Disusun Oleh :
Firda Rizkia
NIM: 11170380000002
Pengertian
Antropologi merupakan ilmu yang mengkaji manusia dan budaya.
Oleh karena itu, ada dua bagian penting dalam kajian antropologi :
1. Antropologi Fisikal
2. Antropologi Kultural
Sementara itu, agama merupakan seperangkat kepercayaan, dokrin,
dan norma-norma yang dianut dan diyakini kebenarannya oleh manusia.
Wilayah Kajian
Objek kajian antropologi agama adalah “kebudayaan manusia dalam
kaitannya dengan agama.”
Dua hal yang menjadi perhatian antropologi dalam mengkaji
kebudayaan :
1) Memahami manusia secara keseluruhan, yang tentu saja memiliki
diferensiasi-diferensiasi yang akan dipersatukan oleh prinsip-prinsip
metode antropologis;
2) Memahami kebudayaandalam konteks antropologi, dimana istilah
kebudayaan digunakan dalam dua pengertian: pengertian yang umum
dan sempit.
Dan pada umumnya terdapat dua macam dalam kajian antropologi.
Antara lain:
Antropologi Tradisional
Antropologi Modern
Metode dan Pendekatan
Perbedaan pandangan di antara para antropolog bergantung kepada
perbedaan penggunaan pendekatan, seperti pendekatan fenomenologis dan
interpretasi-interpretasi hermeneutik kehidupan agamadan simbol-simbol
suci atau analisis semiotik tentang aturan-aturan komunikasi; mereka
menerapkan model-model interaksi sosial yang kompleks, ritus-ritus,
susunan mitos, korban, kosmologis, dan revolusi.
Penggunaan prinsip-prinsip ilmiah untuk menghampiri agama dalam
konteks antropologi, diperlukan beberapa pendekatan ilmiah yang
mencakup :
• ‘Universalitas’ • ‘Komparasi’
• ‘Empirisme’ • ‘Obyektifitas’
Bab 2: Sistem Kepercayaan Masyarakat
Primitif
Tentang Primitif
Di kalangan para ahli, istilah “primitif” berbeda-beda penyebutannya. Ada yang
mengistilahkan pra-literate, non-literate, archaic,dan sebagainya. Dan bisa dicirikan
kepada manusia atau sekelompok orang yang hidup dalam kurun waktu tertentu pada
masa lampau.
Evans Pritchard menyatakan bahwa mempelajari kepercayaan masyarakat
primitif memberikan dua keuntungan. Antara lain :
Hubungan kebudayaan dan agama, dalam konteks ini agama dipandang sebagai
realitas dan fakta sosial sekaligus juga sebagai sumber nilai dalam tindakan-tindakan
maupun budaya.
Pengaruh Agama terhadap Sistem Budaya
Dalam hubungan agama dengan budaya, dokrin agama yang merupakan
konseeepsi tentang realitas, harus berhadapan dengan realitas, bahkan berurusan
dengan perubahan sosial.
Agama dipandang sebagai sistem yang mengatur makna atau nilai-nilai
dalam kehidupan manusia yang digunakan sebagai titik referensi bagi seluruh
realitas.
Dalam kehidupan masyarakat, agama mempunyai peranan penting karena ia
mengandung beberapa faktor, yaitu:
Lapisan ketiga adalah agama Lapisan keempat adalah agama Islam yang
Buddha, yang telah telah menyumbangkan kepekaan terhadap
Lapisan kelima adalah
mewariskan nilai-nilai yang tata tertib kehidupan melalui syari’at,
agama Kristen, baik Katolik
menjauhi ketamakan dan ketaatan melakukan shalat dalam lima
maupun Protestan. Agama ini
keserakahan. Bersama waktu, kepekaan terhadap mana yang baik
menekankan nilai kasih
dengan itu timbul nilai dan mana yang jahat dan melakukan yang
sayang dalam hubungan
pengendalian diri dan mawas baik dan menjauhi yang jahat (amar
antar manusia.
diri dengan menjalani 8 tata makruf nahi munkar) berdampak pada
jalan keutamaan. pertumbuhan akhlak yang mulia.
Bab 4: Manusia Religius
Yang Sakral dan Yang Profan (The Sacred dan The Profane)
1. Pengertian
Menurut Eliade, sakral merupakan kehidupan religius yang dipertentangkan dengan
yang profan yang merupakan kehidupan sekular.
Propan adalah sesuatu yang biasa, umum, tidak dikuduskan, dan bersifat sementara.
Kudus merupakan pusat kehidupan dan pengalaman religius.
Ciri yang mencolok dari fenomena religius adalah selalu mengandalkan dua
pembagian dari seluruh dunia, yang diketahui dan yang tidak diketahui, ke dalam dua
kelas yang merangkum segala yang ada, tetapi secara radikal saling meniadakan.
Yang tetap ada dalam fenomena religius itu adalah pertalian dari makna khusus yang
kita sebut ‘religius’, atau suatu hubungan dengan dewa-dewa, roh-roh, leluhur yang
dipuja sebagai dewa, atau benda-benda suci, dengan yang kudus secara umum
2. Hierofani
Hierofani dapat diartikan sebagai suatu perwujudan atau penampakkan diri dari
yang sakral.
Setiap ritus, mitos, bentuk-bentuk suci, simbol-simbol, bintang, tumbuh-
tumbuhan, tempat-tempat suci, orang-orang suci, dan lain-lain, semuanya itu
dipandang sebagai hierofani. Suatu hierofani dianggap berharga karena dia hal:
a. Karena ia hierofani, maka menimbulkan perasaan suci; dan
b. Ia hierofani karena merupakan sesuatu yang disucikan, karena kejadian sejarah,
maka menimbulkan suatu sikap dari orang yang pernah mengalaminya yang suci.
Upacara Keagamaan (Ritus)
1. Pengertian
Ritus adalah alat manusia religius untuk melakukan perubahan.
Susanne Langer menunjukkan bahwa ritual merupakan ungkapan yang bersifat logis
daripada hanya bersifat psikologis. Menurutnya, ritual dapat dibedakan dalam empat
macam:
a. Tindakan magi,yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena
daya-daya mistis;
b. Tindakan religius, kultus para leluhur, juga bekerja dengan cara yang pertama;
c. Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan
merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan
menjadi khas; dan
d. Ritual faktitif yang meningkatkan produktifitas atau kekuatan, atau pemurnian dan
perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu
kelompok.
2. Masa Transisi Ritual
Masa ritus ini khususnya dilakukan pada waktu-waktu krisis, baik ketika ingin
memenuhi kebutuhan hidup, fisik maupun ritual.
Terdapat sederetan ritus yang menandai perpindahan tahun yang lama menuju
tahun yang baru, yaitu:
a. Ritus-ritus pembersihan, penyucian, pengakuan dosa-dosa, pengusiran setan,
pengusiran si jahat keluar dari desa, dan sebagainya;
b. Ritus memadamkan dan menyalahkan semua api;
c. Ritus pawai bertopeng melambangkan arwah orang yang telah meninggal,
upacara penerimaan orang yang sudah mati, yang dijamu dan dihibur dengan
pesta-peseta dan lain sebagainya, kemudian pada akhir pesta mereka diantarkan
ke perbatasan wilayah desa itu, atau ke laut, ke sungai dan lain sebagainya;
d. Ritus perkelahian antara dua regu yang saling bertentangan.
e. Ritus carnival, saturnalia; pembalikan tatanan normal, kekacauan kelakuan
seksual, dan sebagainya.
3. Bentuk-bentuk Ritus
Van Gennep menyatakan bahwa semua ritus dan upacara itu dapat
dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. “ritual perpisahan” (separation); manusia melepaskan kedudukannya
semula.
b. “ritus peralihan” (marge); manusia di anggap mati atau “tidak ada”
lagi, dan dalam keadaan seperti tak tergolong dalam lingkungan sosial
manapun.
c. “ritus integrasi kembali” (aggregation); upacara peresmian menuju
tahap kehidupan dan lingkungan sosial yang baru.
Di bawah ini bebrapa bentuk upacara-upacara atau ritus keagamaan:
c. Upacara Perkawinan
Berdasarkan tersebut di atas, jelaslah bahwa kebenaran agama tiada lain memiliki dua pengertian:
Pengertian
Dalam bahasa Yunani, kata “mitos” berasal dari “mathos”, yang secara
harfiah diartikan sebagai “cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang”.
Mitos dipandang sebagai usaha manusia arkais untuk melukiskan
lintasan yang supranatural ke dalam dunia.
Bagi bangsa primitif, mitos merupakan suatu gambaran tentang
keyakinan mereka mengenai rahasia-rahasia alam yang mengatasi segala
kehidupan manusia yang sukar digambarkan atau dipikirkan.
Bentuk-bentuk Mitos
Jaminan Contoh
Pewahyuan
eksistensi model
Magis-
Pembaharuan Penyembuhan
religius
Bab 8: Kepercayaan tentang Magi
Pengertian
Magi adalah Kepercayaan dan praktik.
Orang yang percaya magi dan menjalankan magi, mendasarkan
pikirannya kepada dua pokok, yaitu:
1. Bahwa dunia ini penuh dengan daya-daya gaib serupa dengan apa
yang dimaksud oleh orang modern dengan daya-daya alam;
2. Bahwa daya-daya gaib itu dapat dipergunakan, tetapi penggunaannya
tidak dengan akal pikiran melainkan dengan alat-alat di luar akal.
Bentuk-bentuk Magi
Magi dapat dibagi ke dalam dua bentuk, magi baik atau putih (white
magic) dan magi buruk atau hitam (black magic). White magic adalah jenis
magi yang dilakukan bersama, sedangkan black magic adalah perbuatan
yang dilakukan secara perorangan.
Magi positif harus melakukan sesuatu supaya mendatangkan akibat
yang diharapkan. Sebaliknya, magi negatif merupakan larangan
melakukan sesuatu agar tidak terjadi sesuatu agar tidak terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan.
Fungsi dan Tujuan Magi
Raymond Firth mengklasifikasikan tujuan dan fungsi magi berdasarkan
klasifikasi magi produktif, magi proktektif dan magi destruktif, seperti di bawah
ini:
1. Magi produktif, antara lain magi untuk berburu, untuk menyuburkan tanah,
menanam dan menuai panenan; magi untuk pembuatan hujan, untuk
menangkap ikan, untuk pelayanan, untuk perdagangan, dan magi untuk
percintaan.
2. Magi protektif, antara lain untuk menjaga milik, magi untuk membantu
mengumpulkan utang, untuk menanggulangi kemalangan, untuk memelihara
orang sakit, untuk keselamatan perjalanan, dan untuk dijadikan lawan
terhadap magi destruktif.
3. Magi destruktif, antara lain magi untuk mendatangkan badai, untuk merusak
milik, untuk mendatangkan penyakit, dan untuk mendatangkan kematian.
Magi dan Agama
Bagi Frazer, magi sama sekali tidak berkaitan dengan agama yang
didefiniskannya sebagai suatuorientasi ke arah roh, dewa-dewa atau hal-
hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik ini.
Dalam hubungannya dengan agama, Frazer melihat bahwa pada
dasarnya magi itu lebih tua daripada agama.
Carl Gustav Diehl telah meringkaskan faktor-faktor yang
membedakan magi dengan agama berdasarkan pendapat-pendapat para
ilmuwan, yakni:
1. Perbedaan berdasarkan sikap manusia
2. Perbedaan berdasarkan hubungan dengan masyarakat
3. Perbedaan berdasarkan sarana
4. Perbedaan berdasarkan tujuan
5. Faktor tambahan
Bab 9: Kepercayaan tentang Supreme Being