Anda di halaman 1dari 10

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 – 6885

TATANIAGA AGRIBISNIS CABAI MERAH


DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

Siti Balkis1, dan Kosasih2


1
Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Unmul Samarinda,
2
Widyaiswara BLPP Provinsi Kaltim
Jl. Pasir Balengkong Kampus Fakultas Pertanian Unmul Gunung Kelua Samarinda
Kalimantan Timur, Indonesia 75116
E-Mail: sitibalkis75@yahoo.com

ABSTRAK

Tataniaga Agribisnis Cabai Merah Di Kecamatan Tenggarong Seberang. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui biaya produksi, total produksi, pendapatan petani dari agribisnis cabai merah,
mengetahui pemasaran dan menghitung margin pemasaran agribisnis cabai merah di Kecamatan Tenggarong
Seberang.
Penelitian ini dimulai pada Desember 2013 sampai Maret 2014, dengan lokasi penelitian di Kecamatan
Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode yang digunakan adalah metode sensus. Data
yang dibutuhkan oleh penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara
observasi dan wawancara dengan menggunakan responden kuesioner yang telah disusun sejalan dengan
penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan informasi lembaga yang terkait
dengan pelaksanaan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang produksi total biaya adalah Rp 4.894.710,36 musim-1
responden-1, dengan total produksi adalah 2990.674 kg responden-1, pendapatan oleh responden adalah Rp
23.625.501,59 musim- 1 ha1 responden-1, dan pendapatan Rp 18.730.791,23 petani musim-1 ha-1
responden-1. Dengan proses petani pemasaran pengembangan agribisnis cabai merah yaitu: tingkat saluran
nol dan saluran pemasaran dwi. Margin pemasaran petani dari cabai agribisnis merah di Kecamatan
Tenggarong Seberang dibagi menjadi lembaga dwi, yaitu kolektor pemasaran pedagang rata-rata adalah Rp
5.250,00 kg-1 dan responden pengecer rata-rata adalah Rp 10.266,67 kg-1.
Kata kunci : agribisnis, cabe merah.

ABSTRACT

Marketing and to calculate the margin marketing of red chili agribusiness in Tenggarong Seberang
subdistrict. The purpose of the research was to know cost production, total production, income of farmers
from red chili agribusiness, knowing marketing and to calculate the margin marketing of red chili
agribusiness in Tenggarong Seberang subdistrict.
This research started on December 2013 until March 2014, with research location is in Tenggarong Seberang
subdistrict, Kutai Kartanegara Regency. The method that used is census method. The data needed by
research are primary and secondary data. Primary data is got by observation and interview with responder use
questionnaire which have been compiled in line with research. While secondary data is got from
bibliography study and institution information which is related to research execution.
The results of this research shows that which is total cost production is Rp 4.894.710,36 season-1respondents-
1
, with total production is 2990,674 kgs respondent-1, revenue by responder is Rp 23.625.501,59 season-1 ha-
1
respondent-1, and farmers’ income Rp 18.730.791,23 season-1 ha-1 respondents-1. By peasant marketing
process of agribusiness red chili development in namely : zero channel level and dwi channel marketing.
Margin marketing by farmer from red chili agribusiness in Tenggarong Seberang subdistrict divided into dwi
institutions, namely marketing collectors merchant an average is Rp 5.250,00 kg-1 and the respondent retailer
by an average is Rp 10.266,67 kg-1.
Key words : Agribusiness, Red Chili
.

101
Tataniaga Agribisnis Cabai Merah … Siti Balkis dan Kosasih.

1. PENDAHULUAN Sebagian besar petani cabai merah


Cabai merah merupakan pada lahan dataran rendah merupakan
kelompok komoditas sayuran yang petani dengan penguasaan lahan yang
banyak dibudidayakan oleh petani baik sempit sampai sedang, perilaku petani
secara tradisional maupun secara intensif dalam melaksanakan kegiatan produksi
di lahan dataran rendah. Komoditas ini sangat tergantung perilaku mereka
termasuk dalam kelompok rempah tidak terhadap resiko serta strategi dalam
bersubstitusi yang berfungsi sebagai menghadapi resiko baik resiko produksi
bumbu penyedap makanan yang kaya maupun resiko harga output.
akan vitamin dan mineral dan dapat Produksi cabai merah setelah
digunakan sebagai bahan obat tradisional dipanen dapat dijual dengan harga tinggi
(Setiadi, 2008). atau rendah tergantung dari kualitas, daya
Permintaan atau kebutuhan akan saing dan saluran tataniaga yang dilalui.
cabai merah di Kalimantan Timur terus Tataniaga adalah semua kegiatan yang
meningkat seiring dengan meningkatnya bertujuan untuk memperlancar arus
jumlah penduduk, pendapatan dan barang atau jasa dari produsen ke
pesatnya perrkembangan kuliner. konsumen dengan maksud untuk
Sekalipun ada kecenderungan menciptakan permintaan yang efektif
peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan sehingga tataniaga bukan semata-mata
terhadap cabai merah dapat berfluktuasi kegiatan untuk menjual barang atau jasa
yang disebabkan karena pengaruh dari karena kegiatan sebelum dan sesudahnya
juga merupakan kegiatan tataniaga
sisi faktor permintaan dan sisi penawaran.
Kabupaten Kutai Kartanegara (Nitisemito, 1991).
menetapkan kebijakan pembangunan Setiap produk memiliki saluran
pertanian searah dengan kebijakan tataniaga yang berbeda, semakin banyak
nasional, yaitu mencapai 4 sukses lembaga yang terlibat makin panjang
Kementerian Pertanian. Dalam hal ini saluran tataniaga yang mengakibatkan
berbagai upaya terus dipacu terhadap tingginya margin tataniaganya.
para petani maupun kepada petugas Tataniaga yang efektif merupakan salah
pertanian yang meliputi berbagai aspek, satu faktor penting dalam pembangunan
seperti : peningkatan SDM, peningkatan pertanian.
dinamika kelompok, peningkatan Tujuan penelitian adalah untuk
kemampuan permodalan usahatani, mengetahui saluran tata niaga agribisnis
cabai merah dan menghitung margin tata
perbaikan infrastruktur pertanian, dan
penciptaan peluang / sistem tataniaga niaga agribisnis cabai merah di
yang baik. Kecamatan Tenggarong Seberang,
Peningkatan produksi pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara.
akan berpengaruh terhadap pendapatan
petani. Untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani seringkali 2. METODA PENELITIAN
dihadapkan kepada permasalahan
pengetahuan petani, keterbatasan modal 2.1. Tempat dan Waktu
usahatani, lahan garapan yang sempit Penelitian dilaksanakan di
serta kurangnya ketrampilan petani yang Kecamatan Tenggarong Seberang,
akhirnya berpengaruh terhadap Kabupaten Kutai Kartanegara,
penerimaan dan pendapatan petani Provinsi Kalimantan Timur. Pada
(Antara dkk., 1994).

102
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 – 6885

Bulan Desember 2013 s.d Maret menurut Sukirno (2002), yaitu :


2014. TR = P x Q (dimana : TR = total
penerimaan, P = harga; dan Q =
2.2. Metode Pengumpulan Data total produksi).
Data yang dikumpulkan d. Pendapatan dihitung dengan cara
meliputi : (1) data primer yang mengurangkan total penerimaan
diperoleh melalui observasi lapangan dengan total biaya, dengan rumus
dengan metode menurut Suratiyah (2006) sebagai
interview/wawancaradengan berikut : I = TR - TC (dimana : I
responden (petani) yang = pendapatan/income, TR = total
mengusahakancabai merah dengan penerimaan, dan TC = biaya
menggunakan daftar pertanyaan yang total).
telah dipersiapkan; dan (2) data e. Saluran tata niaga dianalisis
sekunder diperoleh melalui studi dengan analisis deskriptif, dalam
pustaka, monografi desa, dan instansi margin tata niaga juga dianalisis
terkait yang berkaitan dengan distribusi margin tata niaga dan
penelitian. distribusi share dari biaya-biaya
yang dikeluarkan dan keuntungan
oleh lembaga tata niaga. Secara
2.3. Metode Pengambilan Sampel umum dirumuskan oleh Hamid
Metode penentuan lokasi (1974) yaitu : M = Hp – Hb
penelitian dilakukan dengan metode (dimana : M = margin tata niaga,
purposive sampling dan sedangkan Hp = harga penjualan, dan Hb =
untuk responden diambil dengan cara harga pembelian).
sensus. Dalam penelitian ini diambil f. Untuk menghitung margin total
4 desa secara purposive yaitu : tata niaga adalah dengan
Karang Tunggal, Manunggal Jaya, menjumlahkan margin dari setiap
Bangun Rejo, dan Separi, sedangkan lembaga tata niaga yang terlibat
responden dilakukan dengan sensus yaitu Mt = M1 + M2 + M3 +
sebanyak 30 petani dengan rincian : ...Mn (dimana : Mt = margin total
4 petani dari Desa Karang Tunggal, 5 tata niaga, M1, M2....Mn =
petani dari Desa Manunggal Jaya, 15 margin masing-masing pedagang
petani dari Desa Bangun Rejo, dan 6 atau lembaga tata niaga).
petani dari Desa Separi. g. Untuk menghitung keuntungan
Metode pengambilan lembaga tata niaga adalah selisih antara
tataniaga agribisnis cabai merah margin total dengan total biaya
dilakukan dengan metode snowball tata niaga yang dikeluarkan oleh
sampling (sampel bola salju) yaitu pedagang perantara dengan rumus
menelusuri tata niaga agribisnis cabai (Kottler, 2005) yaitu : π = Mp –
merah dari 4 pedagang pengepul dan Bt (dimana : π = keuntungan, Mp
15 pedagang pengecer. = margin pedagang, dan Bt =
biaya total).
2.4. Analisis Data h. Untuk menghitung nilai efisiensi
saluran tata niaga dapat
Analisis data yang dilakukan dikuantitatifkan dengan rumus :
meliputi : Eps = (TB : TNP) x 100 (dimana :
a. Biaya total yang dikeluarkan Eps = efisiensi tata niaga, TB =
dalam usaha tani tomat total biaya tata niaga, dan TNP =
menggunakan rumus : total nilai produk).
b. TC = TFC + TVC (dimana TC =
biaya total; TFC = total biaya
tetap, dan TVC = total biaya
variabel) (Sudarsono, 1995).
c. Jumlah penerimaan dihitung
dengan menggunakan rumus

103
Tataniaga Agribisnis Cabai Merah … Siti Balkis dan Kosasih.

3. HASIL PENELITIAN DAN potensial dalam mengembangkan


PEMBAHASAN usahataninya.

3.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pendidikan responden


Kecamatan Tenggarong Seberang Tingkap pendidikan dengan rincian
memiliki luas wilayah 460,74 km2 sebagai berikut : tamat SD sebanyak 24
dengan jumlah desa sebanyak 18 desa, responden (80%), tamat SLTP sebanyak
238 RT, dan 36 dusun. Wilayahnya 3 responden (10%), dan tamat SLTA
terletak pada ketinggian 15 -75 m dpl, sebanyak 3 responden (10%). Keadaan
topografi bergelombang, memiliki curah ini menunjukkan bahwa persentase
hujan sebesar 2200 – 2800 mm tahun-1, terbesar pendidikan responden pada tamat
suhu udara rata-rata 24 – 320C dan jenis SD saja.
tanah didominasi oleh Ultisols.
Penduduk di Kecamatan Jumlah tanggungan keluarga
Tenggarong Seberang pada tahun 2012 Jumlah tanggungan keluarga
berjumlah 49.151 jiwa terdiri atas 25.148 merupakan salah satu faktor yang ikut
pria dan 24.03 jiwa wanita dengan 12.953 menentukan aktivitas dalam mengelola
KK. Kepadatan penduduknya 112 jiwa usahatani dan mempengaruhi keputusan
km2. seseorang untuk bekerja. Keadaan jumlah
Kondisi pertanian di wilayah tanggungan keluarga responden, yaitu
Tenggarong Seberang memiliki potensi sebagai berikut : 1-2 orang tanggungan
yangcukup besar, lahan pertanian ada 12 responden (40%),dan 3-4 orang
terdapat di setiap desa dengan macam tangggungan ada 10 responden
usaha yang berbeda yaitu : sawah, ladang, (33,33%),5-6 orang tangggungan ada 7
ataupun perikanan. Luas lahan sawah = responden (23,33%), dan > 7 orang
6.357 ha; ladang seluas = 30,359 ha; tangggungan ada 1 responden (3,33%).
kolam, hutan rakyat, perkebunan dan
padang rumput seluas = 2003,95 ha. 3.3. Gambaran Umum Usahatani Cabai
Merah
3.2. Karakteristik Responden Kegiatan budidaya tanaman cabai
Berdasarkan hasil wawancara merah yang dilakukan petani di
dengan 30 responden yang Kelurahan Sempaja Utara, yaitu sebagai
mengusahakan usahatani cabai merah berikut : (1) persemaian dan persiapan
serta hasil observasi lapangan, maka bibit, (2) pengolahan/persiapan lahan, (3)
diperoleh gambaran karakteristik persiapan sarana produksi, (4)
responden sebagai berikut : penanaman, (5) pemupukan, (6)
Umur responden pemeliharaan yang meliputi :
Umur resposden berkisar antara 34 penyulaman, pembumbunan, penyiangan
– 70 tahun, dengan rincian keadaan umur gulma, dan pengendalian hama -
sebagai berikut : 34 - 43 tahun sebanyak penyakit, dan (7) panen dan pasca panen.
7 responden (23,33%), 44 – 53 tahun
sebanyak 9 responden (30%), 54 – 63
tahun sebanyak 12 responden (40%), dan 3.4. Pembiayaan
> 6 tahun sebanyak 2 responden (6,67 Biaya produksi adalah nilai dari
%). Keadaan umur responden semua faktor produksi yang digunakan
menunjukkan bahwa responden berada dalam kegiatan usaha tani jahe putih yang
pada usia produktif, sehingga cukup terdiri atas : (1) biaya sarana produksi
(biaya variabel) dan (2) biaya tetap yaitu

104
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 – 6885

biaya penyusutan alat dan biaya lain-lain dikeluarkan oleh 30 responden adalah
(Rosyidi, 2004). sebesar Rp 89.796.800,00 mt-1 atau
rata-rata biaya pestisida sebesar Rp
Biaya produksi (biaya variabel) 2.993.226,67 mt-1 responden-1 atau
Biaya produksi yang rata-rata Rp 1.946.987,14 mt-1ha-
1
diperhitungkan dalam penelitian ini responden-1.
meliputi : sarana produksi (bibit, pupuk, d. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
dan pestisida), biaya tenaga kerja, dan meliputi : biaya persemaian,
biaya lain-lain. pengolahan tanah, penanaman,
Biaya produksi adalah semua pemupukan, penyiangan,
pengeluaran yang dinyatakan dengan pembumbunan, pengendalian hama
uang dan diperlukan untuk menghasilkan dan penyakit, pemanenan dan pasca
suatu produk (Sudarsono, 1995).Biaya panen. Jumlah biaya upah yang
sarana produksi yang digunakan terdiri dikeluarkan adalah sebesar Rp
atas biaya benih, pupuk dan pestisida 47.310.000,00 mt-1 atau rata-rata
serta biaya tenaga kerja dan lain sebesar Rp 1.577.000,00 mt-
1 -1
sebagainya. responden dan biaya tenaga kerja
a. Benih yang digunakan responden secara keseluruhan per musin tanam
berupa benih unggul varietas Arimbi adalah Rp 36.925.328,57atau rata-rata
dan Ladu. Harga satuan benih adalah Rp 1.230.844,29 mt-1ha-1 responden-1.
Rp 40.000 kg-1. Jumlah biaya benih e. Biaya lain-lain yang diperhitungkan
yang dikeluarkan 30 responden adalah dalam penelitian ini adalah biaya
sebesar Rp 6.012.000,00 mt-1 atau packing dan biaya angkut. Jumlah
rata-rata biaya benih sebesar Rp biaya lain-lain yang dikeluarkan
200.400 mt-1 responden-1atau sebesar adalah sebesar Rp 35.888.000,00 mt-1
Rp 131.087,14 t-1ha-1 responden-1. atau rata-rata sebesar Rp 1.196.266,67
b. Pupuk yang digunakan responden mt-1responden-1.Secara keseluruhan
berupa : pupuk kandang, SP-36, KCl, biaya lain-lain per musin tanam adalah
NPK Phonska, Dolomit.Penggunaan Rp 23.625.501,59atau rata-rata Rp
pupuk adalah bervariasi diantara 787.516,72 mt-1ha-1 responden-1.
responden (petani). Jumlah biaya
pupuk dan kapur yang dikeluarkan 30 Biaya biaya tetap
responden adalah sebesar Rp Biaya tetap yang dikeluarkan
24.286.800,00 mt-1 atau rata-rata biaya responden meliputi biaya penyusutan
pupuk sebesar Rp 809.560,00 mt-1 alat. Alat yang digunakan responden
responden-1 atau rata-rata Rp dalam usahatani cabai merah adalah
-1 -1 -1
599.673,33 mt ha responden . trakstor, cangkul, tangki semprot, artco.
c. Pestisida yang digunakan responden Jumlah biaya penyusutan alat yang
meliputi insektisida, fungsida, dikeluarkan 30responden adalah sebesar
herbisida. Jumlah biaya pestisida Rp 52.103.153,59 mt-1 atau rata-rata
yang dikeluarkan 30 responden adalah sebesar Rp 1.736.771,79mt-1responden-
sebesar Rp 59.498.000,00 mt-1 atau 1
.Secara keseluruhan biaya penyusutan
rata-rata biaya pestisida sebesar Rp alatper musin tanam adalah Rp
1.983.266,67 mt-1 responden-1 atau 30.511.887,64atau rata-rata Rp
rata-rata Rp 1.216.625,93 mt-1ha- 1.017.062,82 mt-1ha-1 responden-1.
1
responden-1.
Berdasarkan data di atas, maka total 3.5. Produksi, Penerimaan dan
biaya sarana produksi yang Pendapatan

105
Tataniaga Agribisnis Cabai Merah … Siti Balkis dan Kosasih.

Berdasarkan hasil observasi dan dengan produksi yang dinilai dengan


wawancara terhadap 30 responden uang, kemudian dikurangi dengan biaya
diketahui bahwa jumlah total produksi produksi dan pemasaran, sehingga
cabai merahselama satu musim tanam diperoleh pendapatan bersih usaha tani.
sebesar 89.720,00 kg dengan rata-rata Selanjutnya dikemukakan oleh
produksi 2.990,67kg responden-1. Harga Sudarsono (1995) bahwa pendapatan
jual di tingkat petani yang berlaku rata- yang diterima petani dari suatu hasil
rata Rp 12.000,00 kg-1. produksi adalah total penerimaan
Penerimaan adalah penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
produsen berupa uang yang diperoleh dikeluarkan dalam proses produksi..
dari hasil penjualan barang produksi. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui diketahui bahwa pendapatan yang
bahwa penerimaan yang diperoleh 30 diperoleh adalah sebesar Rp
responden selama satu musim tanam 18.730.791,23 mt-1ha-1responden-1.
adalah Rp 23.625.501,59 ha-1 responden-1 Rekapiltulasi penerimaan, biaya
untuk setiap musim tanam. produksi, dan pendapatan usaha tani
Menurut Mubyarto (1994) bahwa cabai merah di Kecamatan Tenggarong
pendapatan adalah hasil kotor (bruto) Seberang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Usahatani Cabai Merah Di Kecamatan
Tenggarong Seberang

Total Rata-rata
Nomor Uraian
(Rpmt-1ha-1) (Rp mt-1ha-1)
1 Biaya produksi 146.841.310,87 4.894.710,36
2 Produksi (kg) 89.720,00 2.990,67
3 Harga jual (Rp) 12.000,00 12.000,00
4 Penerimaan (Rp) 708.765.047,62 23.625.501,59
5 Pendapatan (Rp) 561.923.736,75 18.730.791,23
Sumber : Data Primer (diolah)

3.6. Margin Tataniaga tataniaga nol tingkat maupun pada


Menurut Kotler (2005) bahwa saluran tataniaga satu tingkat.
dalam hal ini saluran tataniaga dwi
tingkat pembudidayaan produsen atau di Saluran tataniaga nol tingkat
tingkat petani, pedagang pengepul dan Saluran tataniaga cabai merah nol
pedagang pengecer (eksporit). Hasil tingkat adalah dari produsen langsung
penelitian menunjukkan bahwa saluran kepada konsumen (produsen 
tataniaga cabai merah terdiri atas saluran konsumen).
tataniaga nol tingkat dan saluran tataniga
dwi tingkat.
Dalam penelitian ini tataniaga a. Biaya tataniaga
cabai merah mencakup biaya yang Biaya tataniga yang dikeluarkan 30
dikeluarkan selama proses penyaluran responden meliputi biaya packing dan
cabai merah berlangsung, margin biaya angkut. Biaya tataniaga sebesar Rp
tataniaga, dan keuntungan tataniaga yang 35.888.000,00 mt-1 atau rata-rata sebesar
akan diperoleh baik pada saluran Rp 1.196.266,67 mt-1 responden-1 atau
rata-rata Rp 400,00 mt-1 kg-1 responden-1.

106
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 – 6885

b. Pendapatan tataniaga dwi tingkat, dimana pedagang


Jumlah produksi cabai merah pengepul dan pedagang pengecer dapat
rata-rata adalah 2.990,67 kg responden-1, memperoleh keuntungan yang relatif
dengan harga jual di tingkat petani lebih besar. Akan tetapi hal tersebut
sebesar Rp 12.000,00,-, sehingga jumlah tidak menjamin kestabilan harga karena
penerimaan rata-rata adalah sebesar Rp menyangkut beberapa faktor yaitu
23.625.501,59 mt-1 ha-1 responden- perubahan mutu cabai merah.
1
.Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pendapatan yang diperoleh adalah
sebesar Rp 18.730.791,23 mt-1ha- Saluran tataniaga dwi tingkat
1
responden-1. Saluran tataniaga cabai merah dwi
tingkat adalah dari produsen kepada
c. Keuntungan tataniaga pedagang pengepul dilanjutkan kepada
Keuntungan tataniaga cabai merah pedagang pengecer dan terakhir kepada
pada saluran tataniaga nol tingat dari 30 konsumen (produsen  pedagang
responden cabai merah sebesar Rp pengepul  pedagang pengecer 
815.654.043,41 mt-1 atau rata-rata konsumen).
sebesar Rp 27.188.468,11 mt-1
-1 a. Biaya tataniaga
responden , dimana biaya tataniaga yang
dikeluarkan sebesar Rp 35.888.000,00 Pada saluran tataniaga ini, petani
mt-1 atau rata-rata sebesar Rp menanggung biaya tataniaga, yaitu untuk
-1 -1 pedagang pengepul menanggung biaya
1.196.266,67 mt responden .
Dalam saluran tataniaga nol transport, biaya tenaga kerja dan biaya
tingkat, harga jual cabai merah Rp penyusutan, sedangkan pedagang
12.000,00,- kg-1, harga jula tersebut pengecer menanggung biaya transport,
adalah lebih rendah dibandingkan harga biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan
jual pada saluran tataniaga dwi tingkat biaya retribusi.
yang mencapai Rp 26.300,00 kg-1 dan Biaya tataniaga pedagang pengepul
harga jual pada pedagang pengecer dapat dan pedagang pengecer disajikan pada
mencapai Rp 40.533,33 kg-1. Tabel 2 dan Tabel 3.
Saluran tataniaga nol tingkat secara
umumdapat menguntungkan petani, tetapi
jika dibandingkan dengan saluran

Tabel 2. Biaya Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengepul


Jumlah Pemakaian Biaya Tataniaga Biaya Tataniaga
Produksi Transport Tenaga Kerja Penyusutan
(kg mt-1) (Rp mt-1) (Rp mt-1) (Rp mt-1) (Rp mt-1) (Rp mt-1 kg-1)
14.830,00 1.483.000,00 741.500,00 741,50 2.225.241,50 600,20
3.707,50 370.750,00 185.375,00 185,38 556.310,38 150,05

Sumber : Data Primer (diolah)

107
Tataniaga Agribisnis Cabai Merah … Siti Balkis dan Kosasih.

Tabel 3. Biaya Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengecer


Jumlah Pemakaian Biaya Tataniaga Biaya Tataniaga
Produksi Transport Tenaga Kerja Penyusutan
-1 -1 -1
(kg mt ) (Rp mt ) (Rp mt ) (Rp mt-1) (Rp mt-1) (Rp mt-1 kg-1)
41.666,00 6.249.900,00 3.333.280,00 4.166,60 9.670.678,60 3.481,50
2.777,73 416,660,000 222.218,67 277,77 644.711,91 232,10

Sumber : Data Primer (diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 2 dan Sedangkan pedagang pengecer


Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa memperoleh margin tataniaga sebesar Rp
biaya tataniaga terbesar usahatani cabai 154.000,00 kg-1 atau rata-rata Rp
merah terdapat pada pedagang pengecer 10.266,67 kg-1 responden-1.
yaitu sebesar Rp 9.670.678,60 mt-1atau
rata-rata Rp 644,711,91 mt-1 responden-1, c. Keuntungan tataniaga
diikuti oleh pedagang pengepul yaitu Pedagang pengepul memperoleh
sebesar Rp 2.225.241,50 mt-1atau rata- keuntungan tataniaga sebesar Rp
rata Rp 556.310,38 mt-1 responden-1. 102.978.258,50 mt-1 atau rata-rata Rp
25.744.564,63 mt-1 responden-1.
b. Margin tataniaga Sedangkan pedagang pengecer
Menurut Azzaino (1982), margin memperoleh keuntungan tataniaga
tataniaga adalah perbedaan harga yang sebesar Rp 460.210.912,85 mt-1 atau rata-
dibayarkan oleh konsumen akhir untuk rata Rp 30.680,727,52 mt-1 responden-1.
suatu produk dengan harga yang diterima
petani produsen yang sama dengan Efisiensi Tataniaga
satuan rupiah persaatuan volume produk. Efisiensi tataniaga dapatdilihat dari
Pada saluran dwi tingkat distribusi perbandingan biaya tataniaga yang
margin tataniaga terbagi atas dua digunakan dari rasio antara biaya
lembaga tataniaga yaitu pedagang tataniaga yang dikeluarkan dengan
pengepul dan pendagang pengecer. jumlah produksi yang dijual. Hasil
Pedagang pengepul memperoleh margin perhitungan nilai efisien tataniagacabai
tataniaga sebesar Rp 21.000,00 kg-1 atau merah disajikan pada Tabel 4.
rata-rata Rp 5.250 kg-1 responden-1.

Tabel 4. Nilai Efisiensi Tataniaga Usaha Cabai Merah Di Kecamatan Tenggarong Seberang
No Komponen Nilai Efisiensi (Eps) Persentase
(%)
1 Petani / Responden 4,21 78,84
2 Pedagang Pengepul 0,56 10,49
3 Pedagang Pengecer 0,57 10,67
Jumlah 5,34 100

Sumber : Data Primer (diolah)

108
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 – 6885

Berdasarkan hasil perhitungan 4. KESIMPULAN


menunjukkan bahwa baik saluran
tataniaga nol tingkat menunjukkan nilai Berdasarkan hasil penelitian dan
efisiensi > 1 berarti bahwa efisiensi pembahasan dapat diambil kesimpulan,
tataniaga cabai merah adalah sangat yaitu sebagai berikut : Biaya produksi
efisien, sedangkan pada saluran dwi yang dikeluarkan petani/responden dari
tingkat menunjukkan nilai efisiensi < 1 usaha agribisnis cabai merah sebesar Rp
berarti bahwa efisiensi tataniaga cabai 4.894.710,36 mt-1 ha-1 responden-1;
merah adalah tidak efisien. Hal ini penerimaan rata-rata sebesar Rp
-1 -1 -1
disebabkan karena adanya biaya tataniaga 23.625.501,59 mt ha responden , dan
yang dilkeluarkan oleh pedagang pendapatan sebesar Rp 18.730.791,23 mt-
1
pengepul dan pedagang pengecer. ha-1 responden-1. Proses tataniaga dari
Nilai efisiensi saluran tataniaga dwi usaha agribisnis cabai merah terdapat 2
tingkat pedagang pengepul dan pengecer saluran tataniaga yaitu saluran nol
(10,49 % dan 10,67%) dikatakan lebih tingkat dan saluran dwi tingkat. Margin
kecil dibandingkan dengan nilai efisiensi tataniaga petani/responden dari usaha
saluran nol tingkat (78,84%). Pada agribisnis cabai merah terdiri atas 2
saluran dwi tingkat dikatakan tidak lembaga tataniaga yaitu pedagang
efisien. Hal ini diduga karena adanya pengepul rata-rata sebesar Rp 5.250,00
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kg-1 responden-1, dan pedagang pengecer
infrastruktur jalan, serangan hama dan rata-rata sebesar Rp 10.266,67 kg-1
penyakit, kompetensi harga pasar. Dan responden-1.
belum adanya pembagian yang adil pada
masing-masing lembaga pemasaran.
Menurut Mubyarto (1994) bahwa DAFTAR PUSTAKA
efisiensi saluran tataniaga terjadi apabila
mampu mengadakan pembagian yang [1] Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian
adil dari keseluruhan harga yang Suatu Praktek. Rineka Cipta,
dibayarkan oleh konsumen akhir kepada Jakarta.
pihak yang terlibat dalam kegiatan
pemasaran tersebut. [2] Azzaino. 1982. Ekonomi
Secara umum saluran tataniaga nol Pembangunan. STIE Yayasan
tingkat lebih menguntungkan bagi Keluarga Pahlawan Negara,
petani/responden maupun konsumen Yogyakarta.
dibandingkan dengan saluran tataniaga
dwi tingkat. Hal ini disebabkan karena [3] Kottler, P. 2005. Marketing
baik bagi petani/responden maupun Manajemen (Alih bahasa oleh
konsumen langsung pada saluran nol Herujati Purwanto). Edisi
tingkat dapat memperoleh keuntungan Kedelapan. Erlangga, Jakarta.
yang lebih besar lagi dibandingkan
saluran dwi tingkat. [4] Mubyarto. 1994. Pengantar
Ekonomi Pertanian. LP3ES,
Jakarta.

109
Tataniaga Agribisnis Cabai Merah … Siti Balkis dan Kosasih.

[5] Rosyidi, S. 2006. Pengantar Teori [7] Sudarsono. H. 1995. Pengantar


Ekonomi (Pendekatan kepada Ekonomo Makro. LP3ES,
Teori Ekonomi Mikro dan Jakarta.
Makro). Raja Grafindo
Persada, Jakarta. [8] Sukirno, S. 2005. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi. Raja
[6] Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Grafindo Persada, Jakarta.
Produksi. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. [9] Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya, Jakarta.

110

Anda mungkin juga menyukai