Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. DESKRIPSI SINGKAT

Matakuliah Pengantar Usahatani adalah matakuliah yang mempelajari bagaimana seorang petani
sebagai manager, pribadi dan sosial dalam kegiatan usahataninya, mengalokasikan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang optimal pada waktu tertentu.
Sumber daya itu adalah alam (benih, lahan), tenaga kerja, modal dan manajemen. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan usahatani dan aktivitas rumah tangga petani adalah dua hal yang saling
terkait karena pada umumnya kegiatan usahatani dilakukan sejalan dengan kehidupan sehari-hari
petani dan banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sehingga keputusan dalam usahatani
cenderung dipengaruhi oleh kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan, serta berorientasi pada
keluarga.
Usaha tani yang dilakukan oleh rumah tangga petani umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu
mendapatkan keuntungan yang maksimal atau untuk keamanan pangannya, dengan cara
meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki persediaan pangan yang cukup untuk
konsumsi rumah tangga dan selebihnya untuk dijual. Guna lebih memahami hal diatas maka
dilaksanakan praktikum dengan mengambil topik utama Survey Usahatani, Rumah Tangga dan
Keluarga Petani di pedesaan. Adapun tujuan lebih detail akan dipaparkan pada tujuan praktikum
dibawah ini:

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Dengan praktikum ini, diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:


1. Mengetahui sejarah usahatani di daerah objek praktikum
2. Membuat transek desa dan melihat vegetasi potensial yang ada di suatu daerah
3. Mengerti dan memahami kehidupan keseharian para petani dan petani pengusaha lokal di area
pedesaaan
4. Melaksanakan survey pada petani/petani pengusaha
5. Melakukan interview/wawancara dengan petani/petani pengusaha
6. Memahami kompleksitas pertanian yang tercermin dari karakteristik/profil petani dan usahataninya
7. Menganalisis usahatani baik secara riil atau perusahaan
8. Menginterpretasi hasil survey dikaitkan dengan teori terkait

C. PETUNJUK PRAKTIKUM
a) Masing-masing praktikan wajib memiliki Modul Praktikum Pengantar Usahatani
b) Praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok (5 mahasiswa / kelompok)
c) Kegiatan praktikum adalah survey pada usahatani komoditas/produk pertanian (sebagai objek
praktikum)
d) Masing-masing kelompok mengerjakan Tugas Praktikum sesuai dengan materi, pada objek
praktikum
e) Pengambilan data boleh dilakukan sekali atau beberapa kali dalam jangka waktu tertentu
f) Asistensi revisi laporan dilakukan sampai siap untuk dipresentasikan pada saat UAP (Ujian Akhir
Praktikum) sesuai jadwal praktikum
g) Laporan dipresentasikan sesuai dengan jadwal praktikum atau pada saat UAP (Ujian Akhir
Praktikum)

D. RANCANGAN TUGAS PRAKTIKUM


1. Kegiatan praktikum adalah survey pada usahatani komoditas/produk pertanian (sebagai objek
praktikum)
2. Masing-masing kelompok menentukan 1 (satu) objek praktikum, yaitu seorang petani dengan
usahatani produk pertanian (antar kelompok: petani boleh sama, tetapi dengan
komoditas/produkpertanian yang berbeda)
3. Prosedur penentuan objek praktikum adalah sebagai berikut:
a. Masing-masing kelompok mengajukan objek praktikum berupa data petani berikut profil
usahataninya kepada asisten praktikum
b. Asisten praktikum akan menilai kelayakan objek praktikum
c. Jika objek praktikum dinyatakan layak, maka kegiatan dilanjutkan. Apabila dinyatakan tidak
layak, maka kelompok harus mencari objek lainnya
4. Kegiatan Praktikum dilanjutkan dengan melakukan survey pada usahatani komoditas/produk
pertanian (sebagai objek praktikum), dengan menggunakan quisioner.
5. Praktikum terbagi menjadi beberapa materi, antara lain:
a. Materi I. Sejarah usahatani (pada daerah objek penelitian)
b. Materi II. Transek Desa
c. Materi III. Profil Petani dan Usahatani Komoditas Pertanian
d. Materi IV. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan(Pendapatan) Usahatani
e. Materi V. Analisis Kelayakan Usahatani (R/C Ratio dan BEP/Break Even Point)
6. Output akhir adalah berupa laporan yang lengkap beserta gambar dan foto (pada masing-masing
materi praktikum), serta siap dipresentasikan (format laporan pada Lampiran 2)
7. Output tugas berupa soft copy (untuk dipresentasikan) serta hard copy, yang keduanya
dikumpulkan sebagai tugas akhir praktikum.

E. INDIKATOR PENILAIAN PRAKTIKUM


NO. INDIKATOR UNSUR
1. UJIAN PRAKTIKUM (PRESENTASI a. Kehadiran/presensi (bersifat individu)
LAPORAN) b. Keaktifan (bersifat individu)
c. Performance presentasi
d. Substansi materi
e. Relevansi/argumentasi
f. Inovatif, kreatif
g. Team work
2. LAPORAN AKHIR a. Substansi materi
b. Kelengkapan
c. Kemampuan mereview
F. JADWAL KEGIATAN PRAKTIKUM

TATAP TATAP
MUKA MUKA
KEGIATAN PRAKTIKUM
KULIAH PRAKTIKUM
KE- KE-

3 1 Brieffing Pendahuluan Praktikum Pengantar Usaha tani


4 2 Materi I. Sejarah usahatani (pada daerah objek penelitian)
5 3 Materi II. Transek Desa
6 4 Materi III. Profil Petani dan Usahatani Komoditas Pertanian
7 5 Materi IV. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan(Pendapatan)
Usahatani
UTS - -
8 6 Materi V (a). Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Semusim (R/C
Ratio dan BEP/Break Even Point)
9 7 - Materi V (b). Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Tahunan
- Asistensi Objek Praktikum (Pengajuan objek praktikum berupa data
petani berikut profil usahataninya kepada asisten praktikum)
10 8 Survey Lapang (pengambilan data terkait materi)
11 9 Asistensi Materi I, II, dan III
12 10 Asistensi Materi IV dan V
13 11 UAP I (Ujian Akhir Praktikum)
Presentasi laporan akhir (yang merupakan Ujian Praktikum)
Penyerahan laporan akhir (hard copy & soft copy)
14 12 UAP II (Ujian Akhir Praktikum)
Presentasi laporan akhir (yang merupakan Ujian Praktikum)
Penyerahan laporan akhir (hard copy & soft copy)

MATERI 1. SEJARAH PERTANIAN


A. Tinjauan Pustaka
Sejarah pertanian merupakan bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika
suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa
suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi
perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian
akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian
diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah
membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat
dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik
pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada
waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56
spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat
keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama
kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax
(Linum usitatissimum). Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai
keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum
sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan
kacang azuki. Padi dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang
berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga
daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara
terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit,
pertanian juga diartikan sebagai kegiatbudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat
semusim. Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar
(hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan
dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia
dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-
sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan
mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-
dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya,
pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila
seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan
maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang
dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke
cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan
pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik
atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan
pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume
besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian
melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu
serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya
budidaya alga, hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia
masih tetap demikian.

B. Tugas Praktikum
1. Carilah referensi hasil penelitian usahatani terkait sejarah usahatani komoditas terkait objek
praktikum
2. Lakukan identifikasi sejarah usahatani dan komoditas pada objek praktikum
3. Interpretasikan hasilnya
(lengkapi dengan foto)

MATERI 2. TEKNIK PENELUSURAN LOKASI (TRANSEK) DESA

A. TINJAUAN PUSTAKA
Arti sebenarnya dari “Transek” itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek
dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati “wilayah-wilayah Ekologi”
(pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya).
Hubungan antara manusia dan lingkungan alam bagi masyarakat pedesaan sangatlah erat. Mata
pencaharian mereka adalah mengolah alam secara langsung, sehingga keadaan alam dan sumber-sumber
daya akan sangat menentukan keadaan mereka. Misalnya, jenis-jenis kegiatan pertanian akan tergantung
pada jenis dan keadaan tanah, ketersediaan air dan curah hujan, dan sebagainya. Rapatnya hubungan
timbal-balik antara kehidupan masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu dipahami dalam
mengembangkan program bersama masyarakat. Dengan teknik pemetaan, diperoleh gambaran keadaan
sumber daya alam masyarakat bersama masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan, potensi-
potensi yang ada. Sedangkan untuk mengamati secara langsung keadaan lingkungan dan sumber daya
tersebut, digunakan Teknik Penelusuran Lokasi (Transek).
Teknik Penelusuran Lokasi (Transek) adalah teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung
lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu
lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam
bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut. Transek membantu “ orang luar
“ untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi alam dan rumitnya sistem pertanian dan pemeliharaan
sumber daya alam yang dijalankan oleh masyarakat. Kita dapat belajar tentang cara masyarakat dalam
memanfaatkan sumber daya alam.
Di dalam perencanaan program, transek dipergunakan untuk observasi lansung bagi kegiatan
penjajagan kebutuhan dan potensi. Sedangkan dalam evaluasi program, teknik ini dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui fakta-fakta dan perubahan yang telah terjadi.
 Jenis Jenis Transek
Jenis-jenis Transek berdasarkan jenis informasi (topik kajian) terdiri dari tiga jenis yaitu Transek
Sumber Daya Desa yang bersifat umum, Transek Sumber Daya Alam dan Transek untuk Topik Topik
Khusus. Uraian singkat ketiga jenis transek tersebut adalah:
1. Transek Sumber Daya Desa ( Umum )
Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa yang
bersangkutan guna mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan. Keadaan-keadaan yang
diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan
air bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK (mandi-cuci-kakus), sarana umum desa (a.l. sekolah,
tembok dan gapura desa, tiang listrik, puskesmas, dsb), juga lokasi kebun dan sumber daya pertanian
secara garis besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum pemukiman desa
tersebut, terutama sarana-sarana yang dimiliki desa, sedangkan keadaan sumber daya alam dan
bukan alam dibahas secara garis besarnya saja. Kajian ini akan sangat membantu dalam mengenal
desa secara umum dan beberapa sapek lainnya dari wilayah pemukiman yang kurang diperharikan.
2. Transek Sumber Daya Alam
Transek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai potensi
sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahannya, terutama sumber daya pertanian.
Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik masyarakat berada di batas dan luar desa,
sehingga transek sumber daya alam ini bisa sampai keluar desa. Informasi-informasi yang bisanya
muncul antara lain adalah :
 Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi) : termasuk ke dalamnya adalah kemiringan
lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata
air, sumur).
 Pemanfaatan sumber daya tanah (tataguna lahan) : yaitu untuk wilayah permukiman, kebun,
sawah, lading, hutan, bangunan, jalan, padang gembala, dan sebagainya.
 Pola usaha tani: mencakup jenis-jenis tanaman penting (antara lain jenis-jenis local) dan
kegunaanya (misalnya tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan
dan hasilnya dan sebagainya.
 Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumber daya alam : termasuk teknologi tradisional,
misalnya penahan erosi dari batu, kayu, atau pagar hidup; pohon penahan api; pemeliharaan
tanaman keras; system beternak; penanaman berbagai jenis rumput untuk pakan ternak, penahan
air, penutup tanah; system pengelolaan air, (konservasi air, kontrol erosi, dan pengairan) dan
beberapa hal lainnya.
 Pemilikan sumber daya alam : biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat, milik umum/desa,
milik pemerintah (missal hutan).
Kajian lebih lanjut yang dilakukan antara lain adalah :
Kajian mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya tersebut baik oleh pemilik maupun bukan
(misal, penduduk yang tidak memiliki kebun mungkin menjadi peternak, menjadi buruh, dsb) serta
kajian mengenai hal-hal lain yang mempengaruhi pengelolaan sumber daya, seperti perilaku
berladang dan tata cara adat dalam pengelolaan tanah, pengelolaan air, peraturan memelihara ternak,
upacara panen, dan sebagainya.
3. Transek Topik Topik Lain
Transek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik khusus. Misalnya: transek
yang dilakukan khusus untuk mengamati sarana kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa,
transek wilayah persebaran hama, atau transek khusus untuk mengamati sumber air dan sistem
pengelolaan aliran air serta irigasi, pendidikan dasar, dan sebagainya.
B. URAIAN TUGAS PRAKTIKUM
1. Carilah referensi hasil penelitian usahatani terkait transek desa
2. Lakukan identifikasi transek desa pada objek praktikum (beserta gambar)
3. Interpretasikan hasilnya (lengkapi dengan foto)

MATERI 3. PROFIL USAHATANI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia
Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu
tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil
akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Dengan wilayah yang luas, serta ditambah
lagi dengan lahan pertanian yang luas, dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata
pencariannya adalah dengan bertani maka Indonesia merupakan negara yang agraris, yang menempatkan
pertanian sebagai potensi yang paling dominan.
Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara
menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta
pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani
itu sendiri.
Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
2) Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah
3) Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
4) Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya

Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah disepakati batasan petani kecil
(Soekartawi, 1986) pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil
adalah :
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha
di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha
di luar Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah terbatasnya sumberdaya dasar
tempat ia berusahatani. Pada umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan
ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa
petak. Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki sumberdaya terbatas dan
pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang
sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil, sehingga tiap-tiap
usaha petani tersebut mempunyai sistem usahatani yang unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitian-
penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai karakteristik petani, iklim, sosial,
budaya yang berbeda, sehingga diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan
suatu kebijakan.
Selain masing-masing petani memiliki sistem usahatani yang unik, juga agroekosistemnya, suatu
kombinasi sumber daya fisik dan biologis seperti bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan.
Dengan mengalokasikan sumber daya tersebut, petani melakukan proses produksi agar dapat terus
menghasilkan produk baik berupa fisik maupun uang.

Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus
pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya
usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil,
(b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh
musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga
menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit,
teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang
dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.
Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat
pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan
non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani,
kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan
kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat
lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya
pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia
(Anonymous, 2012)

2. Tinjauan tentang Komoditas Pertanian (terkait komoditas di objek praktikum)


Komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan
secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk
lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa
berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta
asing, instrumen keuangan dan indeks.
Dalam ilmu linguistik, kata "Komoditas" ini mulai dikenal dan dipergunakan di Inggris pada abad
ke 15 yang berasal dari bahasa Perancis yaitu "commodité" yang berarti "sesuatu yang menyenangkan"
dalam kualitas dan layanan. Dalam akar bahasa Latin disebut commoditas yang merujuk pada berbagai
cara untuk pengukuran yang tepat dari sesuatu ; keadaan waktu ataupun kondisi yang pas, kualitas yang
baik; kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau properti; dan nilai tambah atau keuntungan. Di Jerman
disebut die Ware, misalnya produk atau barang yang ditawarkan untuk dijual. Di Perancis disebut "produit
de base" seperti energi, barang, atau bahan baku industri. Di Indonesia dapat diartikan sebagai : barang
dagangan, benda niaga, atau bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan
standar perdagangan internasional, misalnya gandum, karet, kopi.
Karakteristik dari Komoditas yaitu harga adalah ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar
bukannya ditentukan oleh penyalur ataupun penjual dan harga tersebut adalah berdasarkan perhitungan
harga masing-masing pelaku Komoditas contohnya adalah (namun tidak terbatas pada) : mineral dan
produk pertanian seperti bijih besi, minyak, ethanol, gula, kopi, aluminium, beras, gandum, emas, berlian
atau perak, tetapi juga ada yang disebut produk "commoditized" (tidak lagi dibedakan berdasarkan merek)
seperti komputer

B. TUGAS PRAKTIKUM
1. Carilah referensi hasil penelitian usahatani terkait profil petani
2. Lakukan identifikasi profil petani pada objek praktikum
3. Interpretasikan hasilnya
(lengkapi dengan foto)

MATERI 4. BIAYA, PENERIMAAN & KEUNTUNGAN

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Biaya
Biaya dapat dikatakan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan oleh pihak produsen untuk
menghasilkan produk. Terdapat beberapa biaya dalam aktivitas produksi, namun pada intinya biaya
produksi terdiri atas dua bagian utama, yakni biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
 Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan
dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan.
 Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan
untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang
bagi organisasi.
 Menurut Hansen dan Mowen (2005:66), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau
di masa datang bagi organisasi.
 Menurut Carter (2009:2), biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang
dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat.
 Menurut Riduwan (2007:4), biaya dapat diartikan pula sebagai harga pokok atau bagiannya yang
telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.
Dari definisi atau pengertian biaya tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya dapat
didefinisikan atau diartikan dalam dua kategori, yaitu secara sempit dan luas. Dalam arti sempit, definisi
atau pengertian biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, sedangkan
dalam arti luas, definisi atau pengertian biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Biaya produksi merupakan seluruh pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi perusahaan tersebut.
Besarnya biaya produksi jelas berhubungan dengan banyak sedikitnya jumlah produk yang dihasilkan.
Dengan menambah jumlah barang yang dihasilkan, maka biaya produksi akan ikut bertambah.
Bertambahnya jumlah produk menyebabkan biaya per satuan menjadi semakin rendah karena beban
biaya tetap dibagi atas banyaknya jumlah produk, sehingga hasilnya menjadi lebih kecil. Selama cara
berproduksi masih sederhana, dengan modal tetap yang sedikit pun akan membuat biaya produksi rendah.
Beberapa Konsep biaya dalam usahatani:
 Biaya Investasi
Merupakan biaya awal yang dikeluarkan oleh petani sebelum menjalankan proses usahataninya.
Menurut Ibrahim (2003), untuk menentukan jumlah biaya investasi secara keseluruhan disesuaikan
dengan aspek teknis produksi, antara lain :
a. Lahan
Luas lahan yang diperlukan disesuaikan dengan luasan yang ditetapkan dalam aspek teknis,
dan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan lahan disesuaikan dengan harga yang
berlaku.
b. Gedung
Gedung difungsikan untuk bangunan pabrik, kantor, gudang, dan lain sebagainya.
c. Mesin
Mesin yang digunakan juga disesuaikan dengan aspek produksi, apakah menggunakan mesin
dengan teknologi tinggi atau tidak.
d. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang dapat menunjang produksi. Harga peralatan
disesuaikan dengan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan dan dihitung dalam harga
berlaku, misalnya cangkul, gunting pangkas, sprayer pestisida, dan lain-lain.
e. Biaya Lain
Biaya lain meliputi biaya studi kelayakan, biaya impor/ekspor, dan biaya lain yang berhubungan
dengan pembangunan proyek
 Biaya produksi
Merupakan keseluruhan biaya yang dilakukan selama proses produksi tanaman. Biaya produksi
terdiri dari :
a) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan secara tetap dikeluarkan
meskipun jumlah produksi banyak atau sedikit. Sehingga besarnya biaya tetap tidak terpengaruh
oleh besar kecilnya produksi yang dijalankan.

Keterangan:
TFC = total biaya tetap (Rp)
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input (Rp)
n = jumlah atau banyaknya input

b) Biaya Variabel
Untuk tujuan perencanaan dan pengawasan, biaya variabel dibedakan menjadi :
 Engineered variabel cost
Engineered variabel cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu dengan ukuran
kegiatan tertentu atau biaya yang antara masukan dan keluarannya mempunyai hubungan
yang erat dan nyata. Contohnya : biaya bahan baku.
 Discretionary cost
Discretionary variabel cost adalah biaya-biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan
perubahan volume kegiatan sebagai akibat kebijakan manajemen.

Misalnya adalah pengeluaran untuk pembelian bahan baku. Semakin banyak barang yang
dihasilkan, maka semakin besar pula pengeluaran untuk pembelian bahan baku. Namun demikian
laju peningkatan biaya tersebut berbeda-beda (tidak konstan ) . Laju peningkatan mula-mula dari
titik asal adalah menurun hingga titik A. Pada titik A ini tidak terjadi peningkatan sama sekali.
Kemudian sesudah titik A laju kenaikannya terus menerus naik. Kesimpulannya ialah Jika jumlah
produksinya sedikit, maka nilai biaya yang diperlukan rendah. Sehingga dalam hal ini, antara biaya
variabel dan jumlah produksi merupakan suatu hubungan yang sifatnya searah. Dalam usahatani,
yang termasuk biaya variabel adalah pengeluaran untuk pembelian pupuk, bibit, benih, pestisida,
biaya persiapan dan persewaan lahan, serta biaya pengolahan lahan. Biaya variabel total dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
VC = variable cost/ biaya variabel (Rp)
TVC = total variable cost/ jumlah dari biaya variabel (Rp)
c) Biaya Total
Biaya total (total cost) dapat diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel,
dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (Biaya total (Rp))
TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap total (Rp))
TVC = Total Variable Cost (Biaya variabel total (Rp))
Q = Quantitas Produk
2. Penerimaan
Kadarsan (1993) menyatakan, bahwa usahatani pada akhirnya akan menghasilkan produk atau
output yang merupakan penerimaan bagi petani jika dikalikan dengan harga produk. Kelebihan
penerimaan dari total biaya biaya merupakan keuntungan usahatani. Besar kecilnya keuntungan yang
diperoleh tergantung pada tinggi rendahnya biaya produksi, harga komoditas, dan jumlah produk yang
dihasilkan. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan merupakan perkalian antara produksi
yang dihasilkan dengan harga jual, dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = P x Q
Keterangan:
TR = Penerimaan Total (Rp)
P = Harga Produk (Rp/ unit)
Q = Jumlah Produksi (unit)

3. Keuntungan /Pendapatan
Keuntungan atau Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya
yang digunakan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan
terus berkembang dengan baik karena pada prinsipnya, tujuan perusahaan secara umum adalah mencari
laba maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani, antara lain: luas lahan, tingkat
produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusaha pertanaman, dan efisiensi tenaga
kerja (Hernanto, 1991). Sedangkan menurut Mulyadi (1992), pendapatan merupakan keuntungan yang
diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Menghadapi resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang.
b. Melakukan inovasi/pembaharuan di dalam kegiatan ekonomi.
c. Mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.
π = TR – TC
Keterangan:
π = Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue (Penerimaan total (Rp))
TC = Total Cost (Biaya total (Rp))

B. TUGAS PRAKTIKUM
1. Carilah referensi hasil penelitian tentang Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
(Pendapatan) Usahatani
2. Lakukan Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani pada objek
praktikum
3. Interpretasikan hasilnya (lengkapi dengan foto)

MATERI 5. KELAYAKAN USAHATANI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. R/C Ratio
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara
penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:
R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)

Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:


R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan

2. ANALISIS BREAK EVENT POINT (BEP)


Beberapa pengertian break even point (BEP),
1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point (BEP) atau titik pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point (BEP) disebut juga Cost Volume Profit Analysis.
Arti penting analisis break even point (BEP) bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan
keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
 Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
 Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
 Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi.
3. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami
laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini
dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
4. Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat
untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis yang
digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat pendapatan pada
berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling banyak dipakai adalah dengan
menggunakan kurva BEP. Selain memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan
pendapatan, diagram ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat
keluaran (output).. Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besarnya penerimaan pada saat titik
balik modal, yaitu yang menunjukkan suatu proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak
mengalami kerugian
Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain sebagaimana berikut :
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi
tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau
penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau
penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-
masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh usahawan dalam berbagai pengambilan
keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang
diperoleh.
BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu:
a. Break Even Point (BEP) Produksi (Unit)
Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam
usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut:
𝑇𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑈𝑛𝑖𝑡) =
𝑃 − 𝑇𝑉𝐶/𝑄
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
Q = Quantities (Produksi)
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Harga Produk

b. Break Even Point (BEP) Penerimaan (Rupiah)


Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat
BEP.

𝑇𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 (𝑅𝑝) =
𝑇𝑉𝐶
1−
𝑇𝑅
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)

c. Break Even Point (BEP) Harga (Rupiah)


Break Even Point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada saat BEP. Atau dengan
kata lain adala Biaya rata-rata per satuan produk (ATC/Average Total Cost)

𝑇𝐶
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝) =
𝑄
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TC = Total Cost (Biaya Total)
Q = Quantities (Produksi)

B. TUGAS PRAKTIKUM
1. Carilah referensi hasil penelitian tentang Analisis Kelayakan Usahatani R/C Ratio dan BEP (Break
Even Point)
2. Lakukan Analisis Kelayakan Usahatani R/C Ratio dan BEP (Break Even Point) pada objek
praktikum
3. Interpretasikan hasilnya
LAMPIRAN 1. QUISIONER SURVEY LAPANG

Nomor Kuisioner: ………………………..

KUESIONER PRAKTIKUM LAPANG

PENGANTAR USAHATANI

A. Profil Petani Responden


1. Nama : …………………………………………………………..
2. Umur : …………………………………………………………..
3. Alamat :……………………………………………………………
4. Pendidikan : (silang salah satu)
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
5. Pekerjaan Utama:
a. Petani
b. Pedagang
c. Tukang kayu/batu
d. PNS
e. Lainnya, sebutkan ………………………………….
6. Pekerjaan Sampingan :
a. Petani
b. Pedagang
c. Tukang kayu/batu
d. PNS
e. Lainnya, sebutkan …………………………………
7. Jumlah anggota keluarga : ………………. jiwa.
8. Lama berusahatani : ……… tahun
9. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian
Tabel Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian
No Keterangan Jenis Lahan (Ha) Jumlah
Sawah Tegal/Kebun Pekarangan
1 Milik sendiri
- digarap sendiri
- disewakan
- dibagi-hasilkan

Jumlah (a)
2 Milik orang lain
- disewa
- dibagi-hasilkan
Jumlah (b)
Jumlah (a + b)
1. Usahatani (Kegiatan Bercocok Tanam)

1. Komoditas : ……………………………………………………………
2. Pola tanam : ……………………………………………………………….
3. Sistem Tanam : …………………………………….(jika ada)

B. BIAYA, PENERIMAAN & KEUNTUNGAN USAHATANI

1. Biaya Usahatani (satu kali musim tanam)


a. Biaya Tetap / TFC (Total Fixed Cost)
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
(perhitungan)
1. Sewa lahan
2. Sewa Alat:
……………………..
……………………..
(tulis alat yg dipakai)
3. Penyusutan Alat 10% dari harga alat
……………………
4. …………………….
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)

b. Biaya Variabel / TVC (Total Variable Cost)


No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih / bibit:
……………………..
2. Pupuk :
……………………..
…………………….
…………………….
…………………….

3. Obat-obatan :
…………………
………………….
…………………

4. Tenaga Kerja TK Pria: Ongkos :

TK Wanita:

1. Menanam ……………..orang

2. Memupuk ………………orang

3. Merawat ……………….orang
4. Panen ……………….orang

Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)

c. Total Biaya / TC (Total Cost)


No. Biaya Total Biaya (Rp)
1. Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) Rp
2. Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) Rp
Total Biaya (Total Cost) Rp

2. Penerimaan Usahatani

No. Uraian Nilai Jumlah (Rp)


1. Produksi (unit)
2. Harga (per satuan unit)

Penerimaan Usahatani (Total Revenue)

3. Keuntungan Usahatani

No. Uraian Jumlah (Rp)


1. Total Biaya (Total Cost) Rp
2. Penerimaan (Total Revenue) Rp
Keuntungan Rp

C. PEMASARAN HASIL PERTANIAN

No. Uraian Jumlah Pemasaran Alasan

Unit % Lembaga Pemasaran Tempat/Lokasi

1. Dikonsumsi
sendiri
2. Dijual
A. Kelembagaan

No. Jenis Kelembagaan Lokasi Manfaat


1. KUD

2.

3.

B. Kendala – kendala Petani dalam Berusahatani

No. Kendala Solusi Harapan


1. Hama penyakit?

2.

F. ANALISIS RESIKO USAHATANI

1. Pertanyaan untuk mengetahui macam-macam resiko usahatani.


Berilah tanda centang (V) pada jawaban yang dipilih dan alasannya!
No Jenis Resiko Jawaban

1 Resiko yang bersumber dari produksi

a. Perubahan iklim/cuaca yang ekstrem

b. Bencana alam (banjir, longsor, kekeringan, gempa bumi)

c. Gangguan organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit,


gulma)
Alasan:

2 Resiko yang bersumber dari pasar/harga

a. Harga jual sayuran (sawi/tomat/cabai/bawang merah)


fluktuatif/naik-turun
b. Harga input (pupuk, bibit/benih, dan pestisida) yang mahal

c. Permintaan pasar terhadap produk sayuran berkurang

Alasan:

21
3 Resiko yang bersumber dari institusi

a. Tidak adaya penyuluh pertanian yang bertugas di desa

b. Kebijakan pemerintah yang kurang memihak kepada petani


kecil/rakyat
c. Lambatnya pembangunan/fasilitasi pertanian yang dilakukan oleh
pemerintah seperti pembangunan irigasi, jalan, gudang, dll.

Alasan:

4 Resiko yang bersumber dari manusia

a. Kerusakan alat-alat produksi (cangkul, traktor, sabit, mesin


perontok, dll) karena penggunaan yang terus menerus
b. Kesehatan petani yang terganggu sehingga membuat produksi
usahataninya menjadi lambat/terbengkalai
c. Hilangnya alat produksi pertanian karena dicuri atau terkena
kebakaran
d. Berkurangnya tenaga kerja dalam kegiatan produksi seperti
menanam, memanen, dll.
Alasan:

5 Resiko yang bersumber dari keuangan

a. Modal yang dimiliki untuk usahatani sayuran sedikit

b. Tidak adanya koperasi yang memberikan pinjaman modal untuk


usahatani/petani
c. Pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang besar, sehingga
menghambat untuk melakukan usahatani
d. Pinjaman di bank yang sulit karena suku bunga yang tinggi

Alasan:

22
2. Pertanyaan untuk mengetahui persepsi petani tentang resiko.
Berilah tanda centang (V) pada jawaban yang dipilih dan alasannya!
No Jenis Resiko Jawaban

1 Resiko menurut persepsi petani

a. Semua hal yang dapat menyebabkan kerugian pada usahatani


sayuran
b. Semua faktor yang menyebabkan kerugian namun sebagian faktor
bisa mengurangi keuntungan
c. Konsekuensi yang menjadi beban petani jika melakukan usahatani
sayuran, seperti harga input, outut, sarana produksi, dll.
Alasan:

No Jenis Resiko Jawaban

2 Usahatani sayuran dikatakan gagal menurut persepsi petani

a. Produksi sayuran yang dihasilkan relatif rendah

b. Harga jual sayuran yang relatif rendah, mendekati titik impas (tidak
untung, tidak rugi)
c. Kerusakan sayuran secara total akibat hama dan penyakit

Alasan:

3 Tingkat resiko produktivitas usahatani menurut persepsi petani


Tinggi ( >65% gagal panen)

a. Sedang (20-65% gagal panen)

b. Rendah ( <20% gagal panen)

Alasan:

4 Meskipun berusahatani di daerah yang permukaan tanahnya tidak rata dianggap


beresiko, petani tetap mengusahakan usahatani tersebut karena

a. Dampak resiko masih bisa diterima dengan melakukan berbagai


pencegahan atau masih bisa dikurangi
23
b. Usahatani tetap dijalankan karena usahatani sayuran lebih
menguntungkan dibandingkan usahatani lainnya
c. Usahatani lain lebih banyak resiko bila dilakukan dibandingkan
usahatani sayuran
d. Tidak ada pilihan lain, sehingga usahatani padi di daerah perbukitan
tetap dilakukan meski harus menanggung resiko sepertti kekeringan
Alasan:

3. Pertanyaan untuk mengetahui cara petani dalam menghadapi resiko usahatani sayuran

Bagaimana cara Saudara menangani resiko usahatani di daerah tempat tinggal Saudara?

Sebelum terjadi resiko

Membuat perencanaa sebelum melakukan usahatani sayuran bersama


kelompok tani dan penyuluh agar petani siap jika terjadi masalah/resiko
Membuat prediksi dengan patokan musim guna menghindari kekeringan

Mengurangi biaya input (modal) seperti mengurangi penggunaan pupuk yang


dibeli dan beralih ke pupuk oranganik yang tersedia
Membuat persiapan seperti menyiapkan segala faktor penunjang produksi
usahatani sayuran (contoh: pengolahan lahan, irigasi, dll)

Alasan:

Dalam masa produksi

Metode penanaman seperti jarak tanam sayuran

Penggunaan pupuk yang digunakan antara musim kering dan penghujan

Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida

Perawatan irigasi secara terus menerusagar terhindar dari kekeringan

Alasan:

24
Setelah mengalami resiko

Tetap melanjutkan usahatani sampai masa panen walaupun produksi sayuran


tidak sesuai yang diharapkan
Tetap melanjutkan usahatani, di samping itu juga mencari pekerjaan lain guna
untuk mendapatkan pendapatan tambahan
Berpindah melakukan usahatani lainnya (padi, umbi-umbian, dll)

Mencari solusi dengan cara bertanya kepada penyuluh pertanian setempat


tentang bagaimana cara mengatasi resiko/permasalahan yang ada
Alasan:

Lampiran 2. FORMAT LAPORAN


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR USAHA TANI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Sejarah usahatani
2.2. Transek Desa
2.3. Profil Usahatani
2.3.1. Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia
2.3.2. Tinjauan tentang Komoditas Pertanian (terkait komoditas di objek praktikum)
2.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta rumus dan
kurva)
2.5. Analisis Kelayakan Usahatani
2.5.1. R/C Ratio
2.5.2. BEP (Break Even Point) (beserta rumus dan kurva)
2.6. Analisis Resiko Usahatani
III. Hasil dan Pembahasan (dengan data hasil survei ke objek praktikum)
3.1. Sejarah usahatani
3.2. Transek Desa
3.3. Profil Petani dan Usahatani
3.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani
3.5. Analisis Kelayakan Usahatani
3.5.1 R/C Ratio
3.5.2. BEP (Break Even Point)
25
3.6. Pemasaran Hasil Pertanian
3.7. Kelembagaan Petani
3.8. Resiko Usahatani
3.8. Permasalahan dalam Usahatani dan Solusi

IV. Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka

Lampiran
1. Transek Desa & Peta Desa
2. Lampiran foto hasil pengamatan lapang
3. Kuesioner yang sudah terisi data Survei Lapang

26

Anda mungkin juga menyukai