ADI ANKAFIA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Adi Ankafia
NIM H34087001
ABSTRAK
ADI ANKAFIA. Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga
Bawang Goreng Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dibimbing oleh
BURHANUDDIN.
ABSTRACT
The main agricultural products of the Kuningan districtare red onion. This
commodities makes Kuningan district as a center of onion production in
Indonesia. Based on data from the Department of Agriculture Kuningan district,
in 2005 the production of onion in Kuningan district ranks first with a production
rate of 244 456.2 tons. This study aims to (1) identify the characteristics of fried
onions in Kuningan district, (2) determine the feasibility of onions fried in
Kuningan district, (3) determinethe sensitivity of fried onions businesses in
Kuningan district to changes affecting the business. The amount of business fried
onions in Kuningan district there are 16 units that can be grouped into six types.
Type A, B, C, D, E, and F.
Financial analysis shows that the business is viable fried onions are fried
onions effort type D and F. Both of types have their NPV value of 75 250 000 and
77 260 000, IRR of 33.00 percent and 32.00 percent, Net B/C ratio of 1.60 and
1.60, and the payback period for 3.30 months and 3.50 months. The sensitivity
analysis showed that Type D and F efforts continue to demonstrate the value of
the investment criteria for eligibility in the event of changes in prices of onion and
product prices for 50.00 percent.
ADI ANKAFIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng
Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Nama : Adi Ankafia
NIM : H34087001
Disetujui oleh
Ir. Burhanuddin, MM
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2011 sampai dengan
Juni 2011 ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan
Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng Di Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Burhanuddin, MM selaku
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Adi Ankafia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Studi Kelayakan Bisnis 3
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Kerangka Pemikiran Operasional 13
METODE PENELITIAN 14
Lokasi dan Waktu Penelitian 16
Jenis dan Sumber Data 16
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 16
Asumsi Dasar Penelitian 21
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 42
RIWAYAT HIDUP 72
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Operasional 15
2 Jalur Pemasaran Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan 28
3 Bagan Alir Proses Produksi Bawang Goreng 31
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
produksi dan kebutuhan bahan baku masing-masing sebesar 15 ton dan 45 ton per
tahun.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aspek finasial dan non finansial. Adapun
aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa
kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP).
Disamping itu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa
besar kepekaan produk terhadap perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan
dengan produksi.
Analisis non finansial yang dibahas adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek
lingkungan. Adanya keterbatasan informasi dan daya ingat para petani maupun
pengrajin bawang goreng terhadap jumlah input, jumlah output, dan harga
memungkinkan akan berpengaruh terhadap perhitungan analisis kelayakan usaha
atau hasil pengolahan data yang akan diperoleh penulis. Lingkup penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
kebutuhan dana investasi pendirian industri tepung bawang merah adalah Rp 450
698 100. Dana yang berasal dari dana sendiri sebesar Rp 157 744 400 atau 35.00
persen dari total modal dan dari kredit bank sebesar Rp 292 953 700. Dana
tersebut digunakan untuk modal tetap pabrik sebesar Rp 138 382 500 dan modal
kerja sebesar Rp 312 315 600. Kredit modal kerja diperoleh dari bank pada tahun
pertama dan dikembalikan mulai tahun kedua dalam jangka waktu 3 tahun.
Berdasarkan kriteria kelayakan bisnis, industri tepung bawang merah memiliki
NPV sebesar Rp 204 304 630, IRR sebesar 46.44 persen, B/C sebesar 2.38 dan
payback period selama 1.98 tahun. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap
perubahan kenaikan biaya eksploitasi dana penurunan harga jual produk masing-
masing 5.00 persen, hasilnya masih memberikan nilai-nilai kriteria investasi di
atas batas kelayakan.
Hasil penelitian yang masih relevan bisa dilihat pada Aditya Widi Nugraha
(2002) dalam Evaluasi Kelayakan Usaha Bawang Goreng di Kabupaten Brebes,
Jawa Tengah. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kontribusi,
perkembangan, karakteristik, dan penyebaran industri kecil bawang goreng di
Kabupaten Brebes. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa selama periode
1996-2001, kontribusi industri bawang goreng terhadap struktur nilai agroindustri
sebesar 19.50 persen dan industri kecil sebesar 7.20 persen. Dalam kurun waktu
tersebut, perkembangan industri bawang goreng mulai dari jumlah unit usaha,
tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi industri bawang goreng rata-rata
meningkat secara berurutan 41.82 persen, 37.70 persen, 35.75 persen, dan 43.49
persen. Berdasarkan analisis usaha yang dilakukan selama satu tahun, usaha
tersebut menghasilkan NPV sebesar Rp 30 250 550, IRR sebesar 324.50 persen,
B/C Ratio sebasar 1.20 dan Payback Period selama 3 tahun. Analisa sensitivitas
dilakukan terhadap perubahan kenaikan biaya produksi dana penurunan harga jual
produk masing-masing 5.00 persen, hasilnya usaha tersebut masih layak untuk
dijalankan.
Berbeda dengan yang dilakukan oleh Rosiah (2005) yang melakukan
penelitian berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan mas di
Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang. Dari hasil
analisisnya didapat bahwa usaha pembenihan Ikan Mas di Desa Sumurgintung,
Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, secara finansial menguntungkan dan
layak untuk dikembangkan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hasil
analisis per kuartal tahun 2005 memperlihatkan keuntungan sebesar Rp 8 757 399,
B/C ratio sebesar 1.14 dan payback period 4.50 tahun. Berdasarkan perhitungan
kriteria investasi dengan tingkat suku bunga 8.00 persen per kuartal diperoleh
NPV sebesar Rp 13 205 659.22, Net B/C sebesar 1.13 dan IRR sebesar 9.45
persen. Skenario adanya pinjaman dari lembaga keuangan, menurunkan nilai
kriteria investasi walaupun masih layak untuk dikembangkan. Pada skenario
dengan pinjaman menunjukan nilai NPV Rp 2 284 388.04, Net B/C sebesar 1.03
dan IRR sebesar 8.27 persen. Selain itu apabila dilihat dari sensitivitasnya
terhadap kenaikan harga pupuk (TSP sebesar 11,11 persen, PK sebesar 4.76
persen, Kaptan sebesar 3.7 persen) menunjukan nilai NPV sebesar Rp 11 230
498.59, Net B/C sebesar 1.11 dan IRR sebesar 9.30 persen. Pada skenario dengan
pinjaman apabila terjadi kenaikan harga TSP sebesar 11.11 persen, PK sebesar
4.76 persen, Kaptan sebesar 3.7 persen, menyebabkan nilai kriteria investasi
5
menjadi NPV sebesar Rp 309 227.00, Net B/C sebesar 1.00 dan IRR sebesar 8.04
persen.
Hasil penelitian Atemalem (2001), yang berjudul Analisis Kelayakan
Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius sutchi) di Tapos Agro Lestari,
Ciawi, Bogor menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis usaha yang dilakukan
selama satu tahun, usaha ini memperolah keuntungan sebesar Rp 110 604 616.70.
hasil perhitungan analisis pembenihan ikan ini menguntungkan dilihat dari hasil
perhitungan B/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1.56. Analisis titik impas
(BEP) dari usaha pembenihan ini menghasilkan nilai sebesar 742 522 ekor atau
senilai Rp 82 637 703.83. Sedangkan dari hasil analisis kelayakan investasi
diperoleh NPV sebesar Rp 81 629 230.06, Net B/C sebesar 2.58, dan IRR sebesar
66.77 persen. Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada kondisi kenaikan harga
pakan benih 16.00 persen diperoleh NPV sebesar Rp 8 203 815.31, Net B/C
sebesar 1.11 dan IRR sebesar 27.32 persen. Penurunan harga jual benih ikan patin
ukuran 1 inch (2.56 cm) sebesar 5.00 persen diperoleh NPV sebesar Rp 21 884
659.59, Net B/C 1.33, dan IRR sebesar 36.64 persen, menunjukan bahwa usaha
tersebut layak diteruskan untuk jangka panjang.
Iriani (2006) dalam Analisis Kelayakan Finansial Pembenihan dan
Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari, Desa
Tanjungsari, Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta menjelaskan
bahwa usaha pendederan dan pembenihan ikan nila layak dijalankan dengan
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 83 009 000, dengan B/C rasio sebesar
3.21, payback period sebesar 0.21 tahun dan BEP sebesar Rp 22 462 437.69.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha pembenihan dan
pendederan ikan nila ini diperoleh NPV sebesar Rp 225 116 401.83, Net B/C
lebih dari satu dan IRR sebesar 7.07 persen, sehingga usaha tersebut layak untuk
dijalankan. Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap kenaikan harga
pakan sebesar 800.92 persen diperoleh nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama
dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini
menunjukan usaha ini masih layak untuk dijalankan sampai batas kenaikan harga
pakan 800.92 persen.
Berdasarkan hasil penelitian Rohaeni (2006), yang berjudul Kelayakan
Investasi Pengembangan Usaha Pembesaran Lele Dumbo di Agro Niaga Insani,
Kabupaten Bogor diperoleh hasil perhitungan analisis usaha sebesar Rp 58 451
900, B/C rasio sebesar 1.39 dan payback period sebesar 2.98. Sedangkan
perhitungan analisis kelayakan usaha menghasilkan NPV sebesar Rp 118 976
123.41, Net B/C sebesar 1.89 dan IRR sebesar 34.80 persen. Analisis sensitivitas
dilakukan sampai pada persentase perubahan harga yang menyebabkan usaha
tidak layak adalah pada kenaikan harga pakan sebesar 25.50 persen dan
penurunan harga jual sebesar 9.80 persen. Hasil analisis menunjukan bahwa usaha
ini menguntungkan, serta layak untuk dilakukan dan dikembangkan.
Widiyanthi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan
Finansial Penambahan Mesin Vacuum Frying Pada Usaha Pengolahan Kacang
(Kasus di PD. Barokah Cikijing, Majalengka, Jawa Barat), untuk analisis aspek
non finansialnya hanya aspek pasar dan aspek teknis saja yang dilakukan dan
dapat disimpulkan bahwa secara teknis penambahan mesin vacuum frying layak
karena dalam pengolahan kacang akan memudahkan proses pengerjaannya dan
mendapatkan kualitas kacang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kacang
6
yang diproduksi tanpa alat tersebut. Dilihat dari aspek pemasaran dapat memenuhi
permintaan kacang dengan cepat. Secara finansial penambahan mesin vacuum
frying pada usaha pengolahan layak untuk diusahakan. Hasil perhitungan analisis
kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12.00 persen
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1 405 678 570, Net B/C sebesar 1.98, IRR
sebesar 32.22 persen dan Payback Period selama tiga tahun 10 bulan. Hasil
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini sensitif terhadap perubahan
harga jual produk. Berbeda dengan perubahan kenaikan harga bahan baku tidak
terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Kenaikan maksimal harga adalah
sampai 114.06 persen dan 266.36 persen. Usaha cukup stabil meski dengan
kenaikan harga yang ekstrem sekalipun.
Siregar (2012) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan
Pengembagan Bisnis Domba (Studi Kasus: Peternakan Domba Tawakal Desa
Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor) menganalisis aspek
finansial dan aspek non finansial secara menyeluruh. Hasil dari analisis aspek non
finansial pengembangan bisnis layak untuk dijalankan kecuali pada aspek hukum
karena belum mendapatkan izin dari pemerintah desa saja. Secara finansial usaha
peningkatan kapasitas produksi Peternakan Domba Tawakal layak untuk
dilaksanakan. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil perhitungan kriteria kelayakan
yang dianalisis yaitu NPV yang didapat sebesar Rp 1 754 996 948.00, Net B/C
Ratio sebesar 1.85, IRR sebesar 20.12 persen dan Payback Period selama 6.18
tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, batasan terhadap penurunan harga jual
domba jantan yaitu sebesar 20.92 persen dan peningkatan pakan hijuan sebesar
134.36 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penurunan harga domba jantan
lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan daripada pakan hijauan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang
dilakukan terletak pada kriteria analisis kelayakan bisnis, yaitu menggunakan
analisis data seperti NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period, dan analisis
sensitivitas. Kriteria-kriteria tersebut diperlukan pada penelitian ini karena bisnis
yang menjadi obyek studi kasus terdapat investasi masing-masing. Perbedaan
dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi studi kasus yang berbeda dan
menghasilkan asumsi-asumsi dasar yang berbeda juga dalam menganalisis
kelayakan bisnis. Penelitian yang penulis lakukan yaitu di sentra industri bawang
merah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Modal awal yang ditanamkan dalam
pengusahaan bawang merah adalah modal sendiri. Data diolah dengan
menggunakan Software Microsoft Excel dan interpretasi data secara deskriptif
untuk melihat apakah investasi bisnis ini nantinya akan layak untuk dilaksanakan.
7
KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Investasi
Investasi merupakan keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapat kemanfaatan (benefit) atau suatu kegiatan dengan
mengeluarkan sumber-sumber untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan
datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit.
Kegiatan suatu usaha selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan
mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point)
baik biaya maupun hasilnya yang dapat diukur (Kadariah, 1988).
Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2009), kegiatan pertanian
adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi
barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau
manfaat setelah beberapa periode waktu. Sementara itu Gray et al. (1992) dalam
Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan
yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.
Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat,
amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida. Bawang merah
akan mempunyai pertumbuhan terbaik jika lama penyinaran matahari lebih dari
12 jam pada ketinggian 30 dpl dengan suhu rata-rata 30 derajat celcius
(Wibowo, 1999).
Menurut Shintania (1999) Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris
tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan
Indonesia berupa soto dan sup menggunakan bawang goreng sebagai penyedap
sewaktu dihidangkan. Adapun teknik agar bawang goreng lebih renyah dan tahan
lama. Sebelum digoreng, rendam irisan bawang merah dalam air garam,
banyaknya garam bisa diatur, bisa juga direndam dengan air kapur sirih jika ingin
hasil yang tawar. Ada bawang yang memang khusus dipergunakan untuk
membuat bawang goreng menjadi renyah, biasanya dinamakan varietas bawang
Sumenep. Belakangan diketahui ada varietas yang endemik di Palu, Sulawesi
Tengah.
Dilihat dari prospek pasarnya, bawang goreng mempunyai kontribusi
terhadap struktur nilai agroindustri di Kabupaten Kuningan rata-rata 9.09 persen
dan terhadap industri kecil sebesar 21.12 persen. Tenaga kerja pada industri
bawang goreng di Kabupaten Kuningan rata-rata menghasilkan Rp 49 045 800 per
tahun dan nilai investasi yang ditanam untuk seorang tenaga kerja rata-rata
Rp 1 191 560 (Hapidin, 1997).
1. Aspek Pasar
Aspek pasar dan pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial
(Hakim, 2005). Menurut Kadariah (1999), aspek komersial menganalisa
penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan usaha, baik pada waktu
membangun usaha, maupun pada waktu usaha sudah berproduksi, dan
menganalisa pasaran output yang dihasilkan dari kegiatan usaha.
Menurut Gittinger (1986), analisis aspek komersial terdiri dari rencana
pemasaran output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan usaha. Dari sisi output, analisis
pasar untuk hasil usaha adalah sangat penting dalam menyakinkan bahwa
terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari
sudut pandang input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.
9
2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha tersebut
selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal
penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina,et al, 2009).
Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis akan menguji hubungan-
hubungan teknis yang mungkin dalam suatu usaha yang diusulkan, misalnya
keadaan tanah di daerah usaha dan potensinya bagi pembangunan usaha,
ketersediaan air baik secara alami (hujan dan penyebaran hujan) serta pengadaan
(kemungkinan-kemungkinan untuk membangun irigasi), varietas bawang merah
yang cocok. Atas dasar pertimbangan–pertimbangan ini analisis secara teknis
akan dapat menentukan hasil-hasil yang potensial. Analisis secara teknis juga
berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa
barang dan jasa. Kerangka kerja usaha harus dibuat secara jelas agar analisis
secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek lain dari analisis usaha
akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan.
ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara
ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2009).
5. Aspek Lingkungan
Merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan bagaimana suatu usaha
berpengaruh terhadap lingkungan. Apakah dengan adanya kegiatan usaha
lingkungan dapat menjadi lebih baik atau bahkan bertambah buruk. Dalam
merancang atau menganalisis kegiatan investasi harus mempertimbangkan pula
dampak terhadap lingkungan.
Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis
suatu usaha justru akan menunjang kelangsungan suatu usaha itu sendiri. Tidak
akan ada usaha yang dapat bertahan lama apabila tidak memperhatikan kondisi
lingkungan sekitar (Hufschmidt et al. 1987 dalam Nurmalina et al. 2009).
6. Aspek Finansial
Menurut Kadariah (1988), analisis aspek finansial suatu usaha dilihat dari
sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam usaha atau yang
berkepentingan langsung dalam usaha. Dalam analisis ini yang diperhatikan
adalah hasil untuk modal yang ditanam dalam suatu usaha. Analisis finansial ini
penting dalam memperhitungkan rangsangan bagi mereka yang turut serta dalam
mensukseskan pelaksanaan usaha. Sebab tidak ada gunanya melaksanakan usaha
yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan, jika
mereka yang menjalankan kegiatan produksi tidak bertambah baik keadaanya.
Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis usaha menerangkan
pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang diusulkan terhadap peserta
yang tergabung di dalamnya. Dalam usaha-usaha pertanian para peserta terdiri
dari petani, perusahaan swasta, koperasi dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan
utama dari analisis finansial adalah menentukan insentif bagi orang-orang yang
terlibat dalam pelaksanaan usaha (Gittinger, 1986)
Analisis usaha pertanian adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan
manfaatnya dan menentukan usaha yang mempunyai keuntungan yang layak.
Dalam analisis usaha diperlukan kriteria investasi yang merupakan metode yang
digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Adapun beberapa
kriteria sebagai tolak ukur kelayakan investasi diantaranya :
Analisis Sensitivitas
Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan
hasil analisis usaha jika terjadi perubahan dalam input yang digunakan ataupun
dalam output yang dihasilkan. Dalam analisis kepekaan setiap kemungkinan harus
dicoba, yang berarti bahwa setiap kombinasi harus diadakan analisis kembali. Hal
12
Umur Bisnis
Menurut Nurmalina, et al (2009), ada beberapa pedoman untuk
menentukan panjangnya umur bisnis berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan
bisnis, antara lain :
1) Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode)
yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada
suatu bisnis, yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat
meminimumkan biaya tahunan dari pemakaiannya.
2) Untuk usaha besar bergerak (diberbagai bidang) lebih mudah menggunakan
umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang
dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan
teknologi (Absolence) dengan adanya penemuan teknologi baru.
3) Untuk usaha yang umurnya lebih lama dari 25 tahun, biasanya umur usaha
ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai setelah itu jika di discount rate
dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present value-nya
akan kecil sekali, karena nilai discount factor nya kecil mendekati nol.
Industri bawang goreng adalah suatu usaha yang dilakukan oleh rumah
tangga tertentu dalam mengolah bawang merah sebagai bahan baku utama
menjadi bawang goreng sebagai produk untuk dipasarkan sehingga memperoleh
nilai tambah secara materi. Adanya permintaan pasar yang dihadapi industri
bawang goreng dan belum dapat dipenuhi seluruhnya menjadi penghambat dalam
menjalankan usahanya selama ini.
Analisis aspek non finansial menggunakan kriteria kelayakan yang
digunakan adalah aspek pasar yang ditunjukan dengan adanya permintaan pasar
bawang goreng yang dihasilkan. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukan
dengan adanya peningkatan produksi yang ditunjukan dengan peningkatan
produksi dan nilai penjualan. Aspek manajemen dan hukum ditunjukan dengan
pengelolaan dan pengendalian manajemen yang baik dan benar sesuai dengan
kebutuhan usaha, serta bagaimana status badan hukum perusahaan tersebut. Aspek
sosial, budaya, dan ekonomi ditunjukan dengan bagaimana respon masyarakat
sekitar dengan adanya kegiatan usaha dan apakah masyarakat ikut menikmati
keuntungan atau kerugian dari kegiatan usaha. Dari aspek lingkungan ditunjukan
apakah dengan adanya usaha lingkungan dapat menjadi lebih baik atau bahkan
bertambah buruk.
14
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi
dengan pelaku industri bawang goreng, wawancara dilakukan guna memperoleh
informasi mengenai teknis pengusahaan bawang goreng dan selanjutnya informasi
dan data yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam perhitungan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian
Kabupaten Kuningan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan. Informasi tambahan untuk
mendukung penelitian ini digunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dalam penelitian ini meliputi
analisis aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,
budaya, dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif yang
dilakukan meliputi analisis kelayakan finansial. Perhitungan yang dilakukan
menggunakan kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit CostRatio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP), serta
analisis sensitivitas.
Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer
yaitu Software Microsoft Excel. Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam
bentuk tabulasi dengan cara memasukan data primer ke dalam bentuk yang mudah
dibaca dan dipahami. Data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian deskriptif serta
dalam bentuk tabel, bagan atau gambar.
n
NPV = ∑ Bt-Ct ............................................................................. (1)
t=1
(1+i)t
Dimana :
Kriteria Penilaian :
a. Jika NPV >0, maka kegiatan investasi layak untuk dilaksanakan karena
manfaat lebih besar dari pada biaya.
b. Jika NPV < 0, maka kegiatan investasi tidak layak untuk dilaksanakan.
c. Jika NPV = 0, maka kegiatan investasi tidak untung dan tidak rugi.
n Bt-Ct
∑ (1 + i)t
t =1 (Bt – Ct) >0 ......................................... (2)
Net B/C = n Bt-Ct (Bt – Ct)<0
∑ (1 + i)t
t =1
Dimana :
i = Tingkat DR (%)
Kriteria Penilaiaan :
a. Investasi dinilai layak dan dinyatakan menguntungkan jika, Net B/C>1.
b. Investasi dinilai tidak layak dan dinyatakan tidak menguntungkan jika, Net
B/C<1.
c. Investasi ini dinilai tidak untung dan tidak rugi jika, Net B/C = 0.
NPV1
IRR = i1 + (i2- i1)........................................................... (3)
NPV1 – NPV2
Dimana :
i1 = DR yang menghasilkan NPV positif
i2 = DR yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV 2 = NPV yang bernilai negatif
Kriteria Penilaian :
a. Usaha layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang ditetapkan
oleh bank.
b. Usaha tidak layak jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh bank.
AB
Dimana :
Kriteria penilaian :
Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat
dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat
pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuannya adalah untuk melihat
kembali hasil analisis suatu kegiatan usaha. Variabel-variabel yang digunakan
untuk analisis ini adalah perubahan volume produksi dan kenaikan biaya produksi.
Variabel-variabel tersebut berpengaruh besar terhadap pendapatan atau
keuntungan karena keduanya merupakan output dan input utama dalam kegiatan
produksi bawang goreng.
1) Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian
berlangsung pada bulan April 2011 sampai dengan Juni 2011.
2) Sumber modal seluruhnya adalah modal sendiri.
3) Umur proyek adalah satu tahun didasarkan pada umur dua peralatan utama
yaitu penggorengan dan kompor.
4) Produksi bawang goreng adalah konstan setiap tahunnya.
5) Proses produksi yang dilakukan pengrajin bawang goreng adalah sama.
6) Pengrajin bawang goreng adalah pemilik usaha bawang goreng.
7) Usaha bawang goreng skala kecil rumah tangga adalah usaha bawang goreng
yang memiliki tenaga kerja paling banyak empat orang termasuk pengrajin.
8) Harga produk adalah harga yang disepakati pengrajin bawang goreng dan
pedagang pengumpul atau pengecer untuk bawang goreng yang dihasilkan.
Harga produk adalah harga rata-rata pada tingkat pengrajin.
22
Demografi
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda
sebanyak 1 122 376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar
0.48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70.76 tahun. Penduduk laki-
laki sebanyak 580 796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564 801 orang
dengan sex ratio sebesar 99.30 persen artinya jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25.00 persen
penduduk Kuningan bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Yogyakarta dan sebagainya. Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa
Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam. Angka
beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007
kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka
0,50 persen. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandingan antara
penduduk yang belum atau tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 tahun
ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berarti
pada tahun 2012 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan
23
menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum atau tidak produktif. Untuk lebih
lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi demografi kami sajikan
dalam tabel di bawah ini.
tahun dengan pengalaman menjalankan usaha bawang goreng berkisar mulai dari
3 tahun sampai 15 tahun. Usaha bawang goreng tersebut berdiri antara tahun 1999
dan 2010. Modal dialokasikan untuk pembelian peralatan, bahan baku, bahan
penolong, serta untuk mengupah tenaga pengupas.
Produk bawang goreng yang dihasilkan pengrajin bawang goreng di
Kabupaten Kuningan berkisar antara 20 kilogram hingga 420 kilogram per bulan.
Teknologi yang digunakan masih sederhana. Hanya ada dua peralatan produksi
yang digunakan secara elektrik, yaitu alat pengiris dan alat penurun kadar minyak.
Bahan baku utama untuk memproduksi bawang goreng adalah bawang
merah. Bahan baku pendukungnya antara lain minyak goreng dan tepung terigu.
Proses produksi bawang goreng meliputi pengupasan bawang merah, pencucian,
pengirisan, penepungan, penggorengan, penurunan kadar minyak, dan
pengemasan. Dari satu kilogram bawang merah mampu menghasilkan rata-rata
0.3 kilogram bawang goreng.
Pemasaran bawang goreng di Kabupaten Kuningan saat ini telah mencapai
berbagai kota seperti Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, bahkan hingga
Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Madiun, Surabaya. Pengrajin bawang
goreng menjual produknya ke pedagang pengumpul dan ke pengecer, serta
sebagian kecil dijual langsung ke konsumen. Harga bawang goreng di tingkat
pengrajin berkisar antara Rp 10 000 dan Rp 25 000 per kilogram. Sedangkan
harga di tingkat konsumen berkisar antara Rp 12 500 dan Rp 30 000 per kilogram.
Produk yang dijual ke pengecer biasanya mempunyai harga yang lebih tinggi.
Usaha rumah tangga bawang goreng di Kabupaten Kuningan rata-rata
membutuhkan 2 hingga 4 tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut sebagian besar
adalah untuk pekerjaan mengupas yang jumlahnya dapat mencapai 3 orang.
Tenaga kerja ini biasanya diperoleh dari masyarakat sekitar. Untuk kegiatan selain
mengupas cukup dilakukan oleh dua hingga empat orang yang biasanya diambil
dari anggota keluarga.
Organisasi yang mewadahi para pengrajin bawang goreng di Kabupaten
Kuningan masih belum ada. Pengrajin beraktivitas sendiri-sendiri tanpa ada
koordinasi. Beberapa tahun sebelumnya pernah dibentuk organisasi bagi pengrajin
bawang goreng, namun kini tidak beroperasi karena tidak ada pengurusnya.
Tipe Karakteristik
1. Skala kecil rumah tangga
2. Jumlah tenaga kerja 4 orang
3. Menggunakan alat pengiris manual
A
4. Produk dipasarakan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 000 per kilogram
5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 100 kilogram
6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan
1. Skala kecil rumah tangga
2. Jumlah tenaga kerja 2 orang
3. Menggunakan alat pengiris manual
B
4. Produk dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 20 000 per kilogram
5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 20 kilogram
6. Frekuensi produksi sebanyak 8 kali dalam satu bulan
1. Skala kecil rumah tangga
2. Jumlah tenaga kerja 3 orang
3. Menggunakan alat pengiris manual
C
4. Produk dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 714 per kilogram
5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 188.57 kilogram
6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan
1. Skala kecil rumah tangga
2. Jumlah tenaga kerja 4 orang
3. Menggunakan alat pengiris manual
D
4. Produk dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 25 000 per kilogram
5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 120 kilogram
6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan
1. Skala kecil rumah tangga
2. Jumlah tenaga kerja 4 orang
3. Menggunakan alat pengiris elektrik
E
4. Produk dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 600 per kilogram
5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 420 kilogram
6. Frekuensi produksi sebanyak 20 kali dalam satu bulan
1. Skala kecil rumah tangga
2. Jumlah tenaga kerja 4 orang
3. Menggunakan alat pengiris elektrik
F
4. Produk dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 18 000 per kilogram
5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 400 kilogram
6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan
28
Aspek Pasar
Bawang goreng merupakan produk olahan dari bawang merah yang
digunakan untuk penyedap rasa makanan. Sumber permintaan dari dalam negeri
datang dari rumah tangga, pedagang makanan keliling, rumah makan, hotel, dan
pabrik mie instan. Permintaan dari luar negeri berasal dari negara Singapura,
Malaysia, dan Arab Saudi.
Meskipun permintaan bawang goreng datang dari banyak sumber, namun
bawang merah di Kabupaten Kuningan belum mampu memenuhi permintaan
sepenuhnya. Produksi bawang goreng di Kabupaten Brebes tiap bulan adalah
sebesar 4 260 kilogram atau 51 120 kilogram dalam satu tahun. Jumlah ini masih
sangat kecil.
Permintaan bawang goreng di dalam negeri sulit untuk diketahui, namun
perkembangan permintaan bawang goreng secara tidak langsung dapat dilihat dari
perkembangan konsumsi bawang merah di Indonesia. Perkembangan dan proyeksi
konsumsi bawang merah tahun 2009-2012 dapat dilihat pada Tabel 5.
Pengrajin
Bawang Pedagang
Pengecer Konsumen
Goreng Pengumpul
Aspek Teknis
Seluruh pengrajin bawang goreng mempunyai lokasi usaha yang menyatu
dengan rumahnya. Pengrajin memanfaatkan dapur di rumahnya untuk dapat
melakukan kegiatan produksi. Peralatan yang digunakan pengrajin dalam kegiatan
produksi bawang goreng secara umum hampir sama. Perbedaan peralatan terdapat
pada penggunaan alat pengiris bawang merah dan alat untuk menurunkan kadar
minyak. Usaha bawang goreng Tipe A, B, C, dan D menggunakan alat pengiris
manual, sedangkan usaha bawang goreng Tipe E dan F menggunakan alat pengiris
elektrik. Alat pengiris bawang merah manual dapat mengiris bawang merah
sebesar 10 hingga 20 kilogram per jam. Sedangkan alat pengiris bawang merah
elektrik mampu mengiris sebanyak 200 kilogram per jam.
Untuk menurunkan kadar minyak secara manual digunakan alat berupa
irigan. Usaha bawang goreng yang mennggunakan irigan adalah tipe A, B, C, dan
E. Sedangkan usaha bawang goreng Tipe D, dan F menggunakan alat untuk
menurunkan kadar minyak secara elektrik. Fungsi kerja dari irigan mirip dengan
30
alat penyaring, sedang fungsi kerja alat penurun kadar minyak secara elektrik
menggunakan gaya sentrifugal yaitu gaya gerak melingkar yang berputar
menjauhi pusat lingkaran dimana nilainya adalah positif. Tabung yang berisi
bawang goreng yang baru diangkat dari minyak goreng diputar dengan kecepatan
tinggi sehingga minyak yang ada di bawang goreng terdorong keluar.
Peralatan utama yang digunakan dalam usaha bawang goreng adalah
kompor dan penggorengan. Penggorengan yang digunakan adalah penggorengan
yang berukuran kurang lebih 75 cm, sedangkan kompor yang digunakan adalah
kompor pompa dengan bahan bakar minyak. Selain itu pengrajin bawang goreng
menggunakan pisau, ember kecil, ember besar, irigan, keranjang bambu kecil,
keranjang bambu besar, jerigen minyak, dan timbangan. Ember kecil digunakan
untuk menampung tetesan minyak dari bawang goreng yang baru matang,
sedangkan ember besar digunakan sebagai wadah untuk mencampur tepung terigu
dengan irisan bawang merah. Keranjang bambu kecil digunakan untuk
menampung bawang merah yang akan dikupas, sedangkan keranjang bambu besar
digunakan sebagai wadah untuk mencuci bawang merah. Irigan digunakan untuk
meniriskan minyak dari bawang goreng yang baru matang dan diletakkan di atas
ember kecil.
Dalam proses produksi, bahan baku utama usaha bawang goreng adalah
bawang merah. Bahan baku ini diperoleh di pasar-pasar di seluruh wilayah
Kabupaten Kuningan. Semua pengrajin menggunakan bawang merah lokal
sebagai bahan baku utama pembuatan bawang goreng. Bawang merah lokal
tersebut meliputi varietas Bima Kuningan, Keelung, dan Kaohsiung. Dasar
pemilihan ini karena ketiga varietas tersebut lebih banyak ditanam dan dijumpai di
Kabupaten Kuningan. Ketiga varietas bawang merah ini mempunyai aroma yang
lebih gurih dan harganya relatif lebih murah. Setelah proses produksi, bawang
merah mengalami penyusutan hingga 30.00 persen. Dari satu kilogram bawang
merah akan dihasilkan bawang goreng rata-rata sebanyak 0,30 kilogram.
Pengrajin bawang goreng Tipe A, B, C, dan E rata-rata menggunakan
bawang merah dengan harga per kilogramnya Rp 1 750, sedangkan pengrajin
bawang goreng Tipe D dan F menggunakan bawang merah dengan harga
Rp 2 000 per kilogram. Bahan baku lain yang cukup penting dalam proses
produksi bawang goreng adalah minyak goreng dan tepung terigu. Untuk
memproduksi bawang goreng dibutuhkan minyak goreng sebanyak 20.00 persen
dari jumlah bawang merah yang digunakan. Minyak goreng yang digunakan
pengrajin bawang goreng ada dua macam, yaitu minyak goreng dengan harga Rp
4 000 per liter dan Rp 4.500 per liter. Tepung terigu digunakan untuk membuat
bawang goreng agar menjadi tahan lebih lama.
Proses produksi bawang goreng dimulai dengan melakukan pengupasan
kulit luar bawang merah. Pengupasan masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan pisau. Selanjutnya bawang merah yang telah dikupas dikumpulkan
dalam keranjang besar untuk dicuci. Setelah dicuci, bawang merah ditiriskan
kemudian dimasukkan ke alat pengiris secara bertahap. Hasil irisan ditampung ke
dalam wadah besar untuk dicampur dengan tepung.
Proses selanjutnya adalah bawang merah yang sudah dicampur dengan
tepung digoreng selama kurang lebih 10 menit. Bawang goreng yang sudah
matang ditandai dengan warna kuning atau coklat muda. Selanjutnya dilakukan
penurunan kadar minyak dengan cara diletakkan di atas irigan ataupun alat
31
penurun kadar minyak elektrik. Setelah kadar minyak turun, bawang goreng
ditampung di dalam plastik ukuran besar dalam keadaan terbuka untuk
didinginkan. Ujung plastik dibuat lubang kecil untuk mengalirkan minyak goreng
yang masih tersisa. Setelah dingin, bawang goreng dikemas sesuai kebutuhan.
Bawang goreng dapat bertahan antara dua sampai tiga bulan. Bagan alir
proses produksi bawang goreng dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Penggorengan
Pengemasan
Aspek Lingkungan
Menurut Nurmalina et al. (2009) suatu pengembangan bisnis dikatakan
layak apabila membawa manfaat atau dampak positif lebih besar dari pada
dampak negatif bagi lingkungan sekitar tempat bisnis. Lingkungan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum suatu kegiatan
investasi atau usaha dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui dampak
positif ataupun negatif yang akan ditimbulkan dikemudian hari jika suatu kegiatan
usaha dijalankan. Dampak terhadap lingkungan tersebut ada yang langsung
mempengaruhi pada saat kegiatan usaha berlangsung dan ada yang baru terlihat
beberapa waktu kemudian di masa yang akan datang.
Pengusahaan bawang goreng yang berlokasi di Kabupaten Kuningan ini
keberadaannya tidak terlalu memberikan dampak buruk bagi lingkungan, dampak
buruk yang ditimbulkan masih dalam ambang batas yang masih dapat ditoleransi
dan tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Hal ini ditandai dengan tidak
adanya keluhan dari masyarakat sekitar terhadap usaha yang dijalankan. Buangan
ataupun limbah yang ditimbulkan dari kegiatan ini hanya berupa air bekas
pencucian bawang merah sebelum digoreng.
Aspek Finansial
Tabel 8 Hasil perhitungan Net B/C Ratio usaha bawang goreng di Kabupaten
Kuningan
Dari hasil perhitungan Net B/C Ratio pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa
keenam tipe usaha bawang goreng layak diusahakan karena masing-masing
memiliki Net B/C Ratio lebih dari 1. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap
biaya sebesar Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat pada usaha
bawang goreng masing-masing sebesar Rp 1.40, Rp 1.30, Rp 1.30, Rp 1.60,
Rp 1.50 dan Rp 1.60.
Analisis Sensitivitas
Analisis Sensitivitas dilakukan terhadap setiap tipe usaha bawang goreng
di Kabupaten Kuningan untuk melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila
terdapat perubahan-perubahan pada asumsi-asumsi dasar yang diberlakukan.
Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam analisis ini adalah perubahan harga
bawang goreng dan perubahan harga bawang merah sebagai bahan baku utama.
Harga bawang goreng menentukan besarnya pendapatan operasional yang
diperoleh. Sedangkan bawang merah menyumbang porsi yang sangat besar dalam
perhitungan biaya operasional. Selain itu, bawang merah mempunyai harga yang
cenderung fluktuatif, sehingga perlu melihat kelayakan usaha pada berbagai
tingkat harga bawang merah.
Beberapa perubahan yang akan diujikan dalam analisis sensitivitas usaha
bawang goreng di Kabupaten Kuningan adalah penurunan harga bawang merah
sebesar 50.00 persen, kenaikan harga bawang merah sebesar 50.00 persen.
37
Perubahan ini ditentukan berdasarkan harga rata-rata bulanan dan harga ekstrim
bawang merah di Kabupaten Kuningan. Harga rata-rata bulanan bawang merah
adalah Rp 4000 per kilogram, sedangkan harga terendah yaitu Rp 1000 per
kilogram, dan harga tertinggi adalah Rp 10 000 per kilogram. Perubahan harga
produk yang akan diujikan adalah sebesar 50.00 persen. Perubahan harga produk
ini ditentukan berdasarkan kondisi yang terjadi pada usaha bawang goreng di
Kabupaten Kuningan. Hasil analisis sensitivitas usaha bawang goreng di
Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 10 sampai dengan Tabel 15.
Presentase IRR
Kondisi NPV Net B/C PP
(%) (%)
Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 36 000 000 0.85 15.00 6.40
Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 72 000 000 1.40 30.00 3.20
Pada usaha bawang goreng Tipe A ketika kenaikan harga bawang merah
yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,
NPV mengalami penurunan hingga 36 000 000, Net B/C turun menjadi 0.85, IRR
menjadi 15.00 persen dan Payback Period menjadi 6.40 bulan. Dalam kondisi ini,
usaha bawang goreng Tipe A tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan
harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap
72 000 000, Net B/C 1.40, IRR 30.00 persen dan Payback Period menjadi 3.20
bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe A masih layak untuk
diusahakan.
Presentase IRR
Kondisi NPV Net B/C PP
(%) (%)
Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 24 000 000 0.98 13.50 7.60
Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 48 000 000 1.30 27.00 3.80
Pada usaha bawang goreng Tipe B ketika kenaikan harga bawang merah
yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,
NPV mengalami penurunan hingga 24 000 000, Net B/C turun menjadi 0.98, IRR
menjadi 13.50 persen dan Payback Period menjadi 7.60 bulan. Dalam kondisi ini
38
usaha bawang goreng Tipe B tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan
harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap
48 000 000, Net B/C 1.30, IRR 27.00 persen dan Payback Period menjadi 3.80
bulan. Dalam kondisi ini usaha bawnag goreng Tipe B masih layak untuk
diusahakan.
Presentase IRR
Kondisi NPV Net B/C PP
(%) (%)
Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 26 731 500 0.99 13.50 7.20
Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 53 463 000 1.30 27.00 3.60
Pada usaha bawang goreng Tipe C ketika kenaikan harga bawang merah
yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,
NPV mengalami penurunan hingga 26 731 500, Net B/C turun menjadi 0.99, IRR
menjadi 13.50 persen dan Payback Period menjadi 7.20 bulan. Dalam kondisi ini
usaha bawang goreng Tipe C tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan
harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap
53 463 000, Net B/C 1.30, IRR 27.00 persen dan Payback Period menjadi 3.60
bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe C masih layak untuk
diusahakan.
Presentase IRR
Kondisi NPV Net B/C PP
(%) (%)
Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 75 250 000 1.60 33.00 3.30
Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 75 250 000 1.60 33.00 3.30
Pada usaha bawang goreng Tipe D ketika kenaikan harga bawang merah
yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,
NPV tetap 75 250 000, Net B/C 1.60, IRR 33.00 persen dan Payback Period 3.30
bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe D masih layak diusahakan.
Pada saat terjadi penurunan harga bawang merah dan bawang goreng sebesar
50.00 persen, NPV tetap 75 250 000, Net B/C 1.60, IRR 33.00 persen dan
39
Payback Period 3.30 bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe D
masih layak diusahakan.
Presentase IRR
Kondisi NPV Net B/C PP
(%) (%)
Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 36 760 000 0.94 15.85 11.05
Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 73 520 000 1.50 31.70 3.30
Pada usaha bawang goreng Tipe E ketika kenaikan harga bawang merah
yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,
NPV mengalami penurunan hingga 36 760 000, Net B/C turun menjadi 0.94, IRR
menjadi 15.85 persen dan Payback Period menjadi 11.05 bulan. Dalam kondisi ini
usaha bawang goreng Tipe E tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan
harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap
73 520 000, Net B/C 1.50, IRR 31.70 persen dan Payback Period menjadi 3.30
bulan. Dalam kondisi ini usaha bawnag goreng Tipe E masih layak untuk
diusahakan.
Presentase IRR
Kondisi NPV Net B/C PP
(%) (%)
Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 77 260 000 1.60 32.00 3.50
Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 77 260 000 1.60 32.00 3.50
Pada usaha bawang goreng Tipe F ketika kenaikan harga bawang merah
yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,
NPV tetap 77 260 000, Net B/C 1.60, IRR 32.00 persen dan Payback Period 3.50
bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe F masih layak diusahakan.
Pada saat terjadi penurunan harga bawang merah dan bawang goreng sebesar
50.00 persen, NPV tetap 77 260 000, Net B/C 1.60, IRR 32.00 persen dan
Payback Period 3.50 bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe F masih
layak diusahakan.
40
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe A di Kabupaten Kuningan
No Keterangan Bulan
I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
104 400 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000
a. Penjualan Bawang Goreng
b. Pinjaman 0
d. Nilai Sisa
Total Inflow 45 000 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000
II Outflow
1. Biaya Investasi
A. Lahan 11 250 000
B. Bangunan
e. WC 2 500 000
D. Peralatan
a. Penggorengan 18 000 000
43
g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000
h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Peralatan Pendukung
a. Meja 250 000 250 000
F. Transportasi
a. Mobil Pick Up 45 000 000
Total Biaya Investasi 141 960 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000
2. Biaya Tetap
44
a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000
b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000
c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
d. Gaji Karyawan (4 Orang) 31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000
e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500
Total Biaya Tetap 64 367 354 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 78 983 854 78 983 854 78 983 854
3. Biaya Variabel
a. Bawang Merah 44 985 600 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 57 564 000 57 564 000 57 564 000
b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000
c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000
d. Bahan Bakar (BBM) 10 800 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000
e. Pemakaian Listrik 2 800 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000
f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000
i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000
k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000
Total Biaya Variabel 67 970 600 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 94 914 000
Pajak Pendapatan Usaha (25%) 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 9 797 250 9 797 250 9 797 250
Total Outflow 274 297 954 197 093 404 198 318 404 197 093 404 198 318 404 201 268 404 198 318 404 197 093 404 198 318 404 183 695 104 183 695 104 183 695 104
III Net Benefit (82 080 000) 11 706 596 10 481 596 11 706 596 10 481 596 7 531 596 10 481 596 11 706 596 10 481 596 25 104 896 25 104 896 25 104 896
IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27
V Present Value (72 000 000) 9 007 845 7 074 779 6 931 245 5 443 812 3 431 294 4 188 837 4 103 853 3 223 174 6 771 890 6 771 890 6 771 890
PV + 72 000 000
45
PV - (0)
IX PP 3.2
46
Lampiran 2 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe B di Kabupaten Kuningan
No Keterangan Bulan
I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a. Penjualan Bawang Goreng 100 320 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000
b. Pinjaman 0
d. Nilai Sisa
Total Inflow 44 680 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000
II Outflow
1. Biaya Investasi
A. Lahan 10 930 000
B. Bangunan
9 680 000
a. Ruang Penggorengan
b. Ruang Pengepakan 8 680 000
e. WC 1 930 000
D. Peralatan
a. Penggorengan 17 680 000
47
g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000
h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Peralatan Pendukung
a. Meja 250 000 250 000
F. Transportasi
a. Mobil Pick Up 45 000 000
Total Biaya Investasi 13 972 0000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000
2. Biaya Tetap
48
a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000
b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000
c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
d. Gaji Karyawan (2 Orang) 15 720 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 23 580 000 23 580 000 23 580 000
e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500
Total Biaya Tetap 64 047 354 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 78 663 854 78 663 854 78 663 854
3. Biaya Variabel
a. Bawang Merah 44 665 600 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 57 244 000 57 244 000 57 244 000
b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000
c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000
d. Bahan Bakar (BBM) 10 480 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000
e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000
f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000
i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000
k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000
Total Biaya Variabel 67 010 600 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400
Pajak Pendapatan Usaha
5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250
(25%)
Total Outflow 273 337 954 196 133 404 197 358 404 195 173 404 197 358 404 200 308 404 197 358 404 195 173 404 197 358 404 182 735 104 182 735 104 182 735 104
III Net Benefit (54 720 000) 10 746 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 7 531 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 24 784 896 24 784 896 24 784 896
IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27
V Present Value (48 000 000) 8 047 845 6 114 779 6 611 245 5 123 812 3 111 294 3 228 837 3 143 853 2 263 174 5 811 890 5 811 890 5 811 890
PV + 48 000 000
49
PV - (0)
IX PP 3.2
50
Lampiran 3 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe C di Kabupaten Kuningan
No Keterangan Bulan
I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
102 375 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000
a. Penjualan Bawang Goreng
b. Pinjaman 0
d. Nilai Sisa
Total Inflow 44 800 500 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000
II Outflow
1. Biaya Investasi
A. Lahan 10 950 500
B. Bangunan
a. Ruang Penggorengan 9 750 500
e. WC 1 950 500
D. Peralatan
a. Penggorengan 17 750 500
51
g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000
h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Peralatan Pendukung
a. Meja 250 000 250 000
F. Transportasi
a. Mobil Pick Up 45 000 000
Total Biaya Investasi 59 720 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000
2. Biaya Tetap
52
a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000
b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000
c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
d. Gaji Karyawan (3
23 580 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 23 580 000 23 580 000 23 580 000
Orang)
e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500
Total Biaya Tetap 29 476 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 44 092 000 44 092 000 44 092 000
3. Biaya Variabel
a. Bawang Merah 40 665 600 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400
b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000
c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000
d. Bahan Bakar (BBM) 10 480 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000
e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000
f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000
i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000
k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000
Total Biaya Variabel 63 010 600 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400
Pajak Pendapatan Usaha
5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250
(25%)
Total Outflow 273 450 500 196 150 500 197 150 500 195 150 500 197 450 500 200 325 500 197 150 500 197 150 500 197 150 500 182 750 500 182 750 500 182 750 500
III Net Benefit (60 947 820) 10 746 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 7 531 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 24 784 896 24 784 896 24 784 896
IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27
v Present Value (53 463 000) 8 047 845 6 114 779 6 611 245 5 123 812 3 111 294 3 228 837 3 143 853 2 263 174 5 811 890 5 811 890 5 811 890
53
PV + 53 463 000
PV - (0)
IX PP 3.6
54
Lampiran 4 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe D di Kabupaten Kuningan
No Keterangan Bulan
I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a. Penjualan Bawang Goreng 112 975 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000
b. Pinjaman 0
d. Nilai Sisa
Total Inflow 55 400 500 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000
II Outflow
1. Biaya Investasi
A. Lahan 10 950 500
B. Bangunan
11 750 500
a. Ruang Penggorengan
b. Ruang Pengepakan 8 750 500
e. WC 1 950 500
D. Peralatan
a. Penggorengan 22 750 500
55
g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000
h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Peralatan Pendukung
a. Meja 450 000 250 000
F. Transportasi
a. Mobil Pick Up 50 000 000
Total Biaya Investasi 70 320 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000
2. Biaya Tetap
56
a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000
b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000
c. Alat Tulis Kantor 350 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000
d. Gaji Karyawan (4
31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000
Orang)
e. Perawatan 13 071 000 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500
Total Biaya Tetap 40 076 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 54 692 000 54 692 000 54 692 000
3. Biaya Variabel
a. Bawang Merah 46 965 600 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400
b. Biaya Pulsa 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000
c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000
d. Bahan Bakar (BBM) 15 480 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000
e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 20 560 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000
f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
g. Tepung Terigu 1 500 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000
h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000
i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
j. Biaya Pengiriman 2 400 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000
Total Biaya Variabel 73 610 600 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400
Pajak Pendapatan Usaha
5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250
(25%)
Total Outflow 284 343 300 207 043 300 207 043 300 207 043 300 207 043 300 211 218 300 207 043 300 207 043 300 207 043 300 193 643 300 193 643 300 193 643 300
III Net Benefit (85 785 000) 11 346 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 18 131 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 35 384 896 35 384 896 35 384 896
IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27
v Present Value (75 250 000) 18 647 845 16 614 779 17 111 245 15 723 812 13 711 294 13 828 837 14 143 853 12 863 174 16 511 890 16 511 890 16 511 890
57
PV + 75 250 000
PV - (0)
IX PP 3.3
58
Lampiran 5 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe E di Kabupaten Kuningan
No Keterangan Bulan
I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a. Penjualan Bawang
112 375 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000
Goreng
b. Pinjaman 0
d. Nilai Sisa
Total Inflow 54 800 500 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000
II Outflow
1. Biaya Investasi
A. Lahan 10 950 500
B. Bangunan
11 750 500
a. Ruang Penggorengan
b. Ruang Pengepakan 8 750 500
e. WC 1 950 500
D. Peralatan
a. Penggorengan 22 750 500
59
g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000
h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Peralatan Pendukung
a. Meja 250 000 250 000
F. Transportasi
a. Mobil Pick Up 50 000 000
Total Biaya Investasi 69 720 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000
2. Biaya Tetap
60
a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000
b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000
c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
d. Gaji Karyawan (4
31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000
Orang)
e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500
Total Biaya Tetap 39 476 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 54 092 000 54 092 000 54 092 000
3. Biaya Variabel
a. Bawang Merah 45 665 600 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400
b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000
c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000
d. Bahan Bakar (BBM) 15 480 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000
e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 20 560 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000
f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000
i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000
k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000
Total Biaya Variabel 73 010 600 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400
Pajak Pendapatan
5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250
Usaha (25%)
Total Outflow 283 743 300 206 443 300 206 443 300 206 443 300 206 443 300 210 618 300 206 443 300 206 443 300 206 443 300 193 043 300 193 043 300 193 043 300
III Net Benefit (83 812 800) 10 746 596 19 521 596 19 786 596 19 521 596 17 531 596 19 521 596 19 786 596 19 521 596 34 784 896 34 784 896 34 784 896
IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27
v Present Value (73 520 000) 18 047 845 16 114 779 16 611 245 15 123 812 13 111 294 13 228 837 13 143 853 12 263 174 15 811 890 15 811 890 15 811 890
61
PV + 73 520 000
PV - (0)
IX PP 3.3
62
Lampiran 6 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe F di Kabupaten Kuningan
No Keterangan Bulan
I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
123 975 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000
a. Penjualan Bawang Goreng
b. Pinjaman 0
d. Nilai Sisa
Total Inflow 66 400 500 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000
II Outflow
1. Biaya Investasi
A. Lahan 11 950 500
B. Bangunan
a. Ruang Penggorengan 12 750 500
e. WC 1 950 500
D. Peralatan
a. Penggorengan 23 750 500
63
g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000
h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Peralatan Pendukung
a. Meja 450 000 250 000
F. Transportasi
a. Mobil Pick Up 52 000 000
Total Biaya Investasi 81 320 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000
2. Biaya Tetap
64
a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000
b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000
c. Alat Tulis Kantor 350 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000
d. Gaji Karyawan (4
31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000
Orang)
e. Perawatan 24 071 000 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500
Total Biaya Tetap 51 076 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 65 692 000 65 692 000 65 692 000
3. Biaya Variabel
a. Bawang Merah 47 965 600 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400
b. Biaya Pulsa 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000
c. Tali Sakura 1 375 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000
d. Bahan Bakar (BBM) 16 480 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000
e. Pemakaian Listrik 3 480 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000
f. Minyak Goreng 5 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000
g. Tepung Terigu 2 500 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000
h. Plastik Pengemas 1 250 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000
i. Pengecapan Produk 1 800 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000
j. Biaya Pengiriman 3 400 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000
k. Penyortiran 1 360 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000
Total Biaya Variabel 84 610 600 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400
Pajak Pendapatan Usaha
5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250
(25%)
Total Outflow 295 343 300 218 043 300 218 043 300 218 043 300 218 043 300 222 218 300 218 043 300 218 043 300 218 043 300 204 643 300 204 643 300 204 643 300
III Net Benefit (88 076 400) 11 346 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 18 131 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 35 384 896 35 384 896 35 384 896
IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27
V Present Value (77 260 000) 18 647 845 16 614 779 17 111 245 15 723 812 13 711 294 13 828 837 14 143 853 12 863 174 16 511 890 16 511 890 16 511 890
65
PV + 77 260 000
PV - (0)
IX PP 3.3
66 66
KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul
“Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng Di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat” oleh Adi Ankafia (H34087001), Mahasiswa
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Daftar Pertanyaan
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :
5. Tgl/Bln/Thn memulai usaha :
6. Luas lahan :
7. Luas bangunan :
C. Biaya Investasi
Umur Harga/Unit
No Uraian Jumlah Total (Rp)
Ekonomis (Rp)
1
2
3
4
5
6
7
Total Biaya :
71 71
D. Biaya Tetap
Umur Harga/Unit
No Uraian Jumlah Total (Rp)
Ekonomis (Rp)
1
2
3
4
Total Biaya :
E. Biaya Variabel
Umur Harga/Unit
No Uraian Jumlah Total (Rp)
Ekonomis (Rp)
1
2
3
4
5
Total Biaya :
F. Nilai Penyusutan
Umur Harga/Unit Total
No Uraian Jumlah
Ekonomis (Rp) (Rp)
1
2
3
4
5
6
Total Biaya :
72 72
RIWAYAT HIDUP