Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANTROPOLOGI AGAMA

TENTANG :

“ Ritual, Magi, Dukun dan Shaman,

serta Upacara Keagamaan “

Oleh Kelompok 8 :

Rafi Imam Pratama 106002015009

Dosen Pengampu:

Rosdialena, S.Sos.I, M.A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2022
“Ritual, Magi, Dukun dan Shaman, serta Upacara Keagamaan”

A. Pendahuluan

Manusia dilahirkan dengan banyak potensi bawaan yang di anugrahkan Tuhan


sebagai cerminan kesempurnaan dan manusia selalu ingin menjaga kesempurnaan
itu dengan segala daya, pikir dan potensialnya. Manusia selalu bersifat dinamik.
Mereka mampu menciptakan kemajuan-kemajuan baru dalam rangka menyokong
segala kebutuhan hidupnya untuk menjaga existensi dan kelestariannya. Seiring
dengan itu semua manusia terus membangun peradabannya dengan
pembangunan-pembangunan di berbagai aspek kehidupan, manusia selalu
mencari jalan keluar dari setiap tantangan-tantangan yang di berikan kehidupan
dengan segala cara dan upaya bahkan tidak jarang manusia keluar dari kultur
sosialnya guna mencapai segala maksud dan tujuannya hidupnya.(harun nasution,
2003)

Perkembangan yang negative akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah
laku yang menyimpang, ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia
untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat fisik maupun mental, sehubungan
dengan hal itu, maka dalam masalah kejiwaan perlu terlebih dahulu terlihat
kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab pemenuhan kebutuhan
yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan
menyebabkan timbulnya ketimpangan perkembangan dalam jiwa keagamaan yang
termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat berpengaruh dan bergantung pada
perkembangan aspek psikis demikian pula sebaliknya, oleh karena itu sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental secara
seimbang.(harun nasution, 2003)

Perdukunan merupakan salah satu alternative dalam menjawab semua


permasalahan tersebut, dan sebagai salah satu pilihan solusi untuk menjawab
persoalan-persoalan hidup, mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Praktek
perdukunan biasanya dilatarbelakangi oleh suatu faham dan keyakinan, biasanya
praktek perdukunan dikaitkan dengan sesuatu yang di anggap mempunyai

1
kekuatan diluar jangkauan akal manusia, seperti halnya benda-benda yang
dijadikan alat dalam pengobatan yang memiliki kekuatan-kekuatan penyembuhan
dalam berbagai penyakit, karena dianggap mempunyai tuah/kesaktian tertentu
yang dapat menyembuhkan.

Dukun telah menjadi bagian integral dari masyarakat kita yang majemuk. Di
satu sisi dukun merupakan sosok yang di caci masyarakat karena di anggap
“sesat” dan membodohi, di sisi lain dukun dijadikan “tempat mencari petunjuk” di
saat orang-orang tertentu mengalami kebingungan dan terdesak kebutuhan yang
tidak dapat dia temukan jawabannya dalam teori-teori ilmiah maupun analisis
pakar tertentu.

Manusia pada era industrialisasi dan tekhnikalisasi bertujuan untuk


mempermudah segala urusan hidup manusia secara materi sekaligus mengantar
manusia kepada modernitas yang ditandai dengan kreativitas manusia dalam
mengatasi jalan hidupnya. Sebetulnya dapat dikatakan bahwa tidak ada orang
yang tidak memiliki masalah, perkara urusan dan sebagainya dalam menjalankan
hidup di dunia, sebagian kecil dari mereka mampu mengatasinya dengan caranya
sendiri, ada juga yang tidak berhasil mengatasinya, sebagian dari mereka juga ada
yang mengambil jalan hidup sabar dalam menerima segala permasalahannya itu
tanpa melanggar ketentuan-ketentuan agama.

Sikap keberagamaan yang masih dipengaruhi tradisi yang dipenuhi sikap


animisme dan dinamisme, sehingga mempengaruhi pemikiran dan perbuatan yang
berbau mitos, mistik dan hal-hal yang berbau magis, karena pemahaman
keberagamaan yang kurang, yang masih bercampur baur dengan kultur tradisi.
Banyak manusia modern pedesaan maupun perkotaan mereka mencari tempat
“benda” yang dapat memberikan ketenangan jiwa secara cepat tanpa berliku.

Magi merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang dipercaya memiliki
kekuatan supernatural. Sholahuddin Al Ayubi menjelaskan bahwa magi dianggap
memiliki akar dari agama Islam yang diyakini sebagai penampakan Tuhan dalam
simbol-simbol kehidupan dan jagad raya, termasuk semua makhluk ciptaan-Nya.

2
Setelah ajaran Islam masuk ke Indonesia, pengetahuan tentang magi dalam
kehidupan masyarakat biasanya diperoleh dari berbagai cara.

B. Ritual

Ritual merupakan teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan


menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan
agama, karena ritual merupakan agama dalam tindakan. Ritual bisa pribadi atau
berkelompok, serta membentuk disposisi pribadi dari pelaku ritual sesuai dengan
adat dan budaya masing-masing. Sebagain kata sifat, ritual adalah dari segala
yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan, seperti upacara
kelahiran, kematian, pernikahan dan juga ritual sehari-hari untuk menunjukan diri
kepada kesakralan suatu menuntut diperlakukan secara khusus. (Dhavamony,
1995)

Menurut Mercea Eliade, sebagaimana dikutip oleh Mariasusai Dhavamory,


menyatakan bahwa “ritual adalah sesuatu yang mengakibatkan suatu perubahan
ontologis pada manusia dan mentransformasikannya pada situasi keberadaan yang
baru, misalnya; penempatan-penempatan pada lingkup yang kudus”. Dalam
makna religiusnya, ritual merupakan gambaran yang suci dari pergulatan tingkat
dan tindakan, ritual mengingatkan peristiwa-peristiwa primordial dan juga
memelihara serta menyalur pada masyarakat, para pelaku menjadi setara dengan
masa lampau yang suci dan melanggengkan tradisi suci serta memperbaharui
fungsi-fungsi hidup anggota kelompok tersebut.

1. Ritual dibedakan menjadi empat macam, yaitu :


a. Tindakan magis, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan
yang bekerja karena daya-daya mistis.
b. Tindaka religius, kultur para leluhur juga bekerja dengan cara ini.

3
c. Ritual konstitutif, yang mengugkapkan atau mengubah hubungan
sosial dengan merujuk pada pengertian mistis, dengan cara ini upacara-
upacara kehidupan menjadi khas.
d. Ritual faktitif, yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan
pemurnian dan perlindungan atau dengan cara meningkatkan
kesejahteraan materi suatu kelompok.(Dhavamony, 1995)

2. Macam-macam ritual yaitu :


a. Ritual Suku-Suku Primitif. Kepercayaan suku-suku primitif terhadap
ritual adalah berupa bentuk-bentuk dari sesajian sederhana buah-
buahan pertama yang ditaruh di hutan atau di ladang, sampai pada
upacara-upacara yang rumit di tempat-tempat yang dianggap suci.
b. Ritual Hindu. Ada 2 macam ritual orang Hindu, yakni ritual
keagamaan vedis dan agamis. itual vedis pada pokoknya meliputi
korban-korban kepada para dewa. Suatu korban berupa melakukan
persembahan, seperti mentega cair, butir-butir padi, sari buah soma,
dan dalam kesempatan tertentu juga binatang, kepada suatu dewata.
Sedangkan ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan
puja-pujaan, pelaksanaan puasa serta pesta-pesta yang termasuk bagian
agama Hindu.
c. Ritual Jawa. Jawa memiliki tradisi dan bermacam ritual yang beragam,
yaitu slametan. Slametan merupakan suatu kegiatan mistik yang
bertujuan untuk memohon keselamatan baik didunia dan diakhirat,
ritual juga sebagai wadah bersama masyarakat, yang mempertemukan
berbagai aspek kehidupan sosial dan perseorangan pada saat-saat
tertentu. (Bakri, 2014)
3. Tujuan Ritual, yaitu :

Dalam antropologi, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus


dilakukan untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, agar mendapatkan
berkah atau rizki yang banyak dari suatu pekerjaan, seperti upacara sakral
ketika akan turun kesawah, ada yang untuk menolak bahayan yang telah atau
diperkirakan akan datang, ritual untuk meminta perlindungan juga

4
pengampunan dari dosa ada ritual untuk mengobati penyakit (rites of healing),
ritual karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia.(Marzali, 2017)

C. Magi

Menurut Honig Jr., kata magi berasal dari bahasa parsi, “maga” yang berarti
“imam” atau pendeta untuk agama Zoroaster yang bertugas mengembangkan dan
memelihara kelestarian agama. Ia pun menegaskan bahwa magi sama dengan
sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan primitif, magi lebih luas artinya
daripada sihir. Karena, yang dikatakan magi adalah suatu cara berfikir dan suatu
cara hidup yang mempunyai arti lebih tinggi daripada apa yang diperbuat oleh
seorang ahli sihir sebagai perseorangan.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa magi adalah kepercayaan dan
praktik dimana manusia meyakini secara langsung bahwa mereka dapat
mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah untuk tujuan baik
atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya
yang lebih tinggi. Dhavamony, misalnya, mendefenisikan magi sebagai “upacara
dan verbal yang memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori
pengontrolan manusia, untuk suatu tujuan.(Ghazali, 2013)

Perlu dibedakan antara perbuatan magis dan ilmu magi. Perbuatan magis
adalah orang yang ahli dalam mempergunakan kekuatan-kekuatan atau daya-daya
gaib yang terdapat di alam raya ini, atau sebaliknya mematahkan daya-daya
kekuatan sesuatu dengan cara irasional yang menimbulkan perasaan mengerikan
atau menakutkan. Sedangkan ilmu magi atau ilmu gaib adalah yang mengetahui
cara penggunaan kekuatan atau daya-daya itu atau mengalahkannnya.(Ahimsa-
Putra, 2012)

Dhavamoni membagi dua jenis magi, yaitu imitative magic (magi tiruan) dan
contagious magic (magi sentuhan). Magi tiruan di dasarkan pada prinsip
kesamaan dalam bentuk atau pun proses, keserupaan menghasilkan keserupaan.
Sedangkan magi sentuhan didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan

5
melalui kontak fisik, misalnya ahli magi dapat mencelakakan orang lain kalau ia
memperoleh sehelai rambut, sepotong kuku, secarik kain atau benda lainnya yang
pernah bersentuhan dengan orang tersebut.(Dhavamony, 1995)

Magic adalah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan gaib bisa
mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan
pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu
tujuan yang diingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab-akibat
secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diingini.

Untuk menjelaskan hubungan antara  unsur-unsur kebatinan ini, kita


pertentangkan magic ini dengan masalah lain yang erat hubungannya, yaitu :

1. Magi dan Takhayul


Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat digunakan bagian
dari tubuh orang yang dimaksud. Misal membunuh orang dengan membakar
rambut atau kukunya. Tindakan membunuh dan membakar rambut dan kuku
agar seseorang mati adalah magic dan penggunaan rambut dan kuku sebagai
alat pembunuh adalah takhayul.

2. Magi dan Ilmu Ghaib


Jika kita pergunakan contoh di atas, mempercayai kemampuan membunuh
dengan menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui suatu proses
pengolahan tertentu secara irasional tergolong ilmu ghaib.
3. Magi dan Kultus
Jika dihubungkan dengan kultus, magic merupakan perbuatan yang
dianggap mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernatural
(Tuhan). Kultus merupakan perbuatan yang tebatas oada mengharap dan
mempengaruhi supernatural (Tuhan).

D. Dukun atau Shaman

6
Dukun atau Shaman merupakan fenomena besar dan selalu mengiringi kita
dalam setiap sendi kehidupan baik disadari maupun tidak, mereka mampu
menolong, mengobati dengan cara memberi jampi atau ramuan tertentu bahkan
dengan sedikit mantra yang diucapkan ketika proses menyembuhkan si pasien.
(Santo, 1997)

Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya


penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural, namun sebagian dari mereka
menyalahgunakan ilmu supranatural tersebut untuk menciptakan "penyakit baru",
kepada masyarakat.

Dukun merupakan seorang yang mengobati, membantu orang sakit, memberi


syarat serta mantra lain sebagainya. Ilmu dukun pada banyak suku bangsa di dunia
sering juga amat luas sifatnya sehingga terpecah kedalam banyak kejuruan. Ingat
saja akan adanya bermacam –macam dukun dalam kebudayaan jawa, di samping
dukun umum ada dukun jampi yang khusus obat obatan; bayi dukun yang
menolong melahirkan anak; dukun menyunat, dukun prewangan yang menolak
penyakit dengan bantuan seorang ruh yang diundang masuk kedalam tubuhnya,
dukun ramal.(Koentjaranlngtat, 1985)

Shaman adalah praktik yang melibatkan seorang praktisi yang mencapai


kondisi kesadaran yang berubah untuk merasakan dan berinteraksi dengan apa
yang mereka yakini sebagai dunia roh dan menyalurkan energi transendental ini
ke dunia ini. Shaman adalah seseorang yang dianggap memiliki akses, dan
mempengaruhi dunia roh-roh jahat dan jahat, yang biasanya memasuki keadaan
trans selama ritual, dan melakukan ramalan dan penyembuhan.(Levi-Strauss,
1997)

Secara umum dukun atau Shaman berarti; orang yang mengaku bisa melihat
makhluk halus, orang yang memberitakan hal-hal gaib dengan meminta petunjuk
pada burung ataupun binatang buas, orang yang memiliki ritualitas khusus, orang
yang optimistis, penyihir, pemilik firasat.

Dibawah ini akan menjelaskan tentang peran dukun berdasarkan tugasnya:

7
1. Dukun perawangan adalah dukun yang bertindak sebagai perantara atau
mediator yang menggunakan mistik, jin dan makhluk halus.
2. Dukun wiwit adalah dukun yang digunakan untuk acara panenan.
3. Dukun temanten adalah dukun yang dugunakan untuk upacara pernikahan
yang bertugas sebagai tukang sarang turunnya hujun.
4. Dukun ramal yaitu dukun yang berprofesi sebagai paranormal, mereka
biasanya meramal kejadian dimasa datang.
5. Dukun tiban adalah dukun yang bertugas untuk mengobati orang sakit,
biasanya disebut juga dengan tabib.

E. Upacara Keagamaan

Upacara adat erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan atau disebut juga
dengan ritus. Ritus adalah alat manusia religius untuk melakukan perubahan. Ia
juga dikatakan sebagai simbolis agama, atau ritual itu merupakan “agama dan
tindakan”.

Ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan


yang dianut oleh masyarakatnya, kepercayaan seperti inilah yang mendorong
manusia untuk melakukan berbagai perbuatan atau tindakan yang bertujuan
mencari hubungan dengan dunia gaib penguasa alam melalui ritual-ritual, baik
ritual keagamaan maupun ritual-ritual adat lainnya yang dirasakan oleh
masyarakat sebagai saat-saat genting, yang bisa membawa bahaya gaib,
kesengsaraan dan penyakit kepada manusia maupun tanaman.(Koentjaranlngtat,
1985)

Ritual keagamaan atau tradisi yang memiliki fungsi dalam kehidupan


masyarakat akan bertahan lama dan tidak akan mudah hilang, seperti yang
dikatakan dalam aksioma teori fungsional bahwa segala sesuatu yang memiliki
fungsi tidak akan mudah lenyap dengan sendirinya, karena sejak dulu sampai saat
ini masih ada, mempunyai fungsi, dan bahkan memerankan sejumlah fungsi.

8
Yajna (upacara keagamaan) adalah ekspresi perilaku kongkret dan dapat
diamati. Secara sosiologis upacara keagamaan merupakan fenomena penting
dalam rangka memahami agama.

Upacara adat Keagamaan dilakukan sesuai dengan ketentuan upacara. Tujuan


upacara itu tentu saja tergantung dengan maksud dan kehendak dalam
mengadakan upacara. upacara adat keagamaan bisa saja dilakukan untuk
perkawinan atau pernikahan, khitanan, kematian, penyambutan tamu dan lain
sebagainya.

Dengan keberagaman agama yang ada ini, masyarakat Indonesia sudah


terbiasa hidup saling bertoleransi. Contoh toleransi yang mudah ditemukan di
sekitar kita yaitu ketika ada hari besar/hari raya beserta upacara dari agama yang
berbeda dari kita, namun kita menghormati adanya upacara keagamaan itu tanpa
mengganggu dan menghormati apabila upacara keagamaan tersebut berbeda
dengan upacara keagamaan dari agama yang kita anut.

Berikut ini adalah nama nama upacara keagamaan :

1. Nama Upacara Keagamaan Islam


a. Jumatan
b. Puasa Ramadhan
c. Maulid Nabi Muhammad
d. Isra Mi'raj
e. Idul Fitri
f. Idul Adha
g. Hari Asyura (10 Muharram)
2. Nama Upacara Keagamaan Kristen
a. Upacara Paskah
b. Natal
c. Angkat Sidi
d. Wafat Isa Almasih
3. Nama Upacara Keagamaan Katolik

9
a. Kamis Putih
b. Jumat Agung
c. Sabtu Suci
4. Nama Upacara Keagamaan Hindu
a. Melasti
b. Ngerupuk
c. Ngaben
d. Potong Gigi
e. Tingkeban
f. Sedekah Bumi
5. Nama Upacara Keagamaan Buddha
a. Waisak
b. Asadha
c. Kathina
d. Magha Puja
e. Ulambana

6. Nama Upacara Keagamaan Kong Hu Chu


a. Cap Go meh
b. Cheng Beng
c. Membagikan Angpao

F. PENUTUP

Manusia selalu bersifat dinamik. Mereka mampu menciptakan kemajuan-


kemajuan baru dalam rangka menyokong segala kebutuhan hidupnya untuk
menjaga existensi dan kelestariannya.

Perkembangan yang negative akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah
laku yang menyimpang, ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia
untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat fisik maupun mental, sehubungan
dengan hal itu, maka dalam masalah kejiwaan perlu terlebih dahulu terlihat

10
kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab pemenuhan kebutuhan
yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan
menyebabkan timbulnya ketimpangan perkembangan dalam jiwa keagamaan yang
termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat berpengaruh dan bergantung pada
perkembangan aspek psikis demikian pula sebaliknya, oleh karena itu sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental secara
seimbang.

Ritual merupakan teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan


menjadi suci. Ritual adalah sesuatu yang mengakibatkan suatu perubahan
ontologis pada manusia dan mentransformasikannya pada situasi keberadaan yang
baru.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa magi adalah kepercayaan dan
praktik dimana manusia meyakini secara langsung bahwa mereka dapat
mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah untuk tujuan baik
atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya
yang lebih tinggi.

Dukun atau Shaman merupakan fenomena besar dan selalu mengiringi kita
dalam setiap sendi kehidupan baik disadari maupun tidak, mereka mampu
menolong, mengobati dengan cara memberi jampi atau ramuan tertentu bahkan
dengan sedikit mantra yang diucapkan ketika proses menyembuhkan si pasien.

Secara sosiologis upacara keagamaan merupakan fenomena penting dalam


rangka memahami agama. Upacara adat Keagamaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan upacara. Tujuan upacara itu tentu saja tergantung dengan maksud dan
kehendak dalam mengadakan upacara. upacara adat keagamaan bisa saja
dilakukan untuk perkawinan atau pernikahan, khitanan, kematian, penyambutan
tamu dan lain sebagainya.

G. REFERENSI

11
Ahimsa-Putra, H. S. (2012). Fenomenologi agama: Pendekatan Fenomenologi
untuk memahami agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
20(2), 271–304.

Bakri, S. (2014). Kebudayaan Islam Bercorak Jawa (Adaptasi Islam dalam


Kebudayaan Jawa). Dinika: Journal of Islamic Studies, 12(02).

Dhavamony, M. (1995). Fenomenologi agama.

Ghazali, A. M. (2013). Teologi Kerukunan Beragama dalam Islam (Studi Kasus


Kerukunan Beragama di Indonesia). Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 13(2),
271–292.

harun nasution. (2003). Falsafat agama. PT. Bulan Bintang.

Koentjaranlngtat. (1985). Pengantar ilmu antropologi. aksara baru.

Levi-Strauss, C. (1997). Mitos Dukun dan Sihir. Terjemahan Drs. Agus Cremers,
SVC Dan Drs. De Santoso Johanes. Yogyakarta: Kanisius.

Marzali, A. (2017). Agama dan kebudayaan. Umbara, 1(1).

Santo, de J. (1997). Mitos Dukun dan Sihir Claude Levi-Strauss. Yogyakarta:


Kanisius.

12

Anda mungkin juga menyukai