Anda di halaman 1dari 12

Analisis Efisiensi Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.

)
Di Kabupaten Kotawaringin Barat

(Analysis of Farming Efficiency Chilli Pepper (Capsicum frutescens L.)


in Kotawaringin Barat District)

Novi Nurhayati1) & Evi Purnama Sari2)


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Antakusuma Pangkalan Bun
1)
novi.bun.13@gmail.com
2)
purnamasariagribisnis@gmail.com

ABSTRAK

Cabai rawit merupakan tanaman hortikultura, yang diminati oleh konsumen. Di Kabupaten
Kotawaringin Barat dalam 3 (tiga) tahun terakhir produksi cabai terus meningkat, akan tetapi belum
diketahui apakah budidaya tersebut efesiensi secara teknis, harga ataupun secara ekonomi. Tujuan
penelitian ini mengetahui tingkat elastisitas faktor-faktor produksi terhadap produksi cabai rawit dan
mengetahui tingkat efisiensi teknis, harga, dan ekonomi usahatani cabai rawit di Kabupaten
Kotawaringin Barat. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotawaringin Barat pada Bulan
Desember 2019 sampai Pebruari 2020. Jumlah sampel yang digunakan adalah 100 petani responden,
dengan metode simple random sampling . Data yang digunakan data primer dan data sekunder.
Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis fungsi produksi Cobb-Douglass dan
analisis efisiensi teknis, harga/alokatif, dan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
koefisien elastisitas luas lahan (0,501), bibit (-0,201), pupuk (0,112) dan tenaga kerja (0,386). Jumlah
nilai elastisitas 0,798 kurang dari satu menunjukkan usahatani cabai rawit berada pada skala usaha
(Decreasing return to scale), yang mengandung arti usahatani cabai rawit tersebut tidak berada pada
kondisi skala hasil yang konstan. Nilai efisiensi teknis (0,199), nilai efisiensi harga/alokatif (0,0031),
nilai efisiensi ekonomi (0,0022), ketiga nilai efesiensi kurang dari 1, artinya usahatani cabai rawit
tidak efisien sehingga perlu pengurangan penggunaan faktor produksi.

Kata Kunci: Analisis, efesiensi, elastisitas, usahatani.

ABSTRACT

Cayenne pepper is a horticultural crop, which is attracted by consumers. In Kotawaringun


Barat Regency in the last 3 (three) years of chilli, production continues to increase, but it is not yet
known whether the cultivation is technical, price or economically. The purpose of this research is to
know the level of elasticity of production factors to the production of chilli pepper and know the level
of technical efficiency, price, and economic farming chilli pepper in West Kotawarwant district. The
research was conducted in Kotawaringin Barat District in December 2019 to February 2020. The
number of samples used is 100 farmers respondent, with simple random sampling method. Data used
by primary data and secondary data. Methods of data analysis using descriptive analysis, analysis of
the Cobb-Douglass production function and analysis of technical efficiency, price/allocative, and
economic. The results showed that the value of elasticity of the land area (0.501), seedlings (-0.201),
fertilizer (0.112) and labour (0.386). The amount of elasticity 0.798 less than one indicates that chilli
pepper farming is on a business scale (Decreasing return to scale), which contains the meaning of
farming chilli pepper is not in the condition of a constant scale result. The value of technical
efficiency (0.199), the value of the efficiency of the price/Alokatif (0.0031), the value of economic
efficiency (0.0022), the third value of efficiency less than 1, meaning farming chilli pepper inefficient
so that the need to reduce the use of production factors.

Keywords: Analysis, efficiency, elasticity, farming.

Article History Submitted: April 14, 2020 Approved with minor revision: April 30, 2020
Accepted: May 14, 2020 Published: May 31, 2020
47
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai, Juni 2020, 10(1), 46-57. ISSN 2354-6379 EISSN 2686-3510

PENDAHULUAN budidaya tanaman cabai, dengan tinggi


wilayah 0-500 mdpl (BPS Kotawaringin
Sayur-sayuran merupakan salah satu Barat, 2019). Tanaman cabai dapat
subsektor yang berperan dalam tumbuh didataran tinggi maupun dataran
mendukung perekonomian nasional karena rendah yaitu antara 500-1.200 mdpl
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan (Moekasan et. al., 2014).
dapat menjadi sumber pendapatan bagi Curah hujan yang ada di Kabupaten
masyarakat atau petani berskala kecil, Kotawaringin Barat dalam setahun adalah
menengah ataupun besar, karena memiliki 1878,8 mm dengan rata-rata setiap
keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, bulannya 156,57 mm, dengan kelembapan
keragaman jenis, ketersediaan lahan dan udara rata-rata setiap bulannya 83,92 %
pengembangan teknologi budidaya yang (BPS Kotawaringin Barat, 2019). Dalam
cukup pesat. budidaya tanaman cabai kelembanan udara
Salah satu jenis sayuran yang yang diperlukan adalah 85% (Moeksan, et.
termasuk dalam komoditi unggulan adalah al., 2014). Pada saat musim penghujan
cabai. Cabai merupakan salah satu bahan dan kelembaban udara yang tinggi tanaman
baku yang dibutuhkan secara cabai memerlukan perlakuan yang khusus
berkesinambungan karena merupakan agar produksi yang dihasilkan dapat
bahan pangan yang di konsumsi setiap optimal. Kendala-kendala yang dihadapi
saat, maka cabai akan terus dibutuhkan pada saat musim penghujan adalah
dengan jumlah yang semakin meningkat mudahnya terserang hama dan penyakit,
seiring dengan pertumbuhan jumlah sehingga petani perlu bekerja secara
penduduk dan perekonomian nasional. efesien dalam mengalokasikan sarana
Pola permintaan cabai relatif tetap produksi untuk meperoleh produksi yang
sepanjang waktu, sedangkan produksi optimal.
berkaitan dengan musim tanam, maka dari Lahan pertanian di Kabupaten
itu pasar akan kekurangan pasokan jika Kotawaringin Barat sangat menjanjikan,
masa panen raya belum tiba, dalam berbagai macam jenis tanaman tumbuh
kesempatan seperti ini beruntung bagi subur, salah satunya adalah cabai rawit.
petani yang dapat memproduksi cabai Produksi cabai di Kabupaten Kotawaringin
sepanjang tahun. Barat setiap tahunnya meningkat. Berikut
Kabupaten Kotawaringin Barat adalah luas panen dan produksi cabai di
mempunyai iklim tropis, yang cocok untuk Kabupaten Kotawaringin Barat.

Tabel 1. Luas panen dan produksi cabai Di Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2016-2019.

Tahun Luas Panen Produksi


2016 213 5.539
2017 230 6.682
2018 304 14.223
2019 337 26.989
Sumber: Badan Pusat Statistik Kotawaringin Barat , 2020

Berdasarkan data pada Tabel 1, Berdasarkan latar belakang diatas,


diatas budidaya tanaman cabai di rumusan masalah yang diambil dalam
Kabupaten Kotawaringin Barat, produksi penelitian ini adalah bagaimana tingkat
cabai setiap tahunnya mengalami elatisitas luas lahan, bibit, pupuk dan
peningkatan produksi, akan tetapi belum tenaga kerja terhadap produksi cabai rawit
diketahui secara pasti apakah budidaya dan bagaimana tingkat efisiensi teknis,
tanaman cabai yang dilakukan oleh petani harga, dan ekonomi usahatani cabai rawit
efesien secara teknis, harga atau pun di Kabupaten Kotawaringin Barat. Tujuan
ekonomi. penelitian ini adalah untuk mengetahui
https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
48
Novi Nurhayati & Evi Purnama Sari, Analisis efesiensi usaha tani cabai rawit…

tingkat elatisitas luas lahan, bibit, pupuk 2. Menjawab tujuan ke dua yaitu tingkat
dan tenaga kerja terhadap produksi cabai efisiensi teknis, harga, dan ekonomi
rawit dan mengetahui tingkat efisiensi usahatani cabai rawit di Kabupaten
teknis, harga, dan ekonomi usahatani cabai Kotawaringin Barat, menggunakan rumus
rawit di Kabupaten Kotawaringin Barat. efesiensi teknis, efesiensi harga dan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai efesiensi ekonomi. Menurut Nicholson
bahan informasi yang dapat disampaikan (1995), perhitungan efesiensi teknis, harga
kepada penyuluh pertanian khususnya dan dan ekonomi dapat dihitung dengan
petani cabai pada umumnya tentang tingkat menggunakan rumus sebagai berikut :
efesiensi usahatani budidaya cabai rawit. a. Efesiensi Teknis
Efesiensi teknis merupakan besaran yang
METODE PENELITIAN menunjukkan tingkat produksi sebenarnya,
apakah produksi berada dalam skala
Penelitian ini dilaksanakan di optimum atau tidak. Efesiensi teknis dari
Kabupaten Kotawaringin Barat, pada setiap faktor produksi dapat diketahui dari
Bulan Desember 2019 sampai Pebruari nilai elastisitas produksinya. Elastisitas
2020. Bahan yang digunakan dalam produksi dari model regresi digunakan
penelitian ini adalah data primer dan data untuk mengukur tingkat kepekaan atau
sekunder. Data primer diperoleh dengan untuk mengetahui prosentase perubahan Y
metode observasi dan wawancara. apabila terjadi prosentase perubahan X,
Observasi dilakukan dengan cara melihat secara matematis dapat ditulis sebagai
secara langsung tempat penelitian dan berikut :
wawancara dilakukan dengan mewancarai ∆𝒀/𝒀 ∆𝒀 𝑿 𝑴𝑷
EP = ∆𝑿/𝑿 = ∆𝑿 𝒙 𝒀 = 𝑨𝑷
secara langsung petani yang dijadikan
sebagai responden. Data sekunder Nilai MP (Marginal Product) diperoleh
diperoleh dengan cara metode studi dari perkalian antara AP (Average Product)
pustaka dari berbagai literatur seperti buku, dengan elastisitas produksi, yang
jurnal serta literatur lainnya. Alat yang dirumuskan sebagai berikut :
menunjang dalam penelitian ini adalah MP = EP . AP
alat tulis dan komputer untuk mengolah Apabila
data. Sampel yang digunakan dalam MP = AP, maka EP = 1, yang artinya input
penelitian ini sebanyak 100 petani cabai yang digunakan efesien secara teknis
rawit. MP < AP, maka EP < 1, yang artinya input
Metode analisis data yang digunakan yang digunakan tidak efesien secara teknis
dalam menjawab penelitian ini adalah : MP > AP, maka EP > 1, yang artinya input
1. Menjawab tujuan pertama yaitu tingkat yang digunakan belum efesien secara
elatisitas luas lahan, bibit, pupuk dan teknis.
tenaga kerja terhadap produksi cabai rawit b. Efesiensi Harga/Alokatif
di Kabupaten Kotawaringin Barat, Efisiensi harga adalah suatu proses
menggunakan rumus Fungsi Produksi produksi menggunakan suatu tingkatan
Cobb-Douglass yang dirumuskan sebagai input tertentu yang menghasilkan output
berikut : serupa dengan biaya yang lebih murah,
Ln Y = a + b₁lnX₁ + b₂lnX₂ + b₃lnX₃ + secara matematis perhitungan efisiensi
b₄lnX₄ harga dengan rumus nilai produksi
Keterangan : marginal (NPM) faktor-faktor produksi X,
Y : Produksi cabai rawit dapat ditulis sebagai berikut:
𝑏.𝑌.𝑃𝑦
a : Intersep NPM =
𝑥
X₁ : Luas lahan (m²) Dimana :
X₂ : Bibit (Batang) b : elastisitas produksi
X₃ : Pupuk (Kg) Y : Produksi
X₄ : Tenaga kerja (HKO). Py : Harga Produksi

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
49
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai, Juni 2020, 10(1), 46-57. ISSN 2354-6379 EISSN 2686-3510

X : jumlah faktor produksi X Analisis Faktor Produksi Usahatani


Sehingga rumus efisiensi harga dapat Cabai Rawit
dirumuskan sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian faktor-
𝑁𝑃𝑀𝑥𝑖 faktor produksi yang digunakan dalam
EH =
𝑃𝑥𝑖 usahatani cabai rawit di Kabupaten
Kriteria efisiensi harga : Kotawaringi Barat antara lain luas lahan,
EH = 1, yang artinya input produksi xi bibit, pupuk dan tenaga kerja. Penggunaan
tersebut sudah efisien faktor produksi atau input dalam usahatani
EH < 1, yang artinya penggunaan input yang tepat dapat menghasilkan produksi
produksi xi sudah melebihi efisien dan cabai rawit yang optimal dan
harus dikurangi. meminimalkan biaya yang dikeluarkan
EH > 1, yang artinya penggunaan dalam proses produksi dalam usahatani
input produksi xi belum efisien dan cabai rawit. Faktor produksi dalam
harus ditambahkan. usahatani mempunyai peranan yang sangat
c. Efisiensi Ekonomi besar, karena faktor produksi akan
Efisiensi ekonomi dapat dicapai apabila mempengaruhi hasil produksi yang
telah tercapai efisiensi teknik dan dihasilkan selama berusahatani. Hal ini
efisiensi harga. Perhitungan efisiensi sesuai dengan pendapat Andayani (2016),
ekonomi dapat dirumuskan sebagai yang menyatakan faktor produksi seperti
berikut : lahan, pupuk, pestisida dan tenaga kerja
EE = ET x EH mempunyai pengaruh terhadap produksi
Keterangan : cabai merah.
EE : Efisiensi ekonomi Faktor-faktor produksi yang
ET : Efisiensi teknis digunakan dalam penelitian ini adalah luas
EH : Efisiensi harga lahan (m²), bibit (Kg), pupuk (Kg)dan
Dimana jika : tenaga kerja (HKO) sebagai variabel bebas
Nilai EE > 1, berarti penggunaan input (independent) terhadap hasil produksi
perlu ditingkatkan tanaman cabai rawit sebagai variabel
Nilai EE = 1, berarti alokasi input terikat (dependent), selain itu analisis ini
optimal juga digunakan untuk mengetahui besarnya
Nika EE < 1, berarti penggunaan input elastisitas dari masing-masing variabel
perlu dikurangi. independent terhadap variabel dependent.
Berdasarkan hasil penelitian nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN koefisien regresi faktor-faktor produksi
cabai rawit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien Regresi Fungsi Produksi Cabai rawit

Variabel Koefesien Regresi Stand Error t hitung P-Value


Konstanta 0,543 1,742 0,310 0,770
Luas Lahan (ln X₁) 0,501 0,112 4,832 0,000
Bibit (ln X₂) -0,201 0,213 -0,963 0,352
Pupuk (ln X₃) 0,112 0,170 0,652 0,532
Tenaga Kerja (ln X₄) 0,386 0,240 1,584 0,132
R-Sq = 0,432
R-Sq (adj) = 0,392
P = 0,000
F Hitung = 10,834
Sumber : Data Primer Diolah, 2020

Berdasarkan hasil pendugaan pada koefisien determinasi (R²) sebesar 0,432


Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai atau 43,2%, artinya variasi variabel

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
50
Novi Nurhayati & Evi Purnama Sari, Analisis efesiensi usaha tani cabai rawit…

independen yang digunakan yaitu luas tidak maksimal. Ciri-ciri bibit yang baik
lahan (X₁), bibit (X₂), pupuk (X₃), dan adalah pertumbuhan bibit seragam, daun
tenaga kerja (X₄) mampu menjelaskan bibit tidak keriting, penampakan bibit hijau
variasi variabel dependen yaitu produksi hal ini sesuai dengan pendapat Irfan
sebesar 43,2% sedangkan sisanya sebesar (2019), yang menyatakan ciri-ciri bibit
56,8% dijelaskan oleh variabel-variabel cabai yang berkualitas adalah
lain diluar penelitian. Nilai koefisien tanaman/batang terlihat kokoh kuat, tidak
determinasi terkolerasi (Adjusted R²) terserang hama dan penyakit, memiliki
sebesar 0,392 artinya kontribusi luas lahan daun yang lebat tidak keriting, bibit
(X₁), bibit (X₂), pupuk (X₃), dan tenaga tumbuh seragam tidak kerdil.
kerja (X₄) dalam menjelaskan variabel (Y) Bibit merupakan salah satu faktor
yaitu produksi cabai rawit adalah 39,2 % produksi yang menentukan dalam
dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain budidaya cabai rawit jika bibit yang
diluar variabel yang diiuji. digunakan dengan jumlah yang memadai
maka akan meningkatkan produktifitas dari
Luas Lahan (X₁) budidaya cabai rawit, sebaliknya jika bibit
Nilai koefisien regresi luas lahan yang digunakan dengan jumlah yang tidak
(X₁) mempunyai nilai positif sebesar memadai maka akan menurunkan
0,501, yang mengandung arti bahwa jika produktifitas dari budidaya cabai rawit.
terjadi peningkatan penggunaan lahan Teknik penanaman bibit juga merupakan
sebesar 1% maka dapat meningkatkan faktor pendukung meningkatnya
produksi cabai rawit sebesar 0,501 %. produktifitas dari budidaya cabai rawit,
Lahan bagi usahatani merupakan faktor teknik penanaman harus sesuai dengan
produksi utama yang tidak tergantikan, jarak tanam yang telah ditentukan.
semakin luas lahan yang dimiliki oleh Menurut Zainudhin (2017), jarak tanam
petani, akan meningkatkan kesempatan cabai rawit pada umumnya adala 50 x 60
petani untuk berproduksi semakin banyak, cm. Petani responden masih ada yang tidak
hal ini sesuai dengan hasil penelitian menggunakan teknik jarak tanam sesuai
Saputro (2013), yang menyatakan lahan dengan yang dianjurkan sehingga, bibit
mempunyai pengaruh yang positif terhadap yang ditanam dengan jarak tanam terlalu
produksi cabai merah, apabila lahan yang dekat justru akan mengganggu proses
yang digunakan untuk budidaya cabai produksi tanaman tersebut.
merah semakin luas maka produksi yang
dihasilkan semakin banyak dan sebaliknya. Pupuk (X3)
Nilai koefisien regresi pupuk (X₃)
Bibit (X2) memiliki nilai positif sebesar 0,112, yang
Nilai koefisien regresi bibit (X₂) mengandung arti bahwa jika terjadi
mempunyai nilai negatif sebesar -0,201 , peningkatan penggunaan pupuk sebesar
yang mengandung arti bahwa jika terjadi 1% maka dapat meningkatkan produksi
peningkatan penggunaan bibit sebesar 1% cabai rawit sebesar 0,112%. Pada daerah
maka dapat menurunkan produksi cabai penelitian, petani menggunakan pupuk
rawit sebesar -0,201 %, dikarenakan dalam organik dan anorganik. Pada umumnya
proses pembibitan dan penanaman tidak petani menggunakan pupuk organik yang
semua bibit tumbuh secara normal. Dalam berasal dari pupuk kandang kotoran sapi.
budidaya cabai, bibit mepunyai peranan Pupuk anorganik yang digunakan petani
yang sangat penting, kualitas bibit dalam budidaya cabai rawit ini beragam
merupakan salah satu faktor yang akan seperti Urea, KCL, Phonska dan NPK. Hal
mempengaruhi produksi cabai, hal ini ini sesuai dengan pendapat Priyono (2017),
sesuai dengan pendapat Yunus (2019), yang menyatakan dalam meningkatkan laju
yang menyatakan bahwa penggunaan bibit pertumbuhan dan perkembangan tanaman
cabai yang tidak unggul atau tidak cabai diperlukaan berbagai jenis pupuk
berkualitas, maka hasil produksi cabai seperti pupuk kandang kotoran ternak,

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
51
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai, Juni 2020, 10(1), 46-57. ISSN 2354-6379 EISSN 2686-3510

pupuk Urea, KCL, SP-36, NPK dan mengandung butir hijau daun (chlorophyl)
Phonska. Lebih lanjut menurut Priyono yang mempunyai peranan penting dalam
(2019), menyatakan untuk merangsang proses fotosintesis, selain itu juga dapat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman mempercepat pertumbuhan tanaman
cabai sebaiknya menggunakan 2 macam (tinggi dan cabang). Pupuk phonska
jenis pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk merupakan pupuk majemuk yang
anorganik. Untuk merangsang mengandung unsur makro seperti Phospat
pertumbuhan dan perkembangan akar, (P), Nitrogen (N), Kalium (K) dan Sulfur
batang, daun, bunga dan buah pada (S). Ketersediaan unsur tersebut akan
tanaman cabai dapat menggunakan jenis memacu tanaman tumbuh cepat dan
pupuk KCL, TSP, Phonska dan NPK berproduksi secara optimal. Kondisi di
Mutiara. lapangan menunjukkan bahwa penggunaan
Berdasarkan hasil penelitian pupuk phonska yang dilakukan oleh petani
penggunaan pupuk kandang sangat memang sangat berpengaruh terhadap
diperlukan, sebagai pupuk dasar saat pertumbuhan cabai merah. Selain karena
pengolahan tanah, yang mempunyai fungsi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman
penambah unsur hara (bahan organik) dan dan menjadikan tanaman lebih sehat dan
memperbaiki sifat struktur tanah, dimana kuat.
tanah yang kaya bahan organik akan
menjadikan struktur tanah menjadi lebih Tenaga Kerja (X4)
gembur yang mempunyai dampak terhadap Nilai koefisien regresi tenaga kerja
sirkulasi udara tanah. Hal ini sesuai (X₄ ) memiliki nilai positif sebesar 0,386,
dengan hasil penelitian Saputro, et. al., yang mengandung arti bahwa jika terjadi
(2013), bahwa penggunaan pupuk kandang peningkatan penggunaan tenaga kerja
sangat diperlukan, karena dapat menambah sebesar 1% maka dapat meningkatkan
unsur hara dalam tanah serta memperbaiki produksi cabai rawit sebesar 0,386%. Hal
struktur fisik tanah. Pupuk kandang ini ini sesuai dengan penelitian pendahulu
biasanya digunakan pada saat pemupukan Nugraha (2018), yaitu penggunaan faktor
dasar. Pupuk kandang yang biasanya produksi tenaga kerja mempunyai
digunakan adalah kotoran sapi dan kotoran pengaruh yang signifikan, yang berarti
ayam. Pupuk kandang mempunyai bahwa tenaga kerja sangat mempengaruhu
kandungan unsur hara yang lebih sedikit produksi dalam berusahatani, apabila
dibandingkan dengan pupuk buatan, tenaga kerjanya berkurang maka produksi
namun pupuk kandang mempunyai juga akan berkurang, begitu juga
keunggulan, yakni mampu mengembalikan sebaliknya. Selanjutnya dalam penelitian
kualitas tanah menjadi lebih baik. Manurung et. al., (2018), bahwa
Berdasarkan hasil dilokasi penelitian, penambahan tenaga kerja dapat
pemberian pupuk urea mempunyai fungsi meningkatkan faktor produksi.
dalam pertumbuhan cabai rawit yang dapat Tenaga kerja dari luar keluarga
dilihat dari penampakan batang dan daun berasal dari tenaga buruh yang
yang hijau dan segar. Hal ini sesuai dengan melaksanakan kegiatannya pada waktu-
hasil penelitia Wijayanto, et. al., (2013) waktu tertentu saja, baik pada saat
yaitu pupuk urea mengandung unsure pengolahan lahan maupun kegiatan panen,
Nitrogen yang berperan dalam disebabkan karena waktu dua kegiatan ini
pembentukan dan pertumbuhan bagian- dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah
bagian vegetative. Lebih lanjut hasil yang besar, karena jumlah keluarga tidak
penelitian Saputro, et. al., (2013), mampu untuk mengatasi masalah tersebut,
penambahan pupuk urea dapat akan tetapi dalam kegiatan budidaya
meningkatkan produksi cabai merah. lainnya seperti pemeliharaan, dilakukan
Pupuk urea adalah sumber unsur nitrogen. oleh keluarga petani sendiri, hal ini sesuai
Nitrogen berfungsi untuk membuat daun denga penelitian Saputro (2013), bahwa
tanaman lebih hijau segar dan banyak tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam
https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
52
Novi Nurhayati & Evi Purnama Sari, Analisis efesiensi usaha tani cabai rawit…

budidaya cabai merah terutama dalam diperoleh, berarti apabila terjadi


kegiatan pengolahan tanah. penambahan faktor produksi sebesar 1%
Nilai koefisien regresi dalam model maka akan menurunkan output produksi
fungsi produksi Cobb-Douglass sebesar 0,798%.
merupakan nilai elastisitas produksi dari
variabel-variabel produksi tersebut. Analisis Efisiensi Cabai Rawit
Penjumlahan nilai-nilai elastisitas dapat
digunakan untuk menduga keadaan skala Efisiensi Teknis
usaha (return to scale). Menurut Jeosron Dalam Efisiensi teknis terdapat
dan Fathorazzi (2003) yang menjelaskan hubungan antara input dan output. Suatu
bahwa didalam fungsi produksi Cobb- usaha dikatakan efisiensi secara teknis jika
Douglass, elastisitas produksi relatif lebih produksi dengan output terbesar
mudah untuk diperoleh, karena elastisitas menggunakan set kombinasi beberapa
produksi dapat diketahui dengan melihat input tertentu. Efisiensi teknis adalah
besarnya koefisien pada setiap variabel perbandingan output fisik yang dihasilkan
independen. dengan input fisik yang digunakan.
Model produksi yang diduga Penggunaan input dikatakan efisien secara
menunjukkan bahwa jumlah nilai-nilai teknis apabila suatu tingkat tertentu input
parameter penjelas adalah 0,798, angka yang digunakan dapat menghasilkan
tersebut merupakan hasil dari penjumlahan produk rata-rata yang maksimum yaitu
koefisien regresi faktor produksi yang pada saat produk rata-rata sama dengan
dalam hal ini dianggap sebagai elastisitas produk marginal dan elastisitas produksi
dari faktor-faktor tersebut. Jumlah nilai sama dengan 1.
elastisitas 0,798 kurang dari satu Efisiensi teknis dihitung dengan
menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit pendekatan elastisitas produksi. Dalam
berada pada skala usaha (Decreasing model regresi, koefisien regresi dari
return to scale), nilai ini mengandung arti masing-masing variabel menunjukkan
bahwa usahatani cabai rawit tersebut tidak elastisitas produksi. Nilai efisiensi teknis
berada pada kondisi skala hasil yang penggunaan input pada produksi cabai
konstan. Proporsi penambahan input yang rawit dapat dilihat pada Tabel 3.
digunakan akan menurunkan output yang

Tabel 3. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Cabai Rawit
di Kabupaten Kotawaringin Barat

No Faktor Produksi EP AP MP Keterangan


1 Luas Lahan 0,501 1458,266 730,591 Tidak Efisien
2 Bibit -0,201 2712,500 -545,213 Tidak Efisien
3 Pupuk 0,112 1518,719 170,096 Tidak Efisien
4 Tenaga Kerja 0,386 71,438 27,575 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui tidak efisien secara teknis sehingga perlu
bahwa semua faktor produksi yang dilakukan pengurangan input.
digunakan yaitu luas lahan, bibit, pupuk, Efisiensi teknis merupakan hubungan
dan tenaga kerja tidak efisien secara teknis, antara input yang digunakan dengan output
hal ini diperoleh karena nilai MP yang dihasilkan nilai maksimumnya adalah
(Marginal Product) lebih kecil dari AP 1, yang berarti petani usahatani cabai rawit
(Average Product) dan nilai elastisitasnya di Kabupaten Kotawaringin Barat belum
kurang dari 1 pada masing-masing seluruhnya melakukan kegiatannya secara
variabel, hal ini berarti usahatani cabai efisien sehingga masih dimungkinkan
rawit di Kabupaten Kotawaringin Barat untuk ditingkatkan.

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
53
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai, Juni 2020, 10(1), 46-57. ISSN 2354-6379 EISSN 2686-3510

Efesiensi teknis pada variabel luas tanaman cabai petani menggunakan pupuk
lahan nilai MP lebih kecil dari AP dan nilai organik dan anorganik, pupuk organik
elastisitas kurang dari 1 pada faktor berasal dari pupuk kandang kotoran sapi
produksi luas lahan yaitu 0,501, hal ini dan pupuk anorganik yang digunakan
menunjukkan bahwa dalam penggunaan seperti Urea, KCL, Phonska dan NPK.
faktor produksi luas lahan tidak efisien Pupuk merupakan sarana yang strategis
secara teknis. Petani cabai rawit sebagian untuk meningkatkan produktivitas
besar tidak menggunakan semua lahan pertanian namun demikian, pemberian
yang mereka miliki untuk menjalankan pupuk harus sesuai takaran yang tepat
proses produksi cabai rawit, hal yang sehingga keseimbangan unsur hara dapat
menyebabkan tidak efisiennya penggunaan dipertahankan. Menurut Suwalan, et. al.,
luas lahan dikarenakan lahan petani di (2004) dalam Manurung, et. al., (2018)
Kabupaten Kotawaringin Barat yang dapat bahwa pemberian pupuk terhadap tanaman
dikatakan luas tidak dimanfaatkan secara akan mengalami respon yang meningkat
optimal oleh petani dalam produksi cabai jika pupuk yang digunakan tepat jenis,
rawit, sehingga untuk mencapai efisiensi tepat dosis, tepat waktu dan cara
teknis pada luas lahan, petani harus mampu pemakaian.
menggunakan dan memanfaatkan luas Efesiensi teknis pada variabel tenaga
lahan secara optimal. Hal ini sesusai kerja, nilai MP lebih kecil dari AP dan
dengan penelitian Saputro, et. al., (2013), nilai elastisitas kurang dari 1 pada faktor
tidak efisiennya luas lahan dikarenakan produksi tenaga kerja yaitu 0,386, hal ini
semakin luas lahan garapan maka biaya menunjukkan bahwa dalam penggunaan
produksi yang dikeluarkan petani juga faktor produksi tenaga kerja tidak efisien
bertambah. Untuk membuat faktor secara teknis sehingga perlu dilakukan
produksi luas lahan menjadi efisien maka pengurangan input.
petani harus dapat memanfaatkan lahan Penggunaan tenaga kerja dalam
yang sudah ada untuk dilakukan usahatani cabai rawit di lokasi penelitian
pengolahan lahan secara tepat dan sudah sangat berlebihan, perlu adanya
maksimal. Lahan yang terlalu luas juga pengurangan penggunaan tenaga kerja
akan berdampak pada kurang intensifnya khususnya tenaga kerja luar keluarga.
pemeliharaan dan perawatan tanaman. Tenaga kerja luar keluarga yang berlebihan
Efesiensi teknis pada variabel bibit yang menjadikan usahatani di Kabupaten
nilai MP lebih kecil dari AP dan nilai Kotawaringin Barat menjadi tidak efisien
elastisitas kurang dari 1 pada faktor secara teknis, perlu adanya pemanfaatan
produksi bibit yaitu -0,201, hal ini tenaga kerja dalam keluarga dengan
menunjukkan bahwa dalam penggunaan optimal. Tenaga kerja luar keluarga
faktor produksi bibit tidak efisien secara biasanya diperlukan saat kegiatan
teknis sehingga perlu dilakukan pengolahan lahan dan pemanenan karena
pengurangan bibit, karena dalam usahatani pada kegiatan tersebut membutuhkan
cabai rawit masih banyak bibit yang tenaga kerja yang lebih, kegiatan tersebut
tumbuh secara abnormal. Pengurangan juga dapat dilakukan oleh tenaga kerja
penggunaan bibit yang abnormal perlu dalam keluarga sehingga penambahan
dikurangai agar hasil produksi cabai rawit tenaga kerja dalam keluarga sangat
dapat maksimal. diperlukan dan dilakukan pengurangan
Efesiensi teknis pada variabel pupuk, tenaga kerja luar sehingga produksi cabai
nilai MP lebih kecil dari AP dan nilai rawit dapat mencapai efisiensi secara
elastisitas kurang dari 1 pada faktor teknis. Hal ini sesuai denga hasil penelitian
produksi pupuk yaitu 0,112, hal ini Johan, et. al., (2013), yang menyatakan
menunjukkan bahwa dalam penggunaan penggunaan faktor produksi tenaga kerja
faktor produksi pupuk tidak efisien secara luar keluarga tidak efisien, karena
teknis sehingga perlu dilakukan banyaknya tenaga kerja luar keluarga yang
pengurangan input. Dalam budidaya dibutuhkan membuat biaya yang
https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
54
Novi Nurhayati & Evi Purnama Sari, Analisis efesiensi usaha tani cabai rawit…

dikeluarkan juga akan semakin tinggi. alokatif atau harga apabila mempunyai
Untuk membuat faktor produksi tenaga nilai produk marginal (NPM) yang sama
kerja luar keluarga menjadi efisien maka dengan harga input produksi. Pada
petani harus mengurangi jumlah tenaga keadaan tersebut akan diperoleh
kerja dan lebih memaksimalkan kinerja keuntungan maksimum, dengan melihat
tenaga kerja yang sudah ada sehingga harga input produksi maka diperoleh
penggunaan tenaga kerja dan produksi tingkat efisiensi masing-masing input
cabai merah dapat menjadi efisien. produksi.
Input yang digunakan dalam
Efisiensi Harga menjalankan usahatani cabai rawit adalah
Efisiensi harga input produksi pada luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja.
usahatani cabai rawit diperoleh dari rasio Hasil analisis efisiensi alokatif/harga pada
nilai produk marginal (NPM) dengan harga produksi cabai rawit di Kabupaten
masing-masing input produksi. Suatu Kotawaringin Barat dapat dilihat pada
penggunaan input dikatakan efisien Tabel 4.

Tabel 4. Analisis efisiensi harga/alokatif penggunaan faktor produksi pada uahatani cabai
rawit di Kabupaten Kotawaringin Barat

No Input NPMx Px NPMx/Px Keterangan


1 Luas Lahan 30191,854 437480 0,0069 Tidak Efisien
2 Bibit -651,345 106328 -0,0061 Tidak Efisien
3 Pupuk 648,225 2382656 0,0003 Tidak Efisien
4 Tenaga Kerja 47494,465 4187656 0,0113 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Keterangan : NPMx = nilai produksi marginal X
Px = harga input X

Berdasarkan Tabel 4 dapat berdasarkan harga sewa tanah oleh para


diketahui bahwa penggunaan faktor-faktor petani cabai rawit di Kabupaten
produksi yang berupa luas lahan, bibit, Kotawaringin Barat. Berdasarkan hasil
pupuk dan tenaga kerja memiliki nilai penelitian biaya untuk sewa tanah adalah
NPMx/Px masing-masing kurang dari 1. Rp 300.000 per 1000 m², adanya biaya
Menunjukkan bahwa penggunaan faktor- sewa tanah ini menambah beban biaya
faktor produksi berupa luas lahan, bibit, yang harus dikeluarkan oleh petani.
pupuk dan tenaga kerja tidak efisien secara Efesiensi harga pada variabel bibit,
harga dan perlu adanya pengurangan diperoleh nilai NPMx/Px sebesar -0,0061
penggunaan faktor-faktor produksi berupa kurang dari 1, menunjukkan bahwa
luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja ternyata penggunaan faktor produksi bibit
sehingga mampu tercapai efisien secara tidak efisien secara harga, sehingga perlu
harga. dilakukan pengurangan input karena hasil
Efesiensi harga pada variabel luas penghitungan efisiensi harga menunjukkan
lahan, nilai NPMx/Px luas lahan usahatani angka yang kurang dari 1. Dilakukan
cabai rawit diperoleh nilai sebesar 0,0069, pengurangan faktor produksi bibit agar
hal ini menunjukkan bahwa dalam alokasi lebih efisien karena faktor produksi bibit
penggunaan faktor produksi luas lahan sudah melebihi efisien, hal ini sesuai
tidak efisien secara harga sehingga perlu dengan teori The Law of Deminishing
dilakukan pengurangan input, sebab hasil Return dimana penggunaan bibit yang
perhitungan yang diperoleh menunjukkan terlalu banyak dengan tidak
hasil kurang dari 1, dalam menjalankan memperhatikan teknik pemakaian bibit.
usahatani cabai rawit ditinjau dari efisiensi Efesiensi harga pada variabel pupuk,
harga, maka untuk luas lahan akan dihitung diperoleh hasil sebesar 0,0003, hal ini

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
55
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai, Juni 2020, 10(1), 46-57. ISSN 2354-6379 EISSN 2686-3510

menunjukkan bahwa ternyata penggunaan lebih. Tenaga kerja yang berlebihan pada
faktor produksi pupuk tidak efisien secara saat pengolahan lahan dan kegiatan panen
harga, karena hasil perhitungan efisiensi ini yang menjadikan usahatani di
harga menunjukkan angka yang kurang Kabupaten Kotawaringin Barat menjadi
dari 1, sehingga perlu dilakukan tidak efisien, karena kegiatan pengolahan
pengurangan input agar tercapai efisiensi lahan dan kegiatan panen dapat dilakukan
harga. Para petani umumnya oleh tenaga kerja dalam keluarga sehingga
menggunakan pupuk bersubsidi dengan dapat mengurangi biaya tenaga yang
harga murah dalam mendapatkan pupuk dikeluarkan oleh petani.
subsidi tidak mengalami kesulitan Pengurangan jumlah penggunaan
sehingga mudah didapat, namun tenaga kerja untuk usahatani cabai rawit
permasalahan yang sering terjadi pupuk akan menambah keuntungan yang lebih
bersubsidi sering mengalami keterlambatan besar karena akan mengurangi biaya
dalam pengiriman sehingga membuat tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani,
petani harus menyesuaikan pemakaian pengurangan tenaga kerja dengan sistem
pupuk yang ada dengan membeli pupuk pengelolaan yang lebih baik dan lebih
nonsubsidi dengan harga yang lebih mahal intensif (produktivitas tenaga kerja
dibandingkan pupuk subsidi. ditingkatkan) akan lebih efisien secara
Pupuk subsidi mudah didapatkan harga jika dibandingkan dengan
maka petani beranggapan bahwa dengan penggunaan tenaga kerja yang banyak
memberi pupuk yang banyak, tanaman tetapi tidak menggunakan sistem
akan subur dan berbuah banyak, hal pengelolaan yang baik, karena hal tersebut
tersebut tidak benar, karena tanaman yang akan menyebabkan terjadinya pemborosan
terlalu banyak dipupuk akan terhambat biaya, sehingga meskipun tenaga kerja
pertumbuhannya, selain itu, pupuk yang dikurangi dengan manajemen yang baik
terlalu banyak dapat menimbulkan akan lebih efisien.
permasalahan lain yaitu rusaknya Nilai efisiensi harga (EH) kurang
keseimbangan kesuburan tanah. Petani dari satu pada masing-masing variabel
umumnya mencari pupuk dengan harga faktor produksi, hal ini menunjukkan
murah dan mengorbankan komposisi yang bahwa usahatani cabai rawit secara harga
tepat sehingga menurunkan produksi. tidak efisien, dan dengan demikian perlu
Efesiensi harga pada variabel tenaga dilakukan pengurangan penggunaan faktor-
kerja, diperoleh hasil sebesar 0,0113, hal faktor produksi agar tercapai kondisi yang
ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor efisien. Penggunaan faktor produksi yang
produksi tenaga kerja tidak efisien secara perlu dikurangi agar tercapai kondisi yang
harga, karena hasil perhitungan efisiensi efisien secara harga adalah luas lahan,
harga menunjukkan angka yang kurang bibit, pupuk dan tenaga kerja.
dari 1, berarti penggunaan tenaga kerja
dalam usahatani cabai rawit di lokasi Efesiensi Ekonomi
penelitian sudah sangat berlebihan, perlu Efisiensi ekonomi adalah hasil dari
adanya pengurangan penggunaan tenaga kombinasi antara efisiensi teknis dan
kerja khususnya tenaga kerja luar, guna efisiensi harga/alokatif. Efisiensi ekonomi
mencapai tingkat yang efisien secara dapat dicapai apabila efisiensi teknis dan
harga. Petani di Kabupaten Kotawaringin efisiensi harga telah tercapai. Efisiensi
Barat dalam melakukan kegiatan usahatani ekonomi merupakan hasil kali antara
menggunakan tenaga kerja buruh yang efisiensi teknis dengan efisiensi
melakukan kegiatannya pada waktu-waktu alokatif/harga dari seluruh faktor input
tertentu yaitu pada pengolahan lahan dan produksi. Tingkat efisiensi ekonomi
kegiatan panen karena pada kegiatan penggunaan faktor produksi cabai rawit
tersebut membutuhkan tenaga kerja yang dapat dilihat pada Tabel 5.

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
56
Novi Nurhayati & Evi Purnama Sari, Analisis efesiensi usaha tani cabai rawit…

Tabel 5. Analisis Efsiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Cabai Rawit
di Kabupaten Kotawaringin Barat

No Faktor Produksi ET EH EE Keterangan


1 Luas Lahan 0,501 0,0069 0,00346 Tidak Efisien
2 Bibit -0,201 -0,0061 0,00123 Tidak Efisien
3 Pupuk 0,112 0,0003 0,0003 Tidak Efisien
4 Tenaga Kerja 0,386 0,011 0,0113 Tidak Efisien
Rata-rata 0,199 0,0031 0,0022 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Keterangan : ET = Efisiensi Teknis
EH = Efisiensi Harga
EE = Efisiensi Ekonomi

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui rasional akan berprinsip bagaimana dalam


bahwa nilai efisiensi ekonomi (EE) proses produksinya bisa mencapai tingkat
penggunaan faktor produksi pada usahatani efisiensi ekonomi yang maksimum.
cabai rawit adalah sebesar 0,0022, hal ini Konsep ini bisa diterapkan apabila petani
menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit dalam mengusahakan usahataninya bebas
tidak efisien secara ekonomi sehingga dari berbagai kendala dan keterbatasan.
perlu adanya pengurangan penggunaan Namun kenyataannya petani berada dalam
faktor-faktor produksi supaya tercapai kondisi dengan berbagai kendala, maka
kondisi yang efisien. yang dapat dilakukan petani adalah
Efisiensi ekonomi dapat tercapai membawa proses produksinya untuk
apabila usahatani cabai rawit sudah mencapai kondisi yang seefisien mungkin.
mencapai efisiensi teknis dan efisiensi
harga, sehingga untuk mencapai kondisi KESIMPULAN
usahatani cabai rawit yang efisien secara
ekonomi perlu dilakukan pengalokasian Faktor-faktor produksi berupa luas
penggunaan faktor-faktor produksi cabai lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja secara
rawit yang optimal, pengalokasian bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
penggunaan faktor-faktor produksi produksi cabai rawit, hal ini ditunjukkan
usahatani cabai rawit yang tepat mampu dengan koefisien elastisitas luas lahan,
menekan penggunaan faktor produksi yang pupuk dan tenaga kerja memiliki pengaruh
terbuang sehingga mampu mengurangi yang positif dan koefisien bibit memiliki
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengaruh negatif. Jumlah nilai elastisitas
pembelian faktor produksi, agar tercapai 0,798 kurang dari satu menunjukkan
keuntungan yang maksimal maka petani bahwa usahatani cabai rawit berada pada
harus mampu menggunakan seluruh skala usaha (Decreasing return to scale),
faktor-faktor produksi yang dimiliki secara artinya bahwa usahatani cabai rawit
efisien, baik itu dalam menghasilkan tersebut tidak berada pada kondisi skala
output secara efisien agar optimal dan juga hasil yang konstan.
guna memaksimumkan keuntungan yang Nilai efisiensi teknis sebesar 0,199
diperolehnya, maka perlu pengurangan lebih kecil dari 1, nilai efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi agar harga/alokatif yaitu 0,0031 lebih kecil dari
tercapai efisiensi ekonomi pada usahatani 1, sedangkan dilihat dari nilai efisiensi
cabai rawit di Kabupaten Kotawaringin ekonomi sebesar 0,0022 lebih kecil dari 1,
Barat. maka usahatani cabai rawit di lokasi
Analisis efisiensi diperlukan dalam penelitian tidak efisien secara teknis, harga
melakukan usahatani agar dalam dan ekonomi sehingga perlu pengurangan
penggunaan sarana produksi, petani tidak penggunaan faktor produksi.
melakukan pemborosan. Petani yang

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117
57
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai, Juni 2020, 10(1), 46-57. ISSN 2354-6379 EISSN 2686-3510

DAFTAR PUSTAKA Takeranklating, Kecamatan Tikung,


Kabupaten Lamongan). Jurnal
Andayani, S. A. (2016). Faktor-Faktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis,
yang Mempengaruhi Cabai Merah. 2(3), 211-225. doi:http://dx.doi.org/
Jurnal Mimbar Agribisnis,1(3), 10.21776/ub.jepa.2018.002.03.6
261-267.DOI: http://dx.doi.org/10.
25157/ma.v1i3.46 Priyono, W. (2019). Pupuk Untuk
Pertumbuhan Akar, Batang, dan
BPS Kotawaringin Barat. (2020). Daun Pada Tanaman Cabai.
Kotawaringin Barat Dalam Angka Retrieved from https://tipspetani.
Tahun 2019. Pangkalan Bun: com/pupuk-untuk-pertumbuhan-
Badan Pusat Statistik Kabupaten akar-batang-dan-daun-pada-
Kotawaringin Barat. tanaman-cabai/.

Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Priyono, W. (2017). 4 Jenis Pupuk Untuk
Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Cabai/Cabe Agar Berbuah Lebat.
Mikro. Yogyakarta: BPFE. Retrieved from https://tipspetani.
com/4-jenis-pupuk-cabaicabe-agar-
Irfan, R. (2019). Cara Menanam Cabai berbuah-lebat/.
Dengan Mudah dan Pasti Cepat
Saputro, J., Kruniasih, I & Subeni. (2013).
Panen. Retrieved from
Analisis Pendapatan dan Efersiensi
https://mesinpertanian.id/cara-
Usahatani Cabai Merah di
menanam-cabe/.
Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman. Jurnal Agros, 15(1), 111-
Jeosron, Suhartati & Fathorrozi. (2003).
122. Retrieved from http://e-
Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :
journal.janabadra.ac.id/index.php/J
Salemba Empat.
A/article/view/305.
Manurung, H., Asmara, R., & Maarthen,
N. (2018). Analisis Efisiensi Teknis Wijayanti, M., Hadi, M. S. & Pramono, E.
Usahatani Jagung Di Desa (2013). Pengaruh Pemberian Tiga
Maindu Kecamatan Montong, Jenis Pupuk Kandang dan Dosis
Kabupaten Tuban Menggunakan Urea pada Pertumbuhan dan Hasil
Pendekatan Stochastik Frontier Tanaman Cabai (Capssicum annum
Analysis (SFA). JEPA, 2(4), 293- L.). Jurnal Agrotek Tropika, 1(2),
302. doi:http://dx.doi.org/10. 217 172–178. http://jurnal.fp.unila.ac.id
76/ub.jepa.2018.002.04.4 /index.php/JA/article/viewFile/202
8/1785.
Moekasan, TK., Prabaningrum, L., Yoga,
W. A. & Putter, H. D. (2014). Yunus, S. (2019). Cara Memilih Benih
Panduan Praktis Budidaya Cabai Cabai Berkualitas Baik. Retrieved
Merah. Jakarta: Penebar Swadaya. from http://cybex.pertanian.go.id/
artikel/85384/cara-memilih-benih-
Nicholson, W. (1995). Mikroekonomi cabe-berkualitas-baik/.
Intermediate. Jakarta: Binarupa
Aksara. Zainudhin, Z. (2017). Jarak Tanam Cabai
Rawit yang Direkomendasikan
Nugraha, D., & Muhaimin, A. (2018). Untuk Petani. Retrieved from https:
Analisis Faktor - Faktor Produksi //www.agrotani.com/jarak-tanam-
Dan Pendapatan Usahatani Kedelai cabai-rawit-yang-direkomendasikan
Peserta Program Bantuan -untuk-petani/
Kerjasama Bank Indonesia Kedelai
Grobokan (Studi Kasus Di Desa

https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.117

Anda mungkin juga menyukai