Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PEMASARAN JERUK KEPROK DI DESA KEDUNG

GEBANG PROPOSAL PENELITIAN

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas pengantar metode riset

Oleh :

EDO DWI PRASETIYONO

2010411261 || MANAJEMEN C

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki
keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-
buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainya, sehingga sektor pertanian
merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena
peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang
maupun dalam rangka pemulihan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis
pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri yang berpotensi sebagai komuditas unggulan.
Salah satu jenis tanaman hortikultura yang sesuai di daerah beriklim tropis adalah jeruk, yang
banyak dijumpai dan sudah cukup lama dibudidayakan di Kabupaten Banyuwangi khususnya
Banyuwangi Selatan. Salah satu sentra penghasil jeruk di Kabupaten Banyuwangi berada di
Kecamatan Tegaldlimo. Sentra produksi jeruk di Kecamatan Tegaldlimo tersebar di beberapa
desa salah satunya adalah Desa Kedunggebang.
Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang mempunyai peranan
penting di pasaran dunia maupun di dalam negeri. Karena mempunyai nilai ekonomis tinggi,
maka pemerintah tidak hanya mengarahkan pengelolaan jeruk bagi petani kecil saja, tetapi
juga mengorientasikan kepada pola pengembangan industri jeruk yang komprehensif.
Prospek yang lebih cerah ke arah agribisnis jeruk semakin nyata dengan memperhatikan
berbagai potensi yang ada seperti potensi lahan yaitu ketersediaan lahan pertanian untuk
tanaman buah-buahan meliputi jutaan hektar sehingga mempunyai peluang yang cukup besar
untuk membuka perkebunan dengan skala besar dengan memperhatikan kesesuaian
agroklimat.
Potensi produksi dapat dicapai jika pengelolaan usaha tani jeruk dilakukan secara
intensif untuk mengarah ke agribisnis, dan potensi pasar diperkirakan permintaan terhadap
buah jeruk akan semakin meningkat dengan memperhitungkan peningkatan pendapatan
pertambahan jumlah penduduk dan elastisitas pendapatan terhadap permintaan.
Buah jeruk keprok siem berbentuk bulat, kulit licin dan tipis, daging buahnya
berair, kulit buahnya mudah dikupas dari daging buahnya. Tanaman ini berbunga pada bulan
Oktober hingga bulan November dan berbuah pada bulan Juni hingga Agustus. Jeruk keprok
siem ini sangat digemari orang karena rasa buahnya yang manis dan enak dimakan. Biasa
digunakan sebagai buah meja dan kadang juga dibuat sirup atau limun.
Desa Kedunggebang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Tegaldlimo yang menjadi salah satu sentra produksi jeruk keprok di Kecamatan Tegaldlimo.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala Desa luas wilayah Desa Kedunggebang
adalah 906,00 Ha, dan sekitar 74,9% merupakan lahan pertanian.

Sumber pendapatan masyarakat secara mayoritas berasal dari sektor pertanian,


perkebunan, buruh tani/perkebunan dan peternakan serta minoritas berasal dari sektor
perdagangan, industri rumah tangga.
Sektor pertanian di Desa Kedunggebang didominasi tanaman buah buahan (holtikultura)
khususnya pada lahan tegalan. Salah satu komuditas buah yang dikembangkan di Desa
Kedunggebang adalah buah jeruk. Jenis jeruk yang ditanam di Desa Kedunggebang adalah
Jeruk keprok. Masyarakat di Desa Kedunggebang sudah banyak yang memanfaatkan lahan
sawahnya untuk ditanami tanaman hortikultura khususnya tanaman jeruk.
Sebagai sentra produksi jeruk dan sebagi komuditas unggulan, aspek pemasaran
sangat penting dalam memasarkan hasil pertanian. Bila mekanisme pemasaran baik, maka
semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Kemampuan dalam memasarkan barang yang
dihasilkan akan dapat menambah aset dalam upaya peningkatan dan pengembangan
usahatani. Pemasaran hasil produksi suatu usahatani dalam memperoleh keuntungan yang
maksimal akan tergantung dari pola distribusi atau saluran pemasaran. Sebuah usahatani
yang produktifitasnya bagus akan gagal jika pemasaranya tidak baik. Salah satu aspek
pemasaran yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan arus barang dari produsen ke
konsumen adalah efisiensi pemasaran, karena melalui efisiensi pemasaran selain terlihat
perbedaan harga yang diterima petani sampai barang tersebut dibayar oleh konsumen akhir,
juga kebanyakan pendapatan yang diterima petani maupun lembaga pemasaran yang terlibat
dalam aktivitas pemasaran.
Pemasaran produk pertanian cenderung kurang efisien, karena biasanya mempunyai
rantai pemasaran yang yang panjang. Rantai pemasaran yang panjang cenderung
mempengaruhi kualitas produk, besarnya margin pemasaran dan harga baik di tingkat petani
maupun tingkat konsumen.(Menurut Samiadi) lembaga pemasaran khususnya di negara
berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian atau lemahnya
kompetisi pasar yang sempurna, akan menentukan mekanisme pasar. Barang pertanian
umumnya dicirikan oleh sifat diproduksi musiman; selalu segar (freshable); mudah rusak;
jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit (bulky); lokal dan spesifik (tidak dapat
diproduksi di semua tempat), maka ciri ini akan mempengaruhi mekanisnme pemasaran.
Oleh karena itu sering terjadi harga produksi pertanian yang dipasarkan menjadi
berfluktuasi secara tajam.Maka yang sering dirugikan adalah di pihak petani atau produsen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, telah di temukan permasalahan yang
harus di pecahkan sebangai berikut :
1. Bagaimana saluran pemasaran jeruk keprok ditingkat petani sampai pengecer di desa
Kedunggebang ?
2. Saluran mana yang paling efisien dalam pemasaran jeruk keprok di desa
Kedunggebang?
1.3 Manfaat
Berdasarkan latar belakang diatas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis saluran pemasaran jeruk keprok ditingkat petani sampai pengecer
di desa Kedungebang.
2. Sebagai informasi bagi petani jeruk dalam mendistribusikan hasil produksinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENELITIAN TERDAHULU


Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis mengambil beberapa jurnal dan paper
sebagai referensi yang nantinya akan penulis kembangkan dari beberapa jurnal atau
papernya. Berikut beberapa judul yang penulis ambil dari jurnal dan paper :

2.1.1 “Analisis Saluran Pemasaran Usahatani Jeruk Di Desa Kerta Kecamatan Payangan
KabupatenGianyar”
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaduk Janawiata, Ketut dania dan Luh Indrayani
(2013) menunjukkan bahwa terdapat lima pola saluran pemasaran jeruk didesa kerta yaitu ;
saluran I: petani → pedagang pengecer → konsumen, saluran II: petani → pedagang
pengepul → pedagang pengecer → konsumen, saluran III: petani → pedagang pengepul →
pasar Jawa (Jakarta), saluran IV: petani → pedagang pengepul → pasar (Solo), saluran V:
petani → pedagang pengepul → pasar (Surabaya). Pola I memiliki jumlah marjin sebesar
Rp.5.000,00/kg dan farmer share sebesar 61,53%, pola II memiliki marjin sebesar
Rp.8.000,00/kg dan farmer share sebesar 42,85%, saluran III, IV dan saluran V memiliki
margin yang sama yaitu sebesar Rp.7.500,00/kg dan untuk farmer share sebesar 48,27%.
Tingkat efisiensi dari lembaga pemasaran belum efisien karena persentasenya >5%. Pada
pola II untuk pedagang pengepul sebesar 14,71%, dan pada pola III, IV dan V sebesar
13,79%. Pada saluran I untuk pedagang pengecer sebesar 8,46%, sedangkan pada saluran II
untuk pedagang pengecer sudah efisien dengan jumlah persentase 1,42%. Dilihat secara
keseluruhan saluran I memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 8,46% dibandingkan
saluran II sebesar 16,13%, dan saluran III, IV dan V masing-masing memiliki persentase
sebesar 13,79% hal ini mengindikasikan bahwa saluran yang pendek lebih efisien dari saluran
yang panjang.
Pengembangan dari penelitian kaduk juniwiata, ketut dania dan luh indrayani adalah
dalam mengukur efisiensi sebuah saluran pemasaran menggunakan tolak ukur besar kecilnya
bagian petani.

2.1.2 “Analisis Pemasaran Jeruk Dikabupaten Bangli”


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Intan Ayu Purnama Sari (2010) menunjukkan
bahwa ada empat tipe saluran pemasaran jeruk di Kabupaten Bangli yaitu, saluran I:Petani
→ Penebas → Pedagang Besar → Pedagang Kecil → Pedagang Pengecer → Konsumen,
saluran II: Petan → Pedagang besar → Pedagang Kecil → Pedagang Pengecer →
Konsumen,saluran III: Petani → Pedagang Besar → Pedagang Pengecer → Konsumen dan
saluran IV: Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar → Pedagang Kecil →
Pedagang Pengecer → Konsumen. Pada saluran I memiliki total biaya pemasaran Rp
1.713,4/kg, marjin pemasaran Rp 5.485,1/kg dan keuntungan pemasaran Rp 3.771,7/kg. Pada
saluran II total biaya pemasaran Rp 1.582,8/kg, marjin pemasaran Rp 4.999,9/kg dan
keuntungan pemasaran Rp 3.658,7/kg. Pada saluran III total biaya pemasaran Rp 1.405,9/kg,
marjin pemasaran Rp 4.000,00/kg dan keuntungan pemasaran Rp 2.840,5/kg. Pada saluran
IV total biaya pemasaran Rp 1.550,2/kg, marjin pemasaran Rp 5.267,8/kg dan keuntungan
pemasaran Rp 3.717,5/kg.
Pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Intan Ayu Purnama Sari adalah
dalam mengukur efisiensi sebuah saluran pemasaran menggunakan tolak ukur besar kecilnya
bagian petani.

2.2 HIPOTESIS
Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
a. Diduga pemasaran Jeruk di Desa Kedunggebang belum
efisiens.
b. Diduga pemasaran Jeruk Keprok yang lebih pendek di Desa Kedunggebang secara
ekonomis lebih efisien.

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL

Pengembangan tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi mengharapkan


untuk meningkatkan pendapatan petani di Desa Kedunggebang. Salah satu tanaman
holtikultura yang dibudidayakan masyarakat desa Kedunggebang adalah tanaman Jeruk
keprok. Jeruk mengandung banyak zat yang diperlukan oleh tubuh, dengan meningkatnya
peminat terhadap jeruk maka akan meningkat pula permintaan terhadap jeruk.
Jeruk yang dihasilkan petani tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh konsumen untuk
memenuhi kebutuhannya. Untuk dapat sampai ke tangan konsumen jeruk harus melalui
proses distribusi yang biasa disebut dengan proses pemasaran. Pemasaran dapat diartikan
sebagai kegiatan yang membentuk rantai distribusi yang menhubungkan antara produsen ke
konsumen. Pola pemasaran yang digunakan untuk memasarkan jeruk akan berpengaruh
terhadap pendistribusian jeruk terhadap konsumen.
Terbentuknya saluran pemasaran yang baik dan efisien tidak akan luput dengan
terlibatnya lembaga – lembaga pemasaran didalamnya. Lembaga – lembaga pemasaran yang
terlibat dalam pendistribusian berperan sebagai penyampai produk hasil produksi terhadap
konsumen dan membentuk sebuah saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran pemasaran
Jeruk Keprok di desa Kedunggebang dengan cara mengikuti aliran pemasaran dari petani
sampai ke konsumen.
Kegiatan pemasaran dalam menyalurkan produk dari produsen ke konsumen
memerlukan biaya. Sedangkan biaya yang dibutuhkan berbeda – beda dari setiap lembaga
pemasaran , tergantung perlakuan terhadap produk ketika proses pemsaran. Biaya pemasaran
yang dikeluarkan dalam pemasaran Jeruk Keprok meliputi biaya petik, biaya angkut, biaya
packing, biaya bongkar, dan biaya transportasi. Besarnya biaya pemasaran dapat di rumuskan
sebagai berikut :

Bp = 𝐵𝑝1 + 𝐵𝑝2 + ⋯ + 𝐵𝑝?

Keterangan :
Bp : Biaya Pemasaran jeruk

𝐵𝑝1, 𝐵𝑝2, 𝐵𝑝𝑛 : Biaya Pemasaran tiap Lembaga pemasaran jeruk

Setiap lembaga pemasaran menetapkan harga yang berbeda – beda sesuai dengan
biaya yang dikeluarkan dari masing masing lembaga pemasaran. Selain biaya, dalam
menentukan harga dari suatu produk lembaga pemasaran juga 24 memperhitungkan besar
kecilnya keuntungan yang diperoleh. Keuntungan sebuah saluran pemasaran diperoleh
dengan menjumlahkan dari tiap lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya dan
dirumuskan sebagai berikut :
K = A – (B + C)
Keterangan :
K : Keuntungan Pemasaran
A : Harga Jual
B : Biaya Pemasaran
C : Harga Beli
Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima oleh petani. Margin pemasaran tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Mp = Pr – Pf
Keterangan :
Mp : Margin pemasaran
Pr : Harga di tingkat konsumen
Pf = Harga di tingkat produsen.

Suatu saluran pemasaran dapat dikatakan efisien apabila saluran pemasaran tersebut
memiliki nilai margin pemasaran yang relative rendah serta bagian yang diterima oleh petani
atau nilai presentase share nya lebih dari 50%.
Dalam penjelasan yang sudah terurai diatas dapat digambarkan skema dari kerangka
pemikiran peneliti sebagai berikut :

Petani jeruk

Lembaga pemasaran

Tengkulak pengepul pengecer

Saluran pemasaran

Biaya pemasaran

Keuntungan pemasaran

marjin pemasaran

Saluran yang efisien

Gambar 1. Kerangka konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian menjelaskan tentang bentuk, jenis dan sifat penelitian.
Selain itu, perlu juga dijelaskan variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta
sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. Rancangan penelitian diartikan sebagai
strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan
karakterisitik variabel dan tujuan penelitian.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkret/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian ini menekankan pada perhitungan data statistik yang berupa jumlah
angka-angka tertentu dengan menggunakan metode korelasi kuantitatif yang bertujuan
untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara dua variabel atau lebih.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.1
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria
atau operasi yang dapat diuji secara khusus. Definisi dalam penelitian tujuannya adalah
memberikan pengertian dan pengukuran konsep-konsep.2
Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas ( X )
Pemasaran (X) adalah proses perencanaan konsep, harga, promosi dan
pendistribusian ide-ide barang maupun jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan individu dan untuk mencapai tujuan organisasi. Pada
penelitian ini menggunakan indikator model bauran pemasaran (4 P), yaitu
Product, Place, Price dan Promotion, dengan alternatif jawaban ada 5 yaitu :
A. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
1
Sugiyono, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), (Bandung : Alvabeta, 2016), h. 7
2
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Pendekatan Kuantitatif), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2013), h. 68.
B. Setuju (S) diberi skor 4.
C. Netral (N) diberi skor 3.
D. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
E. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

2. Variabel Terikat ( Y )
Minat beli konsumen (Y) adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang
disertai dengan perasaan senang terhadap suatu barang, kemudian minat
tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan
bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga ingin memiliki barang
tersebut dengan cara membayar atau membelinya. Pada penelitian ini
menggunakan indikator model tahap proses pembelian konsumen yaitu
pengenalan, proses informasi, penilaian, pembelian dan evaluasi pasca
pembelian, dengan alternatif jawaban ada 5 yaitu :
A. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
B. Setuju (S) diberi skor 4.
C. Netral (N) diberi skor 3.
D. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
E. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

3.3 Populasi dan Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Jadi populasi yang peneliti jadikan subjek dalam
penelitian ini adalah petani dan pengepul jeruk keprok di Desa Kedung Gebang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan kharakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya kaarena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.4

3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2010., h. 80.
4
Ibid., h. 81.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan jumlah sampel yang akan dianalisis
harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel yang tergolong mengikuti distribusi
normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 responden.
Pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode proportional
random sampling artinya pengambilan sampel dari keseluruhan populasi, sesuai dengan
proporsi masing-masing sub populasi sehingga sampel yang diambil dapat mewakili
masing-masing sub populasi dan setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel (Parel et all, 1973). Dalam penelitian ini sampel yang diambil
sebanyak 30 responden dari 3 desa terpilih dengan mempertimbangkan jumlah petani
yang memenuhi syarat sebagai petani sampel dengan rumus :
𝑁𝑘
𝑁𝑖 = 𝑥𝑛
𝑁
Keterangan :
Ni : Jumlah sampel petani jeruk pada tiap desa
Nk : Jumlah petani jeruk desa dari desa terpilih
N : Jumlah populasi petani jeruk dari kecamatan terpilih
n : Jumlah sampel petani jeruk yang dikehendaki

Penentuan sampel masing-masing desa dipilih menggunakan metode systematic


sampling yaitu pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih
secara acak sadangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu
pola tertentu. Metode ini dipilih karena jumlah sampel yang akan dipilih cukup besar.

3.4. Data dan Pengambilan Data


3.4.1 Jenis Data
Jenis dan sumber yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, dimana data
diperoleh langsung melalui wawancara dengan daftar pertanyaan (kuisioner) yang
sudah dipersiapkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung
dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi, kondisi umum lokasi penelitian, jumlah
produsen jeruk di tingkat Kabupaten Bangli dan data yang relevan dengan tujuan
penelitian.

3.4.2 Teknik Pengambilan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain :
1. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan
wawancara langsung dengan responden yang berdasarkan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang
akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang akan
diteliti.
3. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan mencatat data
yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

3.4.3 Metode Pengambilan Data


Untuk mengetahui pola saluran pemasaran dan perantara lembaga pemasaran di Desa
Kedung Gebang pada tingkat lembaga pemasaran, digunakan analisis deskriptif. Sedangkan
untuk mengetahui biaya dan marjin pemasaran ditingkat lembaga pemasaran dalam saluran
pemasaran digunakan alat analisis biaya marjin, marjin pemasaran, yaitu dengan menghitung
besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran pada tiap lembaga pemasaran pada
berbagai saluran.
A. Biaya Pemasaran.
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan suatu
komoditi dari produsen ke konsumen dirumuskan sebagai berikut :
Bp = Bp1 + Bp2 +......Bpn
Keterangan :
Bp : Biaya pemasaran jeruk (Rp/kg)
Bp1, Bp2...Bpn : Biaya pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran jeruk
(Rp/kg)
B. Keuntungan Pemasaran
Keuntungan merupakan penjumlahan dari keuntungan yang diterima oleh setiap
rantai pemasaran dirumuskan sebagai berikut :
Kp = Kp1 + Kp2 + .....+ Kpn

Keterangan :
Kp : Keuntungan pemasaran jeruk (Rp/kg)
Kp1, Kp2, Kp3 : Keuntungan tiap - tiap lembaga pemasaran jeruk (Rp/kg)

C. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan
harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis pemasaran data harga
yang digunakan adalah harga di tingkat petani (produsen) dan harga di tingkat
konsumen, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mp = Pr – Pf

Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran jeruk (Rp/kg)
Pr : Harga jeruk di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga jeruk di tingkat produsen (Rp/kg)

Marjin pemasaran merupakan penjumlahan yang diperoleh pedagang perantara


terdiri dari sejumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima
oleh pedagang perantara, dirumuskan :
Mp = Bp + Kp

Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran jeruk (Rp/kg)
Bp : Biaya pemasaran jeruk (Rp/kg)
Kp : Keuntungan pemasaran jeruk (Rp/kg)
D. Efesiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomis dari saluran pemasaran jeruk dapat dihitung dengan nilai
persentase marjin pemasaran dan persentase bagian yang diterima produsen.
Persentase marjin pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran digunakan
rumus:
𝑃𝑟 − 𝑃𝑓
Mp = 𝑥100
Pr
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran jeruk (%)
Pr : Harga jeruk di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga jeruk di tingkat produsen (Rp/kg)

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran secara ekonomis dilakukan analisis marjin


pemasaran dan memperhitungkan bagian yang diterima oleh petani (farmer’s share).
Dapat dihitung dengan rumus :
𝑀𝑝
F = (−1 )𝑥100%
Pr
Keterangan :
F : Bagian yang diterima petani jeruk (%)
Mp : Marjin Pemasaran jeruk (Rp/kg)
Pr : Harga jeruk di tingkat konsumen (Rp/kg)

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran jeruk dianggap


efisien secara ekonomis adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai
persentase marjin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian
yang diterima petani jeruk yang tinggi. Bila bagian yang diterima petani kurang dari
50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani lebih dari 50% maka
pemasaran dikatakan efisien (Darmawati, 2005).

Anda mungkin juga menyukai