0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang usahatani jambu mete di Kabupaten Jember dan Desa Jonokalora. Jambu mete merupakan komoditas unggulan yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia namun masih terdapat berbagai hambatan dalam usahataninya. Untuk meningkatkan daya saing jambu mete diperlukan perbaikan faktor internal seperti agribisnis hulu, usahatani, pengolahan, pemasaran, dan jasa penunjang serta strategi se
Dokumen tersebut membahas tentang usahatani jambu mete di Kabupaten Jember dan Desa Jonokalora. Jambu mete merupakan komoditas unggulan yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia namun masih terdapat berbagai hambatan dalam usahataninya. Untuk meningkatkan daya saing jambu mete diperlukan perbaikan faktor internal seperti agribisnis hulu, usahatani, pengolahan, pemasaran, dan jasa penunjang serta strategi se
Dokumen tersebut membahas tentang usahatani jambu mete di Kabupaten Jember dan Desa Jonokalora. Jambu mete merupakan komoditas unggulan yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia namun masih terdapat berbagai hambatan dalam usahataninya. Untuk meningkatkan daya saing jambu mete diperlukan perbaikan faktor internal seperti agribisnis hulu, usahatani, pengolahan, pemasaran, dan jasa penunjang serta strategi se
unggulan tanaman perkebunan yang menjadi prioritas pemerintah dalam pembangunan ekonomi dan pertanian di masa depan. Jambu mete memiliki kontribusi cukup besar dalam perekonomian Indonesia, antara lain sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri makanan, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Usahatani jambu mete di Kabupaten Jember telah memberikan penghidupan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar petani, baik sebagai usaha sampingan maupun usaha pokok. Respon petani untuk menanam jambu mete sudah mulai baik karena usahatani jambu mete mempu memberikan pendapatan yang cukup berarti bagi petani sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor di samping pemeliharaan tanaman jambu mete relatif mudah. Namun demikian, di tingkat petani masih ditemukan berbagai permasalahan yang menghambat keberhasilan usahatani jambu mete. Untuk menciptakan daya saing komoditas jambu mete dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor eksternal dan faktor internal . Faktor eksternal meliputi permintaan pasar (demand dan suplai dunia), perjanjian perdagangan dan lain-lain, sedangkan faktor internal itu sendiri menyangkut agribisnis yang didalamnya terdiri dari beberapa sub . Kinerja sub tersebut berpengaruh terhadap kinerja agribisnis Jambu mete Agribisnis Hulu, Usahatani Mete, Pengolahan Mete, Pemasaran Mete, dan Jasa Penunjang. Untuk menciptakan komoditas jambu mete yang memiliki nilai daya saing yang tinggi maka faktor internal tersebut haruslah dibenahi terlebih dahulu dan lebih ditekankan pada orientasi agribisnis yang kemudian dikembangkan secara harmonis melalui usaha perbaikan secara terus menerus serta political will dari para pengambil kebijakan khususnya Pemerintah Desa Jonokalora dan instansi pendukung lainnya. Keragaan usahatani jambu mete tidak terlepas dari kinerja sub usahatani tersebut yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan input usahatani, tingkat pengelolaan usahatani, kondisi pemasaran dan lembaga penunjang yang saling terkait. Kondisi yang buruk dari salah satu faktor tersebut di atas akan menyebabkan menurunnya kinerja usahatani jambu mete Strategi pengembangan tanaman jambu mete khususnya di Desa Jonokalora dilakukan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (1) Peremajaan, khususnya bagi pertanaman yang tingkat produktivitasnya mulai menurun/tanaman tua (2) Rehabilitasi, dilaksanakan pada tanaman menghasilkan namun produksinya rendah yang disebabkan olah antara lain penggunaan bahan tanaman yang kurang bermutu, pemeliharaan tanaman yang tidak memenuhi kultur teknis budidaya tanaman. (3) Perluasan, dilaksanakan tidak hanya sekedar memperluas volume produksi, perluasan luas areal pertanaman, tetapi juga mencakup penganekaragaman produk yang spesifik (ukuran kacang mete, cita rasa dan sebagainya) serta produk-produk samping dan hilirnya. . Strategi yang perlu dilakukan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau growth oriented strategy, yang berarti berkaitan erat dengan langkah atau strategi yang ditempuh untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan dari usahatani jambu mete tersebut, yaitu: 1. Strategi konsentrasi, kegiatan untuk melakukan peningkatan kualitas produk mete yang dihasilkan. 2. Strategi perluasan/pengembangan pasar, menemukan pasar baru bagi produk mete yang dihasilkan saat ini. 3. Strategi diversifikasi produk, dilakukan dengan cara mengembangkan produk baru untuk tujuan memenuhi kebutuhan pasar yang baru. Ini berarti mete tidak lagi dijual gelondongan (mete yang belum dibuka cangkangnya/belum dikacip, cashews in-shell) namun dijual setelah menjadi kacang mete (biji mete olahan, cashews kernels) dan/atau produk-produk turunannya, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai jual mete yang dihasilkan.