SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Reigana Gabriel Laurens, lahir di Medan pada
tanggal 06 Oktober 1995. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara
dari Bapak Johannes Laurens (Alm) dan Ibu Ida Chatarina Sibuea. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh dan kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah
sebagai berikut :
1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SD St. AntoniusMedan dan tamat tahun
2007.
2. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Putri Cahaya Medan
3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA St. Thomas 1 Medan dan
5. Pada bulan Juli - Agustus 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi
4. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas
5. Ibu Siti Khadijah H. N. S.P., M.Si selaku Dosen Penasihat Akademik yang
iv
Universitas Sumatera Utara
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Johannes Laurens (Alm) dan Ibu Ida
perhatian, kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini pada waktu yang tepat.
7. Kakak tercinta Nathassya Gloria Laurens, S.E dan Abang tercinta Biondi
banyak perhatian, kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril maupun
Jovi, Diko, Lucas, Bryan, Dina, May, Fhany, Loly, Merry, Tania, Stephany,
Septiani dan Berth yang telah memberikan motivasi dan dukungan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini pada waktu yang tepat.
9. Teman sepelayanan muger terbaik Helena, bang Charisma, kak Mutiara, bang
Jimmy, kak Carolina, kak Raisa, Rachel, Chynthia, Aris, Bona, Bella, Tasya,
Theodora, Ugani, Yunike, Daniel, Debora, dan bang Immanuel yang telah
10. Sahabat kuliah Bon Doli, Ikbal, Wuddan, Annur, Fanema, Eny, Tio, Tiurma,
Henny, Herlina, Sri Ayu dan KTB Glory-Glory Hallelujah Ayu, Widya,
Kiky, Diana, Ulfa, dan Rian yang telah memberikan motivasi dan dukungan
doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini pada waktu yang tepat.
11. Sahabat sedoping ALS Ivan, Febrinae, Novita, Tiara, bang Christ, bang
Anggi, kak Sylvia dan alumni ALS kak Angel, kak Vanny, kak Vero, bang
v
Universitas Sumatera Utara
Yovi dan bang Yoga yang telah membantu penulis semasa menjalani skripsi
12. Seluruh teman-teman seangkatan 2013 dan seluruh pihak yang tidak dapat
13. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
serta kepada seluruh staf pengajar dan seluruh staf pegawai Fakultas
Departemen Agribisnis Kak Runi dan Kak Lisbeth yang telah membantu
14. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis yaitu
Bapak Samiun selaku PPL di Desa Telaga Jernih, Bapak Tumino selaku
Jernihdan Bapak Sukirdi selaku Kepala Desa Telaga Jernih yang telah banyak
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi
terima kasih.
Penulis
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
1.4 Kegunaan Penulisan .............................................................................. 8
vii
Universitas Sumatera Utara
3.5 Definisi dan Batasan Operasional.......................................................... 35
3.5.1 Definisi .......................................................................................... 35
3.5.2 Batasan Operasional..................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
ix
Universitas Sumatera Utara
5.1 Penerimaan Total (Total Revenue) Usahatani 47
Cabai Merah di Desa Telaga Jernih, Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
xii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki
arti dan kedudukan penting dalam perekonomian nasional. Sektor ini berperan
sebagai sumber penghasil bahan makanan, sumber bahan baku bagi industri, mata
dan bunga (tanaman hias) dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang sangat
Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, ada beberapa tanaman yang
merupakan komoditas unggulan di Sumatera Utara pada tahun 2015 antara lain:
panjang dan ketimun. Sepuluh jenis tanaman unggulan ini mempunyai kapasitas
1
Universitas Sumatera Utara
2
produksi terbesar dari 26 jenis tanaman sayuran dan buah-buahan semusim yang
ada di Sumatera Utara. Produksi sayuran terbesar adalah tanaman cabai yaitu
Sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura, cabai merupakan salah satu
komoditi tanaman sayuran buah semusim yang berbentuk perdu. Cabai tergolong
sayuran buah multi guna dan multi fungsi yang dapat dibudidayakan di lahan
dataran rendah atau pun di lahan dataran tinggi. Tanaman berbentuk perdu ini
mempunyai daun bercelah menyisip, tersusun pada tangkai dan berwarna hijau.
Buahnya dapat dipetik sampai beberapa kali, lebih dari satu tahun, bentuknya
bulat memanjang yang pada ujungnya meruncing. Warna cabai merah mula-mula
Cabai merah merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk
keuntungan. Ada waktu dimana petani sering mengalami kerugian yang sangat
besar. Hal ini terkait dengan resiko yang dihadapi petani terutama dari sisi harga.
Harga cabai merah sangat fluktuatif, hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh
proses produksi cabai merah. Kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, mudah
berubah, sulit untuk diramalkan, dan tidak dapat dikendalikan menjadi suatu
risiko bagi pelaku usaha dibidang pertanian. Faktor alam seperti perubahan suhu
dan fluktuasi iklim atau cuaca merupakan suatu ketidakpastian yang menjadi
variabel penyebab terjadinya risiko dalam usaha pertanian, dan risiko tersebut
Berikut ini disajikan data perkembangan produksi, luas panen dan produktivitas
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa produksi cabai merah mengalami fluktuasi
Faktor produksi dapat berupa masukan (input) produksi maupun faktor iklim.
Masukan (input) seperti sarana produksi pertanian masih dapat dikendalikan oleh
petani, sedangkan curah hujan, suhu, dan berbagai variabel iklim yang lain tentu
pengeluaran (B/C) sehingga dapat diketahui apakah usahatani cabai merah layak
untuk diusahakan.
tahun. Namun, harganya sering mengalami fluktuasi yang sangat drastis. Tahun
kembali ke harga normal. Namun kondisi ini hanya berlangsung sementara. Tahun
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi harga cabai merah dari
merah diduga juga akan berpengaruh terhadap efisiensi alokasi faktor produksi.
Oleh sebab itu usahatani cabai merah biasanya dilakukan dalam skala kecil. Hal
ini terjadi karena usahatani ini sangat tergantung terhadap harga jual yang
pendapatan petani.
Berikut ini disajikan data perkembangan harga cabai merah di tingkat produsen di
Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam usaha tani cabai merah mencakup
dua hal pokok yaitu : (1) Investasi yang berupa tanah, peralatan dan administrasi,
(2) Alat dan Bahan produksi kerja termasuk di dalamnya bibit, mulsa plastik,
pupuk, pestisida, tenaga kerja, gaji pengelola, transportasi dan traktor. Komponen
menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja (eksploitasi). Biaya
dana awal pendirian usaha yang meliputi biaya persiapan, sewa lahan/areal usaha
dan peralatan. Biaya modal kerja/eksploitasi adalah seluruh biaya yang harus
dikeluarkan dalam proses produksi dalam hal ini pada awal proyek. Biaya
eksploitasi atau biaya modal kerja selalu tergantung pada besar kecilnya produksi
per periode waktu. Biaya operasional ini meliputi biaya sarana produksi pertanian
Masukan produksi merupakan sumber biaya pada suatu usahatani, sehingga harus
produksi dapat dikendalikan melalui alokasi jumlah yang tepat, sehingga setiap
belum mengenal sistem budidaya dengan mulsa plastik. Salah satu cara untuk
Analisis usahatani tidak sekedar hanya untuk mengetahui jumlah modal yang
titik balik modal/BEP dan rasio biaya dan pendapatan (B/C) (Prajnanta, 1999).
sebagai berikut :
penelitian?
3) Bagaimana break event point (titik impas) usahatani cabai merah di daerah
penelitian?
penelitian.
penelitian.
3) Untuk menganalisis break event point (titik impas) usahatani cabai merah di
daerah penelitian.
Penelitian dalam hal ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut :
usaha taninya.
membutuhkannya.
Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000spesies yang
terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyaknya
negeri tropis. Namun, secara ekonomis yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru
Kingdom : Plantarum
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Solanale
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
(Keyendh, 2011).
10
Universitas Sumatera Utara
11
Cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu,
banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk
tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau
gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun
mempunyai tulang menyirip. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun
oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietas nya
Perakaran tanaman cabai hibrida merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar
utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-
serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35 – 50 cm. Akar lateral
Bunga cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama halnya
dengan tanaman dari keluarga Solanaceae lainnya. Bunga cabai merupakan bunga
lengkap yang terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik.
Bunga cabai juga berkelamin dua, karena benang sari dan putik terdapat dalam
Bentuk buah bervariasi mulai dari yang panjang lurus, mata kail (lurus dengan
mulsa plastik, sehingga tidak memerlukan penyiangan hingga akhir masa tanam.
Pemupukan pada tanaman cabai merah biasanya 5-7 kali per masa tanam. Hama
dan penyakit tanaman cabai yang paling sering mengganggu antara lain: hama
tungau merah, thrips, peridroma saucia, heliotis sp., spodoptera sp., lalat buah,
volume impor lebih besar daripada volume ekspor sehingga secara umum neraca
perdagangan berada dalam kondisi defisit. Tahun 2008 neraca perdagangan pada
posisi surplus namun tahun-tahun selanjutnya pada posisi defisit. Selama periode
membesar bahkan pada tahun 2012 defisit perdagangan cabai bahkan mencapai
169% terhadap total ekspor pada tahun yang sama. Selama periode yang sama,
volume eskpor cabai tumbuh dengan laju 55%/tahun sementara volume impor
tumbuh dengan laju 111%/tahun. Impor cabai dari Indonesia sebagian besar
berasal dari Jepang, Hong Kong, Korea, China, Thailand, Singapura, Malaysia,
Harga produk dibidang pertanian berbeda dengan harga produk dibidang industri
dalam menggunakan input dan menjual output). Di bidang industri, waktu ini
sangat dekat.
dibidang pertanian.
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu dari enam
komoditi cabai merah ini karena penggunaannya yang relatif sering dalam
rasa makanan. Menurut Rukmana (1996) bahwa cabai menempati urutan paling
Cabaimerah (Capsicum annuum L.) biasanya diekspor dalam bentuk segar dan
Ada satu fenomena yang biasanya terjadi pada saat panen raya cabai merah, yaitu
harga cabai merah yang turun drastis sedangkan jumlah panennya sangat tinggi,
sehingga petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga rendah tersebut
dan biasanya modal tanamnya tidak kembali. Petani cabai tetap menanggung
resiko usaha yang sangat tinggi, yang tercermin dari lebarnya kesenjangan harga
terendah dan tertinggi, yaitu antara Rp 2000/kg pada saat panen raya dan Rp
Rahmanto, 1998). Meskipun harga pasar cabai sering naik dan turun cukup tajam,
Secara umum harga cabai ditentukan oleh jumlah pasokan/suplai dan jumlah
meningkat cepat, sebaliknya pada saat pasokan lebih besar dari permintaan maka
cenderung konstan setiap waktu, hanya pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada hari
raya atau hari besar keagamaan permintaan cabai meningkat sekitar 10-20%,
padi menyebabkan panen raya cabai cenderung bersamaan. Oleh karenanya untuk
membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Berikut ini merupakan
Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani dalam
yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami dan
itu juga dengan pendidikan maka akan memberikan atau menambah kemampuan
Modal juga menjadi syarat penentu dalam menjalankan bisnis cabai untuk
industri. Pasalnya, kegiatan budidaya akan berlangsung dengan baik jika biaya
produksi tersedia. Masalah yang sering dihadapi petani cabai yaitu sulitnya
mendapat modal awal. Alternatif perolehan modal selain dana pribadi biasanya
berupa pinjaman baik dari investor, perbankan, koperasi, supplier sarana produksi
pertanian, para pedagang, maupun pihak industri (Hamid dan Munir, 2011).
efisiensi dan mutu produk, sehingga berdaya saing tinggi. Inovasi teknologi
petani dengan dunia luar yang nantinya akan memberikan inovasi baru bagi para
perkembangan inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, Radio, Telepon)
media cetak (Surat kabar, Tabloid, Majalah) dan beperginya petani keluar daerah
tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memaskan usahatani mereka juga
Sifat fisik hasil pertanian berbeda dengan sifat fisik hasil industri. Cabai merah
sebagai salah satu produk hasil pertanian memiliki karakteristik yang khas.
Karakteristik tersebut yaitu sifat produk cabai merah yang mudah rusak / busuk,
sifat kadar air yang tinggi dalam cabai merah dan variasi warna, bentuk serta
• Kandungan air
Cabai merah memiliki sifat mudah rusak. Sifat mudah rusak ini dipengaruhi oleh
kadar air dalam cabai yang sangat tinggi sekitar 90% dari kandungan cabai merah
itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dapat menjadi penyebab
kerusakan cabai pada saat musim panen raya. Hal ini dikarenakan hasil panen
serentak, sehingga menyebabkan kadar air dalam cabai masih dalam keadaan
Cabai dipanen pada saat buah memiliki bobot maksimal, bentuknya padat, dan
warnanya tepat merah menyala (untuk cabai merah) dengan sedikit garis hitam
(90% masak). Umur panen cabai pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu
(Anonimousb, 2011).
Produk hasil pertanian dikenal tidak tahan lama dan sangat mudah rusak.
kandungan air yang relatif tinggi, faktor-faktor lain yang lekat dengan
karakteristik biologis dan fisiologis produk agronomi itu sendiri. Sifat fisiologis
ini menyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai
40%. Daya tahan cabai merah segar yang rendah ini menyebabkan harga cabai
yang tepat dapat menyelamatkan serta meningkatkan nilai tambah produk cabai
karakteristik hasil pertanian lainnya yaitu ciri-ciri produksi cabai merah yang
terpencar-pencar menurut lokasi, dan panen yang tidak seragam serta berkali-kali.
Cabai merah dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, mulai dari dataran rendah
hingga dataran tinggi sampai ketinggian 2.000 m dpl. Kondisi tanah yang baik
untuk pertumbuhannya adalah subur, remah, kaya bahan organik, dan berdrainase
baik. Keasaman tanah yang disukainya adalah pH 5,5 – 6,8. Selain itu cabai
merah akan tumbuh baik bila ditanam di tempat yang berkelembapan sedang
sampai tinggi dan bersuhu 18 – 30o C. Cabai merah menghendaki curah hujan
tahunan 600 – 1.250 mm. Cabai merah pun membutuhkan sinar matahari penuh
• Bersifat musiman
Menurut Dermawan dan Asep (2010), salah satu sifat tanaman cabai yang disukai
oleh petani adalah tidak mengenal musim. Artinya, tanaman cabai dapat ditanam
kapan pun tanpa tergantung musim. Cabai juga mampu tumbuh di rendengan
maupun labuhan, itulah sebabnya cabai dapat ditemukan kapan pun di pasar atau
di swalayan.
tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus menerus. Selain itu,
genangan air pada daerah penanaman bisa mengakibatkan kerontokan daun dan
terserang penyakit akar. Pukulan air hujan juga bisa menyebabkan bunga dan
Keberadaan lokasi penanaman cabai yang terpencar-pencar dan jauh dari pusat
karena adanya peran dari pedagang perantara yang cenderung menambah upaya
Lokasi yang tepat akan memudahkan dalam teknis pemeliharaan dan mengurangi
Umur panen cabai pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal yakni varietas, lokasi
akan berbeda juga. Penanaman di lokasi yang sama dengan varietas yang berbeda
juga akan menentukan perbedaan umur panen. Kombinasi pupuk juga dapat
Umumnya, panen dilakukan 3 – 4 hari sekali atau paling lambat seminggu sekali.
bulan. Keadaan ini sangat tergantung pada keadaan pertanaman dan perlakuan
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada
tanaman agara tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik.
Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah sarana
produksi, input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk dan
2.2.2.Biaya Produksi
Dalam suatu usaha untuk menghasilkan suatu produk memerlukan biaya, yaitu
seluruh korbanan dalam proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga
input, dinilai dalam bentuk uang menurut harga pasar menjadi biaya produksi
Biaya-biaya yang termasuk dalam usatahani yaitu biaya tetap (FC) merupakan
biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan oleh
perusahaan hingga tingkatan tertentu. Biaya variabel (VC) merupakan biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah output yang diproduksi oleh perusahaan,
semakin besar jumlah output yang dihasilkan, akan semakin besar biaya variabel
2.2.3. Penerimaan
tersebut. Penerimaan tunai dalam usahatani merupakan nilai uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang serta tidak
2.2.4. Pendapatan
ekonomi perusahaan modal yaitu barang ekonomi yang dapat digunakan untuk
penerimaan yang didapatkan dengan total biaya yang digunakan dalam usahatani
(Suratiyah, 2009).
Pendapatan usahatani diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat
ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan
(Soekartawi, 1998).
Analisis finansial adalah studi yang bertujuan sebagai penilaian suatu kegiatan
yang dilakukan layak atau tidak layak dilihat dari aspek finansial
(Soekartawi, 1995).
Analisis kelayakan merupakan penilaian sejauh mana manfaat yang di dapat dari
Kelayakan suatu usahatani yang sedang dilaksanakan dapat dikatakan layak atau
1. R/C > 1
2. B/C > 1
Apabila kriteria diatas sudah terpenuhi maka usaha tersebut layak untuk
Analisis finansial dalam suatu usahatani dapat dilihat dari kriteria perhitungan
R/C ratio dan B/C ratio. Penjelasan dari kriteria yang akan digunakan yaitu
1. R/C ratio
R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruhbiaya yang
digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang semakin besar
2. B/C ratio
suatu usaha untuk melihat manfaat yang didapat oleh proyek dengan satu rupiah
pengeluaran. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari satu usaha menguntungkan dan
layak untuk dikerjakan. Jika lebih kecil dari satu usaha tidak menguntungkan dan
Analisis BEP yaitu suatu keadaan perusahaan dalam melakukan kegiatan tidak
(Suratiyah, 2009).
mengalami kerugian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2011) dengan judul skripsi
untuk diusahakan, karena nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total
menunjukkan nilai lebih dari satu, yakni sebesar 2,65 dan 2,46; dengan artian
rasio penerimaan dengan pengeluaran berdasarkan biaya tunai dan total, masing-
masing sebesar 2,59 dan 1,59. Ukuran rasio tersebut merupakan indikator bahwa
Cabai merah menjadi salah satu komoditas sayuran penting. Buahnya dikenal
sebagai bahan penyedap dan pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia.
Karenanya hamper setiap hari produk ini dibutuhkan. Kian hari, kebutuhan akan
komoditas ini semakin meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan
merah merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk dibudidayakan.
Ada waktu dimana petani sering mengalami kerugian yang sangat besar. Hal ini
terkait dengan resiko yang dihadapi petani terutama dari sisi harga. Harga cabai
merah sangat fluktuatif, hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh permintaan
karena harga merupakan salah satu komponen penerimaan usahatani selain hasil
efisiensi alokasi faktor produksi. Oleh sebab itu usahatani cabai merah biasanya
dilakukan dalam skala kecil. Hal ini terjadi karena usahatani ini sangat tergantung
terhadap harga jual yang berfluktuasi setiap waktu, sehingga mempengaruhi hasil
Permasalahan lain yang dihadapi petani cabai merah yaitu produktivitas cabai
merah yang cenderung mengalami penurunan. Hal ini berdampak pada penurunan
pengeluaran (B/C) sehingga dapat diketahui apakah usahatani cabai merah layak
untuk diusahakan.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas cabai merah skala nasional
produksi dapat dikendalikan melalui alokasi jumlah yang tepat, sehingga setiap
Metode yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani cabai merah yaitu
diperhatikan beberapa hal seperti input dan output dimana dari input produksi
tersebut yang berupa lahan, benih, pupuk, pestisida, mulsa dan tenaga kerja akan
menjadi biaya produksi dalam usahatani cabai merah (Capsicum annum L.).
Output produksi usahatani cabai merah (Capsicum annum L.) yang berupa buah
cabai merah menjadi jumlah produksi yang akan menjadi penerimaan bagi petani
merah yang dikurangi oleh total biaya produksi. Usahatani cabai merah ini
nantinya akan dianalisis dengan menghitung R/C ratio, B/C ratio, dan Break
Event Point. Jika usahatani cabai merah sesuai dengan kriteria kelayakan secara
finansial maka usahatani ini layak untuk dikembangkan dan menguntungkan atau
memberi manfaat bagi petani cabai merah. Secara skematis kerangka pemikiran
PRODUKSI
HARGA JUAL
BIAYA PRODUKSI
PENERIMAAN
• Lahan
• Benih
• Pupuk
• Pestisida
• Mulsa
PENDAPATAN
• Tenaga Kerja
ANALISIS FINANSIAL
Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian
sebagai berikut :
3. Usahatani cabai merah di daerah penelitian telah melewati titik impas atau
yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan.
merupakan salah satu sentra produksi cabai merah di Sumatera Utara khususnya di
karena desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan dan produksi
Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Tanaman Cabai
Menurut Kecamatan, Tahun 2014
Kecamatan Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1. Bahorok 13 49 3,76
2. Serapit 12 47 3,91
3. Salapian 2 4 3,50
4. Kutambaru 4 13 3,23
5. Sei Bingai 9 37 4,11
6. Kuala 16 65 4,06
7. Selesai 33 140 4,24
8. Binjai 51 227 4,45
9. Stabat 21 86 4,09
10. Wampu 20 73 3,65
11. Batang Serangan 2 7 3,50
12. Sawit Seberang - - -
13. Padang Tualang 10 38 3,80
29
Universitas Sumatera Utara
30
Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Secanggang merupakan daerah
produksi cabai terbesar dan luas panen terbesar di Kabupaten Langkat dengan luas
panen untuk komoditi cabai yaitu sebesar 83 Ha, produksi cabai sebesar 342 Ton
Tabel 3.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Cabai Menurut Desa/
Kelurahan, Tahun 2014
Desa / Kelurahan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
1. Kepala Sungai 5 25
2. Perkotaan 6 30
3. Teluk 7 36
4. Cinta Raja - -
5. Telaga Jernih 12 60
6. Karang Gading 10 55
7. Kuala Besar - -
Lanjutan Tabel 3.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Cabai Menurut
Desa/ Kelurahan, Tahun 2014
Desa / Kelurahan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
8. Selotong 3 15
9. Secanggang 9 47
10. Tanjung Ibus 7 38
11. Hinai Kiri 8 42
12. Kebun Kelapa 9 48
13. Sungai Ular 10 52
14. Jaring Halus - -
15. Karang Anyar 3 16
16. Pantai Gading - -
17. Suka Mulia - 31
Jumlah 89 495
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2015
Dari Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa Desa Telaga Jernih merupakan daerah
Kabupaten langkat dengan luas panen untuk komoditi cabai yaitu sebesar 12 Ha,
produksi cabai sebesar 60 Ton dan rata-rata produksi cabai sebesar 5 Ton/Ha.
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus. Menurut
Singarimbun dan Efendi (1989) metode sensus, yakni semua populasi dicacah
jumlah populasi. Alasan pengambilan metode sensus karena jumlah populasi yang
kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah petani cabai merah, dimana seluruh petani
cabai merah di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel. Jumlah populasi petani
yang mengusahakan cabai merah di Desa Telaga Jernih yaitu 32 petani, sehingga
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dengan wawancara.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga serta instansi yang terkait seperti
pendapatan usahatani cabai merah. Menurut Gilarso (2003) biaya total merupakan
penjumlahan dari seluruh biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap yang
TC = FC + VC
Keterangan :
Penerimaan usahatani cabai merah yaitu jumlah produksi cabai merah dikali
dengan harga jual cabai merah, dengan rumus sebagai berikut ini :
TR = Y . P
Keterangan :
(Suratiyah, 2009).
merah dengan seluruh biaya yang digunakan. Rumus pendapatan sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan (Rp)
(Soekartawi, 1995).
yang digunakan yaitu R/C ratio dan B/C ratio. Revenue Cost Ratio merupakan
digunakan :
𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏
𝐑𝐑/𝐂𝐂 =
𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁
a = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
a = {(Py.Y) / (FC+VC)}
Keterangan :
R = Penerimaan (Rp)
Y = Output (Kg)
lebih besar dari satu. Jika R/C ratio usahatani lebih kecil dari satu maka usahatani
B/C ratio adalah perbandingan keuntungan usahatani yang diperoleh dengan total
𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊𝐊
𝐁𝐁/𝐂𝐂 =
𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓 𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁
Analisis B/C ratio digunakan untuk melihat kelayakan dan manfaat dari usahatani
yang dilaksanakan. Usahatani dikatakan layak jika nilai B/C ratio lebih besar dari
satu. Nilai manfaat yang diperoleh dari usahatani semakin besar apabila nilai B/C
event point (titik impas). Analisis Break Event Point (BEP) digunakan sebagai
dicapai jika total penerimaan atau total revenue sama dengan total biaya atau total
cost (TR=TC). Konsep penerimaan (TR) = p.q dan jumlah biaya (TC) = a + bq.
TR = p . q dan TC = a + bq
BEP adalah p . q = a + bq
p . q - bq = a
q (p – b) = a
q = a(p−b)
Keterangan :
(Ibrahim, 2009).
𝐓𝐓𝐓𝐓
𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁 𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏𝐏 (𝐊𝐊𝐊𝐊) =
𝐏𝐏
Keterangan :
(Mahyuddin, 2007).
𝐓𝐓𝐓𝐓
𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁 𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇 (𝐑𝐑𝐑𝐑) =
𝐘𝐘
Keterangan :
(Suratiyah, 2009).
3.5.1 Definisi
2. Produksi cabai merah adalah hasil panen dari cabai merah yang bernilai
3. Biaya produksi usahatani cabai merah adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi atau jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap usahatani
cabai merah per musim tanam yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
4. Harga jual adalah nilai produk cabai merah atau harga cabai merah yang
berlaku di tingkat produsen yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram
(Rp/Kg).
diperoleh petani dikali dengan harga jual cabai merah yang dinyatakan dalam
usahatani cabai merah yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh petani untuk usahatani cabai merah yang dinyatakan dalam satuan rupiah
(Rp).
seluruh biaya yang dipakai pada usahatani cabai merah selama proses
produksi.
seluruh biaya yang dipakai pada usahatani cabai merah selama proses
produksi.
9. Break Even Point (BEP) usahatani cabai merah adalah keadaan usahatani
cabai merah tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian atau
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
Langkat. Desa Telaga Jernih terletak di dataran rendah dengan ketinggian tempat
5m dpl dan rata-rata suhu udara 32oC serta luas wilayah 1.259 Ha yang terdiri
dari: sawah tadah hujan 440 Ha, kebun sawit 259 Ha, perladangan 200 Ha,
perumahan/pemukiman 203 Ha, tanah wakaf 2 Ha, dan lainnya 155 Ha. Desa ini
terdiri dari 18 dusun dengan jumlah 1.381 KK. Berikut ini merupakan kondisi
• Letak Astronomi
• Orbitasi
Luas lahan Desa Telaga Jernih menurut penggunaan atau fungsinya di bagi
lainnya. Berikut ini merupakan luas tata guna lahan di Desa Telaga Jernih :
Tabel 4.1 Luas Tata Guna Lahan di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tata guna lahan di Desa Telaga Jernih yang
paling luas adalah areal persawahan yang merupakan lahan sawah tadah hujan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa Telaga Jernih, jumlah
penduduk Desa Telaga Jernih terdiri dari 4.734 jiwa dengan perincian laki-laki
berjumlah 2.410 jiwa dan perempuan berjumlah 2.324 jiwa serta jumlah rumah
tangga (RT) sebanyak 1.381 KK. Berikut ini merupakan data distribusi penduduk
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Telaga Jernih masih
tergolong umur produktif (15 – 59 tahun) yaitu sebanyak 3.141 jiwa (66,35%) dan
umur yang tidak produktif (< 15 tahun dan > 59 tahun) yaitu sebanyak 1.593 jiwa
(33,65%). Berikut ini merupakan data jumlah penduduk menurut agama dan
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Telaga Jernih lebih
banyak menganut agama Islam yaitu sebanyak 4.716 jiwa (99,6%) dan yang
paling sedikit adalah agama Kristen yaitu sebanyak 4 jiwa (0,10%). Berikut ini
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Telaga
Jernih yang paling banyak adalah SMA yaitu sebesar 709 jiwa (45,22%) dan yang
paling sedikit adalah S1 yaitu sebesar 48 jiwa (3,06%). Tingkat pendidikan ini
hampir selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Telaga Jernih. Selain itu tradisi
sedekah bumi, tolak balak, turun bibit, punggahan, surahan, dan sejenisnya masih
pengamanan (siskamling) Desa Telaga Jernih ini tampak kurang aktif, karena
semakin banyak waktu yang digunakan oleh masyarakat untuk mencari nafkah
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Telaga
Jernih yang paling banyak adalah wiraswasta yaitu sebesar 733 jiwa (46,99%) dan
yang paling sedikit adalah BUMN yaitu sebesar 3 jiwa (0,19%). Sedangkan mata
desa tersebut. Berikut ini disajikan data distribusi sarana dan prasarana yang
Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Telaga Jernih
telah terpenuhi dengan baik melalui adanya berbagai fasilitas yang mendukung,
bahwa populasi petani cabai merah sebanyak 32 orang maka jumlah sampel yang
jumlah produksi cabai merah, dan luas lahan cabai merah, serta karakteristik
sosial petani yaitu umur, pendidikan, lama berusahatani, dan jumlah tanggungan
keluarga. Berikut disajikan data karakteristik sampel petani cabai merah di Desa
Sumber pendapatan utama petani sampel berasal dari sektor pertanian yaitu
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usahatani petani cabai merah di Desa
Telaga Jernih masih relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Jumlah produksi cabai merah petani sampel berkisar antara 1 – 3,5 ton dengan
rataan jumlah produksi cabai merah sebesar 2,002 ton. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah produksi cabai merah petani sampel di Desa Telaga Jernih masih
rendah jika dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani cabai merah.
Luas Lahan
Luas lahan petani sampel berkisar antara 0,08– 0,50Ha dengan rataan luas lahan
sebesar 0,244 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani cabai merah di Desa Telaga
Umur Petani
Umur petani sampel yang menjadi objek penelitian berkisar antara 25 – 79 tahun
dengan rataan umur 46 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih
dalam usia yang produktif, sehingga petani cabai merah di Desa Telaga Jernih
usahataninya.
Pendidikan Petani
Pendidikan petani sampel terdiri dari SD, SMP, dan SMA dengan kisaran
sampel adalah SMA. Oleh karena itu wawasan, pengetahuan, cara berpikir dan
Lama Berusahatani
Lama berusahatani petani sampel berkisar antara 5 – 50 tahun dengan rataan lama
sampel sudah cukup lama, sehingga petani cabai merah di Desa Telaga Jernih
usahataninya.
rataan jumlah tanggungan sebanyak 3 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
tanggungan keluarga petani cabai merah di Desa Telaga Jernih tergolong cukup
besar.
utama mereka berasal dari usahatani. Adapun salah satu sumber pendapatan
Penerimaan usahatani cabai merah adalah nilai yang diperoleh dari produksi total
cabai merah yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual cabai merah. Besar
kecilnya penerimaan yang diperoleh dari usahatani cabai merah ini dipengaruhi
oleh besar kecilnya produksi cabai merah dan harga jual cabai merah yang
berlaku, karena produksi total dan harga jual merupakan komponen dari
penerimaan usahatani.
Buah cabai merah merupakan komponen produksi cabai merah yang dihasilkan
petani. Umumnya petani sampel dapat memperoleh hasil produksi cabai merah
sekitar 25 Kg per rante dengan masa pemanenan kurang lebih 15 kali panen dalam
sekali musim tanam cabai merah. Rata-rata luasan lahan cabai merah petani yaitu
0,244 Ha. Lahan cabai merah ini dapat menghasilkan 2,002 ton cabai merah per
petani dalam satu musim tanam. Sehingga produktivitas cabai merah di Desa
Telaga Jernih yaitu sebesar 8,21 Ton/Ha. Sementara produktivitas optimal cabai
47
Universitas Sumatera Utara
48
bahwa terdapat selisih sebesar 4,79 – 8,79 ton/ha antara produktivitas optimal
Harga jual cabai merah merupakan nilai produk cabai merah yang berlaku dalam
satuan rupiah per kilogram. Harga jual cabai merah ini berfluktuatif setiap waktu
harga jual cabai merah di Desa Telaga Jernih yaitu Rp. 15.281/kg cabai merah.
Penerimaan petani cabai merah di daerah penelitian diperoleh dari hasil penjualan
buah cabai merah. Umumnya petani dapat memanen buah cabai merah dalam
berikut disajikan data penerimaan total usahatani cabai merah di Desa Telaga
Penerimaan total usahatani cabai merah per hektar per musim tanam lebih besar
dari pada penerimaan total usahatani cabai merah per petani per musim tanam.
Produksi total diperoleh dari banyaknya buah cabai merah yang dipanen oleh
petani selama satu musim tanam. Hasil produksi cabai merah ini kemudian di jual
kepada pedagang pegumpul dengan harga yang telah ditentukan. Hasil produksi
cabai merah yang telah dijual petani kepada pedagang pengumpul akan menjadi
Biaya total atau biaya produksi merupakan korbanan yang perlu dilakukan oleh
petani untuk memperoleh input produksi yang akan digunakan dalam mengelola
ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap usahatani cabai merah
pada penelitian ini berupa biaya penyusutan peralatan pertanian dan biaya sewa
lahan / PBB , dimana penggunaannya tidak habis dalam satu masa musim tanam.
Selain biaya tetap, terdapat juga biaya variabel dimana penggunaanya habis dalam
satu masa musim tanam. Biaya yang termasuk kedalam biaya variabel adalah
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan
meskipun produksinya banyak atau sedikit dan dapat dipakai berulang kali dalam
proses produksi. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan pada usahatani cabai
merah terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan biaya sewa lahan / PBB.
Penyusutan Peralatan
diantaranya terdiri atas cangkul, sabit, parang, mesin air, selang air, hand sprayer,
dan beko. Berikut disajikan data rata-rata biaya penyusutan peralatan pertanian
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa biaya total penyusutan peralatan
pertanian per hektar per musim tanam lebih besar dari biaya total penyusutan
peralatan pertanian per petani per musim tanam. Dari data tersebut diketahui
bahwa mesin air merupakan biaya penyusutan peralatan terbesar yang harus
dikeluarkan petani. Mesin air ini digunakan petani untuk menyiram tanaman cabai
merah karena tanaman ini membutuhkan cukup air setiap hari agar tidak
terkecil yang dikeluarkan petani dalam usahatani cabai merah. Alat sabit ini
digunakan petani untuk menyiangi gulma yang tumbuh di sekitar tanaman cabai
Lahan yang digunakan petani cabai merah di Desa Telaga Jernih merupakan lahan
sewa dan lahan milik sendiri, sehingga petani perlu membayar biaya sewa lahan
dan diwajibkan membayar biaya pajak lahan (PBB). Dalam usahatani cabai merah
di Desa Telaga Jernih diketahui bahwa rata-rata besarnya biaya sewa lahan / pajak
(PBB) lahan cabai merah per petani adalah sebesar Rp.1.394.688per tahun dengan
besarnya biaya sewa lahan sekitar Rp. 300.000 per rante per tahun dan besarnya
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan petani yang habis terpakai
dalam satu periode produksi dan tidak dapat digunakan berulang kali. Biaya yang
biaya variabel yang dikeluarkan petani pada usahatani cabai merah antara lain
Para petani di Desa Telaga Jernih menggunakan benih cabai merah varietas lokal
dan hibrida yang dijual sebesar Rp. 126.406/pack. Benih yang dibeli berasal dari
toko pertanian yang ada di Desa Telaga Jernih. Kebutuhan benih cabai merah
yaitu banyaknya benih yang disemaikan untuk ditanam pada bedengan lahan.
Rata-rata benih cabai merah yang dibutuhkan petani yaitu 3,375 pack sehingga
biaya total benih yang di keluarkan petani cabai merah di Desa Telaga Jernih
yaitu sebesar Rp. 435.156per musim tanam dan biaya total benih per hektar per
Mulsa
Penggunaan mulsa sangat dianjurkan untuk bertanam cabai merah secara intensif.
Mulsa yang digunakan petani cabai merah di Desa Telaga Jernih yaitu mulsa
plastik hitam perak. Penggunaan mulsa ini bertujuan untuk mengurangi gulma
sehingga menekan biaya penyiangan. Rata-rata mulsa plastik hitam perak yang
dibutuhkan petani yaitu 3,53 bal dengan harga mulsa sebesar Rp 264.063/bal
sehingga biaya total mulsa yang dikeluarkan petani cabai merah di Desa Telaga
Jernih yaitu sebesar Rp 935.313per musim tanam dan biaya total mulsa per hektar
Pupuk
tanaman cabai merah. Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani
dengan pemberian unsur hara untuk meningkatkan bahan organik pada lahan
Petani cabai merah di daerah penelitian menggunakan pupuk kimia sebagai pupuk
dasar untuk bertanam cabai merah. Pupuk tersebut yaitu pupuk ZA, TSP, KCl,
dan SP36. Semua pupuk ini akan dicampur dengan dosis yang sesuai kemudian
disebar merata pada lahan cabai merah. Setelah menggunakan pupuk dasar, petani
tanam di bedengan lahan. Pupuk dicairkan dengan air sesuai dosis kemudian
disemprotkan pada tanaman cabai merah. Pemupukan ini dilakukan setiap 10 hari
sekali sampai habis masa pemanenan cabai merah. Berikut ini disajikan data rata-
rata kebutuhan dan biaya pupuk yang dikeluarkan petani pada Tabel 5.3 :
Tabel 5.3Kebutuhan dan Biaya Pupuk pada Petani Sampel Usahatani Cabai
Merah Per Musim Tanam
No. Jenis Pupuk Kebutuhan (Kg) Harga (Rp/Kg) Biaya (Rp)
1. Pupuk ZA 162,96 1.900 309.641
2. Pupuk TSP 73,281 2.400 175.875
3. Pupuk KCl 77,5 6.000 465.000
4. Pupuk SP36 45 2.300 103.500
5. Pupuk NPK Mutiara 44,6875 8.000 357.500
Biaya Total Per Petani (Rp) 1.411.516
Biaya Total Per Hektar (Rp) 5.985.143,88
Sumber : Diolah dari Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa rata-rata biaya pupuk per hektar per
musim tanam lebih besar dari biaya pupuk per petani per musim tanam. Pupuk
KCl merupakan biaya pupuk paling besar yang dikeluarkan petani untuk usahatani
cabai merah dan pupuk SP36 merupakan jenis pupuk dengan biaya produksi
Pestisida
Pestisida harus diberikan dengan dosis yang tepat dan sesuai dengan gejala yang
terjadi sehingga tanaman cabai merah tidak keracunan dan dapat bertahan hidup.
pestisida yaitu antrakol, demolish, metindo 40sp, surakon, dan samite. Pestisida
ini diberikan pada tanaman cabai merah jika terlihat serangan penyakit atau hama
seperti daun yang menguning, buah cabai merah yang keriting dan jamur pada
tanaman. Berikut disajikan data rata-rata kebutuhan dan biaya pestisida yang
dikeluarkan petani untuk membeli pestisida pada Tabel 5.4 di bawah ini :
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata biaya pestisida per hektar per
musim tanam lebih besar dari biaya pestisida per petani per musim tanam.
Metindo 40SP merupakan biaya pestisida paling besar yang dikeluarkan petani
untuk usahatani cabai merah dan Surakon merupakan jenis pestisida dengan biaya
produksi paling murah yang dikeluarkan petani. Pestisida ini bukan pestisida
subsidi dari pemerintah tetapi di beli petani dari toko pertanian yang ada di desa.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam usahatani karena
pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Oleh sebab itu petani cabai merah
membutuhkan biaya tenaga kerja yang cukup besar dalam mengolah usahatani
cabai merah karena tanaman cabai merah merupakan tanaman yang membutuhkan
perawatan yang intensif mulai dari pengolahan lahan sampai pada kegiatan
pemanenan. Berikut disajikan data rata-rata distribusi kebutuhan dan biaya tenaga
kerja pada usahatani cabai merah pada Tabel 5.5 dibawah ini :
Tabel 5.5Kebutuhan dan Biaya Tenaga Kerja pada Petani Sampel Usahatani
Cabai Merah Per Musim Tanam
No. Uraian Tenaga Kerja (HKO) Biaya Tenaga Kerja (Rp)
1. Pengolahan Lahan 5,25 367.500
2. Persemaian Benih 1 70.000
3. Penanaman Bibit 6,65625 465.937,5
4. Pembuatan Bedengan 23,6875 1.658.125
5. Pemasangan Mulsa 6,125 428.750
6. Pemupukan 17,25 1.207.500
7. Pemeliharaan 4,84375 339.062,5
8. Pemanenan 5,71875 400.312,5
Biaya Total Per Petani (Rp) 4.937.187,5
Biaya Total Per Hektar (Rp) 21.775.065,1
Sumber : Diolah dari Lampiran 7
Berdasarkan data pada Tabel 5.5 diketahui bahwa rata-rata biaya tenaga kerja per
hektar per musim tanam lebih besar dari biaya tenaga kerja per petani per musim
tanam. Kegiatan pembuatan bedengan lahan merupakan biaya tenaga kerja paling
besar yang dikeluarkan petani untuk usahatani cabai merah. Pembuatan bedengan
ini bertujuan agar cabai merah tidak tergenang air saat musim hujan, karena
tanaman ini akan rentan terkena penyakit jika kelebihan air atau tergenang air.
Kegiatan persemaian benih merupakan jenis pekerjaan dengan biaya tenaga kerja
paling murah yang dikeluarkan petani. Persemaian benih ini dilakukan dengan
dengan air dan dibiarkan tumbuh menjadi bibit cabai hingga berumur 3 – 4
minggu. Hal ini bertujuan agar benih yang menjadi bibit cabai merah dapat
Setelah didapatkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, penjumlahan kedua
biaya tersebut menjadi biaya total atau biaya produksi usahatani cabai merah.
Berikut disajikan data rata-rata biaya produksi usahatani cabai merah pada
Tabel 5.6Biaya Total (Total Cost) Usahatani Cabai Merah di Desa Telaga
Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
No. Uraian Per Petani (Rp) Per Hektar (Rp)
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
- Penyusutan Peralatan Pertanian 366.683 1.844.283,52
- Sewa Lahan / Pajak (PBB) 1.394.687,5 4.647.600,45
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
- Benih Cabai Merah 435.156,25 1.839.208,52
- Mulsa 935.312,5 3.928.967,63
- Pupuk 1.411.515,625 5.985.143,88
- Pestisida 658.062,5 2.760.621,09
- Tenaga Kerja 4.937.187,5 21.775.065,1
Biaya Total (Rp) 10.138.605 42.780.890,2
Sumber : Diolah dari Lampiran 11
Berdasarkan data pada Tabel 5.6 diketahui bahwa rata-rata biaya variabel
(variable cost) lebih besar dari rata-rata biaya tetap (fixed cost). Hal ini
komponen biaya paling dominan dalam usahatani cabai merah. Rata-rata biaya
variabel per petani yaitu sebesar Rp. 8.377.234,375 per musim tanam atau sebesar
Rp. 36.289.006,23 per hektar per musim tanam. Sedangkan rata-rata biaya tetap
per petani yaitu sebesar Rp. 1.761.370,5 per musim tanam atau sebesar
Biaya sewa lahan / pajak (PBB) merupakan biaya terbesar dalam biaya tetap
(fixed cost). Hal ini disebabkan karena petani kebanyakan tidak memiliki lahan
pribadi sehingga harus mengeluarkan biaya sewa lahan. Sedangkan biaya tenaga
kerja merupakan biaya terbesar dalam biaya variabel (Variable Cost). Hal ini
kerja yang cukup besar selama proses produksi. Tenaga kerja dibedakan menjadi
dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga
kerja yang banyak digunakan petani cabai merah adalah tenaga kerja luar
keluarga.
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang telah
petani berasal dari seluruh hasil produksi cabai merah yang di jual kepada
pedagang pengumpul. Biaya total yang dikeluarkan petani adalah total seluruh
biaya tetap dan biaya variabel selama proses produksi. Untuk lebih jelasnya,
berikut disajikan data rata-rata pendapatan petani pada usahatani cabai merah di
Berdasarkan data pada Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa penerimaan total petani
cabai merah lebih besar dari biaya total yang dikeluarkan petani selama proses
Penerimaan usahatani cabai merah diperoleh dari produksi total cabai merah
Rp. 15.281/kg. Biaya total usahatani cabai merah diperoleh dari penjumlahan
keseluruhan biaya tetap yaitu biaya penyusutan peralatan pertanian dan biaya
pajak lahan dengan biaya variabel yaitu biaya benih, biaya mulsa, biaya pupuk,
biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Biaya terbesar dalam usahatani cabai
merah ini adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 4.937.187,5per petani per
musim tanam atau sebesar Rp. 21.775.065,1 per hektar per musim tanam. Hal ini
membutuhkan biaya tenaga kerja yang cukup besar dalam mengelolah usahatani.
Pendapatan usahatani cabai merah yang menguntungkan ini dapat dianalisis dari
nilai R/C ratio dan nilai B/C ratio. Nilai R/C ratio dapat diketahui dengan
membandingkan antara penerimaan dengan biaya total, dimana nilai R/C ratio
sebesar 3,10 ( > 1 ) yang artinya bahwa usahatani cabai merah layak untuk
membandingkan antara pendapatan dengan biaya total, dimana nilai B/C ratio
sebesar 2,10 ( > 1 ) yang artinya bahwa usahatani cabai merah menguntungkan.
Tujuan dari suatu usaha dilakukan yaitu untuk mendapatkan keuntungan. Dengan
usahatani tersebut layak untuk diusahakan atau tidak. Kelayakan usahatani cabai
merah secara finansial dapat dihitung dengan kriteria R/C ratio dan B/C ratio.
usahatani cabai merah yang dilakukan termasuk kategori layak atau tidak layak.
Apabila nilai R/C ratio> 1 maka usahatani layak untuk diusahakan. Untuk lebih
jelasnya, berikut disajikan data R/C ratio usahatani cabai merah di Desa Telaga
Tabel 5.8Nilai R/C Ratio Usahatani Cabai Merah di Desa Telaga Jernih,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
No. Uraian Per Petani Per Hektar
1. Penerimaan Total (Rp) 31.321.875 132.832.942,7
2. Biaya Total (Rp) 10.138.605 42.780.890,2
R/C ratio 3,10 3,10
Sumber : Diolah dari Lampiran 14
R/C ratio adalah penerimaan total usahatani cabai merah dibagi dengan seluruh
total usahatani dan menekan biaya total usahatani, maka petani akan memperoleh
nilai R/C ratio yang lebih besar. Nilai R/C ratio yang semakin besar akan
usahataninya.Pada Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio lebih besar
perhitungan R/C > 1 maka usahatani cabai merah dikatakan layak secara finansial
untuk diusahakan. Nilai R/C ratiosebesar 3,10 mempunyai arti bahwa setiap biaya
yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 1.000 maka petani cabai merah akan
dari usahatani yang dilaksanakan. Apabilai nilai B/C ratio> 1 maka usahatani
disajikan data B/C ratio usahatani cabai merah di Desa Telaga Jernih pada Tabel
Tabel 5.9Nilai B/C Ratio Usahatani Cabai Merah di Desa Telaga Jernih,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
No. Uraian Per Petani Per Hektar
1. Pendapatan Total (Rp) 21.183.270 90.052.052,51
2. Biaya Total (Rp) 10.138.605 42.780.890,2
B/C ratio 2,10 2,10
Sumber : Diolah dari Lampiran 14
B/Cratio adalah pendapatan total usahatani cabai merah dibagi dengan seluruh
biaya yang dikeluarkan atau total pengeluaran. Nilai manfaat yang diperoleh dari
usahatani semakin besar apabila nilai B/C ratio semakin besar. Upaya
pupuk dan pestisida secara tepat. Biaya total usahatani dapat diturunkan dengan
Pada Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio lebih besar dari satu.
Berdasarkan kriteria kelayakan usahatani cabai merah dengan perhitungan B/C >
1 maka usahatani cabai merah dikatakan layak secara finansial untuk diusahakan
dan bermanfaat. Nilai B/C ratiosebesar 2,10 mempunyai arti bahwa setiap biaya
yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 1.000 maka petani cabai merah akan
Break Even Point (BEP) adalah nilai titik impas dari usahatani cabai merah.
Keadaan impas tercapai pada saat penerimaan total (total revenue) sama dengan
biaya total (total cost). BEP dapat terbagi atas titik impas produksi dan titik impas
harga. Titik impas produksi adalah jumlah produksi dari usahatani cabai merah
BEP Produksi usahatani cabai merah diperoleh dari perbandingan antara biaya
total usahatani dengan harga jual cabai merah. Titik impas harga yaitu tingkat
harga jual cabai merah untuk menutupi biaya yang dikeluarkan petani dalam
Perhitungan BEP Harga usahatani cabai merah diperoleh dari perbandingan antara
biaya total usahatani dengan produksi total cabai merah. Berikut ini disajikan
Tabel 5.10Break Event Point Usahatani Cabai Merah di Desa Telaga Jernih,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
No. Uraian Nilai Titik Impas
1. BEP Produksi (Kg) 664,31
2. BEP Harga (Rp/Kg) 5.065
Sumber : Diolah dari Lampiran 15
Pada Tabel 5.10 dapat di ketahui bahwa usahatani cabai merah telah melewati
titik impas produksi atau produksi cabai merah di Desa Telaga Jernih lebih besar
dari BEP produksi (2.001,563 kg >664,31 kg) sehingga usahatani cabai merah
menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Nilai titik impas produksi (BEP
keuntungan ataupun tidak menderita kerugian (keadaan impas) pada saat produksi
Usahatani cabai merah telah melewati titik impas harga atau harga jual cabai
merah di Desa Telaga Jernih lebih besar dari BEP harga (Rp.15.281/kg >
diusahakan. Nilai titik impas harga (BEP harga) mempunyai arti bahwa usahatani
(keadaan impas) pada saat harga jual cabai merah nya sebesar Rp. 5.065/kg.
Berikut ini disajikan grafik break event point (titik impas) usahatani cabai merah
Gambar 5.1 Grafik Break Event Point Usahatani Cabai Merah di Desa
Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
Penerimaan /
Biaya (Rp)
Total Revenue
Total Cost
Break Event Point
Variable Cost
10.138.605
Fixed Cost
Produksi (kg)
664,31
Pada Gambar 5.1 dapat di ketahui bahwa nilai titik impas (break event point)
terjadi pada saat perpotongan antara kurva penerimaan total dan kurva biaya total
biaya total yang dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp. 10.138.605. Usahatani cabai
merah akan mengalami keuntungan pada saat kurva penerimaan total berada
diatas kurva biaya total (TR > TC) dan sebaliknya, pada saat kurva penerimaan
total berada dibawah kurva biaya total (TR < TC) maka usahatani cabai merah
Biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
usahatani cabai merah sebesar Rp. 1.761.370,5. Biaya ini tidak akan mengalami
perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi cabai merah sehingga kurva
fixed cost akan konstan. Biaya variabel usahatani cabai merah sebesar
produksi cabai merah sehingga kurva variable cost berubah secara proposional
dengan perubahan volume produksi. Produksi cabai merah berada dalam keadaan
impas saat jumlahnya mencapai 664,31 kg dan harga cabai merah berada dalam
6.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terhadap usahatani cabai merah di Desa Telaga
R/C ratio dan nilai B/C ratio lebih besar dari satu (R/C ratio = 3,10 dan B/C
ratio = 2,10).
Kabupaten Langkat telah melewati titik impas atau break event point,
dengan nilai BEP produksi sebesar 664,31 kg dan BEP harga sebesar Rp.
5.065/kg (Produksi cabai merah > BEP produksi dan harga jual cabai merah
6.2 Saran
65
Universitas Sumatera Utara
66
2. Kepada Pemerintah
cabai merah yang berfluktuatif tiap tahun nya dan membantu petani dengan
pertanian.
3. KepadaPenelitiSelanjutnya
jalur pemasaran cabai merah, mengingat bahwa cabai merah memiliki prospek
Dermawan,R dan Asep Harpenas. 2010. Budi Daya Cabai Unggul, Cabai
Besar, Cabai keriting, Cabai Rawit, dan Paprika. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Ebert, Ronald. J, Griffin, Riky. W. 2007. Bisnis. edisi ke delapan, jilid pertama.
Jakarta : Gelora Aksara Pratama, Erlangga.
Hamid, Abdul dan Munir Haryanto. 2011. Bertanam Cabai Hibrida Untuk
Industri. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Heady, Earl O and Dillon, Jhon L. 1961. Agricultural Production Fungtions. Iowa
State University Press. Ames. Iowa.
Ibrahim, H.M. Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta : Jakarta.
Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum annum
L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.
Setyaningrum, Hesti Dwi dan Cahyo Saparinto. 2014. Panen Sayur secara Rutin
di Lahan Sempit. Penebar Swadaya : Jakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. Yrama Widya : Bandung.
No. Luas Lahan Jumlah Bibit Hasil Produksi Harga Jual* Penerimaan
Varietas
Responden (Hektar) (Batang) (Kg) (Rp/Kg) (Rp)
1 0,32 Lokal 7.000 2.800 10.000 28.000.000
2 0,28 Lokal 6.000 2.400 13.000 31.200.000
3 0,28 Lokal 6.000 2.300 17.000 39.100.000
4 0,12 Lokal 2.500 1.100 14.000 15.400.000
5 0,50 Hibrida 9.000 3.500 17.000 59.500.000
6 0,20 Lokal 4.000 1.750 16.000 28.000.000
7 0,20 Lokal 4.000 1.800 19.000 34.200.000
8 0,20 Lokal 4.000 1.700 12.000 20.400.000
9 0,20 Lokal 4.000 1.800 20.000 36.000.000
10 0,16 Lokal 3.000 1.500 20.000 30.000.000
11 0,16 Lokal 3.000 1.400 16.000 22.400.000
12 0,16 Lokal 3.000 1.450 14.000 20.300.000
13 0,08 Lokal 1.500 1.000 13.000 13.000.000
14 0,50 Hibrida 9.000 3.400 18.000 61.200.000
15 0,50 Lokal 9.000 3.450 16.000 55.200.000
16 0,20 Lokal 4.000 1.700 17.000 28.900.000
17 0,50 Hibrida 9.000 3.400 19.000 64.600.000
18 0,16 Lokal 3.000 1.400 13.000 18.200.000
19 0,40 Lokal 8.000 3.100 16.000 49.600.000
20 0,24 Lokal 5.000 2.200 14.000 30.800.000
21 0,20 Lokal 4.000 1.800 12.000 21.600.000
22 0,50 Hibrida 9.000 3.400 16.000 54.400.000
23 0,28 Lokal 6.000 2.400 20.000 48.000.000
No. Luas Lahan Jumlah Bibit Hasil Produksi Harga Jual Penerimaan
Varietas
Responden (Hektar) (Batang) (Kg) (Rp/Kg) (Rp)
24 0,20 Lokal 4.000 1.600 20.000 32.000.000
25 0,12 Lokal 2.500 1.200 15.000 18.000.000
26 0,16 Lokal 3.000 1.400 11.000 15.400.000
27 0,32 Hibrida 7.000 2.700 17.000 45.900.000
28 0,08 Lokal 1.500 1.100 15.000 16.500.000
29 0,16 Lokal 3.000 1.400 12.000 16.800.000
30 0,16 Lokal 3.000 1.300 13.000 16.900.000
31 0,16 Lokal 3.000 1.400 10.000 14.000.000
32 0,12 Lokal 2.500 1.200 14.000 16.800.000
Jumlah 7,82 - 152.500 64.050 489.000 1.002.300.000
Rata-rata 0,244375 Lokal 4.765,625 2.001,563 15.281,25 31.321.875
*Harga cabai merah setiap kali panen relatif berbeda. Kisaran harga adalah Rp 10.000/Kg – Rp 20.000/Kg
Jenis Pekerjaan
Luas
No. Pengolahan Lahan Persemaian Benih Penanaman Bibit
Lahan
Responden TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO)
(Hektar)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1 0,32 3 0 4 0 1 0 0 0 0 0 0 8
2 0,28 2 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 7
3 0,28 2 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 7
4 0,12 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 4
5 0,50 5 0 7 0 1 0 0 0 0 0 0 12
6 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
7 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
8 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
9 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
10 0,16 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 5
11 0,16 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5
12 0,16 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5
13 0,08 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
14 0,50 4 0 8 0 1 0 0 0 0 0 0 12
15 0,50 5 0 7 0 1 0 0 0 0 0 0 12
16 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
17 0,50 5 0 7 0 1 0 0 0 0 0 0 12
18 0,16 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 5
19 0,40 4 0 6 0 1 0 0 0 0 0 0 10
20 0,24 2 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 7
21 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
Jenis Pekerjaan
Luas
No. Pengolahan Lahan Persemaian Benih Penanaman Bibit
Lahan
Responden TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO)
(Hektar)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
22 0,50 5 0 7 0 1 0 0 0 0 0 0 12
23 0,28 2 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 7
24 0,20 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 6
25 0,12 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4
26 0,16 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 5
27 0,32 3 0 4 0 1 0 0 0 0 0 0 7
28 0,08 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
29 0,16 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 5
30 0,16 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 5
31 0,16 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5
32 0,12 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 4
Jumlah 7,82 72 0 96 0 32 0 0 0 0 0 0 213
Rata-rata 0,244375 2,25 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 6,65625
Jenis Pekerjaan
Luas
No. Pembuatan Bedengan Pemasangan Mulsa Pemupukan
Lahan
Responden TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO)
(Hektar)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1 0,32 7 0 20 0 0 0 0 8 20 0 0 0
2 0,28 6 0 18 0 0 0 0 7 18 0 0 0
3 0,28 6 0 18 0 0 0 0 7 16 0 0 0
4 0,12 3 0 12 0 0 0 0 3 12 0 0 0
5 0,50 12 0 28 0 0 0 0 12 28 0 0 0
6 0,20 5 0 16 0 0 0 0 5 16 0 0 0
7 0,20 5 0 16 0 0 0 0 5 16 0 0 0
8 0,20 5 0 18 0 0 0 0 4 14 0 0 0
9 0,20 5 0 16 0 0 0 0 5 16 0 0 0
10 0,16 4 0 14 0 0 0 0 4 12 0 0 0
11 0,16 4 0 16 0 0 0 0 4 12 0 0 0
12 0,16 4 0 14 0 0 0 0 5 14 0 0 0
13 0,08 2 0 10 0 0 0 0 3 10 0 0 0
14 0,50 12 0 28 0 0 0 0 12 28 0 0 0
15 0,50 12 0 28 0 0 0 0 12 28 0 0 0
16 0,20 5 0 16 0 0 0 0 5 16 0 0 0
17 0,50 12 0 28 0 0 0 0 12 28 0 0 0
18 0,16 4 0 16 0 0 0 0 4 14 0 0 0
19 0,40 10 0 26 0 0 0 0 10 26 0 0 0
20 0,24 6 0 18 0 0 0 0 6 18 0 0 0
21 0,20 5 0 16 0 0 0 0 5 16 0 0 0
Jenis Pekerjaan
Luas
No. Pembuatan Bedengan Pemasangan Mulsa Pemupukan
Lahan
Responden TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO)
(Hektar)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
22 0,50 12 0 28 0 0 0 0 12 28 0 0 0
23 0,28 7 0 20 0 0 0 0 7 18 0 0 0
24 0,20 5 0 16 0 0 0 0 5 16 0 0 0
25 0,12 3 0 12 0 0 0 0 3 12 0 0 0
26 0,16 4 0 14 0 0 0 0 4 14 0 0 0
27 0,32 8 0 22 0 0 0 0 8 20 0 0 0
28 0,08 3 0 10 0 0 0 0 3 10 0 0 0
29 0,16 5 0 12 0 0 0 0 4 14 0 0 0
30 0,16 4 0 14 0 0 0 0 4 16 0 0 0
31 0,16 4 0 14 0 0 0 0 5 14 0 0 0
32 0,12 3 0 12 0 0 0 0 3 12 0 0 0
Jumlah 7,82 192 0 566 0 0 0 0 196 552 0 0 0
Rata-rata 0,244375 6 0 17,6875 0 0 0 0 6,125 17,25 0 0 0
Jenis Pekerjaan
Luas Jumlah Jumlah
No. Pemeliharaan Pemanenan
Lahan TKDK TKLK Total Biaya (Rp)
Responden TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO)
(Hektar) (HKO) (HKO)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1 0,32 6 0 0 0 1 1 0 5 39 45 5.880.000
2 0,28 5 0 0 0 1 1 0 4 34 39 5.110.000
3 0,28 5 0 0 0 1 1 0 4 32 39 4.970.000
4 0,12 2 0 0 0 1 1 0 1 21 22 3.010.000
5 0,50 10 0 0 0 1 1 0 8 58 67 8.750.000
6 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 30 32 4.340.000
7 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 30 32 4.340.000
8 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 28 33 4.270.000
9 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 30 32 4.340.000
10 0,16 3 0 0 0 1 1 0 2 23 27 3.500.000
11 0,16 3 0 0 0 1 1 0 2 24 28 3.640.000
12 0,16 3 0 0 0 1 1 0 2 26 27 3.710.000
13 0,08 2 0 0 0 1 1 0 1 18 18 2.520.000
14 0,50 10 0 0 0 1 1 0 8 57 68 8.750.000
15 0,50 10 0 0 0 1 1 0 8 58 67 8.750.000
16 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 30 32 4.340.000
17 0,50 10 0 0 0 1 1 0 8 58 67 8.750.000
18 0,16 3 0 0 0 1 1 0 2 25 29 3.780.000
19 0,40 8 0 0 0 1 1 0 6 51 58 7.630.000
20 0,24 5 0 0 0 1 1 0 4 34 38 5.040.000
21 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 30 32 4.340.000
Jenis Pekerjaan
Luas Jumlah Jumlah
No. Pemeliharaan Pemanenan
Lahan TKDK TKLK Total Biaya (Rp)
Responden TKDK (HKO) TKLK (HKO) TKDK (HKO) TKLK (HKO)
(Hektar) (HKO) (HKO)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
22 0,50 10 0 0 0 1 1 0 8 58 67 8.750.000
23 0,28 6 0 0 0 1 1 0 5 36 42 5.460.000
24 0,20 4 0 0 0 1 1 0 3 30 32 4.340.000
25 0,12 2 0 0 0 1 1 0 2 21 22 3.010.000
26 0,16 3 0 0 0 1 1 0 2 25 27 3.640.000
27 0,32 6 0 0 0 1 1 0 6 40 47 6.090.000
28 0,08 2 0 0 0 1 1 0 2 19 19 2.660.000
29 0,16 3 0 0 0 1 1 0 2 26 25 3.570.000
30 0,16 4 0 0 0 1 1 0 2 28 27 3.850.000
31 0,16 4 0 0 0 1 1 0 2 27 27 3.780.000
32 0,12 2 0 0 0 1 1 0 2 21 23 3.080.000
Jumlah 7,82 155 0 0 0 32 32 0 119 1.067 1.190 157.990.000
Rata-rata 0,244375 4,843 0 0 0 1 1 0 3,7187 33,343 37.187 4.937.187,5
Cangkul Sabit
Luas
No. Nilai Nilai Nilai Nilai
Lahan Jumlah Harga Nilai Sisa Jumlah Harga Nilai Sisa
Responden Ekonomis Penyusutan Ekonomis Penyusutan
(Hektar) (Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit)
(Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp)
1 0,32 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
2 0,28 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
3 0,28 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
4 0,12 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
5 0,50 3 70.000 10.000 5 36.000 3 40.000 5.000 5 21.000
6 0,20 2 70.000 8.000 5 24.800 2 40.000 3.000 5 14.800
7 0,20 2 70.000 8.000 5 24.800 2 40.000 3.000 5 14.800
8 0,20 2 70.000 8.000 5 24.800 2 40.000 3.000 5 14.800
9 0,20 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
10 0,16 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
11 0,16 1 70.000 10.000 5 12.000 1 40.000 5.000 5 7.000
12 0,16 1 70.000 10.000 5 12.000 1 40.000 5.000 5 7.000
13 0,08 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
14 0,50 3 70.000 8.000 5 37.200 3 40.000 3.000 5 22.200
15 0,50 3 70.000 8.000 5 37.200 3 40.000 3.000 5 22.200
16 0,20 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
17 0,50 3 70.000 10.000 5 36.000 3 40.000 5.000 5 21.000
18 0,16 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
19 0,40 3 70.000 8.000 5 37.200 3 40.000 3.000 5 22.200
20 0,24 2 70.000 8.000 5 24.800 2 40.000 3.000 5 14.800
21 0,20 2 70.000 8.000 5 24.800 2 40.000 3.000 5 14.800
Cangkul Sabit
Luas
No. Nilai Nilai Nilai Nilai
Lahan Jumlah Harga Nilai Sisa Jumlah Harga Nilai Sisa
Responden Ekonomis Penyusutan Ekonomis Penyusutan
(Hektar) (Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit)
(Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp)
22 0,50 3 70.000 10.000 5 36.000 3 40.000 5.000 5 21.000
23 0,28 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
24 0,20 2 70.000 8.000 5 24.800 2 40.000 3.000 5 14.800
25 0,12 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
26 0,16 1 70.000 10.000 5 12.000 1 40.000 5.000 5 7.000
27 0,32 2 70.000 10.000 5 24.000 2 40.000 5.000 5 14.000
28 0,08 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
29 0,16 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
30 0,16 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
31 0,16 1 70.000 10.000 5 12.000 1 40.000 5.000 5 7.000
32 0,12 1 70.000 8.000 5 12.400 1 40.000 3.000 5 7.400
Jumlah 7,82 57 2.240.000 284.000 160 696.000 57 1.280.000 124.000 160 411.000
Rata-rata 0,24437 1,7812 70.000 8.875 5 21.750 1,7812 40.000 3.875 5 12.843,75
No. Luas Lahan Sewa Lahan / PBB Penyusutan Alat Pertanian Total Biaya
Responden (Hektar) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0,32 1.500.000 388.500 1.888.500
2 0,28 80.000 388.500 468.500
3 0,28 2.100.000 388.500 2.488.500
4 0,12 50.000 318.914 368.914
5 0,50 3.750.000 436.500 4.186.500
6 0,20 1.500.000 369.114 1.869.114
7 0,20 1.500.000 369.114 1.869.114
8 0,20 1.000.000 369.114 1.369.114
9 0,20 1.500.000 388.500 1.888.500
10 0,16 1.200.000 318.914 1.518.914
11 0,16 50.000 340.500 390.500
12 0,16 50.000 340.500 390.500
13 0,08 25.000 318.914 343.914
14 0,50 3.750.000 419.314 4.169.314
15 0,50 3.750.000 419.314 4.169.314
16 0,20 1.500.000 388.500 1.888.500
17 0,50 3.750.000 436.500 4.186.500
18 0,16 50.000 318.914 368.914
19 0,40 3.000.000 419.314 3.419.314
20 0,24 1.800.000 369.114 2.169.114
21 0,20 1.500.000 369.114 1.869.114
22 0,50 3.750.000 436.500 4.186.500
23 0,28 2.100.000 388.500 2.488.500
No. Luas Lahan Sewa Lahan / PBB Penyusutan Alat Pertanian Total Biaya
Responden (Hektar) (Rp) (Rp) (Rp)
24 0,20 1.500.000 369.114 1.869.114
25 0,12 50.000 318.914 368.914
26 0,16 50.000 340.500 390.500
27 0,32 2.400.000 388.500 2.788.500
28 0,08 25.000 318.914 343.914
29 0,16 50.000 318.914 368.914
30 0,16 1.200.000 318.914 1.518.914
31 0,16 50.000 340.500 390.500
32 0,12 50.000 318.914 368.914
Jumlah 7,82 44.630.000 11.733.857 56.363.857
Rata-rata 0,24437 1.394.687,5 366.683 1.761.371
No. Luas Lahan Benih Mulsa Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Total Biaya
Responden (Hektar) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0,32 600.000 1.300.000 1.725.000 929.000 5.880.000 10.434.000
2 0,28 480.000 1.040.000 1.531.500 615.000 5.110.000 8.776.500
3 0,28 520.000 1.080.000 1.505.000 579.000 4.970.000 8.654.000
4 0,12 240.000 520.000 627.500 310.000 3.010.000 4.707.500
5 0,50 870.000 1.890.000 2.733.500 1.431.000 8.750.000 15.674.500
6 0,20 360.000 780.000 1.127.000 614.000 4.340.000 7.221.000
7 0,20 360.000 780.000 1.171.500 591.000 4.340.000 7.242.500
8 0,20 390.000 810.000 1.194.500 615.000 4.270.000 7.279.500
9 0,20 390.000 810.000 1.174.000 567.000 4.340.000 7.281.000
10 0,16 240.000 520.000 941.000 475.000 3.500.000 5.676.000
11 0,16 240.000 540.000 912.500 409.000 3.640.000 5.741.500
12 0,16 240.000 520.000 968.000 460.000 3.710.000 5.898.000
13 0,08 260.000 520.000 525.000 252.000 2.520.000 4.077.000
14 0,50 870.000 1.890.000 2.634.000 960.000 8.750.000 15.104.000
15 0,50 780.000 1.820.000 2.805.000 1.180.000 8.750.000 15.335.000
16 0,20 360.000 780.000 1.227.000 671.000 4.340.000 7.378.000
17 0,50 870.000 1.890.000 2.673.500 1.391.000 8.750.000 15.574.500
18 0,16 260.000 520.000 1.040.500 378.000 3.780.000 5.978.500
19 0,40 720.000 1.560.000 2.282.500 909.000 7.630.000 13.101.500
20 0,24 360.000 810.000 1.425.000 745.000 5.040.000 8.380.000
21 0,20 360.000 780.000 1.161.500 622.000 4.340.000 7.263.500
22 0,50 870.000 1.890.000 2.805.000 1.347.000 8.750.000 15.662.000
23 0,28 480.000 1.040.000 1.527.500 843.000 5.460.000 9.350.500
No. Luas Lahan Benih Mulsa Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Total Biaya
Responden (Hektar) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
24 0,20 360.000 810.000 1.216.000 603.000 4.340.000 7.329.000
25 0,12 260.000 520.000 737.500 315.000 3.010.000 4.842.500
26 0,16 240.000 520.000 1.052.000 452.000 3.640.000 5.904.000
27 0,32 725.000 1.350.000 1.774.500 930.000 6.090.000 10.869.500
28 0,08 240.000 520.000 704.000 251.000 2.660.000 4.375.000
29 0,16 240.000 520.000 1.101.000 344.000 3.570.000 5.775.000
30 0,16 240.000 540.000 989.500 476.000 3.850.000 6.095.500
31 0,16 240.000 540.000 1.040.500 470.000 3.780.000 6.070.500
32 0,12 260.000 520.000 836.000 324.000 3.080.000 5.020.000
Jumlah 7,82 13.925.000 29.930.000 45.168.500 21.058.000 157.990.000 268.071.500
Rata-rata 0,24437 435.156,25 935.312,5 1.411.515,625 658.062,5 4.937.187,5 8.377.234,375
Luas Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya Total
No.
Lahan Penyusutan Alat PBB Benih Mulsa Pupuk Pestisida Tenaga (Total Cost)
Responden
(Hektar) Pertanian (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Kerja (Rp) (Rp)
1 0,32 388.500 1.500.000 600.000 1.300.000 1.725.000 929.000 5.880.000 12.322.500
2 0,28 388.500 80.000 480.000 1.040.000 1.531.500 615.000 5.110.000 9.245.000
3 0,28 388.500 2.100.000 520.000 1.080.000 1.505.000 579.000 4.970.000 11.142.500
4 0,12 318.914 50.000 240.000 520.000 627.500 310.000 3.010.000 5.076.414
5 0,50 436.500 3.750.000 870.000 1.890.000 2.733.500 1.431.000 8.750.000 19.861.000
6 0,20 369.114 1.500.000 360.000 780.000 1.127.000 614.000 4.340.000 9.090.114
7 0,20 369.114 1.500.000 360.000 780.000 1.171.500 591.000 4.340.000 9.111.614
8 0,20 369.114 1.000.000 390.000 810.000 1.194.500 615.000 4.270.000 8.648.614
9 0,20 388.500 1.500.000 390.000 810.000 1.174.000 567.000 4.340.000 9.169.500
10 0,16 318.914 1.200.000 240.000 520.000 941.000 475.000 3.500.000 7.194.914
11 0,16 340.500 50.000 240.000 540.000 912.500 409.000 3.640.000 6.132.000
12 0,16 340.500 50.000 240.000 520.000 968.000 460.000 3.710.000 6.288.500
13 0,08 318.914 25.000 260.000 520.000 525.000 252.000 2.520.000 4.420.914
14 0,50 419.314 3.750.000 870.000 1.890.000 2.634.000 960.000 8.750.000 19.273.314
15 0,50 419.314 3.750.000 780.000 1.820.000 2.805.000 1.180.000 8.750.000 19.504.314
16 0,20 388.500 1.500.000 360.000 780.000 1.227.000 671.000 4.340.000 9.266.500
17 0,50 436.500 3.750.000 870.000 1.890.000 2.673.500 1.391.000 8.750.000 19.761.000
18 0,16 318.914 50.000 260.000 520.000 1.040.500 378.000 3.780.000 6.347.414
19 0,40 419.314 3.000.000 720.000 1.560.000 2.282.500 909.000 7.630.000 16.520.814
20 0,24 369.114 1.800.000 360.000 810.000 1.425.000 745.000 5.040.000 10.549.114
21 0,20 369.114 1.500.000 360.000 780.000 1.161.500 622.000 4.340.000 9.132.614
22 0,50 436.500 3.750.000 870.000 1.890.000 2.805.000 1.347.000 8.750.000 19.848.500
Luas Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya Total
No.
Lahan Penyusutan Alat PBB Benih Mulsa Pupuk Pestisida Tenaga (Total Cost)
Responden
(Hektar) Pertanian (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Kerja (Rp) (Rp)
23 0,28 388.500 2.100.000 480.000 1.040.000 1.527.500 843.000 5.460.000 11.839.000
24 0,20 369.114 1.500.000 360.000 810.000 1.216.000 603.000 4.340.000 9.198.114
25 0,12 318.914 50.000 260.000 520.000 737.500 315.000 3.010.000 5.211.414
26 0,16 340.500 50.000 240.000 520.000 1.052.000 452.000 3.640.000 6.294.500
27 0,32 388.500 2.400.000 725.000 1.350.000 1.774.500 930.000 6.090.000 13.658.000
28 0,08 318.914 25.000 240.000 520.000 704.000 251.000 2.660.000 4.718.914
29 0,16 318.914 50.000 240.000 520.000 1.101.000 344.000 3.570.000 6.143.914
30 0,16 318.914 1.200.000 240.000 540.000 989.500 476.000 3.850.000 7.614.414
31 0,16 340.500 50.000 240.000 540.000 1.040.500 470.000 3.780.000 6.461.000
32 0,12 318.914 50.000 260.000 520.000 836.000 324.000 3.080.000 5.388.914
Jumlah 7,82 11.733.857 44.630.000 13.925.000 29.930.000 45.168.500 21.058.000 157.990.000 324.435.357
1.394.687,5 435.156,25 935.312,5 1.411.515,625 658.062,5
Rata-rata 0,24437 366.683 4.937.187,5 10.138.605
No. Luas Lahan Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Total Pendapatan (Rp) R/C ratio B/C ratio
Responden (Hektar) [a] [b] [c] [a/b] [c/b]
1 0,32 28.000.000 12.322.500 15.677.500 2,27 1,27
2 0,28 31.200.000 9.245.000 21.955.000 3,37 2,37
3 0,28 39.100.000 11.142.500 27.957.500 3,51 2,51
4 0,12 15.400.000 5.076.414 10.323.586 3,03 2,03
5 0,50 59.500.000 19.861.000 39.639.000 3,00 2,00
6 0,20 28.000.000 9.090.114 18.909.886 3,08 2,08
7 0,20 34.200.000 9.111.614 25.088.386 3,75 2,75
8 0,20 20.400.000 8.648.614 11.751.386 2,36 1,36
9 0,20 36.000.000 9.169.500 26.830.500 3,93 2,93
10 0,16 30.000.000 7.194.914 22.805.086 4,17 3,17
11 0,16 22.400.000 6.132.000 16.268.000 3,65 2,65
12 0,16 20.300.000 6.288.500 14.011.500 3,23 2,23
13 0,08 13.000.000 4.420.914 8.579.086 2,94 1,94
14 0,50 61.200.000 19.273.314 41.926.686 3,18 2,18
15 0,50 55.200.000 19.504.314 35.695.686 2,83 1,83
16 0,20 28.900.000 9.266.500 19.633.500 3,12 2,12
17 0,50 64.600.000 19.761.000 44.839.000 3,27 2,27
18 0,16 18.200.000 6.347.414 11.852.586 2,87 1,87
19 0,40 49.600.000 16.520.814 33.079.186 3,00 2,00
20 0,24 30.800.000 10.549.114 20.250.886 2,92 1,92
21 0,20 21.600.000 9.132.614 12.467.386 2,37 1,37
22 0,50 54.400.000 19.848.500 34.551.500 2,74 1,74
23 0,28 48.000.000 11.839.000 36.161.000 4,05 3,05
No. Luas Lahan Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Total Pendapatan (Rp) R/C ratio B/C ratio
Responden (Hektar) [a] [b] [c] [a/b] [c/b]
24 0,20 32.000.000 9.198.114 22.801.886 3,48 2,48
25 0,12 18.000.000 5.211.414 12.788.586 3,45 2,45
26 0,16 15.400.000 6.294.500 9.105.500 2,45 1,45
27 0,32 45.900.000 13.658.000 32.242.000 3,36 2,36
28 0,08 16.500.000 4.718.914 11.781.086 3,50 2,50
29 0,16 16.800.000 6.143.914 10.656.086 2,73 1,73
30 0,16 16.900.000 7.614.414 9.285.586 2,22 1,22
31 0,16 14.000.000 6.461.000 7.539.000 2,17 1,17
32 0,12 16.800.000 5.388.914 11.411.086 3,12 2,12
Jumlah 7,82 1.002.300.000 324.435.357 677.864.643 99,1 67,1
Rata-rata 0,24437 31.321.875 10.138.605 21.183.270 3,10 2,10
Luas Total Biaya Harga Jual Total Produksi BEP Produksi BEP Harga
No.
Lahan (Rp) (Rp/Kg) (Kg) (Kg) (Rp/Kg)
Responden
(Hektar) [a] [b] [c] [a/b] [a/c]
1 0,32 12.322.500 10.000 2.800 1.232,25 4.401
2 0,28 9.245.000 13.000 2.400 711,15 3.852
3 0,28 11.142.500 17.000 2.300 655,44 4.845
4 0,12 5.076.414 14.000 1.100 362,60 4.615
5 0,50 19.861.000 17.000 3.500 1.168,29 5.675
6 0,20 9.090.114 16.000 1.750 568,13 5.194
7 0,20 9.111.614 19.000 1.800 479,56 5.062
8 0,20 8.648.614 12.000 1.700 720,72 5.087
9 0,20 9.169.500 20.000 1.800 458,48 5.094
10 0,16 7.194.914 20.000 1.500 359,75 4.797
11 0,16 6.132.000 16.000 1.400 383,25 4.380
12 0,16 6.288.500 14.000 1.450 449,18 4.337
13 0,08 4.420.914 13.000 1.000 340,07 4.421
14 0,50 19.273.314 18.000 3.400 1.070,74 5.669
15 0,50 19.504.314 16.000 3.450 1.219,02 5.653
16 0,20 9.266.500 17.000 1.700 545,09 5.451
17 0,50 19.761.000 19.000 3.400 1.040,05 5.812
18 0,16 6.347.414 13.000 1.400 488,26 4.534
19 0,40 16.520.814 16.000 3.100 1.032,55 5.329
20 0,24 10.549.114 14.000 2.200 753,51 4.795
21 0,20 9.132.614 12.000 1.800 761,05 5.074
22 0,50 19.848.500 16.000 3.400 1.240,53 5.838
Luas Total Biaya Harga Jual Total Produksi BEP Produksi BEP Harga
No.
Lahan (Rp) (Rp/Kg) (Kg) (Kg) (Rp/Kg)
Responden
(Hektar) [a] [b] [c] [a/b] [a/c]
23 0,28 11.839.000 20.000 2.400 591,95 4.933
24 0,20 9.198.114 20.000 1.600 459,91 5.749
25 0,12 5.211.414 15.000 1.200 347,43 4.343
26 0,16 6.294.500 11.000 1.400 572,23 4.496
27 0,32 13.658.000 17.000 2.700 803,41 5.059
28 0,08 4.718.914 15.000 1.100 314,59 4.290
29 0,16 6.143.914 12.000 1.400 511,99 4.389
30 0,16 7.614.414 13.000 1.300 585,72 5.857
31 0,16 6.461.000 10.000 1.400 646,10 4.615
32 0,12 5.388.914 14.000 1.200 384,92 4.491
Jumlah 7,82 324.435.357 489.000 64.050 21.257,93 162.091
Rata-rata 0,24437 10.138.605 15.281,25 2.001,563 664,31 5.065