I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian baik itu sub
kehutanan. Hal tersebut didukung pula oleh keadaan tanah dan iklim yang sesuai
sehingga memungkinkan produksi yang lebih besar dari berbagai sub sektor
peranan yang cukup besar. Peranan komoditas pangan lainnya dalam menunjang
bidang pertanian akan terus dilanjutkan dan diarahkan menuju pertanian yang
tangguh dengan tujuan meningkatkan hasil-hasil produksi dari sektor tersebut, guna
menjadi agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada karena iklim
yang bervariasi, lahan subur dan cukup tersedia serta menyerap tenaga kerja yang
banyak.
setengah hektar yaitu sebasar Rp. 56.705.000,00 dengan rasio keuntungan sebesar 3
2
kali. Penerimaan cabai rawit dengan luas lahan seprtiga hektar yaitu Rp. 50.
195.500,00 dengan rasio keuntungan sebesar 2.69 kali. Penerimaan cabai rawit
dengan luas lahan seperempat hektar yaitu Rp. 43.736,00 dengan rasio keuntungan
sebesar 4 kali.
kali total produksi dengan harga satuannya. Produksi adalah total hasil dari
langsung dengan responden, tanaman cabai dipanen setiap 7 hari sekali setelah usia
tanaman 100 hari. Rata-rata proses pemanenan bisa berlangsung selama satu
tahun. Dengan demikian satu musim tanam usahatani cabai kurang lebih adalah
satu tahun tiga bulan. Rata-rata kuantitas produksi cabai selama satu musim tanam
adalah 2.590 kg, dengan harga Rp. 35.000,-/kg. Jadi, rata-rata penerimaan
usahatani cabai dalam luas lahan per satu kali musim tanam adalah sebesar Rp.
90.650.000,-.
yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Jadi,
dengan rata-rata penerimaan usahatani cabai sebesar Rp. 90.650.000 dan total biaya
cabai rawit di desa Lambandia adalah 20,4. Dari hasil perhitungan R/C tersebut di
atas dapat dijelaskan bahwa usahatani cabai mempunyai nilai R/C ratio lebih besar
dari 1, ini menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit sangat efisien atau
selama satu musim tanam pada usahatani cabai sebesar Rp. 86.186.000,- dengan
R/C ratio usahatani cabai lebih besar dari 1, jadi usaha tani cabai sangat efisien
untuk diusahakan. Masalah utama yang dihadapi dalam berusahatani cabai adalah
bahwa biaya yang dikeluarkan dalam usahatani cabai merah sebesar Rp.
yang diperoleh dalam usahatani cabai merah sebesar 245.940.000,- dengan rata-rata
perhektar sebesar Rp. 54.653.333,- dan pendapatan yang diperoleh patani cabai
rawit merah cukup optimal yaitu sebesar Rp. 136.893.983 atau rata-rata perhektar
memiliki harga cukup tinggi di pasaran. Salah satu komoditi sayut yang sangat
dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat adalah cabai
rawit, sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam skala
lahan garapan yang sempit serta kurangnya keterampilan petani yang nantinya akan
sayuran yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari -
hari, selain berfungsi sebagai bahan makanan cabai juga banyak mengandung zat -
4
zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia seperti protein,
syaraf, mencegah flu dan demam, meningkatkan semangat dalam tubuh, serta
mengurangi encok dan rematik. Meskipun banyak manfaat cabai juga mempunyai
dalam menanam tanaman cabai rawit yang dibudidayakan selama ini merupakan
tanaman selingan disamping tanaman utama seperti tanaman padi, jagung serta
rawit yang diusahakan mempunyai harga yang menjanjikan selama tahun 2019 ini,
wilayah tersebut. Perbedaan ini menyebabkan hasil yang diperoleh petani atas
jarang petani yang menghitung detail analisis usahatani secara ekonomi. Artinya
berupa biaya pembelian pupuk, pestisida, sewa lahan, maupun biaya tenaga kerja
5
serta tidak pernah menghitung jumlah penerimaan dalam sekali panen. Sehingga
berapa keuntungan yang didapatkan dalam sekali panen hampir tidak diketahui.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pendidikan dan pengetahuan petani itu
sendiri.
motivasi petani itu sendiri dalam melakukan usahatani. Semakin besar pendapatan
yang diperoleh petani maka semakin giat dan bersemangat petani tersebut
diperoleh oleh petani maka semakin malas dan tidak bersemangat petani tersebut
dalam melakukan usahataninya, hal ini sangat menjanjikan dengan harga cabai
rawit yang tinggi selama tahun 2019, dan kebutuhan pasar yang sangat
meningkat akan permintaan cabai rawit ini. Dengan harga cabai rawit yang
untuk menganalisis dengan judul” Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Cabai
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
sumber pendapatan
berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk
tanaman hingga 90 cm. Umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau
tepatnya berasal dari daerah bolivia. Awalnya cabai tumbuh liar dan penyebaran
bijinya dibantu oleh bangsa burung (aves) dan tanpa sengaja melakukan
penyerbukan silang dari beberapa varietas cabai yang ada hingga menjadi kultivar
(Anonim, 2008)
seorang pelaut dari italia yang mendarat di pegunungan Guanahani, yang kemudian
ia namakan sebagai pantai sun salvador di Kepulauan Bahama di Laut Karibia pada
tanggal 12 oktober 1492. Di benua baru itu, ia menemukan penduduk asli yang
banyak menggunakan buah merah menyala berasa pedas sebagai bumbu masakan.
Columbus berlayar untuk menemukan pulau rempah -rempah, karena tersesat arah
diperkirakan cabai di Indonesia pertama kali di bawa oleh seorang pelaut Portugis
Ia melakukan pelayaran hingga ke Maluku pada tahun 1519 melalui jalur laut dari
sebelah barat.
Pada umumnya cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian
1000 meter diatas permukaan laut. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24 – 270C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabai
dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu
liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut
kemiringan lahan 0 - 100 serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak
ternaungi pH tanah yang optimal antara 5,5 – 7. Dalam pembudidayaan cabai, perlu
bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan.
Media semai yang dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak
menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran
kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Untuk menambahkan nutrisi
berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap
3 ember campuran bahan tersebut. Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada
pembuangan air pada plastik bagian bawah yang telah terisi media. Atur media
pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 -
bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari
plastik dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau
9
atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran. Hal ini dimaksudkan agar bibit yang
atau 3 - 5 lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Vitory
dengan konsentrasi 3 gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan
diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya benih cabai hibrida
Media digulung atau dilipat dan dismpan dalam suhu kamar. Untuk
menjaga kebersihan media peram, semprotkan air dengan handsprai setiap pagi dan
sore. Setelah 4 sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar.
Dengan bantuan penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada
media semai yang disiram terlebih dahulu. Setiap pagi dan sore persemaian perlu
insektisida winder 100 cc dengan konsentrasi 0,5 cc/ liter. Persemaian juga dapat
dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa
diperam terlebih dahulu. Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus
dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar
menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma,
dengan dosis 2 sampai 4 liter per hektar. Selanjutnya lahan dibajak dan digaru
bedengan 50-60 cm dan lebar parit 50-60 cm. Panjang bedengan disesuaikan
dengan kondisi lahan. Pengukuran pH tanah juga perlu dilakukan dengan alat pH
meter atau dengan kertas lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran
lahan menggunakan dolomint atau kapur gamping dengan dosis 2 - 4 ton / Ha atau
200 - 400 gram / meter persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan.
Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan
bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang yang
bedengan. Pupuk dasar yang di berikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk
suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk.
Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi
dengan permukaan perak di bagian atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing
dengan pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup
permukaan bedengan dengan baik, sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat
cuaca panas.
cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.
11
Pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai
jarak tanam yang dianjurkan. Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga
kurang lebih 8 - 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8
- 10 cm.
memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan
mencegah serangan penyakit jamur dan hama, sesaat setelah pindah tanam seleksi
Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu
panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan
B. Usahatani
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang
2017)
dengan menggunakan sumberdaya atau faktor - faktor produksi yang ada seperti,
tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen yang bermanfaat untuk menghasilkan
12
produksi yaitu, alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang di usahakan oleh
adalah petani kecil. Dimana para petani tersebut memiliki lahan yang kurang dari
0,5 hektar ( sempit ), tingkat pendapatan yang rendah sekitar kurang dari 240
pola budidaya dan perkembangan teknologi pertanian yang diterapkan dalam suatu
Penerapan sistem pola tanam yang sesuai dengan kondisi lahan (sistem
tunggal komoditi)
kegiatan dipermukaan bumi dimana seorang petani sebuah keluarga atau manajer
alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh
kesimpulan bahwa dari empat sumber daya yang merupakan faktor produksi
penting dalam usahatani yaitu (1) tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitasnya,
(2) tenaga kerja, meliputi kuantitas (jumlah) dan kuantitasnya, (3) modal, bangunan
iventaris dan modal kerja untuk pembelian input variabel dan (4) keterampilan
positif atau suatu keuntungan, usahatani yang tidak efisien akan mendatangkan
tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor
Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
2010)
tanaman cabai, syarat pertumbuhan dan pedoman teknis budidaya cabai secara
umum.
C. Produksi
hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan
menghasilkan hasil yang baik pula sebaliknya jika pengelolaanya tidak berjalan
dengan baik maka hasilnya tidak padat diandalkan. Jika hasil - hasilnya tersebut
sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas akan menghasilkan suatu
kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam produksi komoditi
pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia agar hasil yang diperoleh lebih
15
besar dari pengorbanan yang diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari segi ekonomi
yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang kualitas dan
2010).
Agar lebih jelas tentang pengertian produksi maka kita dapat melihat
dengan produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah
kegunaan atau utility suatu barang dan jasa untuk kegiatan yang mana dibutuhkan
faktor-faktor produksi yang didalam ilmu ekonomi terdiri dari tanah, modal, tenaga
produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen
atau pengelolaan. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa
tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah
pertanian,. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling baik modal
dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal
(Siahaan, 2011).
16
produksi. Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah
tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja luar
ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan
fisik maupun secara ekonomis. Besar kecilnya produksi sangat tergantung dari
produksi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat mengingat sifat pertanian
produksi adalah semua biaya yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
produksi dikenal pula dengan istilah input, faktor produksi dan pengeluaran
produksi. Hubungan faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut
dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor ralationship (Soekartawi,
2010).
17
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi ialah suatu kegiatan atau
aktifitas yang dapat menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa untuk
input menjadi output. Menurut Mosher (2005) menyatakan bahwa usahatani adalah
bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau
seluruh kegiatan yang diperlukan untuk pertanian. Ini berarti petanilah yang
sarana produksi serta alat-alat lainnya. Sejalan dengan Soeharjo dan Patong (2005)
bahwa petani biasanya memiliki modal dan tenaga kerja yang terbatas sehingga
petani harus dapat menentukan nilai jenis sarana dan peralatan yang akan di
belinya.
Corak usahatani bagi pertanian yang masih primitif bukanlah corak yang produktif
pendapatan. Oleh karena itu dalam rangka tujuan tersebut, maka penerapan
teknologi yang lebih baik dari cara yang sebelumnya sangat dibutuhkan oleh
18
secara efektif dan efisien pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal,
sumber daya yang dimaksud adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen”
selaras dengan pendapat tersebut. Soetriono dkk (2006) berpendapat bahwa usaha
faktor produksi pertanian untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Daniel (2004) usaha tani adalah suatu
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan usaha tani adalah usaha pemanfaatkan
lahan, tenaga kerja, modal dan teknologi yang dilakukan oleh petani dengan tujuan
keuntungan usaha tani adalah selisih antara penerimaan (total revenue) dan semua
biaya yang dikeluarkan (total cost) oleh petani. Hal senada juga dikemukakan oleh
Gustiyana (2004) bahwa keuntungan (profitabilitas) usaha tani dapat diukur melalui
selisih antara penerimaan dengan biaya total atau biaya yang secara actual
dikeluarkan oleh petani. Dalam ilmu ekonomi pertanian juga dikatakan bahwa
19
keuntungan usaha tani dapat dinitung dengan membandingkan antara hasil yang
diharapkan akan diterima pada waktu panen (total revenue) dengan biaya (total
Untuk mengetahui tingkat keuntungan dalam usaha tani yaitu deangan cara
yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat panen
Siregar (2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ahmadi
(2005) bahwa pendapatan usaha tani merupakan hasil perkalian jumlah produk total
merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.
Menurut Soekartawi (2005) biaya produksi dalam usaha tani merupakan semua
pengeluaran yang digunakan dalam usaha tani baik biaya tetap maupun biaya tidak
tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang akan dihasilkan sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar
Pada saat ini para petani dihadapkan pada alternativ pilihan tanaman salah
satunya yaitu cabai, tanaman cabai dengan berbagai macam varietas diantaranya
varietas cabai rawit hibrida dan cabai rawit lokal. Kedua jenis ini memiliki banyak
perbedaan jika dilihat dari teknik produksi, harga pasar, dan biaya faktor produksi
D. Biaya Usahatani
seorang petani pada proses produksi dan menjadikan sebuah produk disebut
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
diproduksi. Contoh biaya yang tergolong dalam biaya tetap adalah sewa
lahan, biaya penyusutan alat dan bangunan pertanian, serta iuran irigasi.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang berpengaruh terhadap jumlah barang
yang diproduksi. Contoh biaya yang tergolong dalam biaya variabel antara lain
biaya pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, serta tenaga
TC = TFC + TVC
Dimana :
Penelitian Iwan (2017) Biaya total yang dihitung dalam penelitian ini
meliputi biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total. Hasil perhitungan
cabe merah di Desa Lamooso adalah sebesar Rp 14.671.958,4 per satu kali musim
tanam.
Biaya tetap yang dihitung dalam penelitian ini meliputi biaya penyusutan
alat, bunga modal (1,5% per satu kali musim tanam) dan biaya sewa lahan.
Biaya penyusutan alat dipengaruhi oleh jenis dan banyaknya alat pertanian
yang digunakan dan dimiliki petani dalam usahatani cabe merah tersebut. Jenis alat
yang digunakan meliputi : cangkul, garpu, ajir, sprayer, drum, tali rapia, timbangan,
golok, mulsa, power sprayer, selang/paralon, box dan ember. Rata-rata penyusutan
2.310.463,71 per satu kali musim tanam. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan
petani cabe merah dalam penelitian ini sebesar Rp 1.000.000 per hektar. Dengan
demikian, rata-rata biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh petani cabe merah
Biaya variabel yang dihitung dalam penelitian ini meliputi upah tenaga
kerja, benih, pupuk organik, NPK, Urea, ZA, KCL, SP-36, insektisida dan bunga
modal variabel (1,5% per satu kali musim tanam). Hasil perhitungan
Dalam melakukan kegiatan usahatani cabe merah membutuhkan tenaga kerja, baik
yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga maupun dari luar keluarga petani
22
cabe merah. Sistem pembayaran sesuai dengan upah yang berlaku di daerah
penelitian yang dibayar secara tunai dengan upah Rp 27.000,- sampai Rp 37.000,-
per orang. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani cabe merah
57.515.062,37 per hektar per satu kali musim tanam. Sedangkan penerimaannya
adalah Rp. 161.010.453 per hektar per satu kali musim tanam. Pendapatan pada
usahatani cabara merah di Desa Mekar Sari Kecamatan Konda Kabupaten Konawe
Selatan rata-rata Rp. 103.495.391 per hektar per satu kali musim tanam.
R/C pada usahatani cabai merah di Desa Mekar Sari Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan rata-rata 2,80, artinya setiap pengeluaran biaya Rp.
1,00 maka petani mendapat penerimaan Rp. 2,80 dan keuntungan Rp. 1,8 dan layak
untuk diusahakan.
E. Penerimaan
terhadap hasil produksi. Hasil produksi merupakan salah satu faktor yang
atau nilai output didapat dari jumlah ouput yang produksi dikalikan dengan
harga output per satuan unit. Pada usahatani kecil, tidak semua output yang
dihasilkan dijual oleh petani. Ada output yang dihasilkan digunakan untuk
sebagai pembayaran atau bisa juga disimpan (Nugraha, 2017). Pernyataan tersebut
TR = P X Q
Keterangan :
Q = Total produksi
jumlah seluruh produksi cabai merah yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual
pada saat penelitian, rata-rata hasil penerimaan dari usahatani cabai merah
F. Pendapatan
berarti juga sebagai keuntungan (profit) dari usahatani (Tain, 2005). Secara
π = TR-TC
24
Keterangan :
π : Pendapatan,
TC : Total Cost
merupakan hasil perkalian antara harga jual cabe merah dengan banyaknya
produksi cabe merah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian harga jual cabe
merah pada saat penelitian adalah Rp 9.000,- per kilogram, sedangkan rata-rata
produksi cabe merah yang dihasilkan per satu kali musim tanam sebesar 5.108,93
rata atas biaya total usahatani cabai merah di Kecamatan Abuki Kabupaten Konawe
yang diterima petani sebesar Rp 85.617.642,88 per hektar. Besarnya nilai R/C atas
biaya total adalah 2,83 yang berarti setiap penambahan Rp 100,00 biaya total yang
lebih besar dari satu berarti bahwa usahatani cabai merah menguntungkan untuk
diusahakan dan layak untuk diusahakan kembali.. Struktur biaya yang dikeluarkan
untuk biaya variabel lebih tinggi dibandingkan biaya tetap, dengan struktur biaya
yang terbesar yaitu biaya tenaga kerja sebesar 44,01%. Harga Pokok Produksi
(HPP) cabai merah perkilogram sebesar Rp6.327,30 lebih kecil dari harga jual rata-
rata cabai merah sebesar Rp17.868,72. Hasil analisis sensitivitas usahatani cabai
25
merah terhadap penurunan produksi, penurunan harga, dan peningkatan total biaya
produksi memberikan nilai pendapatan yang positif pada usahatani cabai merah.
G. Efisiensi
usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh
besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya
suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu timbangan
antara hasil usaha dengan total biaya produksinya. Efisiensi suatu usahatani dapat
Ratio, atau dikenal sebagai pembandingan ( nisbah ) antara penerimaan dan biaya.
antara penerimaan dan biaya R = penerimaan C = Biaya Kriteria uji: jika R/C > 1,
layak untuk diusahakan Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan (Sukisti, 2010).
dengan cara pembagian antara penerimaan dengan biaya total. Pepnerimaan sebesar
pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 maka petani cabe merah akan mendapat
sebesar Rp 2,05
H. Kerangka Pikir
26
cabai rawit sebagai suatu proses produksi yang dilakukan secara efisien, sehingga
biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani dapat diketahui. Harga jual juga
Petani
Usahatani
Cabai Rawit
Penerimaan
Pendapatan
27
Gambar 1. Kerangka pikir analisis biaya dan pendapatan usahatani cabai rawit di
Duriasi dengan kemampuan dan keahlian yang dimilki dalam berusaha tani.
menggunakan sumberdaya atau faktor - faktor produksi yang ada seperti, tanah,
tenaga kerja, modal dan manajemen yang bermanfaat untuk menghasilkan produk-
yaitu, alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang di usahakan oleh
adalah petani kecil. Input atau Faktor produksi adalah semua biaya yang diberikan
pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan
baik. Di berbagai literatur faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, faktor
Output atau produksi ialah suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat
menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Produksi merupakan suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2020 sampai dengan bulan
dengan jumlah 30 KK, penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan
disediakan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai instansi terkait dan
gambaran umum wilayah (letak dan luas wilayah, keadaan iklim topografi,
Variabel yang diamati atau diukur dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
usahatani
a. Biaya
Biaya adalah pengeluaran dari sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan secara proses usahatani cabai rawit
TC = TFC + TVC
Dimana :
b. Penerimaan
jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai yang dikonsumsi.
30
Penerimaan usaha dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usaha dan
penerimaan kotor usaha (gross income). Untuk mengetahui total penerimaan yang
TR = P x Q
Dimana :
c. Pendapatan
jumlah pendapatan setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Data yang telah
I = TR – TC
Dimana :
d. Kelayakan Usaha
TR
R/C =
TC
31
Keterangan :
F. Konsep Operasional
petani responden
4. Luas lahan garapan adalah luas lahan yang diusahakan atau yang digarap untuk
5. Pekerjaan pokok yaitu pekerjaan utama yang dilakukan oleh responden pada
usahataninya
7. Modal adalah barang ekonomi berupa lahan, bangunan, alat-alat dan mesin,
tanaman dilapangan, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk
8. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi baik
dan pengangkutan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja yang
berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Seluruh tenaga kerja
32
desetarakan dengan hari orang kerja (HOK) dengan lama kerja 6 – 8 jam kerja
per hari. Tingkat upah berdasarkan pada tingkat upah yang berlaku didaerah
penelitian.
9. Produksi total adalah hasil cabai rawit yang diperolah dari luas tertentu, diukur
10. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya tidak tunai
11. Penerimaan adalah jumlah barang yang dijual dikalikan dengan harga
suatu usaha
33
Kabupaten Konawe dengan jarak kurang lebih 1 kilometer dari Ibukota Kecamatan,
Secara geografis Desa Duriaasi terletak di antara 5,15 0 – 5,20 LS dan di antara
122,360-122,000 BT.
Luas wilayah Desa Duriaasi 236,175 Ha, dengan kondisi topografi yang
datar, dengan ketinggian antara 700 meter dari permukaan air laut dengan batas –
Jenis tanah di Desa Duriaasi adalah podzolik merah kuning (tanah ultisol)
Keasaman tanah (pH) berada pada kisaran 5-6. Khusus pada lahan persawahan
34
berdasarkan hasil perangkap uji tanah, tanah sawah (PUTS) dan pada tanah kering
(BPPK) tipe iklim Desa Duriasai adalah tipe iklim C-2 yaitu 5 – 6 bulan basah dan
5 – 6 bulan kering dengan curah hujan rata-rata 200 mm per bulan serta suhu udara
3. Keadaan Penduduk
2. Peternak 22 6,17
3. PNS/POLRI 6 1,68
4. Montir 4 1,12
6. Pedagang 18 5,04
berjumlah 1.275 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga berjumlah 357 KK. Yang
35
terdiri dari laki-laki 651 jiwa dan perempuan 624 jiwa. Keadaan penduduk
3. 55 keatas 2 2 4 3,14
Berdasarkan Tabel 2 diatas keadaan penduduk dari segi jenis kelamin dan
golongan umur, terlihat bahwa sebagian besar berada pada golongan umur
yaitu TK, SD, SMP, dan SMA. Khususnya di Desa Duriaasi hanya memiliki satu
36
unit SD. Ditinjau dari tingkat pendidikan penduduk Desa Duriaasi dapat dilihat
sudah cukup memadai. Ini terlihat dari setengah jumlah pendudk yang telah
4. Keadaan pertanian
Jenis tanaman pangan dan hortikultura yang diusahakan oleh petani desa
yang paling banyak diusahakan oleh peani di Desa Duriaasi yaitu seluas 225 Ha
b. Peternakan
jenis ternak yang diusahakan di Desa Duriaasi adalah sapi, ayam itik/bebek
adalah ayam sebanyak 120 ekor, ayam ini sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi.
kelancaran aktivitas penduduk dan dengan sarana dan prasarana yang baik dapat
desa Duriaasi terbilang cukup memadai, dimana telah terpenuhinya segala bidang
5. Transportasi
Mobil 15 unit
Sepeda motor 150 unit
Sepeda 25 unit
6. Komunikasi
TV 208 unit
Radio 23 unit
HP 90% dari jumlah
penduduk menggunakan
HP
Sumber kantor Desa Duriaasi, 2020
tersebut dapat berupa keadaan alam, social ekonomi petani, bahkan juga
hasil penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga
1. Umur
cara berpikir dan cara mengelola usaha. Umur muda mempunyai kemampuan fisik
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan umur tua. Tingkat umur pengusaha
sangat mempengaruhi kemampuan pengusaha baik fisik, cara berpikir dan cara
mengelola usaha. Hal ini di sebabkan karena telah banyaknya pengalaman yang ia
tradisional. Menurut soeharja dan patong (1984), bahwa kelompok umur yang
40
tergolong produktif yaitu berkisar antara 15-55 tahun sedangkan kelompok umur
Hasil penelitian diketahui bahwa umur petani responden petani cabai rawit
di Desa Duriaasi bervariasi dari 15 – 55 tahun. Untuk lebih jelasnya keadaan umur
yaitu umur 15-55 tahun adalah 30 petani responden atau 100%. Dari keadaan ini
untuk bekerja giat, sehingga dapat mendukung responden untuk berusaha didalam
2. Tingkat Pendidikan
sesuai dengan penjelasan A.T Mosher (1983), bahwa salah satu syarat yang
jenis tingkat pendidikan petani responden dilokasi penelitian dilihat pada Tabel 9.
41
3. Pengalaman Berusahatani
diperoleh dari luar bangku sekolah. Pengalaman berusaha akan selalu membawa
perubahan bagi petani yang mengelola usaha seorang petani dengan pengalaman
yang banyak diharapkan dapat menentukkan alternativ yang lebih baik sehubungan
bemanfaat bagi petani, sehingga petani dapat belajar dari kesalahan yang pernah
terjadi pada dirinya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam merubah kebiasaan-
kebiasaan buruk kearah yang lebih baik dimasa yang akan dating
cabai rawit yang kurang pengalaman sebanyak 3 orang (10%) dan yang cukup
orang (26,67%)
Jumlah tanggungan keluarga yang ada pada usia produktif, dapat membantu
yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja yang potensial. Selain itu dapat pula
teknologi baru. Menurut soeharjo dan patong (1984) bahwa yang termasuk
tanggungan keluarga kecil yaitu berkisar 1-4 orang sedangkan tanggungan keluarga
>5 orang termasuk besar. Untuk mengetahui lebih jelasnya jumlah tanggungan
keluarga petani responden di lokasi petani, dapat dilihat pada Tabel 11.
dengan jumlah tanggungan keluarga tersebut tidak terlalu membutuhkan biaya yang
Luas lahan garapan yang dimaksud adalah jumlah luas lahan yang diolah
petani responden pada musim tanam 2020, ini berkaitan dengan penggunaan tenaga
pendapatan petani.
44
Semakin luas lahan garapan petani berarti semakin besar pula tenaga kerja
yang dibutuhkan petani dalam menggarap lahan tersebut, selain itu juga berarti
kebutuhan petani akan sarana produksi semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya
semakin sempit lahan yang digarap semakin kecil pula kebutuhan petani akan
potensial yang bersedia bagi petani cukup luas, namun karena adanya variasi
kemampuan kerja dan kondisi yang bervariasi dari petani sehingga luas lahan
garapan berbeda-beda antar petani. Luas lahan pertanian akan menentukan skala
usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu
usahataninya. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan garapan yang diolah petani
Tabel 12 terlihat bahwa petani yang mempunyai luas lahan garapan 0,5 –
0,20 Ha sebanyak 27 orang (90%). Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan yang
jumlah produksi merupakan salah satu yang menentukan besarnya penerimaan atau
perkilogram pada saat panen. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi yang
120 – 140 dengan jumlah responden sebanyak 21 orang dengan rata-rata 70 %, dan
penerimaan yang kategori sedang jumlah responden yaitu 6 orang dengan rata-rata
30% serta penerimaan yang kategori tinggi dengan jumlah responden yaitu 3 orang
1. Penerimaan
yang berlaku pada saat penelitian. Besar kecilnya penerimaan dari usahatani cabai
rawit ditentukan oleh besar kecilnya jumlah produksi yang dihasilkan dan harga
46
jual produk tersebut. Semakin tinggi harga jual akan semakin tinggi penerimaan
Untuk melihat besarnya penrimaan yang diterima oleh petani dapat dilihat
2. Biaya produksi
Penggunaan cabai rawit yang baik tentu akan dapat meningkatkan produksi
dan pendapatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup petani. Cabai rawit yang
digunakan petani sebaiknya dari cabai rawit yang baik atau hasil sortiran sehingga
dapat meningkatkan produksi yang akan diterima oleh petani. Untuk mengetahui
penggunaan cabai rawit dalam satu kali (bulan) oleh petani responden dapat dilihat
Harga
Jumlah Persentase
No Uraian Jumlah satuan
(Rp) (%)
(Rp)
1 Biaya Variabel
- Benih 1.422 gr 980 1.393.778 5,86
- Pupuk kandang 400 Kg 1.000 400.000 1,68
- Ponska 219 Kg 2.000 437.778 1,84
- Pestisida 9 Ltr 160.000 1.457.778 6,13
Prepaton 251 HKP 80.000 20.092.000 84,49
47
- Tenaga kerja
Jumlah (1) 23.781.333 100
2 Biaya Tetap
- Penyusutan alat 1 musim 401.577 89,02
- Pajak tanam 49.537 10,98
1 musim
tanam
Jumlah (2) 451.115 100
Jumlah Total 24.232.448 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, Tahun 2020
Besarnya biaya toatal yang dikeluarkan oleh responden karena terkait dengan biaya
variable dan biaya tetap dari kedua biaya tersebut yang perlu diperhatikan oleh
petani adalah biaya variabel karena biaya ini merupakan modal operasional yang
3. Pendapatan
usahanya.
Untuk melihat besarnya pendapatan yang diterima oleh petani dapat dilihat
musim tanam perhektar adalah Rp. 30.420.885,- atau 100 persen dari total
pendapatan.
rata responden sebesar Rp. 54.653.333,- per usahatani sedangkan total biaya
produksi (cost) rata-rata per usahatani sebesar Rp. 24.232.448,- sehingga diperoleh
Nilai R/C lebih besar dari satu berarti bahwa setiap Rp. 1.000.000 biaya
Dimana :
Jadi :
54.653.333
R/C Ratio = = 2,25
24.232.448
49
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
usahatani cabai rawit sebesar Rp. 109.046.017,- atau dengan rata – rata
usahatani cabai rawit sebesar Rp. 245.940.000,- dengan rata – rata perhektar
sebesar Rp. 54.653.333,- dan pendapatan yang diperoleh petani cabai rawit
optimal yaitu sebesar Rp. 136.893.983,- atau rata –rata perhektar sebesar
2. Dengan nilai R/C usahatani cabai rawit adalah sebesar 2,25 atau dengan
kata lain R/C lebih dari 1, maka usahatani cabai rawit sangat
B. Saran
pendapatan usahanya.
3. Perlu adanya pembinaan dalam bentuk penyuluhan dari instansi yang terkait
yang lebih insentif lagi tentang cara pengolahan hasil pertanian yang lebih