Oleh :
2010411261 || MANAJEMEN C
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki
keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-
buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainya, sehingga sektor pertanian
merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena
peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang
maupun dalam rangka pemulihan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis
pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri yang berpotensi sebagai komuditas unggulan.
Salah satu jenis tanaman hortikultura yang sesuai di daerah beriklim tropis adalah jeruk, yang
banyak dijumpai dan sudah cukup lama dibudidayakan di Kabupaten Banyuwangi khususnya
Banyuwangi Selatan. Salah satu sentra penghasil jeruk di Kabupaten Banyuwangi berada di
Kecamatan Tegaldlimo. Sentra produksi jeruk di Kecamatan Tegaldlimo tersebar di beberapa
desa salah satunya adalah Desa Kedunggebang.
Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang mempunyai peranan
penting di pasaran dunia maupun di dalam negeri. Karena mempunyai nilai ekonomis tinggi,
maka pemerintah tidak hanya mengarahkan pengelolaan jeruk bagi petani kecil saja, tetapi
juga mengorientasikan kepada pola pengembangan industri jeruk yang komprehensif.
Prospek yang lebih cerah ke arah agribisnis jeruk semakin nyata dengan memperhatikan
berbagai potensi yang ada seperti potensi lahan yaitu ketersediaan lahan pertanian untuk
tanaman buah-buahan meliputi jutaan hektar sehingga mempunyai peluang yang cukup besar
untuk membuka perkebunan dengan skala besar dengan memperhatikan kesesuaian
agroklimat.
Potensi produksi dapat dicapai jika pengelolaan usaha tani jeruk dilakukan secara
intensif untuk mengarah ke agribisnis, dan potensi pasar diperkirakan permintaan terhadap
buah jeruk akan semakin meningkat dengan memperhitungkan peningkatan pendapatan
pertambahan jumlah penduduk dan elastisitas pendapatan terhadap permintaan.
Buah jeruk keprok siem berbentuk bulat, kulit licin dan tipis, daging buahnya
berair, kulit buahnya mudah dikupas dari daging buahnya. Tanaman ini berbunga pada bulan
Oktober hingga bulan November dan berbuah pada bulan Juni hingga Agustus. Jeruk keprok
siem ini sangat digemari orang karena rasa buahnya yang manis dan enak dimakan. Biasa
digunakan sebagai buah meja dan kadang juga dibuat sirup atau limun.
Desa Kedunggebang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Tegaldlimo yang menjadi salah satu sentra produksi jeruk keprok di Kecamatan Tegaldlimo.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala Desa luas wilayah Desa Kedunggebang
adalah 906,00 Ha, dan sekitar 74,9% merupakan lahan pertanian.
2.1.1 “Analisis Saluran Pemasaran Usahatani Jeruk Di Desa Kerta Kecamatan Payangan
KabupatenGianyar”
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaduk Janawiata, Ketut dania dan Luh Indrayani
(2013) menunjukkan bahwa terdapat lima pola saluran pemasaran jeruk didesa kerta yaitu ;
saluran I: petani → pedagang pengecer → konsumen, saluran II: petani → pedagang
pengepul → pedagang pengecer → konsumen, saluran III: petani → pedagang pengepul →
pasar Jawa (Jakarta), saluran IV: petani → pedagang pengepul → pasar (Solo), saluran V:
petani → pedagang pengepul → pasar (Surabaya). Pola I memiliki jumlah marjin sebesar
Rp.5.000,00/kg dan farmer share sebesar 61,53%, pola II memiliki marjin sebesar
Rp.8.000,00/kg dan farmer share sebesar 42,85%, saluran III, IV dan saluran V memiliki
margin yang sama yaitu sebesar Rp.7.500,00/kg dan untuk farmer share sebesar 48,27%.
Tingkat efisiensi dari lembaga pemasaran belum efisien karena persentasenya >5%. Pada
pola II untuk pedagang pengepul sebesar 14,71%, dan pada pola III, IV dan V sebesar
13,79%. Pada saluran I untuk pedagang pengecer sebesar 8,46%, sedangkan pada saluran II
untuk pedagang pengecer sudah efisien dengan jumlah persentase 1,42%. Dilihat secara
keseluruhan saluran I memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 8,46% dibandingkan
saluran II sebesar 16,13%, dan saluran III, IV dan V masing-masing memiliki persentase
sebesar 13,79% hal ini mengindikasikan bahwa saluran yang pendek lebih efisien dari saluran
yang panjang.
Pengembangan dari penelitian kaduk juniwiata, ketut dania dan luh indrayani adalah
dalam mengukur efisiensi sebuah saluran pemasaran menggunakan tolak ukur besar kecilnya
bagian petani.
2.2 HIPOTESIS
Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
a. Diduga pemasaran Jeruk di Desa Kedunggebang belum
efisiens.
b. Diduga pemasaran Jeruk Keprok yang lebih pendek di Desa Kedunggebang secara
ekonomis lebih efisien.
Keterangan :
Bp : Biaya Pemasaran jeruk
Setiap lembaga pemasaran menetapkan harga yang berbeda – beda sesuai dengan
biaya yang dikeluarkan dari masing masing lembaga pemasaran. Selain biaya, dalam
menentukan harga dari suatu produk lembaga pemasaran juga 24 memperhitungkan besar
kecilnya keuntungan yang diperoleh. Keuntungan sebuah saluran pemasaran diperoleh
dengan menjumlahkan dari tiap lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya dan
dirumuskan sebagai berikut :
K = A – (B + C)
Keterangan :
K : Keuntungan Pemasaran
A : Harga Jual
B : Biaya Pemasaran
C : Harga Beli
Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima oleh petani. Margin pemasaran tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Mp = Pr – Pf
Keterangan :
Mp : Margin pemasaran
Pr : Harga di tingkat konsumen
Pf = Harga di tingkat produsen.
Suatu saluran pemasaran dapat dikatakan efisien apabila saluran pemasaran tersebut
memiliki nilai margin pemasaran yang relative rendah serta bagian yang diterima oleh petani
atau nilai presentase share nya lebih dari 50%.
Dalam penjelasan yang sudah terurai diatas dapat digambarkan skema dari kerangka
pemikiran peneliti sebagai berikut :
Petani jeruk
Lembaga pemasaran
Saluran pemasaran
Biaya pemasaran
Keuntungan pemasaran
marjin pemasaran
2. Variabel Terikat ( Y )
Minat beli konsumen (Y) adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang
disertai dengan perasaan senang terhadap suatu barang, kemudian minat
tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan
bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga ingin memiliki barang
tersebut dengan cara membayar atau membelinya. Pada penelitian ini
menggunakan indikator model tahap proses pembelian konsumen yaitu
pengenalan, proses informasi, penilaian, pembelian dan evaluasi pasca
pembelian, dengan alternatif jawaban ada 5 yaitu :
A. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
B. Setuju (S) diberi skor 4.
C. Netral (N) diberi skor 3.
D. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
E. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2010., h. 80.
4
Ibid., h. 81.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan jumlah sampel yang akan dianalisis
harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel yang tergolong mengikuti distribusi
normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 responden.
Pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode proportional
random sampling artinya pengambilan sampel dari keseluruhan populasi, sesuai dengan
proporsi masing-masing sub populasi sehingga sampel yang diambil dapat mewakili
masing-masing sub populasi dan setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel (Parel et all, 1973). Dalam penelitian ini sampel yang diambil
sebanyak 30 responden dari 3 desa terpilih dengan mempertimbangkan jumlah petani
yang memenuhi syarat sebagai petani sampel dengan rumus :
𝑁𝑘
𝑁𝑖 = 𝑥𝑛
𝑁
Keterangan :
Ni : Jumlah sampel petani jeruk pada tiap desa
Nk : Jumlah petani jeruk desa dari desa terpilih
N : Jumlah populasi petani jeruk dari kecamatan terpilih
n : Jumlah sampel petani jeruk yang dikehendaki
Keterangan :
Kp : Keuntungan pemasaran jeruk (Rp/kg)
Kp1, Kp2, Kp3 : Keuntungan tiap - tiap lembaga pemasaran jeruk (Rp/kg)
C. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan
harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis pemasaran data harga
yang digunakan adalah harga di tingkat petani (produsen) dan harga di tingkat
konsumen, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mp = Pr – Pf
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran jeruk (Rp/kg)
Pr : Harga jeruk di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga jeruk di tingkat produsen (Rp/kg)
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran jeruk (Rp/kg)
Bp : Biaya pemasaran jeruk (Rp/kg)
Kp : Keuntungan pemasaran jeruk (Rp/kg)
D. Efesiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomis dari saluran pemasaran jeruk dapat dihitung dengan nilai
persentase marjin pemasaran dan persentase bagian yang diterima produsen.
Persentase marjin pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran digunakan
rumus:
𝑃𝑟 − 𝑃𝑓
Mp = 𝑥100
Pr
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran jeruk (%)
Pr : Harga jeruk di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga jeruk di tingkat produsen (Rp/kg)