ANTROPOLOGI AGAMA
TENTANG :
Oleh Kelompok 8 :
Dosen Pengampu:
2022
“Ritual, Magi, Dukun dan Shaman, serta Upacara Keagamaan”
A. Pendahuluan
Perkembangan yang negative akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah
laku yang menyimpang, ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia
untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat fisik maupun mental, sehubungan
dengan hal itu, maka dalam masalah kejiwaan perlu terlebih dahulu terlihat
kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab pemenuhan kebutuhan
yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan
menyebabkan timbulnya ketimpangan perkembangan dalam jiwa keagamaan yang
termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat berpengaruh dan bergantung pada
perkembangan aspek psikis demikian pula sebaliknya, oleh karena itu sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental secara
seimbang.(harun nasution, 2003)
1
kekuatan diluar jangkauan akal manusia, seperti halnya benda-benda yang
dijadikan alat dalam pengobatan yang memiliki kekuatan-kekuatan penyembuhan
dalam berbagai penyakit, karena dianggap mempunyai tuah/kesaktian tertentu
yang dapat menyembuhkan.
Dukun telah menjadi bagian integral dari masyarakat kita yang majemuk. Di
satu sisi dukun merupakan sosok yang di caci masyarakat karena di anggap
“sesat” dan membodohi, di sisi lain dukun dijadikan “tempat mencari petunjuk” di
saat orang-orang tertentu mengalami kebingungan dan terdesak kebutuhan yang
tidak dapat dia temukan jawabannya dalam teori-teori ilmiah maupun analisis
pakar tertentu.
Magi merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang dipercaya memiliki
kekuatan supernatural. Sholahuddin Al Ayubi menjelaskan bahwa magi dianggap
memiliki akar dari agama Islam yang diyakini sebagai penampakan Tuhan dalam
simbol-simbol kehidupan dan jagad raya, termasuk semua makhluk ciptaan-Nya.
2
Setelah ajaran Islam masuk ke Indonesia, pengetahuan tentang magi dalam
kehidupan masyarakat biasanya diperoleh dari berbagai cara.
B. Ritual
3
c. Ritual konstitutif, yang mengugkapkan atau mengubah hubungan
sosial dengan merujuk pada pengertian mistis, dengan cara ini upacara-
upacara kehidupan menjadi khas.
d. Ritual faktitif, yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan
pemurnian dan perlindungan atau dengan cara meningkatkan
kesejahteraan materi suatu kelompok.(Dhavamony, 1995)
4
pengampunan dari dosa ada ritual untuk mengobati penyakit (rites of healing),
ritual karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia.(Marzali, 2017)
C. Magi
Menurut Honig Jr., kata magi berasal dari bahasa parsi, “maga” yang berarti
“imam” atau pendeta untuk agama Zoroaster yang bertugas mengembangkan dan
memelihara kelestarian agama. Ia pun menegaskan bahwa magi sama dengan
sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan primitif, magi lebih luas artinya
daripada sihir. Karena, yang dikatakan magi adalah suatu cara berfikir dan suatu
cara hidup yang mempunyai arti lebih tinggi daripada apa yang diperbuat oleh
seorang ahli sihir sebagai perseorangan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa magi adalah kepercayaan dan
praktik dimana manusia meyakini secara langsung bahwa mereka dapat
mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah untuk tujuan baik
atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya
yang lebih tinggi. Dhavamony, misalnya, mendefenisikan magi sebagai “upacara
dan verbal yang memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori
pengontrolan manusia, untuk suatu tujuan.(Ghazali, 2013)
Perlu dibedakan antara perbuatan magis dan ilmu magi. Perbuatan magis
adalah orang yang ahli dalam mempergunakan kekuatan-kekuatan atau daya-daya
gaib yang terdapat di alam raya ini, atau sebaliknya mematahkan daya-daya
kekuatan sesuatu dengan cara irasional yang menimbulkan perasaan mengerikan
atau menakutkan. Sedangkan ilmu magi atau ilmu gaib adalah yang mengetahui
cara penggunaan kekuatan atau daya-daya itu atau mengalahkannnya.(Ahimsa-
Putra, 2012)
Dhavamoni membagi dua jenis magi, yaitu imitative magic (magi tiruan) dan
contagious magic (magi sentuhan). Magi tiruan di dasarkan pada prinsip
kesamaan dalam bentuk atau pun proses, keserupaan menghasilkan keserupaan.
Sedangkan magi sentuhan didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan
5
melalui kontak fisik, misalnya ahli magi dapat mencelakakan orang lain kalau ia
memperoleh sehelai rambut, sepotong kuku, secarik kain atau benda lainnya yang
pernah bersentuhan dengan orang tersebut.(Dhavamony, 1995)
Magic adalah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan gaib bisa
mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan
pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu
tujuan yang diingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab-akibat
secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diingini.
6
Dukun atau Shaman merupakan fenomena besar dan selalu mengiringi kita
dalam setiap sendi kehidupan baik disadari maupun tidak, mereka mampu
menolong, mengobati dengan cara memberi jampi atau ramuan tertentu bahkan
dengan sedikit mantra yang diucapkan ketika proses menyembuhkan si pasien.
(Santo, 1997)
Secara umum dukun atau Shaman berarti; orang yang mengaku bisa melihat
makhluk halus, orang yang memberitakan hal-hal gaib dengan meminta petunjuk
pada burung ataupun binatang buas, orang yang memiliki ritualitas khusus, orang
yang optimistis, penyihir, pemilik firasat.
7
1. Dukun perawangan adalah dukun yang bertindak sebagai perantara atau
mediator yang menggunakan mistik, jin dan makhluk halus.
2. Dukun wiwit adalah dukun yang digunakan untuk acara panenan.
3. Dukun temanten adalah dukun yang dugunakan untuk upacara pernikahan
yang bertugas sebagai tukang sarang turunnya hujun.
4. Dukun ramal yaitu dukun yang berprofesi sebagai paranormal, mereka
biasanya meramal kejadian dimasa datang.
5. Dukun tiban adalah dukun yang bertugas untuk mengobati orang sakit,
biasanya disebut juga dengan tabib.
E. Upacara Keagamaan
Upacara adat erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan atau disebut juga
dengan ritus. Ritus adalah alat manusia religius untuk melakukan perubahan. Ia
juga dikatakan sebagai simbolis agama, atau ritual itu merupakan “agama dan
tindakan”.
8
Yajna (upacara keagamaan) adalah ekspresi perilaku kongkret dan dapat
diamati. Secara sosiologis upacara keagamaan merupakan fenomena penting
dalam rangka memahami agama.
9
a. Kamis Putih
b. Jumat Agung
c. Sabtu Suci
4. Nama Upacara Keagamaan Hindu
a. Melasti
b. Ngerupuk
c. Ngaben
d. Potong Gigi
e. Tingkeban
f. Sedekah Bumi
5. Nama Upacara Keagamaan Buddha
a. Waisak
b. Asadha
c. Kathina
d. Magha Puja
e. Ulambana
F. PENUTUP
Perkembangan yang negative akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah
laku yang menyimpang, ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia
untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat fisik maupun mental, sehubungan
dengan hal itu, maka dalam masalah kejiwaan perlu terlebih dahulu terlihat
10
kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab pemenuhan kebutuhan
yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan
menyebabkan timbulnya ketimpangan perkembangan dalam jiwa keagamaan yang
termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat berpengaruh dan bergantung pada
perkembangan aspek psikis demikian pula sebaliknya, oleh karena itu sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental secara
seimbang.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa magi adalah kepercayaan dan
praktik dimana manusia meyakini secara langsung bahwa mereka dapat
mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah untuk tujuan baik
atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya
yang lebih tinggi.
Dukun atau Shaman merupakan fenomena besar dan selalu mengiringi kita
dalam setiap sendi kehidupan baik disadari maupun tidak, mereka mampu
menolong, mengobati dengan cara memberi jampi atau ramuan tertentu bahkan
dengan sedikit mantra yang diucapkan ketika proses menyembuhkan si pasien.
G. REFERENSI
11
Ahimsa-Putra, H. S. (2012). Fenomenologi agama: Pendekatan Fenomenologi
untuk memahami agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
20(2), 271–304.
Levi-Strauss, C. (1997). Mitos Dukun dan Sihir. Terjemahan Drs. Agus Cremers,
SVC Dan Drs. De Santoso Johanes. Yogyakarta: Kanisius.
12