Oleh: Septianita
Abstract
The aim of this research is to calculate the revenue earned in farming Capsicum annum and
analyze the relationship between farm income eligibility level of Capsicum annum with the
minimum necessities of life. Purposes of this research is as an input to make decisions in the
farming of. Capsicum annum and as a material consideration in setting policy. Data collection in
the field starting from September to November 2010. Determining the location of the research done
on purpose (purposive sampling). The method used in this research is a case study, with Capsicum
annum farmers as an example. While the sampling method used in this research is to census
method is to take the entire population of the 25 farmers who have Capsicum annum or 100 percent
of the population. Based upon this research, the total revenue obtained by the farmer sample
average is Rp. 11,246,620, - per growing season whereas for minimum living needs (KHM) as the
number of family members do not meet reasonable living.
PENDAHULUAN
Dosen Tetap Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Baturaja
43
Septianita, Hal ; 43 - 47
AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 – 8245X
LANDASAN TEORI
Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha
mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan
tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian (Kadarsan, 1993).
Selanjutnya untuk memberdayakan petani keluar dari lingkaran sosial ekonomi bentuk
modern, perlu mengubah paradigma pembangunan pertanian dari peningkatan produksi ke
paradigma agribisnis. Dengan pendekatan ini berarti kita telah membuka peluang bagi
petani. Usahatani cabai merah merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dengan
resiko kegagalan yang tinggi pula. Kualitas produksi cabai merah yang baik sangat
tergantung pada keterampilan petani karena cabai merah memang membutuhkan
perawatan yang khusus.
Penerimaan usahatani (farm receipt) adalah penerimaan dari semua sumber usahatani
meliputi; jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah
atau yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani itu sendiri adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual (Hernanto dalam Widodo, 2004). Sedangkan menurut
(Hendry, 2010), pendapatan usahatani atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan
dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
44
Septianita, Hal ; 43 - 47
AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 – 8245X
perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada
pelanggan.
Bagi petani dan pemilik faktor produksi, analisis pendapatan mempunyai arti penting
karena akan memberikan bantuan dalam mengukur kegiatan usahataninya pada saat ini
berhasil atau tidak. Keberhasilan usahatani diukur dari besarnya pendapatan yang
diperoleh dalam kegiatan tersebut. Perbandingan keberhasilan petani dilakukan jika yang
dibandingkan merupakan petani berpola fikir ekonomi. Pendapatan keluarga petani dapat
diperoleh dengan jalan menjumlahkan total pendapatan keluarga dari berbagai sumber.
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung
pada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani
antara lain adalah luas lahan, tingkat produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha,
identitas pengusaha pertanaman dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
METODE PENELITIAN
Tabel 1.
Pendapatan Rata-Rata Usahatani Cabai Merah
Penerimaan rata-rata yang diterima adalah Rp.16.753.200,- per hektar per musim
tanam dengan jumlah 19 kali panen per musim tanam, rata-rata pendapatan yang diperoleh
petani dalan usahatani cabai merah adalah Rp. 11.246.620,- per hektar per musim tanam
dengan luas lahan rata-rata 0,35 hektar.
45
Septianita, Hal ; 43 - 47
AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) adalah standar kebutuhan hidup yang terhitung
menurut harga lokal, yang mencakup komponen makanan dan minuman, perumahan dan
fasilitas, sandang dan aneka kebutuhan. Setelah diadakan perhitungan standar kebutuhan
hidup minimum di lokasi penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2.
Standar Kebutuhan Hidup Minimum di Desa Aromantai
No Uraian Fisik
1. Makanan dan Minuman 270.250
2. Perumahan dan Fasilitas 454.350
3. Sandang 74.750
4. Aneka Kebutuhan 108.000
Jumlah 907.350
PENUTUP
Berdasarkan pemabahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan du hal sebagai berikut:
1. Pendapatan yang diperoleh oleh petani contoh di Desa Aromantai pada saat penelitian
adalah rata-rata Rp. 11.246.620,- per musim tanam.
2. Untuk Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) per lajang responden sudah memenuhi
kategori Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) sedangkan untuk kebutuhan hidup
minimum per jumlah anggota keluarga tidak memenuhi Kebutuhan Hidup Layak
(KHL).
1. Diharapkan agar antarpetani cabai merah agar dapat menjalin komunikasi untuk
mengatur jadwal tanam biar tidak terjadi over produksi pada saat panen. Sehingga
akan mendapatkan harga yang maksimal dan pendapatan usahatani cabai merah di
Desa Aromantai belum memenuhi standar Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) petani
per jumlah anggota keluarga.
2. Diharapkan petani melakukan usahatani yang lain atau diversifikasi usahatani lain agar
dapat meningkatkan kebutuhan hidup.
46
Septianita, Hal ; 43 - 47
AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 – 8245X
DAFTAR PUSTAKA
Sjarkowi, F. dan M. Sufri. 2004. Manajemen Agribisnis. Palembang: CV. Baldal Grafiti
Press
Widodo. DW. 2006. Memperpanjang Umur Produktif Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya
47
Septianita, Hal ; 43 - 47