i
ABSTRACT
The study aims to analyse the patterns of the Sweet corn commerce tract,
analyzing the efficiency of the commerce for each of the sweet corn channels, as
well as analyzing the transmission elasticity price of the sweet corn. The sampling
method done by Simple Random sampling technique using Slovin formula and
obtained as many as 38 farmers, as well as intermediary traders to be sampled in
the research area there are 2 traders Village Collector, 2 large merchants, 3
retailer merchants. The research site is done in Desa Namo Rambe, Kecamatan
Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. The method of analysis used is a
qualitatively and quantitatively descriptive analysis. Qualitative descriptive
analysis done by observation of the channel of commerce, the agencies of the
commerce and the functions of the commerce. As for quantitative analysis, it is
done to calculate the efficiency of the commerce using the trading system
efficiency method and the elasticity of the price transmission. The results is that
there were three patterns of sweet corn commerce channels, channel III more
efficient than channels I and II, based on Sheperd's method of channel III
efficiency of 6.24, based on the Acharya and Aggarwal methods of efficiency
Channel III of 0.51 and based on the method of efficiency Index channel III
efficiency of 5.45. The price transmission elasticity analysis of the three channels
obtained the elasticity of the transmission price on channel I by 12%, channel II
by 25%, and channel III by 15%. The three channels have the elasticity of the < 1
or inelastic.
ii
PENDAHULUAN
pertanian selalu dikaitkan dengan tiga hal sebagai pilar utama yaitu ketahanan
pertanian berwawasan agribisnis tidak akan lepas dari upaya meningkatkan daya
saing dan nilai tambah produk unggulan pertanian yang potensinya cukup besar
yang multiguna, sebagai sumber pangan, pakan, dan bahan baku industri.
Kebutuhan jagung dalam negeri yang terus meningkat, jika tidak diimbangi
Sebagai tanaman serelia, jagung termasuk bahan pangan kedua setelah beras yang
manusia maupun hewan. Khususnya jagung manis (sweet corn), sangat disukai
dalam bentuk jagung rebus atau bakar dan juga menjadi pangan yang enak dan
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
bergizi. Di Indonesia, jagung manis mulai dikenal sejak tahun 1970-an, konsumsi
dan pola konsumsi. Permintaan dan harga jual yang tinggi merupakan faktor
Di Indonesia produksi jagung masih relatif rendah dan belum mampu memenuhi
diantaranya dari sisi teknik budidaya yang masih belum sepenuhnya mengikuti
dan teknik menanam, adanya serangan hama dan penyakit, serta penanganan
panen dan pasca panen yang belum optimal (Rudi dan Trias, 2017).
Provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera
Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sumatera
Barat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018) salah satu kabupaten yang
dari tahun 2013 sampai tahun 2017 terus mengalami peningkatan. Peningkatan
ini juga dipengaruhi oleh peningkatan luas lahan panen yang cukup signifikan,
luas lahan panen tertinggi terdapat pada tahun 2017, namun rata-rata produksi
jagung adalah tataniaga. Tataniaga produk hasil pertanian selalu menjadi masalah
yang mendasar bagi petani. Oleh karena itu tataniaga menjadi sangat penting
menghasilkan produk dalam kuantitas yang cukup dan kualitas yang baik. Disini
petani membutuhkan tataniaga yang baik sehingga produk akan lebih bernilai
Dalam teori harga dianggap bahwa produsen bertemu langsung dengan konsumen,
penawaran dengan kurva pemintaan. Realita pemasaran pertanian sangat jauh dari
anggapan ini, sebab komoditi pertanian yang diproduksi di daerah sentra produksi
akan dikonsumsi oleh konsumen akhir setelah menempuh jarak tertentu, dengan
Margin pemasaran ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya
akhir dan harga yang diterima petani produsen. Selama proses pemasaran terdapat
merupakan fungsi linear dari harga yang dibayar konsumen atau harga di tingkat
efisiensi, stabilitas harga antar daerah, mengurangi resiko produksi dan pemasaran
(Sudiyono, 2004).
Desa Namo Rambe Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang dikenal
sebagai daerah yang memproduksi jagung. Hal tersebut merupakan peluang bagi
petani untuk memasarkan produk pertaniannya yaitu jagung manis. Namun, petani
komoditi jagung, sehingga membuat petani mendapatkan harga yang lebih rendah
yang disebabkan oleh panen jagung yang tidak sesuai dengan peningkatan harga
jagung dipasar.
Dengan melihat latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
daerah penelitian?
penelitian?
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan masalah diatas, adalah sebagai
berikut :
daerah penelitian.
sebagai berikut :
1. Bagi petani, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk
memperbaiki sistem tataniaga jagung manis kearah yang lebih baik sehingga
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi yang
manis.
Tanaman jagung adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-
peningkatan di Asia, Eropa dan Amerika Latin serta banyak negara lain, termasuk
Jagung terdiri dari beberapa jenis, yaitu : (a) Jagung gigi kuda (Dent corn) (Zea
mays indentata); (b) Jagung Mutiara (Flint corn) ( Zea mays indurate); (c) Jagung
manis (Sweet corn) ( Zea mays saccharata); (d) Jagung berondong (Pop corn)
(Zea mays everta); (e) Jagung tepung (Flour corn) (Zea mays amylaceae); (f)
Jagung polong (pod) (Zea mays tunicata); dan (g) Jagung ketan (Waxy corn) (Zea
basah dengan batas lintang 50o LU- 40o LS, untuk tumbuh optimal dan
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
menghasilkan tongkol dengan biji yang banyak, penanaman perlu dilakukan pada
lokasi dan iklim yang sesuai dengan syarat tumbuhnya (Rudi dan Trias, 2017).
Di Indonesia tanaman jagung dapat tumbuh pada dataran rendah (<1000 m dpl)
sampai dataran tinggi (>1.600 m dpl). Wilayah dengan ketinggian 0-600 m dpl
(Atman, 2015).
2.2.1 Harga
Harga merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pembeli atas barang dan jasa yang
ditawarkan oleh penjual. Harga juga disebut “nilai”. Menurut teori Ekonomi, nilai
adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk dapat menarik
barang lain dalam pertukaran. Untuk mengukur nilai barang dalam pertukaran
dapat digunakan uang. Harga mempunyai empat macam fungsi, yakni : a).
b). Sebagai senjata dalam persaingan; c). Sebagai alat untuk mengadakan
Harga dari suatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan barang lain.
Sebagaimana salah satu tugas pokok ekonomi itu adalah menjelaskan mengapa
barang-barang mempunyai harga dan mengapa ada barang-barang yang mahal dan
ada yang murah harganya (Alfred, 2010). Dari sudut pandang pemasaran, harga
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran
Tataniaga atau marketing yaitu suatu macam kegiatan ekonomi yang berfungsi
ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran. Peran lembaga
pemasaran sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik
pasar, maka tataniaga disebut juga pemasaran (Awang dan Andreas, 2014).
Tataniaga pertanian merupakan keragaan dari semua aktifitas bisnis dalam bentuk
aliran barang atau jasa komoditas pertanian dari tingkat produksi (petani) sampai
kepada konsumen akhir. Dengan demikian tataniaga merupakan hal yang sangat
yang baik dan melimpah akan kurang berarti karena harga pasar yang rendah.
Demikian pula dengan produksi yang tinggi tidak mutlak memberikan keuntungan
lebih besar bagi petani tanpa tataniaga yang baik dan efisien
Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak
milik dan penciptaan nilai guna waktu, guna tempat dan guna bentuk yang
Menurut Khol dan Uhl (2002) dalam Azhimah, et all (2013) mendefinisikan
tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang
dan jasa dari titik produksi sampai ke titik konsumen. Produksi adalah
Ada empat nilai guna produk menurut David (2009) diantaranya : nilai guna
bentuk (form utility), nilai guna waktu (time utility), nilai guna tempat (place
Nilai guna bentuk merupakan manfaat yang diciptakan oleh adanya perubahan-
bentuk ataupun fungsi bahan baku, penentuan bahan material yang digunakan,
ukuran, bentuk atau dimensi lain dari barang yang sudah jadi dan pengubahan
metode pembuatannya.
Nilai guna waktu artinya produk tersedia setiap saat pada saat dibutuhkan atau
nilai waktu dapat terjadi pada saat konsumen hendak melakukan pembelian .
Suatu barang tidak akan berguna bagi konsumen jika tidak dihubungkan dengan
Nilai guna tempat artinya produk akan memiliki nilai lebih tinggi pada tempat
yang berbeda. Nilai tempat dapat terjadi pada lokasi yang diinginkan oleh
barang berada pada lokasi yang jauh. Disini saluran dapat menciptakan nilai guna
Nilai guna milik menunjukkan kegiatan yang merubah kepemilikan suatu barang.
Dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses aliran barang yang
terjadi dalam pasar. Barang ini mengalir dari produsen sampai kepada konsumen
akhir yang disertai dengan penambahan nilai guna bentuk melalui proses
pengolahan, nilai guna tempat melalui proses pengangkutan dan nilai guna waktu
konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang berbeda akan
memberikan
dalam kegiatan tataniaga tersebut. Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu
diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua
dan dapat pula kompleks sekali, tergantung dan macam komoditi lembaga
relatif kompleks dibandingkan dengan sistem pasar yang lain. Komoditi pertanian
yang lebih cepat ke tangan konsumen dan tidak mempunyai nilai ekonomi yang
PRODUSEN
PENGECER
KONSUMEN
PETANI
PENGECER
TENGKULAK KONSUMEN
PEDAGANG BESAR
EKSPORTIR
PEDAGANG PENGUMPUL
Menurut Sudiyono (2004) lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu
badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan
sebagai berikut :
petani. Tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon,
dibeli tengkulak dari petani biasanya relatif lebih kecil sehingga untuk
Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses
pedagang besar dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding
pengecer.
konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang
kepada konsumen.
Fungsi Pemasaran
Menurut Downey dan Steven (1987) ada tiga tipe fungsi pemasaran yaitu (a)
fungsi pertukaran (Exchange Function), (b) fungsi fisis (Pysical function) dan (c)
1. Fungsi pembelian
Fungsi pembelian dilakukan pada setiap tingkatan dari saluran pemasaran, usaha
pembelian ini melibatkan interaksi antara produsen atau agen produsen dengan
untuk dijual lagi atau digunakan sendiri dengan harga pelayanan dari penjual dan
kualitas tertentu. Dalam pembelian pedagang besar dapat bertindak sebagai agen
pembelian bagi para pengecernya atau pemakai industri. Sebagai pembeli, ia harus
Disamping itu juga harus dapat membeli dalam jumlah yang paling ekonomis agar
dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam penjualannya, oleh karena
penyediaannya.
2. Fungsi penjualan
barang atau jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup
semua ongkos guna memperoleh laba. Pedagang besar harus mengetahui sasaran-
maka harus ditentukan bahwa barang-barang tersebut akan terjual, jadi sebagai
Fungsi fisis
Kegunaan waktu, tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk
1. Pengangkutan
perluasan pasar dan memungkin pula spesialisasi dalam industri yang akan
penetapan harga produk, kinerja pengiriman (tepat waktu) dan kondisi barang saat
tiba di tujuan.
2. Penyimpanan
3. Pemprosesan
konsumen. Adanya pengubahan bentuk produk dari bahan baku utama menjadi
1. Informasi Pasar
Sistem pemasaran yang efisien menuntut agar pihak-pihak yang berperan serta
mengenai harga saat ini dan saat mendatang agar dapat memutuskan produk apa
dan berapa banyak yang akan digudangkan, informasi pasar dapat diperoleh dari
2. Penanggung risiko
Risiko ini dapat dibagi ke dalam dua golongan umum, yaitu risiko fisis, seperti
angin, kebakaran, hujan es, banjir, pencurian dan kerusakan; serta risiko pasar.
Pada dasarnya ada empat teknik untuk membantu para produsen dan pemasar
integrasi vertikal, (3) pengadaan kontrak terlebih dahulu dan (4) hedging
4. Pembiayaan
Menurut Rahim dan Hartati di dalam Azhimah, et all (2013), biaya adalah
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya merupakan korbanan yang diukur
untuk suatu satuan alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan
Biaya tataniaga terbentuk atau terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan
fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga dari
barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu, biaya
tataniaga yang tinggi akan membawa efek pada harga beli konsumen. Disamping
itu biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang atau
Pembiayaan tataniaga sangat perlu karena adanya perbedaan waktu (yang kadang-
kadang sangat lama) antara pembelian(dan pembayaran harga) oleh konsumen dan
Menurut Mubyarto dalam Azhimah, et all (2013) sistem tataniaga disebut efisien
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan
Namun berbeda menurut A.T Mosher sistem tataniaga itu efisien apabila harga
jual petani atau harga yang diterima petani adalah sebesar harga pokok (cost
pengusahaannya. Dan jika semakin besar harga maka semakin tinggi tingkat
dikeluarkan oleh lembaga perantara dan biaya produksi serta ongkos pemasaran
pemasaran menurut Ariani (2000) dalam Sari (2013) ditentukan oleh panjang
pendeknya rantai distribusi dan besarnya biaya pemasaran yang harus dilalui oleh
Efisiennya suatu pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002) dalam Sari (2013)
akan dapat tercipta jika pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-
besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan bila dibandingkan dengan nilai dari
produk yang dijual akan menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Dengan kata
Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen dan harga
yang diterima petani sebagai produsen. Margin pemasaran pada hakekatnya terdiri
ketidak efisienan proses pemasaran maka perlu memperhatikan beberapa hal yaitu
Adanya kenaikan upah pekerja terutama dalam perdagangan eceran, dapat juga
perubahan nisbi dari harga di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat
𝑑𝑃𝑟 𝑃ƒ
Et = 𝑑𝑃ƒ ×𝑃𝑟
Dengan diketahuinya besar elastisitas (Et), maka diharapkan ada informasi pasar
tentang :
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi
sudah efisien.
2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada
laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi
oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat
3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada
laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi
oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat
Pada waktu sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian tentang tataniaga suatu
berbeda.
1. Rahmi dan Arif (2012) dengan judul jurnal Analisis Transmisi Harga Jagung
Kepekaan perubahan harga di tingkat petani jagung lebih kecil dari kepekaan
sehingga petani sendiri sebagai produsen jagung dan peternak ayam ras sebagai
2. Siska Yulianti Lubis (2008) dengan judul Analisis Pemasaran Jagung (Studi
margin yang tertinggi pada lembaga pemasaran jagung bulat melalui saluran IV
(Rp 721,40/kg) karena pada saluran ini jagung dibeli pedagang pengumpul dari
petani melalui agen sedangkan profit yang terendah terdapat pada lembaga
karena pada saluran ini terjadi biaya pemasaran yang terkecil, dan merupakan
saluran pemasaran pertama tidak efesien karena tingkat Ep > 50% dan
bahwa Pola distribusi jagung di Kabupaten Lampung terdiri dari 3 pola yaitu
yang berakhir di idustri pakan ternak lokal dan jagung yang berakhir di industri
masih tergolong belum efisien dilihat dari nilai RPM yang belum merata dan
nilai elastisitas transmisi harga yang tidak sama dengan 1. Rantai pemasaran
yang paling efisien adalah rantai yang berawal dari petani yang menjual hasil
II, dan Rp 608,00/kg pada saluran III. Distribusi keuntungan pada masing-
indeks masing-masing sebesar 0783, 0,789, dan 0,662, serta nilai elastisitas
transmisi harga sebesar 0,628 yang berarti bahwa perubahan harga eceran 1%
`elastisitas transmisi harga pada pemasaran jagung manis. Dengan itu maka
Biaya Tataniaga
Margin Tataniaga
Keterangan :
= Hubungan
= Mempengaruhi
diatas, maka dapat disusun hipotesis penelitian yang perlu diuji kebenarannya
(<1).
27
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur/elemen/ anggota populasi
disebut simple sampling. Disebut simple karena mengambil sampel cukup simpel
(sederhana), yaitu tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, karena
n= N
1+ N(e)2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
257
n = 1+257 (0.15)2 = 38
Jumlah populasi yang ada pada saat prasurvey sebanyak 257 petani jagung manis,
Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada petani,
dibuat. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi
urutan, serta menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami. Tujuan
dari analisis data ini adalah untuk menjawab masalah penelitian dan dapat
menguji hipotesis.
Data yang diperoleh akan di analisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
harga.
dalam tataniaga jagung manis, selain itu juga melakukan penelusuran terhadap
dalamnya. Semakin panjang rantai saluran tataniaga semakin tidak efisien karena
marjin tataniaga yang tercipta antara produsen dan konsumen akan semakin besar.
tataniaga yang terlibat serta mengetahui kebutuhan biaya dan fasilitas yang
dibutuhkan. Untuk lebih lanjut, dari analisis ini dapat dihitung besarnya marjin
tataniaga.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran dari petani
biaya, kelembagaan yang terlibat, dan keseluruhan sistem mulai dari petani
berikut :
MT = Pr-Pf = C + πMi
Mі = Pj - Pbі
Keterangan :
MT = Margin pemasaran
Marketing margin dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama disebut price
spread, jika angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka
Pf
S= x 100%
Pr
Keterangan:
1. Metode Sheperd’s yaitu rasio total nilai barang yang di jual di pasar dan total
biaya pemasaran
V
ME = -1
I
Keterangan :
ME = efisiensi pemasaran
V = harga konsumen.
I = biaya pemasaran
Metode Sheperd’s yaitu semakin besar rasio maka semakin tinggi tingkat efisiensi
semakin efisien.
semakin efisien.
PP
ME =
(MC+MM)
Keterangan :
ME = efisiensi pemasaran
PP = harga produsen
MC = biaya pemasaran
MM = margin pemasaran
pemasaran.
ME = 1 + Margin Pemasaran
Biaya Pemasaran
Efisiensi pemasaran yang tinggi ditunjukkan oleh nilai ME yang tinggi dan
sebaliknya. Pada metode ini efisiensi pemasaran tinggi jika biaya pemasaran yang
perubahan nisbi dari harga di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat
petani.
𝑑𝑃𝑟 𝑃𝑓
Et = ×
𝑑𝑃𝑓 𝑃𝑟
Keterangan :
Et = Elastisitas Transmisi
1. Apabila elastisitas transmisi kecil dari satu (Et<1) dapat diartikan bahwa
2. Apabila elastisitas transmisi sama dengan satu (Et=1) dapat diartikan maka
3. Apabila elastisitas transmisi lebih besar dari satu (Et>1) dapat diartikan bahwa
3.5.1 Definisi
konsumen akhir.
produsen ke konsumen.
untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun
jagung manis dari pedagang pengumpul ataupun petani dan menjual kembali
dengan konsumen.
fungsi tataniaga.
besar, pengecer.
Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Namo
memiliki luas wilayah 334 hektar dengan jarak 42.4 Km menuju ibu kota
kabupaten/kota dan jarak 19.7 Km menuju ibu kota provinsi. Secara administratif
Secara geografis Desa Namo Rambe terletak pada koordinat bujur 99 0.512431 dan
kelembaban 780 C, suhu rata-rata 270 C perhari serta ketinggian tempat 23 meter
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Tabel 3. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah Desa Tahun 2019
No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1. Tanah Sawah 143.95 43,1
2. Tanah Kering 101.60 30,42
3. Tanah Perkebunan 80.00 23,95
4. Fasilitas Umum 8.45 2,53
Total Lahan 334 100
Sumber : Kantor Desa Namo Rambe, 2018
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan yang paling banyak
diusahakan adalah tanah sawah dengan luas 143,95 Ha (43,1%), tanah kering
dari 781 jiwa laki-laki dan 844 jiwa perempuan, dihitung berdasarkan jumlah
kepala keluarga (KK) dihuni 563 Kepala Keluarga. Distribusi penduduk menurut
kelompok umur di Desa Namo Rambe dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa kelompok umur produktif yaitu 15-60 tahun
adalah sebanyak 1.115 jiwa (68,61%). Usia 0-4 tahun sebanyak 67 jiwa (4,12%),
usia 5-9 tahun sebanyak 141 jiwa (8,68%), usia 10-14 tahun sebanyak 162 jiwa
(9,97%), usia 61-75 tahun sebanyak 121 jiwa (7,45%) dan usia > 75 tahun
tenaga kerja di desa ini masih cukup besar. Distribusi penduduk menurut agama di
Dari Tabel 5. dapat dilihat ada empat agama yang dianut oleh masyarakat di Desa
Namo Rambe. Agama yang paling banyak di kelurahan ini adalah agama Kristen
dengan persentase 48,74 %, agama Islam 24,43 %, Katolik 26,77 % dan hanya
Dari Tabel 6. dilihat bahwa dari mata pencaharian penduduk desa Namo Rambe
ibu rumah tangga, 4,26 % sebagai buruh harian lepas, sisanya beprofesi lain-lain
Akses transportasi ke Desa Namo Rambe sudah cukup baik, dengan adanya jalan
yang terbuat dari aspal/semen, karena desa ini merupakan salah satu desa yang
memiliki kondisi irigasi, prasarana yang sudah ada diantaranya panjang saluran
primer 2.000 meter, panjang saluran sekunder 1.500 meter, panjang saluran tersier
3.000 meter, jumlah pintu sadap sebanyak 1 unit dan jumlah pintu pembagi air
sebanyak 4 unit.
Lembaga pendidikan yang ada hanya 4 unit Taman Kanak-Kanak swasta, 2 unit
Petani jagung manis adalah mereka yang memiliki mata pencaharian sebagai
petani jagung dan mengusahakan kegiatan produksi mulai dari mengolah tanah
sampai pada kegiatan panen dan bertempat tinggal di Desa Namo Rambe. Yang
dan jumlah tanggungan. Jumlah sampel petani yang diambil dalam penelitian ini
Umur petani salah satu faktor yang erat dengan kemampuan petani dalam
Dari Tabel 7. dilihat bahwa persentase terbesar di daerah penelitian berada pada
kisaran umur 26-50 tahun sebesar 78,95%. Artinya petani sampel di daerah
mengoptimalkan usahataninya.
Pendidikan formal baik negeri maupun swasta merupakan salah satu faktor
penting dalam mengelola usahatani. Dapat dilihat dari bagaimana respon petani
dalam hal menerima teknologi atau mencari solusi suatu kendala saat proses
memiliki wawasan yang luas dalam memanajemen suatu usahatani, mulai dari
yang sesuai dengan kondisi saat itu. Berikut ini tabel tingkat pendidikan petani di
daerah penelitian:
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampeldi Desa Namo Rambe Tahun 2019
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Sekolah Dasar 4 10,52
2 Sekolah Menengah Pertama 6 15,79
Sekolah Menengah Atas
3 25 65,79
(SMA/SMK/MAN)
4 Lainnya 3 7,9
Total 38 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 8. Dilihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani di desa penelitian
pendidikan sekolah dasar sebanyak 4 orang (10,52 %), sekolah menengah pertama
Pengalaman Bertani
tertinggi adalahl 6-10 tahun sebesar 39,48 %, pengalaman terendah 0-5 tahun
sebesar 7,90% serta persentase pengalaman berusahatani 11-20 dan > 20 tahun
Pedagang sampel ditentukan dengan cara bertanya kepada petani kemana mereka
menjual dan kepada siapa serta dimana alamat tempat tinggalnya. Dengan
demikian dapat diperoleh jenis pedagang mulai dari pedagang pengumpul sampai
ke pedagang besar, dari pedagang besar dapat diketahui pedagang pengecer yang
menjual ke konsumen.
a. Pedagang Pengumpul
Di desa Namo Rambe petani tidak langsung menjual hasil panennya sendiri
kepasar, dengan alasan sulit memasuki pasar tujuan jika tidak ada langganan, dari
informasi harga tentunya tidak bisa diikuti petani. Sehingga pada saat Survey
berikut :
Dari Tabel 10. dilihat bahwa terdapat 2 orang pedagang pengumpul, yang
telah beroperasi selama 17 tahun, sementara sampel kedua telah beroperasi selama
7 tahun. Kedua Pedagang pengumpul berasal dari desa yang sama yaitu Desa Jati
b. Pedagang Besar
Pedagang besar adalah pedagang yang membeli jagung manis baik dari pedagang
tujuan. Dari hasil penelitian terdapat dua orang pedagang besar. Dapat dilihat pada
Tabel 11. Karakteristik Pedagang Besar Sampel Desa Namo Rambe, Tahun
2019
Jenis
Umur Pendidikan Pengalaman
No Kelamin Domisili
(Tahun) (Tahun) (Tahun)
(L/P)
1 L 32 12 4 Dusun IV Desa
Namorambe
2 L 37 12 4 Penampen,
Berastagi
Total 69 24 8
Rataan 34,5 12 4
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 3
Dari Tabel 11. dilihat bahwa ada dua orang pedagang besar yang bertransaksi
dengan petani maupun pedagang pengumpul, dengan rataan umur 34,5 tahun,
c. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli jagung manis dari pedagang
besar, kemudian menjualnya kembali kepada konsumen. Dapat dilihat pada Tabel
12 berikut ini:
Dari Tabel 12. dilihat bahwa ada tiga orang pedagang pengecer, dengan rataan
umur 50,66 tahun, dari ketiga pedagang tersebut sampel satu memiliki tingkat
pendidikan 9 tahun, sementara sampel dua dan tiga memiliki tingkat pendidikan
12 tahun, dengan rataan tingkat pendidikan ketiga sampel yaitu 11 tahun. Sampel
satu dan tiga memiliki pengalaman berdagang yang sama yaitu selama 5 tahun
berdagang selama 3 tahun, dengan rataan pengalaman ketiga sampel yaitu 4,66
tahun.
pedagang pengecer.
3. Konsumen adalah mereka yang membeli jagung dari pedagang perantara untuk
dikonsumsi.
Tujuan dari subsistem diatas yaitu untuk mendistribusikan jagung dari lahan
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Saluran II (23,68%)
PEDAGANG
BESAR
PEDAGANG
PENGECER
KONSUMEN
Keterangan :
Pada pola saluran tataniaga I, sebanyak 20 orang petani menjual hasil jagung
Pasar IV Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, pedagang ini meneruskan
setelah itu jagung manis dibawa ke pasar untuk dijual ke pengecer dan konsumen
yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Kota Medan untuk didistribusikan
Pada pola saluran tataniaga II, sebanyak 9 orang (23,68%) petani menjual hasil
Kecamatan Namo Rambe, kemudian pedagang ini menjual jagung manis kepada
pedagang pengecer yang ada di Pasar Induk Tuntungan dan luar kota Medan,
pedagang pengecer inilah yang akan menjual jagung manis kepada konsumen
akhir.
Pada pola saluran tataniaga III, sebanyak 9 orang (23,68%) petani menjual hasil
produksi jagung manis langsung ke pedagang besar yang berasal dari luar
Kecamatan Namo Rambe. Pedagang ini kemudian akan menjual kembali kepada
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa adanya perbedaan pola saluran
keuntungan, serta margin pemasaran yang diterima oleh lembaga tataniaga jagung
manis.
lembaga-lembaga tataniaga, baik berupa proses fisik maupun aktivitas jasa yang
dari pelaksanaan fungsi tataniaga ini adalah semakin besar biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang perantara akan mengakibatkan harga komoditi jagung manis akan
menjadi lebih tinggi. Adapun fungsi tataniaga Jagung Manis yang dilakukan
Keterangan :
dan tunai karena volume produksi yang dipasarkan relatif kecil. Selain itu, petani
setelah panen. Sebagian besar petani yang ada di lokasi penelitian tidak memiliki
ikatan tertentu kepada pedagang sehingga dalam proses jual beli petani memiliki
kebebasan penuh dalam menentukan kepada siapa akan menjual hasil panennya.
Pada fungsi fisik petani tidak melakukan fungsi transportasi, penyimpanan dan
untuk mengambil hasil jagung manis yang akan di panen. Fungsi transportasi dan
namun dalam fungsi penyimpanan hanya dilakukan oleh pedagang besar dan
pedagang pengecer, pada saat jagung manis tidak habis dijual dihari tersebut maka
disimpan untuk dijual keesokan harinya. Fungsi fasilitas seperti resiko, grading,
penyediaan dana dan informasi pasar dilakukan oleh seluruh lembaga tataniaga.
Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dan
harga yang diterima oleh petani sebagai produsen. Margin pemasaran pada
dan biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran juga besar, agar komoditi
Berdasarkan tabel berikut dapat dilihat besarnya bagian harga yang diterima
petani sebagai produsen dan marjin pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14. Analisis Biaya Tataniaga Jagung Manis/ Kg Pada Saluran I di Desa
Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang
Price Spread
No Uraian Share Margin (%)
(Rp/kg)
1 Petani
- Harga Jual 2310 35,53
2 Pedagang Pengumpul
- Harga beli 2310
- Harga jual 3170
- Biaya : 345,2 5,3
- Transportasi 13,3 0,20
- Tenaga Kerja 250 3,84
- Kemasan(karung) 50 0,76
- Tali Plastik 5,3 0,08
- Lainnya 26,6 0,40
- Keuntungan 514,8 7,92
- Margin 860 13,23
3 Pedagang Besar
- Harga beli 3170
- Harga jual 5000
- Biaya : 469,7 7,22
- Transportasi 66,6 1,02
- Kemasan 32 0,49
- Tenaga Kerja 160 2,46
- Marketing loss 211,1 3,24
- Keuntungan 1360,3 20,92
- Margin 1830 28,15
4 Pedagang Pengecer
- Harga beli 5000
- Harga jual 6500
- Biaya 454,1 6,98
- Transportasi 166,6 2,56
- Kemasan 37,5 0,57
- Marketing loss 250 3,84
- Keuntungan 1045,9 16,09
- Margin 1500 23,07
5 Konsumen
- Harga Beli 6500
Total Margin 4190 100
Sumber :Data Primer Lampiran 6, 2019
Tabel 14. menunjukkan bahwa pemasaran pada saluran pertama, petani melalui 3
tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang pengumpul
yang datang ke lahan petani untuk membeli jagung manis tersebut. Dilihat pada
saluran ini memberikan bagian harga yang diterima petani (farmer share) sebesar
35,53 % dari harga konsumen, total margin antara konsumen dengan petani
sebesar 20,92% dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga ini sebesar Rp
469,7/kg dan share margin biaya tataniaganya sebesar 7,22 % . Semakin panjang
3690/kg, harga yang diterima petani (farmer share) sebesar 38,5% dari harga
2.500/kg atau share margin sebesar 41,6%, total biaya untuk membeli jagung
kerja, kemasan, tali dan biaya lainnya sebesar Rp 445,5/kg , pedagang pengumpul
Dapat dilihat juga bahwa margin pemasaran belum tersebar secara merata pada
setiap lembaga sehingga share margin tertinggi terdapat pada pedagang pengecer
sebesar 41,6%.
Tabel 16. Analisis Biaya Tataniaga Jagung Manis/ Kg Pada Saluran III di
Desa Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang
Price Spread
No Uraian Share Margin (%)
(Rp/kg)
1 Petani
- Harga Jual 2310 38,5
2 Pedagang Besar
- Harga beli 2310
- Harga jual 4500
- Biaya : 426,05 7,1
- Kemasan 76,82 1,28
- Tenaga Kerja 193,08 3,2
- Transportasi 40,65 0,67
- Marketing loss 100,87 1,68
- Tali 6,5 0,1
- Lainnya 8,13 0,13
- Keuntungan 1763,95 29,39
- Margin 2190 36,5
3 Pedagang Pengecer
- Harga beli 4500
- Harga jual 6000
- Biaya : 402 6,7
- Transportasi 60 1
- Kemasan 72 1,2
- Marketing loss 270 4,5
- Keuntungan 1098 18,3
- Margin 1500 25
4 Konsumen
- Harga Beli 6000
Total Margin 3690 100
Sumber :Data Primer Lampiran 8, 2019
Berdasarkan Tabel 16. Pemasaran jagung manis pada saluran ketiga melibatkan
dua lembaga tataniaga yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer, dapat dilihat
harga yang diterima petani (farmer share) sebesar 38,5%, harga konsumen,
Margin terbesar terdapat pada pedagang besar, pedagang ini mengeluarkan biaya
tataniaga kemasan, tenaga kerja, transportasi, marketing loss dan biaya lainnya,
sehingga total biayanya sebesar Rp 426,05 atau share margin sebesar 7,1 % ,
sebesar Rp 1098/kg, total biaya yang dikeluarkan dari biaya tataniaga diantaranya
biaya transpotasi, kemasan dan marketing loss sebesar Rp 402/kg. Dengan share
1. Metode Sheperd’s
Berdasarkan metode Sheperd’s saluran III lebih efisien dibanding saluran lain,
dengan nilai efisiensi sebesar 6,24, sementara saluran I sebesar 4,12 dan saluran II
sebesar 5,57. Ini berarti saluran III merupakan saluran yang paling efektif.
Indikator Metode Sheperd’s yaitu semakin besar rasio maka semakin tinggi
tingkat efisiensi sehingga semakin besar harga yang dibayarkan konsumen saluran
tataniaga semakin efisien. Semakin tinggi harga yang dibayar konsumen dengan
biaya tataniaga rendah yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran maka
pemasaran, dan marjin pemasaran sehingga dapat diperoleh efisiensi seperti tabel
berikut :
menunjukkan bahwa nilai efisiensi tertinggi terdapat pada saluran III sebesar
0,51, yang berarti saluran III merupakan saluran paling efektif dibanding saluran
lainnya. Sedangkan saluran yang memiliki nilai efisiensi terendah terdapat pada
saluran I. Indikator metode ini mengatakan bahwa semakin tinggi nilai efisiensi
menunjukkan bahwa nilai efisiensi tertinggi terdapat pada saluran III yaitu
sebesar 5,45. Sedangkan nilai efisiensi terendah terdapat pada saluran I sebesar
4,30. Indikator metode ini mengatakan bahwa nilai efisiensi tertinggi merupakan
perubahan nisbi dari harga di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat
petani.
harga pada saluran I sebesar 0,12, elastisitas transmisi harga pada saluran II
sebesar 0,25, dan elastisitas transmisi harga pada saluran III sebesar 0,15. Ketiga
saluran tersebut mempunyai elastisitas < 1 atau inelastis, artinya pada saluran I
perubahan harga sebesar 12% di tingkat petani, saluran II yaitu perubahan harga
tingkat petani dan pada saluran III yaitu perubahan harga 1% ditingkat pengecer
akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 15% di tingkat petani. Hasil ini
didukung juga dengan penelitian dari sutawi, 2002. Jika Et < 1, berarti laju
perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju perubahan harga
bahwa nilai elastisitas transmisi harga pemasaran jagung <1 yaitu sebesar 0,628%
6.1 Kesimpulan
1. Ada tiga pola saluran tataniaga jagung manis di daerah penelitian, pola saluran
Sheperd’s saluran III lebih efisien yaitu sebesar 6,24, berdasarkan metode
Acharya dan Aggarwal saluran III lebih efisien yaitu sebesar 0,51 dan
berdasarkan metode Efficiency Index saluran III lebih efisien yaitu sebesar
5,45.
sebesar 0,25, dan elastisitas saluran III sebesar 0,15. Ketiga saluran tersebut
mempunyai elastisitas < 1 atau inelastis, artinya pada saluran I yaitu perubahan
dan pada saluran III yaitu perubahan harga 1% ditingkat pengecer akan
diartikan bahwa laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
pada perubahan harga di tingkat petani sehingga sistem tataniaga yang berlaku
belum efisien.
6.2 Saran
ketiga, karena biaya pemasaran lebih murah dibanding saluran lainnya. Petani
harga ke pasar tujuan, agar tidak hanya menerima harga dari pedagang
keuntungan usahataninya.
2. Pemerintah
manis kepada lembaga yang terkait yang menetapkan harga, agar petani bisa
3. Peneliti selanjutnya
Mahdiannoor. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
L. Var. Saccharata) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Pada Lahan Rawa
Lebak. Program Studi Agroteknologi Stiper.
Rahmi, E dan Arif, B. 2012. Analisis Transmisi Harga Jagung sebagai Bahan Pakan
Ternak Ayam Ras di Sumatera Barat. Fakultas Peternakan Universitas
Andalas.
Rudi, H. Paeru dan Trias Q. D. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Swadaya. Cibubur.
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Nur. W. dan Mohd, Harisudin. 2013. Saluran Dan Margin Pemasaran Jagung Di
Kabupaten Grobogan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Holltikultura
Kabupaten Groobogan. Universitas Sebelas Maret.