidak ada dalam diri setiap muslim yang sudah
akil baligh suatu sifat yang menghalangi puasa,antara lain haid dan
nifas,maka ia wajib berpuasa ramadhan dengan kewajiban yang bersifat
determinative tanpa ada unsure kesukarelaan di dalamnya.
• Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa, konsekuensinya ketika masuk
islam orang kafir tidak wajib mengqadha puasa yang ditinggalkannya
selama ia kafir.
• Sedangkan bagi orang yang murtad, (yang kembali masuk Islam) menurut pendapat
yanh sahih ia hanya dikenai kewajiban mengqadha apa yang ditinggalkannya
sebelum ia murtad dan tidak diwajibkan mengqadha apa yang ditinggslksnnya slama
ia murtad.
• Puasa tidak wajib atas anak kecil (ash-shabiy) akan tetapi ia perlu dibiasakan puasa
agar terbiasa.
•  Orang yang tidak mampu berpuasa karena alas an yang tidak bisa diharapkan
hilangnya,misalnya kakek lanjut usia dan penderita penyakit kronis.Mereka boleh
tidak berpuasa dan sebagai gantinya mereka harus memberi makan satu orang
miskin.untuk setiap hari yang ditinggalkannya.Begitu pula ibu hamil dan
menyusui,mereka boleh tidak berpuasa namun dengan konsekuensi harus
mengqadha.
• Orang muqim atau bukan musyafir yang sehat ia wajib berpuasa.
• Orang musyafir boleh tidak berpuasa dengan konsekuensi harus mengqadha diluar
ramadhan.
Hikmah Puasa Ramadhan
• Melatih Disiplin Waktu
• Keseimbangan dalam Hidup
• Mempererat Silaturahmi Lebih Perduli Pada Sesama
Tahu
• Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan Tiap Kegiatan Mulia
• Merupakan Ibadah Berhati-hati Dalam
Berbuat Berlatih
• Lebih Tabah Melatih Hidup Sederhana
• Melatih Untuk Bersyukur

Anda mungkin juga menyukai