Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KLIPING

SUMBER DAYA MANUSIA


PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN

Oleh :

Nama : Ulya Khoirun Nisa’


NIM : 175040200111103
Kelas :K

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
Pangan merupakan kebutuhan pokok yang menjadi esensi kehidupan
manusia. Permintaan akan pangan akan terus meningkat seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas hidup. Termasuk di
Indonesia yang sampai saat ini menjadi salah satu Negara importir beras terbesar
di dunia dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan.

Pertanian adalah sektor vital dalam kehidupan bangsa Indonesia, utamanya


sebagai penyedia pangan. Pertanian adalah pabrik alami yang menghasilkan
produk-produk pangan yang amat dibutuhkan. Sebagai penyedia pangan, peran
pertanian tidak dapat tergantikan oleh sektor yang lain. Kondisi ketahanan pangan
suatu bangsa menjadi salah satu kunci kekuatan bangsa tersebut. Fakta di
lapangan, ketersediaan pangan dan jumlah kebutuhan terhadap pangan tidaklah
sebanding. Dalam konteks ketersediaan pangan, aspek-aspek terhadap
kemampuan produksi dianggap lemah, sedangkan kebutuhan pasokan atau
permintaan dari waktu ke waktu terus meningkat.

Jika kita tidak segera menemukan cara untuk meningkatkan produksi


pangan, maka Indonesia sebagai bangsa yang merdeka tidak memiliki kedaulatan
untuk menyediakan pangan secara mandiri bagi warganya, karena kebutuhan
pokok beras sangat tergantung kepada bangsa lain. Eksploitasi Negara maju akan
semakin nyata meruntuhkan kedaulatan bangsa Indonesia, karena keunggulan
sumber daya pertanian saja tidak cukup ampuh untuk menjadikan negeri ini
berdaulat di bidang pangan.

Salah satu faktor penting bagi upaya melakukan proses produksi yang
tepat adalah dengan menyiapkan SDM yang memenuhi standar kebutuhan sektor
pertanian. Sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah SDM yang mampu
menjalankan upaya-upaya untuk memenuhi ekspektasi daya saing yang tepat.
Dalam konteks pertanian, maka SDM sangat diharapkan dapat melaksanakan
kegiatan pertanian yang sesuai. SDM pertanian yang memiliki kesiapan,
kualifikasi, dan kompetensi yang memadai tentu dapat berkontribusi secara
maksimal dalam produktivitas, daya adaptasi, dan keberlanjutan usaha tani.

Berdasarkan data BPS (2010) hampir 67% angkatan tenaga kerja


menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Artinya, sektor pertanian menjadi
salah satu sektor yang membantu pengurangan angka pengangguran di Indonesia.
Namun kuantitas tersebut dalam beberapa kurun waktu terakhir terus mengalami
pertanian. Berdasarkan hasil sensus tahun 2003, terjadi penyusutan sebesar 5,04
juta petani. Semakin menurunnya jumlah petani tentu berkorelasi dengan jumlah
output pangan yang dihasilkan, dengan asumsi bahwa petani yang hilang tersebut
sebagian besar adalah petani tanaman pangan. Penurunan ini diakibatkan karena
petani yang kehilangan lahan, berpindah profesi, maupun karena lambatnya
proses regenerasi petani.

Dilihat dari umur produktif, saat ini mayoritas petani berada pada kisaran
umur lebih dari 45 tahun. Pada umur ini, petani kurang memiliki kemampuan
secara fisik untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Selain itu, pada aspek tingkat
pendidikan, mayoritas petani hanya berpendidikan sekolah dasar. Hanya sebagian
kecil saja yang berpendidikan sekolah menengah, apalagi di tingkat perguruan
tinggi. Tingkat pendidikan formal tentu akan berpengaruh dalam kemampuan
berpikir dan penguasaan teknologi. Sementara di era saat ini, penguasaan akan
teknologi menentukan daya adaptasi dan daya saing di berbagai sektor kehidupan.

Sementara berdasarkan data statistik tahun 1999 dan 2002, produktivitas


tenaga kerja sektor pertanian menduduki urutan terakhir dibanding produktivitas
tenaga kerja menurut lapangan usaha yang lain. Data menunjukkan bahwa rasio
pendapatan tenaga kerja sektor pertanian sangat rendah. Hal ini juga yang
menyebabkan kurangnya motivasi bagi banyak anak muda untuk dapat menjadi
regenerasi SDM pertanian, karena dinilai tidak dapat mendatangkan pendapatan
yang tinggi. Lebih lanjut, mutu SDM agribisnis Indonesia masih mengalami
kendala yang mendalam dalam hal sikap mental yang menghambat, terutama
dalam hal sikap malas, lamban, masa bodoh, tidak peduli, suka menunda, kerja
asal jadi, iri, dan dengki.

Konsekuensinya, dibutuhkan pembinaan SDM pertanian sebagai langkah


antisipatif dalam menghadapi persaingan global. Peter Thigpen menyatakan
bahwa ada 4 langkah pembinaan yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Pembinaan unsur kognitif ; mencakup upaya peningkatan pengetahuan,


melatih daya pikir, kemampuan analisis, mempertajam intelegensi dan
kecerdasan, serta peningkatan pengetahuan manajerial dan wawasan
teknologi pertanian.
b. Pembinaan unsur psikomotorik ; mencakup upaya untuk membina dan
meningkatkan keahlian dan keterampilan spesifik dari penjabaran bidang
kognitif.
c. Pembinaan unsur afeksi ; yakni sikap mental, moral, dan etika agar
mampu mendorong terciptanya suasana kerja yang harmonis, ketegangan
kerja yang harmonis, ketenangan kerja serta memberikan dukungan moral
terhadap peningkatan produktivitas organisasi.
d. Pembinaan unsur intuisi ; kombinasi antara ketiga unsur di atas. Intuisi
merupakan kemampuan mutu SDM yang bersumber dari keyakinan diri
dan dapat mempengaruhi tindakan manusia terutama dalam melihat
peluang dan kesempatan bisnis.
Penyuluhan dan pelatihan juga perlu dilakukan mengingat rendahnya
kualitas SDM pertanian yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan.
Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan
yang memadai tentang pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk
mengantisipasi perkembangan IPTEK, global warming, maupun perubahan
lingkungan yang terjadi.

Regenerasi petani juga dibutuhkan sebagai solusi dalam hal penurunan


produktivitas petani. Menumbuhkan minat generasi muda untuk bekerja di sektor
pertanian dapat dilakukan dengan mengembangkan dan memperkenalkan
teknologi yang dapat menarik minat kaum muda. Di samping itu, dapat dilakukan
dengan mengembangkan berbagai program pelatihan kewirausahaan sektor
pertanian. Dengan kesiapan petani sebagai pelaku utama pertanian dari berbagai
unsur, diharapkan mampu menggerakkan sektor pertanian yang berimplikasi pada
terwujudnya kedaulatan pangan.

SUMBER RUJUKAN :

Juarini. 2015. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Pertanian untuk Menunjang


Kedaulatan Pangan. Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai