Anda di halaman 1dari 10

BAB XIII

DESKRIPSI PROFIL TANAH

A. Tujuan
Mendeskripsikan profil tanah

B. Tinjauan Pustaka
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu
dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan sesuai
dengan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan
atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Passaribu,2007).

Profil tanah atau penampang tanah juga didefinisikan bidang tegak dari
suatu sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut
Horizon Tanah. Pedon sendiri adalah suatu area terkecil dari tanah yang dapat
disamakan seperti suatu sel dari kristal, berbentuk tiga dimensi. Setiap horizon
tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun
fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Profil
tanah juga dapat diartikan yaitu urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-
lapisan tanah yang dianggap sejajar permukaan bumi. Horizon-horizon yang
menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A,
B, C, dan D atau R (Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS; 2017).

Terdapat berbagai macam jenis tanah yang tersebar di seluruh Indonesia.


Setiap daerah memiliki jenis tanah masing-masing sesuai dengan proses
pembentukan tanah tersebut. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor,
yaitu iklim, organisme, relief (topografi), bahan induk, dan waktu (Hans
Jenny, 1941). Setiap jenis tanah meiliki sifat dan karakteristik tersendiri.
1. Tanah aluvial
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk karena endapan
lumpur yang biasanya terbawa aliran sungai. Biasanya tanah ini
ditemukan dibagian hilir atau daerah rendah. Untuk warna tanah coklat
hingga kelabu. Tanah ini sifatnya itu subur dan cocok untuk pertanian.
tanah endapan sungai termasuk tanah aluvial (Soepraptohardjo, 1976).
2. Tanah Andosol
Merupakan salah satu jenis tanah vulkanik yang terbbentuk karena
proses vulkanisme pada gunun berapi. Definisi Andosol adalah tanah
berwarna hitam atau coklat tua, struktur remah, kadar bahan organik
tinggi, licin (smeary) jika dipirid (Klasifikasi Dudal dan
Soepraptohardjo, 1957, 1961).
3. Tanah Entisol
Merupakan jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan material letusan
gunung berapi, seperti debu, pasir dan lahar. Tanah ini mempunyai
konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi
dan kandungan hara tersediakan rendah. Beberapa contoh entisol
antara lain berupa tanah yang berkembang dari bahan alluvial muda
berlapis-lapis tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku dengan
solum dangkal atau tanah yang bekembang pada kondisi yang sangat
basah atau sangat kering (Munir, 1996).
4. Tanah Grumusol
Grumosol atau vertisol merupakan tanah yang berwarna abu-abu gelap
hingga kehitaman dengan tektur liat, mempunyai slickenside dan
rekahan yang secara periodik dapat membuka dan menutup. Tanah
grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi
dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk
ditanami tanaman. Tanah Vertisol tergolong tanah yang kaya akan hara
karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi dengan tukar
kation tinggi dan pH netral hingga alkali (Deckers et al., 2001).
5. Tanah Humus
Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-
tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat
subur. Ciri-ciri tanah humus yaitu berwarna gelap, yakni coklat,
maupun kehitam-hitaman dan terdapat bintik-bintik berwarna putih.
Humus sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal
tersebut dikarenakan humus ikut menentukan seluruh lingkungan
hidup tanaman yang dapat menghisap lebih banyak unsur, dapat
bernapas lebih sempurna, dan perakaran lebih bisa berkembang (AAK,
2007).
6. Tanah Inceptisol
Terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak
kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan.
Inceptisols adalah tanah yang belum matang dengan perkembangan
profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan
masih memiliki sifat yang menyerupai sifat bahan induknya
(Hardjowigeno, 1993).
7. Tanah latosol.
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Warna batu ini merah hingga kuning dan tidak terlalu subur. Tanah
latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif ,sehingga
terjadi pelindian kation-kation hara dan bahan organik dengan
meninggalkan besi oksida (Fe2O3) dan aluminium oksida (Al2O3), hal
tersebut menjadikan tanah ini mempunyai kapasitas tukar kation dan
kandungan hara yang rendah Tingkat keasaman tanah latosol sekitar
4,5-6,0 (Schaetzel and Anderson, 2005).
8. Tanah Podzolik
Terbentuk karena dipengaruhi oleh curah hujan yan tinggi dan suhuh
yang rendah. Kandungan unsur hara tanah ini sedikit dan sifatnya itu
basah jika terkena air. Memiliki warna merah hingga kuning dan
kandungan organik dan mineralnya mudah tercuci oleh air hujan.
Mempunyai sifat peka terhadap erosi, perkolasi dan infiltrasi yang
rendah, pH tanah yang rendah, kandungan Al yang tinggi,kandungan
bahan organik yang rendah, serta ketersediaan unsur hara bagi
tanamanrendah (Harjoso, 2002).
9. Tanah pasir
Merupakan pelapukan dari batuan pasir. Biasanya ditemukan di daerah
sekitar pantai atau kepulauan. Kapasitas serap air pada tanah pasir
sangat rendah, ini disebabkan karena tanah pasir tersusun atas 70%
partikel tanah berukuran besar (0,02-2mm). Tanah pasir bertekstur
kasar, dicirikan adanya ruang pori besar diantara butir-butirnya.
Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur
(Buckman dan Brody, 1982).

C. Pembahasan
Ada berbagai macam jenis tanah yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada
pengamatan deskripsi profil tanah kali ini menggunakan tanah jenis aluvial.
Pada dasarnya, aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk karena hasil
endapan. Endapan yang dimaksud adalah endapan dari sungai, danau, atau
juga dari air hujan yang biasanya sedikit menggenang karena cekungan. Hal
ini juga yang mengakibatkan aluvial bisa dengan mudah ditemukan di dataran
rendah.

Ada beberapa hal yang bisa menjadi rujukan mengenai karakteristik dari
tanah aluvial ini. Berikut adalah karakteristik dari tanah aluvial:
a) Perbedaan Tekstur atau Bentuk
Tidak ada bentuk pasti dari tanah jenis ini. Hal ini dikarenakan
aluvial merupakan hasil jadi suatu proses. Dengan kata lain, jika suatu
danau mempunyai dasar yang cekung, maka aluvial yang dihasilkan
juga akan cenderung cekung. Akan tetapi, jika dasar danaunya rata,
maka aluvial yang terbentuk akan cenderung rata.
b) Kondisi Morfologi Beragam
Beragamnya kondisi morfologi berdasarkan deposit material yang
membentuk. Sama seperti karakteristik pertama, morfologi dari tanah
aluvial akan selalu berbeda berdasarkan materi yang mengendap.
Beberapa jenis aluvial akan mudah diolah karena minimnya deposit
yang berukuran besar. Akan tetapi, beberapa lainnya bisa jadi cukup
sulit diolah karena deposit material yang berukuran besar.
c) Warna yang Cenderung Gelap
Biasanya ada sedikit lapisan organik di tanah jenis ini. Hal ini
merupakan sebuah proses pengendapan yang lama membuat mikro
organisme seperti lumut bisa berkembang selama proses pembentukan
aluvial. Maka dari itu, walaupun sedikit, pasti ada lapisan organik di
tanah jenis ini.
d) Lokasi Dekat Aliran Sungai
Posisinya yang biasanya dekat dengan daerah aliran sungai. Perlu
digaris bawahi, tanah aluvial tidak selalu berada di daerah aliran
sungai. Hal ini karena bisa saja area sungai sudah sepenuhnya
mengendap dan berubah menjadi aluvial. Jadi, aluvial tersebut bisa
jadi dulunya merupakan area sungai.

Terdapat beberapa faktor penting yang memengaruhi proses


pembentukan tanah yaitu, iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan
waktu.
a) Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor pembentukan tanah yang memiliki
peran penting. Unsur dari iklim yang paling penting dalam proses
pembentukan tanah ialah, suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh
terhadap proses pelapukan bahan induk. Sementara curah hujan, akan
berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah. Curah hujan
yang tinggi, berakibat pada rendahnya pH tanah. Rendahnya pH tanah
berarti, tanah menjadi asam.
b) Organisme
Pengaruh dari organisme yaitu, proses pelapukan organik,
pembentukan humus dari sisa-sisa organisme yang membusuk, dan jenis
vegetasi yang mempengaruhi sifat-sifat tanah. Hal itu terjadi karena,
kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah
pohon cemara memiliki derajat keasamaan yang lebih tinggi daripada
tanah di bawah pohon jati.
c) Bahan induk
Bahan induk tanah terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan
induk. Kemudian, batuan tersebut akan mengalami pelapukan, dan
menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian besar
akan memperlihatkan sifat yang sama dengan bahan induknya.
d) Topografi atau relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya
lapisan tanah. Misalnya, pada daerah yang memiliki topografi miring dan
berbukit, maka lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi. Sebaliknya
pada daerah yang datar, maka lapisan tanahnya lebih tebal karena terjadi
proses sedimentasi.
e) Waktu
Dalam kasus ini, waktu berpengaruh dalam proses pembentukan tanah
karena semakin lama pelapukan tanah maka kandungan yang di dalamnya
akan semakin tua dan kurus. Hal ini disebabkan karena mineral yang
banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, dan
erosi. Sehingga yang tersisa adalah mineral yang sulit lapuk, seperti batu-
batu keras.
Tanah aluvial menjadi tanah yang subur karena unsur hara yang ada di
dalam air secara perlahan terserap ke dalam tanah. Seiring berjalannya
waktu, saat air sudah mulai surut, kondisi tanah berubah menjadi aluvial
dan subur. Maka dari itu, pada dasarnya tanah jenis ini hanya bisa
terbentuk di daerah yang masih cukup alami. Berdasarkan hal tersebut,
tanah Aluvial memiliki beberapa potensi yang dapat dimanfaaatkan untuk
sektor pertanian.
a) Lahan Pertanian
Tanah aluvial dapat dikategorikan sebagai tanah yang masih muda
karena terbentuk dari proses endapan pasir dan lumpur. Meski demikian,
terdapat kandungan unsur hara yang cukup tinggi pada jenis tanah ini.
Inilah yang menyebabkan tanah alluvial sangat cocok dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian.
b) Tanah yang Mudah Menyerap Air
Dikategorikan ke dalam tanah yang bagus untuk lahan pertanian
karena memiliki kemampuan menyerap air yang baik. Sehingga tidak akan
mudah rusak ketika berada dalam kondisi yang basah. Dengan adanya sifat
ini, maka akar-akar tumbuhan akan lebih mudah tumbuh, menyebar, dan
mengambil air sebanyak-banyaknya dari dalam tanah alluvial. Sedangkan
ketika berada pada kondisi kering, maka tanah ini lebih mudah pecah atau
rusak. Oleh karena itu, kebanyakan petani yang bercocok tanam di atas
tanah alluvial cenderung lebih suka menggarap sawah ketika musim hujan
tiba.
c) Bagus untuk Lahan Palawijaya
Memiliki kemampuan daya serap air yang bagus membuat jenis tanah
ini sangat cocok bila dimanfaatkan sebagai media tanaman palawijaya.
Contoh tanaman palawija yang cocok diterapkan pada tanah aluvial adalah
tebu, jagung, gandum, dan padi.
d) Proses Irigasi Jadi Lancar
Manfaat lain yang berasal dari tanah aluvial adalah proses irigasi yang
lancar. Pasalnya, lokasi tanah ini selau berada di endapan sungai membuat
akses akses ke kebun menjadi lebih lancar dan mudah.
e) Tanaman Jadi Lebih Subur
Kandungan unsur hara yang tinggi membuat tanaman yang ditanam
para petani lebih subur sebab terdapat zat makanan yang diperlukan para
tumbuhan.
f) Tanaman Tidak Mudah Kering
Tanaman yang ditanam di atas tanah aluvial memiliki cadangan air
yang cukup banyak, sehingga tidak mudah kering meski pada musim
kemarau. Selain itu, tanah dengan cadangan air yang banyak juga dapat
menyuburkan, serta mempercepat pertumbuhan tanaman. Maka dari itu,
sangat bermanfaat untuk industri pertanian.

Pengambilan sampel profil tanah dillakukan di daerah Selorejo, krakitan, Bayat,


Klaten, Jawa tengah. Daerah tersebut memiliki titik koordinat -7,4446, 110,62408,
139,5m yang berada di ketinggian 115 mdpl dan termasuk jenis dataran rendah.

Dilihat dari kondisi fisiknya, 73,78%  Kabupaten Klaten bertopografi datar


hingga landai dengan kemiringan 0 – 2 %, kondisi ini mempermudah pengelolaan
lahan pertanian (Agus Anggoro Sigit, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Haryanta Dwi, Moch. Thohiron, dan Bambang Gunawan. Desember 2017. Kajian
Tanah Endapan Perairan Sebagai Media Tanam Pertanian Kota. Fakultas
Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Fakultas Pertanian
Universitas Merdeka Surabaya.

Sukarman, Ai Dariah. 2014. Tanah Andosol di Indonesia; Karakteristik, Potensi,


Kendala, dan Pengelolaannya untuk Pertanian. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementerian
Pertanian.

Rosa Do Rosario Fraga Kadeo. 2017. Pengaruh Perbandingan Tanah Humus


Baucau dan Tanah Berpasir Kali Kuning Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Bawang Meraah (Allium ascalonicum L. var. Bima).
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Haryanti Sri dan Endang Saptiningsih. Oktober 2015. Kandungan Selulosa dan
Lignin Berbagai Sumber Bahan Organik Setelah Dekomposisi pada
Tanah Latosol. Semarang: Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro.

Sinulingga Maranatha dan Sri Darmanti. 2007. Kemampuan Mengikat Air oleh
Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria
verrucosa. Semarang: Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi
Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.

Nuarisma,Fatmasari. 2012. Analisis Komponen Tanah Aluvial pada Tanah


Sawah. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Prasetyo, Joko dan Oviana, Tiya. 2015. Karakterisasi Tanah Aluvial dan
Penjelasan Tanah Aluvial. (Diakses pada 11 April 2021).

Sumoharjo, Deden. 2014. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Tingkat Populasi


Jajagoan Terhadap Kualitas Tanah di Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis.
Universitas Sumatera Utara: Medan.

Anda mungkin juga menyukai