Anda di halaman 1dari 6

4.

Faktor dan Proses Pembentukan Tanah

Secara umum tanah dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu;

1) Tanah Endodinamomorf, yaitu tanah yang mempunyai sifat sifat kimiawinya yang
identik dengan bahan induknya, atau terbentuk dari bahan induk residual, contoh tanah
golongan ini meliputi;
a) Lithosol, yang terdapat di Orissa India, berwarna kuning
b) Andosol di dataran tinggi Indonesia dan Filipina.
c) Grumosol di pulau Jawa
d) Organosol (tanah gambut) di kawasan rawa-rawa

2) Tanah Ektodinamomorf, yang mempunyai sifat-sifat tidak identik dengan bahan induk
Contoh: tanah golongan ini adalah tanah alluvial yang terletak di pinggiran sungai.

Kedua golongan tanah ini baik pembentukannya (genesis) maupun perkembangannya


(diferensiasi horizon) dipengaruhi oleh lima factor yang bekerja secara integral dan kontinyu
melalui mekanisme baik secara fisik, kimiawi maupun biologis. Korelasi antara kelima factor ini
dengan sifat-sifat tanah yang terbentuk diformulasikan oleh Jenny (cit. darmawijaya, 1990)
sebagai berikut;

S = f (I, h, b, t, w)

Dimana S = sifat-sifat tanah

f = fungsi

I = iklim

h = jasad hidup

b = bahan induk

t = topografi

w = waktu

Thorf membagi ke lima factor ini menjadi dua golongan,

(1) Faktor tergantung geografi, meliputi bahan induk,iklim,aktivitas biologis dan relief
(2) Faktor tergantung fisiografis dan geologis bentang lahan yaitu waktu atau umur
perkembangan
Kemudian Joffe membagi pula kelima factor tersebut menjadi dua bagian, yaitu;

(1) Faktor pasif, yaitu factor-faktor yang menjadi sumber massa tanah dan kondisi saat
proses pembentukan tanah berlangsung, meliputi bahan induk, topografi (relief) dan
waktu
(2) Faktor aktif, yaitu faktor-faktor yang menghasilkan energy untuk pelaksanaan proses
pelapukan terhadap massa dan kondisi tersebut , yaitu biosfer (jasad hidup dan
aktifitasnya) dan iklim (atmosfer dan hidrosfer) (cit . Darmawijaya, 1990).

Menurut Hardjowigeno (1993), urutan perubahan sifat-sifat tanah yang hanya disebabkan
masing-masing satu factor pembentukan tanah tersebut dikenal sebagai:

(1) Klimatosekuen, jika hanya dipengaruhi perbedaan iklim


(2) Biosekuens, jika hanya oleh perbedaan aktivitas jasad hidup
(3) Toposekuens, jika hanya oleh perbedaan topografi
(4) Lithosekuens, jika hanya oleh perbedaan jenis bahan induk
(5) Khromosekuens, jika hanya oleh perbedaan faktor umur.

Iklim

Iklim merupakan rata-rata cuaca pada jangka panjang, minimal per musim atau perpriode
atau per tahun dan seterusnya, sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka
pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim atau sepriode.

Di antara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah hujan (presipitasi) dan
temperature. Berdasarkan nisbah antara P { prepitasi (hujan +salju + embun) } : Et
(evapotranspirasi), Walther Penck membagi tanah dunia menjadi dua wilayah, yaitu:

(a) Daerah Humid ( basah) apabila nisbah P: Et lebih besar dari 0,7 dan
(b) Daerah Arid (kering) apabila bernisbah kurang dari 0,7.

Lang membagi wilayah bumi berdasarkan nisbah R {curah hujan rata-rata tahunan (mm) : T
{ temperature rata-rata tahunan (C)} menjadi 4 wilayah.

(a) Daerah Arid (kering) apabila nisbah R: T kurang dari 40, yaitu kawasan yang
berevavotranspirasi lebih besar ketimbang curah hujan, sehingga air tanah naik
kepermukaan. Tanah kawasan ini berciri-khas adanya kerak-kerak garam di permukaan.
(b) Daerah Humid (lembab) apabila bernisbah antara 40 – 160, yaitu kawasan yang
bercurah hujan lebih besar ketimbang evapotranspirasi , sehingga proses mineralisasi
lebih lambat ketimbang humifikasi. Oleh karena itu ,humus makin banyak terbentuk
dengan makin banyaknya hujan dan proses humifikasi optimum pada nisbah 120. Tanah
tanah di wilayah ini terbagi menjadi:
(1) Tanah-tanah Kuning atau Merah, dengan nisbah 40 – 60
(2) Tanah-tanah Coklat , dengan nisbah 60 – 100 dan
(3) Tanah-tanah Hitam, dengan nisbah 100 – 160.
(c) Daerah Perhumid (sangat lembab), yaitu wilayah bernisbah lebih besar dari 160.
(d) Daerah Nival (basah), yaitu wilayah tanpa penguapan sama sekali, seperti di sebagian
Eropa, Palestina dan AS.

Pengaruh curah hujan

Sebagai pelarut dan pengangkut ,maka air hujan akan mempengaruhi: (1)komposisi kimiawi
mineral-mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah dan (3) sifat fisik
tanah.

Pengaruh temperature

Perbedaan temperature merupakan cerminan energy panas matahari yang sampai ke suatu
wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu:

(1) Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah, dengan
mekanisme identik proses pelapukan batuan yang telah diuraikan di atas.
(2) Keaneka ragaman hayati yang aktif , karena masing-masing kelompok terutama mikrobia
mempunyai temperature optimum spesifik, sehingga perbedaan temperature akan
menghasilkan jenis dan populasi mikrobia yang berbeda pula. Umumnya makin rendah
atau makin tinggi temperature dari titik optimalnya akan diikuti oleh jenis dan populasi
mikrobia yang makin sedikit
(3) Kesempurnaan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.

Jasad Hidup

Di antara berbagai jasad hidup, vegetasi atau makroflora merupakan yang paling berperan
dalam mempengaruhi proses genesis dan perkembaangan profil tanah, karena merupakan sumber
utama biomass atau bahan organic tanah (BOT). BOT ini apabila terdekomposisi oleh mikrobia
heterotropik akan menjadi sumber energy dan hara bagi mikrobia sendiri, juga merupakan
sumber senyawa-senyawa organic dan anorganik yang terlibat dalam berbagai proses
kemogenesis dan biogenesis tanah. Vegetasi sendiri melalui sistim perakarannya akan
berpenetrasi ke lapisan bawah tanah dan membawa unsur-unsur ke trubusnya, sisa perakaran dan
trubus yang mati akan menjadi sumber BOT dan unsur hara pada profil tanah sedalam penetrasi
akar tersebut. Kedalaaman pengaruh vegetasi ini terhadap sifat fisik,kimia dan biologis pada
profil tanah tergantung pada intensitas dan ektensitas system perakarannya, pengaruh pepohonan
berakar tunggang akan lebih besar ketimbang rerumputan atau tanaman berakar serabut.
Bahan Induk

Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara
endodinamorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk
secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan induk ini sangat jelas terlihat pada tanah-tanah –
dewasa, namun dalam perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut, apalagi bila
mengalami pelindian atau erosi berat, maka pengaruh ini makin tidak jelas, bahkan dapat hilang
sama sekali.

Pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah, secara ringkas meliputi :

(1) Tanah –tanah yang terbentuk dari bahan induk asal batuan beku asam seperti quarsit dan
batu-batu pasir yang melapuk sangat lambat akan mempunyai tekstur berpasir kasar
dengan liat yang didominasi tipe 1:1 kaolinit dan kejenuhan basa rendah, sehingga
tergolong tanah miskin
(2) Sebaliknya jika terbentuk dari bahan induk asal batuan beku basa dan batuan sedimen
yang umumnya mudah lapuk, maka tanahnya akan bertekstur lebih halus dengan liat
yang didominasi tipe 2:1 monmorillonit dan berkejenuhan basa tinggi, sehingga relative
subur.
(3) Dari rhiolit yang relative sangat lambat lapuk namun bertekstur halus terbentuk tanah-
tanah muda yang bertekstur halus pula, sedangkan dari granit,basalt dan gabro yang agak
mudah lapuk tetapi bertekstur kasar terbentuk tanah-tanah muda yang juga bertekstur
kasar
(4) Tekstur tanah yang dipengaruhi mineral yang sukar lapuk, seperti pasir kwarsa akan tetap
terlihat meskipun tanah sudah tergolong tua.
(5) Dari bahan induk asal batu kapur murni yang keras akan terbentuk tanah-tanah yang
berpasir dangkal (Terra Rosa)
(6) Sebaliknya jika berbahan induk asal batu kapur tak murni yang mudah lapuk, maka tanah
yang terbentuk akan bersolum agak dalam dan bertekstur halus.
(7) Bahan induk bertekstur halus biasanya akan menghasilkan tanah yang juga bertekstur
halus dan berkadar BOT tinggi, karena daya serap airnya yang tinggi,memicu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai sumber BOT tersebut.
(8) Pada datarn tinggi atau pegunungan yang berkelembaban tinggi , dari bahan induk berupa
debu vulkanik akan terbentuk tanah Andosol yang bersolum dalam dan didominasi oleh
liat amorf yang disebut Alofan,serta relative subur.
(9) Di Asia beriklim tropis, banyak tanah yang berjenis sama namun beasal dari bahan yang
berbeda, misalnya asal basalt, batu kapur dan granit. Tanah-tanah Hitam di India ternyata
berasal dari bahan induk yang berlainan, yaitu basalt, batu kapur, granit, gneiss dan batu
liat, padahal kondisi iklimnya sama.
Topografi

Topografi (relief) adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi dalam proses genesis dan
perkembangan profil tanah adalah melalui empat cara, yaitu lewat pengaruhnya dalam
menentukan:

(1) Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
(2) Kedalaman air tanah
(3) Besarnya erosi yang dapat terjadi
(4) Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah.

Lewat empat perannya ini, maka Harjowigeno (1993) menyimpulkan bahwa sifat-sifat tanah
yang dipengaruhi meliputi:

(1) Ketebalan solum dan bahan organic pada horizon O


(2) Kadar bahan organic pada horizon O dan air tanah
(3) Warna, temperature dan taraf perkembangan horizon
(4) Reaksi tanah dan kadar garam mudah larut
(5) Jenis dan taraf perkembangan lapisan padas
(6) Sifat bahan induk tanah.

Waktu

Periode waktu pembentukan akan menentukan jenis dan sifat-sifat tanah yang terbentuk di
suatu kawasan, karena waktu memberikan kesempatan kepada empat factor pembentuk tanah
lainnya untuk mempengaruhi proses-proses pmbentukan tanah, makin lama makin intensif. Mohr
dan Van Baren membedakan lima fase pembentuk tanah:

(1) Fase awal, dengan indicator bahan induk yang masih belum mengalami proses
pelapukan, baik desintegrasi maupun dekomposisi
(2) Fase juvenile, dengan indicator bahan induk yang telah mulai mengalami proses
pelapukan , tetapi sebagian besar masih asli
(3) Fase viril, diindikasikan oleh optimumnya laju proses pelapukan, kebanyakan batuan
telah mulai pecah , Tanah Laterit pada fase akhir
(4) Fase Senil, diindikasikan oleh proses pelapukan yang telah lanjut, yaitu kecepatan proses
yang mulai menurun, dan mineral-mineral tahan lapuk sudah masih bertahan
(5) Fase Akhir ditandai dengan berakhirnya proses pelapukan

Di daerah beriklim tropika seperti Indonesia, proses pembentukan tanah dari bahan induk
berupa abu gunung berapi berlangsung lebih cepat, sehingga hanya dalam waktu 14 tahun sudah
terbentuk tanah subur yang jika ditumbuhi vegetasi dapat mengandung 2 % bahan organik.
Namun pada tanah bera , unsur-unsur yang terkandung tercuci oleh air hujan sehingga terbentuk
tanah Latosol yang relative miskin hara.

Di Indonesia, berdasarkan urutan fase-fase ini maka dari bahan induk batuan andesit
terbentuk

(1) Tanah Regosol muda pada fase awal


(2) Tanah Regosol tua (tanah Tarapan) pada fase juvenile
(3) Tanah Latosol coklat pada fase viril
(4) Tanah Latosol merah pada fase senile

Oleh karena itu waktu merupakan faktor fasifsuatu jenis tanah yang sam tetapi berasal dari
bahan induk dan iklim yang berbeda dapat mempunyai umur yang tidak sama dan
sebliknya’maka kematangan suatu jenis tanah tidak saja tergantung umurnya,tetapi lebih
tergantung pada kelengkapan horizonnya. Tanah-tanah muda dicirikan oleh horizon yang baru
berkembang dan tanah-tanah dewasa dicirikan dengan horizon yang sudah lengkap, sedangkan
tanah-tanah tua dicirikan oleh oleh horizon lapisan atas yang menipis

Anda mungkin juga menyukai