Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling baik
tidak pernah membeda- bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu
mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya.
Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam lain.
Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern, karena masyarakat pada dasarnya bersifat dinamis. Perubahan terjadi
dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti bidang sosial, pendidikan, ekonomi,
politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian dan lain sebagainya. Perubahan sosial yang
terjadi memberi efek bagi masyarakat secara menyeluruh, perubahan di satu bidang akan
diikuti perubahan di bidang lainnya. Salah satu bagian dari perubahan sosial terdapatnya
pelapisan sosial dalam masyarakat. Efek yang ditimbulkan dari perubahan sosial masyarakat
bisa berbentuk positif dan juga bisa berbentuk negatif. Dalam hal ini perlu ada benteng nilai
dan norma yang bisa mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan sosial masyarakat
yang terjadi dengan semakin pesat. Agama dalam konteks ini memiliki posisi yang sangat
penting dalam kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai ragam fenomena dan fakta-fakta
sosial, yang ada di dalamnya. Dalam pergaulan sosial di masyarakat munculnya berbagai
kemajuan mempengaruhi prilaku dan pola bersikap warga masyarakat. Banyak perilaku-
perilaku yang menyimpang yang ditemukan dalam masyarakat, yang pada tahap selanjutya bisa
menggangu ketentraman masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian agama ?
2. Jelaskan Pengertian Masyarakat ?
3. Apa Fungsi dan Peran Agama dalam Masyarakat ?
4. bagaimana Hikmah agama dan sikap hidup beragama kepada sesama manusia ?

C. Tujuan
1. Agar Mengetahui Fungsi Peranan agama dalam kehidupan sosial dan di masyarakat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran atau sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang
disertai dengan tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia
lainnya atau pun dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut etimologi, istilah agama merujuk dari bahasa Sanskerta, yaitu "a" yang
artinya tidak, dan "gama" yang berarti kacau. Maka agama memiliki arti tidak kacau, atau
teratur. Maka dari itu, agama dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan aturan yang
mengarahkan manusia pada arah dan tujuan yang baik dan benar. Adanya agama bertujuan
untuk menjadikan tatanan kehidupan (aturan) berasal dari Tuhan, di mana hal tersebut mampu
membimbing manusia menjadi seseorang yang berakal dan berusaha mencari kebahagiaan,
baik di dunia ataupun di akhirat.

Selain itu, agama juga bertujuan untuk memberikan pengajaran pada penganutnya agar dapat
mengatur hidupnya sedemikian rupa guna memperoleh kebahagiaan untuk dirinya sendiri
ataupun untuk orang lain di sekitarnya.

Adapun pengertian menurut para ahli yaitu :


1. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita
sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan
keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna
kesuciannya.
2. Sedangkan menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus
seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari
bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan
gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara
berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.

2
Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama dalam
bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa disebut Religion dan
Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din.

3. Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang
terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi
kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan
bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
4. Tajdab,dkk (1994) menyatakan bahwa agama berasala dari kata a, berate tidak dan
gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir,
dan/atau teratur. Maka, istilah agama merupakan suatu kepercayaan yang
mendatangkan kehidupan yang teratur dan tidak kacau serta mendatangkan
kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia. Jadi, agama adalah jalan hidup yang
harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia ini supaya lebih teratur
dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.1

Dapat disimpulkan bahwa agama adalah Agama adalah sistem yang mengatur
kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan (atau sejenisnya) serta tata kaidah yang
berhubungan dengan adat istiadat, dan pandangan dunia yang menghubungkan
manusia dengan tatanan kehidupan, pelaksanaan agama bisa dipengaruhi oleh adat
istiadat daerah setempat. Pada zaman sejarah adat menjadi alat untuk menyampaikan
ajaran-ajaran agama.

B. Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata Syaraka yang
berarti ikut serta atau berpartisipasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama. Secara umum, masyarakat dapat diartikan
sebagai kelompok manusia yang hidup bersama dan sadar sebagai kesatuan.

Adapun Pengertian masyaratakat menurut para ahli yaitu :

1
E-Jurnal https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html

3
1. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-terusan
dan terikat oleh rasa identitas yang sama. Selo Sumarjan Menurut Selo Sumarjan,
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
2. Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat adalah sistem hidup bersama yang
memunculkan kebudayaan dan keterikatan satu sama lain, di mana berbagai pola
tingkah laku yang khas menjadi pengikat satu kesatuan manusia dan bersifat
berkelanjutan.
3. Menurut Emile Durkheim, masyarakat adalah kenyataan objektif dari pribadi-
pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang mengalami
ketegangan organisasasi maupun perkembangan akibat adanya pertentangan antar
kelompok yang dibedakan kepentingannya secara ekonomi.
5. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, masyarakat adalah kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama dalam waktu yang relatif lama, tinggal
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama, serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok tersebut.
6. Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup dan
bekerja sama dalam waktu cukup lama dan mampu menciptakan keteraturan dalam
kehidupan bersama, serta mereka menganggap kelompoknya sebagai sebuah
kesatuan sosial.2

C. Fungsi Agama

Dalam proses kehidupan, agama memiliki fungsi-fungsi penting yang berperan


dalam kehidupan seseorang. Dalam Jurnal Tarbiyah Al-Awlad yang berjudul "Agama
dan Pengaruhnya dalam Kehidupan", menyebutkan fungsi agama yaitu:

1. Edukatif

Fungsi agama yang pertama adalah fungsi edukatif. Para penganut agama
berpendapat bahwa ajaran agama mereka memberikan ajaran yang harus dipatuhi.

2
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/09/01150061/pengertian-masyarakat-menurut-para-ahli

4
Ajaran agama secara yuridis, berfungsi untuk menyuruh dan melarang seseorang
bertindak. Kedua unsur suruh dan larangan ini mempunyai latar belakang untuk
mengarahkan seseorang agar para penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang
baik menurut ajaran agama masing-masing.

2. Penyelamat

Fungsi agama yang kedua yaitu fungsi penyelamat. Setiap orang pasti
menginginkan dirinya selamat di mana pun berada. Agama hadir dengan membawa
keselamatan tersebut. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi keselamatan di
dua alam, yaitu di dunia dan akhirat. Tapi untuk mendapatkan keselamatan tersebut,
agama mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sakral,
berupa keimanan kepada Tuhan.

Pelaksanaan pengenalan kepada unsur (zat supernatural) itu bertujuan agar


dapat berkomunikasi baik secara langsung maupun dengan perantara langkah menuju
ke arah itu secara praktisnya dilaksanakan dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran
agama itu sendiri, antaranya:

1) Theophania spontanea. Kepercayaan bahwa Tuhan dapat dihadirkan dalam


benda-benda tertentu tempat angker, gunung, arca, dan lainnya.

2) Theophania innocativa. Kepercayaan bahwa Tuhan hadir dalam lambang


karena dimohon, baik melalui invocative magis berupa magis atau dukun, maupun
invocative religius berupa permohonan, doa, kesaktian, dan sebagainya.

3. Pendamai

Fungsi agama yang ketiga adalah sebagai pendamai. Dengan agama, seseorang
yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama.
Rasa berdosa dan rasa bersalah yang ada pada dirinya akan segera menjadi hilang dari
batinnya, ketika seorang pelanggar tersebut telah menebus dosanya dengan cara tobat,
pensucian, ataupun penebusan dosa.

4. Sosial Control

Fungsi agama yang keempat yaitu sebagai sosial kontrol. Para penganut agama
akan terikat batinnya pada ajaran agama yang dipeluknya, baik secara pribadi maupun

5
secara kelompok. Oleh penganutnya, ajaran agama tersebut dianggap sebagai
pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. 3

5. Fungsi transformative

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi manusia atau antar kelompok
menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaranaagama yang dianutnya. Kehidupan baru
yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu
mengubah kesetiaanya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

6. Fungsi sublimatif

Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat
agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala bentuk usaha manusia
selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, jika dilakukan atas niat yang
tulus, karena, hanya dan untukAllah merupakan ibadah. Agama dan spiritualitas
Spiritual, spiritualitas, dan spiritualisme mengacu kepada kosakata latin spirit atau
spiritus yang berarti napas. Adapun kata kerja spirare yang berarti untuk bernapas.
Berangkat dari pengertian etimologis ini, maka arti spesifik untuk hidup adalah untuk
bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit (Purwakania Hasan, 2006: 288).
Spirit dapat juga diartikan kehidupan, nyawa, jiwa, dan napas (Hasan Shadiliy, 1984:
34). Dalam pengertian yang lebih luas spirit dapat diartikan sebagai:

1) kekuatan kosmis yang memberi kekuatan kepada manusia,

2) makhluk immateriil seperti peri, hantu, dan lain sebagainya,

3) sifat kesadaran, kemauan, dan kepandaian yang ada dalam alam menyeluruh,

4) jiwa luhur dalam alam yang bersifat mengetahui semuannya, mempunyai akhlak
tinggi, menguasai keindahan, dan abadi,

5) dalam agama mendekati kesadaran ketuhanan,

6) hal yang terkandung dalam minuman keras, dan menyebabkan mabuk (Hasan
Shadiliy, 1984: 40).

3
https://www.merdeka.com/jabar/fungsi-agama-bagi-kehidupan-manusia-sebagai-pemberi-damai-hingga-
sosial-kontrol-kln.html

6
Memang spiritualitas memiliki ruang lingkup dan pengertian yang luas. Menurut
Purwakania Hasan mengatakan bahwa hasil penelitian Matsolf dan Mickey tentang
sejumlah kata kunci yang mengacu kepada pengertian spiritualitas, yakni makna
(meaning), nilai-nilai (values), transedensi (transcedency), bersambungan
(connecting), dan menjadi (becoming). Memang tampaknya pengertian spiritualitas
merangkum sisisisi kehidupan rohani dalam dimensi yang cukup luas. Secara garis
besarnya spiritualitas merupakan kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya
dalam cara berfikir, merasa baik, merasa berdoa, dan berkarya. Seperti dinyatakan oleh
William Irwin Thomson, bahwa spiritualitas bukan agama. Namun demikian ia tidak
dapat dilepaskan dari nilai-nilai keagamaan. Maksudnya ada titik singgung antara
spiritualitas dan agama. Spiritualitas bisa saja tercermin dari kehidupan rohani
penganut ideologi seperti agnotisme, skeptisisme ataupun atheisme, misalnya. Dengan
demikian mereka bisa saja mengatakan bahwa spiritualitas dalam atheisme. Nilai-nilai
ideologis yang dianggapnya benar. Namun sebagai manusia, bagaimanapun manusia
tidak dapat atau tidak mampu mengelak dari nilai-nilai kodrati sebagai manusia.

D. HIKMAH AGAMA DAN SIKAP HIDUP BERAGAMA KEPADA SESAMA


MANUSIA

Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang
yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena
keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap
manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan,
maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi
berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda.

Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut
diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada
hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri
sebagai anugerah Allah.

Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan
mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah.
Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan

7
sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat
menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada
diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang
diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah
sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-
bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan
sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.

Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi
membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru bertentangan
dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh umat beragama dari setiap
agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-bedakan manusia berdasarkan perbedaan
agama sesungguhnya bertentangan dengan ajaran agama. Sebagai bangsa yang beragama,
sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umat manusia sedunia dengan cara hidup yang
saling mengasihi dan saling merahmati dengan menerima perbedaan agama sebagai rahmat
Allah.4

4
https://media.neliti.com/media/publications/294850-agama-dalam-kehidupan-individu-debb02ed.pdf

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap
kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan
adab yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua
agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan
baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk
agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/294850-agama-dalam-kehidupan-individu-
debb02ed.pdf
https://www.merdeka.com/jabar/fungsi-agama-bagi-kehidupan-manusia-sebagai-pemberi-damai-hingga-
sosial-kontrol-kln.html

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/09/01150061/pengertian-masyarakat-menurut-para-
ahli
E-Jurnal https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html

10

Anda mungkin juga menyukai