DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1) Perbedaan individu
Perbedaan kepribadian antarindividu dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik
adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu
yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan itulah yang menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seorang
tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung
pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan tiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, ada juga yang
merasa terhibur.
c. Isu-isu Keagamaan
Berikut beberapa isu-isu keagamaan yang menjadi penyebab munculnya
konflik keagamaan, yaitu :
1) Isu Moral, didalamnya melingkup isu-isu mengenai perbuatan asusila,
prostitusi, pornografi/ pornoaksi, perjudian, minuman keras, dan narkoba.
4) Isu Terorisme, yaitu isu-isu yag berhubungan dengan aksi serangan teror
terhadap kelompok keagamaan tertentu maupun warga asing. Contohnya
kasus pengeboman di Bali yang dilakukan oleh kelompok Imam Samudra
dan berbagai serangan bom di Jakarta.
5) Isu Politik Keagamaan, adalah isu-isu yang melibatkan sikap anti terhadap
kebijakan pemerintah Barat atau pemerintah asing dan sikap kontra ideologi
atau kebudayaan Barat atau asing lainnya. Contohnya isu penerapab syariat
Islam atau Islamisme, serta pro-kontra menyangkut kebijakan pemerintah
indonesia yang berdampak pada komunitas keagamaan tertentu.
b. Penyelesaian
3) Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
C. PENUTUP
Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan
adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan
individu dan masyarakat, bahkan terhadap alam. Kehidupan beragama menyebabkan
berkembangnya suatu tradisi keagamaan atau sistem kepercayaan asli yang diwariskan
sejak zaman nenek moyang. Seperti upacara-upacara agama yang bercampur dengan
upacara adat atau budaya masyarakat yang merupakan penonjolan kegiatan keagamaan.
Ada beberapa peran yang bisa dilakukan dalam beragama. Bukan berarti agama
adalah pribadi yang bisa melakukan sesuatu, melainkan peran yang dilakukan oleh
institusi agama atau umat beragama, terutama mereka yang berfungsi sebagai pemimpin
agama, karena banyak peran agama dan umat beragama dalam lingkup agamanya serta
pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, J. T. (2015). Relasi Agama dan Budaya dalam Hubungan Intern Umat Islam.
Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi), 1(1).
St Aisyah, B. M. (2014). Konflik Sosial dalam Hubungan antar Umat Beragama. Jurnal
Dakwah Tabligh, 15(2)