PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah pada Tugas Akhir (TA) ini adalah upaya pemberdayaan
kelompoktani dalam penanganan pascapanen dan pengolahan hasil Jagung Manis,
dapatkah memberikan perubahan pengetahuan dan keterampikan kelompoktani
dalam peningkatan pendapatan petani di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Provinsi
Jawa Timur.
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Agribisnis
4
ekonomis yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Biaya dibagi dua yaitu
biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari
proses produksi usaha tani. Pada usaha agribisnis jagung manis yang dimasud
dengan penerimaan adalah hasil penjualan tongkol jagung manis. R/C Ratio
adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Semakin
tinggi R/C berarti keuntungan yang diperoleh semakin besar. Break Even Point
(BEP) adalah nilai titik impas dari suatu usaha. BEP dinyatakan dalam nilai unit
dan dalam nilai rupiah. Selain dari hasil analisis finansial, kelayakan usaha aspek
sosial juga harus memperhatikan kebutuhan konsumen dan rantai pemasaran.
1. Subsistem Agroinput (Sarana Produksi)
Menurut Soedijanto (1995), agroinput adalah kegiatan usahatani yang
menghasilkan, menyediakan sarana dan prasarana input bagi kegiatan pertanian
yang meliputi kegiatan pengadaan dan penyaluran yang di dalamnya mencakup
kegiatan perencanaan, pengelolaan sarana produksi, teknologi dan sumberdaya
atau input usahatani yang memenuhi kriteria : tepat waktu, tepat jumlah, tepat
jenis, tepat mutu, dan terjangkau oleh daya beli. Sedangkan menurut Musyadar
dan Nasruddin (2002), subsistem agroinput dalam sistem agribisnis merupakan
bagian terbesar dari seluruh sistem agribisnis Indonesia.
Di samping itu, juga merupakan subsistem yang banyak menghadapi masalah
dalam bentuk keterbatasan seperti modal, lahan, keterampilan, penguasaan
teknologi, informasi dan aksesibilitas terhadap pasar, posisi tawar dan sebagainya.
2. Subsistem Agroproduksi (Usahatani)
Menurut Musyadar dan Nasruddin (2002), produksi dapat dinyatakan sebagai
seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam pembuatan barang (goods)
atau jasa (services). Kegiatan tersebut akan menciptakan atau menambah nilai
guna sesuatu barang atau jasa. Barang atau jasa hasil dari kegiatan produksi
disebut produks (product) atau keluaran (ouput).
Sedangkan Seodijanto (1995), mengatakan bahwa subsistem proses produksi
mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian yang termasuk dalam kegiatan ini adalah
perencanaan, pemilihan lokasi, komoditi, teknologi, dan pola usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer.
3. Subsistem Agroindustri (Pengolahan Hasil)
6
dilakukan dengan menggunakan bahan baku seperti kedelai, pisang, daging, susu
dan ikan.
Tortilla dari jagung yang banyak dijual di supermarket umumnya memiliki
nilai gizi yang kaya karbohidrat. Adapun nilai nutrisi tortilla Jagung rendah
lemak (per 100 gr) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Nutrisi Tortilla Jagung Rendah Lemak (per 100 gr)
No. Kandungan Bahan Jumlah bahan
1. Kalori 415 kkal
2. Protein 11 gr
4. Karbohidrat 80 gr
7. Kalsium 159 mg
8. Besi 1,60 mg
9. Magnesium 97 mg
dan pembeli melalui saluran dan lembaga tataniaga sebagai medium perantara dan
penyalur produk tersebut.
Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan
bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen. Tataniaga
dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi ke konsumen
dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan
yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak
yang ikut serta di dalam kegiatan produksi maupun penjualan.
Beberapa pendukung dalam tataniaga yang mempunyai peranan dalam sistem
distribusi adalah petani, pedagang perantara dan konsumen. Ketiganya
mempunyai masing-masing fungsi dan peranan dalam sebuah jalur tataniaga. Jika
dilihat dari pendekatan-pendekatan tataniaga, maka fungsi-fungsi yang dilakukan
oleh lembaga tataniaga tersebut adalah sebagai fungsi pertukaran (Exchange
Function), fungsi fisik (Physical Function), dan fungsi fasilitas (Fasilitating
Function).
Pedagang
Konsumen
Produsen
Konsumen
Produsen
Konsumen
Produsen
Pengecer
Pengumpul
Pedagang
Konsumen
Produsen
Besar
Pengumpul
Pengecer Menurut Musyadar dan Nasruddin (2002), ada 4
macam saluran tataniaga pertanian yaitu zero level one,
one level channel, two level channel, dan three level channel seperti Gambar 1.
dalam budidaya tanaman jagung perlu adanya perhitungan yang matang tentang
pasar terutama adanya jaminan pasar dan kontrak pemasaran.
Di samping itu, kelangkaan informasi pasar juga akan mengakibatkan
turunnya kekuatan tawar menawar petani, karena tidak adanya pegangan harga
dalam penjualan serta keyakinan mereka guna meningkatkan produksi lebih tinggi
lagi. Lemahnya kekuatan tawar menawar kaum tani, khususnya petani sayuran,
dalam menentukan harga jualnya, sebenarnya dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu diantaranya adalah seringkali terjadinya fluktuasi harga yang
sangat mencolok. Atas dasar pemikiran tersebut, perlu sekali dilakukan usaha
untuk mengatur jumlah sayuran yang ditawarkan sesuai dengan jumlah
permintaan pada waktu tertentu (Sastraatmadja, 1993).
2. Jasa-jasa pendukung lainnya
Kartasapoetra (1994), komponen pelayanan pendukung yaitu berupa fasilitas
yang dapat mendukung berlangsungnya suatu perubahan. Kelancaran layanan
pendukung dengan sendirinya akan mempercepat berlangsungnya perubahan-
perubahan positif. Ruang gerak agribisnis meliputi dua aspek yaitu pengelolaan
usahatani dan aspek penunjang kegiatan pra dan pascapanen serta perbankan,
sarana tataniaga, dan penyuluhan pertanian. Selanjutnya kegiatan tersebut harus
ditunjang oleh pelaku agribisnis lain seperti penyedia modal (Bank ataupun
lembaga keuangan lainnya), koperasi (KUD, atau KOPTAN), dan lembaga-
lembaga lain yang merupakan pendukung kelancaran kegiatan agribisnis.
Selain hal di atas, lembaga penyuluhan termasuk tenaga penyuluh (Pegawai
Negeri Sipil atau Penyuluh Swakarsa) juga memiliki peranan yang penting dalam
agribisnis karena fungsi sebagai penyampai informasi. Lembaga-lembaga
pendidikan dan penelitian baik milik pemerintah maupun swasta juga merupakan
jasa pendukung yang cukup penting dalam kegiatan agribisnis. Pada dasarnya
subsistem ini hanya merupakan salah satu aspek pendukung saja, namun
subsistem ini merupakan faktor yang cukup penting dalam mendukung kegiatan
agribisnis.
Tinjauan Penyuluhan Pertanian
Menurut Pambudy dan Kilat (2002), penyuluhan pertanian dalam
pembangunan sistem dan usaha agribisnis dapat diartikan sebagai proses yaitu
membantu petani dan pelaku agribisnis lainnya untuk menganalisa situasi yang
sedang mereka hadapi untuk kemudian memutuskan tindakan dan melakukan
16
Menurut Van den Ban, A.W dan H.S Hawkins (1999), peranan
penyuluhan pertanian membanti petani membentuk pendapat yang sehat dan
membuat keputusan yang baik dan efektif dengan cara berkomunikasi dan
memberikan informasi yang mereka perlukan. Petani didorong untuk
mengembangkan kebebasan yang luas di dalam pengambilan keputusan.
Kegiatan penyuluhan pertanian meliputi usaha menyebarkan informasi,
memberikan rekomendasi usahatani, mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan,
menggerakkan usaha dan menggugah swadaya petani beserta keluarganya.
Berarti seseorang petugas penyuluhan pertanian perlu menguasai ilmu
komunikasi, ilmu mendidik, dan ilmu pertanian yang akan diajarkan
(Sastraadmadja, 1993). Keberhasilan penyuluhan pertanian ini tidak terlepas
keterkaitan seluruh komponen-komponennya. Komponen-komponen tersebut
adalah petani, penyuluh, kelembagaan, sarana dan prasarana, serta metode dan
teknik penyuluhan yang digunakan.
Penyuluh Pertanian
Menurut Roger (1983) dalam Mardikanto (1993), Penyuluh diartikan
sebagai seorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan
berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi.
Menurut Departemen Pertanian (1989), tugas pokok Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) adalah (1) meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
petani-nelayan beserta keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi produksi,
teknologi pascapanen, pemasaran, serta sosial ekonomi, (2) mengembangkan
swadaya dan swakarsa petani-nelayan dan keluarganya, (3) menggali dan
mengembangkan sumberdaya, (4) menyusun laporan secara periodik pelaksanaan
intensifikasi, dan (5) mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani-
nelayan dan keluarganya dalam berusahatani.
Peran penyuluh menurut Mardikanto (1993) adalah (1) pengembangan
kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan, (2) menggerakkan masyarakat
untuk melakukan perubahan, dan (3) memantapkan hubungan dengan masyarakat
sasaran. Para penyuluh sebagai aparat pemerintah yang akan terlibat secara nyata
(langsung) diwajibkan untuk lebih menyelami dan menghayati kehidupan di
pedesaan di mana mereka tinggal (Sastraadmadja, 1993).
18
petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui
kelompoktaninnya (Mardikanto, 1993).
Fungsi Kelompoktani
Menurut Departemen Pertanian (1989), terdapat 3 fungsi dari
kelompoktani yaitu sebagai kelas belajar-mengajar bagi petani, sebagai unit
produksi usahatani, dan sebagai wahana kerjasama antar anggota kelompok dan
antar kelompok dengan pihak lain. Sedangkan menurut Presiden Republik
Indonesia dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Pasal 19 Ayat 2, fungsi
kelompoktani ada 6 yaitu sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerjasama,
unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengelolaan dan
pemasaran, dan unit jasa penunjang.
Klasifikasi Kelompktani
Menurut Departemen Pertanian (1989), kelas kelompoktani berdasarkan
tingkat kemampuan kelompoktani yang diukur dalam 5 jurus kemampuan terdiri
dari (1) kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah kelas
kemampuannya, (2) kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas
pemula dimana kelompoktani sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan
meskipun masih terbatas, (3) kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah
kela lanjut dimana kemampuan kelompoktaninya lebih tinggi dari kelas lanjut,
dan (4) kelas Utama, merupakan kelas yang lebih tinggi dimana kelompoktani
sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya sendiri.
Pembinaan kelompoktani-nelayan adalah setiap upaya untuk
mengembangkan kemampuan kelompok sesuai dengan peranannya. Untuk
meningkatkan kegairahan dari anggota kelompok serta didasarkan atas perlunya
kebanggaan bersama, perlu ditempuh langkah-langkah yang dapat menggerekkan
kelompok ke arah peningkatan kemampuan kelompok baik individu dalam
kelompok maupun kemampuan kelompok. Karena itu dilaksanakan pengakuan
dan pengesahan atas kemampuan kelompoktani oleh pemimpin formal maupun
informal pedesaan.
Penumbuhan Kelompoktani
Menurut Depatemen Pertanian (2007), penumbuhan kelompoktani dapat
dimulai dari kelompok-kelompok atau organisasi sosial yang sudah ada di
masyarakat. Selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan
terbentuk kelompoktani yang semakin terikat kepentingan dan tujuan bersama
21
➢ Perubahan rasa
➢ Perubahan aroma
1. Penentuan Sampel
Menurut Achdiyat (2000), dalam buku Statistik Terapan metode penarikan
sampling dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu Non Probabilitas (metode
penarikan sampel secara tak acak) dan Probabilitas (pemilihan sampel tidak
dilakukan secara subyekif; sampel yang terpilih tidak dilakukan semata-mata pada
keinginan si peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang
sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel.
Dalam kegiatan Tugas Akhir (TA), penentuan sampel atau sasaran
penyuluhan dilakukan secara Probabilitas Sampling (pemilihan sampel secara
sengaja) yaitu memilih sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai keterkaitan yaitu skala kecil sampai menengah, dan sebagian besar
anggota kelompoktani sedang mengusahakan atau pernah berusahatani jagung.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer akan dilakukan melalui wawancara (interview) dan
pengamatan (observasi) di lapangan baik melalui pendekatan perorangan ataupun
kelompok. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket)
yang berhubungan dengan penegtahuan petani sebagai panduannya. Sedangkan
untuk observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung kondisi petani dan
lahannya, penyuluh dan kelembagaannya, sarana dan prasarana penyuluhan yang
ada, metode dan teknik penyuluhan, dan lain-lain. Pengumpulan data sekunder
diperoleh dari Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan lembaga penunjang lainnya.
3. Metode Pengolahan Data
t = D/(SD/√ n)
Menurut Achdiyat (2000) dalam buku Statistik Terapan, untuk lebih
memastikan tingkat signifikan terhadap pengetahuan dan ketrampilan wanitatani
yaitu dengan menggunakan rumus Beda Dua Rata-rata untuk sampel yang
berukuran kecil yaitu sebanyak 30 orang (n ≤ 30) dengan α 5%, dinyatakan
dengan rumus :
Keterangan:
23
b. Break Even Point (BEP) yaitu angka yang menunjukan pada tingkat penjualan
berapakah yang mengakibatkan keadaan usaha tidak mengalami keuntungan
atau kerugian (titik impas). BEP dinyatakan dalam nilai uang (Rp) dan jumlah
unit.
c. Formula :
BT
BEP (Rp) =
1 – BV/Pj
BT
BEP (Unit) =
Hj/ - BV/st
Keterangan :
BT = Biaya Tetap (Fixed Cost)
BV = Biaya Variabel (Variable Cost)
Pj = Penjualan (Sales)
Hj/st = Harga Jual Per Satuan
BV/st = Biaya Variabel Per Satuan
25
METODE PELAKSANAAN
t = D/(SD/√ n)
Keterangan:
t : Beda Dua Rata-rata untuk Data Berpasangan
D : Rata-rata dari harga-harga D
SD : Deviasi standard dari harga-harga Di
n : Banyaknya pasangan
D : Selisih nilai dari pasangan data (X2 - X1)
X1 : Nilai pengukuran pertama
X2 : Nilai pengukuran kedua
Uji Hipotesis Beda Dua Rata-rata
Kesimpulan terhadap hipotesis akan diambil pada taraf nyata (α) 5 %.
1. Kesimpulan diambil untuk mengukur aspek pengetahuan berdasarkan nilai t
hasil perhitungan dan nilai t dari Tabel t. Nilai t dari Tabel t pada taraf nyata
5 % dengan 30 sampel secara uji pihak kanan adalah 2.045 (t 0.025 ; 30-1 =
2.045). Oleh karena itu, kesimpulan yang akan diambil adalah sebagai
berikut.
Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel → t 0.025 ; 30-1 ≤ 2.045 = Tidak ada perbedaan
proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan
hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.
27
Ho ditolak jika : t hitung > t tabel → t 0.025 ; 30-1 > 2.045 = Ada perbedaaan
proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan
hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan
2. Kesimpulan diambil untuk mengukur aspek keterampilan berdasarkan nilai t
hasil perhitungan dan nilai t dari Tabel t. Nilai t dari Tabel t pada taraf nyata
5 % dengan 5 sampel secara uji pihak kanan adalah 2.045 (t 0.025 ; 12-1 =
2.201). Oleh karena itu, kesimpulan yang akan diambil adalah sebagai
berikut.
Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel → t 0.025 ; 12-1 ≤ 2.201 = Tidak ada perbedaan
proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan
hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.
Ho ditolak jika : t hitung > t tabel → t 0.025 ; 30-1 > 2.201 = Ada perbedaaan
proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan
hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan
Selain metode analisis di atas, dilakukan analisis kelayakan usaha untuk
mengetahui sejauh mana manfaat yang diberikan dari kegiatan pengolahan Jagung
Manis, apakah secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dapat diterima oleh
masyarakat, dan secara teknis dapat dilakukan oleh masyarakat. Adapun analisis
yang digunakan yaitu analisa tanpa memperhitungkan faktor waktu atas nilai
uang (time – value of money), terdiri dari:
a. Revenue Cost Ratio (R/C) yaitu perbandingan antara penerimaan dan
pengeluaran biaya. Bila R/C > 1 dianggap layak dan jika R/C < 1 dianggap
tidak layak, sedangkan R/C = 1 (trade off) dapat dilaksanakan atau tidak
tergantung pada keputusan dari pihak yang akan melaksanakan usaha.
b. Break Even Point (BEP) yaitu angka yang menunjukan pada tingkat penjualan
berapakah yang mengakibatkan keadaan usaha tidak mengalami keuntungan
atau kerugian (titik impas). BEP dinyatakan dalam nilai uang (Rp) dan jumlah
unit.
c. Formula :
BT
BEP (Rp) =
1 – BV/Pj
BT
BEP (Unit) =
28
Hj/ - BV/st
Keterangan :
BT = Biaya Tetap (Fixed Cost)
BV = Biaya Variabel (Variable Cost)
Pj = Penjualan (Sales)
Hj/st = Harga Jual Per Satuan
BV/st = Biaya Variabel Per Satuan
Namun disini yang menjadi masalah utama adalah penerapan pupuk kimia yang
berlebihan serta belum timbul keinginan petani untuk menggunakan pupuk
organik di lapangan sehingga residu kimia dapat ditekan seminimal mungkin yang
pada akhirnya menghasilkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan produk
makanan yang sehat dan aman.
Di sisi lain, ditinjau dari aspek pengetahuan secara umum petani di
Kecamatan Bumiaji belum memahami dan melaksanakan secara benar tentang
kapan waktu yang tepat dan bagaimana cara penanganan pascapanen Jagung
Manis, sehingga petani tidak banyak mengalami kehilangan hasil dan penyusutan
akibat penanganan pascapanen yang terlambat. Hal ini dapat dilihat dari hasil
panen yang dijual di pasaran terdekat dimana kondisi Jagung Manis yang sudah
mulai susut, rusak dan secara visual kurang menarik karena kesalahan penanganan
pascapanen, yang akan berdampak pada penurunan harga jagung manis tersebut.
Oleh sebab itulah, maka perlu dilakukan suatu pembenahan sikap petani melalui
suatu kegiatan penyuluhan secara langsung lewat metode demonstrasi cara.
3. Subsistem Agroindustri (Pengolahan Hasil)
Untuk jagung manis, subsistem agroindustri belum begitu banyak dilakukan
petani, sebab jagung merupakan bahan pangan yang dapat dikonsumsi secara
langsung. Usaha pengolahan hasil Jagung Manis yang dilakukan merupakan
suatu upaya untuk mendapatkan nilai tambah (value added) dari adanya materi
mengenai produk olahan Jagung Manis.
Pada umum para petani di Kecamatan Bumiaji pun belum mengenal secara
luas tentang teknik pengolahan hasil jagung manis seperti Susu Jagung Manis,
Dodol Jagung Manis dan lain-lain, sehingga pendapatan mereka sangat terbatas
karena hanya diperoleh dari hasil penjualan Jagung Manis segar dengan harga
berkisar rata-rata per Rp.2.000 – Rp.2.500/kg untuk di petani, sekalipun kawasan
Kota Batu banyak termasuk kawasan industri pengolahan hasil seperti industri
pengolahan apel menjadi kripik.
Hal ini terbukti bahwa di sekitar kawasan Kecamatan Bumiaji tidak
ditemukan adanya industri dan produk olahan Jagung Manis baik industri dalam
skala besar maupun industri dalam rumah tangga. Kondisi seperti ini memerlukan
upaya pengolahan hasil untuk memberi tambahan pada petani dalam peningkatan
daya saing produk pertanian.
4. Subsistem Agroniaga (Pemasaran)
31
Peranan lembaga pemasaran sangat besar dalam suatu kegiatan usaha dan
sebagai salah satu kunci keberhasilan dari agribisnis yaitu adanya jaminan pasar
yang sangat menentukan kelangsungan usaha tersebut. Resiko yang tinggi pada
produk Jagung Manis yaitu mudah rusak, mudah menurun baik secara kualitas
maupun kuantitasnya, dan fluktuasi harga yang cepat berubah sehingga dalam
budidaya Jagung Manis perlu adanya perhitungan yang matang tentang pasar
terutama adanya jaminan pasar dan kontrak pemasaran.
Untuk memulai suatu kegiatan pertanian, hampir separuh petani di
Kecamatan Bumiaji meminjam modal dari tengkulak yang dianggap mampu
bekerjasama, dengan persyaratan petani harus menjual kembali hasil pertanian
mereka kepada tengkulak yang bersangkutan dengan harga yang ditentukan oleh
tengkulak. Dengan demikian kesepakatan ini tentu saja sangat merugikan petani.
Permasalahan mendasar juga ditemui ketika mewawancarai petani, dimana
setiap petani rata-rata menjual produk pertaniannya dalam bentuk segar tnpa ada
pengolahan lebih lanjut, sehingga keuntungan yang diterima petani sangat minim.
Berdasarkan pertimbangan di atas, solusi yang tepat yakni perlu dilakukan
penyuluhan kepada para petani tentang cara menyikapi hal ini dan tentunya
dengan dukungan dari lembaga pemasaran yang ada dan pihak-pihak terkait
terhadap produk Jagung Manis yang akan dipasarkan.
5. Jasa-jasa pendukung lainnya
Selain ke empat subsistem yang ada dalam agribisnis Jagung Manis di atas,
keterlibatan lembaga penunjang sebagai jasa pendukung merupakan faktor yang
cukup penting untuk mendukung kegiatan agribisnis Jagung Manis. Untuk
mengetahui keterlibatan lembaga pendukung agribisnis Jagung Manis yang ada di
Kecamatan Bumiaji dilakukan metode wawancara kepada para petani yang ada,
pengurus kelompoktani, petugas pertanian (PPL), aparat kecamatan, aparat desa,
dan asosiasi LSM.
Di sisi lain pola kemitraan yang dibangun oleh petani di Kecamatan Bumiaji
tidak mampu dijalankan secara baik. Hal ini terbukti dari tidak adanya kerjsama
antara petani dengan lembaga ekonomi lainnya seperti Bank, sehingga
peminjaman modal untuk usaha mereka hanya diterima dari bantuan pemerintah
setempat dan pinjaman dari tengkulak. Untuk itu perlu adanya sosialisasi kepada
petani tentang pentingnya pola kemitraan dengan lembaga ekonomi lainnya,
32
Pemberdayaan Kelompoktani
Secara umum ada 3 fungsi dari kelompoktani yaitu sebagai kelas belajar
bagi petani, sebagai unit produksi usahatani, dan sebagai wahana kerjasama antar
anggota kelompok dan antar kelompok dengan pihak lain.
Ke-3 fungsi kelompoktani di atas telah dijalankan oleh kelompok tani
yang ada di Kota Batu, hal ini terbukti dengan bertumbuh dan berkembangnya
kelompoktani sebanyak 150 kelompoktani. Selain itu kelompoktani tani yang
keberadaannya senantiasa berkembang jumlahnya, untuk meningkatkan jenjang
kelembagaannya telah terbentuk 9 Gabungan Kelompoktani (GAPOKTAN).
Secara khusus di Kecamatan Bumiaji memiliki 81 kelompoktani dengan jumlah
petani sebanyak 2.298 orang yang mengusahakan pertanian dan ternak.
Pemberdayaan kelompoktani merupakan kemampuan untuk mendorong
dan memotovasi seluruh anggota kelompoktani untuk menentukan sendiri apa
yang harus dilakukan sehingga dapat memperoleh dan memanfaatkan akses atas
sumberdaya yang penting serta mengatasi permasalahan yang dihadapi demi
terwujudnya kesejahteraan dan meningkatnya tingkat pendapatan.
Kelompoktani di Kecamatan Bumiaji merupakan kelompoktani yang
polivalen (petani yang mengusahakan lebih dari satu komoditi). Sasaran kegiatan
pemberdayaan adalah petani dan kelompoktani khususnya bagi petani jagung
manis. Pemberdayaan kelompoktani dilakukan pada kegiatan penyuluhan baik
secara individu maupun dengan melakukan pertemuan kelompok sehingga dapat
berjalan dengan lebih efisien.
Pemberdayaan kelompoktani difokuskan pada kelompok wanita tani
(KWT) di Kecamatan Bumiaji yang berhubungan erat dengan cara
mengoptimalkan pelayanan penyuluhan kelompoktani wanita dan keluarganya
dengan menggunakan kombinasi beberapa metode dengan tujuan dapat
meningkatkkan pengetahuan dan ketrampilan dalam hal penanganan pascapanen,
pengolahan hasil, dan fungsi kelompoktani.
Potensi Wilayah
Keadaan Umum
Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan di Kota Batu yang memiliki
wilayah yang paling luas dibanding dengan kecamatan-kecamatan lain. Dengan
luas wilayah yang hampir mencapai dua per tiga dari seluruh wilayah Kota Batu,
Kecamatan ini memerlukan pengelolaan tersendiri.
Luas Kecamatan Bumiaji secara keseluruhan adalah sekitar 127,979 km2
atau sekitar 64,28 % dari total luas Kota Batu. Sebagai daerah yang topografinya
wilayah perbikitan, Kecamatan Bumiaji hingga saat ini belum sepenuhnya
dimafaatkan secara optimal.
Luas Lahan Berdasarkan Ekosistem
Pada tahun 2008 luas lahan di Kecamatan Bumiaji adalah 12.797,89 ha
yang terdiri dari lahan sawah 1.521,70 ha dan lahan bukan sawah 11.276, 10 ha
serta lahan untuk non pertanian seluas 974,00 ha.
Luas lahan menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2.
sawah seluas 1.377,12 ha, lahan bukan sawah 1.521,10 ha, dan lahan non
pertanian seluas 11.276,90 ha.
Tanaman pangan dan hortikultura yang merupakan komoditas utama yang
ditanam dibeberapa lahan tersebut adalah Padi Sawah, Jagung Manis, Ubi Jalar,
Ubi Kayu, Kacang Tanah, dan tanaman sayur-sayuran.
Sektor perekonomian di Kecamatan Bumiaji masih didominasi oleh sektor
pertanian, hal ini dikarenakan wilayah Kecamatan Bumiaji sebagian besar adalah
wilayah pertanian. Akan tetapi sektor industri dan perdagangan juga berperan
dalam menjalankan roda ekonomi makro. Home industry terutama industri
pengolahan hasil pertanian cukup diminati oleh pelaku ekonomi masyarakat
Bumiaji. Banyak bertumbuhnya home industry pengolahan sari apel, jenang apel
hingga kripik apel seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Perusahaan Pengolahan Hasil di Kecamatan Bumiaji
36
Nama
No Pengusaha / Nama Produksi Produksi Alamat
Perusahaan
Desa Pesanggrahan
10. Arum Sari Sari Apel 6.600 dos Jl. Nanas Binangun RT 1
RW 9 Desa Bumiaji
Kota Batu, namun karena sistem koordinasi yang kurang baik antara Dinas
Pertanian dan Pemeritah Kota Batu, menyebabkan adanya penimbunan pupuk dan
justru dijual ke desa lainnya. Akibatnya petani di Desa Pandanrejo mengalami
kekurangan pupuk sehingga berdampak pada usahatani mereka.
Kegiatan dalam upaya pengembangan subsistem ini adalah melakukan
kegiatan penyuluhan kepada petani Jagung Manis yang berada di Desa Bumiaji
dalam penggunaan saprotan bermutu. Metode yang digunakan berupa metode
diskusi dan tanya jawab. Untuk mencapai keberhasilan dalam penggunaan
saprotan bermutu perlu adanya kerjasama antara petani dan lembaga penyedia
saprotan seperti KUD dan kios-kios saprodi lainnya.
Untuk memperoleh benih bermutu dan pupuk, petani di Desa Pandarejo bisa
diperoleh dari KUD terdekat yakni KUD “Suka Tani” yang sudah sejak lama
berdiri dan mampu menyediakan semua sarana produksi pertanian dengan harga
yang terjangkau sehingga petani tidak lagi harus mencari saprotan ke Kota Batu.
Sedangkan untuk masalah kelangkaan pupuk bersubsidi, penulis menyarankan
kepada petani agar selau berkomunikasi dengan penyuluh, sehingga penyuluh itu
sendiri mampu menyampaikan permasalahan ini ke Dinas Pertanian Kota Batu
agar sesegera mungkin diambil suatu tindakan pemecahan yang tepat. Dan
permasalahan ini sudah mulai ditanggulangi oleh Dinas Pertanian Kota Batu,
dimana subsidi pupuk untuk petani di Desa Pandanrejo bisa diterima berkat
kerjasama dengan salah satu pemiliki kios saprodi di Kecamatan Bumiaji.
2. Subsistem Agroproduksi (Usahatani)
Subsistem agroproduksi merupakan suatu rangkaian kegiatan proses produksi
yang terdiri atas kegiatan-kegiatan mulai dari persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan (penyiangan, penggemburan, pemupukan, dan pengendalian hama
dan penyakit), penanganan pascapanen dan panen.
Berdasarkan informasi dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), observasi
lapangan dan dari data-data sekunder yang diperoleh, petani yang berada di
Kecamatan Bumiaji khususnya di Desa Pandanrejo mempunyai anggapan bahwa
semakin banyak menggunakan pupuk dan pestisida maka akan diperoleh hasil
yang tinggi. Pada kegiatan tugas akhir ini, penulis bekerjasama dengan salah
seorang rekan mahasiswa yang mengambil judul tugas akhirnya aplikasi pupuk
dan pestisida organik pada tanaman tomat untuk sama-sama memberikan materi
39
penyuluhan dan demonstasi cara tentang pembuatan pupuk cair organik dan
pengapilkasiannya pada tanaman Jagung Manis.
Pembuatan pupuk cair organik ini menggunakan bahan dasar berupa sampah
daun, molase air kelapa dan air cucian beras yang diperam selama ± 1 minggu.
Proses pembuatan pupuk cair organik ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2009
yang bertempat di lahan milik kelompoktani Musyawarah Tani II. Dengan
demikian petani diharapkan mau dan mampu menerapkan pemupukan sesuai
dengan anjuran dengan harapan tingkat residu kimia dapat ditekan seminimal
mungkin sehingga akan memperoleh sistem pertanian yang ramah lingkungan dan
produk makanan sehat dan aman.
Selain permasalahan rendahnya aplikasi penggunanaan pupuk dan pestisida
organik yang ditemukan di lapangan, yang menjadi sorotan penulis juga adalah
penanganan pascapanen yang kurang tepat dari petani di Desa Pandanrejo
sehingga banyak kehilangan hasil.
Untuk mengatasi hal ini penulis melakukan kegiatan penyuluhan melalui
diskusi dan demonstrasi langsung di salah satu petani pengumpul Jagung Manis.
Materi penyuluhan mengenai kegiatan penanganan pascapanen Jagung Manis
mulai tahapan sortasi dan grading, pengkelasan, pembersihan kelobot,
pengemasan yang baik.
Selain pemberian materi, penulis juga mengambil sampel petani sebanyak 30
orang untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan yang hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 4.
0.39669
40
t hitung = D/(SD/√ n)
= 4.53 / (0.37 / √12)
= 4.53 / 0.37 / 3.46)
= 4.53 / 0.10
= 45.3
Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 5 di atas, terlihat adanya
peningkatan keterampilan ibu tani secara keseluruhan dari nilai 4.08 menjadi 8.61
ada kenaikan sebesar nilai 4.53. sehingga diperoleh t hitung sebesar 45. Maka
diambil kesimpulan bahwa nilai t = 45.3 > 2.201, sehingga Ho ditolak.
Ini berarti bahwa ada perbedaaan proporsi keterampilan ibu tani tentang
penanganan pascapanen jagung manis sebelum dan sesudah penyuluhan. Kondisi
seperti ini bisa dicapai karena memang semua responden sangat aktif mengikuti
kegiatan penyuluhan di samping keterampilan yang dimiliki oleh masing masing
responden. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 3.
44
Dari Gambar 3 di atas, terlihat jelas bahwa nilai post test tertinggi
diperoleh Ibu Marni dengan nilai sebesar 9.2 dan nilai terendah diperoleh Ibu
Wasiani dengan nilai sebesar 7.8. Kondisi seperti ini bisa diperoleh masing-
masing responden karena memang tingkat pendidikan mereka berbeda satu sama
lain.
Ibu Marni bisa memperoleh nilai tertinggi dikarenakan tingkat
pendidikannya lebih tinggi (SLTP) jika dibandingkan dengan Ibu Wasiani. Selain
itu juga faktor umur dari masing-masing responden juga mempengaruhi tingkat
penyerapan dan adopsi yang diterima.
1. Subsistem Agroindustri (Pengolahan Hasil)
Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen ke dua dalam agribisnis
setelah komponen produksi pertanian. Banyak petani yang tidak melakukan
pengolahan hasil. Dalam pengolahan hasil sangat penting karena dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen dan
meningkatkan pendapatan produsen. Tujuan pelaksanaan kajian sistem
agroindustri ini sistem agroindustri ini untuk mengetahui pengolahan Jagung
Manis layak diusahakan di Desa Pandanrejo sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki masyarakat setempat.
Kenyataan dilapangan para petani Jagung Manis yang berada di Desa
Pandanrejo sama sekali belum melakukan pengolahan hasil Jagung Manis.
Permasalahan utama yang dihadapi petani Jagung Manis adalah keterbatasan
pengetahuan, keterampilan serta modal yang dibutuhkan dalam melakukan
pengolahan Jagung Manis. Selain itu pula Jagung Manis sudah terbiasa dijual
dalam bentuk segar tanpa harus melakukan penanganan lebih lanjut lagi. Harga
Jagung Manis di petani hanya mencapai Rp.2.000/kg apalagi disaat panen
45
bersamaan dengan petani lainnya sekalipun kawasan Kota Batu termasuk kawasan
industri pengolahan hasil seperti industri pengolahan apel menjadi kripik.
Hal ini terbukti bahwa di sekitar kawasan Kecamatan Bumiaji tidak ditemukan
adanya industri dan produk olahan jagung manis baik industri dalam skala besar
maupun industri dalam rumah tangga. Kondisi seperti ini memerlukan upaya
pengolahan hasil untuk memberi tambahan pada petani dalam peningkatan daya
saing produk pertanian.
Pelaksanaan subsistem agroindustri pada kegiatan tugas akhir ini adalah
pengolahan Jagung Manis dengan membuat Tortilla Chips, Susu Jagung Manis,
Dodol Jagung Manis, dan Tape Jagung Manis. Sasaran kegiatan pengolahan hasil
ini adalah Kelompok Wanita Tani Musyawarah Tani I, Sumber Tani dan Pangestu
yang tergabung dalam Kelompok Ibu PKK Melati Desa Pandanrejo.
Kegiatan pengolahan hasil dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya
dukungan dari aparat desa dan juga para PPL yang ada di Kecamatan Bumiaji.
1. Susu Jagung Manis
Hasil evaluasi pengetahuan mengenai pembuatan Susu Jagung Manis dari
sampel sebanyak 30 orang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan
Pambuatan Susu Jagung Manis di Desa Pandanrejo, Kecamatan
Bumiaji
2. Perhitungan :
Ho diterima apabila : - 2,045 ≤ t ≤ 2,045
Ho ditolak apabila : t > 2,045 atau t < - 2,045
D = ∑ D/n = 129.5/30 = 4.31
47
SD = √ (D – D)2 / (n – 1)
= √ 0.952 / 29
= √0.0328
= 0.18
t hitung = D/(SD/√ n)
= 4.31 / (0.18 / √30)
= 4.31 / 0.18 / 5.47)
= 4.31 / 0.03
= 143.33
Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan petani dalam
pembuatan Susu Jagung Manis sangat rendah dengan nilai 4.26 akan tetapi
setelah dilakukan pembinaan, pengetahuan petani menjadi meningkat menjadi
baik 8.56, kenaikan yang diperoleh adalah 4.31 sehingga diperoleh t hitung
sebesar 216. Maka diambil kesimpulan bahwa karena nilai t = 143.33 > 2.045,
maka Ho ditolak. Ini berarti bahwa ada perbedaaan proporsi pengetahuan petani
tentang pembuatan Susu Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
secara umum rata-rata nilai dari semua responden berada di atas 8.0, karena
keaktifan dan keterampilan yang tinggi dalam mengadopsi materi yang diberikan.
Selain aspek pengetahuan yang diukur, penulis juga melakukan evaluasi
terhadap responden wanitatani untuk mengukur tingkat keterampilan sebanyak 12
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan
Pembuatan Susu Jagung Manis di Desa Pandanrejo
Kenaikan
No. Responden Pre Test Post Test (D - D) (D - D)2
(D)
I Kuning jagung Kental Antara sari jagung dan Manis, enak dan Masih terasa seperti
-0.3364
53
Kenaikan
No. Responden Pre Test Post Test (D - D) (D - D)2
(D)
Dalam proses pengolahan Jagung Manis ini, banyak hasil olahan yang bisa
didapat seperti Dodol Jagung Manis sebagai salah satu tambahan pendapatan
keluarga petani. Selain Susu Jagung Manis, dodol pun merupakan hasil olahan
yang belum dikembangkan oleh masyarakat umum. Sama seperti Jagung Manis,
bahan utama mudah diperoleh petani/wanitatani karena merupakan salah satu
jenis komoditi yang diusahakan di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji, Kota
Batu.
Apabila ibu-ibu tani membuat dodol Jagung Manis dengan menghabiskan
biaya pengeluaran sebesar Rp 131.840 dan maka tidak menutup kemungkinan
akan memperoleh penerimaan dari hasil produk tersebut sebesar Rp. 150.000
sehingga keuntungan yang bisa diperoleh adalah sebesar Rp. 18.160. Dari jumlah
5 kg tepung Jagung yang digunakan per hari akan dapat menghasilkan 50 kotak
57
I Coklat Tua Liat, padat dan Normal Manis, enak dan masih Masih terasa
kental terasa tepung jagung seperti dodol
jagung
Masih terasa
Liat, padat dan Manis, enak dan masih
II Coklat Tua Normal seperti dodol
kental terasa tepung jagung
jagung
58
Masih terasa
seperti dodol
Liat , padat Manis, enak dan masih
jagung
dan kental terasa tepung jagung
III Coklat Tua Normal
Terasa aroma
membusuk
berwarna putih
Aroma
(ditumbuhi jamur)
membusuk dan
Sangat masam, dan
Liat, padat dan berbau jamur
masih terasa tepung
mengeras
Coklat tua yang ditutupi jagung
1. Pada kondisi fisik Dodol Jagung Manis, perubahan warna terjadi pada hari ke
empat dimana semula berwarna coklat tua menjadi coklat tua dan sedikit
berwarna putih, namun pada hari ke lima Dodol Jagung Manis sudah
ditumbuhi jamur berwarna putih.
Untuk tekstur mengalami perubahan pada hari ke empat, yang semula
bertekstur liat, pada dan kental berubah menjadi liat pada dan mengeras.
Demikian selanjutnya untuk hari ke lima. Sedangkan untuk bentuk tidak
mengalami perubahan baik dari hari pertama hingga hari ke lima.
2. Perubahan rasa Dodol Jagung Manis terjadi pada hari ke empat, yang semula
terasa manis, enak, dan masih terasa jagung berubah menjadi asam, manis dan
masih terasa jagung. Selanjutnya pada hari ke lima berubah menjadi sangat
masam meskipun masih terasa jagung.
3. Aroma Dodol Jagung Manis mengalami perubahan pada hari ke empat, yang
semula masih terasa seperti Dodol Jagung berbah menjadi aroma membusuk,
59
dan hal ini lebih terlihat jelas pada hari ke lima dengan aroma yang lebih
membusuk dan beraroma seperti jamur.
4. Dodol yang disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat tingkat
ketahanan terhadap jamur akan sangat berbeda dengan dodol yang disimpan
dalam wadah plastik yang tidak tertutup rapat.
5. Dodol yang disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat akan lebih
cepat ditumbuhi jamur jika dibandingkan dengan dodol yang disimpan dalam
wadah plastik yang tidak tertutup rapat.
Kelompok Ibu PKK Melati Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji, penulis juga
melakukan evaluasi baik evaluasi awal dan maupun evaluasi akhir untuk
mengukur tingkat pengetahuan responden yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan
Pembuatan Tape Jagung Manis di Desa Pandanrejo, Kecamatan
Bumiaji
0.0064
60
Kenaikan
No. Responden Pre Test Post Test (D - D) (D - D)2
(D)
toko khusus produk hasil pengolahan. Di sisi lain harga yang mudah dijangkau
dapat menarik konsumen mulai dari kalangan ekonomi bawah, menengah hingga
ke kalangan ekonomi atas, sehingga terbuka bagi semua konsumen di daerah.
Selain mengukur tingkat keterampilan Kelompok Wanita Tani Melati
dalam pembuatan Tape Jagung Manis, penulis juga melakukan pengujian
Organoleptik terhadap Tape Jagung Manis selama beberapa hari. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengujian Organoleptik Tape Jagung Manis
I Kuning Lembut, lengket, dan Normal Manis, asam dan masih Masih terasa seperti
bercampur putih terasa Jagung Manis Tape Jagung Manis
sedikit padat
sedikit padat
III bercampur putih Lembut, lengket, dan Normal masih terasa jagung tinggi
kuning jagung dan bercampur putih, selanjutnya untuk tekstur Tape Jagung
Manis tetap menunjukan tekstur lembut, lengket dan sedikit padat.
Sedangkan bentuk Tape Jagung Manis tetap normal sejak hari pertama hingga
hari ke tiga.
3. Perubahan rasa Tape Jagung Manis terjadi pada hari ke tiga, yang semula
terasa manis, enak dan masih terasa Jagung Manis, berubah menjadi masam,
beralkhohol meskipun masih terasa Jagung Manis.
4. Selain perubahan rasa, tejadi juga perubahan aroma pada Tape Jagung Manis.
Perubahan ini terjadi pada hari ke tiga, dimana yang semula Tape Jagung
Manis beraroma masih seperti Jagung Manis, berubah menjadi aroma
beralkhohol tinggi. Aroma beralkhohol tinggi ini disebabkan karena adanya
proses fermentasi oleh mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tape.
Kenaikan
No. Responden Pre Test Post Test (D - D) (D - D)2
(D)
t hitung = D/(SD/√ n)
= 4.15 / (0.11/√12)
= 4.15 / 0.11 / 3.46)
= 4.15 / 0.03
= 138.33
Kesimpulan : karena nilai t = 138.33 > 2.201 maka Ho ditolak. Berarti Ada
perbedaaan proporsi keterampilan petani tentang pembuatan Tortilla Chips
Jagung sebelum dan sesudah penyuluhan.
Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 16 di atas, terlihat adanya
peningkatan keterampilan sasaran secara keseluruhan dari rata-rata nilai 4.6
menjadi 8.75 ada kenaikkan nilai sebesar 4.15. Ini berarti bahwa dengan
dilaksanakan kegiatan pembinaan pembuatan Tortilla Chips Jagung dapat
meningkatkan keterampilan Kelompok Ibu PKK Melati. Untuk lebih jelasnya
tersaji pada Gambar 11.
71
Dilihat dari análisis kelayakan usaha Tortilla Chips Jagung R/C Ratio
adalah sebesar Rp.3,59. Artinya dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1,00
akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.3,59 (Lampiran 5).
Usaha Tortilla Chips Jagung dapat dilakukan oleh setiap
petani/masyarakat umum baik dari skala usaha kecil (home industry) hingga ke
skala usaha besar (perusahaan), mengingat semua kebutuhan produksi dapat
diperoleh dengan mudah. Oleh karena itu penjualan Tortilla Chips Jagung juga
dapat dilakukan dimana saja, mulai dari kios-kios kecil, di pasar-pasar tradisional
maupun ke toko-toko khusus produk hasil pengolahan. Di sisi lain harga yang
mudah dijangkau dapat menarik konsumen mulai dari kalangan ekonomi bawah,
menengah hingga ke kalangan ekonomi atas, sehingga terbuka bagi semua
konsumen di daerah.
Konsumen
Petan
Petani
Pedagan
Pedagang
Pengumpul
ig
Pengumpu
Pengecer
l
hingga kripik apel yang dapat menyerap tenaga kerja perlu adanya perhatian dari
Pemerintah Kota Batu, terutama di bidang permodalan dan distribusi penjualan.
Dengan melihat kondisi di atas dimana belum adanya produk dari olahan
Jagung Manis, maka usaha pengolahan Jagung Manis ini layak untuk
dikembangakan di Kecamatan Bumiaji mulai dari skala usaha kecil seperti home
industry. Secara khusus untuk produk olahan Jagung Manis, pemasaran dapat
dilakukan ke beberapa lokasi mulai dari kios-kios kecil, pasar tradisional hingga
ke pasar swalayan.
Mengingat bahwa kawasan Kota Batu memiliki satu pasar tradisional
yakni pasar Batu beberapa pasar swalayan yang sangat dekat dan dapat dijadikan
sebagai tempat yang strategis dalam mempromosikan hasil olahan ini agar dapat
diterima oleh masyarakat umum.
Pemberdayaan Kelompoktani
Tujuan dari tugas akhir adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aspek
pengetahuan dalam usahatani Jagung Manis, dalam subsistem agribisnis
agroinput, agroproduksi, agroindustri, agroniaga dan agropenunjang diharapkan
akan memperoleh nilai tambah dari kegiatan tersebut.
Kegiatan penyuluhan diawali dengan melaksanakan pendekatan
perorangan melalui anjangsana dan anjangkarya ke lahan usahatani. Sasaran
kegiatan tugas akhir yakni ini dilaksanakan pada pengurus kelompoktani beserta
anggota yang mengusahakan Jagung Manis di Kecamatan Bumiaji khususnya di
Desa Pandanrejo.
Pemberdayaan petani dilakukan baik secara individu maupun pertemuan
berkelompok. Metode yang digunakan adalah berupa pendekatan kelompok dan
pendekatan perorangan. Materi yang diberikan dalam kegiatan ini adalah
pentingnya membentuk kelompoktani dan gabungan kelompoktani. Kegiatan ini
berlangsung di rumah Ketua Kelompoktani Sumber Tani yaitu Bapak Midun
dengan jumlah peserta 20 orang.
Kelompoktani di Kecamatan Bumiaji berjumlah 81 kelompok yang
tersebar di 9 desa. Peranan kelompoktani dalam usahatani belum maksimal,
bahkan selama ini kelompoktani yang terbentuk dirasakan kurang maksimal
peranannya. Beberapa kelompoktani yang ada di Desa Pandanrejo sudah tidak
aktif lagi seperti kelompoktani Musyawarah Tani III dan Karya Tani, hal ini
dikarenakan pemupukan modal dalam kelompok relatif kecil sehingga banyak
76
a. Jangka Menengah
Tujuan yang harus dicapai dalam jangka menengah (1-2 tahun) adalah :
1. Pemerintah perlu membentuk suatu lembaga yang menangani informasi pasar,
sehingga dapat mengetahui perkembangan harga jual dari setiap komoditi
pertanian agar petani dapat memperoleh harga jual yang layak.
2. Mengaktifkan kembali lembaga-lembaga yang kurang berjalan seperti
koperasi dan lain-lain yang ada di tingkat kelompoktani sehingga dapat
membantu petani di dalam menampung hasil pertanian dan memasarkan
produknya.
3. Menjaga kerjasama antara kelompoktani dan pihak swasta dalam kegiatan
pemasaran Jagung Manis.
a. Jangka Panjang
Adapun program yang harus dicapai dalam jangka panjang (3-5 tahun) adalah
sebagai berikut.
1. Membangun sub terminal agribisnis khususnya di Kecamatan Bumiaji
sehingga dapat menampung dan memasarkan hasil pertanian.
2. Mengikuti pameran hasil-hasil pertanian yang berskala nasional maupun
internasional untuk mempromosikan produk Jagung Manis yang dihasilkan
petani.
78
Saran
79
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Muchidin. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Offset Alumni.
Hal 44-56.
Departemen Pertanian. 1987. Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan. Jakarta:
Depatemen Pertanian
Hambali, Erlisa, dkk. 2006. Membuat Aneka Olahan Jagung, Jakarta: Bina
Aksara. Hal 56-67.
Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius. Hal 16,
79-88
Santoso, Budi et al. 2006. Tortilla. Surabaya: Trubus Agrisarana. Hal 2-4, 20-24