RINGKASAN
EKO HENDRAWANTO. Analisis Pendapatan dan Produksi Cabang Usahatani
Cabai Merah. Dibawah bimbingan RATNA WINANDI.
Pulau Jawa merupakan produsen sayuran terbesar di Indonesia. Cabai
merah merupakan salah satu jenis sayuran yang dihasilkan pulau tersebut.
Sentra produksi cabai merah di Pulau Jawa adalah provinsi Jawa Barat, produksi
provinsi tersebut mencapai 54,25 persen dari total produksi cabai merah di Pulau
Jawa. Produktivitas dan harga cabai merah cenderung mengalami fluktuasi.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu produsen cabai merah di provinsi Jawa
Barat. Produktivitas cabai merah di Kabepaten Bogor cenderung berfluktuasi
selama tahun 2004 hingga 2005. Produktivitas pada tahun 2005 mengalami
penurunan sebesar 15,41 persen.
Tujuan penelitian ini, antara lain (1) menganalisis tingkat pendapatan
cabang usahatani cabai merah ; (2) menganalisis faktor-faktor produksi yang
berpengaruh terhadap produksi dan skala usaha (return to scale) cabang
usahatani cabai merah ; dan (3) menganalisis dampak perubahan harga cabai
merah terhadap efisiensi alokasi faktor produksi cabang usahatani cabai merah.
Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret
2008. Lokasi dipilih secara acak dengan pertimbangan setiap lokasi mempunyai
peluang yang sama sebagai lokasi penelitian. Responden dalam penelitian ini
diperoleh dengan metode snowballing sampling. Responden yang digunakan
berjumlah 30 orang petani cabai merah. Pendekatan yang digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian yaitu (1) analisis pendapatan dan rasio R/C ; dan (2)
analisis produksi. Analisis produksi dilakukan dengan pendekatan fungsi produksi
eksponensial.
Analisis pendapatan didekati dengan dua indikator yaitu pendapatan kerja
petani dan kerja keluarga. Pendapatan kerja petani pada cabang usahatani cabai
merah yaitu sebesar Rp 4 597 870, 97 untuk setiap 2.080 meter persegi lahan
yang digunakan. Pendapatan kerja keluarga untuk luasan lahan yang sama
adalah sebesar Rp 7 278 902, 09. Rasio penerimaan terhadap pengeluaran
dibedakan sebagai rasio atas biaya tunai dan total. Rasio tersebut masing-
masing yaitu 2,59 dan 1,59, secara umum dapat dikatakan bahwa cabang
usahatani cabai merah di lokasi penelitian mampu memberikan manfaat finansial
bagi petani. Ukuran efisiensi lain yaitu produktivitas pertanaman, cabai merah di
lokasi penelitian mempunyai produktivitas sebesar 0,44 kilogram per tanaman.
Produktivitas tersebut masih rendah, jika ditelusuri lebih lanjut masalah diduga
disebabkan karena tingkat penggunaan pupuk kimia yang masih rendah.
Kombinasi pupuk kimia yang digunakan lebih dominan pada N, sementara
kombinasi yang dianjurkan lebih dominan pada unsur P.
Produksi cabang usaha cabai merah dipengaruhi oleh tenaga kerja,
benih, pupuk urea, SP 36, KCl dan pupuk kandang. Skala usaha cabang
usahatani cabai merah adalah increasing return to scale, hal ini ditunjukkan
dengan elastisitas produksi sebesar 1,28533. Elastisitas tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa jika tingkat penggunaan seluruh faktor produksi
digandakan 1 kali, maka akan diperoleh peningkatan produksi sebesar 1,28533
kali lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa cabang usahatani cabai merah
secara ekonomis masih menguntungkan untuk dikembangkan.
Tingkat penggunaan tenaga kerja, pupuk urea, SP 36, KCl dan pupuk
kandang masih belum optimum. Tingkat penggunaan tenaga kerja tidak optimum
karena digunakan dalam jumlah berlebihan, hal ini ditunjukkan dengan rasio
NPM : BKM yang lebih rendah dari satu. Tingkat penggunaan pupuk kandang
maupun kimia tidak optimum karena digunakan dalam jumlah terlalu rendah. Hal
ini ditunjukkan dengan rasio NPM : BKM lebih besar dari satu.
Perubahan harga cabai merah berpengaruh terhadap perubahan rasio
nilai marjinal produk terhadap biaya korbanan marjinal. Rasio NPM : BKM yang
semula lebih rendah dari satu, maka akan semakin mendekati satu akibat
peningkatan harga tersebut. Kondisi sebaliknya terjadi akibat penurunan harga
cabai merah. Rasio NPM : BKM yang semula lebih besar dari satu akan semakin
besar, sehingga semakin jauh dari titik optimum akibat peningkatan harga cabai
merah. Kondisi sebaliknya akan terjadi akibat penurunan harga cabai merah.
Saran yang dapat diajukan antara lain peningkatan jumlah pupuk kimia
maupun pupuk kandang, sedangkan jumlah tenaga kerja yang digunakan
dikurangi, sehngga diharapkan terjadi tingkat penggunaan input produksi yang
efisien. Tingkat penggunaan input yang efisien diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas tanaman cabai merah.
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI
MERAH BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 25 Juni 2008
Eko Hendrawanto
A 14105535
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 03 Oktober
1982, putera dari keluarga Bapak Suwardi Hendro Pranoto dan Ibu Dwi
Hastutiningsih. Penulis merupakan putera pertama dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD negeri II Maron pada tahun 1989
hingga lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri I
Garung pada tahun yang sama hingga lulus pada tahun 1998. Sekolah
Menengah Kejuruan Pertanian (STM Pembangunan) merupakan tempat dimana
penulis menempuh pendidikan kejuruan Teknologi Hasil Pertanian selama 4
tahun (tingkat 1 hingga 4). Tahun 2002 penulis lulus kemudian diterima sebagai
mahasiwa pada Program Studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan lulus pada
tahun 2005. Penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis
Pendapatan dan Produksi Cabang Usahatani Cabai Merah . Skripsi ini disusun
sebagai syarat penyelesaian pendidikan pada program sarjana (S1) Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Komoditas cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran utama
di Indonesia. Sentra produksi cabai merah terbesar di Indonesia adalah Propinsi
Jawa Barat. Bogor merupakan salah satu Kabupaten penghasil cabai merah di
Jawa Barat, namun dari segi produktivitas relatif masih rendah. Hal yang menarik
dari komoditas cabai merah adalah fluktuasi harga. Penelitian ini ini dilakukan
untuk mempelajari cabang usahatani cabai merah dari aspek ekonomi dan
produksi. Aspek ekonomi yang dimaksud adalah kondisi pendapatan cabang
usahatani. Aspek produksi yang dipelajari antaralain faktor produksi yang
berpengaruh terhadap produksi, skala usaha dan tingkat penggunaan faktor
produksi.
Hasil penelitian dapat digambarkan secara umum bahwa produktivitas
cabai merah dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP
36, KCl dan pupuk kandang. Tingkat penggunaan faktor-faktor produksi tersebut
masih belum optimum. Berdasarkan kondisi tersebut keuntungan yang lebih
tinggi masih berpeluang diperoleh melalui penggunaan faktor produksi secara
optimum.
8. Seluruh rekan seperjuangan Abdi Haris, Alam Lazuardi, Erwin Fahri, Kholid
Samsurrizal, Tenri Wali, Dafri Aryadi, Yudistira Marfianda, Zaky Adnani,
Akbar Zamani, Northa Idaman, Encep Zaky, Nelda Yesi Romauli Sitanggang,
Rilian Sari, Amatu As Saheda, Ruri Kurnia Herlita, Marliana, Thia Anggraeni
Nash atas segala dukungan, kritik, saran yang telah diberikan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dengan segala keterbatasan wawasan dan pikiran
penulis, sehingga sangat disadari bahwa masih banyak kekurangan pada tulisan
ini. Kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan sehingga dimasa
mendatang dapat lebih baik. Semoga apa yang telah dituangkan dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 25 Juni 2008
Eko Hendrawanto
A14105535
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cabai ........................................................................................... 7
2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................... 7
2.2.1. Pendapatan ...................................................................... 7
2.2.2. Efisiensi Faktor Produksi .................................................. 8
2.3. Keterkaitan Dengan Penelitian Terdahulu ................................... 18
2.4. Analisis Cabang Usahatani .......................................................... 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 21
3.1.1. Fungsi Produksi ................................................................ 21
3.1.2. Skala Usaha (Return To Scale) ........................................ 27
3.1.3. Tingkat Penggunaan Faktor Produksi Optimum ............... 29
3.1.4. Pendapatan Cabang Usahatani ........................................ 31
3.1.5. Faktor-Faktor Produksi Yang Berpengaruh ...................... 34
3.1.6. Perumusan Hipotesis ........................................................ 35
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 36
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 40
4.2. Metode Pengambilan Contoh ....................................................... 41
4.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 42
4.4. Analisis Data ................................................................................. 42
4.4.1. Analisis Pendapatan Cabang Usahatani ........................... 42
4.4.2. Analisis Produksi ............................................................... 46
4.4.3. Analisis Faktor Produksi Cabang Usahatani ..................... 48
4.4.4 Analisis Tingkat Penggunaan Masukan Optimum ............ 46
4.4.5. Pengujian Hipotesis .......................................................... 53
4.5. Konsep Dan Pengukuran Peubah ................................................ 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi dan Produktivitas Sayuran di Pulau Jawa ............................. 2
2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Cabai Merah di Jawa
Barat, 2001-2005. ................................................................................. 3
3. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai Merah di
Kabupaten Bogor, 2004-2006............................................................... 5
4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai Merah di Wilayah
Bogor Tengah ....................................................................................... 40
5. Desa di Kecamatan Megamendung berdasarkan Luas Lahan
Cabai Merah pada Tahun 2007 ............................................................ 41
6. Analisis Ragam terhadap Model Penduga Fungsi Produksi. ................ 47
7. Uji Signifikansi Parameter Penduga Fungsi Produksi. ......................... 54
8. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukagalih, 2008 ........................... 58
9. Luas Lahan Pertanian di Desa Sukagalih ............................................. 59
10. Hubungan Karakteristik Responden dengan Penerimaan
Cabang Usahatani Cabai Merah di Desa Sukagalih ............................ 66
11. Hubungan Karakteristik Responden dengan Rasio R/C Atas
Biaya Total Cabang Usahatani Cabai Merah di Desa Sukagalih ......... 67
12. Hubungan Karakteristik Responden dengan Rasio R/C Atas
Biaya Tunai Cabang Usahatani Cabai Merah di Desa Sukagalih ........ 67
13. Perbandingan Dosis Pupuk di Lokasi Penelitian dengan Dosis
Standar ................................................................................................. 73
14. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja pada Cabang Usahatani Cabai
Merah per 2.080 meter persegi di Desa Sukagalih, 2007 .................... 75
15. Biaya Sarana Produksi Cabang Usahatani Cabai Merah per 2.080
meter persegi di Desa Sukagalih, 2007 ................................................ 77
16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Cabang
Usahatani Cabai Merah per 2.080 meter persegi di Desa
Sukagalih, 2007 .................................................................................... 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Fungsi Produksi : Total, Marjinal dan Rata-rata Produk ................. 22
2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 39
3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...................................... 60
4. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam
Kelompok Tani di Desa Sukagalih .................................................. 60
5. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan ............. 61
6. Prosentase Pekerjaan Sampingan Responden, 2008 .................... 62
7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2008 ....... 63
8. Distribusi Alasan Responden dalam Bertani Cabai Merah .............. 64
9. Distribusi Komoditas yang Dibudidayakan oleh Responden ........... 65
10. Distribusi Harga Cabai Merah pada setiap Panen di Desa
Sukagalih (Rp/kg), 2007 .................................................................. 85
11. Distribusi Hasil Panen Cabai Merah per 2.080 meter persegi di
Desa Sukagalih (Kg), 2007 .............................................................. 85
12. Distribusi Penerimaan Cabang Usahatani Cabai Merah per 2.080
meter persegi (Rp), 2007 ................................................................. 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Harga Cabai Merah Ditingkat Petani di Jawa Barat (Rp/100kg) ......... 122
2. Penurunan Fungsi Produksi untuk Pendugaan Return To Scale ....... 123
3. Penurunan Model Penduga Fungsi Produksi dengan Restriksi ......... 125
4. Frekuensi Petani Berdasarkan Indikator Efisiensi dan Karakteristik
Responden ......................................................................................... 126
5. Nilai Harapan Berdasarkan Indikator Efisiensi dan Karakteristik
Responden ......................................................................................... 126
6. Nilai Khi Kuadrat Berdasarkan Indikator Efisiensi dan Karakteristik
Responden ......................................................................................... 127
7. Harga Beli Sarana Produksi Per Responden pada Cabang
Usahatani Cabai Di Desa Sukagalih, (Ribu Rp per kemasan) ........... 128
8. Biaya Sarana Produksi Per Responden pada Cabang Usahatani
Cabai Di Desa Sukagalih, Rupiah. ..................................................... 129
9. Jumlah Tenaga Kerja Setara Pria dari Luar Keluarga (HKP) ............. 130
10. Jumlah Tenaga Kerja Setara Pria dari Keluarga (HKP) ..................... 131
11. Jumlah Tenaga Kerja Setara Pria TKDK dan TKLK pada Cabang
Usahatani Cabai (HKP) ...................................................................... 132
12. Data Dasar Penghitungan Biaya Penyusutan per Responden pada
Cabang Usahatani Cabai Di Desa Sukagalih. .................................... 133
13. Biaya Sewa Lahan per Responden Cabang Usahatani Cabai ........... 134
14. Harga per Responden pada Cabang Usahatani Cabai Di Desa
Sukagalih, (Rupiah per kilogram) ....................................................... 135
15. Hasil Panen per Responden pada Cabang Usahatani Cabai Di
Desa Sukagalih, ( Kilogram) ............................................................... 136
16. Sebaran Efisiensi dan Penerimaan Cabang Usahatani ..................... 137
17. Uji Nilai Tengah Sebaran Rasio R/C .................................................. 138
18. Hasil Pendugaan Fungsi produksi Model I. ........................................ 139
19. Koefisien Korelasi antar Peubah Bebas pada Model I. ...................... 140
20. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Model II. ....................................... 141
21. Koefisien Korelasi antar Peubah pada Model II. ................................. 142
I. PENDAHULUAN
pada Tabel 2, dapat dilihat terdapat fluktuasi antar tahun. Fluktuasi tersebut
diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, karena secara teoritis hubungan
tersebut digambarkan dalam fungsi produksi. Faktor produksi dapat berupa
masukan (input) produksi maupun faktor iklim. Masukan (input) seperti sarana
produksi pertanian masih dapat dikendalikan oleh petani, sedangkan curah
hujan, suhu, dan berbagai variabel iklim yang lain tentu diluar kendali petani
(Dillon, 1990).
Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Cabai Merah di Jawa
Barat, 2001-2005.
Tahun
Cabai Merah Perubahan
1)
(%)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
A
2)
B
3)
C
4)
2001 16851 15983 9.48 - - -
2002 17867 150948 8.45 0.06 8.44 -0.11
2003 20304 2473 12.18 0.14 -0.98 0.44
2004 20246 21125 10.43 0.00 7.54 -0.14
2005 21473 267369 12.45 0.06 1.66 0.19
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Keterangan :
1)
perubahan terhadap tahun sebelumnya,
2)
luas panen,
3)
produksi,
4)
produktivitas
Masukan produksi mempunyai nilai ekonomis yang penting dalam
usahatani. Masukan produksi merupakan sumber biaya pada suatu usahatani,
sehingga harus digunakan dengan efisien. Usahatani diharapkan dapat
dilakukan dengan biaya produksi minimal, namun dihasilkan keuntungan yang
maksimum. Biaya sarana produksi dapat dikendalikan melalui alokasi jumlah
yang tepat, sehingga setiap masukan dapat digunakan dengan efisien.
Keuntungan maksimum usahatani diharapkan dapat dicapai melalui efisiensi
tersebut.
Harga cabai merah di tingkat petani cenderung mengalami fluktuasi,
kecenderungan tersebut terjadi setiap bulan. Harga cabai merah di Jawa Barat
antara tahun 1999 hingga 2005 dapat disimak pada Lampiran 1. Harga rata-rata
anggota kelompok tani diketahui lebih tinggi. Resiko produksi tomat masih belum
dapat ditekan secara optimal oleh kelompok tani.
Penelitian tentang efisiensi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
budidaya salak bongkok dilakukan oleh Maya pada tahun 2006. Faktor produksi
salak bongkok diduga meliputi luas lahan, umur tanaman, jumlah tanaman,
pengalamam, tenaga kerja, pupuk kandang, dan pupuk urea. Pupuk urea
digunakan sebagai peubah boneka (dummy), sehingga produksi dengan dan
tanpa pupuk urea dapat dibedakan. Model analisis yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah model fungsi Cobb-Douglas. Peubah-peubah dugaan
diketahui signifikan pada selang kepercayaan 95 hingga 99 persen. Faktor-faktor
produksi yang digunakan masih belum optimal, jika dilihat dari rasio NPM dan
BKM yang tidak sama dengan satu. Kombinasi optimal yang disarankan yaitu
luas lahan 0,35 hektar dan tenaga kerja 84,01 HOK. Skala ekonomi usaha
budidaya salak bongkok tersebut adalah skala decreasing return to scale.
Elastisitas produksi yang diperoleh adalah 0,594, sehingga menurut teori
produksi klasik usaha tersebut ada pada daerah II.
Efisiensi faktor produksi pada usahatani padi sudah dianalisis oleh
Irawati (2006), penelitian dilakukan terhadap petani program PTT dan petani
bukan program PTT di Karawang. Metode analisis yang digunakan adalah fungsi
produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi yang digunakan petani program PTT
berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi pada selang kepercayaan
95 persen. Faktor-faktor produksi tersebut meliputi luas lahan, benih, pupuk urea,
pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja, sedangkan pupuk SP-36 dan obat padat
tidak berpengaruh nyata. Hasil uji terhadap faktor produksi yang digunakan
petani bukan program PTT, diketahui bahwa luas lahan, benih, pupuk NPK dan
tenaga kerja berpengaruh nyata sedangkan pupuk SP-36, obat padat dan cair
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Faktor produksi yang digunakan
kedua kelompok petani masih belum efisien, hal ini diketahui dari rasio NPM dan
BKM tidak sama dengan satu.
Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2005) diarahkan pada analisis
penyebab rendahnya produkivitas padi ladang, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap produktivitas dan efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi. Analisis
yang digunakan yaitu pendapatan usahatani, dan fungsi produksi Cobb Douglas.
Faktor determinan produktivitas padi ladang diidentifikasi berdasarkan statistik uji
t terhadap koefisien regresi. Efisiensi ekonomi dianalisis dengan pendekatan
rasio nilai produk marjinal dengan biaya korbanan marjinal.
Pendapatan usahatani padi ladang yang diteliti oleh Purba (2005)
dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan total. Pendapatan atas
biaya tunai dari usahatani tersebut sebesar Rp 1 104 326 sedangkan
pendapatan atas biaya total Rp 520 854. Usahatani padi ladang kurang
menguntungkan ditunjukkan oleh rasio R/C atas biaya total sebesar 0,75, namun
bagi petani masih menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh 3,01 kali
lebih besar dari biaya tunai yang dikeluarkan (R/C tunai = 3,01).
Faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas padi ladang yaitu tenaga
kerja dalam dan luar keluarga. Produksi padi ladang sangat dipengaruhi oleh
kedua kelompok tenaga kerja tersebut. Benih, pupuk dan pestisida tidak
berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi ladang. Usahatani padi ladang
berada pada skala pengembalian yang meningkat, hal ini ditunjukkan oleh
elastisitas produksi sebesar 1,17. Efisiensi ekonomi pada usahatani tersebut
belum berhasil dicapai. Nilai rasio NPM dibanding BKM tidak sesuai dengan
kriteria, sehingga komposisi faktor produksi yang digunakan harus diubah.
Analisis efisiensi faktor produksi udang tambak di Indonesia dilakukan
oleh Nasution pada tahun 2005. Penelitian tersebut dilakukan untuk
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi udang tambak, tingkat
efisiensi produksi dan menganalisis nilai total factor productivity usaha budidaya
udang tambak. Penelitian tersebut didasarkan pada hipotesis awal yaitu : 1) input
produksi digunakan dengan kombinasi yang belum optimal oleh petani tambak di
Indonesia dan 2) lahan, benur, tenaga kerja, pestisida dan masukan produksi
lain berbanding lurus dengan produksi yang dihasilkan.
Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan sebagai pendekatan analisis
faktor determinan produksi udang tambak. Efisiensi penggunaan faktor produksi
dianalisis dengan pendekatan rasio NPM dibanding BKM. Analisis terhadap total
faktor produktivitas relatif lebih rumit, karena pendekatan yang digunakan adalah
fungsi produksi Cobb Douglas restriksi. Restriksi tersebut berarti fungsi produksi
dikondisikan pada skala pengembalian konstan, ditunjukkan dengan elastisitas
produksi sama dengan satu. Kendala ditemukan dalam pendugaan fungsi
produksi, ditemukan adanya multikolinier antar faktor produksi. Permasalahan
tersebut kemudian diatasi dengan analisis komponen utama. Produksi udang
tambak di Indonesia sangat nyata dipengaruhi oleh luas tambak, tenaga kerja
dan pestisida. Produksi tambak dipengaruhi oleh pupuk organik dan anorganik
pada selang kepercayaan 90 persen.
Usaha budidaya tambak udang di Indonesia masih dapat dikembangkan
karena mempunyai skala pengembalian yang meningkat. Elastisitas produksi
sebesar 1,8337 merupakan indikator kondisi tersebut. Efisiensi ekonomi belum
dicapai, ditunjukkan dengan rasio NPM dibanding BKM tidak sama dengan satu.
Total faktor produktivitas sebesar -9,26 persen, berarti secara agregat tidak
terjadi peningkatan teknologi dalam produksi udang di Indonesia, namun
sebaliknya terjadi penurunan.
Penelitian dengan topik efisiensi penggunan faktor produksi dilakukan
oleh Retmawati (2005) terhadap petani padi sawah dan padi ladang. Penelitian
tersebut dilakukan agar diperoleh suatu gambaran perbandingan usahatani padi
sawah dan padi ladang. Kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan
yaitu pendapatan usahatani, produktivitas, tingkat penggunaan masukan
produksi dan efisiensi usahatani. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
tersebut yaitu analisis pendapatan, analisis produktivitas, analisis efisiensi
penggunaan faktor produksi dan analisis fungsi produksi Cobb Douglas.
Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa usahatani padi sawah lebih
menguntungkan dibanding padi ladang. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk
kedua jenis usahatani padi sama, namun keuntungan total dari padi sawah
diperoleh Rp 1 667 410 dengan rasio R/C 1,55, sedangkan padi ladang lebih
rendah yaitu Rp1 161 582 dengan rasio R/C 1,44. Perbedaan tersebut
disebabkan karena produktivitas padi sawah sebesar 12.148,2 kg per hektar,
sedangkan produktivitas padi ladang lebih rendah yaitu 7.941,65 kg per hektar.
Harga jual kedua jenis padi sama yaitu Rp 1 100 per kg.
Peubah boneka yang digunakan sebagai pembeda antara usahatani padi
sawah dan ladang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Kondisi tersebut
disebabkan karena benih, pupuk dan perlakuan pemupukan yang sama pada
kedua usahatani. Elastisitas produksi usahatani padi sawah dan ladang sebesar
1,26573, berarti usahatani berada dalam skala pengembalian meningkat.
Efisiensi penggunaan faktor produksi pada kedua usahatani belum tercapai, hal
ini ditunjukkan dengan rasio NPM dibanding BKM tidak sama dengan satu.
Kombinasi optimal untuk usahatani padi sawah yaitu 0,87 hektar lahan, 9,30 kg
benih, 47,23 pupuk KCL, 102,32 kg pupuk TSP dan 56,09 HOK tenaga kerja.
Kombinasi optimal pada usahatani padi ladang yaitu 1,08 hektar lahan, 8,11 kg
benih, 31,02 pupuk KCL, 106,08 kg pupuk TSP dan 69,45 HOK tenaga kerja.
Penelitian Vidiayanti (2004) mempunyai topik yang sama tetapi obyek
yang dianalisis adalah usaha ternak sapi perah. Penelitian tersebut dilakukan
untuk menganalisis tingkat pendapatan, skala pengembalian ekonomi dan
dan mortalitas tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras
pedaging. Peubah bebas dalam model berada pada daerah rasional, ditunjukkan
dengan nilai koefisien regresi bernilai positif dan lebih rendah dari satu.
Efisiensi ekonomi produksi diperlukan agar keuntungan maksimum dapat
dicapai. Efisiensi ekonomi pada beberapa faktor produksi belum dicapai, jika
dilihat dari rasio NPM dibanding BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi
pakan starter, pakan finisher dan tenaga kerja secara statistik belum efisien.
Tingkat penggunaan masing-masing faktor produksi harus ditingkatkan menjadi
7.129 kg pakan starter, 10.570 kg pakan finisher dan 704,55 HOK tenaga kerja.
Perubahan tersebut berdampak pada perbedaan pendapatan aktual dan optimal.
Pendapatan bersih pada kondisi aktual sebesar Rp 6 067 386, rasio R/C 1,1 dan
rasio B/C 0,1, pada kondisi optimal mengalami peningkatan menjadi masing-
masing Rp 21 785 728, rasio R/C 1,346 dan rasio B/C 0,346.
Pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi padi gogo
tumpang sari jagung diteliti oleh Susanto (2004). Penelitian tersebut bertujuan
untuk menganalisis keragaan usahatani, tingkat pendapatan dan produktivitas,
dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi gogo
tumpangsari jagung. Hipotesis awal dari penelitian Susanto (2004) yaitu 1) biaya
produksi secara keseluruhan dapat ditutupi oleh nilai pendapatan, 2) luas lahan,
benih, pupuk kimia dan tenaga kerja mempunyai hubungan nyata dengan
produksi padi gogo, dan 3) keuntungan maksimal dapat dicapai jika tingkat
penggunaan faktor-faktor produksi sudah optimal.
Responden sebanyak 30 orang dalam penelitian tersebut diundi secara
acak sederhana. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan,
analisis regresi dan analisis efisiensi ekonomi. Hipotesis pertama diterima karena
rasio R/C atas biaya tunai sebesar 2,92 dan rasio R/C atas biaya diperhitungkan
sebesar 1,09. Rasio R/C tersebut berarti secara keseluruhan biaya produksi
dapat ditutupi oleh nilai pendapatan yang diperoleh petani.
Produksi padi gogo dipengaruhi oleh benih, pupuk urea dan pupuk TSP.
Hasil tersebut diketahui dari hasil statistik uji t (parsial) bahwa koefisien regresi
benih nyata pada = 1 %, pupuk urea nyata pada = 10 % dan pupuk TSP
nyata pada = 1 %. Benih dan pupuk TSP mempunyai pengaruh yang sangat
nyata terhadap produksi padi gogo, hal ini ditunjukkan dengan taraf nyata 1
persen. Produksi padi gogo berada pada skala pengembalian meningkat, hal ini
ditunjukkan dengan elastisitas produksi sebesar 1,36. Tingkat penggunaan
faktor-faktor produksi belum optimal, hal ini diketahui dari rasio NPM dibanding
BKM tidak sama dengan satu. Tingkat penggunaan optimal adalah sebagai
berikut luas lahan 3,34 hektar, benih 61,5 gram , pupuk urea 0,26 kg dan tenaga
kerja 35 HOK.
2.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan pendapatan, produksi dan efisiensi
ekonomi usahatani telah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil dari setiap
penelitian sangat beragam, namun terdapat kesamaan pada metode analisis
yang digunakan. Kesamaan yang lain adalah jenis data yang digunakan dalam
penelitian usahatani yaitu data cross section pada waktu tertentu. Perubahan
dapat terjadi karena pengaruh waktu, harga input dan output usahatani mungkin
telah mengalami perubahan sejak penelitian dilakukan. Pendapatan dan efisiensi
ekonomi mungkin telah mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat diperoleh suatu
gambaran pendapatan, produksi dan efisiensi ekonomi cabang usahatani
khususnya cabai merah pada saat penelitian dilakukan.
Increasing
marginal
return
Output
Output
Decreasing
marginal return
APP
MPP
Input
Negative
marginal return
TPP
Stage I Stage II Stage III
Input
Ep > 1 1> Ep > 0 Ep < 0
Keterangan : APP : Average Physical Product
MPP : Marginal Physical Product
TPP : Total Physical Product
Sumber : Snodgrass and Wallace, 1964 dan Kay . et. al, 2004.
Gambar 1. Fungsi Produksi : Total, Marjinal dan Rata-rata Produk
Hubungan antara TPP, APP dan MPP biasanya digunakan untuk
membedakan fungsi produksi menjadi tiga daerah. Daerah I dimulai dari titik awal
dimana tidak ada input yang digunakan hingga titik APP maksimum tepat
berpotongan dengan MPP. Daerah I jika dikaitkan dengan tujuan petani untuk
mencapai keuntungan maksimum, maka daerah tersebut merupakan daerah
produksi yang tidak rasional. Produksi (TPP) yang lebih besar masih berpeluang
untuk dicapai jika jumlah input yang digunakan ditingkatkan, maka menjadi tidak
rasional jika jumlah input yang digunakan dipertahankan pada titik tersebut.
Produktivitas input tetap mengalami peningkatan pada daerah tersebut (Kay. et.
al., 2004).
Daerah produksi yang selanjutnya adalah daerah II yang dimulai dari titik
perpotongan MPP dengan APP (maksimum APP) hingga titik nol MPP. Efisiensi
tertinggi dari input tidak tetap yang digunakan tercapai ketika MPP berpotongan
dengan APP, yaitu tepat pada garis batas antara daerah I dengan II. Produk
marjinal (MPP) juga mengalami penurunan hingga titik nol pada daerah II.
Daerah II merupakan daerah produksi yang rasional. Daerah produksi yang
terakhir adalah daerah III yang ditunjukkan oleh penurunan produksi (TPP) dan
marjinal produk (MPP) bernilai negatif. Daerah tersebut merupakan daerah
produksi yang tidak rasional (Kay. et. al., 2004).
Daerah produksi dapat dikaitkan dengan rekomendasi ekonomi bagi
produsen atau petani. Daerah pertama yaitu ketika produk marjinal lebih besar
dari produk rata-rata, maka jumlah alokasi faktor produksi sebaiknya ditingkatkan
hingga titik maksimum produk marjinal tercapai. Efisiensi faktor produksi tidak
tetap terjadi pada daerah kedua, dimana produk rata-rata mencapai puncak dan
mulai mengalami penurunan. Daerah yang ketiga dimana produk rata-rata lebih
besar dari produk marjinal, maka tidak rasional untuk menambah faktor produksi
(Doll dan Orazem, 1984).
Fungsi produksi merupakan fungsi yang menunjukkan hubungan antara
hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (masukan (input)).
Fungsi produksi menurut Murbayanto (1989), Wallace and Snodgrass (1964),
Buse and Bromley (1975), Doll and Orazem (1984) serta Heady and Dillon
(1961) dapat dirumuskan dalam bentuk matematis sebagai berikut:
( )
n
........X ,
2
X ,
1
X f Y = ...................................................................... (1)
Keterangan Y = hasil produksi fisik
X
1
.....X
n
= faktor-faktor produksi
Fungsi produksi yang sering digunakan yaitu fungsi linier, kuadratik,
eksponensial, transcendental, translog dan Constant Elasticity of Substitution
(Soekartawi,1984). Fungsi produksi juga dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi
spillman, fungsi hiperbolik dan sebagainya. Pendekatan yang sudah banyak
Keterangan : Y* = Y
a*, b
1
*, b
2
*, b
3
*,
b
n
* = a, b
1
, b
2
, b
3
,
b
n
X
1
*, X
2
*, X
3
*, X
n
* = X
1
, X
2
, X
3
, X
n
Peubah-peubah dalam persamaan (6) bagian atas dapat didefinisikan
kembali, maka diperoleh persamaan (7). Model persamaan (7) tidak ubahnya
seperti model regresi linier dengan peubah dan parameter berbentuk linier.
Parameter atau koefisien regresi dari model tersebut dapat diduga dengan
pendekatan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) (Gujarati, 1988).
Teknik penyelesaian fungsi produksi Cobb Douglas dengan
dilogaritmakan dan diubah menjadi fungsi linier. Fungsi produksi dengan teknik
transformasi tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : 1) tidak ada
nilai pengamatan yang bernilai nol, 2) tidak ada perbedaan teknologi pada setiap
2. E(u
i
) = 0 atau E(u
i
| x
i
) = 0 atau E(Y
i
) =
1
+
2
X
i
u
i
menyatakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Y
i
akan tetapi tidak
terwakili dalam model. Asumsinya pengaruh u
i
terhadap Y
i
diabaikan.
3. Kovarian antara u
i
dan X
i
nol atau cov (u
i
, X
i
) = 0. asumsi tersebut berarti
tidak ada korelasi antara u
i
dan X
i
.
3.1.2. Skala Usaha (Return to Scale)
Hukum pengembalian yang semakin berkurang (law of diminishing return)
sangat penting dari sudut pandang teoritis maupun praktis (Kay, et. al. 2004).
Hukum tersebut juga dikenal sebagai hukum produktivitas yang semakin
berkurang (law of diminishing productivity). Interpretasi hukum tersebut yaitu jika
jumlah salah satu masukan produksi ditambah sementara semua masukan yang
lain dipertahankan tetap (konstan), maka jumlah tambahahan keluaran per unit
masukan kemungkinan akan semakin berkurang (Doll dan Orazem, 1984).
Hukum pengembalian yang semakin berkurang (law of diminishing return)
ambigu karena acuan yang digunakan berbeda-beda. Tiga indikator dalam fungsi
produksi klasik yaitu total produk (TPP), marjinal produk (MPP) dan rata-rata
produk (APP). Titik dimana mulai terjadi penurunan pada ketiga indikator tersebut
berbeda, sementara law of diminishing return digambarkan oleh penurunan
tersebut. Antisipasi masalah tersebut maka hukum pengembalian yang semakin
berkurang diterapkan secara langsung pada marjinal produk atau dikenal hukum
pengembalian marjinal yang semakin berkurang (law of diminishing marginal
return). Solusi lain yang dapat digunakan adalah elastisitas produksi (Doll dan
Orazem, 1984). Elastisitas produksi merupakan konsep yang mengukur tingkat
respon antara masukan dan keluaran.
Hukum pengembalian yang semakin berkurang mempunyai tiga sifat
yang perlu ditekankan. Sifat yang pertama adalah hukum tersebut berlaku jika
satu atau lebih input tetap digunakan dalam produksi. Sifat yang kedua yaitu
definisi hukum tersebut tidak mencakup diminishing marginal return sejak unit
pertama dari input tidak tetap (titik awal penggunaan input tidak tetap). Sifat yang
ketiga yaitu hukum tersebut berdasarkan pada proses biologis yang ditemukan
pada produksi pertanian (Kay, et. al., 2004)
Skala Usaha diperlukan untuk mengetahui apakah suatu usaha yang
diteliti mengikuti kaidah incereasing, constant atau decreasing return to scale
(Soekartawi,1990). Skala usaha dapat diketahui dari nilai elastisitas produksi.
Skala usaha dapat dibagi dalam tiga kemungkinan sebagai berikut :
1. Decreassing return to scale, bila nilai elastisitas produksi (Ep) < 1. Kondisi
ini dapat diartikan bahwa proporsi tambahan masukan produksi melebihi
proporsi tambahan keluaran produksi.
2. Constant return to scale, bila nilai elastisitas produksi (Ep) = 1. Kondisi
demikian berarti tambahan keluaran produksi dihasilkan dari tambahan
masukan produksi dengan proporsi yang sama.
3. Increasing return to scale, bila nilai elastisitas produksi (Ep) > 1. Kondisi
demikian berarti proporsi keluaran produksi yang dihasilkan lebih besar
dibanding proporsi tambahan masukan produksi.
Definisi Skala usaha sering dikaitkan langsung dengan keluaran,
sehingga dapat dikatakan sebagai ukuran perubahan keluaran yang disebabkan
oleh perubahan semua masukan secara proporsinal (Doll dan Orazem, 1984).
Diseconomies of scale terjadi ketika proporsi perubahan keluaran lebih rendah
dari proporsi perubahan masukan. Kondisi sebaliknya ketika proporsi perubahan
keluaran sama dengan atau lebih besar dari proporsi perubahan masukan maka
terjadi ekonomi skala usaha (economies of scale) (Doll dan Orazem, 1984).
Return to scale dapat diduga dari fungsi produksi yang digunakan. Return
to scale diduga dengan cara menyatakan hubungan antara RHS dan LHS dalam
input, harga ouput dan harga input. Fungsi produksi cabang usahatani dapat
dilihat pada persamaan (12), kemudian kondisi keuntungan maksimum dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1
BKM
NPM
1
1
PX
1
X
Py Y
1
b
Py
1
PX
1
X
Y
1
b
Py
1
PX
1
X
bn
n
X
b2
2
X
1
b
1
aX
1
b
Py
1
PX
bn
n
X
b2
2
X
1
1
b
1
aX
1
b
Py
i
PX
i
dX
dY
bn
n
X
b2
2
X
1
b
1
aX Y
= =
= =
=
=
=
........................................ (12)
3.1.4. Pendapatan Cabang Usahatani
Pendapatan cabang usahatani dalam penelitian ini dianalisis dengan
pendekatan analisis usahatani. Analisis tersebut meliputi analisis keuntungan
dan rasio R/C. Analisis tersebut dimulai dengan identifikasi biaya dan
penerimaan usahatani. Hasil identifikasi tersebut digunakan untuk perhitungan
nilai keuntungan dan rasio R/C. Gambaran keuntungan cabang usahatani cabai
merah diharapkan diperoleh dari hasil analisis tersebut.
Penerimaan usahatani menurut Soeharjo dan Patong (1973) dapat
diwujudkan dalam tiga hal, yaitu : hasil penjualan produksi; produk yang
dikonsumsi selama melakukan kegiatan; dan kenaikkan nilai inventaris. Konsep
penerimaan usahatani dikemukakan oleh Soekartawi (2002), sebagai hasil
perkalian antara harga jual dengan output produksi. Konsep tersebut secara
matematis sebagai berikut :
i
PY
i
Y
i
TR = ................................................................................... (13)
Keterangan : TR = Total penerimaan
Y = Produksi Cabang Usahatani
Py = Harga Y
berubah sesuai dengan jumlah produksi didefinisikan sebagai biaya tidak tetap.
Konsep biaya usahatani dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :
n
1 i
Pxi Xi FC
=
= .................................................................................. (17)
n
1 i
Pxi Xi VC
=
= .................................................................................. (18)
Keterangan : VC = Biaya tidak tetap, X
i
= Jumlah masukan tidak tetap,
Px
i
= Harga masukan tidak tetap, n = Macam masukan tidak tetap
FC = Biaya tetap, X
i
= Jumlah masukan tetap, Px
i
= Harga masukan
tetap, n = Macam masukan tetap
Biaya usahatani yang dikeluarkan merupakan gabungan dari biaya tetap
dan tidak tetap, secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
VC FC TC + = .................................................................................... (19)
diperhitungkan. Total pengeluaran tersebut termasuk bunga modal dan nilai kerja
petani. Ukuran pendapatan kerja keluarga diperoleh dari penghasilan kerja petani
ditambah nilai kerja keluarga (Soeharjo dan Patong, 1973).
Analisis efisiensi dilakukan dengan pendekatan nilai penerimaan yang
diperoleh untuk setiap rupiah yang dikeluarkan atau dikenal sebagai rasio R/C.
Rasio R/C atau return cost ratio adalah perbandingan (nisbah) antara
penerimaan dan biaya. Rasio R/C secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
VC FC
Y Py
C
R
;
TC
TR
C
R
+
= =
................................................................... (20)
Kriteria analisis R/C yaitu rasio R/C = 1, secara teoritis tidak terjadi
keuntungan maupun kerugian pada cabang usahatani. Suatu cabang usahatani
dikatakan menguntungkan jika rasio R/C lebih besar dari satu (R/C > 1). Rasio
R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1) berarti cabang usahatani tersebut tidak
menguntungkan.
3.1.5. Faktor- faktor Produksi yang Berpengaruh
Analisis produksi cabang usahatani cabai merah dilakukan dengan
pendugaan fungsi produksi. Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk regresi
linier berganda, fungsi tersebut merupakan gambaran hubungan antara
beberapa masukan produksi dengan keluaran produksi. Faktor produksi yang
berpengaruh dapat dianalisis dengan pendekatan analisis regresi.
Analisis regresi menurut Soekartawi (1961) dapat menjelaskan hubungan
dua atau lebih dari variabel sebab akibat. Konsep tersebut berarti satu variabel
dipengaruhi oleh variabel yang lain. Besarnya pengaruh satu variabel dapat
diduga dengan koefisien regresi dari variabel tersebut. Persamaan regresi yaitu
fungsi produksi terdapat pada persamaan (7). Y merupakan variabel yang
sama dengan satu (Ep1). Analisis yang digunakan adalah analisis produksi
dengan pendekatan fungsi eksponensial. Elastisitas produksi merupakan jumlah
dari seluruh elastisitas faktor produksi.
Produktivitas cabang usahatani cabai merah diharapkan dapat
ditingkatkan dengan tingkat penggunaan faktor produksi yang lebih tinggi. Hal ini
berarti biaya produksi yang diperlukan juga lebih tinggi sementara petani pada
umumnya mempunyai keterbatasan modal. Pendekatan yang lebih sesuai bagi
petani adalah bagaimana agar keuntungan dapat dimaksimumkan. Keuntungan
maksimum diperoleh ketika proses produksi sudah dilakukan secara efisien.
Efisiensi usahatani secara spesifik dapat didekati dengan efisiensi harga.
Efisiensi tersebut dianalisis dengan pendekatan uji kesamaan koefisien regreasi
(elastisitas produksi parsial) dengan pangsa biaya masukan terhadap
penerimaan (PS
i
).
Elastisitas produksi parsial diduga tidak sama dengan pangsa biaya
masukan terhadap penerimaan produksi. Kondisi tersebut berarti tingkat
penggunaan faktor-faktor produksi cabang usahatani cabai merah masih belum
optimum. Penyebab tingkat penggunaan faktor-faktor produksi tidak optimum,
kemudian ditelusuri dengan rasio nilai produk marjinal dengan biaya korbanan
marjinal. Rasio NPM : BKM lebih dari satu berarti tingkat penggunaan faktor
produksi sudah berlebihan, demikian sebaliknya.
Resiko dari segi pasar yang disebabkan karena fluktuasi harga yang
tinggi. Harga cabai merah di tingkat produsen mengalami fluktuasi selama kurun
tahun 1999 hingga 2005. Tingkat fluktuasi pada tahun 2005 mengalami
peningkatan menjadi 22,23 persen. Perubahan harga tersebut diduga
berpengaruh terhadap tingkat optimum penggunan faktor-faktor produksi.
Perubahan harga cabai merah tersebut kemudian digunakan sebagai dasar
pemikiran bahwa diperlukan analisis sensitifitas. Analisis tersebut dilakukan
kerja dari luar keluarga. Biaya-biaya tersebut secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :
)
i
PX
i
(X Tetap Tidak Biaya = .............................................................. (21)
Keterangan :
X
i
= Faktor produksi
PX
i
= Harga faktor produksi.
Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan dan sewa lahan. Biaya
penyusutan tersebut dihitung dengan metode garis lurus, secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
Bobot
ekonomis Umur
sisa) Nilai - beli (Nilai
Penyusutan = .............................................. (22)
Penyusutan tersebut dibebankan secara proporsional terhadap cabang
usahatani cabai merah. Metode pembobotan yang digunakan adalah rasio luas
lahan cabai merah terhadap total luasan lahan yang diusahakan oleh petani.
rasio tersebut kemudian dikalikan dengan umur tanaman dalam satu musim.
Bobot tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut :
=
tahun
bulan
12
(bln) tanam musim per umur
(Ha) diusahakan yang lahan luas Total
(Ha) merah cabai lahan Luas
Bobot (23)
Biaya total yang dikeluarkan merupakan hasil penjumlahan biaya-biaya
yang telah diuraikan diatas. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap, tidak tetap
dan biaya sewa lahan. Biaya tersebut mencakup biaya yang dikeluarkan secara
tunai maupun diperhitungkan.
Penerimaan cabang usahatani cabai merah merupakan nilai hasil panen
yang dijual. Penerimaan tersebut merupakan perkalian antara hasil panen
dengan harga yang berlaku ketika panen. Panen cabai dilakukan beberapa kali
sehingga penerimaan dihitung pada setiap panen. Penerimaan tersebut secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
=
=
n
1 i
PY) (Y Penerimaan ........................................................................ (24)
Keterangan : Y = Hasil panen yang diperoleh (Kg)
Py = Harga yang berlaku (Rp/kg)
i = Panen ke-i,
Pendapatan cabang usahatani cabai merah dibedakan menjadi
pendapatan kerja petani dan pendapatan kerja keluarga. Konsep pendapatan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
n Pengeluara Total - Penerimaan Total Petani Kerja Pendapatan = ......................... (25)
Keluarga Kerja Nilai - Petani Kerja Pendapatan Keluarga Kerja Pendapatan = ...... (26)
Efisiensi usahatani digambarkan oleh nilai imbangan antara jumlah
penerimaan dengan biaya. Analisis efisiensi yang digunakan adalah rasio R/C
atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Kriteria efisiensi usahatani jika rasio
R/C lebih besar atau sama dengan satu. Rasio R/C sama dengan satu berarti
usahatani yang dilakukan hanya mampu membayar biaya yang dikeluarkan,
keuntungan yang diperoleh berada pada batas normal. Rasio R/C lebih besar
dari satu berarti penerimaan usahatani lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Kondisi sebaliknya ketika rasio R/C kurang dari nol.
TVC TFC
Y P
Cost Total
Revenue Total
Cost
Revenue
+
= = ....................................................... (27)
Keterangan : P = Harga cabai merah (Rp/kg)
Y
= Hasil panen cabai merah (Kg)
TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya tidak tetap (Rp)
Hubungan antara karakteristik sosio-ekonomi responden dengan
penerimaan dan produktivitas cabang usahatani cabai merah dapat dianalisis
dengan uji kebebasan tabel kontingensi (Khi kuadrat). Karakteristik sosio-
ekonomi tersebut meliputi : umur, pendidikan, luas lahan dan keterlibatan dalam
kelompok tani.
=
i i
i i 2
e
) e (o
............................................................................... (28)
Keterangan
o
i
= Frekuensi teramati
e
i
= Frekuensi harapan
r = Row atau jumlah baris
c = Colums atau jumlah kolom
4.4.2. Analisis Produksi
Hubungan teknis antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan
jumlah produksi yang dihasilkan dapat diduga berdasarkan model fungsi
produksi. Fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas, secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a X
1
b1
X
2
b2
X
3
b3
X
4
b4
X
5
b5
X
6
b6
X
7
b7
X
8
b8
e
u
.............................................. (29)
Fungsi tersebut dapat ditransformasikan secara logaritma kedalam
bentuk linier sebagai berikut :
lnY = ln a + b
1
lnX
1
+ b
2
lnX
2
+ b
3
lnX
3
+ b
4
lnX
5
+ b
6
lnX
6
+ b
7
lnX
7
+ b
8
lnX
8
+ u ..... (30)
Keterangan :
Y = Hasil produksi cabai merah (Kg) per hektar.
X
1
= Jumlah tenaga kerja (HKP) per hektar
X
2
= Jumlah benih (gram) per hektar.
X
3
= Jumlah kapur (Kg) per hektar.
X
4
= Jumlah pupuk urea (Kg) per hektar.
X
5
= Jumlah pupuk SP 36 (Kg) per hektar.
X
6
= Jumlah pupuk ZK/KCL (Kg) per hektar.
X
7
= Jumlah pupuk kandang (Kg) per hektar.
X
8
= Nilai obat-obatan yang digunakan (Rp) per hektar.
u = Unsur sisa
e = 2,718
Ln a = Intersep, merupakan besaran parameter
b
i
= Nilai dugaan besaran parameter
i = 1,2,3,...10
= =
2
2
i
Y
i
e
1
JKT
JKS
2
R ................................................................................. (31)
Keterangan : ei
2
= Jumlah kuadrat unsur sisa (galat), Yi
2
= Jumlah kuadrat total
=
=
=
=
.................................................................................... (32)
Peubah bebas yang dilibatkan dalam model fungsi produksi cabang
usahatani cabai merah cukup banyak. Peubah-peubah bebas tersebut
seharusnya saling bebas satu dengan yang lain sehingga model yang diperoleh
tidak bias. Keterkaitan atau hubungan antar peubah bebas dikenal dengan
istilah multikolinier. Uji multikolinier dilakukan dengan pendekatan Varians
Inflation Factors (VIF). Nilai VIF digunakan sebagai indikator dalan uji tersebut.
Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinier antar peubah bebas
(Gujarati, 2003). Asumsi OLS tentang heteroskedastisitas dan normalitas sisaan
diuji dengan pendekatan grafis.
4.4.3. Analisis Faktor Produksi Cabang Usahatani
Hubungan faktor produksi dengan hasil produksi digambarkan oleh
produk marjinal. Produk marjinal merupakan gambaran peningkatan jumlah hasil
produksi yang disebabkan karena masukan (input) produksi yang digunakan
mengalami peningkatan sebesar satu unit. Produk marjinal untuk setiap faktor
produksi dapat diturunkan secara parsial dari fungsi produksi (29), sebagai
ilustrasi produk marjinal X
1
(luas lahan) dapat diuraikan pada persamaan (33).
Y
1
X
b1
b8
8
X
b7
7
X
b6
6
X
b5
5
X
b4
4
X
b3
3
X
b2
2
X
b1
1
aX
1
X
b1
b8
8
X
b7
7
X
b6
6
X
b5
5
X
b4
4
X
b3
3
X
b2
2
X
1 b1
1
b1X a
1
dX
dY
=
=
..................... (33)
Produk marjinal untuk faktorfaktor produksi yang lain juga dapat
ditentukan dengan cara yang sama yaitu turunan parsial dari fungsi produksi.
Hubungan antara faktorfaktor produksi dengan jumlah produksi yang dihasilkan
juga dapat didekati dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (parsial)
merupakan gambaran prosentase perubahan produksi yang akan terjadi karena
prosentase perubahan jumlah faktor produksi yang bersangkutan.
Elastisitas produksi (parsial) dapat diperoleh perkalian antara produk
marjinal dengan rasio faktor produksi dengan hasil produksi. Proses penurunan
fungsi produksi terhadap luas lahan sebagai ilustrasi dapat diuraikan sebagai
berikut :
Y
i
X
i
dX
dY
Ep = ..................................................................................... (34)
b1
Y
1
X
Y
1
X
b1
Y
X1
1
dX
dY
EpX1 = = = .................................................... (35)
Elastisitas produksi (parsial) untuk faktor produksi yang lain dapat
ditentukan dengan cara yang sama. Elastisitas produksi (parsial) tersebut sama
dengan koefisien regresi pada model fungsi produksi yang sudah ditransformasi
dalam bentuk linier berganda pada persamaan (30).
produksi. Return to scale pada cabang usahatani cabai merah dapat dianalisis
dengan pendekatan analisis sidik ragam. Model penduga fungsi produksi yang
diretriksi diperlukan dalam analisis tersebut. Model restriksi merupakan model
penduga fungsi produksi dengan ketentuan bahwa elastisitas produksinya adalah
satu. Elastisitas produksi tersebut berarti model retriksi mempunyai skala
pengembalian yang tetap (constan return to scale). Model restriksi dapat
diturunkan dari model penduga fungsi produksi, secara tertulis diuraikan dalam
Lampiran 2. Model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
u
3
X
8
X
ln
8
b
3
X
7
X
ln
7
b
3
X
6
X
ln
6
b
3
X
5
X
ln
5
b
3
X
4
X
ln
4
b
3
X
3
X
ln
3
b
3
X
2
X
ln
2
b
3
X
1
X
ln
1
b a ln
3
X
Y
ln
+ + + + +
+ + + + =
.... (38)
Persamaan yang terakhir merupakan model penduga yang direstriksi.
Peubah bebas maupun tidak bebas pada model tersebut dinyatakan sebagai
rasio terhadap salah satu peubah bebas. Peubah bebas yang dipilih sebagai
pembagi pada model tersebut dapat diambil dari peubah yang tidak siknifikan
pada model penduga fungsi produksi tanpa restriksi.
Return to scale dapat diuji dengan hipotesis H0 : bi = 1 dan H1 : bi 1.
Elastisitas produksi yang dinyatakan dalam H
0
berarti cabang usahatani cabai
merah mengikuti kaidah constant return to scale. Hipotesis alternatif H
1
menyatakan bahwa cabang usahatani cabai merah mengikuti kaidah decreasing
atau increasing return to scale.
4.4.4. Analisis Tingkat Penggunaan Masukan Optimum
Pendekatan yang dapat digunakan untuk analisis tingkat penggunaan
masukan produksi adalah memaksimalkan keuntungan (profit maximization).
Keuntungan dari suatu proses produksi dapat dimaksimalkan ketika nilai marjinal
produk setiap masukan sama dengan biaya unit masukan tersebut. Kriteria
tingkat penggunaan masukan optimum pada cabang usahatani cabai merah
dapat didekati dengan produk marjinal pada model penduga fungsi produksi.
Turunan parsial dari fungsi produksi dapat dilihat pada persamaan (33).
Keuntungan maksimum dicapai ketika nilai produk marjinal sama dengan
biaya korbanan marjinal. Nilai produk marjinal merupakan perkalian produk
marjinal dengan harga keluaran sedangkan biaya korbanan marjinal merupakan
harga masukan. Kriteria tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
..8) 1,2,3,.... (i
i
Px
i
dX
dY
Py = = .............................................................. (39)
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut :
.8) 1,2,3,.... (i
i
dX
dY
Py
i
Px
= = ................................................................... (40)
Keterangan
Py = Harga cabai merah (Rp)
Px
i
= Harga faktor produksi per satuan (Rp)
dY/dX
i
= Produk marjinal
X
i
= faktor produksi ke-i
i = 1,2,3,4,5,6,7,8
PS
i
merupakan pangsa biaya masukan ke i terhadap nilai produksi,
sedangkan b
i
merupakan elastisitas keluaran dari masukan ke i. X
i
merupakan
masukan ke i yang digunakan dalam produksi cabang usahatani dan Y
merupakan keluaran yang dihasilkan.
Pangsa biaya masukan tersebut dapat digunakan sebagai pendekatan
untuk uji tingkat penggunaan masukan optimum pada cabang usahatani cabai
merah. Tingkat penggunaan masukan produksi optimum cabang usahatani
cabai merah diuji dengan hipotesis awal (H
0
) : PS
i
= b
i
dengan hipotesis
alternatif (H
1
) : PS
i
b
i
.
4.4.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang pertama dugaan tentang rasio R/C cabang usahatani
cabai merah dari populasi petani di lokasi penelitian. Hipotesis awal (H
0
) yaitu
rasio R/C hasil analisis sama dengan satu (Impas). Hipotesis alternatif (H
1
)
adalah rasio R/C tidak sama dengan satu.
H
0
: =
0
= R/C = 1
H
1
: = R/C 1
n
0
x
hitung
t
=
Jika : t hitung > t
(
/2, n k)
, maka tolak H
0
Keterangan :
0
: Nilai tengah populasi R/C pada H
0
: Simpangan baku
X : Rata-rata populasi R/C
N : Jumlah observasi
Hipotesis kedua adalah dugaan bahwa semua variabel produksi yang
digunakan dalam fungsi produksi mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi.
Hipotesis awal (H
0
) yaitu produksi cabang usahatani tidak dipengaruhi oleh
tenaga kerja, benih, kapur, pupuk kandang, urea, KCl, SP 36, dan nilai obat
, n k)
, maka tolak H
0
Jika t hitung < t
(
, n k)
, maka tolak H
1
H
0
: b
2
= 0 ; H
1
: b
2
> 0
H
0
: b
3
= 0 ; H
1
: b
3
> 0
H
0
: b
4
= 0 ; H
1
: b
4
> 0
H
0
: b
5
= 0 ; H
1
: b
5
> 0
H
0
: b
6
= 0 ; H
1
: b
6
> 0
H
0
: b
7
= 0 ; H
1
: b
7
> 0
H
0
: b
8
= 0 ; H
1
: b
8
> 0
Keterangan : k = Jumlah variabel termasuk intersep ; n = Jumlah data ;
i = 1,2,3,4,5,6,7,8, ; = 0,05 ; b
i
= Parameter penduga x
i
;
b
i
= Simpangan baku parameter penduga X
i
Hipotesis ketiga adalah dugaan apakah cabang usahatani cabai merah di
lokasi penelitian mempunyai kondisi IRS, CRS atau DRS. Hipotesis ini dapat diuji
berdasarkan koefisien elastisitas produksi. Return to scale dapat diuji dengan
hipotesis awal (H
0
) yaitu Ep = 1 berarti diduga cabang usahatani cabai merah
dalam kondisi CRS. Hipotesis alternatif (H
1
) yaitu Ep 1, dimana jika Ep > 1
berarti usaha dalam kondisi IRS dan jika Ep < 1 maka usaha dalam kondisi DRS.
Elastisitas produksi merupakan hasil penjumlahan dari elastisitas setiap masukan
produksi yang digunakan atau Ep = b
1
+ b
2
+ b
3
+ b
4
+ b
5
+ b
6
+ b
7
+ b
8
.
H
0
: Ep = b
1
+ b
2
+ b
3
+ b
4
+ b
5
+ b
6
+ b
7
+ b
8
= 1
H
1
: Ep = b
1
+ b
2
+ b
3
+ b
4
+ b
5
+ b
6
+ b
7
+ b
8
1
Statistik uji t
k n
UR
RSS
m
UR
RSS
R
RSS
F
=
Wilayah kritik : F hitung>F
(k-1, n-k)
: tolak H
0
; F hitung<F
(k-1, n-k)
: tidak tolak H
0
Keterangan : RSS
R
= Jumlah kuadrat regresi pada model restriksi
RSS
UR
= Jumlah kuadrat sisaan pada model tanpa restriksi
m = Jumlah restriksi linier, pada model restriksi digunakan 1 restriksi.
n = Jumlah observasi
k = Jumlah parameter pada model tanpa restriksi
/2, n k)
: tolak H
0
; t hitung < t
(
/2, n k)
, : tidak tolak H
0
Keterangan :
Y* = Rata-rata geometrik produksi yang dihasilkan
X*
i
= Rata-rata geometrik masukan produksi ke-i
bi = Koefisien regresi (elastisitas produksi parsial) masukan produksi ke-i
Se (bi) = Simpangan baku koefisien regresi masukan ke-i
4.5. Konsep Peubah dan Pengukurannya
Peubahpeubah yang digunakan pada model penduga fungsi produksi
cabang usahatani cabai merah adalah sebagai berikut :
1. Hasil produksi (Y)
Hasil produksi cabai merah adalah hasil produksi kotor yang dicapai pada
waktu panen, dan diukur dalam satuan kilogram cabai merah per hektar.
Harga jual cabai merah merupakan harga per kilogram cabai merah ditingkat
petani ketika panen.
dinikmati petani karena umur tanaman yang lebih panjang. Tiga alasan yang
telah diuraikan sebelumnya sangat terkait dengan kepentingan ekonomi sebagai
pertimbangan petani.
Cabang usahatani cabai merah dilakukan oleh responden juga
disebabkan karena pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan tersebut dapat
dilihat dari alasan yang paling banyak diungkapkan oleh responden adalah pola
kebiasaan yang sudah ada. Pola kebiasaan tersebut diturunkan dari orang tua
atau petani lain yang sudah lebih berpengalaman. Pola kebiasaan sebagai
alasan bertani cabai merah diungkapkan oleh 30 persen responden.
Umur tanaman cabai merah relatif lebih panjang dibanding komoditas
sayuran yang lain, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan juga lebih besar
dan penerimaan baru diperoleh setelah 5 bulan. Responden pada umumnya
mempunyai beberapa cabang usahatani yang dilakukan secara bersamaan.
Komoditas yang dipilih adalah jenis sayuran yang mempunyai umur lebih
singkat. Hasil panen dari komoditas alternatif tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup maupun untuk membayar biaya tenaga kerja pada
cabang usahatani cabai merah. Komoditas yang dibudidayakan oleh responden
petani di Desa Sukagalih dapat dilihat pada Gambar 9.
3.17%
6.35%
3.17%
3.17%
6.35%
20.63%
12.70%
15.87%
1.59%
26.98%
CAISIN
BUNCIS
KUBIS
JAGUNG
BAWANG DAUN
SAWI PUTIH
WORTEL
TOMAT
PAKCOY
CABAI RAWIT
Bibit yang akan ditanam dipertahankan agar medianya tidak pecah, kemudian
dimasukan kedalam lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 80 cm x
60 cm, sehingga dalam 1 bedengan terdapat 2 lajur tanaman. Populasi tanaman
pada lahan seluas 2080 meter persegi kurang lebih 4000 tanaman.
Pupuk kimia digunakan pada proses penanaman, pupuk ditempatkan
pada lubang tugal disela bibit tanaman. Pupuk kimia yang digunakan yaitu
campuran antara urea, SP 36 dan KCl. Pupuk kimia yang dominan digunakan
pada adalah urea. Hal ini jika dilihat dari kandungan pupuk, maka pupuk urea
sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan vegetatif
yang dimaksud adalah pertumbuhan daun dan tinggi tanaman.
6.1.3. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, perampelan, pemasangan
ajir dan pemupukan susulan. Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang
tidak bertahan setelah dipindahkan ke lahan. Penyulaman dilakukan paling
lambat 2 minggu setelah tanam, bibit yang digunakan adalah sisa bibit yang ada.
Bibit yang digunakan untuk penyulaman merupakan bibit yang disemaikan
secara bersamaan dengan bibit yang digantikan. Penyulaman biasanya
dilakukan pada pagi hari ketika cuaca belum terlalu panas.
Perampelan dilakukan pada tunas samping yang keluar diketiak daun
tanaman yang berumur 15-20 hari setelah tanam. Perampelan tunas tersebut
bertujuan agar tanaman menjadi kokoh. Perampelan tunas tersebut dilakukan
sebanyak 2-3 kali hingga tanaman berumur 25-30 hari setelah tanam.
Pertumbuhan tanaman cabai merah perlu ditopang dengan ajir. Ajir
dipasang dengan sistem tegak pada setiap tanaman. Ajir dipasang kurang lebih
30 hari setelah tanam, sehingga tidak merupak akar tanaman. Ajir yang telah
dipasang perlu diikatkan dengan tanaman. Hal yang perlu diperhatikan adalah
ikatan harus cukup kuat tetapi tidak menimbulkan gesekan pada batang
tanaman.
Pemupukan susulan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makanan
pada saat pembentukan buah. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP 36 dan
KCl dengan proporsi sekitar 20 persen dari total kebutuhan pupuk. Pupuk kimia
sebagian besar digunakan pada pemupukan dasar.
6.1.4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Budidaya cabai merah di lokasi penelitian dilakukan pada musim hujan,
sehingga tanaman mudah diserang penyakit patek. Tindakan pengendalian yang
dilakukan oleh petani adalah dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45.
Konsentrasi yang digunakan adalah 5 gram per liter.
Penyiangan dilakukan untuk mengurangi gulma tanaman yang tumbuh
disekitar tanaman cabai merah. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabuti
gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
6.1.5. Panen
Panen dilakukan setelah buah mencapai tingkat kemasakan yang
maksimal. Cabai merah yang siap dipanen secara fisik berwarna merah menyala
dengan sedikit garis hitam. Kriteria yang lain yaitu bobot maksimal dengan
bentuk yang padat. Panen pertama biasanya dilakukan kurang lebih 5 bulan
setelah tanam. Panen dapat dilakukan 1 minggu sekali selama 2-3 bulan sejak
panen pertama dilakukan. Umur panen dipengaruhi oleh kobinasi pupuk yang
diberikan pada tanaman.
Kombinasi pupuk yang dominan pada unsur N, berakibat pada umur
vegetatif yang lebih panjang. Umur vegetatif lebih panjang berarti panen
tertunda. Kondisi sebalinya jika unsur P lebih dominan dibanding pupuk lain,
1
Ir. Final Prajnanta. 2002. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
2
persegi) (meter Tanam Jarak
persegi) (meter Lahan Luas
Populasi =
tanaman. Dosis pupuk yang sudah sesuai dengan yang dianjurkan adalah pupuk
kandang. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran ayam. Pupuk
kandang diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga diperoleh tanah
yang remah. Pupuk kandang sangat baik untuk tanaman cabai merah, akan
tetapi tingkat kematangan pupuk perlu diperhatikan. Pupuk kandang yang belum
matang akan mengeluarkan gas, gas tersebut berbahaya bagi tanaman. Pupuk
kandang yang telah masak ditandai dengan wujud fisik seperti tanah berwarna
hitam. Ciri yang lain yaitu jika tangan dimasukkan dalam gundukan pupuk, maka
tidak akan terasa panas.
Pupuk yang digunakan dilokasi penelitian adalah pupuk kandang dan
pupuk kimia (Urea, KCL dan SP 36). Jumlah yang digunakan disajikan dalam
Tabel 13 sebagai berikut.
Tabel 13. Perbandingan Dosis Pupuk di Lokasi Penelitian dengan Dosis
Standar.
Jenis Pupuk
Dosis per Hektar (Kg)
Aktual
3
Standar
4
Pupuk Kandang 24.910,30 18.000 27.000
Urea 207,47 250
SP 36 147,66 500
KCl 133,62 400
Informasi yang dapat diambil dari Tabel 15 tersebut adalah dosis pupuk
relatif lebih rendah dibandingkan dosis yang seharusnya (standar). Kombinasi
pupuk yang digunakan lebih dominan pada unsur N, sehingga pertumbuhan
generatif tanaman kurang. Unsur N lebih berperan pada pertumbuhan vegetatif
tanaman yaitu memperkuat struktur tanaman cabai merah. Kombinasi tersebut
kemungkinan merupakan penyebab produktivitas tanaman cabai merah relatif
rendah.
3
Lampiran 25
4
Ir. Final Prajnanta, op.cit., hal. 62
pada kegiatan tersebut. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani secara total
lebih besar dibanding dengan tenaga kerja luar keluarga.
Kebutuhan tenaga kerja yang relatif besar diperlukan pada kegiatan
pembukaan dan pengolahan lahan. Kondisi ini disebabkan oleh sebagian besar
responden (17 orang) baru membuka menggunakan lahan bekas PTPN VIII.
Kondisi lahan dipenuhi rumput dan tumbuhan semak, sehingga diperlukan
tenaga kerja cukup besar untuk membabat dan membersihkan lahan. Lahan
tersebut pada umumnya belum pernah digunakan untuk budidaya. Kegiatan
tersebut relatif lebih ringan, jika dilakukan pada lahan yang pernah digunakan
sebagai lahan budidaya.
Tabel 14. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja pada Cabang Usahatani Cabai
Merah per 2.080 meter persegi di Desa Sukagalih, 2007.
Kegiatan Hari
Luar Keluarga Dalam Keluarga
Jumlah
HKP
Jumlah
HKP
Pria Wanita Pria Wanita
Pembukaan Lahan 2,25 2,733 0,053 6,27 1,000 0,000 2,25
Pengolahan Tanah 2,60 1,967 0,027 5,18 1,000 0,000 2,60
Pengapuran 0,70 0,633 0,000 0,45 1,000 0,000 0,70
Pemupukan I 0,83 1,000 0,053 0,88 1,000 0,000 0,83
Pemupukan II 0,70 0,467 0,000 0,33 1,000 0,027 0,72
Penyemaian 0,28 0,000 0,000 0,00 1,000 0,000 0,28
Pembibitan 13,23 0,000 0,000 0,00 1,000 0,000 13,23
Pembuatan Lubang Tanam 0,93 0,833 0,000 0,78 0,933 0,000 0,88
Penanaman 0,86 0,200 0,960 1,00 0,700 0,747 1,12
Penyulaman 0,52 0,000 0,720 0,37 0,467 0,773 0,65
Perampelan 2,57 0,100 0,640 1,90 0,733 0,747 3,64
Pemasangan Ajir 0,96 0,433 0,000 0,42 1,000 0,053 0,99
Pemupukan Susulan 2,65 0,167 0,160 0,87 0,967 0,240 3,17
Penyemprotan 4,08 0,100 0,000 0,41 1,000 0,000 4,08
Penyiangan 3,63 0,033 0,720 2,74 0,800 0,640 5,32
Pemanenan 15,37 0,367 1,013 21,21 0,967 0,747 26,53
Total 52,17 9,033 4,347 42,78 14,567 3,973 67,03
6.3. Biaya Cabang Usahatani.
Keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha akan dipengaruhi berbagai
faktor salah satunya adalah biaya. Biaya dalam analisis cabang usahatani cabai
merah di Desa Sukagalih dibedakan menjadi tiga komponen biaya. Komponen
biaya yang dimaksud adalah biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya sewa lahan.
Komponenkomponen biaya tersebut selanjutnya diuraikan secara terpisah.
6.3.1. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap didefinisikan sebagai jenis biaya yang dipengaruhi oleh
besarnya produksi. Biaya tidak tetap pada cabang usahatani cabai merah terdiri
dari biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Biaya sarana produksi yaitu
biaya pembelian benih, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk KCl, pupuk kandang,
kapur, dan obat-obatan. Ajir dan tali juga digunakan pada cabang usahatani
cabai merah. Besarnya biaya ditentukan dari jumlah sarana produksi yang
digunakan dan harga dari sarana produksi tersebut.
Biaya tidak tetap dapat dibedakan menjadi biaya yang bersifat tunai dan
diperhitungkan. Biaya tunai pada cabang usahatani cabai merah terdiri biaya
pembelian sarana produksi dan biaya tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga petani. Alokasi biaya tersebut mencapai Rp 4 793 752, 22 atau sekitar
64,13 persen dari total biaya tidak tetap. Biaya tunai tersebut terdiri dari biaya
tenaga kerja sebesar Rp 1 711 287, 78 dan biaya sarana produksi sebesar
Rp 3 082 464, 44. Biaya sarana produksi sebesar Rp 3 082 464, 44 digunakan
untuk pembelian beberapa sarana produksi. Proporsi biaya terbesar adalah
biaya pembelian obat-obatan yaitu sebesar 36,24 persen sedangkan proporsi
biaya terkecil adalah biaya pembelian pupuk SP 36.
Biaya sarana produksi ditentukan oleh harga per unit dan jumlah sarana
produksi yang digunakan. Harga per unit tersebut adalah harga pembelian per
kemasan dibagi volume kemasan tersebut. Biaya pembelian obat-obatan lebih
dominan karena penyemprotan dilakukan secara intensif. Penyemprotan obat-
obatan relatif lebih sering dilakukan, karena lapisan pestisida pada permukaan
tanaman tercuci oleh air hujan. Dosis penggunaan pestisida seperti telah
biaya tenaga kerja luar keluarga dan 64,30 persen sisanya dari biaya sarana
produksi.
Tabel 16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Cabang
Usahatani Cabai Merah per 2.080 meter persegi di Desa
Sukagalih, 2007.
Kegiatan Hari
Jumlah
HKP Tunai (Rp) %
Pria Wanita
Pembukaan Lahan 2,25 2,733 0,053 6,27 250 800, 00 14,66
Pengolahan Tanah dan
Pembentukan Bedengan
2,60 1,967 0,027 5,18 207 306, 67 12,11
Pengapuran 0,70 0,633 0,000 0,45 17 838, 89 1,04
Pemupukan I 0,83 1,000 0,053 0,88 35 111, 11 2,05
Pemupukan II 0,70 0,467 0,000 0,33 13 144, 44 0,77
Penyemaian 0,28 0,000 0,000 0,00 - 0,00
Pembibitan 13,23 0,000 0,000 0,00 - 0,00
Pembuatan Lubang Tanam 0,93 0,833 0,000 0,78 31 111, 11 1,82
Penanaman 0,86 0,200 0,960 1,00 39 826, 67 2,33
Penyulaman 0,52 0,000 0,720 0,37 14 880, 00 0,87
Perampelan 2,57 0,100 0,640 1,90 75 973, 33 4,44
Pemasangan Ajir 0,96 0,433 0,000 0,42 16 611, 11 0,97
Pemupukan Susulan 2,65 0,167 0,160 0,87 34 626, 67 2,02
Penyemprotan 4,08 0,100 0,000 0,41 16 333, 33 0,95
Penyiangan 3,63 0,033 0,720 2,74 109 484, 44 6,40
Pemanenan 15,37 0,367 1,013 21,21 848 240, 00 49,57
Total 52,17 9,033 4,347 42,78 1 711 287, 78 100,00
Biaya tidak tetap pada cabang usahatani cabai merah tidak seluruhnya
dikeluarkan secara tunai. Upah atas jasa tenaga kerja dalam keluarga tidak
dibayarkan dalam bentuk tunai. Tenaga kerja dalam keluarga dilibatkan dalam
setiap kegiatan pada cabang usahatani cabai merah, setidaknya terdapat satu
tenaga kerja dari kegiatan pembukaan lahan hingga panen. Prosentase biaya
tenaga kerja dalam keluarga sebagian besar dialokasikan pada kegiatan panen.
Panen pada cabang usahatani cabai merah di Desa Sukagalih dilakukan
sebanyak 12 kali, rata-rata dalam satu minggu dilakukan satu kali panen.
Kegiatan panen dilakukan berulang kali dalam satu musim sehingga banyak
tenaga kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja dalam keluarga dapat dilihat
pada Tabel 17. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga pada setiap responden
dapat disimak pada Lampiran 10.
Tabel 17. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Cabang
Usahatani Cabai Merah per 2.080 meter persegi di Desa
Sukagalih, 2007.
Kegiatan
Hari
Jumlah
HKP
Diperhitungkan
(Rp)
%
Pria Wanita
Pembukaan Lahan 2,25 1,000 0,000 2,25 90 000,00 3,36
Pengolahan Tanah Dan
Pembentukan Bedengan
2,60 1,000 0,000 2,60 104 000,00 3,88
Pengapuran 0,70 1,000 0,000 0,70 28 166,67 1,05
Pemupukan I 0,83 1,000 0,000 0,83 33 333,33 1,24
Pemupukan II 0,70 1,000 0,027 0,72 28 917,78 1,08
Penyemaian 0,28 1,000 0,000 0,28 11 166,67 0,42
Pembibitan 13,23 1,000 0,000 13,23 529 333,33 19,74
Pembuatan Lubang Tanam 0,93 0,933 0,000 0,88 34 844,44 1,30
Penanaman 0,86 0,700 0,747 1,12 49 668,89 1,85
Penyulaman 0,52 0,467 0,773 0,65 25 626,67 0,96
Perampelan 2,57 0,733 0,747 3,64 151 946,67 5,67
Pemasangan Ajir 0,96 1,000 0,053 0,99 40 377,78 1,51
Pemupukan Susulan 2,65 0,967 0,240 3,17 127 906,67 4,77
Penyemprotan 4,08 1,000 0,000 4,08 163 333,33 6,09
Penyiangan 3,63 0,800 0,640 5,32 209 280,00 7,81
Pemanenan 15,37 0,967 0,747 26,53 1 053 128,89 39,28
Total 52,17 14,567 3,973 67,03 2 681 031,11 100,00
Biaya tidak tetap pada cabang usahatani cabai merah terdiri dari biaya
tunai dan diperhitungkan. Struktur biaya tidak tetap terdiri dari biaya sarana
produksi dan biaya tenaga kerja. Jumlah total biaya tidak tetap yang dialokasikan
sebesar Rp 7 474 783, 33 untuk lahan seluas 2.080 meter persegi. Komposisi
biaya tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar 58,76 persen dan 41,24
persen sisanya merupakan biaya sarana produksi. Struktur biaya tersebut
dominan pada biaya tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kerja
mempunyai peran penting dalam cabang usahatani cabai merah.
6.3.2. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya penyusutan alat-alat
pertanian yang digunakan dalam cabang usahatani cabai merah. Alat pertanian
mempunyai umur ekonomis yang panjang dan dapat digunakan dalam beberapa
periode produksi. Alat pertanian yang digunakan petani akan mengalami
penurunan nilai ekonomis selama digunakan karena penyusutan. Penurunan
nilai tersebut terjadi secara berkelanjutan bahkan hingga tidak mempunyai nilai
jual. Nilai pembelian merupakan biaya aset yang harus dibebankan pada setiap
periode produksi. Periode produksi cabang usahatani cabai merah adalah
delapan bulan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan pendekatan
metode garis lurus.
Alatalat pertanian tersebut terdiri dari cangkul, sabit, dan sprayer. Alat
alat tersebut tidak hanya digunakan pada cabang usahatani cabai merah tetap
digunakan juga pada cabang usatahani yang lain. Kenyataan tersebut digunakan
sebagai dasar bahwa biaya penyusutan harus dibebankan secara proporsional.
Pendekatan yang digunakan sebagai dasar pembebanan biaya adalah luasan
areal tanaman cabai merah terhadap total areal yang diusahakan oleh petani.
Biaya penyusutan alatalat pertanian merupakan komponen biaya yang tidak
dikeluarkan dalam bentuk tunai tetapi hanya diperhitungkan. Biaya penyusutan
alat pada cabang usahatani cabai merah di Desa Sukagalih disajikan dalam
Tabel 18.
Tabel 18. Rata-rata Biaya Penyusutan pada Cabang Usahatani Cabai Merah
per 2.080 meter persegi di Desa Sukagalih, 2007.
Alat Nilai Beli Umur Nilai Sisa Jumlah Penyusutan
*
Cangkul 31 000, 00 5,60 0, 00 1,93 10 702, 38
Sabit 10 166, 67 5,73 0, 00 0,70 1 241, 28
Sprayer 368 166, 67 3,70 109 166, 67 1,40 98 000, 00
Total 109 943, 66
Bobot 0,34
**
Dibebankan 37 604, 80
Keterangan :
*
penyusutan dihitung dengan metode garis lurus kemudian dikalikan bobot
**
bobot diperoleh dari prosentase lahan cabai merah terhadap total lahan yang dikuasai petani,
dikalikan periode produksi cabai merah (0,67 tahun).
Biaya penyusutan alat dibebankan berdasarkan prosentase lahan
budidaya cabai merah dan periode produksi cabai merah. Lahan budidaya cabai
merah mempunyai prosentase sebesar 51,31 persen dari total lahan yang
dibudidayakan petani. Periode produksi cabai merah adalah 8 bulan, atau sekitar
0,67 tahun. Bobot pembebanan biaya penyusutan dihitung dari perkalian
prosentase lahan dan periode produksi, sehingga diperoleh sebesar 0,34. Biaya
penyusutan yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 109 943, 66. Biaya
penyusutan yang dibebankan pada cabang usahatani cabai merah adalah
Rp 37 604, 80. Jumlah alat yang dimiliki setiap responden hingga prosentase
lahan budidaya cabai merah yang dikuasai dapat dilihat pada Lampiran 12.
6.3.3. Biaya Sewa Lahan
Petani cabai merah di lokasi penelitian sebagian besar merupakan petani
penggarap lahan Hak Guna Usaha PTPN VIII dan penyewa. Petani penggarap
lahan HGU sebanyak 17 orang atau sekitar 56,67 persen dari populasi
responden. Petani penyewa lahan sebanyak 13 persen atau sekitar 43,33 persen
dari populasi responden.
Petani kemudian dianggap sebagai peminjam modal yang berupa lahan,
maka biaya bunga modal yang dikeluarkan adalah biaya sewa lahan tersebut.
Jumlah biaya sewa lahan yang dikeluarkan tergantung dari berapa besar lahan
yang dipinjam, semakin besar lahan yang dipinjam berarti biaya bunga yang
dibayar juga semakin besar. Biaya sewa lahan di lokasi penelitian adalah
Rp 307 733, 33 per 2080 meter persegi. Biaya sewa tersebut digunakan dalam
menghitung penghasilan bersih cabang usahatani cabai merah. Biaya sewa yang
ditanggung oleh setiap responden disajikan dalam Lampiran 13.
6.3.4. Total Biaya
Biaya yang dikeluarkan pada cabang usahatani cabai merah terdiri dari
biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya sewa lahan. Biaya-biaya tersebut dibayar
secara tunai maupun hanya diperhitungkan. Total biaya yang dikeluarkan pada
cabang usahatani cabai merah dapat diketahui dari hasil penjumlahan biaya-
penerimaan dihitung pada setiap panen. Panen dilakukan setiap minggu selama
tiga bulan, hasil panen dan harga bervariasi pada setiap panen. Hasil panen,
harga dan penerimaan yang diperoleh disajikan dalam Tabel 20. Data panen
pada setiap responden disajikan dalam Lampiran 15.
Hasil panen terbesar yang diperoleh adalah 337,33 kilogram dan harga
jual yang berlaku Rp 6 190, 00 per kilogram cabai merah. Penerimaan yang
diperoleh kemudian mulai berkurang karena produksi yang dihasilkan berkurang.
Total penerimaan sebesar Rp 12 393 734, 32 diperoleh dari penjualan 1.926,70
kilogram cabai merah. Penerimaan rata-rata per panen adalah Rp 1 034 832, 70.
Kecenderungan harga, produksi dan penerimaan cabang usahatani cabai
merah dapat dilihat dari Tabel 20. Kecenderungan yang terjadi adalah
perubahan harga dan produksi pada setiap panen. Perubahan tersebut berakibat
pada perubahan penerimaan pada setiap panen. Perubahan harga dan hasil
panen setiap responden disajikan dalam Lampiran 14 dan 15.
Tabel 20. Rata-rata Peneriman Cabang Usahatani Cabai Merah per 2.080
meter persegi di Desa Sukagalih, 2007
Panen Ke- Hasil (Kg) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
1 51,00 5 783, 33 294, 950, 00
2 84,70 5 706, 67 483, 354, 67
3 142,50 5 776, 67 823, 175, 00
4 195,17 5 600, 00 1, 092, 933, 33
5 282,33 5 891, 67 1, 663, 413, 89
6 337,33 6 190, 00 2, 088, 093, 33
7 302,00 6 533, 33 1, 973, 066, 67
8 235,67 6 986, 67 1, 646, 524, 44
9 157,83 7 443, 33 1, 174, 806, 11
10 95,00 7 830, 00 743, 850, 00
11 27,17 10 050, 00 273, 025, 00
12 16,00 10 050, 00 160, 800, 00
Total 1926,70 12, 417, 992, 44
Harga dan produksi mempunyai pola kecenderungan yang berbeda.
Harga cabai merah cenderung mengalami peningkatan dari panen ke panen.
Harga terendah sekitar Rp 5 600, 00 pada awal musim panen kemudian terus
meningkat hingga titik tertinggi sekitar Rp 10 050, 00 per kilogram pada akhir
musim panen. Harga tertinggi terjadi menjelang hari raya keagamaan dan tahun
baru. Harga cabai merah pada setiap panen dapat dilihat pada Gambar 10.
Harga Cabai
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Panen ke-
H
a
r
g
a
C
a
b
a
i
(
R
p
/
k
g
)
Gambar 10. Distribusi Harga Cabai Merah pada setiap Panen di Desa
Sukagalih (Rp/kg), 2007.
Hasil panen yang diperoleh pada setiap panen tidak stabil. Hasil yang
diperoleh pada permulaan musim panen masih rendah, kemudian mengalami
peningkatan pada panen selanjutnya. Hasil tertinggi diperoleh pada panen ke-6
yaitu sekitar 336,78 kilogram, kemudian perlahan mengalami penurunan hingga
hasil terendah pada panen ke-12 yaitu sekitar 15,88 kilogram. Kecenderungan
hasil panen cabang usahatani cabai merah disajikan pada Gambar 11.
Hasil Panen
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Panen ke-
H
a
s
i
l
p
a
n
e
n
(
K
g
)
Gambar 11. Distribusi Hasil Panen Cabai Merah per 2.080 meter persegi
di Desa Sukagalih (Kg), 2007
Kecenderungan hasil panen tersebut disebabkan karena pertumbuhan
generatif tanaman. Pertumbuhan generatif yang dimaksud adalah jumlah bunga
yang terbentuk, semakin banyak bunga maka produksi tanaman semakin besar.
Tingkat kemasakan cabai merah juga diperhatikan dalam panen. Cabai merah
yang siap panen ditandai dengan perubahan warna buah menjadi merah lebih
dari 60 persen.
Penerimaan yang diperoleh petani juga mengalami kecenderungan yang
sama dengan hasil panennya. Penerimaan cabang usahatani cabai merah dapat
digambarkan dalam grafik histogram pada Gambar 12. Perbedaan penerimaan
pada setiap panen disebabkan karena perbedaan harga yang berlaku dan hasil
panen yang diperoleh. Penerimaan terendah terjadi pada akhir musim panen
dimana produksi cabai merah hanya sekitar 15,88 kilogram meskipun harga
yang berlaku sekitar Rp 10 050, 00 per kilogram cabai merah.
produksi ratarata untuk setiap unit areal cabang usahatani dan rasio penrimaan
terhadap pengeluaran. Ukuran efisiensi cabang usahatani cabai merah pada
setiap responden disajikan dalam Lampiran 16.
6.6.1. Produktivitas per Hektar
Produktivitas yang dimaksud adalah produksi ratarata per hektar yang
diperoleh dari hasil bagi antara total produksi cabai merah dengan luar areal
panen. Produktivitas cabai merah ratarata per hektar yang berhasil dicapai oleh
petani di Desa Sukagalih adalah sebesar 9.713,72 kilogram atau sekitar 9,7 ton.
Produksi ratarata tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
produktivitas cabai merah di provinsi Jawa Barat tahun 2005 yang mencapai
12,45 ton per hektar (Statistik Pertanian, 2006).
Produktivitas cabang usahatani cabai merah di Desa Karawang,
Kabupaten Sukabumi menurut Saragih (2001) mencapai 10,33 ton per hektar.
berdasarkan hasil penelitian Rozfaulina (2000) diketahui bahwa produktivitas
cabai merah di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi mencapai 11,30 ton
per hektar. Produktivitas cabang usahatani cabai merah di Desa Sukagalih relatif
lebih rendah dibanding dua daerah penelitian tersebut.
6.6.2. Rasio Penerimaan terhadap Pengeluaran
Cabang usahatani cabai merah merupakan kegiatan usaha yang bersifat
ekonomi, sehingga nilai penerimaan yang sebenarnya diperoleh dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan. Ukuran tersebut merupakan ukuran sederhana,
tetapi tingkat keuntungan maupun kerugian dari usaha dapat dihitung dari ukuran
tersebut. Penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan juga dikenal sebagai
rasio penerimaan dan pengeluaran (R/C).
Rasio penerimaan dengan pengeluaran merupakan tingkat keuntungan
cabang usahatani cabai merah. Rasio R/C atas biaya tunai maupun total lebih
cabai merah. Hipotesis alternatif yang akan diuji adalah setidaknya terdapat satu
faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi. Hasil analisis sidik ragam
terhadap model fungsi produksi eksponensial disajikan dalam Tabel 22.
Hasil analisis sidik ragam terhadap model fungsi produksi tersebut
diperoleh nilai F hitung 53,01 lebih besar dari F tabel 2,39 maka hipotesis awal
ditolak. Kesimpulan dari hasil uji tersebut yaitu produksi cabai merah secara
serempak dipengaruhi oleh tenaga kerja, benih, kapur, pupuk urea, SP 36, KCl,
pupuk kandang, dan nilai obat-obatan.
Tabel 22. Hasil Analisis Sidik Ragam terhadap Fungsi Produksi Model III
Hipotesis F Kesimpulan
H
0
:
1
=
2
=
3
=
4
=
5
=
6
=
7
=
8
= 0
H
1
:
1
2
3
4
5
6
7
8
0
F
hitung
= 53,01
F
tabel (0,05,9,21)
=
2,37
Tolak H
0
Kenormalan unsur sisaan diuji dengan pendekatan grafik kenormalan
sisaan dan diperkuat dengan uji Anderson-Darling. Asumsi kenormalan sisaan
terpenuhi ditunjukkan dengan bentuk sebaran sisaan yang berupa garis lurus.
Hasil uji tersebut diperkuat oleh hasil uji Anderson-Darling dimana nilai-P
sebesar 0,207 lebih besar dari taraf = 5 persen. Kesimpulan dari uji
kenormalan sisaan yaitu sisaan mendekati sebaran normal. Hasil uji terhadap
kenormalan sisaan disajikan dalam Lampiran 24.
Asumsi kehomogenan sisaan (homoscedasticity) pada model penduga
terpenuhi, sebaran sisaan mempunyai pola acak dan merupakan indikasi bahwa
sisaan mempunyai ragam konstan. Kriteria kesesuaian model dari segi analisis
sidik ragam, kenormalan sisaan dan kehomogenan sisaan terpenuhi, namun
multikolinieritas masih perlu diuji terlebih dahulu.
Model yang dapat digunakan sebagai penduga produksi cabai merah
harus bebas dari multikolinieritas antara peubah bebas dalam model. Parameter
yang digunakan dalam uji multikolinieritas adalah nilai VIF (Variance Inflation
Factors). Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat multikolinieritas pada
model. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Hubungan linier antar
peubah bebas juga diamati berdasarkan nilai koefisien korelasinya. Hubungan
linier yang kuat antar peubah bebas ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
mendekati satu. Nilai koefisiensi korelasi antar peubah bebas dapat dilihat pada
Lampiran 23.
Tabel 23. Nilai VIF Hasil Uji Multikolinieritas Model Fungsi Produksi
Peubah Koefisien Regresi VIF
Konstanta 0,15070
Tenaga Kerja (Ln X
1
) 0,12849 2,4
Benih (Ln X
2
) 0,08494 1,9
Kapur (Ln X
3
) - 0,03046 1,6
Urea (Ln X
4
) 0,21360 3,9
SP 36 (Ln X
5
) 0,46323 5,1
KCl (Ln X
6
) 0,12576 2,5
Pupuk kandang (Ln X
7
) 0,38984 2,2
Nilai Obat-obatan (Ln X
8
) -0,09007 2,2
Multikolinieritas pada model fungsi produksi berhasil diatasi dengan
modifikasi peubah. Model fungsi produksi bebas dari masalah multikolinieritas
ditunjukkan dengan nilai VIF lebih rendah dari 10. Peubah faktor produksi yang
terdiri dari tenaga kerja, benih, kapur, urea, SP 36, KCl, pupuk kandang, nilai
obat-obatan tidak mempunyai masalah multikolinieritas.
Hasil uji terhadap kenormalan sisaan, uji Anderson-Darling dan analisis
sidik ragam, maka secara statistik model penduga fungsi produksi eksponensial
(Model III) tersebut dapat digunakan sebagai model penduga.
7.2. Analisis Faktor Determinan Produksi dan Skala Usaha
7.2.1. Faktor Determinan Produksi pada Cabang Usahatani Cabai merah di
Lokasi Penelitian.
Fungsi produksi merupakan gambaran hubungan antara masukan-
masukan produksi yang digunakan dengan keluaran produksi yang dihasilkan.
Pengaruh perubahan masukan produksi terhadap keluaran produksi dapat dilihat
dari elastisitas produksi parsial. Elastisitas produksi parsial pada model penduga
fungsi produksi eksponensial merupakan koefisien regresi faktor produksi
tersebut. Faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi cabang usahatani
cabai merah dianalisis dengan pendekatan uji beda nyata elastisitas produksi
(parsial).
Hipotesis awal yang diuji yaitu semua faktor produksi tidak mempunyai
pengaruh pada produksi cabang usahatani cabai merah. Resiko kesalahan
pengujian hipotesis menurut Gujarati (2003) dapat dibedakan menjadi dua tipe
kesalahan. Kesalahan tipe I yaitu hipotesis ditolak padahal hipotesis tersebut
benar, sedangkan kesalahan tipe II yaitu hipotesis tidak ditolak padahal hipotesis
tersebut salah. Kriteria suatu hipotesis dipengaruhi oleh taraf nyata yang
digunakan, umumnya hipotesis diuji pada taraf nyata 1, 5 hingga 10 persen.
Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah nilai P (probability value). Nilai P
merupakan tingkat beda nyata terendah dimana hipotesis awal dapat ditolak.
Uji beda nyata koefisien regresi (elastisitas produksi parsial) dilakukan
dengan pendekatan statistik uji t pada taraf nyata 5 persen. Hasil uji tersebut
dapat dilihat pada Tabel 24. Koefisien regresi yang berbeda nyata pada taraf
nyata 5 persen yaitu : tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP 36, KCL, dan pupuk
kandang. Koefisien regresi kapur dan nilai obat-obatan mempunyai nilai t hitung
lebih rendah dari t tabel pada taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti koefisien
regresi faktor-faktor produksi tersebut tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5
persen.
Koefisien regresi yang diperoleh sebagian besar bernilai positif sesuai
dengan yang diharapkan, kecuali nilai obat-obatan dan kapur. Koefisien regresi
nilai obat-obatan bernilai negatif, sehingga tambahan penggunaan masukan
produksi tersebut akan berdampak pada penurunan produksi. Hubungan
tersebut diduga disebabkan karena tingkat penggunaan obat-obatan yang
berlebihan. Fungisida padat (Dithane 45) misalnya yang dianjurkan adalah 0,2-
0,3 persen atau sekitar 2-3 gram per liter air. Dosis yang digunakan petani
adalah 5 gram per liter, sehingga diduga berakibat pada buruk pada tanaman.
Tabel 24. Pengujian Beda Nyata Koefisien Regresi pada Fungsi Produksi
Cabang Usahatani Cabai Merah di Desa Sukagalih, 2007.
Peubah
Koefisien
regresi
Hipotesis t
hitung
Kesimpulan
Tenaga Kerja (Ln X
1
) 0,12849
H
0
: b
2
= 0
H
1
: b
2
> 0
2,01 Tolak H
0
Benih (Ln X
2
) 0,08494
H
0
: b
3
= 0
H
1
: b
3
> 0
1,95
Tolak H
0
Kapur (Ln X
3
) - 0,03046
H
0
: b
4
= 0
H
1
: b
4
> 0
0,04
Terima H
0
Urea (Ln X
4
) 0,21360
H
0
: b
5
= 0
H
1
: b
5
> 0
2,31
Tolak H
0
SP 36 (Ln X
5
) 0,46323
H
0
: b
6
= 0
H
1
: b
6
> 0
5,68
Tolak H
0
KCl (Ln X
6
) 0,12576
H
0
: b
7
= 0
H
1
: b
7
> 0
2,43
Tolak H
0
Pupuk kandang (Ln X
7
) 0,38984
H
0
: b
8
= 0
H
1
: b
8
> 0
4,31
Tolak H
0
Nilai Obat-obatan (Ln X
8
) -0,09007
H
0
: b
9
= 0
H
1
: b
9
> 0
-2,80
Terima H
0
Keterangan :
t
0,01, (n 9)
= 2,821
t
0,025, (n 9)
= 2,262
t
0,05, (n 9)
= 1,833
Koefisien regresi nilai obat-obatan bernilai negatif, jika dikaitkan dengan
kondisi cabang usahatani dilokasi penelitian, hal ini diduga disebabkan budidaya
cabai merah dilakukan pada musim hujan. Budidaya cabai merah pada musim
hujan relatif rentan terhadap penyakit patek, penyakit tersebut dapat
berkembang pesat pada kelembaban tinggi. Kebutuhan pestisida pada musim
hujan relatif lebih besar, karena intensitas penyemprotan yang tinggi. Pestisida
yang telah disemprotkan dapat tercuci oleh air hujan, oleh karena itu tanaman
harus kembali disemprot setelah hujan.
Faktor produksi yang digunakan mempunyai pengaruh yang berbeda-
beda terhadap produksi cabang usahatani cabai merah. Pengaruh tersebut
dianalisis dengan pendekatan elastisitas produksi masing-masing faktor
produksi. Faktor produksi yang dibahas lebih lanjut adalah faktor-faktor produksi
yang berbeda nyata pada taraf nyata 5 persen. Pengaruh faktor produksi
terhadap produksi cabang usahatani cabai merah dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Tenaga kerja (X
2
)
Tenaga kerja merupakan sumber biaya terbesar pada cabang usahatani
cabai merah di Desa Sukagalih. Hipotesis awal dalam uji t dinyatakan bahwa
ketika semua faktor produksi yang lain dipertahankan tetap (konstan), maka
tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh (linier) terhadap produksi cabang
usahatani cabai merah. Hipotesis tersebut diuji pada taraf nyata 5 persen dengan
uji beda nyata satu arah. Nilai t hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t tabel
pada taraf nyata 5 persen, sehingga hipotesis awal dapat ditolak. Faktor produksi
tenaga kerja mempunyai pengaruh positif yang nyata, hal ini ditunjukkan dengan
koefisien korelasi sebesar 0,631 (Lampiran 23).
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting pada cabang
usahatani cabai merah di lokasi penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan oleh
proporsi biaya tenaga kerja yang mencapai 56,17 persen dari total biaya.
Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi cabai merah cukup besar. Pengaruh
tersebut ditunjukkan oleh elastisitas produksi (parsial) sebesar 0,12849.
Elastisitas tersebut relatif lebih rendah dibanding nilai elastisitas pupuk kimia
maupun pupuk kandang.
Produksi tanaman merupakan proses biologis yang tidak dipengaruhi
secara langsung oleh tenaga kerja, tetapi dipengaruhi oleh ketersediaan unsur
hara yang diperlukan tanaman. Hal ini yang diduga menjadi penyebab tenaga
kerja mempunyai pengaruh relatif lebih kecil terhadap produksi cabai merah, jika
dibandingkan dengan pupuk kimia (urea, KCl dan SP 36) dan pupuk kandang.
Elastisitas produksi (parsial) yang bernilai positif tetapi lebih kecil dari satu
(0<Ep<1) berarti benih telah digunakan secara rasional. Faktorfaktor produksi
yang bersifat tidak tetap menurut (Dillon, 1972) harus digunakan pada area
rasional yaitu ketika berlaku hukum pengembalian yang berkurang (0<Ep<1).
Tingkat penggunaan benih sudah sesuai syarat keharusan (0 < b
3
<1) sehingga
efisiensi teknis sudah dicapai.
3. Urea (Ln X
5
)
Hipotesis awal yang diuji yaitu faktor produksi pupuk urea tidak
mempunyai pengaruh pada produksi cabai merah, ketika faktorfaktor produksi
yang lain dipertahankan konstan. Hipotesis tersebut diuji dengan uji satu arah
pada taraf nyata 5 persen pada derajat bebas 21. Hasil uji beda nyata diketahui
bahwa nilai t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel, sehingga hipotesis
awal dapat ditolak. Hasil uji tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pupuk urea
mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf nyata 5 persen.
Pupuk urea mempunyai pengaruh positif terhadap produksi dan secara
statistik nyata pada taraf nyata 5 persen. Pupuk urea mempunyai elastisitas
produksi (parsial) sebesar 0,21360. Elastisitas produksi tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa jika jumlah pupuk urea ditingkatkan sebesar 1 persen,
sementara semua faktor produksi yang lain dipertahankan konstan, maka akan
diperoleh peningkatan produksi sebesar 0,21360 persen.
Pupuk urea mempunyai kandungan utama berupa unsur nitrogen. Unsur
tersebut diperlukan untuk penyusunan klorofil, protein dan lemak. Pertumbuhan
vegetatif yaitu pembentukan daun dan tinggi tanaman, dapat dirangsang dengan
pupuk tersebut. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis pada tanaman,
proses tersebut berpengaruh terhadap pembentukkan cadangan makanan yang
disimpan dalam buah. Keterkaitan proses biologis dengan pertumbuhan vegetatif
struktur tanah dan daya menahan air tanah. Tanah yang paling sesuai untuk
tanaman cabai merah hibirida adalah tanah bertekstur remah, gembur, tidak
terlalu liat, tidak terlalu porus serta kaya bahan organik.
Tekstur tanah yang remah mempunyai tata udara yang baik, sehingga
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Tanah yang mempunyai
kemampuan menahan air tanah yang tinggi dibutuhkan oleh tanaman cabai
merah hibrida. Pupuk yang diberikan pada tanaman tidak mudah tercuci atau
hilang karena kemampuan menahan air tanah yang baik (Prajnanta, 2002).
Tingkat penggunaan pupuk kandang sudah sesuai dengan ketentuan, sehingga
kandungan unsur hara tanah menjadi lebih baik. Fungsi pupuk kandang dan
tingkat penggunaan yang sesuai ketentuan tersebut, diduga menyebabkan
pupuk tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produksi cabai
merah.
Pupuk kandang digunakan pada area rasional, karena nilai elastisitas
produksi (parsial) yang mempunyai nilai positif tetapi kurang dari satu. Pengaruh
pupuk kandang ditunjukkan dengan elastisitas produksi (parsial) sebesar
0,38984. Elastisitas tersebut dapat diartikan bahwa perubahan sebesar 1 persen
pada pupuk kandang yang digunakan, sementara semua faktor produksi yang
lain dipertahankan konstan, maka akan terjadi perubahan produksi sebesar
0,38984 persen.
7.2.2. Skala Usaha Cabang usahatani Cabai Merah di Lokasi Penelitian.
Skala usaha merupakan ukuran rasio persentase peningkatan keluaran
dibanding persentase peningkatan masukan, jika semua masukan ditingkatkan
secara sebanding (proporsional). Skala usaha (return to scale) merupakan
respon dari produksi terhadap perubahan faktor produksi pada proporsi yang
Nilai F hitung pada uji skala usaha lebih besar dari nilai F tabel pada taraf
nyata 5 persen, sehingga hipotesis awal ditolak. Kesimpulan dari uji tersebut
yaitu skala usaha cabang usahatani cabai merah di lokasi penelitian bukan
constan return to scale. Skala usaha yang sesuai mungkin adalah decreasing
return to scale atau increasing return to scale. Skala usaha kemudian didekati
berdasarkan elastisitas produksi.
Elastisitas produksi pada model penduga fungsi produksi merupakan
hasil penjumlahan seluruh koefisien regresi (elastisitas produksi parsial).
Elastisitas produksi yang dimaksud merupakan penjumlahan dari koefisien
regresi peubah tenaga kerja, benih, kapur, urea, SP 36, KCl, pupuk kandang,
dan nilai obat-obatan. Hasil penjumlahan beberapa koefisien regresi tersebut
diketahui sebesar 1,28533. Elastisitas produksi lebih besar dari satu, sehingga
dapat disimpulkan bahwa cabang usahatani cabai merah mempunyai skala
usaha meningkat (increasing return to scale).
Skala usaha meningkat (Increasing return to scale) dapat diartikan jika
seluruh faktor produksi ditingkatkan dengan proporsi (K) yang sama, maka akan
diperoleh produksi yang mengalami peningkatan dengan proporsi yang lebih
besar sejumlah nilai elastisitas produksi dikalikan K. Elasisitas produksi tersebut
berarti jika seluruh faktor produksi ditingkatkan sebesar 1 persen maka akan
diperoleh tambahan produksi sebesar 1,28533 persen.
Cabang usahatani cabai merah berada pada skala usaha yang
meningkat (increasing return to scale) sehingga masih menguntungkan jika skala
usaha akan ditingkatkan. Efisiensi penggunaan faktor produksi pada tahap IRTS
mengalami peningkatan. Efisiensi tersebut digambarkan dengan nilai produk
rata-rata yang terus mengalami peningkatan. Keputusan produksi pada skala
pengembalian meningkat (increasing return to scale) merupakan tindakan yang
tidak rasional jika dilihat dari teori produksi klasik.
Hasil uji pada Tabel 26 berarti bahwa secara umum tingkat penggunaan
faktor produksi belum optimum, kecuali benih. Kondisi tersebut dapat terjadi
karena dua kemungkinan. Pertama, penggunaan faktor produksi terlalu rendah
sehingga nilai produk marjinal lebih besar dibanding harga faktor produksi
tersebut. Kondisi tersebut berarti setiap tambahan faktor produksi masih akan
meningkatkan penerimaan total. Kemungkinan yang kedua yaitu faktor produksi
digunakan dalam jumlah berlebihan, sehingga nilai produk marjinal lebih rendah
dibanding harga faktor produksi tersebut.
Tabel 26. Uji Kesamaan Elastisitas Produksi (Parsial) dengan Rasio Biaya
Korbanan terhadap Nilai Produksi.
Faktor Produksi Hipotesis PS |Thit| Kesimpulan
Tenaga Kerja (Ln X
2
)
H
o
: b
2
= PS
2
H
1
: b
2
PS
2
0,4792 6,07 Tolak H
0
Benih (Ln X
3
)
H
o
: b
3
= PS
3
H
1
: b
3
PS
3
0,0179 1,56 Terima H
0
Urea (Ln X
5
)
H
o
: b
5
= PS
5
H
1
: b
5
PS
5
0,0044 2,12 Tolak H
0
SP 36 (Ln X
6
)
H
o
: b
6
= PS
6
H
1
: b
6
PS
6
0,0043 5,55 Tolak H
0
KCl (Ln X
7
)
H
o
: b
7
= PS
7
H
1
: b
7
PS
7
0,0041 2,27 Tolak H
0
Pupuk kandang (Ln X
8
)
H
o
: b
8
= PS
8
H
1
: b
8
PS
8
0,0612 4,03 Tolak H
0
Keterangan :
t
(0,025, 20)
= 2,086
PS
i
= Pangsa biaya korbanan marjinal terhadap nilai produk marjinal faktor produksi ke-i
Yi PYi
Xi PXi
PSi
=
Kemungkinan penyebab alokasi tenaga kerja, urea, SP 36, KCL dan
pupuk kandang tidak optimum ditelusuri berdasarkan nisbah NPM terhadap
BKM. Tingkat penggunaan faktor produksi optimum ditunjukkan dengan nisbah
sebesar satu. Hasil analisis rasio nilai produk marjinal terhadap biaya korbanan
marjinal dapat dilihat pada Tabel 27.
Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa rasio nilai produk marjinal dan
biaya korbanan marjinal tidak sama dengan satu. Hal ini merupakan indikasi
ahwa alokasi faktor produksi cabang usahatani cabai merah dilokasi penelitian
masih belum efisien.
Tabel 27. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal Cabang
Usahatani Cabai merah di Desa Sukagalih, 2007.
Faktor Produksi
Per Hektar
Ratarata
Geometrik
Elastisitas
Produksi
NPM BKM
BKM
NPM
Tenaga Kerja (Ln X
1
) 813,02 0,12849 10 725,83 40 000,00 0,268
Urea (Ln X
4
) 207,47 0,21360 69 874,68 1 446,67 48,300
SP 36 (Ln X
5
) 147,66 0,46323 212 916,28 1 980,00 107,533
KCl (Ln X
6
) 133,62 0,12576 63 874,33 2 063,33 30,957
Pupuk kandang (Ln X
7
) 24910,30 0,38984 1 062,11 166,67 6,373
Keterangan :
Y rata-rata geometrik = 9.713,72 Kg
Py rata-rata geometrik = Rp 6 986,81/kg
Berdasarkan Tabel 26 dan 27 dapat diuraikan beberapa hal sebagai
berikut :
Faktor produksi tenaga kerja mempunyai nilai produksi marjinal sebesar
Rp 10 725, 83, nilai tersebut merupakan tambahan penerimaan yang akan
diperoleh petani untuk setiap tambahan 1 HKP tenaga kerja yang digunakan.
Nilai marjinal produk tersebut secara ekonomis tidak menguntungkan karena
biaya korbanan yang dikeluarkan lebih besar. Rasio NPM : BKM sebesar 0,268
berarti setiap Rp 1,00 biaya tenaga kerja yang dikeluarkan, maka tambahan
penerimaan yang diperoleh petani hanya Rp 0,268. Rasio tersebut merupakan
indikasi penggunaan tenaga kerja telah melebihi ketentuan optimum.
Kondisi tersebut diduga disebabkan karena sebagian besar responden
(56,67 persen) merupakan petani yang baru membuka lahan pertanian baru.
Kondisi lahan tersebut dipenuhi dengan rumput dan semak, sehingga diperlukan
tenaga kerja yang cukup besar untuk proses pembukaan dan pengolahan lahan.
Kebutuhan tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan panen. Panen biasanya
harus diselesaikan pada pagi hari, agar hasil panen dapat langsung dijual ke
pasar atau ke pedagang pengumpul.
Intensitas panen yang dilakukan sekali dalam seminggu, sehingga jumlah
cabai merah yang siap panen relatif lebih banyak. Kondisi tersebut berakibat
pada kebutuhan (jumlah) tenaga kerja yang relatif lebih besar. Upaya efisiensi
dapat dilakukan dengan intensitas panen yang lebih sering, dan dilakukan pada
pagi dan sore hari. Kebutuhan tenaga kerja diharapkan dapat ditekan melalui
upaya tersebut, sehingga dapat dipenuhi dari keluarga petani saja. Panen cabai
merah dapat dilakukan pada pagi dan sore hari, menurut Prajnanta (2002) panen
dapat dilakukan 3 hari sekali.
Pupuk urea mempunyai nilai produk marjinal sebesar Rp 69 874, 68,
tambahan penerimaan tersebut diperoleh dari setiap 1 kilogram tambahan pupuk
urea yang dikeluarkan. Rasio nilai NPM : BKM pupuk urea adalah 48,300,
sehingga tingkat keuntungan yang lebih besar masih berpeluang diperoleh
melalui penambahan jumlah pupuk urea. Tambahan penerimaan yang akan
diperoleh jauh lebih besar dari biaya korbanan yang dikeluarkan. Biaya korbanan
pupuk urea adalah Rp 1 446,67 sedangkan tambahan penerimaan yang
dihasilkan 48,300 kali lebih besar yaitu Rp 69 874, 68.
Tingkat penggunaan pupuk urea dilokasi penelitian adalah sebesar
207,47 kilogram per hektar, angka tersebut relatif lebih rendah dibanding dosis
yang dianjurkan yaitu 250 kilogram per hektar. Dosis pupuk sebenarnya masih
dapat ditingkatkan, mengingat tambahan produksi sebesar 0,2 persen dapat
diperoleh dari setiap persen tambahan pupuk urea.
Tambahan penerimaan yang dihasilkan dari setiap kilogram pupuk KCl
adalah Rp 63 874, 33. Tambahan penerimaan tersebut 30, 957 kali lebih besar
dibanding biaya korbanan yang dikeluarkan yaitu Rp 2 063,33 per kilogram
pupuk KCl. Rasio NPM yang lebih besar dibanding BKM merupakan indikasi
bahwa efisiensi harga belum dicapai. Jumlah pupuk KCl yang digunakan dapat
ditambah sehingga efisiensi harga tercapai.
Rasio NPM terhadap BKM pupuk KCl lebih besar dari 1 merupakan
indikasi jumlah pupuk masih dapat ditinkatkan. Dosis pupuk KCl sebesar 133,62
kilogram per hektar. Dosis tersebut sebenarnya masih lebih rendah dibanding
ketentuan yang dianjurkan yaitu 400 kilogram per hektar (Prajnanta,2002). Dosis
pupuk KCl secara teknis masih dapat ditingkatkan, karena dosis yang digunakan
jauh lebih rendah dari ketentuan. Tambahan pupuk KCl secara ekonomis juga
masih menguntungkan petani, karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari
biaya tambahan yang dikeluarkan.
Tingkat penggunaan pupuk SP 36 belum sesuai dengan kriteria efisiensi
harga (allocative efficiency). Tambahan penerimaan yang diperoleh dari setiap
kilogram pupuk SP 36 sebesar Rp 212 916, 28. Nilai produk marjinal tersebut
hampir 107,533 kali lebih besar dari biaya korbanan marjinalnya. Porsi NPM
yang lebih besar dari BKM merupakan indikasi bahwa jumlah pupuk SP 36 yang
digunakan masih dapat ditingkatkan. Biaya korbanan marjinal merupakan harga
pupuk SP 36 per kilogram yaitu Rp 1 980,00.
Rasio NPM terhadap BKM sebesar 6,373 merupakan indikasi bahwa
efisiensi harga belum dicapai. Rasio tersebut merupakan indikasi bahwa jumlah
pupuk kandang yang digunakan relatif lebih rendah dibanding tingkat
optimumnya. Tingkat penggunaan pupuk kandang masih dapat ditingkatkan,
karena secara ekonomis juga masih menguntungkan. Penerimaan marjinal
sebesar Rp 1 062, 11 diperoleh dari setiap tambahan 1 kilogram pupuk kandang.
Jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan adalah 24.910,30
kilogram per hektar, sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Dosis pupuk kandang
yan g dianjurkan adalah 1827 ton per hektar, sehingga dosis yang digunakan
saat ini masih dapat ditingkatkan. Penambahan jumlah pupuk kandang secara
=
** berdasarkan harga cabai merah sebesar Rp 6 986, 81 per kilogram.
*** berdasarkan harga cabai merah sebesar Rp 8 539, 97 per kilogram.
Perubahan harga cabai merah mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap tingkat optimum penggunaan faktor produksi. Faktor produksi yang
digunakan secara berlebihan, akan semakin mendekati titik optimum karena
terjadi peningkatan harga. Kondisi tersebut dapat dilihat pada rasio NPM : BKM
tenaga kerja. Rasio NPK : BKM tenaga kerja semakin mendekati satu, sehingga
semakin mendekati tingkat optimum. Hal ini menjadi indikasi bahwa jumlah
tenaga kerja yang harus dikurangi, relatif lebih sedikit dibanding kondisi aktual.
Kondisi sebaliknya terjadi pada pupuk kimia (urea, SP 36 dan KCl) dan pupuk
kandang. Pupuk kimia dan pupuk kandang harus ditingkatkan dalam jumlah yang
lebih besar dibanding kondisi aktual. Hal ini disebabkan oleh rasio NPM : BKM
semakin besar, pasca peningkatan harga cabai merah sebesar 22,23 persen.
Perubahan rasio NPM : BKM yang disebabkan perurunan harga cabai
merah sebesar 22,23 persen disajikan dalam Tabel 29. Pangsa biaya masukan
terhadap keluaran produksi cenderung lebih tinggi, jika dibandingkan dengan
kondisi sebelum terjadi penurunan harga cabai merah. Rasio NPM : BKM
cenderung semakin kecil akibat penurunan harga cabai merah.
Tabel 29. Perubahan Rasio NPM : BKM akibat Penurunan Harga Cabai
Merah sebesar 22,23 Persen, 2007.
Faktor Produksi b
i
Pangsa Biaya Input
terhadap Output*
Rasio NPM : BKM
Aktual** Perubahan*** Aktual** Perubahan***
Tenaga Kerja (Ln X
1
) 0,12849 0,4792 0,6162 0,268 0,209
Urea (Ln X
4
) 0,21360 0,0044 0,0057 48,300 37,558
SP 36 (Ln X
5
) 0,46323 0,0043 0,0055 107,533 83,618
KCl (Ln X
6
) 0,12576 0,0041 0,0052 30,957 24,072
Pupuk kandang (Ln X
7
) 0,38984 0,0612
0,0787
6,373 4,955
Keterangan :
* pangsa harga faktor produksi ke-i
Yi PYi
Xi PXi
PSi
=
** berdasarkan harga cabai merah sebesar Rp 6 986, 81 per kilogram.
*** berdasarkan harga cabai merah sebesar Rp 5 433, 64 per kilogram.
Rasio NPM : BKM yang semula lebih rendah dari satu akan semakin
kecil akibat penurunan harga cabai merah. Kondisi tersebut terjadi pada tenaga
kerja, rasio NPM : BKM semakin kecil sehingga jumlah tenaga kerja yang harus
dikurangi semakin besar. Hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat penggunaan
tenaga kerja semakin jauh dari titik optimum karena penurunan harga cabai
merah. Rasio NPM : BKM yang lebih besar dari satu akan semakin kecil akibat
penurunan harga, sehingga relatif lebih mendekati titik optimum. Pupuk kimia
dan pupuk kandang dapat dikatakan semakin mendekati tingkat optimum setelah
terjadi penurunan harga cabai merah.
optimum, meskipun diakui bahwa tingkat optimum tersebut hanya berlaku pada
tingkat harga rata-rata tertentu.
Penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak berhasil memberikan
informasi tentang berapa besar perubahan pada tingkat penggunaan faktor
produksi, sehingga dicapai tingkat keuntungan maksimum. Keterbatasan
tersebut menjadi dasar bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang
tingkat penggunaan faktor produksi yang optimum.
Saran yang dapat diajukan antara lain peningkatan jumlah pupuk kimia
maupun pupuk kandang, sedangkan jumlah tenaga kerja yang digunakan
dikurangi, sehingga diharapkan terjadi tingkat penggunaan input produksi yang
efisien. Tingkat penggunaan input yang efisien diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas tanaman cabai merah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Mubarik (Ed). 2000. Dynamics Of Vegetable Production, Distribution And
Cosumption In Asia. Asian Vegetable Research And Development
Center.
Astuti. A, Widodo. S. dan Masyhuri. 1994. Analisis Resiko dan Perilaku Petani
Bawang Putih di Kabupaten Bantul. Agro Ekonomi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Harga Konsumen Barang dan Jasa di 20
Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Barat 2005. Badan Pusat Statistik,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Hortikultura Tahun 2005, Angka Tetap.
Badan Pusat Statistik, Jakarta.
__________________. 2006. Statistik Pertanian 2006. Badan Pusat Statistik,
Jakarta.
__________________. 2006. Kota Bogor dalam Angka 2006. Badan Pusat
Statistik, Bogor.
__________________. 2007. Kabupaten Bogor dalam Angka 2007. Badan
Pusat Statistik, Bogor.
Buse, Rueben C and Bromley, Daniel W. 1975. Apllied Economics : Resource
Allocation in Rural America. Iowa State University Press. Ames.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2007. Monografi Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2006. Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor. Bogor
__________________________________________. 2007. Laporan Tahunan
2006. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Bogor.
__________________________________________. 2007. Analisa Usaha Tani
Pertanian Tahun 2006. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor. Bogor
Direktorat Jendral Hortikultura. 2006. Analisis Rumahtangga Usaha Tanaman
Hortikultura. Direktorat Jendral Hortikultura. Jakarta.
Doll, John P and Orazem, Frank. 1984. Production Economics Theory with
applications. Grid Inc. Ohio
Fleisher, Beverly. 1990. Agricultural Risk Management. Lynne Rienner
Publishers. London.
Sukiyono, Ketut. 2003. Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Cabai
Merah di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal
Agro Ekonomi Vol. 23 No. 2, Oktober 2005.Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Sulistiyawati. 2005. Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usaha Tani
Sayur-sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Susanto, Harry. 2004. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor
Produksi Usahatani Padi Gogo secara Tumpangsari dengan Jagung di
Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Depertemen
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Susila, Wayan R. 1999. Penggunaan Pemrograman Risiko Kuadratik dalam
Pengembangan suatu Pola Usahatani. Mimbar Sosek. Jurnal Sosial
Ekonomi Pertanian Volume 12 No. 1 April 1999. Jurusan Ilmu-ilmu sosial
Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Turner, Jonathan and Taylor, Martin. 1998. Applied Farm Management.
Blackwell Science Ltd. London.
Vidiyanti, Anita. 2004. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-
faktor Produksi pada Usaha Peternakan Sapi Perah. Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widjaja, Kartika. 1991. Analisis Ekonomi Usahatani Keluarga pada Koperasi
Peternak Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Pangalengan Jawa Barat,
Indonesia. Laporan Penelitian. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.
Fakultas Peternakaan. Institut Pertanian Bogor.
Wyllie, James.1955. Farm Management. Farmer and Stock-breeder Publications
Ltd. London.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
+
+
+
+
+
+
+
><
+ + + + + + + ><
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
8
X
b8
8
b8X
8
X
8
b
8
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
7
X
b7
7
b7X
7
X
8
b
8
X 7
b
7
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
6
X
b6
6
b6X
6
X
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
5
X
b5
5
b5X
5
X
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
4
X
b4
4
b4X
4
X
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
3
X
b3
3
b3X
3
X
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 1
b
1
X a
2
X
b2
2
b2X
2
X
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X a
1
X
b1
1
b1X
1
X Y
8
dX
dY
8
X
7
dX
dY
7
X
6
dX
dY
6
X
5
dX
dY
5
X
4
dX
dY
4
X
3
dX
dY
3
X
2
dX
dY
2
X
1
dX
dY
1
X Y
Lampiran 2. Lanjutan
( )
( )
( )
8
b
7
b
6
b
5
b
4
b
3
b
2
b
1
b
8
b
7
b
6
b
5
b
4
b
3
b
2
b
1
b
Y
Y
Y
8
b
7
b
6
b
5
b
4
b
3
b
2
b
1
b Y
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
9
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
8
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
7
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
6
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
5
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
4
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X 1
b
1
X a
3
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X
b2
2
X 1
b
1
X a
2
b
8
b
8
X 7
b
7
X 6
b
6
X 5
b
5
X 4
b
4
X 3
b
3
X 2
b
2
X
b1
1
aX
1
b Y
+ + + + + + + ><
+ + + + + + + ><
+ + + + + + + ><
+
+
+
+
+
+
+
+ ><
The r egr essi on equat i on i s
PRODUKSI = 3. 71 + 0. 0809 HOK + 0. 0152 BENI H + 0. 253 UREA + 0. 438 SP36
+ 0. 148 KCL + 0. 228 PUKAN - 0. 0689 ni l ai obat
Pr edi ct or Coef SE Coef T P
Const ant 3. 7086 0. 4612 8. 04 0. 000
HOK 0. 08092 0. 06365 1. 27 0. 216
BENI H 0. 01521 0. 03255 0. 47 0. 645
UREA 0. 2528 0. 1097 2. 30 0. 031
SP36 0. 43836 0. 09268 4. 73 0. 000
KCL 0. 14760 0. 05752 2. 57 0. 017
PUKAN 0. 22781 0. 05904 3. 86 0. 001
ni l ai obat - 0. 06886 0. 04335 - 1. 59 0. 126
S = 0. 0574048 R- Sq = 96. 5% R- Sq( adj ) = 95. 4%
Anal ysi s of Var i ance
Sour ce DF SS MS F P
Regr essi on 7 2. 06757 0. 29537 89. 63 0. 000
Resi dual Er r or 23 0. 07579 0. 00330
Tot al 30 2. 14336
Lampiran 8. Biaya Sarana Produksi Per Responden pada Cabang Usahatani Cabai Merah Di Desa Sukagalih, Rupiah.
Responden Lahan Benih Kapur Urea KCl SP 36 PUKAN O. Padat O. Cair Ajir Tali
Ujang 0,096 85500 30767 28933 30950 39600 500000 420000 379250 271667 16500
Kosasih 0,192 171000 61533 50633 61900 39600 750000 600000 505667 543333 49500
Ajud 0,288 513000 76917 72333 82533 59400 1000000 900000 505667 815000 33000
Nurdin 0,288 513000 92300 86800 92850 59400 1000000 600000 252833 815000 99000
Mahmur 0,096 85500 30767 28933 30950 29700 500000 360000 252833 271667 16500
Usup 0,192 171000 61533 50633 61900 39600 750000 600000 252833 543333 66000
Sulaiman 0,192 171000 61533 57867 61900 59400 750000 480000 505667 543333 66000
Udin 0,144 128250 30767 36167 30950 29700 583333 360000 252833 407500 16500
Sarin2 0,480 855000 153833 144667 123800 118800 1750000 1800000 758500 1358333 247500
Banan 0,144 171000 46150 50633 41267 29700 750000 360000 505667 407500 33000
Eman 0,192 171000 46150 50633 51583 49500 750000 480000 505667 543333 49500
Sukatma 0,192 85500 30767 28933 30950 39600 500000 420000 379250 271667 16500
Dede
Rahman
0,048 42750 15383 21700 30950 29700 250000 360000 252833 135833 16500
Parman 0,096 85500 30767 28933 30950 29700 500000 240000 252833 271667 33000
Baban 0,048 42750 15383 21700 20633 9900 166667 360000 252833 135833 33000
Sarin 0,048 42750 15383 14467 20633 19800 166667 300000 252833 135833 16500
Juli 0,144 128250 30767 43400 30950 29700 583333 360000 252833 407500 66000
Umar 0,384 684000 107683 108500 92850 89100 1500000 1200000 758500 1086667 132000
Dadang 0,480 855000 153833 144667 123800 118800 1750000 2700000 758500 1358333 66000
Dahrimi 0,384 684000 123067 108500 103167 79200 1250000 900000 252833 1086667 99000
Saobarudin 0,144 128250 30767 36167 30950 29700 750000 600000 505667 407500 49500
Suhaemi 0,288 513000 92300 86800 92850 89100 1000000 900000 1011333 815000 99000
Daman 0,096 85500 30767 28933 30950 19800 500000 360000 252833 271667 33000
Yanto 0,288 513000 92300 86800 92850 89100 1000000 900000 505667 543333 66000
Irwan 0,192 171000 61533 57867 61900 39600 750000 600000 505667 543333 49500
Saefuloh 0,384 684000 123067 115733 103167 89100 1500000 900000 758500 1086667 165000
Apud 0,144 171000 46150 50633 41267 39600 750000 360000 505667 407500 33000
Upah 0,144 171000 30767 50633 41267 39600 750000 480000 505667 407500 49500
Pahru 0,144 128250 30767 21700 20633 19800 500000 360000 252833 407500 33000
Saripa 0,288 513000 153833 86800 92850 89100 1000000 600000 758500 815000 66000
Rata - Rata 0,208 292125 63584, 44 60036, 37 58805, 00 51480, 00 808333, 33 662000, 00 455100, 00 570500, 00 60500, 00
Lampiran 9. Jumlah Tenaga Kerja Setara Pria dari Luar Keluarga (HKP)
Responden
Kegiatan
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12.29 18.08
2 9.00 10.40 0.70 3.33 0.00 0.00 0.00 0.93 2.23 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 2.91 27.66 57.58
3 4.50 5.20 0.70 1.67 0.00 0.00 0.00 0.93 0.69 0.41 0.00 0.96 0.00 0.00 8.72 27.66 51.44
4 6.75 5.20 0.00 0.83 0.00 0.00 0.00 0.93 0.69 0.41 2.57 0.00 0.00 0.00 3.63 27.66 48.68
5 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.69 0.41 2.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.00
6 2.25 2.60 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 1.55 0.41 2.05 0.96 0.00 0.00 2.91 27.66 43.56
7 9.00 5.20 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.00 0.69 0.41 2.05 0.00 0.00 0.00 2.91 27.66 50.16
8 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 24.59 29.85
9 20.25 10.40 2.11 2.50 2.11 0.00 0.00 1.87 2.06 0.83 8.21 0.96 2.65 4.08 8.72 24.59 91.34
10 9.00 10.40 0.70 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 4.11 0.00 4.24 0.00 2.91 12.29 46.37
11 9.00 10.40 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 2.05 0.96 0.00 0.00 5.81 27.66 60.85
12 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12.29 18.08
13 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.85
14 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93 0.69 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.88
15 1.80 2.08 0.00 0.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.69 0.41 2.05 0.00 0.00 0.00 2.91 12.29 22.90
16 1.80 0.00 0.00 0.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.69 0.41 2.05 0.00 0.00 0.00 2.91 12.29 20.82
17 2.25 2.60 0.70 0.83 0.00 0.00 0.00 0.93 1.55 0.41 2.05 0.96 0.00 0.00 0.00 12.29 24.58
18 9.00 10.40 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 1.55 0.41 2.57 0.96 2.12 4.08 2.91 39.95 77.12
19 20.25 5.20 0.70 1.67 0.00 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 2.05 0.96 2.65 4.08 5.81 73.76 119.86
20 9.00 10.40 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 0.69 0.41 2.05 0.96 2.65 0.00 2.91 27.66 59.90
21 2.25 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 27.66 33.44
22 4.50 2.60 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 6.16 0.96 0.00 0.00 2.91 24.59 46.67
23 9.00 2.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 2.91 12.29 29.52
24 9.00 7.80 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 4.11 0.96 2.12 0.00 8.72 36.88 74.55
25 6.75 7.80 0.70 3.33 0.00 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 0.00 0.96 2.65 0.00 0.00 24.59 49.50
26 9.00 10.40 0.70 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 0.69 0.41 2.05 0.96 2.65 0.00 2.91 27.66 59.90
27 2.25 2.60 0.00 0.83 0.00 0.00 0.00 0.93 1.37 0.41 0.00 0.00 2.12 0.00 0.00 24.59 35.11
28 4.50 2.60 0.00 0.83 0.70 0.00 0.00 0.93 0.69 0.41 2.05 0.00 0.00 0.00 2.91 0.00 15.63
29 6.75 2.60 0.00 0.83 0.00 0.00 0.00 0.93 1.55 0.41 2.05 0.00 0.00 0.00 2.91 0.00 18.04
30 6.75 7.80 1.41 1.67 1.41 0.00 0.00 0.93 1.55 0.41 4.62 0.96 2.12 0.00 2.91 27.66 60.19
Rata - rata 6.27 5.18 0.45 0.88 0.33 0.00 0.00 0.78 1.00 0.37 1.90 0.42 0.87 0.41 2.74 21.21 42.78
Lampiran 10. Jumlah Tenaga Kerja Setara Pria dari Keluarga (HKP)
responden
Kegiatan
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,00 1,55 0,93 4,62 1,73 2,65 4,08 6,54 27,66 70,36
2 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 70,52
3 2,25 2,60 0,70 0,83 1,27 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 4,62 0,96 2,65 4,08 2,91 27,66 66,08
4 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 4,62 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 69,15
5 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 2,05 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 66,58
6 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 2,05 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 67,44
7 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 2,05 0,96 2,65 4,08 2,91 27,66 62,95
8 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 4,62 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 70,01
9 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,13
10 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,13
11 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,13
12 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,00 1,55 0,93 4,62 1,73 2,65 4,08 6,54 27,66 70,36
13 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 2,65 4,08 0,00 27,66 63,98
14 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 4,62 0,96 2,65 4,08 3,63 27,66 66,24
15 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,86 0,41 2,57 0,96 2,65 4,08 3,63 15,37 52,07
16 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,86 0,52 2,57 0,96 2,65 4,08 3,63 15,37 52,17
17 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 2,05 0,96 2,65 4,08 0,00 27,66 61,42
18 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,64
19 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 2,05 0,96 2,65 4,08 2,91 12,29 47,58
20 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 2,05 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 66,58
21 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 2,65 4,08 3,63 27,66 67,62
22 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,64
23 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,64
24 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 2,12 4,08 6,54 27,66 69,99
25 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 70,52
26 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,41 2,05 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 66,58
27 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,93 4,62 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 70,52
28 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 0,69 0,93 4,62 0,96 2,65 4,08 6,54 27,66 69,67
29 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 2,05 0,96 4,77 4,08 2,91 27,66 65,93
30 2,25 2,60 0,70 0,83 0,70 0,28 13,23 0,93 1,55 0,41 4,62 0,96 4,77 4,08 6,54 27,66 72,13
Rata - rata 2,25 2,60 0,70 0,83 0,72 0,28 13,23 0,87 1,24 0,64 3,80 1,01 3,20 4,08 5,23 26,33 67,03
Lampiran 11. Jumlah Tenaga Kerja Setara Pria TKDK dan TKLK pada Cabang Usahatani Cabai Merah (HKP)
Responden
Kegiatan
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 0.93 1.55 0.93 4.62 1.73 2.65 4.08 6.54 39.95 88.43
2 11.25 13.00 1.41 4.17 0.70 0.28 13.23 1.87 3.78 1.34 4.62 0.96 2.65 4.08 9.45 55.32 128.11
3 6.75 7.80 1.41 2.50 1.27 0.28 13.23 1.87 1.37 0.83 4.62 1.92 2.65 4.08 11.63 55.32 117.52
4 9.00 7.80 0.70 1.67 0.70 0.28 13.23 1.87 1.37 0.83 7.19 0.96 2.65 4.08 10.17 55.32 117.83
5 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 0.93 1.37 0.83 4.11 0.96 2.65 4.08 6.54 27.66 74.59
6 4.50 5.20 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 3.09 0.83 4.11 1.92 2.65 4.08 9.45 55.32 111.00
7 11.25 7.80 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 0.93 1.37 0.83 4.11 0.96 2.65 4.08 5.81 55.32 113.11
8 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 0.93 1.55 0.83 4.62 0.96 2.65 4.08 6.54 52.25 99.86
9 22.50 13.00 2.82 3.33 2.82 0.28 13.23 2.80 3.61 1.24 12.83 1.92 7.42 8.17 15.26 52.25 163.47
10 11.25 13.00 1.41 0.83 0.70 0.28 13.23 1.87 2.92 0.83 8.73 0.96 9.01 4.08 9.45 39.95 118.50
11 11.25 13.00 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 2.92 0.83 6.67 1.92 4.77 4.08 12.35 55.32 132.97
12 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 0.93 1.55 0.93 4.62 1.73 2.65 4.08 6.54 39.95 88.43
13 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 0.93 1.55 0.93 4.62 0.96 2.65 4.08 0.00 27.66 68.83
14 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 1.87 1.37 0.83 4.62 0.96 2.65 4.08 3.63 27.66 73.13
15 4.05 4.68 0.70 1.50 0.70 0.28 13.23 0.93 1.55 0.83 4.62 0.96 2.65 4.08 6.54 27.66 74.97
16 4.05 2.60 0.70 1.50 0.70 0.28 13.23 0.93 1.55 0.93 4.62 0.96 2.65 4.08 6.54 27.66 72.99
17 4.50 5.20 1.41 1.67 0.70 0.28 13.23 1.87 3.09 1.34 4.11 1.92 2.65 4.08 0.00 39.95 86.00
18 11.25 13.00 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 3.09 1.34 7.19 1.92 6.89 8.17 9.45 67.61 149.77
19 22.50 7.80 1.41 2.50 0.70 0.28 13.23 1.87 2.06 0.83 4.11 1.92 5.30 8.17 8.72 86.05 167.44
20 11.25 13.00 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 1.37 0.83 4.11 1.92 5.30 4.08 9.45 55.32 126.49
21 4.50 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 1.87 1.55 0.93 4.62 0.96 2.65 4.08 3.63 55.32 101.06
22 6.75 5.20 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 2.92 1.34 10.78 1.92 4.77 4.08 9.45 52.25 119.32
23 11.25 5.20 0.70 0.83 0.70 0.28 13.23 1.87 2.92 1.34 4.62 0.96 4.77 4.08 9.45 39.95 102.16
24 11.25 10.40 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 2.92 1.34 8.73 1.92 4.24 4.08 15.26 64.54 144.54
25 9.00 10.40 1.41 4.17 0.70 0.28 13.23 1.87 2.92 1.34 4.62 1.92 5.30 4.08 6.54 52.25 120.03
26 11.25 13.00 1.41 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 1.37 0.83 4.11 1.92 5.30 4.08 9.45 55.32 126.49
27 4.50 5.20 0.70 1.67 0.70 0.28 13.23 1.87 2.92 1.34 4.62 0.96 4.77 4.08 6.54 52.25 105.63
28 6.75 5.20 0.70 1.67 1.41 0.28 13.23 1.87 1.37 1.34 6.67 0.96 2.65 4.08 9.45 27.66 85.30
29 9.00 5.20 0.70 1.67 0.70 0.28 13.23 1.87 3.09 0.83 4.11 0.96 4.77 4.08 5.81 27.66 83.96
30 9.00 10.40 2.11 2.50 2.11 0.28 13.23 1.87 3.09 0.83 9.24 1.92 6.89 4.08 9.45 55.32 132.32
Rata - rata 8.52 7.78 1.15 1.71 1.05 0.28 13.23 1.65 2.24 1.01 5.70 1.42 4.06 4.49 7.97 47.53 109.81
Lampiran 12. Data Dasar Penghitungan Biaya Penyusutan per Responden pada Cabang Usahatani Cabai Di Desa Sukagalih.
N
Jumlah Nilai Beli Nilai Sisa Porsi
Areal
Cabai
Lama
produksi
Bobot
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 1 1 2 1 70 000 25 000 350 000 20 000 50 000 0 0 150 000 0 0 0.50 8.00 0.33
2 2 2 1 0 0 25 000 10 000 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.33 8.00 0.22
3 2 1 2 0 0 30 000 15 000 350 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
4 2 0 2 0 0 35 000 0 400 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
5 1 0 1 0 0 25 000 0 375 000 0 0 0 0 75 000 0 0 0.50 8.00 0.33
6 1 0 1 0 0 25 000 0 320 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
7 2 1 1 0 0 70 000 25 000 375 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
8 2 0 1 0 0 35 000 0 350 000 0 0 0 0 75 000 0 0 0.50 8.00 0.33
9 4 3 3 0 0 35 000 15 000 400 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
10 1 1 1 0 0 30 000 25 000 350 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.25 8.00 0.17
11 1 1 1 0 0 25 000 15 000 400 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.33 8.00 0.22
12 1 0 1 0 0 25 000 0 350 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
13 1 0 1 0 0 25 000 0 400 000 0 0 0 0 125 000 0 0 1.00 8.00 0.67
14 1 1 1 0 0 25 000 15 000 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 1.00 8.00 0.67
15 1 0 1 0 0 25 000 0 375 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
16 1 1 1 0 0 30 000 25 000 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
17 1 0 1 0 0 30 000 0 375 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
18 3 0 2 0 0 25 000 0 400 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.50 8.00 0.33
19 5 1 2 0 0 30 000 15 000 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.65 8.00 0.43
20 3 1 2 0 0 30 000 25 000 400 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
21 3 0 1 0 0 35 000 0 400 000 0 0 0 0 100 000 0 0 1.00 8.00 0.67
22 3 1 2 0 0 25 000 15 000 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
23 1 0 1 0 0 30 000 0 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
24 2 1 2 0 0 25 000 15 000 350 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.60 8.00 0.40
25 3 1 2 0 0 30 000 15 000 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.40 8.00 0.27
26 4 2 2 0 0 30 000 20 000 400 000 0 0 0 0 125 000 0 0 0.40 8.00 0.27
27 1 1 1 0 0 30 000 15 000 350 000 0 0 0 0 75 000 0 0 0.38 8.00 0.25
28 1 0 1 0 0 20 000 0 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.25 8.00 0.17
29 1 0 1 0 0 25 000 0 350 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.30 8.00 0.20
30 2 1 2 0 0 30 000 15 000 425 000 0 0 0 0 100 000 0 0 0.50 8.00 0.33
rata - rata
1.93 0.70 1.40 2.00 1.00 31 000, 00 10 166, 67 368 166, 67 20 000, 00 50 000, 00 0.00 0.00 109 166, 67 0.00 0.00 0.51 8.00 0.34
Lampiran 13. Biaya Sewa Lahan per Responden Cabang Usahatani Cabai.
Responden
Luas Lahan
(Ha)
Biaya Sewa
(Rp)
Sewa Per Ha
(Rp)
Sewa 1000m2
(Rp)
Ujang 0.096 288000 2880000.00 288000
Kosasih 0.192 576000 2880000.00 288000
Ajud 0.288 864000 2880000.00 288000
Nurdin 0.288 864000 2880000.00 288000
Mahmur 0.096 288000 2880000.00 288000
Usup 0.192 576000 2880000.00 288000
Sulaiman 0.192 576000 2880000.00 288000
Udin 0.144 432000 2880000.00 288000
Sarin2 0.480 1440000 2880000.00 288000
Banan 0.144 432000 2880000.00 288000
Eman 0.192 800000 4000000.00 400000
Sukatma 0.192 480000 4800000.00 480000
Dede Rahman 0.048 144000 2880000.00 288000
Parman 0.096 288000 2880000.00 288000
Baban 0.048 144000 2880000.00 288000
Sarin 0.048 144000 2880000.00 288000
Juli 0.144 432000 2880000.00 288000
Umar 0.384 1152000 2880000.00 288000
Dadang 0.480 1920000 3840000.00 384000
Dahrimi 0.384 1536000 3840000.00 384000
Saobarudin 0.144 432000 2880000.00 288000
Suhaemi 0.288 864000 2880000.00 288000
Daman 0.096 240000 2400000.00 240000
Yanto 0.288 1008000 3360000.00 336000
Irwan 0.192 768000 3840000.00 384000
Saefuloh 0.384 1152000 2880000.00 288000
Apud 0.144 432000 2880000.00 288000
Upah 0.144 432000 2880000.00 288000
Pahru 0.144 432000 2880000.00 288000
Saripa 0.288 864000 2880000.00 288000
Rata - rata 3077333.33 307733.3
Lampiran 14. Harga per Responden pada Cabang Usahatani Cabai Di Desa Sukagalih, (Rupiah per kilogram)
Responden
Panen ke-
Rata rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ujang 7 000, 00 7 000, 00 8 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 4 500, 00 5 000, 00 10 000, 00 0, 00 0, 00 5 500, 00
Kosasih 6 000, 00 6 200, 00 6 200, 00 6 200, 00 6 500, 00 7 700, 00 8 000, 00 8 000, 00 8 000, 00 8 000, 00 0, 00 0, 00 5 900, 00
Ajud 7 000, 00 4 500, 00 4 500, 00 3 500, 00 4 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 5 000, 00 0, 00 0, 00 4 416, 67
Nurdin 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 4 500, 00 5 000, 00 8 000, 00 8 000, 00 8 000, 00 10 500, 00 12 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 8 166, 67
Mahmur 7 000, 00 7 500, 00 4 000, 00 4 200, 00 3 500, 00 2 500, 00 10 000, 00 9 000, 00 9 000, 00 9 000, 00 0, 00 0, 00 5 475, 00
Usup 5 000, 00 5 000, 00 6 000, 00 6 500, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 500, 00 7 500, 00 4 000, 00 4 000, 00 0, 00 0, 00 4 958, 33
Sulaiman 5 000, 00 5 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 0, 00 0, 00 6 750, 00
Udin 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 4 500, 00 5 000, 00 5 000, 00 8 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 2 500, 00 2 500, 00 2 500, 00 5 250, 00
Sarin 2 7 000, 00 7 000, 00 6 500, 00 4 000, 00 4 000, 00 5 200, 00 6 000, 00 6 500, 00 5 500, 00 5 500, 00 0, 00 0, 00 4 766, 67
Banan 7 000, 00 7 000, 00 6 500, 00 6 000, 00 5 500, 00 5 700, 00 7 000, 00 7 000, 00 6 500, 00 7 000, 00 0, 00 0, 00 5 433, 33
Eman 7 000, 00 7 000, 00 8 200, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 7 500, 00 11 000, 00 15 000, 00 12 500, 00 0, 00 0, 00 7 183, 33
Sukatma 6 000, 00 6 500, 00 7 000, 00 7 200, 00 8 000, 00 8 500, 00 9 000, 00 7 000, 00 10 000, 00 10 000, 00 0, 00 0, 00 6 600, 00
Dede
Rahman
7 000, 00 7 000, 00 6 000, 00 4 500, 00 4 500, 00 3 200, 00 2 500, 00 4 200, 00 4 200, 00 4 200, 00 0, 00 0, 00 3 941, 67
Parman 5 000, 00 5 000, 00 5 200, 00 5 200, 00 4 000, 00 4 000, 00 3 000, 00 3 000, 00 3 700, 00 3 700, 00 0, 00 0, 00 3 483, 33
Baban 4 000, 00 3 000, 00 2 500, 00 4 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 5 000, 00 4 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 5 208, 33
Sarin 5 000, 00 5 000, 00 4 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 8 000, 00 8 000, 00 12 000, 00 15 000, 00 16 000, 00 0, 00 0, 00 7 125, 00
Juli 4 000, 00 4 000, 00 4 500, 00 4 500, 00 6 700, 00 6 700, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 0, 00 0, 00 4 533, 33
Umar 7 500, 00 7 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 4 300, 00 5 000, 00 5 500, 00 8 000, 00 10 500, 00 10 500, 00 0, 00 0, 00 5 900, 00
Dadang 6 000, 00 6 000, 00 6 500, 00 6 250, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 8 000, 00 15 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 8 312, 50
Dahrimi 8 000, 00 8 000, 00 8 000, 00 9 500, 00 9 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 4 500, 00 4 500, 00 3 000, 00 15 000, 00 15 000, 00 8 083, 33
Saobarudin 7 000, 00 7 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 5 000, 00 5 000, 00 10 000, 00 10 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 8 166, 67
Suhaemi 8 000, 00 8 000, 00 7 000, 00 5 700, 00 5 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 6 500, 00 0, 00 0, 00 5 683, 33
Daman 3 000, 00 3 000, 00 4 000, 00 4 000, 00 6 200, 00 6 200, 00 5 500, 00 5 500, 00 5 500, 00 5 500, 00 0, 00 0, 00 4 033, 33
Yanto 7 500, 00 7 500, 00 7 800, 00 9 000, 00 9 000, 00 9 000, 00 4 700, 00 4 000, 00 4 000, 00 4 000, 00 4 000, 00 4 000, 00 6 208, 33
Irwan 4 500, 00 4 500, 00 4 500, 00 5 000, 00 5 700, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 000, 00 5 516, 67
Saefuloh 5 000, 00 5 000, 00 5 500, 00 5 750, 00 6 000, 00 7 500, 00 8 000, 00 8 000, 00 8 700, 00 8 500, 00 9 000, 00 9 000, 00 7 162, 50
Apud 3 000, 00 3 000, 00 4 200, 00 6 000, 00 6 100, 00 7 500, 00 7 500, 00 6 900, 00 7 000, 00 7 000, 00 9 000, 00 9 000, 00 6 350, 00
Upah 4 000, 00 4 000, 00 3 700, 00 4 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 7 100, 00 7 500, 00 7 500, 00 7 500, 00 0, 00 0, 00 4 816, 67
Pahru 4 000, 00 4 000, 00 3 000, 00 3 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 6 200, 00 6 500, 00 6 000, 00 6 000, 00 0, 00 0, 00 4 266, 67
Saripa 4 000, 00 4 000, 00 7 000, 00 7 000, 00 3 750, 00 4 000, 00 5 000, 00 5 000, 00 7 200, 00 12 000, 00 12 000, 00 12 000, 00 6 912, 50
Rata - Rata 5 783, 33 5 706, 67 5 776, 67 5 600, 00 5 891, 67 6 190, 00 6 533, 33 6 986, 67 7 443, 33 7 830, 00 10 050, 00 10 050, 00 6 986, 81
Lampiran 15. Hasil Panen per Responden pada Cabang Usahatani Cabai Di Desa Sukagalih, ( Kilogram).
Responden
Panen Ke-
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ujang 10 25 45 100 195 220 200 150 90 50 0 0 1085.00
Kosasih 60 115 140 285 325 285 200 150 95 55 0 0 1710.00
Ajud 60 116 180 230 350 435 370 235 270 175 0 0 2421.00
Nurdin 90 125 180 250 360 430 480 320 280 225 150 90 2980.00
Mahmur 20 45 80 125 160 225 190 115 50 35 0 0 1045.00
Usup 45 90 115 150 260 350 300 175 90 60 0 0 1635.00
Sulaiman 80 100 170 260 305 340 315 120 140 55 0 0 1885.00
Udin 15 30 40 80 170 170 225 170 135 90 50 30 1205.00
Sarin2 150 200 375 475 550 700 680 580 200 100 0 0 4010.00
Banan 50 80 100 150 280 325 200 180 75 60 0 0 1500.00
Eman 70 100 160 220 340 250 175 150 90 40 0 0 1595.00
Sukatma 70 130 150 200 270 250 200 160 100 50 0 0 1580.00
Dede Rahman 20 30 70 100 130 180 125 80 50 25 0 0 810.00
Parman 20 40 75 80 110 200 190 150 100 90 0 0 1055.00
Baban 10 15 20 40 65 75 75 90 65 35 20 10 520.00
Sarin 15 20 30 50 80 100 90 75 60 15 0 0 535.00
Juli 15 35 60 120 180 240 250 180 80 40 0 0 1200.00
Umar 100 150 220 310 420 550 600 520 320 210 0 0 3400.00
Dadang 75 100 185 320 400 500 600 620 500 350 180 90 3920.00
Dahrimi 60 95 190 240 280 385 480 575 425 290 100 80 3200.00
Saobarudin 50 100 100 120 150 175 145 95 70 65 40 20 1130.00
Suhaemi 70 115 180 225 325 520 570 530 430 120 0 0 3085.00
Daman 40 60 100 165 200 165 120 100 80 30 0 0 1060.00
Yanto 65 115 200 310 525 610 500 345 200 125 60 45 3100.00
Irwan 20 70 100 175 250 320 390 210 145 100 60 40 1880.00
Saefuloh 75 150 535 320 640 645 320 215 160 130 85 45 3320.00
Apud 25 55 130 220 310 360 220 150 90 40 0 0 1600.00
Upah 15 45 90 130 300 345 250 190 90 45 0 0 1500.00
Pahru 10 25 55 75 125 150 100 70 55 20 0 0 685.00
Saripa 125 165 200 330 415 620 500 370 200 125 70 30 3150.00
Rata - Rata 51.00 84.70 142.50 195.17 282.33 337.33 302.00 235.67 157.83 95.00 27.17 16.00 1926.70
Lampiran 24. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Sisaan pada Model III
Fitted Value
R
e
s
i
d
u
a
l
9.75 9.50 9.25 9.00 8.75 8.50
0.15
0.10
0.05
0.00
-0.05
Residuals Versus the Fitted Values
(response is LN PRODUKSI)
Plot Uji Heteroskedastisitas Sisaan
RESI1
P
e
r
c
e
n
t
0.15 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
0.207
-4.50010E-15
StDev 0.04518
N 30
AD 0.488
P-Value
uji kenormalan sisaan
Normal
Wilayah kritik : F hitung>F
(k-1, n-k)
: tolak H
0
; F hitung<F
(k-1, n-k)
: tidak tolak H
0
F
tabel (1,20) ; 5%
= 4,45
Karena Fhitung > F tabel, maka H
0
dapat ditolak
Keterangan : JKR
R
= Jumlah kuadrat regresi pada model restriksi
JKS
UR
= Jumlah kuadrat sisaan pada model tanpa restriksi
m = Jumlah restriksi linier, pada model restriksi digunakan 1 restriksi.
n = Jumlah observasi
k = Jumlah parameter pada model tanpa restriksi